STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM (Studi Kasus : Segmen Batas Kawasan Gunung Kelud di Jawa Timur) 1
Agus Edy Prayitno1, Bangun Muljo Sukojo1, Siti Metrianda 2 Jurusan Teknik Geomatika FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111 2 Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri, Jakarta Pusat (
[email protected],
[email protected],
[email protected])
Abstrak Batas daerah adalah pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Kejelasan batas daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis perlu segera diwujudkan secara bertahap. Penegasan batas daerah sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik batas daerah yang berpotensi menurunkan tingkat pelayanan kepada masyarakat. Teknologi penginderaan jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM digunakan untuk memperoleh informasi spasial yang jelas dari kondisi morfologi pada kawasan Gunung Kelud. Sebagai informasi geospasial dasar (IGD) digunakan data vektor peta RBI dalam pembuatan peta. Secara umum penarikan garis batas pada daerah topografi pegunungan menggunakan unsur-unsur batas alam meliputi thalweq (garis tengah sungai), watershed (garis pemisah air) dan garis batas di danau. Analisa tutupan lahan berdasarkan pengolahan citra Landsat 7 ETM diperoleh hasil bahwa peruntukan lahan terbesar yaitu Kebun dan Hutan. Hasil analisa morfologi dari kawasan Gunung Kelud berdasarkan data DEM SRTM menunjukkan bahwa anak Gunung Kelud dikelilingi oleh pegunungan yang melingkar. Dengan melihat kondisi morfologi yang ada diperoleh tiga alternatif dalam penarikan garis batas di kawasan Gunung Kelud. Penginderaan jauh merupakan teknologi baru yang disarankan sebagai salah satu metode alternatif dalam mendukung penegasan batas daerah menggunakan unsur-unsur batas alam secara kartometrik. Kata Kunci : Batas Daerah, Penginderaan Jauh, Alternatif Garis Batas, Tiga Dimensi daerah yang ditetapkan dalam Undangundang Pembentukan Daerah (Permendagri No 1 Tahun 2006). Penataan batas antar daerah di Indonesia terdapat 151 segmen batas antar provinsi dan 795 segmen batas antar kabupaten / kota dengan total 946 segmen batas. Penataan batas yang sudah selesai saat ini 107 segmen yang ditetapkan dalam 57 Permendagri. Sedang dalam proses penataan batas ada 199 segmen dan segmen yang belum diseleseikan 640 segmen dimana 40 segmen diketahui bersengketa (Kemendagri, 2011). Salah satu cara dalam mendapatkan informasi spasial resolusi tinggi dengan cepat adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan data citra Landsat 7 ETM dan SRTM (Shuttle Radar Topography Mission). Teknologi ini mampu digunakan dalam melakukan pemetaan topografi ketelitian cukup tinggi sekaligus memvisualisasikan Digital Elevation Model (DEM) dari daerah penelitian. Dengan hasil penelitian berupa peta yang didukung oleh DEM diharapkan dapat menghasilkan informasi spasial yang bisa mendukung proses delimitasi garis batas daerah pada peta.
PENDAHULUAN Latar Belakang Batas daerah adalah pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas Daerah bukan merupakan alokasi teritorial sehingga tidak menentukan kedaulatan. Batas daerah yang tidak jelas dapat memicu konflik di wilayah perbatasan dan menghambat penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah. Bila tidak segera diselesaikan maka berpotensi menurunkan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat (Kemendagri, 2011). Permasalahan batas daerah muncul antara lain disebabkan oleh pemekaran Daerah Otonom Baru, perebutan Sumber Daya Alam (SDA) terkait dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan kurangnya pemahaman terhadap garis batas pada peta dasar yang ada. Untuk itu kejelasan batas daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis perlu segera diwujudkan secara bertahap (Kemendagri, 2011). Penegasan batas daerah secara pasti di lapangan ditetapkan oleh Kementrian Dalam Negeri dengan berpedoman pada batas-batas
1
spasial dan tanda fisik di lapangan yang jelas mengenai kondisi topografi di daerah Gunung Kelud Provinsi Jawa Timur yang didasarkan pada pengolahan citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM untuk mendukung pelacakan garis batas secara kartometrik dalam penegasan batas daerah Kabupaten dimana selanjutnya dapat dijadikan rekomendasi bagi Standard Operational Prosedure (SOP) penegasan batas daerah secara umum dan kawasan Gunung Kelud secara khususnya.
