PERBANDINGAN NILAI STABILITAS PENGGUNAAN FILLER SERBUK KULIT KERANG DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN BETON ASPAL Rizki Cahyadi1), Rika Sylviana2), Elma Yulius3), 1,2,3) , Teknik Sipil, Universitas Islam 45 Bekasi Jalan Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113Telp. (021)88344436 Abstrak Kajian ini merupakan eksperimen untuk mencari alternatif pengganti filler material abu batu sebagai campuran beton aspal yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang sudah mulai sulit didapat karena kurang tersediannya material abu batu (material konvensional) yang ada dipasaran khususnya di daerah pesisir pantai. Dalam hal ini memanfaatkan serbuk kulit kerang dara (Anadara granosa) sebagai material filler pengganti/alternatif untuk campuran beton aspal. Oleh karena itu diharapkan material dimaksud dapat mengganti maupun meningkatkan nilai stabilitas pada suatu campuran beton aspal. Metode penelitian ini melakukan uji material di laboratorium dengan variasi filler serbuk kulit kerang (4%, 6% dan 8%). Setelah dilakukan pengujian terhadap material rancangan campuran kadar aspal optimum didapat sebesar 5,5%. Kemudian dilakukan uji Marshall untuk mendapatkan nilai stabilitas campuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan filler 4% memiliki nilai stabilitas 1313,79 kg (serbuk kulit kerang), dan 1522,30 kg (batu abu). Untuk penggunaan filler serbuk kulit kerang 6% dan 8% mempunyai nilai stabilitas sebesar 1616,21 kg dan 1688,56 kg. Dengan demikian nilai stabilitas penggunaan filler serbuk kulit kerang secara teknis dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada lapisan permukaan jalan sebagai bahan material filler pengganti/alternatif. Kata kunci : serbuk kulit kerang, abu batu, campuran beton aspal 1. Pendahuluan Perkembangan suatu daerah sangat tergantung dari tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai dan dapat mendukung perkembangan dari daerah tersebut yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah tersebut dengan meningkatkan mutu jalan sebagai sarana penghubung suatu daerah ke daerah lainnya. Dalam perencanaan pembuatan jalan harus benar-benar diperhitungkan agar didapat hasil yang optimal sesuai yang diharapkan. Ada tiga hal dalam perencanaan jalan yaitu biaya, kualitas dan kuantitas yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan guna mendapatkan 1
alternatif pemilihan perkerasan jalan beraspal yang cocok dan sesuai dengan ketiga faktor tersebut. Dewasa ini sedang berkembang penggunaan berbagai macam additive (bahan tambah) dan modifier (bahan pengganti) untuk meningkatkan mutu beton yang akan dipergunakan pada konstruksi jalan, mulai dari berbagai jenis kapur, fiber serta bermacam-macam polimer. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jalan yang bermutu tinggi dan sekaligus ekonomis. Pada perencanaan jalan yang saat ini dilakukan, penggunaan material perkerasan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan mulai agak sulit didapatkan. Hal ini terjadi karena banyaknya ruas jalan yang perlu ditingkatkan serta kurang tersedianya material yang ada di pasaran seperti abu batu (sebagai filler) yang hanya tersedia pada stone crusher dalam jumlah sangat terbatas serta pasir kali dengan permukaan kasar dan tidak porus. Bahanfiller yang biasa digunakan untuk campuran aspal panas berupa semen, kapur dan abu batu. Dalam usaha menambah bahan filler yang dapat digunakan sebagai bahan pencampur pembuatan campuran aspal panas dicoba menggunakan kulit kerang yang telah dihaluskan dengan harapan bisa memanfaatkan limbah kerang yang banyak didapat di daerah-daerah pantai. Percobaan ini dilakukan dengan suatu harapan daya rekat penggunaan filler kulit kerang akan melebihi daya rekat menggunakan filler abu batu. Bahandasar untuk campuran aspal panas ini terdiri dari bahan agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal. Pada pelaksanaan di lapangan pencampuran bahan-bahan dijadikan campuran aspal panas menggunakan alat Asphalt Mixing Plant (AMP), tetapi pada penelitian di laboratorium, pencampuran bahan-bahan pembuat aspal panas menggunakan alat pencampur (mixer), dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk mendapatkan campuran aspal panas yang akan digunakan sebagai bahan uji. Dalam hal ini campuran aspal panas sebagai benda uji akan diteliti mengenai kerekatan antara campuran aspal panas menggunakan bahan pengisi (filler) kulit kerang dan campuran aspal panas menggunakan bahan pengisi (filler) abu batu. Perbandingan kedua jenis aspal campuran ini penggunaan material telah direncanakan pada kondisi yang sama. Permasalahan di atas menjadikan ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang perencanaan campuran aspal yang menggunakan material alternatif berupa serbuk kulit kerang yang nantinya akan diuji sebagai bahan pengganti atau campuran material filler yang banyak terdapat di daerah pantai yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tujuan dari penelitian ini antara lain ialah:
2
1.
