Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
© Jurusan Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol. Xx Agustus 2015
Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Sebagian Aspal Shell Pen 60 MOHAMAD MUKI WIHARTO1, DWI PRASETYANTO2, RAHMI ZURNI2 1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung 2 Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung Email:
[email protected] ABSTRAK
Prasarana jalan merupakan bagian dari sistem transportasi di Indonesia yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pertumbuhan di bidang ekonomi, sosial, budaya serta pemerataan dan pembangunan di Indonesia. Jalan harus memiliki mutu yang baik, oleh karena itu lapisan permukaan sering kali dibuat dengan menggunakan material aspal yang ketersediaannya sangat terbatas, pada penelitian ini limbah las karbit bisa dijadikan sebagai bahan substitusi aspal. Penelitian ini dilakukan dengan mencampur aspal shell dengan limbah las karbit yang berkadar 0%, 2,5%, dan 5% terhadap berat aspal. Pengujian aspal yang dilakukan pada penelitian ini adalah penetrasi, titik lembek, daktilitas, berat jenis, titik nyala, titik bakar, viskositas, kehilangan berat (TFOT), penetrasi setelah kehilangan berat, dan daktilitas setelah kehilangan berat. Dilihat dari nilai pengujian dapat disimpulkan bahwa aspal shell memenuhi persyaratan aspal pen 60 – 70 dan aspal shell bercampur limbah las karbit dengan kadar 2,5% dan 5% memenuhi persyaratan aspal modifikasi elastomer sintetis. Kata Kunci: Aspal shell, limbah las karbit, aspal modifikasi ABSTRACT
Road infrastructure is part of the transportation system in Indonesia which has a very important role in helping the growth in the economic, social, cultural, as well as equity and development in Indonesia. Road must have a good quality, therefore the surface layer is often made using materials such as asphalt or cement binder. To reduce the asphalt material limitations, in this study waste carbide welding can be used as an asphalt subtitution material. Asphalt testing conducted in this study is penetration, softening point, ductility, density, flash point, burning point, viscosity, weight loss (TFOT), penetration after losing weight, and ductility after losing weight. Judging from the value of the test can be concluded that the shell asphalt meets the requirements of 60 -70 pen asphalt and asphalt mixes shell waste carbide welding with high levels of 2.5%, and 5% to meet the requirements of synthetic elastomer modified asphalt. Keywords: Asphalt shell, carbide weld waste,asphalt modification.
Reka Racana - 1
Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni
1. PENDAHULUAN Transportasi di Indonesia telah berkembang dengan pesat, hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya jaringan jalan yang telah dikembangkan. Jalan merupakan bagian dari prasarana transportasi yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pertumbuhan dibidang ekonomi, sosial, budaya serta pemerataan dan penyebaran pembangunan di Indonesia, mengingat hal tersebut maka pemerintah telah membangun jalan baru dan atau meningkatkan jalan lama. (Sumber: Nur Syamsi, F., 2014) Aspal mempunyai fungsi sebagai bahan pengikat, pengisi rongga antar agregat dan pengisi pori agregat. Salah satu bahan alternatif yang dicoba dalam penelitian ini adalah limbah las karbit. Limbah las karbit merupakan limbah yang diperoleh dari industri bengkel las karbit, hasil dari pembakaran karbit sisa pengelasan pada besi dibuang pada daerah tertentu atau ditimbun di daerah sekitar bengkel las karbit tersebut. Selama ini pemanfaatan limbah padat tersebut belum optimal. Limbah ini hanya ditimbun pada area di sekitar bengkel las karbit, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu alternatif mengatasi jumlah limbah dicoba dengan melakukan pemanfaatan limbah menjadi bahan substitusi pada aspal pen 60. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui karakteristik aspal pen 60 dengan menggunakan limbah las karbit sebagai substitusi sebagian aspal. substitusi sebagian aspal diharapkan dapat meningkatkan kinerja aspal. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Pengikat (Aspal) Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous. 2.1.1 Komposisi Aspal Aspal merupakan unsur hidrokarbon yang sangat kompleks, sangat sukar untuk memisahkan molekul-molekul yang membentuk aspal tersebut. Disamping itu setiap sumber dari minyak bumi menghasilkan komposisi molekul yang beragam. Komposisi aspal terdiri dari asphaltene dan maltene. Asphaltene sebagai filler merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam heptane. Maltenes larut dalam heptane, heptane merupakan material cairan kental yang terdiri dari resin dan oil. Resin merupakan prapolimer yang memiliki plastisitas tinggi, berwarna kuning atau coklat yang memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan. Sedangkan oil yang berwarna lebih muda merupakan media dari asphaltene dan resin. Maltenes merupakan komposisi yang mudah berubah sesuai perubahan temperatur dan umur pelayanan. Proporsi dari asphaltene, resin, dan oil berbeda-beda tergantung dari banyak faktor seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatannya, dan ketebalan lapisan aspal dalam campuran. Bagian komposisi aspal dapat dilihat pada Gambar 1. Reka Racana - 2
Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60
Gambar 1. Bagian Komposisi Aspal (Sumber: Sukirman, S., 2012)
Untuk dapat digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan, aspal harus persyaratan atau karakteristik sebagai berikut:
memenuhi
1.