Penelitian ini dilakukan di daerah Gunung Kelud yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Kediri dan Blitar Provinsi Jawa Timur dimana diketahui sedang bersengketa. Hasil visualisasi tiga dimensi dari kondisi morfologi daerah penelitian diharapkan mampu digunakan untuk mendukung penarikan garis batas secara kartometrik. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembuatan peta batas daerah kabupaten menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM khususnya daerah yang morfologinya berbukit / bergelombang?.
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah kawasan Gunung Kelud yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang dalam Provinsi Jawa Timur. Secara geografis kawasan ini terletak pada 7°52’0’’- 8°00’0’’ LS dan 112°15’0’’112°22’30’’ B. Lokasi penelitian adalah kawasan Gunung Kelud yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang dalam Provinsi Jawa Timur. Secara geografis kawasan ini terletak pada 7°52’0’’- 8°00’0’’ LS dan 112°15’0’’-112°22’30’’ BT. Daerah terpilih memiliki morfologi pegunungan dimana perlu untuk dibuat visualisasi dalam bentuk 3D (tiga dimensi) yang diharapkan dapat memudahkan dalam penentuan batas daerah.
Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Wilayah studi adalah kawasan Gunung Kelud yaitu segmen batas antara Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang dalam Provinsi Jawa Timur. 2. Data yang digunakan adalah citra Landsat 7 ETM tahun 2009 dan DEM SRTM tahun 2000 resolusi 30 meter. 3. Informasi Geospasial Dasar (IGD) yang digunakan adalah peta vektor RBI daerah perbatasan Kabupaten Kediri dan Blitar lembar Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan Bakosurtanal (skala 1 : 25.000). 4. Hasil dari penelitian ini adalah peta alternatif batas daerah kabupaten. Tujuan Tugas Akhir
Tujuan penelitian ini adalah : 1. Membuat peta alternatif batas daerah kabupaten menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM pada segmen batas kawasan Gunung Kelud. 2. Melakukan analisa terhadap kondisi morfologi kawasan Gunung Kelud berdasarkan data Citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM. 3. Melakukan penarikan alternatif garis batas secara kartometrik berdasarkan unsur-unsur batas alam.
Gambar 1. Lokasi penelitian Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Perangkat Keras (Hardware) - Laptop - Printer b. Perangkat Lunak (Software) - ArcGIS 9.3 - ENVI 4.6.1 - Autodesk LandDesktop 2009 - Matlab R2008b c. Perangkat pengambilan data groundtruth
Manfaat Tugas Akhir Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah mampu memberikan suatu informasi
2
- GPS Navigasi - Kamera digital
-
Pengumpulan Data Pengumpulan data berupa data Peta Vektor RBI daerah Kabupaten Kediri dan Blitar, citra satelit Landsat 7 ETM dan DEM SRTM yang meliputi wilayah Gunung Kelud Jawa Timur. 3. Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan dari data yang telah diperoleh yaitu pembuatan peta tutupan lahan dari citra satelit Landsat 7 ETM, pembuatan hillshade dari DEM SRTM dan overlay peta batas daerah kabupaten untuk selanjutnya dilakukan analisa. 4. Tahap Analisa Data yang telah diolah kemudian dianalisa meliputi ketelitian hasil klasifikasi tutupan lahannya kemudian melakukan pemilihan data untuk ditampilkan pada peta batas daerah yang akan dibuat. Sehingga didapatkan suatu hasil dan kesimpulan yang digunakan untuk laporan Tugas Akhir. 5. Penyusunan Laporan Penyusunan laporan merupakan tahap terakhir dari penelitian ini.