Untuk mengetahui nilai stabilitas suatu campuran beton aspal dengan menggunakan material filler abu batu juga filler serbuk kulit kerang. 2. Membandingkan pengaruh pemakaian material filler abu batu dengan filler serbuk kulit kerang berdasarkan nilai stabilitasnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah: 1. Dapat memberikan solusi alternatif pemilihan penggunaan filler dalam suatu konstruksi perkerasan lentur. 2. Dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang kulit kerang pada perkerasan lentur. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana tahapan cara untuk mengetahui nilai stabilitas suatu campuran beton aspal masing-masing dengan menggunakan material filler abu batu dan serbuk kulit kerang? 2. Apakah ada perbedaan nilai stabilitas antara material bahan pengisi (filler) dengan menggunakan abu batu dan filler dengan menggunakan serbuk kulit kerang dara pada beton aspal, dan manakah yang lebih tinggi nilai stabilitas beton aspal tersebut yaitu antara kedua material bahan pengisi (filler) itu? Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki dan luasnya permasalahan, maka penulis membatasi masalah pada: 1. Mencari besaran kekuatan nilai stabilitas pada campuran beton aspal dengan menggunakan filler serbuk kulit kerang dan abu batu dengan melakukan pengujian standar seperti: a. Pengujian fisik agregat b. Pengujian aspal c. Mix Design d. Pengujian stabilitas campuran dengan alat Marshall 2. Kajian ini tidak sampai melakukan analisa anggaran biaya dalam aplikasi di lapangan. 3. Kulit kerang yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah jenis kerang dara (Anadara granosa). 4. Variasi kadar material filler pada campuran yang digunakan dalam kajian ini yaitu: a. Filler Abu Batu 4%. b. Filler Serbuk Kulit Kerang 4%, 6% dan 8%. 2. Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan antara lain: 1. Pengujian fisik terhadap aspal diantaranya berat jenis aspal, daktilitas/kemuluran bitumen, softening point (titik lembek) bitumen metode cincin bola, penetrasi/kekerasan bitumen dan cleveland flash point/titik nyala. 3
2.
3. 4. 5.
6.
Pengujian fisik agregat yang dilaksanakan adalah berat jenis dan penyerapan agregat kasar, keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeles, analisa agregat kasar, berat jenis dan penyerapan agregat halus, analisa saringan agregat halus, berat jenis dan penyerapan filler serta analisa saringan filler. Perencanaan campuran aspal panas/mix design. Pengujian benda uji dengan prosedur pengujian menggunakan metode alat Marshall. Analisa dilakukan terhadap sifat-sifat Marshall yaitu: stabilitas, Void in Mineral Agregate (VMA), Void Filled wth Bitumen (VFB), Void in Mix (VIM) dan Flow/kelelehan campuran. Evaluasi.
