STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH Anton Soekiman1 and Elly El Rahmah2 1
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil,Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. E-mail:
[email protected] 2 Pascasarjana Magister Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung; Staf Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
ABSTRAK Proses penentuan pemenang lelang penyedia jasa konstruksi merupakan salah satu penentu kualitas fisik proyek. Dalam proses lelang harga penawaran seringkali menjadi salah satu faktor penting dalam penentuan pemenang lelang. Namun demikian harga penawaran yang terlalu jauh dari harga perkiraan awal sering kali menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaannya, seperti: keterlambatan penyelesaian proyek, terjadinya kerusakan sebelum serah terima proyek, bahkan proyek yang rugi. Makalah ini memaparkan hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara deviasi penurunan harga penawaran terhadap Harga Perkiraan Sendiri (HPS) terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek. Data dikumpulkan dari berbagai proyek di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi yang menjadi objek pada penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan metoda deskriptif dan metoda Hungarian Median Rank. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk proyek-proyek dengan durasi di bawah 60 hari, kinerja waktu pelaksanaan proyek terbaik ada pada proyek-proyek dengan harga penawaran < 90% harga HPS. Sementara untuk proyek-proyek dengan durasi antara 61-95 hari, kinerja waktu pelaksanaan proyek terbaik ada pada proyek-proyek dengan kisaran harga penawaran 90-99% harga HPS dan untuk proyek-proyek dengan durasi antara 96-121 hari, kinerja waktu pelaksanaan proyek terbaik ada pada proyek-proyek dengan harga penawaran minimal 99% harga HPS. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam proses evaluasi penentuan pemenang lelang dalam rangka mendapatkan kinerja proyek yang lebih baik. Kata kunci: pelelangan, kinerja proyek, harga penawaran, Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
1.
PENDAHULUAN
Proses pemilihan penyedia jasa merupakan salah satu penentu kualitas fisik proyek yang dihasilkan. Pemilihan harus berdasarkan pertimbangan yang objektif dan menguntungkan bagi pengguna jasa tanpa mengabaikan kepentingan penyedia jasa. Dalam Tata cara pemilihan penyedia jasa, masing-masing penyedia jasa memasukkan harga penawarannya dan selanjutnya harga penawaran tersebut dievaluasi sebagai salah satu kriteria dalam menentukan penyedia jasa yang memenangkan tender. Sesuai Undang-undang No. 18 tahun 1999 Pasal 18(2), penyedia jasa wajib menyusun dokumen penawaran berdasarkan prinsip keahlian untuk disampaikan kepada pengguna jasa. Penentuan pemenang tender ditentukan setelah melalui proses evaluasi harga penawaran dan dalam prakteknya, terlihat adanya kecendrungan pemenang jatuh pada calon pelaksana konstruksi dengan harga penawaran yang jauh lebih rendah dari harga perkiraan sendiri / Owner estimate. Sementara itu pada prakteknya dalam pelaksanaan konstruksi masih dijumpai beberapa permasalahan diantaranya proyek terlambat dari jadwal, adanya kerusakan sebelum serah terima proyek, hingga pihak pelaksana mengalami proyek rugi. Permasalahan tersebut mengakibatkan mutu proyek tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan. Meninjau dari permasalahan tersebut maka perlu adanya kajian suatu rasio penurunan harga penawaran terhadap Harga Perkiraan Sendiri / Owner Estimate yang dapat diterima tanpa menggangu keberhasilan suatu proyek ditinjau dari segi waktu pelaksanaan dan fisik proyek. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui rasio terbaik dari penurunan harga penawaran terhadap Harga Penawaran Sendiri (HPS) / Owner Estimate yang dapat menggambarkan keberhasilan suatu proyek ditinjau dari segi waktu pelaksanaan dan kondisi fisik proyek. Kajian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi tambahan di samping semua ketentuan evaluasi harga penawaran yang harus dipenuhi saat melakukan evaluasi penawaran.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-59
Manajemen Konstruksi