Bahan Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain : a. Data Vektor Peta RBI daerah perbatasan Kabupaten Kediri dan Blitar yaitu Lembar Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan Bakosurtanal (skala 1 : 25.000). b. Citra DEM SRTM daerah Gunung Kelud dengan resolusi 30 meter. c. Citra Landsat 7 ETM daerah Gunung Kelud tanggal perekaman 9 Juli 2009, 10 Agustus 2009 dan 27 September 2009 (path/row : 118/66) yang telah dilakukan perbaikan akibat SLC off dengan proses filling gap. d. Citra Landsat 7 ETM Orthometrik akuisisi tanggal 17 Agustus 2000 sebagai acuan koreksi geometrik. Metodologi Penelitian
Pengolahan Data
Identifikasi dan Perumusan Masalah
MULAI
Tidak Tidak
Persiapan : - Studi Literatur - Pengumpulan Data
Citra Landsat
Pemotongan Citra
Koreksi Geometrik
RMS Error ≤ 1 pixel
Citra Landsat Ortho
Overlay
Citra Terkoreksi
Ya Ya
Pengolahan Data
DEM SRTM
Ground Truth Peta Vektor RBI
Klasifikasi Terselia
(Skala 1:25.000)
Analisa Clip DEM SRTM
Tidak Tidak
Pemilihan Layer Peta RBI
Uji ketelitian klasifikasi ≥ 80%
Penyusunan Laporan Pembuatan hillshade
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Berikut adalah penjelasan diagram alir tahapan penelitian : 1. Identifikasi dan Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pembuatan peta batas daerah Kabupaten menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan data citra Landsat dan DEM SRTM khususnya daerah yang morfologinya berbukit/bergelombang. 2. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah: - Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan penegasan batas daerah, penginderaan jauh, spesifikasi citra satelit dan referensi lain yang mendukung baik dari buku, jurnal, majalah, internet dan lain sebagainya.
Dokumen Batas Daerah
Hillshade DEM SRTM
Ya Ya
Citra Terklasifikasi Tutupan Lahan
Konversi ke Vektor
Overlay Peta dan Analisa Garis Batas
Klasifikasi Tutupan Lahan
Peta Alternatif Batas Daerah
SELESAI
Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Citra Berikut adalah penjelasan diagram alir pengolahan data : a. Data yang digunakan adalah citra Landsat 7 ETM diunduh dari alamat web http://glovis.usgs.gov/ secara gratis. Citra Landsat 7 ETM yang dipilih adalah citra yang bebas dari awan dan cerah pada area penelitian
3
b. Pemotongan citra (cropping) sesuai area penelitian dilakukan untuk membatasi daerah kajian sekaligus meringankan proses pengolahan data. c. Koreksi geometrik dilakukan dengan langkah pertama menentukan titik-titik GCP (Ground Control Point) menggunakan peta vektor RBI lembar Krisik dari Bakosurtanal yang ditampalkan pada citra Landsat 7 ETM Orthometrik. d. Klasifikasi terselia (terbimbing) dilakukan dengan pemilihan kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk tiap kategori penutup lahan yang mewakili sebagai kunci interpretasi. e. Ground truth dilakukan dengan pengecekan lapangan serta pengukuran beberapa titik (sample area) yang dipilih dari setiap bentuk penutup/penggunaan lahan. f. Uji ketelitian klasifikasi tutupan lahan dengan perhitungan matriks dari setiap kesalahan (confussion matrix) menggunakan metode klasifikasi maxsimum likelihood pada software ENVI g. Citra yang telah terklasifikasi tutupan lahannya kemudian dilakukan konversi dari raster ke vektor sehingga nantinya dapat dilakukan overlay dengan data vektor peta yang lain b. Data kedua yaitu DEM SRTM dilakukan pemotongan area penelitian dengan menu Clip pada ArcMap. c. DEM SRTM yang sudah terpotong selanjutnya dibuat shaded relief pada ArcMap untuk memperlihatkan adanya bayangan tiga dimensi (3D) menggunakan menu hillshade. d. Peta vektor RBI yang ada kemudian dilakukan pemilihan layer seperti toponimi, jalan dan batas administrasi yang diperlukan dalam peta batas daerah kabupaten. e. Proses terakhir yaitu melakukan overlay hasil klasifikasi Tutupan Lahan, hasil hillshade dari DEM SRTM dan Peta vektor RBI yang sebelumnya telah dipilih layer-layernya. f. Dari pengolahan data yang dihasilkan kemudian dilakukan analisis garis batas pada peta dan diperoleh hasil akhir berupa Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten (skala 1 : 25.000).
