Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
© Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol.xx Januari 2015
Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal SYAMSI FAJRI, N.¹, SUKIRMAN, S.², ZURNI. R.² 1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2 Dosen, Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada Laston AC-WC menggunakan aspal pen 60 bercampur getah pinus dan memakai kadar getah pinus sebanyak 0%, 1%, 2,5%, dan 5% dari berat total aspal. Aspal pen 60 yang dicampurkan dengan getah pinus pada setiap pengujian memenuhi spesifikasi aspal modifikasi. Hasil karakteristik aspal bercampur getah pinus 1% dan 2,5% memenuhi persyaratan aspal modifikasi, kecuali untuk aspal bercampur getah pinus 5% karena nilai penetrasi setelah TFOT yang dihasilkan lebih kecil dari nilai persyaratan aspal modifikasi. Penggunaan getah pinus yang paling baik sebagai aspal modifikasi yaitu berada pada 2,5% karena nilai titik lembek yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar getah pinus 1%. Kemudian untuk mengetahui karakteristik aspal dengan bahan tambah getah pinus tersebut perlu dibuat campuran beton aspal dengan mengkaji parameter marshall. Kadar aspal optimum untuk benda uji dengan kadar getah pinus 2,5% dan memenuhi spesifikasi campuran aspal modifiaksi adalah 6,8%. Kata-kata kunci: Laston AC-WC, Marshall, getah pinus ABSTRACT
This research conducted on Laston AC-WC using asphalt pen 60 mixed with pine sap and use the pine sap content amount 0%, 1%, 2,5%, and 5% from asphalt weight. Asphalt pen 60 mixed with pine sap on each test fulfill specification asphalt modification. The charateristic result from asphalt mixed with pine sap 1% and 2,5% fulfill the specification asphalt modification, except for asphalt mixed with pine sap 5% because the value of TFOT smaller than value of specification asphalt modification. The best performance using material pine sap for asphalt modification is 2,5% because the value of softening test is higher than pine sap amount 1%. To know the asphlat characteristic with pine sap, it is needed to make asphalt mix concrete with marshall characteristic test. The optimum asphalt amount for sample with 2,5% of pine sap contant amount and fulfill for asphalt mix midification is 6,8% Keywords: Laston AC-WC, Marshall, Pine Sap
Rekaracana - 1
Syamsi Nur, F. Sukirman, S. Zurni, R.
1. PENDAHULUAN Aspal mempunyai fungsi sebagai bahan pengikat, pengisi rongga antar agregat, dan pengisi pori agregat. Salah satu bahan alternatrif yang dicoba dalam penelitian ini adalah getah pinus hasil hutan Indonesia. Getah pinus tersebut dijadikan sebagai bahan yang dicampurkan (ditambahkan) kedalam aspal dengan melarutkannya kedalam aspal panas dengan berat tetap pada proporsi tertentu, selanjutnya aspal modifikasi ini akan digunakan sebagai bahan pengikat pada campuran panas beton aspal. Getah pinus digunakan pada penelitian ini memiliki sifat elastis menyerupai sifat aspal, mempunyai daya lekat terhadap material lain dan bersifat kedap air. Saat ini banyak penelitian tentang aspal modifikasi salah satunya dengan menggunakan bahan polimer atau getah, sedangkan pada penelitian ini dicoba memodifikasi aspal dengan getah pinus sebagai bahan tambah yang diharapkan mampu memperbaiki karakteristik aspal. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Lapisan perkerasan yang paling atas disebut lapisan permukaan, atau biasa disebut juga sebagai lapisan aus yaitu lapisan yang kontak langsung dengan roda kendaraan dan lingkungan sehingga merupakan lapisan yang cepat rusak terutama akibat air, oleh karena itu lapisan perkerasan teratas sering kali dibuat dengan mempergunakan agregat yang dicampur dengan material pengikat seperti aspal atau semen. Perkerasan dengan mempergunakan aspal sebagai bahan pengikat disebut perkerasan lentur, sedangkan perkerasan dengan menggunakan semen sebagai bahan pengikat disebut perkerasan kaku, dan perkerasan dengan menggabungkan perkerasan lentur dan kaku dinamakan perkerasan komposit. (Sumber: Sukirman.S., 2003) 2.2 Agregat Agregat adalah material berbutir yang keras dan kompak yang merupakan campuran dari pasir, kerikil, batu pecah, atau material lain yang berasal dari bahan mineral alami atau buatan. Agregat digunakan sebagai bahan campuran beraspal membentuk suatu kombinasi ikatan diantara material pembentuk campuran beraspal. Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan, karena jumlah yang dibutuhkan dalam campuran perkerasan umumnya berkisar antara 90% - 95% dari berat total campuran, atau 75% - 85% dari volume campuran yang sebagian besar ditentukan oleh karakteristik agregat yang digunakan. (Sumber: Sukirman.S., 2003) 2.3 Aspal Aspal merupakan campuran dari bitumen dan mineral, yang sering juga disebut bitumen, hal tersebut disebabkan karena bahan dasar utama dari aspal adalah bitumen. Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Sebagai material yang bersifat termoplastis, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk lapisan perkerasan. Berdasarkan tempat diperolehnya aspal dibedakan atas aspal alam dan aspal minyak. Aspal alam adalah aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan dapat digunakan sebagaimana Rekaracana - 2
Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal
diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan. Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu penyulingan minyak bumi. (Sumber: Sukirman.S., 2003) 2.4 Getah Pinus Getah pinus adalah zat cair pekat dari pohon pinus (pinus sp). getah pinus yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyadapan di Jampang kulon, Sukabumi. Pohon pinus di lokasi cukup banyak karena menurut data yang diperoleh dari Perum Perhutani luas area yang dimiliki ± 12.327,58 hektar, dengan jumlah pohon yang ada ± 2.105.207 batang, dan produksi penghasilan getah pinus pertahun 5057,43 ton.Hasil produksi getah pinus yang diolah oleh Perum Perhutani menghasilkan Gondorukem dan Terpentin. 2.5 Beton Aspal Beton aspal adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-material pembentuk beton aspal dicampur di instalasi pencampur pada suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, dihampar, dan dipadatkan. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan. Jika digunakan semen aspal, maka suhu pencampuran umumnya antara 145°-155°C, sehingga disebut beton aspal campuran panas (hotmix). Beton aspal yang menggunakan aspal cair dapat dicampur pada suhu ruang, sehingga dinamakan coldmix. (Sumber: Sukirman.S., 2012) 2.5.1 Spesifikasi Laston AC-WC Gradasi agregat pada campuran sesuai dengan persyaratan gradasi agregat Laston AC-WC yang tertera pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Persyaratan Gradasi Agregat Campuran Ukuran
No
Ayakan
Saringan
% Lolos AC – WC
(mm) 37,5
1 ½"
25
1"
19
¾" ½"
Gradasi Kasar1
Gradasi Halus AC - BC
AC - Base 90-100
100
90-100
73-90
90-100
74-90
/8"
72-90
4,75
No.4
2,36
No.8
1,18
No.16
0,6
No.30
0,3
No.50
54-69 39,153 31,640 23,130 15,522
0,15 0,075
No.100 No.200
9-15 4-10
9,5
3
AC - BC
100 100
12,5
AC – WC
AC - Base 100
100
90-100
100
90-100
73-90
61-79
90-100
71-90
55-76
64-82
47-67
72-90
58-80
45-66
47-64
39,5-50
43-63
37-56
28-39,5
34,6-49
30,8-37
28-39,1
23-34,6
19-26,8
28,3-38
24,1-28
19-25,6
15-22,3
12-18,1
20,7-28
17,6-22
13-19,1
10-16,7
7-13,6
13,7-20
11,4-16
9-15,5
7-13,7
5-11,4
4-13 4-8
4-10 3-6
6-13 4-10
5-11 4-8
4,5-9 3-7
(Sumber: Bina Marga, 2010) Rekaracana - 3
Syamsi Nur, F. Sukirman, S. Zurni, R.
