STUDI PEMBANGUNAN DERMAGA CURAH KERING PADA TANJUNG PERAK LUTHFI AMIN Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing: Ir. Achmad Wicaksono M. Eng, Ph. D. dan Ir. M. Ruslin Anwar, M.Si.A. ABSTRAK Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia. Sebagai pelabuhan pintu gerbang, maka Tanjung Perak telah menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur. Dengan melihat arus barang saat ini di Pelabuhan Tanjung Perak sebesar 30 juta ton, sedangkan realisasi arus barang pada tahun 2004 mencapai 28,96 juta ton, dan diprediksi pada tahun 2010 bisa mencapai 32,5 juta ton., Sehingga tanjung perak membutuhkan pengembangan pelabuhan yang salah satu pengembanganya adalah pembangunan dermaga curah kering. Pada setiap pelabuhan tentu dibutuhkan tanah daratan untuk membangun dan menempatkan fasilitas-fasilitasnya mulai dari dermaga, gudang, lapangan penumpukan, tempar parkir, jalan dan lain-lain. Sehingga diperlukan perencanaan sisi darat dermaga yang bertujuan untuk mengetahui besar kapasitas pelabuhan barang curah kering yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sampai tahun 2017 dan menentukan tata letak sisi darat dermaga barang curah kering. Tahapan penelitian ini dimulai dengan analisa pertumbuhan dan taksiran trafik dengan menggunakan metode regresi bergandan dan analisis data berkala, dimana output yang dihasilkan adalah jumlah barang curah kering pada tahun rencana. Setelah itu digunakan analisa kebutuhan ruang, yang bertujuan untuk mengetahui luasan dermaga, gudang, lapangan penumpukan, dan tempat parkir. Untuk mengetahui kemampuan fasilitas pelabuhan dalam menampung kegiatan pada tahun rencana maka, digunakan analisa tingkat pelayanan pelabuhan, yang menghasilkan parameter tingkat kelayakan pembangunan pelabuhan. Setelah semua langkah sudah dilakukan maka akan dilakukan analisa tata letak pelabuhan dengan menggunakan metode systematic layaout planning (SLP), dimana output yang dihasilkan adalah layout pelabuhan. Selanjutnya didapatkan kebutuhan ruang untuk dermaga curah kering yaitu luas untuk apron sebesar 9736 m2, gudang kimia 2550 m2, gudang biji-bijian 3750 m2, lapangan penumpukan 3500 m2, daerah bongkar muat 5575 m2, areal parkir truk 800 m2, kantor 120 m2, areal parkir mobil 160 m2. Sedangkan berdasarkan hasil analisis terhadap tingkap pelayanan dermaga, gudang dan lapangan penumpukan, serta analisis dari kunjungan kapal maka dapat disimpulkan bahwa kapasitas dari fasilitas-fasilitas yang direncanakan lebih dari cukup untuk menampung kegiatan di pelabuhan Tanjung Perak sampai dengan tahun 2017. Hasil dari analisis tata letak pelabuhan dengan menggunakan systematic layaout planning (SLP) berupa alternatif layout yang terdiri dari dua alternatif. dengan melihat beberapa alternatif yang ada maka akan digunakan alternatif yang pertama sebagai arahan tata letak sisi darat pelabuhan barang curah kering, dengan pertimbangan bahwa sirkulasi kantor lebih efektif untuk diletakkan
didekat pintu masuk dan parkir truk lebih efektif dan efesien bila diletakkan lurus setelah pintu masuk dengan posisi yang memanjang. Kata Kunci: Pelabuhan, Barang curah kering, Gudang, lapangan penumpukan, regresi berganda, systematic layout planning (SLP).