semakin kecil bilangan faktor kekuatan jaringan tersebut di atas, maka akan semakin baik konfigurasi jaringan yang bersangkutan, dan sebaliknya. Hasil RMSerror rata-rata citra mempunyai nilai RMSerror rata-rata kurang dari 1 pixel dan SoF mendekati nol sehingga dianggap memenuhi toleransi yang diberikan (Purwadhi, 2001). Klasifikasi Klasifikasi dilakukan meggunakan metode klasifikasi terselia maximum likelihood dengan sejumlah 54 training area meliputi seluruh kelas penutup lahan yang diklasifikasi yaitu kelas pemukiman, ladang, sawah, kebun, hutan, semak belukar, badan air, rumput/lahan kosong dan anak Gunung Kelud. Tabel 1. Kelas Tutupan Lahan No
Kelas
1
Ladang
2
Hutan
3
Badan air
4
Rumput
5
Belukar
6
Pemukiman
7
Kebun
8
Sawah
9
Anak Gunung
Warna
Dari pekerjaan klasifikasi yang dilakukan diperoleh hasil peta tutupan lahan seperti berikut :
Gambar 4. Peta Tutupan Lahan tahun 2009 Uji Ketelitian Klasifikasi Uji ketelitian klasifikasi bertujuan untuk mengetahui ketelitian hasil klasifikasi dengan menggunakan metode confusion matrix. Data pengukuran lapangan (groundtruth) diperlukan untuk membuat training area masing-masing kelas sebelum proses perhitungan confusion matrix dilakukan menggunakan perangkat lunak ENVI 4.6.1. Dari hasil perhitungan confusion matrix didapatkan ketelitian total hasil klasifikasi (KH) untuk citra Landsat 7 ETM akuisisi tahun 2009 sebesar 82,19%. Dengan hasil perhitungan
HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi Geometrik Citra dan SOF Hasil koreksi geometrik pada citra Landsat 7 ETM tahun 2009 yaitu nilai total RMSerror sebesar 0,452 piksel dan nilai rata-rata RMSerror sebesar 0,038 piksel. Nilai strength of figure dari titik kontrol registrasi citra untuk citra Landsat 7 ETM tahun 2009 yang digunakan adalah 0,5937. Dalam hal ini
4
yang dipilih antara lain jalan, batas administrasi, sungai, titik tinggi dan toponimi.
ketelitian klasifikasi tersebut, maka klasifikasi dianggap benar karena nilainya lebih besar dari 80%. Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan yang dilakukan dapat diketahui luas dari setiap penutup lahan yang ada. Dari hasil pengolahan citra Landsat 7 ETM akuisisi tahun 2009 tutupan lahan terbesar didominasi oleh kebun sebesar 163.713.454,88 m² (44.93%) dari luas keseluruhan. Tabel 2. Tutupan Lahan Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelas Ladang Hutan Badan air Rumput Belukar Pemukiman Kebun Sawah Anak gunung
Luas (m²) 28.684.608,75 91.910.554,88 4.258.626,75 8.090.213,06 40.321.308,38 17.503.581,38 163.713.454,88 9.530.129,25 345.003,19
Luas (%) 7.87 25.23 1.17 2.22 11.07 4.80 44.93 2.62 0.10
Gambar 6. Data Vektor Peta RBI Lembar Krisik no. 1508-321 Edisi 2001. Sistem proyeksi UTM zona 49 S dan datum WGS’84. Overlay dan Pembuatan Layout Peta Data-data yang telah berhasil dilakukan pengolahan kemudian dilakukan penggabungan tumpang susun peta (overlay) menggunakan software ArcGIS 9.3. Skala Peta yang digunakan sama dengan skala peta dasarnya (peta RBI) yaitu 1:25.000. Proyeksi yang digunakan dalam peta ini sesuai dengan peta dasarnya yaitu sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) Zone 49 S dengan datum WGS 1984.
Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM Data DEM SRTM resolusi 30 meter digunakan untuk membuat tampilan 3D dari daerah penelitian. Data ini dibuat menjadi hillshade (Shaded relief) yang berfungsi untuk menambahkan efek tampilan yang lebih realistis dari data topografi. Dengan demikian maka unsurunsur yang ada dalam peta terlihat memiliki morfologi yang bervariasi menyerupai kenampakan sebenarnya di lapangan.
Gambar 7. Hasil Overlay Peta Dengan Bayangan Hillshade (3D). Sistem proyeksi UTM zona 49 S dan datum WGS’84. Unsur-unsur yang terdapat pada isi peta ini adalah : a. Batas administrasi b. Titik tinggi c. Pemukiman d. Badan Air e. Hutan f. Semak Belukar g. Kebun h. Ladang i. Sawah j. Anak Gunung Kelud k. Rumput/Tanah kosong l. Garis kontur m. Sungai n. Jalan lokal dan jalan setapak
Gambar 5. Hasil Pembuatan Hillshade dari DEM SRTM. Sistem proyeksi UTM zona 49 S dan datum WGS’84. Pemilihan Layer Peta RBI Data Vektor Peta RBI yang digunakan yaitu lembar Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan Bakosurtanal (skala 1 : 25.000). Data diperoleh langsung dari Bakosurtanal dalam bentuk vektor format *.shp dengan sistem proyeksi yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator Zone 49 S dan datum yang digunakan adalah WGS 1984. Data ini selanjutnya digunakan sebagai informasi geospasial dasar (IGD) dalam pembuatan peta batas daerah. Layer-layer peta RBI
5
o. p. q. r.
Jalan akses ke puncak Gunung Kelud Nama Gunung/Pegunungan Nama Kabupaten, Kecamatan dan Desa Grid
diamati penggunaan lahan terbesar adalah untuk perkebunan dan kehutanan. Perkebunan yang paling dekat dengan kawasan Gunung Kelud adalah Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Margomulyo Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar. Sedangkan keberadaan Pos pengamatan Gunung Kelud adalah di PDP Margomulyo, Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar. Sehingga secara de facto pemanfaatan lahan dan pembangunan di sekitar kawasan Gunung Kelud telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri sejak tahun 2001. Sampai saat ini pelayanan penanganan masalah bencana alam, keamanan dan ketertiban di sekitar kawah Gunung Kelud ditangani oleh Pemkab Kediri. Selain itu meskipun tidak memiliki akses jalan langsung menuju anak Gunung Kelud, Kabupaten Blitar juga memiliki keuntungan dari sisi lain yaitu adanya lahan perkebunan yang luas dan subur pada bagian wilayahnya. Hal ini bersumber dari keberadaan Gunung Kelud yang tercatat masih aktif dan mengalirkan lahar melalui sisi Kabupaten Blitar sehingga membuat tanah sepanjang aliran lahar tersebut menjadi lebih subur. Terhadap peta RBI 1508-321, skala 1 : 25.000 edisi 1: 2001 ini dilakukan pengamatan terhadap unsur-unsur penampakan alam dan juga garis-garis kontur pada kedua arah serta dilakukan pelacakan batas-batas terhadap penampakan alam tersebut. Untuk penarikan alternatif garis batas dengan memperhatikan angka ketinggian/kedalaman dari garis kontur, dan dalam penarikan garis ini dibuat alternatif sebagai berikut: (1) Alternatif 1 (Alternatif Utara) : Garis batas sebelah utara (berwarna merah) ditarik dari puncak Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri punggungan bukit/watershed sampai (Tt 977), kemudian dipertengahan (antara Tt 977 dan Tt 1053) arah garis berubah menyusuri as sungai (anak sungai sampai mendekati Tt 1153 berubah kembali menyusuri punggungan bukit (Tt 1347) sampai ke Gunung Lirang terus ke arah Gunung Kambang. Dari Gunung Kambang, garis batas kembali turun memotong garis sungai terus menyusuri as Sungai/Kali Konto. (2) Alternatif 2 (Alternatif Selatan) : Garis ke arah selatan (berwarna merah muda) ditarik dari puncak Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri punggungan bukit / watershed sampai (Tt 977), kemudian terus menyusuri punggungan bukit/watershed mendekati (Tt 1053) kemudian terus menyusuri punggungan bukit/watershed sampai mendekati (Tt 1214) terus menyusuri punggungan bukit sampai (Tt 1364) sampai punggungan Gunung Sumbing terus ke punggungan Gunung Kelud. Dari punggungan