Penetrasi (SNI 06-2456-1991) Penetrasi merupakan kedalaman yang dapat dicapai oleh suatu jarum standar (diameter 1 mm) pada suhu 25º C, beban total 100 gram dengan berat jarum 50 gram dan pemberat 50 gram, dan selama waktu 5 detik dinyatakan dalam 0,1 mm. Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal.
2.
Titik Lembek (SNI 2434:2011) Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang bertahan dengan cincin berukuran tertentu, aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi 25,4 mm akibat kecepatan pemanasan tertentu.
3.
Titik Nyala dan Titik Bakar (SNI 2433:2011) Titik nyala yaitu suhu pada saat terlihat menyala singkat di permukaan aspal. Titik bakar berguna untuk menentukan suhu di mana aspal terlihat menyala singkat di permukaan aspal (titik nyala), dan suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik.
4.
Daktilitas (SNI 2432:2011) Pengujian daktilitas dilakukan untuk mengetahui sifat kohesi aspal dengan mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang terisi aspal keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tertentu.
5. Berat Jenis (SNI 2441:2011) Berat jenis adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang sama dan pada temperatur yang sama. 6.
Viskositas (SNI 06-6441-2000) Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kekentalan kinematis dari aspal, minyak untuk jalan dan sisa destilasi aspal cair pada suhu 60°C dan aspal kekerasan pada suhu 135°C dalam batas-batas 30 – 100.000 cst (Centitokes).
7.
TFOT (Thin Film Oven Test) (SNI 06-2440-1991) Pemeriksaan ini untuk mengetahui persentase kehilangan berat akibat pemanasan. Menunjukkan nilai selisih penetrasi sebelum dan sesudah pemanasan, aspal tersebut menunjukkan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu.
2.1.2 Persyaratan Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini menggunakan aspal shell pen 60 yang dimodifikasi. Hasil dari pengujian mengacu pada persyaratan spesifikasi Kementerian Pekerjaan Umum 2010 revisi 3.
Reka Racana - 3
Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni
2.1.3 Limbah Las Karbit Limbah las karbit adalah sisa pembakaran karbit yang tidak terpakai. Limbah las karbit dapat pula meningkatkan kinerja aspal, yang dalam hal ini mempengaruhi karakteristik campuran seperti persen rongga dan ketahanan terhadap deformasi. Pada penelitian ini limbah las karbit tidak diperiksa kandungan kimianya, tetapi komposisi limbah las karbit yang digunakan menggunakan studi terdahulu. Gambar limbah las karbit terdapat pada Gambar 2 dan komposisi limbah las karbit terdapat pada Tabel 1.