Makalah ini memaparkan hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara deviasi penurunan harga penawaran terhadap Harga Perkiraan Sendiri (HPS) terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek. Data dikumpulkan dari berbagai proyek di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi yang menjadi objek pada penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan metoda deskriptif dan metoda Hungarian Median Rank.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Kegiatan pemilihan rekanan untuk melakukan pelaksanaan konstruksi merupakan bagian yang selalu dilakukan dan bersifat kritis dalam keseluruhan proses pengadaan suatu fasilitas fisik yang diperlukan. Hal ini menjadikan proses pemilihan rekanan menjadi salah satu kunci kesuksesan pembangunan fasilitas fisik tersebut (Hendrickson, 2000). Keputusan untuk memilih rekanan yang akan melaksanakan konstruksi fasilitas fisik tersebut harus didukung oleh pertimbangan yang objektif dan menguntungkan dalam pencapaian value (biaya, waktu dan mutu) yang ingin dicapai oleh pemilik fasilitas fisik tersebut tanpa mengabaikan kebutuhan akan pemberian imbalan jasa yang wajar bagi pelaksana konstruksinya (Abduh dan Wirahadikusumah, 2005). Pada proses pengadaan jasa pelaksanaan konstruksi di proyek pemerintah, dijumpai berbagai praktek yang dilakukan oleh calon kontraktor sebagai strategi dalam pengajuan penawaran. Strategi tersebut antara lain adalah praktek ”membanting” harga serendah mungkin, ”arisan” dalam menekan pemilik untuk mengikuti harga kesepakatan hasil arisan, serta biasa terjadi untuk kontrak lump sum adanya unbalanced bid yang dilakukan dengan menurunkan harga di suatu bagian dan menaikkan harga di bagian lain. Semua strategi yang dilakukan oleh calon kontraktor tersebut di atas dapat dikategorikan sebagai penawaran yang tidak wajar (Abduh dan Wirahadikusumah, 2005). Praktek-praktek tersebut dapat menyebabkan permasalahan pada saat pelaksanaan kontrak, seperti: timbulnya perselisihan atau penundaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja pada saat pelaksanaan proyek. Pemilihan penyedia jasa pelaksanaan konstruksi untuk suatu proyek tergantung pada jenis, ukuran, dan kompleksitasnya. Hal lain yang mempengaruhi sistem pemilihan / pengadaan penyedia jasa pelaksanaan konstruksi adalah kemampuan teknis pengguna jasa dalam masalah perencanaan dan pengelolaan proyek, serta aspek waktu penyelesaian konstruksi (Oberlender, 2000). Estimasi biaya yang akurat dalam membuat penawaran dapat menggambarkan kinerja pengelolaan proyek, hambatan umum yang ditemui dalam melakukan estimasi biaya adalah terkait dengan waktu, fasilitas, dan biaya yang tersedia, kendala lain yang dirasakan oleh kontraktor kecil terutama terkait dengan proses perhitungan estimasi yaitu yang terkait dengan penentuan koefisien pekerjaan. True (1988) mengindikasikan bahwa estimasi biaya pelaksanaan proyek yang diajukan sebagai penawaran biaya oleh para calon kontraktor di Amerika Serikat memiliki tingkat akurasi yang sangat bervariasi, baik pada proyekproyek besar maupun kecil. Dibandingkan dengan estimasi biaya pengguna jasa, lebih dari 56% penawaran biaya ternyata lebih rendah, dan bervariasi antara 5% sampai 37% lebih rendah. Sedangkan penawaran di atas estimasi biaya pengguna jasa bervariasi antara 1% sampai 40% lebih tinggi. Meninjau estimasi biaya di antara para penawar sendiri, penawaran tertinggi seringkali besarnya dua kali lipat dari penawaran terendah. Variasi penawaran biaya dalam suatu pelelangan di Indonesia ditengarai lebih tinggi daripada yang terjadi di negaranegara maju. Penawaran biaya yang disampaikan oleh para calon pelaksana konstruksi terkadang diragukan kualitasnya, karena kondisi sumber daya manusia pada industri jasa konstruksi di Indonesia yang secara umum masih rendah terutama kontraktor-kontraktor kelas kecil dan menengah. Para calon pelaksana konstruksi seringkali mengabaikan risiko-risiko yang mungkin muncul selama masa pelaksanaan konstruksi dan tidak memperhitungkannya secara sistematis dalam proses estimasi biaya penawaran yang diajukan. Sementara itu untuk acuan pada proses tender dalam mengevaluasi harga penawaran kontraktor diperlukan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) / Owner Estimate. Namun demikian dalam menetapkan pemenang tender di samping melihat harga penawaran terendah, hal yang tak kalah penting adalah mempertimbangkan bagaimana kinerja proyek yang akan dihasilkan dihubungkan dengan besarnya harga penawaran yang diajukan. Untuk proyek-proyek konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah, proses pengadaan jasa pelaksanaan konstruksi didasarkan pada Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003, di mana dalam Keppres tersebut memuat arahan untuk menggunakan harga perkiraan sendiri (HPS) sebagai acuan untuk menilai harga penawaran dari kontraktor dan memilih harga penawaran yang wajar.