Analisa Garis Batas Dasar hukum yang digunakan : UU Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Permendagri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah. Berdasarkan hasil Kajian Permasalahan Batas Daerah Kabupaten Blitar dan Kediri oleh LPPM ITB tahun 2011 yang menjelaskan analisis terhadap dokumen-dokumen batas dari Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar, dokumen-dokumen yang digunakan tersebut yaitu : a. Peta Overzichtskaart Van Regentshap Kediri 1933 b. Peta Koleksi Den han 1840 (Arsip Nasional RI) c. Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 2001 Bakosurtanal d. Peta Kaart Van de Residentie Kediri 1891 e. Peta tahun 1879 Tropograpische Kaart Der Residentie Kediri. f. Peta tahun 1891 Kaart Van De Residentie Kediri. g. Peta tahun 1929 Overzichtskaart Van Java en Madoera. h. Peta tahun 1945 Bladwizer Van Java, Madoera En Bali NR:4 Kajian yang dilakukan terhadap dokumen tersebut yaitu dengan menarik garis batas pada masing-masing peta untuk kemudian diidentifikasi hasil penarikan garis batasnya. Penggambaran garis batas pada peta tersebut dilakukan berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi geospasial Pasal 16 ayat (2), yang menjelaskan bahwa dalam hal terdapat batas wilayah yang belum ditetapkan secara pasti di lapangan oleh Instansi Pemerintah yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan batas wilayah sementara yang penggambarannya dibedakan dengan menggunakan simbol dan/atau warna khusus. Berdasarkan hasil dari laporan peninjauan lapangan kawasan Gunung Kelud Provinsi Jawa Timur yang dilakukan oleh Tim Teknis Penegasan Batas Daerah Pusat tanggal 21 September 2011 dijelaskan bahwa satu-satunya akses menuju kawah Gunung Kelud hanya melalui Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Kawasan Gunung Kelud saat ini telah menjadi kawasan wisata dan seluruh pembangunan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. Selain itu menuju kawasan Gunung Kelud dari Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar dapat
6
Gunung Kelud garis batas akan menuju ke titik simpul yang merupakan titik batas antara Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang (trijunction). (3) Alternatif 3 (Alternatif Tengah) : Garis ke arah selatan (berwarna kuning) ditarik dari puncak Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri punggungan bukit / watershed sampai (Tt 977), kemudian terus menyusuri punggungan bukit/watershed mendekati (Tt 1053) kemudian terus menyusuri punggungan bukit/watershed sampai mendekati (Tt 1214) terus menyusuri punggungan bukit sampai (Tt 1364) lalu jalur batas naik melalui igir Gunung Sumbing, kemudian turun membelah Kawah Anak Gunung Kelud kemudian naik ke Gunung Kelud dan menuju simpul batas antara Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri.
3.
watershed) memiliki dua alternatif (arah utara dan arah selatan) karena daerah perbatasan yang dipermasalahkan tersebut merupakan pegunungan yang melingkari anak G. Kelud yang dipermasalahkan kedua Kabupaten. Apabila dikehendaki membelah kawasan anak Gunung Kelud menjadi dua bagian maka dimungkinkan dalam teknis penarikan batas selama masih mengguakan prinsip batas-batas alam.
Gambar 4.22. Tampilan 3D dari Hasil Pembuatan Alternatif Garis Batas pada Software Global Mapper. Hasil akhir dari analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ketiga alternatif garis batas tersebut dimungkinkan secara teknis penarikan garis batas. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan tampilan 3D dari data DEM SRTM dapat menjadi metode alternatif untuk memastikan kesesuaian hasil penarikan garis batas dengan unsur-unsur batas alam yang ada. Dengan bantuan tampilan 3D tersebut juga diharapkan orang awam yang tidak bisa membaca kontur pada peta topografi menjadi lebih mudah mengerti dan memahami kondisi topografi yang ada. Namun demikian pada dasarnya pelacakan garis batas dapat dilakukan cukup dengan menggunakan peta topografi. Sehingga penggunaan teknologi penginderaan jauh menggunakan citra satelit dalam penelitian ini merupakan sebuah alternatif yang sangat baik apabila digunakan dalam penegasan batas pada daerah yang belum terdapat peta topografi.