Gambar 2. Limbah Las Karbit (Sumber: http//id.wikipedia.org) Tabel 1. Komposisi Limbah Las Karbit (Sumber: http://repository.usu.ac.id)
Komposisi Kimia Kandungan (%) SiO2 0,5 Fe2O3 0,04 Al2O3 3,2 CaO 72,33 Lain-lain 23,93 2.2 Rencana Kerja Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan rencana kerja dan persiapan bahan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan penelitian. Pengolahan limbah las karbit dilakukan dengan cara mengayak, agar mendapatkan limbah las karbit murni. Limbah las karbit yang akan digunakan adalah limbah las karbit yang persentase paling besar tertahan oleh saringan. Setelah melakukan persiapan bahan, dilakukan pembuatan dan pemeriksaan aspal Shell bercampur limbah las karbit. Setelah pemeriksaan dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian aspal Shell bercampur dengan limbah las karbit. Pengujian dilakukan sesuai dengan persyaratan aspal. 2.3 Pembuatan Aspal Bercampur Limbah Las Karbit Penambahan limbah las karbit ke dalam aspal sebagai campuran perkerasan dapat dilakukan dengan cara menambahkan limbah las karbit terlebih dahulu ke dalam aspal sehingga terbentuk campuran aspal bercampur limbah las karbit. Agar diperoleh penyebaran partikel limbah las karbit dengan baik dan cepat, maka pencampuran limbah las karbit dan aspal sebaiknya dilakukan dalam keadaan panas. Akhirnya seluruh partikel limbah las karbit tersebar dan membentuk campuran aspal yang homogen. Penelitian ini dilakukan pencampuran aspal shell pen 60 dengan limbah las karbit yang berkadar 0%, 2,5%, dan 5% terhadap berat aspal. Metode pencampuran limbah las karbit yaitu aspal dipanaskan hingga mencapai suhu yang diinginkan tergantung dari tingkat kekerasan aspal, kemudian limbah las karbit ditambahkan pada aspal dan dilanjutkan pengadukan selama ±20 menit. Setelah mencapai waktu ±20 menit campuran kurang merata atau homogen campuran dipanaskan ±110°C kemudian campuran diaduk kembali Reka Racana - 4
Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60
selama ±10 menit. Setelah tercampur merata benda uji siap untuk diuji sesuai dengan persyaratan aspal. 3. Analisis Data
Penetrasi (mm)
3.1 Hasil Pengujian Penetrasi Nilai penetrasi merupakan dalamnya jarum dengan ukuran tertentu pada suhu tertentu, dan beban tertentu masuk ke dalam aspal (dalam satuan 0,1 mm). Penetrasi yang dilakukan terhadap limbah las karbit 0%, 2,5%, 5% yang dicampurkan ke dalam aspal pen 60. Hasil pengujian penetrasi dapat dilihat pada Gambar 3.
80 70 60 50 40 30
67 53 54,6
0
2,5
5
Limbah Las Karbit (%) Gambar 3. Hubungan Angka Penetrasi dengan Limbah Las Karbit Gambar 3 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit kedalam aspal pen 60 mengakibatkan terjadinya perubahan nilai penetrasi. Perubahan nilai penetrasi yang terjadi cenderung turun, hal ini terjadi karena limbah las karbit mengandung kalsium oksida. Kalsium oksida adalah zat kimia yang mampu mengeraskan zat cair, sehingga merubah nilai hasil penetrasi menjadi kecil. Kecilnya nilai penetrasi yang dipengaruhi oleh kalsium oksida akan membuat aspal lebih tahan terhadap suhu panas. 3.2 Hasil Pengujian Titik Lembek Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar yang terletak di bawah cincin pada ketinggian 25,4 mm, sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu. Hasil pengujian titik lembek dapat dilihat pada Gambar 4.
55
Suhu (°C)
55 54,5 54 53,5 53 53 52,5 0
54
2,5
5
Limbah Las Karbit (%) Gambar 4. Hubungan Titik Lembek dengan Limbah Las Karbit Reka Racana - 5
Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni
Gambar 4 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 mengakibatkan perubahan terhadap nilai titik lembek. Perubahan nilai titik lembek yang terjadi cenderung naik, karena nilai titik lembek tinggi menunjukkan aspal tersebut semakin tahan terhadap perubahan suhu dan nilai tersebut didukung oleh nilai penetrasi yang semakin kecil. 3.3 Hasil Pengujian Daktilitas Daktilitas adalah nilai keelastisan aspal, yang diukur dari jarak terpanjang dari cetakan berisi aspal padat. Nilai daktilitas aspal adalah panjang contoh aspal ketika putus saat dilakukan penarikan pada suhu 25 oC dengan kecepatan 50 mm/menit. Hasil pengujian daktilitas dapat dilihat pada Gambar 5.
Daktilitas (cm)
160 150
140 127,5 120
109,5
100 0
2,5
Limbah Las Karbit (%)
5
Gambar 5. Hubungan Daktilitas dengan Limbah Las Karbit Subtitusi limbah las karbit pada aspal sebesar 2,5% dan 5%, nilai daktilitas semakin menurun seperti pada gambar 5. Menurunnya nilai daktilitas terjadi karena penambahan limbah las karbit pada aspal memiliki sifat plastisitas yang kurang baik, yang mengakibatkan aspal tersebut menjadi cepat putus.
Berat Jenis
3.4 Hasil Pengujian Berat Jenis Pengujian berat jenis dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal dengan piknometer. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Hasil pengujian Berat jenis dapat dilihat pada Gambar 6.