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Menurut Perpres No. 54 Tahun 2010 Pasal 66, Harga Perkiraan sendiri ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Nilai total HPS yang dibuat oleh PPK ini bersifat terbuka dan tidak rahasia dan diumumkan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) / Pejabat pengadaan.
MK-60
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
Harga perkiraan sendiri (HPS) bila dibandingkan dengan Nilai Kontrak memiliki ketepatan (akurasi) yang bervariasi terhadap beberapa faktor, yaitu besarnya proyek, jumlah penawar, kondisi pasar, kelengkapan informasi perancangan, serta keahlian estimator.
Harga penawaran Harga Penawaran adalah suatu harga yang didisampaikan oleh suatu pihak untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi atau memasok barang dan jasa. Penawaran dapat disampaikan sebagai bagian dari proses tender. Pemilik proyek atau pembali barang dapat menunjuk perusahaan yang menyampaikan penawaran yang paling kompetitif. Lebih seringnya, para pihak masuk ke dalam negosiasi setelah penutupan penyampaian penawaran dan, tergantung pada keadaan, ini dapat membawa para pihak ke arah terwujudnya kontrak, kecuali apabila para pihak tidak mencapai kesepakatan dalam semua persyaratan kontrak. Sebagaimana layaknya suatu penawaran, kontraktor dapat menarik kembali penawarannya kapan saja sebelum diterima oleh pemilik. Pada situasi tertentu, pengundang dapat mengikatkan diri dengan penawaran yang diterima dengan cara tertentu. Misalkan persyaratan dapat mengharuskan dirinya untuk mempertimbangkan setiap penawaran yang diterima atau menunjuk dengan dasar tertentu, misalnya penawaran dengan harga terendah. Permasalahan utama bagi kontraktor dalam mengajukan penawaran adalah menentukan harga penawaran yang kompetitif dalam arti tidak terlalu tinggi untuk mendapatkan profit yang besar, namun juga tidak terlalu rendah dengan harapan peluang mendapatkan proyek semakin besar. Di samping itu untuk harga penawaran bersaing, sebagai pertimbangan penawar perlu menentukan mark-up harga penawaran yang tepat karena merupakan satu kesatuan parameter proyek dan faktor-faktor resiko dan ini perlu untuk memastikan kesempatan untuk memenangkan tender dan memperoleh keuntungan yang layak (Christodoulou, 2010).
3.
METODA PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif berdasarkan data sekunder yaitu data HPS dan Harga Penawaran dari kontraktor yang telah memenangkan proses tender. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Harga Penawaran proyek pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi yang telah memenangkan tender serta data kemajuan fisik proyek yang bersangkutan dalam kurun waktu tahun 2009 hingga tahun 2010. Total data yang diperoleh adalah 69 data proyek dengan rincian 34 buah data tahun 2009 dan 35 buah data tahun 2010. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diproses untuk mendapatkan gambaran kinerja proyek dari segi waktu pelaksanaan dikaitkan dengan harga kontrak dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang menjadi objek dalam penelitian ini. Analisis Statistik yang digunakan untuk mengolah data di atas adalah Metoda Statistik Deskriptif, yaitu dengan mencari rasio antara Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dengan Harga Penawaran yang telah memenangkan tender, kemudian rasio ini dihubungkan dengan kinerja proyek yang dianalisis terhadap waktu. Dari analisis ini dapat dilihat pada level ratio berapa proyek dapat memperlihatkan kinerja yang baik dan kinerja yang kurang baik (buruk).