KAJIAN PENENTUAN LOKASI DENGAN METODE AHP DAN PERENCANAAN TERMINAL TIPE B DI KEPANJEN KABUPATEN MALANG IDDO LAKSONO dan SETYAWAN Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing: Ir. Ludfi Djakfar, MSCE., Phd. dan Amelia K. Indriastuti, ST., MT. ABSTRAK Kecamatan Kepanjen adalah salah satu kecamatan diantara 33 kecamatan di Kebupaten Malang yang merupakan bagian dari Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) Malang Tengah. Seiring dengan perkembangan di Kabupaten Malang, Kepanjen yang sebelumnya sebuah kecamatan kini beralih status menjadi Ibukota Kabupaten. Untuk menyiapkan prasarana yang mampu mendukung peningkatan yang terjadi, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah kabupaten adalah merencanakan untuk merelokasi terminal Talangagung ke lokasi yang baru. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menentukan lokasi terbaik dan merencanakan lay out terminal di Kepanjen dengan menggunakan beberapa alternatif lokasi, yaitu Desa Dilem, Jatirejoyoso, Mojosari, Ngadilangkung, Talang Agung dan Kelurahan Ardirejo serta Kepanjen. Kajian untuk penentuan lokasi terminal menggunakan Metode Analisa Multi Kriteria (AMK). Adapun metode AMK yang dipakai adalah Metode Analisis Hierarki Proses (AHP), karena merupakan metode yang fleksibel dalam mengambil keputusan dengan mengkombinasikan berbagai pertimbangan untuk memperoleh pemecahan permasalahan multi kriteria. Kriteria yang digunakan adalah jaringan jalan, aksesibilitas, potensi ekonomi, aspek sosial dan dampak. Dimana bobot kriteria ditentukan oleh responden dari beberapa instansi yang berkepentingan. Kuisioner diberikan kepada 40 responden, 38 kuisioner yang kembali dan sebanyak 27 yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai bobot kriteria. Untuk perencanaan terminal digunakan konsep perencanaan yang akan diprediksikan hingga 10 tahun kedepan. Dimana perhitungan prediksinya (potensi penumpang dan
kebutuhan kendaraan) akan mengacu pada tingkat Pertumbuhan Daerah Regional Bruto (PDRB) dan prediksi pertumbuhan penduduk Kepanjen berdasarkan Evaluasi/Revisi Rencana Dasar Tata Ruang Kota (RDTRK) Perkotaan Kepanjen tahun 2002. Untuk penentuan lay out terminal kepanjen dengan berdasarkan pada activities relation chart (ARC) dan activities relation diagram (ARD). Untuk mendapatkan nilai bobot kriteria digunakan matriks perbandingan berpasangan, sehingga didapatkan kriteria proiritas secara berurutan yaitu aksesibilitas, potensi ekonomi, jaringan jalan, dampak dan aspek sosial dengan nilai bobot/prioritas secara berurutan yaitu 23,5%, 23,3%,21,6%,17,9%, dan 13,7%. Kemudian dengan mengalikan nilai bobot kriteria dengan nilai utilitas masing-masing alternatif lokasi yang didapatkan dari pengolahan data sekunder, dapat ditentukan lokasi terbaik pembangunan terminal baru di Kecamatan Kepanjen. Desa Ngadilangkung dengan nilai prioritas tertinggi yaitu 68% sebagai lokasi terbaik pembangunan terminal tipe B di Kecamatan Kepanjen, sedangkan nilai prioritas terendah adalah Desa Jatirejoyoso sebesar 47%. Hasil perencanaan luasan total yang dibutuhkan untuk pembangunan terminal baru di Kepanjen tahun 2017 adalah 13.222,474 m2. Karena kebutuhan terminal yang terus berkembang di tahuntahun mendatang maka diperlukan lahan untuk cadangan pengembangan yaitu seluas 16.777,17 m2 sehingga kebutuhan lahan total yang dipersiapkan adalah 3 Ha.