3. Hasil dan pembahasan Hasil pengujian terhadap material yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi spesifikasi yang telah disyaratkan terlampir dalam beberapa tabel antara lain sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pengujian Fisik Aspal Hasil
Persyaratan/ Spesifikasi
Satuan
Spesifikasi
1. Berat jenis
1,0305
Min 1
gr/cm
Memenuhi spesifikasi
2. Penetrasi
84,75
Min.80; Maks 99
mm
Memenuhi spesifikasi
3. Titik lembek
46,5
Min 46; Maks 54
ºC
Memenuhi spesifikasi
4. Daktilitas
128,4
Min 100
cm
Memenuhi spesifikasi
5. Titik nyala
344
Min. 225
ºC
Memenuhi spesifikasi
Jenis Pengujian
Tabel 2. Hasil Pengujian Fisik Agregat dan Filler Jenis Pengujian
Hasil
Persyaratan /Spesifikasi
Satua n
1. Pengujian berat jenis agregat kasar
2,715
>2,55
gr/cc
2. Pengujian penyerapan agregat kasar
2,98
<5
%
3. Pengujian keausan agregat kasar
16,91
<40
%
4. Pengujian berat jenis agregat halus
2,688
>2,55
gr/cc
4,698
<5
%
2,717
>2,55
gr/cc
2,815
>2,55
gr/cc
5. Pengujian penyerapan agregat halus 6. Pengujian berat jenis Filler (abu batu) 7. Pengujian berat jenis Filler (serbuk kulit kerang)
Spesifikasi Memenuhi spesifikasi Memenuhi spesifikasi Memenuhi spesifikasi Memenuhi spesifikasi Memenuhi spesifikasi Memenuhi spesifikasi Memenuhi spesifikasi
4
Adapun komposisi campuran beton aspal untuk agregat kasar (split) 54%, agregat halus (pasir) 42%, filler 4% dan kadar aspal (optimum) sebanyak 5,53%. Berikut merupakan hasil pengujian dari sifat-sifat campuran beton aspal: 1. Prosentase rongga diantara butir agregat dalam campuran/VMA (Voids in Mineral Agregates). Gambar 1. Grafik Hasil Rata-Rata Pengujian Prosentase Rongga Diantara Butir Agregat Dalam Campuran (VMA) 16.55 16.50 16.45 16.40 16.35 16.30
16.53 16.40 16.36 4%
6%
8%
Prosentase rongga diantara butir agregat dalam campuran yang didapat dari hasil rata-rata pengujian menunjukkan penggunaan filler 4% sebesar 16,53%, menggunakan filler 6% sebesar 16,40%, dan menggunakan filler 8% sebesar 16,36%. Ketiga campuran yang dilakukan pengujian, hasil prosentase rongga diantara butir agregat dalam campurannya memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan (Direktorat Jendral Bina Marga) yaitu minimal 14%. 2.
Prosentase rongga terisi aspal/VFB (Voids Filled with Bitumen). 74.50 74.00 73.50 73.00 72.50 72.00
73.799
74.104
72.951 4%
6%
8%
Gambar 2.Grafik Hasil Rata-Rata Prosentase Rongga Terisi Aspal (VFB)
Hasil pengujian stabilitas Marshall rata-rata untuk prosentase rongga terisi aspal menggunakan filler kulit kerang 4% sebesar 5
72,951%, menggunakan filler 6% sebesar 73,799% dan menggunakan filler 8% sebesar 74,104%. Ketiga campuran yang dilakukan pengujian hasil prosentase rongga terisi aspalnya memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan (Direktorat Jendral Bina Marga) yaitu minimal 63%. Suatu campuran aspal jika mempunyai prosentase rongga terisi aspal yang besar dari spesifikasi maka campuran aspal tersebut akan semakin elastis dan nyaman saat dilalui oleh kendaraan dan sebaliknya jika campuran aspal mempunyai prosentase rongga tersisi aspal yang kecil dari spesifikasi maka campuran aspal tersebut akan semakin padat dan kurang nyaman untuk dilalui oleh kendaraan. 3.