4.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Persentase Ratio Selisih Harga Penawaran terhadap HPS adalah presentase besarnya penurunan harga penawaran terhadap HPS yang didapat dengan mengurangkan HPS dengan Harga Penawaran yang telah memenangkan tender kemudian dibandingkan dengan HPS tersebut. Hasil perhitungan ratio ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Ratio selisih harga penawaran terhadap HPS No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Proyek P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8
HPS 462,796,000 462,700,000 440,400,000.00 270,495,800.00 149,761,000.00 189,945,000.00 440,900,000.00 219,750,000.00
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Harga Penawaran 461,971,000 462,000,000 291,378,000.00 209,000,000.00 133,562,000.00 189,000,000.00 439,049,000.00 216,000,000.00
Ratio (%) 0.18 0.15 33.84 22.73 10.82 0.50 0.42 1.71
MK-61
Manajemen Konstruksi
Tabel 1. Ratio selisih harga penawaran terhadap HPS (Lanjutan) No 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Nama Proyek P.9 P.10 P.11 P.12 P.13 P.14 P.15 P.16 P.17 P.18 P.19 P.20 P.21 P.22 P.23 P.24 P.25 P.26 P.28 P.29 P.30 P.31 P.32 P.33 P.34 P.35 P.35 P.36 P.37 P.38 P.39 P.40 P.41 P.42 P.43 P.44 P.45 P.46 P.47 P.48 P.49 P.50 P.51 P.52 P.53 P.54 P.55 P.56 P.57 P.58 P.59 P.60 P.61 P.62
HPS 229,530,000.00 599,450,000.00 227,710,000.00 399,450,000.00 599,450,000.00 149,500,000.00 599,170,000.00 399,280,000.00 496,390,000.00 2,975,360,000.00 3,136,560,000.00 5,349,630,000.00 2,000,000,000.00 324,390,000.00 199,510,000.00 249,485,000.00 249,370,000.00 359,839,000.00 199,500,000.00 174,450,000.00 119,450,000.00 213,355,000.00 198,515,000.00 522,055,000.00 299,354,000.00 249,585,000.00 295,190,000 787,000,000 449,400,000 178,500,000 345,472,000 223,525,000 198,216,000 373,500,000 589,725,000 499,603,000 229,888,000 499,725,000 751,370,000 680,000,000 598,873,000 399,434,000 148,857,000 476,675,000 309,305,000 1,933,000,000 2,904,937,000 227,725,000 149,953,000 244,049,000 207,685,000 423,808,000 123,834,000 140,288,000
Harga Penawaran 227,500,000.00 597,431,000.00 226,732,000.00 396,250,000.00 586,173,000.00 147,145,000.00 597,306,000.00 398,271,000.00 487,110,000.00 2,544,552,000.00 2,795,000,000.00 4,434,812,000.00 1,780,520,000.00 323,800,000.00 197,240,000.00 242,500,000.00 248,280,000.00 359,000,000.00 198,018,000.00 173,353,000.00 118,930,000.00 168,275,000.00 162,688,000.00 403,106,000.00 220,222,000.00 182,813,000.00 293,012,000 785,000,000 449,100,000 177,988,000 250,997,000 160,094,000 139,001,000 277,650,000 585,388,000 495,008,000 227,815,000 498,193,000 745,017,000 675,873,000 592,786,000 398,000,000 147,519,000 475,510,000 308,280,000 1,638,726,000 2,482,220,000 226,137,000 148,004,000 240,997,000 205,916,000 422,417,000 122,900,000 138,789,000
Ratio (%) 0.88 0.34 0.43 0.80 2.21 1.58 0.31 0.25 1.87 14.48 10.89 17.10 10.97 0.18 1.14 2.80 0.44 0.23 0.74 0.63 0.44 21.13 18.05 22.78 26.43 26.75 0.74 0.25 0.07 0.29 27.35 28.38 29.87 25.66 0.74 0.92 0.90 0.31 0.85 0.61 1.02 0.36 0.90 0.24 0.33 15.22 14.55 0.70 1.30 1.25 0.85 0.33 0.75 1.07
Tabel 1. Ratio selisih harga penawaran terhadap HPS (Lanjutan) No 63 64 65
MK-62
Nama Proyek P.63 P.64 P.65
HPS 139,379,000 135,929,000 190,158,000
Harga Penawaran 136,909,000 135,558,000 188,100,000
Ratio (%) 1.77 0.27 1.08
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
66 67 68 69
P.66 P.67 P.68 P.69
119,019,000 224,100,000 133,293,000 505,640,000
117,700,000 223,500,000 131,978,000 503,200,000
1.11 0.27 0.99 0.48
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai terendah dari ratio penurunan harga penawaran terhadap HPS adalah 0.07% yaitu proyek P.37 sedangkan ratio tertinggi adalah 33,84 % yaitu proyek P.3. Sementara nilai rata-rata ratio selisih harga penawaran terhadap HPS adalah 6.03%. Nampak bahwa ratio penurunan harga penawaran terhadap HPS cukup variatif, perbedaan antara ratio tertinggi dengan ratio terendah cukup besar. Sebagian Besar harga penawaran turun < 1% dari HPS yaitu sebanyak 38 proyek selanjutnya penurunan antara 1% s/d 10% sebanyak proyek 13 proyek dan penurunan > 10% sebanyak 18 proyek. Persentase secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.