Untuk mendapatkan beton aspal yang memenuhi mutu yang diharapkan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan agregat. Untuk setiap jenis campuran (AC) yang dimodifikasi menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut masing-masing sebagai (AC-WC Modified), (AC-BC Modified) dan (AC-Base Modified). Ketentuan mengenai sifat-sifat dari campuran Laston Modifikasi (AC-Modified) tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC-Mod) Laston Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis Lapis Aus Pengikat Pondasi Kadar Aspal Efektif (%)
4,5
Penyerapan aspal (%)
4,2
Maks.
4,2
1,2
Jumlah tumbukan per bidang
75
112
Rongga dalam campuran (%)
Min. Maks.
3 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA)(%)
Min.
15
14
13
Rongga terisi aspal (%)
Min.
65
63
60
Min.
1000
2250
Maks.
-
-
Pelelehan (mm)
Min.
3
4,5
Marshall Quotient (kg/mm)
Min.
300
350
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ºC(3)
Min.
90
Rongga dalam campuran(%) pada Kepadatan membal (refusal)
Min.
2,5
Stabilitas Dinamis, Lintasan/mm
Min.
2500
Stabilitas Marshall (kg)
(Sumber: Bina Marga, 2010) 2.5.2 Pengujian Marshall Kinerja beton aspal padat di tentukan melalui pengujian benda uji yang meliputi: 1 Penentuan berat volume benda uji. 2.Pengujian nilai stabilitas adalah kemampuan maksimum beton aspal padat menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis. 3.Pengujian kelelehan (flow), adalah besarnya perubahan bentuk plastis dari beton aspal padat akibat adanya beban sampai batas keruntuhan. 4.Perhitungan Kuosien Marshall, adalah perbandingan antara stabilitas dan flow. 5.Perhitungan berbagai jenis volume pori dalam beton aspal padat. 6. Perhitungan tebal selimut atau film aspal. Rekaracana - 4
Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal
Dari keenam butir pengujiaan yang umum dilakukan untuk menentukan kinerja beton aspal, terlihat bahwa hanya nilai stabilitas dan flow yang ditentukan dengan mempergunakan alat Marshall, sedangkan parameter lainnya ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan. Secara garis besar pengujian Marshall meliputi: 1. Persiapan benda uji. 2. Penentuan berat jenis bulk dari benda uji. 3. Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow. 4. Perhitungan sifat volumetrik benda uji. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode untuk penelitian ini di perlihatkan pada Gambar 1. Mulai Tujuan Penelitian Studi Pustaka Pengujian Aspal
Pen 60
-
Agregat
Pembuatan campuran aspal pen 60 + getah pinus 1%, 2,5%, dan 5%.
Pengujian Agregat (Data Sekunder) -Berat Jenis -Penyerapan
Pengujian Sifat Fisik Penetrasi Titik Lembek Titik Nyala/Bakar Daktilitas Berat Jenis Viskositas Kelarutan TFOT Penetrasi Setelah TFOT Daktilitas Setelah TFOT
% Kadar Aspal + Getah Pinus Optimum
Pembuatan Benda Uji Campuran Getah Pinus dengan Menggunakan Kadar Aspal Acuan (KAA) dengan Menggunakan Rumus P= 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%Filler) + K Uji Marshall Kadar Aspal Optimum (KAO) Analisis Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 1. Prosedur Kerja Penelitian
Rekaracana - 5
Syamsi Nur, F. Sukirman, S. Zurni, R.