PENGARUH TATA LETAK PENGAKU (BRACING) GANDA “X” TERHADAP PERPINDAHAN LATERAL PADA PORTAL BAJA RUANG BERTINGKAT ROYCE ANTONIO WIJAYA Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing : Ir. Hendro Suseno,DEA dan Ir. Sugeng P. Budio, MS ABSTRAK Pada umumnya bangunan bertingkat tinggi memiliki struktur rangka yang terbuat dari baja, karena baja memiliki beberapa keunggulan sebagai material konstruksi bangunan. Sifat utamanya adalah memiliki sifat ulet (toughness), keras (hardness) dan daktilitas yang dipunyai material baja. Penggunaannya dalam portal – portal baja juga harus memenuhi beberapa persyaratan mendasar sesuai dengan konsep desain yang kita gunakan. Persyaratan itu meliputi kapasitas penampang dan ketahanannya dalam menahan perpindahan. Baik berupa perpindahan aksial yang disebabkan beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) maupun beban lateral (beban angin dan beban gempa). Portal – portal baja dalam satu kesatuan sistem struktur bangunan tingkat tinggi haruslah
memenuhi syarat – syarat keamanan dan kenyamanan. Salah satu indikatornya adalah mampu dalam menahan beban lateral yang dibebankan kepadanya sehingga akan memberikan perpindahan lateral yang kecil. Salah satu cara untuk mengatasi perpindahan lateral adalah digunakan pengaku (bracing) di mana portal dan pengaku bekerja sama dalam menahan beban lateral yang diberikan. Penggunaan “Metode Elemen Hingga” berdasarkan metode kekakuan langsung dalam analisis ini memungkinkan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih sederhana. Software STAAD Pro digunakan dalam proses perhitungannya. Maka dilakukan analisis tentang pengaruh tata letak pengaku ganda berbentuk “X” ganda terhadap perpindahan lateral pada portal baja ruang bertingkat dengan beberapa variasi tata letak pengaku dan variasi jumlah tingkat pada portal – portal yang akan dianalisis. Sebagai pembanding, dilakukan analisis pada portal tanpa pengaku dan portal dengan pengaku tunggal. Beban horizontal yang ada diimplementasikan sebagai beban gempa yang besarnya sama pada setiap tipe portal. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap beberapa tipe portal dengan variasi tata letak pengaku ganda berbentuk ”X” dan jumlah tingkat (dua, empat, enam, delapan) maka didapatkan beberapa kesimpulan dari hasil perpindahan lateral yang didapatkan. Variasi tata letak pengaku akan memberikan respon struktur yang berbeda – beda dalam menerima beban lateral yang sama. Pengaku akan bekerja menahan perpindahan lateral paling efektif jika diletakkan pada tengah – tengah bentang. Key word : Pengaku, ganda, perpindahan lateral, portal, baja, ruang
PENGARUH VARIASI LUBANG PADA KOLOM PENDEK BETON BERTULANG TERHADAP KAPASITAS LENTUR ROBY DWI STYA WARDANA Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Agoes Soehardjono MD., MS. dan Ir. Siti Nurlina, MT.. ABSTRAK Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika, untuk mempertahankan aspek tersebut biasanya instalasi baik perpipaan maupun kelistrikkan pada akhirnya dimasukan kedalam struktur seperti pada kolom. Untuk itu SNI 03 – 2847 – 2002 mensyaratkan bahwa saluran dan pipa, bersama kaitnya, yang ditanam pada kolom tidak boleh menempati lebih dari 4% luas penampang yang diperlukan untuk kekuatan atau untuk perlindungan terhadap kebakaran. Apabila persentase