Ratio < 1% Series1, Ratio > 10%, 0.260869565, 26%
Ratio 10% > x > 1%
Ratio > 10%
Series1, Ratio 10% > x > 1%, 0.188405797, 19%
Series1, Ratio < 1%, 0.550724638 , 55%
Gambar 1. Diagram persentase pengelompokan Ratio selisih harga penawaran terhadap HPS Dari keselurahan data yang ada 55% ratio penurun harga penawaran < 1%, 19% ratio penurunan antara 1% s/d 10% dan 26% ratio penurunan > 10%.
Analisa Bobot Kemajuan Pekerjaan Untuk menganalisis Bobot Kemajuan Pekerjaan, data yang berhasil dikumpulkan dikelompokan berdasarkan durasi rencana penyelesaian proyek menjadi 3 kelompok yang terdiri dari : 1. 2. 3.
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
: proyek berdurasi 0 s/d 60 hari : proyek berdurasi 61 s/d 95 hari : proyek berdurasi 96 s/d 121 hari
Data-data yang telah dikelompokkan selanjutnya diplotkan sehingga didapat grafik hubungan antara durasi dengan kemajuan proyek dan kurva S-nya. Berdasarkan tampilan dalam grafik tersebut untuk selanjutrnya dianalisis untuk melihat variabilitas yang terjadi sehubungan dengan ratio penurunan harga penawaran terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek. Data yang diperoleh untuk proyek dengan durasi s/d 60 hari menunjukkan: · · · ·
Terdapat 1 proyek yang tidak mencapai bobot 100% pada akhir kontrak yaitu Proyek P.26 (ratio 0.23%), hal ini karena sebagian lahan proyek belum bebas, Proyek P.10 (ratio 0.34%) selesai pada bulan ke 4, berarti proyek ini terlambat dari rencana jadwal waktu yang ada dalam kontrak, Ada 7 proyek dengan kenaikan bobot prestasi kerja yang tajam setelah akhir bulan ke 1, yaitu P.19 (ratio 10.89%), P.61 (ratio 0.75%), P.62 (ratio 1.07%), P.23 (ratio 1.14%), P.24 (ratio 2.80%), P.25 (ratio 0.44%) dan P.28 (ratio 0.63%), Juga terdapat proyek yang belum memperlihatkan bobot kemajuan pekerjaan sama sekali hingga akhir bulan ke 1 yaitu proyek P.19 (ratio 10.89%), P.23 (ratio 1.14%), P.24 (ratio 2.8%), P.25 (ratio 0.74%), P.27 (ratio 0.74%), P.28 (ratio 0.63%), P.29 (ratio 0.44%),
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-63
Manajemen Konstruksi
·
Sedangkan Proyek yang memperlihatkan bobot kemajuan pekerjaan yang sesuai rencana adalah proyek P.63 (ratio 1.77%), P.42 (ratio 25.66%), P.39 (ratio 27.35%), P.10 (ratio 0.34%), P.40 (ratio 28.38%), P.11 (ratio 0.43%), P. 41 (ratio 29.87%), dan P.57 (ratio 1.3%).