1,058
1,06 1,055 1,05 1,045 1,04 1,035 1,03 1,025 1,02
1,025 0
1,036 2,5
5
Limbah Las Karbit (%) Gambar 6. Hubungan Berat Jenis dengan Limbah Las Karbit
Reka Racana - 6
Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60
Gambar 6 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 mengakibatkan perubahan terhadap nilai berat jenis. Perubahan nilai berat jenis yang terjadi pada penambahan limbah las karbit berada diatas nilai berat jenis aspal pen 60. Untuk penambahan limbah las karbit 0%,2,5%,5% menyebabkan berat jenisnya lebih besar dari pada berat jenis aspal pen 60.
Temperatur (°C)
3.5 Hasil Pengujian Viskositas Kinematik Pengujian viskositas kinematik dimaksudkan untuk mengetahui besarnya suhu pemanasan dan pemadatan aspal. Suhu pemanasan adalah pada saat viskositas aspal mencapai 170 CSt sedangkan suhu pemadatan adalah pada saat viskositas aspal mencapai 280 CSt. Hasil pengujian viskositas kinematik dapat dilihat pada Gambar 7.
170 160 150 140 130 120 110 100 90 80
159
156
164 150
147
143
0
2,5
5
Limbah Las Karbit Pada Aspal (%) Suhu pencampuran
Suhu pemadatan
Gambar 7. Hubungan Viskositas Kinematik dengan Limbah Las Karbit Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 mengakibatkan perubahan terhadap nilai viskositas kinematik (suhu pencampuran dan suhu pemadatan). Perubahan nilai yang terjadi cenderung meningkat berdasarkan kadar limbah las karbit, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh limbah las karbit yang mengandung kalsium oksida.
Temperatur (°C)
3.6 Hasil Pengujian Titik Nyala/Bakar Pengujian titik nyala dan titik bakar yang dimaksudkan untuk mengetahui suhu dimana aspal mulai menyala, dan suhu dimana aspla mulai terbakar. Hasil pengujian titik nyala dan titik bakar dapat dilihat pada Gambar 8.
333 340 320 327 300 280 260 240 220 200 0
290 264 258
285
1
2
3
4
5
Limbah Las Karbit (%) Titik Nyala Titik Bakar
Gambar 8. Hubungan Titik Nyala/Bakar dengan Limbah Las Karbit Gambar 8 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit kedalam aspal pen 60 cenderung menurun, hal ini disebabkan limbah las karbit mengandung kalsium oksida sehingga Reka Racana - 7
Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni
penambahan kadar limbah las karbit yang banyak ke dalam aspal menghasilkan suhu yang rendah atau mudah terbakar.
Kehilangan Berat (%)
3.7 Hasil Pengujian Kehilangan Berat (TFOT) Pengujian kehilangan berat yang dimaksudkan untuk mengetahui penurunan berat aspal padat dengan cara pemanasan dan tebal tertentu, yang dinyatakan dalam persen berat semula. Hasil pengujian kehilangan berat d.apat dilihat pada Gambar 9
0,19 0,17 0,15 0,13 0,11 0,09 0,07 0,05 0,03 0,01
0,13 0,1
0
0,1
2,5
5
Limbah Las karbit (%)
Gambar 9. Hubungan Kehilangan Berat dengan Kadar Limbah Las Karbit Dari Gambar 9 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 cenderung naik, disebabkan karena limbah las karbit berbentuk butiran dan memiliki berat. Hasil Pengujian Penetrasi Setelah Kehilangan Berat Pengujian penetrasi setelah kehilangan berat untuk mengetahui nilai penetrasi aspal padat setelah mengalami kehilangan berat. Hasil pengujian penetrasi setelah kehilangan berat dapat dilihat pada Gambar 10.
Penetrasi (mm)
3.8
80 70 60
57,6 50,8
50
52,2
40 30 0
2,5
5
Limbah Las Karbit (%)
Gambar 10. Hubungan Angka Penetrasi Setelah Kehilangan Berat dengan Kadar Limbah Las Karbit
Gambar 10 terlihat bahwa penambahan limbah las karbit ke dalam aspal pen 60 mengakibatkan perubahan terhadap nilai penetrasi aspal. Perubahan nilai penetrasi yang terjadi cenderung turun, penurunan semua terjadi di setiap nilai persentase terhadap aspal pen 60. Penetrasi setelah kehilangan berat mempunyai nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai penetrasi sebelum kehilangan berat dengan kadar penambahan Reka Racana - 8
Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60
limbah las karbit yang sama. Hal ini disebabkan karena seringnya benda uji mengalami pemanasan yang berulang-ulang, maka benda uji semakin keras Hasil Pengujian Daktilitas Setelah Kehilangan Berat Pengujian daktilitas setelah kehilangan berat dimaksudkan untuk mengetahui nilai daktilitas aspal padat setelah mengalami kehilangan berat. Hasil pengujian daktilitas setelah kehilangan berat dilihat pada Gambar 11.