Gambar 8. Hasil Penarikan Alternatif Garis Batas pada Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten. Selanjutnya ketiga alternatif garis batas dari hasil pelacakan garis batas secara kartometrik tersebut dilakukan analisis lebih lanjut dengan bantuan software Global Mapper. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah penarikan garis batas yang telah dilakukan benar-benar tepat pada batas alam yang ada. Kelebihan dari penggunaan software Global Mapper ini adalah adanya menu 3D View untuk menampilkan visualisasi 3D dari morfologi daerah penelitian dengan jelas. Kelebihan lain yaitu dengan menu Rotate The View dapat melakukan pengamatan secara memutar pada sudut penglihatan yang berbeda-beda dari daerah penelitian. Berdasarkan hasil dari analisis yang dilakukan maka diketahui bahwa : : 1. Garis arah utara yang dilakukan penarikan garis menggunakan objek alam, secara teknis ada perubahan penarikan garis, dari punggungan bukit menuju as sungai dan kembali kepada punggungan bukit. Hal ini dimungkinkan dalam teknis penarikan garis batas selama masih menggunakan prinsip batas-batas alam. 2. Kawasan di sekitar anak G. Kelud, jika dilakukan penarikan garis mengikuti penampakan alam (punggungan bukit /
PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten yang dibuat menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM dilengkapi dengan visualisasi bayangan tiga dimensi sehingga lebih
7
menonjolkan morfologi dari kawasan Gunung Kelud dimana selanjutnya dapat digunakan dalam mendukung penarikan batas menggunakan unsur-unsur batas alam secara kartometrik. Penggunaan teknologi penginderaan jauh menggunakan citra satelit dalam penelitian ini sangat baik apabila digunakan sebagai alternatif dalam penegasan batas pada daerah yang belum terdapat peta topografi. 2. Kondisi topografi yang ada pada kawasan Gunung Kelud berdasarkan analisa tutupan lahan citra Landsat 7 ETM tahun 2009 diketahui bahwa peruntukan lahan terbesar berupa Kebun dan Hutan. Sedangkan berdasarkan hasil visualisasi tiga dimensi dari data DEM SRTM diperoleh informasi bahwa kondisi morfologi kawasan perbatasan yang dipermasalahkan merupakan pegunungan yang melingkari anak Gunung Kelud sehingga dimungkinkan untuk melakukan penarikan garis batas berdasarkan unsur-unsur batas alam. 3. Hasil dari penarikan garis batas secara kartometrik diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 3 alternatif garis batas yang dapat digunakan untuk segmen batas pada kawasan Gunung Kelud berdasarkan analisa terhadap unsur-unsur batas alam yang ada. Ketiga alternatif garis batas tersebut yaitu Alternatif 1 (utara), Alternatif 2 (selatan) dan Alternatif 3 (tengah).