Data untuk proyek dengan durasi 61 s/d 95 hari kerja menunjukkan: · · · · ·
Terdapat 5 proyek mencapi bobot 100% sebelum kontrak berakhir (lebih cepat) yaitu: Proyek P.56 (ratio 0.7%), P.58 (ratio 1.25%), P.59 (ratio 0.85%), P.65 (ratio 1.08%) dan P.66 (ratio 1.11%), Proyek P.2 (ratio 0.15%) selesai pada bulan ke 5 berarti proyek ini terlambat dari rencana jadwal waktu yang ada dalam kontrak, Terdapat 7 proyek dengan kenaikan bobot prestasi kerja yang tajam yaitu P.20 (ratio 17.1%), P.54 (ratio 15.22%), P.55 (ratio 14.55%), P.65 (ratio 1.08%), P.66 (ratio 1.11%), P.67 (ratio 0.27%), dan P.68 (ratio 0.99%), Juga terdapat proyek yang belum memperlihatkan bobot kemajuan pekerjaan sama sekali hingga akhir bulan ke 1 yaitu proyek P.5 (ratio 10.82%), P.20 (ratio 17.1%), P.22 (ratio 0.18%), P.54 (ratio 15.22%), P.55 (ratio 14.55%), dan P.67 (ratio 0.27%), Sedangkan Proyek yang memperlihatkan bobot kemajuan pekerjaan yang berbentuk kurva S adalah proyek P.2 (ratio 0.18%), P.6 (ratio 0.5%), P.7 (ratio 0.42%), P.8 (ratio 1.71%), P.9 (ratio 0.88%), P.12 (ratio 0.8%), P. 16 (ratio 0.25%), P. 17 (ratio 1.87%), P.22 (ratio 0.18%), P.45 (ratio 0.9%), P.56 (ratio 0.7%), P.58 (ratio 1.25%), P. 59 (ratio 0.85%), dan P. 64 (ratio 0.27%).
Sementara itu data untuk proyek dengan durasi 96 s/d 121 hari kerja menunjukkan: · · · · ·
·
Terdapat 1 proyek yang tidak mencapi bobot 100% pada akhir kontrak yaitu Proyek P.37 (ratio 0,07%) hal ini terjadi karena putus kontrak, Terdapat proyek mencapai bobot 100% sebelum kontrak berakhir (lebih cepat) yaitu Proyek P.33 (ratio 22.78%), P.34 (ratio 26.75%), P.35 (ratio 0.74%), dan P.60 (ratio 0.33%), Proyek P.36 (ratio 0.25%) selesai pada bulan ke 6 berarti proyek ini terlambat dari rencana jadwal waktu yang ada dalam kontrak, Dari grafik terlihat bahwa terdapat 6 proyek dengan kenaikan bobot prestasi kerja yang tajam yaitu P.30 (ratio 0.44%), P.60 (ratio 0.33%), P.18 (ratio 14.48%), P.52 (ratio 0.24%), dan P.53 (ratio 0.33%), Juga terdapat proyek yang belum memperlihatkan bobot kemajuan pekerjaan sama sekali hingga akhir bulan ke 1 yaitu proyek P18 (ratio 14.48%), P.21 (ratio 10.97%), P.36 (ratio 0.25%), P.43 (ratio 0.74%), P.44 (ratio 0.92%), P.47 (ratio 0.85%), P48 (ratio 0.61%), P.49 (ratio 1.02%), P.50 (ratio 0.36%), P.51 (ratio 0.9%), P.52 (ratio 0.24%), dan P.53 (ratio 0.33%), Sedangkan Proyek yang memperlihatkan bobot kemajuan pekerjaan yang berbentuk kurva S adalah proyek P.13 (ratio 2.21%), P.43 (ratio 0.74%), P.47 (ratio 0.85%), P.48 (ratio 0.61%), P.44 (ratio 0.92%), P.21 (ratio 10.97%), dan P. 49 (ratio 1.02%).
Metoda Median Ranking Hungarian (Hungarian Median Ranking Method) Berdasarkan analisa yang telah dilakukan di atas, maka didapat atribut–atribut sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Proyek dengan bobot kemajuan pekerjaan yang meningkat tajam pada setiap akhir bulan (kinerja I), Proyek yang tidak memperlihatkan kemajuan apa-apa pada setiap akhir bulan (kinerja II), Proyek dengan bobot kemajuan mengikuti rencana kurva-S (kinerja III), Proyek yang cepat / selesai sebelum kontrak berakhir (kinerja IV).