Daktilitas (cm)
3.9
160 150
140
150
150
120 100 0
2,5
5
Limbah Las Karbit (%)
Gambar 11. Hubungan Angka Daktilitas Setelah Kehilangan Berat dengan Kadar Limbah Las Karbit
Analisis Karakteristik Aspal Shell 0%, 2,5%, dan 5% Limbah Las Karbit Karakteristik aspal shell dan aspal shell yang dicampur limbah las karbit sebesar 2,5% dan 5% dapat dilihat pada Tabel 2. 3.10
Tabel 2. Hasil Seluruh Pengujian Pengujian
Satuan
Penetrasi Titik Lembek Titik Nyala Daktilitas Berat Jenis Viskositas 135° Kehilangan Berat Penetrasi setelah Kehilangan Berat Daktilitas setelah Kehilangan Berat
mm o C o C cm cSt % % asli cm
Limbah 0 67 0 327 0 1,025 395 0,1 57,6 150
Las Karbit 2,5 54,6 54 285 127,5 1,036 423 0,1 52,2 150
(%) 5 53 55 258 109,5 1,058 426 0,13 50,8 150
Aspal Pen Elastomer 60-70 Sintetis 60 – 70 Min 40 ≥48 ≥54 ≥232 ≥232 ≥100 ≥100 ≥1,0 ≥1,0 ≥300 ≤3000 ≤0,8 ≤0,8 ≥54 ≥54 ≥100 ≥25
Dari Tabel 2 untuk lebih mengetahui karakteristik tersebut dapat dilihat dari Gambar 12. Hasil pengujian aspal shell pen 60 seperti pada Tabel 2 memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Subtitusi limbah las karbit sebesar 2,5% pada aspal shell untuk nilai penetrasi tidak memenuhi ke spesifikasi aspal pen 60 tetapi masuk ke spesifikasi aspal modifikasi elastomer sintetis. Penetrasi setelah kehilangan berat untuk aspal shell pen 60 memenuhi spesifikasi yaitu sebesar 57,6 dan subtitusi limbah las karbit 2,5%, 5% tidak memenuhi aspal pen 60 maupun aspal modifikasi elastomer sintetis. Nilai titik lembek pada subtitusi limbah las karbit 2,5% dan 5% mengalami peningkatan, meningkatnya nilai titik lembek yang dihasilkan didukung oleh nilai penetrasi yang semakin kecil, tetapi nilai titik lembek limbah las karbit memenuhi ke spesifikasi aspal pen 60 maupun Reka Racana - 9
Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni
aspal modifikasi elastomer sintetis. Penambahan limbah las karbit sebesar 2,5% dan 5% suhu yang dihasilkan semakin turun yaitu 0% sebesar 327°C, 2,5% limbah las karbit 285°C dan subtitusi limbah las karbit 5% suhu yang di dapat 258°C. Nilai titik nyala pada aspal pen 60 maupun subtitusi limbah las karbit memenuhi spesifikasi pada aspal pen 60 maupun aspal modifikasi elastomer sintetis. Hasil pengujian berat jenis aspal shell pen 60 maupun aspal shell yang disubstitusi dengan limbah las karbit mengalami peningkatan, semakin besar limbah las karbit yang disubstitusi pada aspal, berat jenis yang dihasilkan semakin besar, hasil pengujian aspal pen 60 maupun aspal shell yang dimodifikasi dengan limbah las karbit memenuhi spesifikasi yang disyaratkan baik pen 60 maupun aspal modifikasi elastomer sintetis. Dilihat dari Tabel 4.10 dan Gambar 4.10 nilai viskositas semakin besar, semakin besar penambahan substitusi limbah las karbit semakin besar nilai kekentalan yang dihasilkan, hal ini didukung oleh nilai penetrasi yang semakin kecil sehingga aspal semakin keras dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk mencairkan aspal tersebut.