lubang lebih dari 4%, maka besarnya lubang harus diperhitungkan terhadap pegaruh kekuatannya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variasi lubang pada kolom pendek beton bertulang terhadap kapasitas lentur pada lubang sebesar 0%,2%,3%,4%,5%,6% dari luas penampang kolom. Untuk pelaksanaan penelitian ini dibuat benda uji berupa kolom pendek dengan dimensi 150 mm × 150 mm yang panjangnya 450 mm, kolom direncanakan mengalami keruntuhan tarik dengan kondisi tumpuan terjepit. Variasi lubang yang direncanakan adalah 0%,2%,3%,4%,5%,6% dari luas penampang kolom dan variabel yang diamati berupa regangan tulangan tarik. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dengan adanya variasi lubang terjadi perubahan yang signifikan antara lubang 0%,2%,3%,4%,5%,6%. Pada saat kolom berlubang 0% (tidak berlubang) nilai kapasitas lentur kolom memiliki kekuatan sebesar 100 %, pada pada kolom berlubang 2% kekuatan kolom 87.58 %, pada pada kolom berlubang 3% kekuatan kolom 81.37 %, pada pada kolom berlubang 4% kekuatan kolom 75.16 %, pada pada kolom berlubang 5% kekuatan kolom 68.95 %, pada pada kolom berlubang 6% kekuatan kolom 62.74 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa batas lubang yang diijinkan adalah 3% karena masih memiliki kekuatan sebesar 80% Kata kunci : Struktur, kolom, kapasitas lentur
ANALISIS RESPON DINAMIS PILAR JEMBATAN KARANGKATES TERHADAP GEMPA MUTHI’ EKAWATI RAHAYU Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sri Murni Dewi, MS dan Ir. Sugeng P Budio, MT. ABSTRAK Suatu analisis mengenai respon struktur jembatan terhadap beban dinamis diperlukan untuk mengetahui sejauh mana respon struktur terhadap gempa. Mengingat bagian yang paling terpengaruh pada saat terjadi gempa adalah pada bagian pilar jembatan yang secara langsung dihubungkan oleh pondasi ke tanah, analisis respon dinamis struktur jembatan terhadap gempa perlu dilakukan pada bagian pilar jembatan tersebut. Tujuan dilakukannya analisis ini untuk mengetahui bagaimana respon dinamis pilar jembatan
terhadap gempa dalam tinjauan arah potongan melintang dan memanjang sehingga dapat diketahui perbandingan diantara keduanya. Respon dinamis pilar jembatan terhadap beban gempa dilakukan dengan meninjau berdasarkan arah potongan melintang jembatan dan arah memanjang jembatan. Peninjauan berdasarkan arah melintang menghasilkan model struktur portal tiga tingkat, metode analisis yang digunakan adalah untuk multi degree of freedom. Peninjauan berdasarkan arah memanjang menghasilkan model free standing structure, metode analisis yang digunakan adalah metode untuk single degree of freedom yang tergeneralisasi. Spektrum respon gempa yang digunakan adalah spektrum respon Gempa El Centro (Mei, 1940), Gempa Taft (Juli, 1952) dan Gempa San Fernando (Pebruari, 1971). Peninjauan pilar jembatan berdasarkan arah melintang menunjukkan bahwa simpangan maksimum total akibat Gempa El Centro (Mei, 1940) adalah sebesar14,579 cm, sedangkan akibat Gempa Taft (Juli, 1952) adalah sebesar 8,0199 cm dan akibat Gempa San Fernando (Pebruari, 1971) sebesar 26,864 cm. Peninjauan pilar jembatan berdasarkan arah melintang menunjukkan bahwa simpangan maksimum akibat Gempa El centro (Mei, 1940) adalah sebesar 0,001085 m (0,1085 cm). Sedangkan simpangan maksimum akibat Taft (Juli, 1952) adalah sebesar 0,000434 m (0,0434 cm) dan simpangan maksimum akibat Gempa San Fernando (Pebruari, 1971) adalah sebesar 0,000398 m (0,0398 cm). Simpangan maksimum akibat gempa yang terjadi pada pilar jembatan Karangkates dalam arah memanjang lebih besar daripada simpangan maksimum yang terjadi dalam arah melintang jembatan. Hal ini terjadi karena pada peninjauan pilar jembatan dalam arah memanjang dalam analisis ini asumsi yang digunakan adalah pilar tersebut ditumpu secara jepit di bagian bawah dan ditumpu secara sendi di bagian atas. Asumsi lain berkaitan dengan jenis tumpuan pilar jembatan dalam arah memanjang sebagai ditumpu jepit pada bagian bawah dan bebas pada bagian atas juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan struktur bagian atas jembatan tidak dapat menahan gerakan pilar jembatan akibat gempa. Suatu analisis dinamis yang lebih kompleks berkaitan dengan respon dinamis pilar Jembatan Karangkates ini sangat diperlukan. Dengan demikian data rekaman spektrum respon gempa yang lebih lengkap terutama untuk gempa yang terjadi di Indonesia sangat diperlukan.