Prosentase rongga di antara agregat yang diselimuti aspal/VIM (Voids In Mix). 4.100 4.000
4.058
3.900 3.893
3.800 3.700 4%
6%
3.838 8%
Gambar 3. Grafik Hasil Rata-Rata Prosentase Rongga Diantara Agregat yang Diselimuti Aspal (VIM)
Dari hasil rata-rata pengujian Marshall didapat prosentase rongga diantara agregat yang diselimuti aspal menunjukkan, penggunaan filler 4% lebih besar daripada penggunaan filler 6% dan 8%. Dari hasil rata-rata pengujian didapat prosentase rongga dalam campuran menggunakan filler 4% sebesar 4,058, filler 6% sebesar 3,893 dan filler 8% sebesar 3,838. Ketiga campuran menggunakan fillerkulit kerang yang dilakukan, hasil prosentase rongga dalam campurannya memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Direktorat Jendral Bina Marga) yaitu minimal 3,5% dan maksimal 5,5%. Besar kecilnya prosentase rongga dalam suatu campuran aspal akan mempengaruhi kepadatan campuran tersebut. Jika prosentase rongga dalam campuran lebih kecil daripada spesifikasi, akan menyebabkan keretakan, tetapi jika rongga dalam campuran lebih besar dari spesifikasi, nilai dari stabilitas aspal akan berkurang.
6
4.
Hasil nilai stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 4%. 1400 1360 1320 1280 1240
1358.61
I
1283.59 II
1299.18 III
Gambar 4.Grafik Hasil Stabilitas Marshall Menggunakan Filler Kulit Kerang 4%
Pada fillerkulit kerang 4% didapat nilai stabilitas Marshall benda uji 1 sebesar 1358,61 kg, benda uji 2 sebesar 1283,59 kg dan benda uji 3 sebesar 1299,18 kg. 5.
Hasil nilai stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 6%. 1640 1620 1600 1580 1560 1540
1635.33
1629.66
II
III
1583.65 I
Gambar5.Grafik Hasil Stabilitas MarshallMenggunakan Filler Kulit Kerang 6%
Dari hasil stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 6% didapatkan pada benda uji 1 yaitu 1583,65 kg, benda uji 2 sebesar 1635,33 kg dan benda uji 3 sebesar 1629,66 kg. 6.
Hasil nilai stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 8%. 1800 1750 1700 1650 1600 1550
1750.35 1681.67
1633.66 I
II
III
Gambar 6.Grafik Hasil Stabilitas Marshall Menggunakan Filler Kulit Kerang 8%
Dari hasil stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 8% didapatkan hasil pada benda uji 1 yaitu 1633,66 kg, benda uji 2 sebesar 1681,67 kg dan bendauji 3 sebesar 1750,35 kg.
7
7.
Hasil pengujiannilai stabilitas Marshall rata-rata menggunakan filler kulit kerang (menggunakan filler 4%, 6% dan 8%). 1900 1700 1500 1300 1100
1616.21
1688.56
6%
8%
1313.79 4%
Gambar 7.GrafikHasil Stabilitas Marshall Rata-RataMenggunakan FillerKulit Kerang 4%, 6% dan 8%
Hasil pengujian stabilitas Marshall rata-rata menggunakan fillerkulit kerang 4% sebesar 1313,79 kg, filler 6% sebesar 1616,21 kg dan filler 8% sebesar 1688,56 kg. Ketiga campuran ini hasil stabilitas Marshallnya memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan (SNI 06-2484-1991) untuk digunakan pada jalan lalu lintas tinggi yaitu minimal 800 kg. Dari hasil pengujian stabilitas Marshall didapatkan hasil bahwa penggunaan fillerkulit kerang sebesar 8%, nilai stabilitas Marshallnya lebih besar daripada penggunaan filler 4% dan 6%. 8.
Nilai kelelahan campuran (flow) 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50
3.93
3.67 3.23
4%
6%
8%
Gambar 8. Grafik Nilai Kelelahan Campuran
Dari Gambar 4.10 di atas didapatkan hasil bahwa penggunaan filler 4% pada campuran mempunyai kelelahan sebesar 3,93 mm, filler 6% sebesar 3,67 mm, filler 8% sebesar 3,23 mm. Ketiga proporsi campuran yang dilakukan, hasil stabilitas Marshall nya untuk kelelahan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan (Direktorat Jendral Bina Marga) yaitu minimal 3 mm. Perbandingan hasil penelitian pemanfaatan kerang laut untuk campuran aspal panas dengan spesifikasi dapat dilihat dalam Tabel berikut.