3.1 Rencana Kerja Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan rencana kerja dan persiapan bahan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan penelitian. Setelah melakukan persiapan bahan, dilakukan pembuatan dan pemeriksaan aspal bercampur getah pinus. Setelah pemeriksaan dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian aspal bercampur dengan getah pinus. 3.2 Pembuatan Aspal Bercampur Getah Pinus Penambahan getah pinus ke dalam aspal sebagai campuran perkerasan dapat dilakukan dengan cara menambahkan getah pinus terlebih dahulu ke dalam aspal sehingga terbentuk campuran aspal bercampur getah pinus. Agar diperoleh penyebaran partikel getah pinus deangan baik dan cepat, maka pencampuran getah pinus dan aspal sebaiknya dilakukan dalam keadaan panas. Akhirnya seluruh partikel getah pinus tersebar dan membentuk campuran aspal yang homogen. Dalam penelitian ini dilakukan pencampuran aspal murni pen 60 (Pertamina) dengan getah pinus yang berkadar 1% ,2,5%, dan5%, terhadap berat aspal. Metode pencampuran getah pinus yaitu aspal dipanaskan hingga mencapai suhu yang diinginkan tergantung dari tingkat kekerasan aspal, kemudian getah pinus ditambahkan pada aspal dan dilanjutkan pengadukan selama ±20 menit. 3.3 Pemeriksaan aspal Aspal yang akan dicampur dengan getah pinus adalah aspal yang memenuhi persyaratan spesifikasi Kementrian Pekerjaan Umum,2010. 3.4 Gradasi Agregat Benda Uji Gradasi agregat acuan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi untuk Lapisan Aspal Beton AC-WC. Tabel 3. Gradasi Campuran Ukuran ayakan No
Laston (AC-WC)
Bukaan % Berat yang lolos Gradasi Target (mm)
Gradasi spesifikasi
1½ inci 1 inci ¾ inci ½ inci 3/8 inci No. 4
37,5 25 19 12,5 9.5 4,75
100 90 – 100 72 – 90 54 – 69
No. 8
2,36
39,1 – 53
100 90 80 60 45
No. 16
1,18
31,6 – 40
35
No. 30
0,6
23,1 – 30
25
No. 50 No. 100 No. 200
0,3 0,15 0,075
15,5 – 22 9-15 4 – 10 Rekaracana - 6
18 10 5
Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal
Keterangan :
Gradasi target / persen lolos agregat Batas spesifikasi Gambar 2. Gradasi Agregat yang Digunakan
3.6 Pembuatan Benda Uji Langkah-langkah persiapan benda uji sebagai berikut: 1. Agregat dibersihkan; 2. Pengeringan agregat; 3. Perhitungan berat tertahan untuk masing-masing ayakan; 4. Perhitungan KAA dengan rumus; KAA = 0.035 (% CA) + 0.045 (% FA) + 0.18 (% filler) + konstanta ..................(3.1) 5. Penimbangan berat tertahan pada masing-masing ayakan; 6. Pencampuran berat agregat yang telah ditimbang; 7. Pelaksanaan pembuatan benda uji. 3.5 Pengujian dengan Alat Marshall Pengujian dilakukan berdasarkan prosedur SNI 06-2489-1991, yang dimaksudkan untuk menentukan parameter Marshall yaitu: 1. Kuosien Marshall, adalah ratio antara nilai stabilitas dan kelelehan; 2. Berat volume benda uji; 3. Volume pori dalam campuran benda uji (VIM); 4. Volume pori antara agregat dalam benda uji (VMA); 5. Volume pori antara agregat yang terisi oleh aspal (VFA). 3.7 Metode Penentuan Kadar Aspal Optimum Kadar aspal optimum merupakan nilai persentase berat aspal terhadap campuran yang paling ideal dan memenuhi persyaratan campuran. Nilai kadar aspal optimum ditentukan dari hubungan kadar aspal dengan parameter-parameter Marshall yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. (Sumber: Sukirman.S., 2012) Rekaracana - 7
Syamsi Nur, F. Sukirman, S. Zurni, R.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Aspal Bercampur Getah Pinus Hasil-hasil pengujian aspal bercampur getah pinus diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengujian Aspal bercampur Getah Pinus Jenis Pemeriksaan
Satuan