PENGARUH DIAFRAGMA TIPE X DAN V TERHADAP PERPINDAHAN LONGITUDINAL DAN TRANSVERSAL
PADA MODEL JEMBATAN RANGKA DENGAN MENGGUNAKAN TUMPUAN ELASTOMER AKIBAT VARIASI PENEMPATAN BEBAN TERPUSAT ARIF PRAMUDYO Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing : Ir. Wisnumurti, MT. dan Ir. Arifi Soenaryo ABSTRAK Jembatan merupakan salah satu solusi yang sangat umum digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan transportasi, terutama yang berkaitan dengan kondisi topografi daerah yang dilalui jalur transportasi. Dalam kaitannya dengan transportasi, jembatan berfungsi sebagai penghubung antara daerah-daerah yang dipisahkan oleh sungai, jurang, lembah, kanal, bahkan laut ataupun, fasilitas-fasilitas umum lainnya seperti jalan tol atau jalan raya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh elemen sekunder jembatan rangka batang, dalam hal ini diafragma berbentuk X dan V terhadap perpindahan longitudinal dan transversal yang terjadi dengan menggunakan tumpuan elastomer dan akibat variasi penempatan beban terpusat. Pengaruh penambahan diafragma pada jembatan rangka dapat diketahui dengan melakukan pengujian di laboratorium. Pengujian dilakukan dengan tiga kondisi yaitu kondisi pertama ketika jembatan rangka tanpa diafragma, kondisi kedua adalah jembatan rangka dengan diafragma tipe X dan kondisi ketiga adalah jembatan rangka dengan diafragma tipe V. Ketiga pengujian tersebut dilakukan dengan harapan hasil yang diperoleh dapat dibandingkan. Secara spesifik hasil pengujian yang dapat dibandingkan adalah besarnya perpindahan longitudinal dan transversal yang terjadi. Penambahan diafragma tipe X lebih berpengaruh daripada diafragma V ditinjau dari pendistribusian beban, sedangkan penambahan diafragma V lebih efektif dari pada diafragma X dan tanpa diafragma ditinjau dari dan perpindahan longitudinal dan transversal yang terjadi pada model jembatan rangka, dan didapatkan nilai perpindahan yang berbeda antara hasil Laboratorium dengan analisa STAADPro 2004.
PENGARUH VARIASI LUBANG PADA KOLOM PENDEK BETON BERTULANG
TERHADAP KAPASITAS GESER ISWAHYU WAHONO Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen pembimbing : Prof. Dr. Ir. Agoes Soehardjono MD, MT dan Ir. Arifi Soenaryo. ABSTRAK Peningkatan perkembangan jasa konstruksi saat ini cukup pesat. Dalam hal ini khususnya beton bertulang, selain digunakan untuk pembuatan pelat, balok dan kolom, juga dipakai pada pemasangan pipa. Beton bertulang yang digunakan untuk pemasangan pipa tersebut adalah berlubang. SNI 03 – 2847 – 2002 menyatakan bahwa saluran dan pipa, bersama kaitnya, yang ditanam pada kolom tidak boleh menempati lebih dari 4 persen luas penampang yang diperlukan untuk kekuatan. Sehingga dari ketentuan tersebut di atas perencanaan lubang pada kolom tidak boleh melebihi dari 4 persen luas penampang kolom yang diperlukan untuk kekuatan dari kolom. Namun berbeda bila prosentase lubang pada kolom melebihi dari 4 persen yang akan menyebabkan penurunan kekuatan dari kolom. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi lubang pada kolom pendek beton bertulang terhadap kapasitas geser dengan memberikan perbedaan lubang sebesar 0 %, 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, dan 6 % dari luas penampang kolom. Kolom uji berukuran 150 x 150 mm yang panjangnya 450 mm, kolom pendek dengan konsol bertumpuan jepit bebas, dimensi tulangan utama 6f8 dan tulangan sengkang 150 – f6, Tegangan leleh baja = 377,6 Mpa, kuat tekan beton = 28 Mpa. Setiap perlakuan prosentase terdapat 2 benda uji kolom. Dari analisis regresi linear pada saat kolom berlubang 0 % nilai kapasitas geser kolom memiliki kekuatan kolom 100 %, pada kolom berlubang 2 % kekuatan kolom 94,09 %, pada kolom berlubang 3 % kekuatan kolom 91,13 %, pada kolom berlubang 4 % kekuatan kolom 88,17 %, pada kolom berlubang 5% kekuatan kolom 85,21 %, pada kolom berlubang 6 % kekuatan kolom 85,26 %. Dapat diketahui bahwa variasi lubang antara 0 % – 6 % pada kolom tersebut tidak terlalu signifikan, apabila variasi kolom diperbesar menjadi 7 %, kekuatan kolom menjadi turun yaitu 79,3 %. Sehingga adanya lubang kolom sampai 6 % untuk kapasitas geser belum diperhitungkan dan hal ini sesuai dengan hipotesa awal untuk analisis pada kolom tersebut.