Masing-masing dengan alternatif ratio < 1%, ratio antara 1% s/d 10%, dan ratio > 10%. Pemberian peringkat hubungan bobot progres dengan waktu dinilai berdasarkan jumlah proyek yang termasuk dalam atribut tersebut. Untuk mendapatkan ratio yang memperlihatkan kinerja proyek yang baik selanjutnya di ranking dengan menggunakan Metoda Median Ranking Hungarian (Hungarian Median Ranking Method).
MK-64
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
Disagreement untuk alternatif Ai menjadi ranking ke – k digunakan rumus: n
dik = ∑ │Sij - k│
(1)
j=1
selanjutnya proses perankingan dilakukan sebagai berikut : 1.
Proyek dengan durasi 0 s/d 60 hari. Analisa deskriptif dirangkum dalam matrik sebagai berikut : A B C
Kinerja-1 3 2 1
Kinerja-2 3 2 1
Kinerja-3 3 2 1
Kinerja-4 2 2 2
Keterangan : A = Proyek dengan ratio harga penawaran < 1% B = Proyek dengan ratio harga penawaran antara 1% s/d 10% C = Proyek dengan ratio harga penawaran >10% Dari perhitungan dengan rumus di atas, maka didapat matrik jarak sebagai berikut :
A B C
1 st 2 nd 7 3 4 0 1 3
3 rd 1 4 7
Re duksi Baris
Cove r Nilai Nol
A B C
1 st 2 nd 6 2 4 0 0 2
A
1 st 2 nd 3 rd 6 2 0
B C
4 0
0 2
3 rd 0 4 6
Re duksi Kolom
Assignm e nt
4 6
A B C
1 st 2 nd 6 2 4 0 0 2
A
1 st 2 nd 3 rd 6 2 0
B C
4 0
0 2
3 rd 0 4 6
4 6
dari hasil perhitungan untuk kelompok proyek berdurasi 0 s/d 60 hari, ratio penurunan harga penawaran yang memperlihatkan kinerja proyek yang paling baik adalah pada ratio > 10%, kemudian ratio 1% < x < 10%, dan terakhir pada ratio < 1% 2.
Proyek dengan durasi 61 s/d 95 hari. Hasil perhitungan dengan cara yang sama untuk kelompok proyek berdurasi 61 s/d 95 hari, menunjukkan bahwa proyek-proyek dengan ratio penurunan harga penawaran < 1% dan ratio 1% < x < 10% memperlihatkan kinerja proyek yang sama baiknya, untuk proyek-proyek dengan ratio >10% memperlihatkan kinerja yang kurang baik.
3.
Proyek dengan durasi 96 s/d 121 hari. Hasil perhitungan dengan cara yang sama untuk kelompok proyek berdurasi 96 s/d 120 hari, menunjukkan bahwa proyek-proyek yang memperlihatkan kinerja yang paling baik adalah pada ratio < 1%, kemudian ratio antara 1% sampai 10%, dan urutan terakhir pada 1% < x < 10%.