Penetrasi (25°C -5s) Titik Lembek Titik Nyala Titik Bakar Indeks Penetrasi Daktilitas (25°C -5s) Temp. Campuran °C (Visko 170 Cst) Temp. Pemadatan °C (Visko 280 Cst) Berat Jenis (25°C) Kelarutan Berat yang Hilang Penetrasi (25°C -5s) setelah TFOT Daktilitas (25°C -5s) setelah TFOT
0,1 mm °C °C °C
0% 69,4 49 284 287 -0,659 150 172 138 1,0259 99,47 0,1 64 150
Cm Cst Cst (%) (%) 0,1 mm Cm
Hasil 1% 2,5% 61,8 59,2 50 54 272 258 276 268 0,0502 0,1729 150 150 168 165 146 136 1,0328 1,0425 99,448 99,2385 0,15 0,1 57,8 56,4 150 150
5% 51,4 55 244 246 0,0468 150 141 122 1,046 99,405 0,1 47,2 150
Persyaratan pen 60 aspal modifikasi 60-70 50-70 ≥48 ≥232 ≥232 ≥ -1,0 ≥ 0,0 ≥100 ≥100 ≥1 ≥ 99 ≤0,8 ≥ 54 ≥100
≥1 ≥ 99 ≤0,8 ≥ 54 ≥100
4.2 Hasil Pengujian Agregat Agregat diuji mengikuti prosedur SNI yang meliputi beberapa jenis pengujian. Agregat yang digunakan berasal dari hasil proses pemecahan alat pemecah batu (s tone crusher) di daerah karawang dari PT. Kadi Internasional Karawang. Pada bab ini juga disajikan hasil penelitian agregat yang telah dilakukan oleh Oki Rahdiana (2012), yang mana agregat yang digunakan diasumsikan sama dengan agregat yang dipakai dalam penelitian ini. 4.3 Karakteristik Aspal Setelah Pencampuran Getah Pinus Hasil karakteristik aspal bercampur getah pinus 1% dan 2,5% memenuhi persyaratan aspal modifikasi, kecuali untuk aspal bercampur getah pinus 5% karena nilai penetrasi setelah TFOT yang dihasilkan lebih kecil dari nilai persyaratan aspal modifikasi. Penggunaan getah pinus yang paling baik yaitu berada pada 2,5% dan persentase yang paling besar diperoleh pada nilai getah pinus dengan kadar 2,5%. Kemudian untuk mengetahui karakteristik aspal dengan bahan tambah getah pinus tersebut perlu dibuat campuran beton aspal yang menggunakan gradasi LASTON AC-WC dengan mengkaji parameter marshall. 4.4 Penentuan Kadar Aspal Acuan Hasil penentuan parameter Marshall diperoleh melalui pengujian Marshall berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Hasil pengujian Marshall tersebut dibuat garfik hubungan antara kadar aspal dan nilai volumentrik Marshall untuk menentukan nilai KAO (Kadar Aspal Optimum) atau kadar aspal yang memenuhi spesifikasi parameter Marshall seperti nilai VIM, VMA, VFA, Stabilitas, Flow dan MQ. -
KAA Berat Berat Berat
= 0,035(55) + 0,045(40) + 0,18(5)+1 = 5,625% ≈ 5,5% total campuran = 1100 gram aspal = 1100 x 5,5% = 60,5 gram agregat = 1100 – 60,5 = 1039,5 gram Rekaracana - 8
Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal
Untuk menentukan Kadar Aspal Optimum dibuat benda uji dengan kadar aspal 5,5%, 6%, 6,5%, 7%, dan 7,5%. 4.5 Data Hasil Pengujian Marshall Hasil pengujian Marshall untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hubungan Parameter Marshall dengan Kadar Aspal No Benda Uji
Kadar Aspal (%)
VIM (%)
VMA (%)
9.62
1a 1b 1c 2a 2b 2c 3a 3b 3c 4a 4b 4c 5a 5b 5c
5,5%
6%
6,5%
7%
7,5%
18,91 11,05 20,19 12,62 21,61 6,3 16,94 6,24 16,89 6,37 17,01 5,85 17,54 5,67 17,39 5,7 17,42 2,58 15,7 3,44 16,44 3,96 16,9 2,66 16,78 2,47 16,62 1,92 16,15
VFA (%)
Stabilitas (kg)
Flow (mm)
49,15 45,3 41,59 62,82 63,07 62,53 66,66 67,38 67,26 83,56 79,05 76,55 84,15 85,11 88,1
1359 1313 1348 1613 1738 1588 1762 1873 1700 1907 1752 1822 1642 1530 1490
4,09 4,41 4,11 3,97 4,36 3,88 4,32 3,81 3,88 4,56 4,10 4,46 4,97 4,87 4,92
Koefisien Marshall (kg/mm) 332,396 297,83 328.041 406,372 398,695 409,16 407,768 491,501 438,034 418,245 427,283 408,579 330,368 314,151 302,89
Untuk mendapatkan kadar aspal optimum dibuat grafik hubungan antara parameterparameter Marshall yang memenuhi persyaratan Laston dengan kadar getah pinus yang didapat dari pengujian aspal dengan nilai kadar 2,5%. Kadar aspal optimum adalah nilai tengah dari batas kadar aspal yang memenuhi syarat.