8
Tabel 3. Perbandingan Hasil Pengujian Stabilitas Sifat Campuran Menggunakan Filler Kulit Kerang danAbu Batu dengan Spesifikasi
Sifat-Sifat Campuran
Jumlah tumbukan per bidang Prosentase rongga di antara butir agregat (VMA) (%) Prosentase rongga terisi aspal (VFB) (%) Prosentase rongga di antara agregat yang di selimuti aspal (VIM) (%) Stabilitas Marshall (kg) Kelelehan campuran (mm)
Spesifika si Laston BC
Hasil Pengujian Campuran Aspal Kulit Kulit Kulit Abu Keran Keran Keran Keteranga Batu g g g n 4% 4% 6% 8% Memenuhi 75 75 75 75 spesifikasi
Mak s
75
Min
14
16,27
16,53
16,40
16,36
Memenuhi spesifikasi
Min
63
74,24 0
72,95 1
73,79 9
74,10 4
Memenuhi spesifikasi
Min
3,5
Mak s
5,5
3,778
4,058
3,838
Memenuhi spesifikasi
Min
800
1522, 30
1313, 79
1616, 21
1688,56
Min
3
3,40
3,93
3,67
3,23
3,893
Memenuhi spesifikasi Memenuhi spesifikasi
Hasil stabilitas sifat campuran terhadap rongga di antara butir agregat (VMA) menggunakan filler abu batu lebih kecil (16,27%) daripada menggunakan filler kulit kerang (16,53%), begitu pula jika dibandingkan dengan penggunaan filler kulit kerang 6% (16,40%) dan 8% (16,36%). Dari hasil ini menunjukkan penggunaan filler abu batu lebih baik daripada menggunakan filler kulit kerang. Hasil prosentase rongga terisi aspal (VFB) menggunakan filler abu batu 4% sebesar 74,240%, menggunakan filler kulit kerang 4% sebesar 72,951%, menggunakan filler kulit kerang 6% sebesar 73,799% dan menggunakan filler kulit kerang 8% sebesar 74,104%. Dari hasil ini didapatkan bahwa prosentase penggunaan filler abu batu rongga terisi aspalnya lebih besar daripada filler kulit kerang, maka perkerasan yang menggunakan abu batu lebih padat dibanding kulit kerang (maksimal kadar filler kulit kerang 6%). Dari Tabel 3 didapatkan prosentase rongga di antara agregat yang diselimuti aspal (VIM) menggunakan filler abu batu lebih kecil daripada menggunakan filler kulit kerang. Prosentase rongga di antara agregat yang diselimuti aspal pada filler abu batu 4% sebesar 3,778%, menggunakan filler kulit kerang 4% sebesar 4,058%, filler kulit kerang 6% sebesar 3,893% dan filler kulit kerang 8% sebesar 3,838%.
9
Hasil stabilitas Marshall yang menggunakan filler abu batu lebih besar daripada filler kulit kerang. Hasil stabilitas Marshall yang menggunakan filler abu batu 4% sebesar 1522,30 kg, filler kulit kerang 4% sebesar 1313,79 kg, filler kulit kerang 6% sebesar 1616,21 kg dan menggunakan filler kulit kerang 8% sebesar 1688,56 kg. Hasil ini menunjukkan menggunakan filler abu batu lebih kuat menahan beban lalu lintas daripada filler kulit kerang dengan catatan jumlah kadar filler yang sama yaitu 4%. Pada jumlah kadar filler 6% dan 8% nilai stabilitas nya lebih besar dibanding dengan nilai stabilitas filler abu batu yang jumlah kadar filler nya 4%. Hasil pengujian nilai kelelahan campuran yang tercantum di Tabel 3 menggunakan filler abu batu 4% sebesar 3,40 mm, menggunakan filler kulit kerang 4% sebesar 3,93 mm, menggunakan filler kulit kerang 6% sebesar 3,67 mm dan menggunakan filler kulit kerang 8% sebesar 3,23 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan filler abu batu 4% mempunyai nilai kelelahan lebih kecil daripada menggunakan filler kulit kerang 4% dan 6%, tetapi lebih besar daripada menggunakan filler kulit kerang 8%.