DAFTAR PUSTAKA Abidin, H.Z., Jones, A., dan Kahar, J. 2002. Survei dengan GPS. Jakarta : Pradnya Paramita. Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori Dan Aplikasinya Dalam Bidang Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Erwin, H.P. 2010. Penginderaan Jauh dengan ER Mapper. Manado: Graha Ilmu. Fidwawati. 2011. Analisa Perubahan Pola Dan Tata Guna Lahan Sungai Bengawan Solo Dengan Menggunakan Citra Satelit Multi Temporal (Studi Kasus : Kabupaten Lamongan). Surabaya : Tugas Akhir Teknik Geomatika ITS. Julzarika, A., dan Sudarsono, B. 2009. Penurunan Model Permukaan Dijital (DSM) menjadi Model Elevasi Dijital (DEM) dari Citra Satelit ALOS Palsar. Diakses tanggal 20 Februari 2012 pukul 09:40 dari http://www.perpustakaan. lapan.go.id/jurnal/index.php/majalah_sains_te kgan/article/view/311/269 . Kemendagri. 2011. Rapat Koordinasi Pra Grand Design Survei Dasar Dan Sumber Daya Alam (Pemetaan Tematik Nasional) : slide Presentasi Direktorat Wilayah Administrasi Dan Perbatasan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri. Kustiyo., Manalu, Johannes., dan Pramono, Sri Harini. 2005. Analisis Ketelitian Ketinggian Data DEM SRTM. Proceding PIT Mapin XIV tahun 2005. Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lisnawati, Yunita., dan Wibowo, Ari. 2007. Penggunaan Citra Landsat Etm+ Untuk Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan Di Kawasan Puncak. Diakses 1 Maret 2012 pukul 20:00 dari http://library. fordamof.org/libforda/data_pdf/219 8.pdf. LPPM ITB, 2011. Kajian Permasalahan Batas Daerah Kabupaten Blitar dan Kediri. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Manalu, Johannes., Kustiyo., Parsa, I Made., dan Surlan. 2005. Pembuatan Kontur Dari Data DEM SRTM Untuk Inventarisasi Sumber Daya Alam. Proceding PIT Mapin XIV tahun 2005. Martin, S. 2004. An Introduction to Ocean Remote Sensing. United Kingdom : University of Cambridge. Maryantika, N. 2011. Analisa Perubahan Vegetasi Ditinjau Dari Tingkat Ketinggian Dan
Saran Adapun saran berdasarkan hasil penelitian ini yaitu : 1. Penginderaan jauh merupakan teknologi baru yang disarankan sebagai salah satu metode alternatif dalam mendukung penegasan batas daerah. 2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan data citra dengan resolusi yang lebih tinggi dan metode yang lebih baik. 3. Pengambilan data lapangan sebaiknya memiliki waktu yang tidak terlalu jauh dengan data citra sehingga diperoleh ketelitian hasil yang lebih baik.
8
Kemiringan Lahan Menggunakan Citra Satelit Landsat Dan SPOT 4 (Studi Kasus Kabupaten Pasuruan). Surabaya : Tugas Akhir Teknik Geomatika ITS. Maryland University, 2012. Shuttle Radar Topography Mission (SRTM). Diakses tanggal 2 Juni 2012 pukul 14:40 dari http://glcf.umiacs.umd.edu/data/srtm/index.sht ml. Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2004). Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah. Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi geospasial. Prahasta, E. 2011. Model Permukaan Digital (Pengolahan Data DTM & DEM dengan Perangkat Lunak: surfer, Global Mapper dan QuickGrid). Bandung: Informatika. Prahasta, E. 2011. Tutorial ArcGIS Desktop untuk Bidang Geodesi & Geomatika. Bandung: Informatika. Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Grasindo. Putra, E.H. 2011. Penginderaan Jauh dengan ER Mapper. Yogyakarta : Graha Ilmu Somantri, L. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi Patahan Lembang. Diakses tanggal 2 Mei 2012 pukul 10:45 dari http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/ JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541LILI_S OMANTRI/pj_patahan_lembang.pdf. Sutanto. 1984. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Thoha, A.S. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Diakses tanggal 23 Februari 2012 pukul 21:06 http://abuhaniyya.files.wordpress.com/ dari 2009/02/karakteristik20citra20satelit6.pdf. Wahyunto., Murdiyati, S.R., dan Ritung, S. 2004. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh Dan Uji Validasinya Untuk Deteksi Penyebaran Lahan Sawah Dan Penggunaan / Penutupan Lahan. Diakses tanggal 20 Februari 2012 pukul 10:15 dari http://www.litbang.deptan. go.id/warta-ip/pdf-file/wahyunto-13.pdf http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/index.cf m?TopicName=How%20Hillshade%20works. Diakses tanggal 10 Juli 2012 pukul 09:00.
LAMPIRAN 1. Peta Tutupan Lahan tahun 2009 dari Citra Satelit Landsat 7 ETM
2. Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten (Segmen Batas Kawasan Gunung Kelud)
9