VMA (%)
22 20 18 16 14 12
5
5.5
6
6.5
7
7.5
KADAR ASPAL (%) Gambar 3. Hubungan kadar aspal dengan VMA pada campuran beton aspal Rekaracana - 9
VIM (%)
Syamsi Nur, F. Sukirman, S. Zurni, R.
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 5
5.5
6
6.5
7
7.5
KADAR ASPAL (%) Gambar 4. Hubungan kadar aspal dengan VIM pada campuran beton aspal
90
VFA (%)
80 70 60 50 40 30 5
5.5
6
6.5
7
7.5
KADAR ASPAL (%) Gambar 5. Hubungan kadar aspal dengan VFA pada campuran beton aspal 7
FLOW (mm)
6 5 4 3 2 5
5.5
6
6.5
7
7.5
KADAR ASPAL (%) Gambar 6. Hubungan kadar aspal dengan Flow pada campuran beton aspal \
Rekaracana - 10
Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal
STABILITAS (kg)
1800 1600 1400 1200 1000 800 5
5.5
6
6.5
7
7.5
Kadar Aspal (%) Gambar 7. Hubungan kadar aspal dengan Stabilitas pada campuran beton aspal
MQ (kg/mm)
600 500 400 300 200 5
5.5
6
6.5
7
7.5
Kadar Aspal (%) Gambar 8. Hubungan kadar aspal dengan MQ pada campuran beton aspal
Gambar 9. Penetuan Kadar Aspal Optimum Kadar aspal optimum yang diperoleh dari hasil pengujian sebesar 6,8% 5. KESIMPULAN Hasil pengujian dan analisis terhadap hasil pemeriksaan bahan aspal dan getah pinus dengan persentase getah pinus 1%, 2,5% dan 5%, dapat disimpulkan: 1. aspal yang digunakan memenuhi persyaratan penetrasi, titik lembek, titik nyala, berat jenis, indeks penetrasi, daktilitas, viskositas, kelarutan, berat yang hilang (TFOT), penetrasi setelah kehilangan berat, dan daktilitas setelah kehilangan berat; Rekaracana - 11
Syamsi Nur, F. Sukirman, S. Zurni, R.
2. titik nyala dari benda uji dengan getah pinus mengalami penurunan karena getah pinus mengandung minyak terpentin sehingga dapat mudah terbakar; 3. hasil pengujian benda uji (TFOT) memenuhi persyaratan, kecuali benda uji dengan bahan tambah getah pinus 5% ; 4. aspal modifikasi yang dicampur dengan getah pinus 2,5% merupakan hasil yang paling baik, karena nilai titik lembek yang lebih tinggi di bandingkan dengan kadar 1% dengan nilai suhu 54°C dan baik untuk digunakan sebagai aspal modifikasi; 5. Nilai VMA cendurung menurun dengan bertambahnya kadar aspal modifikasi. Menurunnya nilai VMA menunjukkan rongga pada campuran semakin kecil, hal ini didukung dengan nilai VIM yang kecil juga; 6. Nilai VFA, Flow, Stabilitas, dan MQ yang diperoleh pada campuran memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan; 7. kadar aspal optimum yang didapat dari pengujian aspal dengan bahan tambah getah pinus 2,5% sebesar 6,8%. DAFTAR RUJUKAN Departemen Pekerjaan Umum, 2010, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal”. Sukirman. S., 2003, “Beton Aspal Campuran Panas”, Granit, Jakarta. Sukirman. S., 2012, “Beton Aspal Campuran Panas”, Institut Teknologi Nasional, Bandung.
Rekaracana - 12