Kesimpulan Berdasarkan uraian mengenai hasil pengujian yang dilakukan, maka hasil penelitian perbandingan kulit kerang dengan abu batu pada campuran perkerasan lentur dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Semua bahan material yang digunakan dalam penelitian ini (agregat kasar, agregat halus dan aspal) memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 2. Dari uji Marshall memperlihatkan pemakaian filler kulit kerang 8%, nilai stabilitasnya lebih besar daripada pemakaian filler 6% dan pemakaian filler 4%, karena pada pemakaian filler 8% rongga di dalam aspal semakin kecil dibanding filler 6% dan 4%, sehingga mengakibatkan aspal semakin padat. 3. Dari hasil pengujian yang dilakukan pemakaian filler abu batu nilai stabilitas Marshallnya lebih besar daripada pemakain filler kulit kerang, karena filler abu batu gradasinya lebih halus (lolos saringan 0,074 sebesar 94,244%) daripada filler kulit kerang (lolos saringan 0,074 sebesar 85,164). 4. Dalam proporsi campuran aspal panas, semakin sedikit filler yang digunakan maka semakin cepat campuran mengalami kelelahan. 5. Dari uji Marshall yang dilakukan, semakin tinggi persentase penggunaan filler, maka semakin banyak pula rongga pada campuran yang terisi oleh aspal.
10
6.
7.
Penggunaan filler kulit kerang pada campuran aspal panas untuk perkerasan lentur nilai stabilitasnya memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil pengkajian di laboratorium hasil campuran aspal beton dengan bahan pengisi/filler kulit kerang secara teknis dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada lapisan permukaan jalan sebagai bahan pengganti/alternatif.
Daftar pustaka _________, 1976, Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, Dep. PU Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. _________, 2006, Campuran Beton Aspal dan Job Mix Formula, Dep. PU Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung. _________, 2008, Panduan Praktikum Teknologi Aspal, Dep. PU Puslitbang SDA Balai Irigasi, Bekasi. _________, 1990, SNI 03-1968-1990 (Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1990, SNI 03-1969-1990 (Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1990, SNI 03-1970-1990 (Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1991, SNI 03-2417-1991 (Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1991, SNI 06-2456-1991 (Metode Pengujian Penetrasi Bahanbahan Bitumen), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1991, SNI 06-2434-1991 (Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1991, SNI 06-2432-1991 (Metode Pengujian Daktilitas Bahanbahan Aspal), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1991, SNI 06-2433-1991 (Metode Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan alat Cleveland Open Cup), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1991, SNI 06-2441-1991 (Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. _________, 1991, SNI 06-2484-1991 (Metode Pengujian Campuran Aspal Panas dengan Alat Marshall), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
11
_________, 1990, Perencanaan Campuran Aspal Panas/Mix Design, American Association of State Highway and Transportation Official, AASHTO. T.245-74. Wahington, D.C. Henny Fanisa M. Wahyudi, 2010, Tugas Akhir Perencanaan Campuran Aspal Beton dengan Menggunakan Filler Kapur Padam, Universitas Diponegoro, Semarang. Mathofani, Arien, 2013, Tugas Akhir Pengaruh Penambahan Limbah Marmer Sebagai Bahan Pengisi (Filler) Pada Campuran Aspal Beton Ditinjau Dari Parameter Aspal, Universitas Negeri Malang, http://library.um.ac.id/ Medwell Journals, 2007, Mineral Composition of the Cockle (Anadara granosa) Shells of West Coast of Peninsular Malaysia and It’s Potential as Biomaterial for Use in Bone Repair, http://medwelljournals.com Raden Hendra Andri Imani Darma, 2012, Jurnal Rancang Sipil Pengaruh Penambahan Filler Abu Ampas Tebu Pada Campuran Aspal Terhadap Sifat Marshall, Institut Teknologi Medan, Medan. Shirley H., 2000, Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya. Politeknik Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil. Bandung. Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. Suparma, L.B., 2002, Teknik Jalan Raya, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sylviana, R., 2007, Diktat Kuliah Perkerasan Jalan Raya. Univesitas Islam 45, Bekasi. (Tidak Dipublikasikan) Wignal, A, 1999, Proyek Jalan, Erlangga, Jakarta.
12