Dari analisis data terlihat bahwa untuk semua durasi proyek selalu terdapat proyek yang terlambat, yaitu proyek P.10 (ratio 0.34%), P.2 (ratio 0.15%), dan P.36 (ratio 0.25%). Secara teori seharusnya ini tidak terjadi karena ratio penurunan harga penawaran tidak lebih dari 1% artinya harga penawaran yang diajukan kontraktor bersangkutan telah mendekati HPS dimana HPS ini disusun dengan memperhatikan data harga pasar yang telah mempertimbangan berbagai informasi seperti informasi biaya satuan dari Badan Statistik dan Asosiasi terkait serta disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang wajar. Dari analisa juga diketahui bahwa tidak ada proyek yang pelaksanaannya lebih cepat dari kontrak untuk durasi 60 hari, sedangkan untuk durasi 65 s/d 95 hari, terdapat proyek yang pelaksanaannya lebih cepat yaitu dengan ratio antara 1% s/d 10% dan untuk proyek dengan durasi 96 s/d 121 hari pelaksanaan yang lebih cepat tejadi pada ratio > 10% dan ratio < 1%.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-65
Manajemen Konstruksi
Hal lain yang dapat dilihat adalah kemajuan proyek pada akhir bulan ke 1, terdapat proyek yang belum mengalami kemajuan prestasi pada akhir bulan ke 1 yaitu untuk proyek dengan durasi 60, hari terjadi pada ratio < 1%, untuk durasi 65 s/d 95 hari terjadi pada ratio > 10% dan untuk durasi 96 s/d 121 hari, terjadi pada ratio < 1%. Jika dilihat dari peningkatan bobot setiap akhir bulan, untuk proyek dengan durasi 60 hari, peningkatan yang tajam terjadi pada ratio < 1%, untuk durasi 65 s/d 95 hari terjadi pada ratio > 10%, dan untuk durasi 96 s/d 121 hari terjadi pada durasi < 1%, sedangkan peningkatan yang membentuk kurva S untuk durasi 60 hari adalah pada ratio > 10%, untuk durasi 65 s/d 95 terjadi pada ratio < 1% dan untuk durasi 95 s/d 121 terjadi pada ratio < 1%. Penentuan peringkat ratio yang memperlihatkan kinerja proyek untuk masing-masing kelompok dengan menggunakan Metoda Median Ranking Hungaria memberikan peringkat ratio yang berbeda-beda untuk tiap kelompok. Pada proyek yang berdurasi antara 0 s/d 60 hari ratio paling baik adalah > 10%, untuk proyek yang berdurasi antara 61 s/d 95 hari ternyata ratio < 1% dan ratio antara 1% sampai 10% memperlihatkan kinerja proyek yang sama baiknya dan untuk proyek yang berdurasi 96 s/d 121 hari ratio paling baik adalah < 1%.
5.
KESIMPULAN
Analisa deskriptif dan hasil pengolahan data menggunakan Metoda Median Ranking Hungarian (Hungarian Median Ranking Method) memperlihatkan adanya hubungan antara ratio penurunan harga penawaran pemenang tender dari HPS / Ownwer Estimate terhadap kinerja proyek di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi. Variasi hubungan yang terjadi dapat dirangkum sebagai berikut: 1.
2.
3. 4.
Ratio penurunan harga penawaran pemenang tender terhadap HPS / Ownwer Estimate pada proyek di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi cukup variatif, perbedaan antara ratio tertinggi dengan ratio terendah cukup besar. Ratio tertinggi adalah 33,84%, ratio terendah 0.07% sedangkan ratio rata-rata adalah 6.03 %. Ratio penurunan harga penawaran terhadap HPS yang memberikan kinerja proyek terbaik untuk proyek berdurasi antara 0 s/d 60 hari adalah > 10%, untuk proyek yang berdurasi antara 61 s/d 95 hari ternyata ratio sampai 10% memperlihatkan kinerja proyek yang terbaik sedangkan untuk proyek yang berdurasi antara 96 s/d 121 hari, ratio paling baik adalah < 1%. Penawaran dengan ratio < 1% atau mendekati HPS tidak mutlak akan menghasilkan kinerja yang baik. Untuk Unit Layanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi disarankan dalam evaluasi harga penawaran perlu ditinjau ratio penurunan harga penawaran karena tidak selalu harga penawaran yang mendekati HPS akan menghasilkan kinerja proyek yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Abduh, M. dan Wirahadikusumah, R.D. (2005). “Model Penilaian Kewajaran Harga Penawaran Kontraktor”. Jurnal Teknik Sipil ITB, Vol. 12. Christodoulou, S. (2010). “Bid Mark-up Selection Using Artificial Neural Networks and an Entropy Metric”. Engineering, Construction and Architectural Management, Vol. 17, No. 4. Hendrickson, C. (2000). Project Management for Construction. 2nd Edition, Prentice Hall. Oberlender, G.D. (2000). Project Management for Engineering and Construction. 2nd Edition, McGraw-Hill. Presiden RI, Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Presiden RI, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pemerintah RI, Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. True, N.F. (1988). ”Determining the Accuracy of a Cost Estimate”. AACE Transaction, T.2.1 – T.2.10. Yoon, K.P. and Hwang, C.L. (1995). Multy Attribute Decision Making an Introduction. Sage Publications.
MK-66
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011