Gambar 12. Grafik Seluruh Pengujian
Reka Racana - 10
Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Pada Sebagian Aspal Pen 60
Persentase kehilangan berat yang diperoleh dari pengujian Thin Film Oven Test (TFOT) aspal shell pen 60 dan aspal modifikasi 2,5% limbah las karbit memiliki nilai kehilangan berat yang sama sebesar 0,1%, tetapi untuk aspal modifikasi limbah las karbit 5% memiliki nilai kehilangan berat yang berbeda yaitu sebesar 0,13%. Persentase kehilangan berat yang dimiliki oleh aspal modifikasi limbah las karbit 5% dipengaruhi oleh kalsium oksida yang dimiliki oleh limbah las karbit. Hasil pengujian daktilitas mengalami penurunan. Aspal shell pen 60 dan aspal modifikasi limbah las karbit memenuhi persyaratan, tetapi untuk substitusi limbah las karbit 2,5% dan 5% memiliki sifat kohesi yang kurang baik, dimana substitusi limbah las karbit 2,5% putus pada 127,5 cm dan 5% putus pada 109,5 cm. Hal ini berbeda dengan pengujian daktilitas setelah Thin Film Oven Test (TFOT), aspal tersebut memilik sifat kohesi yang lebih baik, dimana hasil pengujian daktilitas setelah Thin Film Oven Test (TFOT) tidak putus atau lebih elastis. Sifat kohesi yang dimiliki aspal setelah Thin Film Oven Test (TFOT) dipengaruhi oleh limbah las karbit yang memiliki kandungan kalsium oksida, dimana kalsium oksida yang ada pada limbah las karbit akan menguap akibat pemanasan yang berlebihan, pemanasan yang berlebihan seperti pada pengujian Thin Film Oven Test (TFOT). Aspal yang dicampur limbah las karbit 2,5% dan 5% pada pengujian Thin Film Oven Test (TFOT) sifat aspal akan kembali semula atau sifat limbah las karbit tidak memberi reaksi pada aspal akibat pemanasan yang lebih lama. 4. KESIMPULAN Hasil pemeriksaan aspal shell dan aspal shell bercampur limbah las karbit 2,5% dan 5%, hasil pengujian aspal shell memenuhi persyaratan aspal pen 60 – 70 dan pengujian aspal shell bercampur limbah las karbit 2,5% dan 5% memenuhi persyaratan aspal modifikasi elastomer sintetis. Dari pemeriksaan aspal bercampur limbah las karbit, hasil yang didapat adalah nilai penetrasi menurun seiring dengan penambahan persentase limbah las karbit pada aspal, hal ini mengindikasikan bahwa aspal semakin keras. Selain itu hasil yang diperoleh adalah titik lembek meningkat, titik nyala dan titik bakar menurun, dan berat jenis meningkat seiring dengan penambahan persentase limbah las karbit yang digunakan pada aspal. Titik nyala dari benda uji dengan limbah las karbit mengalami penurunan karena limbah las karbit mengandung kalsium oksida sehingga dapat mudah terbakar, kalsium oksida merupakan zat kimia yang mudah terbakar. Pengujian daktilitas setelah Thin Film Oven Test (TFOT), aspal tersebut memilii sifat kohesi yang lebih baik daripada daktilitas sebelum Thin Film Oven Test (TFOT), dimana hasil pengujian daktilitas setelah Thin Film Oven Test (TFOT) tidak putus atau lebih elastis. Sifat kohesi yang dimiliki aspal setelah Thin Film Oven Test (TFOT) dipengaruhi oleh limbah las karbit yang memiliki kandungan kalsium oksida, dimana kalsium oksida tidak akan memberikan reaksi terhadap aspal jika dipanaskan terlalu lama. DAFTAR RUJUKAN Departemen Pekerjaan Umum, (2010), Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal Revisi 3”.
Nur Syamsi, F., (2014),”Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal”, Skripsi, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan (FTSP), Institut Teknologi Nasional. Sukirman, S., (2012), “Beton Aspal Campuran Panas”, Institut Teknologi Nasional, Bandung. Limbah Las Karbit, http://id.wikipedia.org//limbahlaskarbit. Dipetik 20 Juli, 2015.
Reka Racana - 11
Mohamad Muki Wiharto, Dwi Prasetyanto, Rahmi Zurni
Limbah Las Karbit, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4/Chapter%20II.pdf. Dipetik 20 Juli, 2015.
Reka Racana - 12