STUDI EVALUASI PEMBERIAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA Herlina Bakti Windari Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing : Ir. Suroso, Dipl. He., M.Eng dan Ir. IGN Adipa. ABSTRAK Keterbatasan air merupakan salah satu masalah yang paling sulit dipecahkan. Dalam bidang irigasi pemenuhan kebutuhan air tidak hanya tergantung dari adanya curah hujan yang tinggi pada musim penghujan sehingga dapat digunakan pada musim kemarau. Selain itu perlu dilakukan pemberian air yang benar-benar sesuai dengan ketersediaan air. Studi ini mengkaji tentang eksploitasi irigasi pada Daerah Irigasi (DI) Waduk Pelaparado, masalah yang terjadi adalah penurunan intensitas tanam dari 251,8% hingga menjadi kurang dari 100% akibat kekurangan air irigasi dari Waduk Pelaparado. Studi ini berusaha untuk mengevaluasi pemberian air irigasi pada DI Waduk Pelaparado yang bertujuan agar dapat diketahui apakah cara dan pola operasi irigasi yang dipakai selama ini telah berjalan secara efektif dan efisien. Bendungan Pelaparado membendung Sungai Parado yang kemudian akan dialirkan melalui 3 dam yaitu dam Pelacempaka, Parado, Kalate. Dalam studi ini, data-data yang dipakai adalah data sekunder. Dari data pola tata tanam yang ada dapat diketahui cara pemberian air eksisting. Selanjutnya dilakukan perhitungan ulang dengan menggunakan data-data yang ada meliputi pengolahan data curah hujan, perhitungan kebutuhan air di intake, pengolahan data debit dan menentukan cara pemberian air dan pola operasi pintu berdasarkan perhitungan sebelumnya. Pemberian air eksisting dan perhitungan dibandingkan, sedangkan untuk pola operasi pintu diusulkan yang sesuai dengan kesediaan debit. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, sistem pemberian air yang dipakai adalah sistem pemberian air terus-menerus dan sistem rotasi atau giliran. Sistem terus menerus dilakukan bila Q tersedia > 80% Q kebutuhan sedangkan sistem rotasi dilakukan bila Q tersedia < 80% Q kebutuhan . Hasil perhitungan kebutuhan air di intake digunakan untuk menghitung besarnya tinggi bukaan pintu. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan air di DI Waduk Pelaparado untuk beberapa periode tidak dapat dipenuhi oleh ketersediaan debit yang ada di masing-masing bendung, sehingga pada beberapa periode tersebut mengalami kekurangan air dan memerlukan sistem rotasi atau giliran dalam pemberian airnya. Pengoperasian pintu yang tepat dapat mengoptimalkan pembagian air baik pada rencana tanam I, II maupun III. Pada beberapa periode juga didapati curah hujan yang besar sehingga tidak membutuhkan air irigasi.