Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan dan Persaingan pada Pengawasan Dewan Direktur dan Kepemilikan Institusional pada Perusahaan yang Melakukan IPO (studi pada perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2002-2007)
Diajukan untuk memenuhi Syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh : WISNU ISWAHYUDI F 0206114
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul :
Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan dan Persaingan pada Pengawasan Dewan Direktur dan Kepemilikan Institusional pada Perusahaan yang Melakukan IPO (studi pada perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2002-2007)
Telah disetujui dan diterima oleh dosen pembimbing untuk diajukan kepada tim penguji.
Surakarta, 26 Maret 2010 Mengetahui Dosen Pembimbing
Bambang Hadinugroho, SE, M.Si NIP 195905081986011001
2
HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.
Surakarta,
Mei 2010
Tim Penguji Skripsi Tanda Tangan
1. Endang Suhari, Dra, M.Si NIP. 19610317 198601 2 002
2. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si NIP. 19590508 198601 1 001
3. Deny Dwi Hartomo, SE, M.Sc NIP. 19831210 200812 1 002
3
MOTTO
“Allah tidak membebani kesanggupannya........”
seseorang
melainkan
sesuai
dengan
(Al-Baqarah 286)
Kegagalan bukan berarti anda gagal. Tetapi anda belum sukses. Kegagalan bukan berarti anda tidak mencapai apa-apa. Tetapi anda sudah mempelajari sesuatu. Kegagalan bukan berarti anda tidak akan sukses. Tetapi dibutuhkan kesabaran. Kegagalan bukan berarti anda sudah berakhir. Tetapi anda masih memiliki peluang untuk memulainya kembali, dan berusaha mencari sesuatu yang baru. Kegagalan bukan berarti Tuhan sudah meninggalkan anda. Tetapi Dia mempunyai rencana yang lebih baik.
( Robert Schuller)
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN Keikhlasan dan kesabaran untuk karya kecil ini kupersembahkan untuk: \ Ayah dan Ibu tercinta \ Mbak dan Masku \ Ika Kholistyana \ Teman-teman dan Almamaterku
5
KATA PENGANTAR Maha suci dan maha mulia Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan petunjuk kepada setiap insan serta selalu memberikan pelajaran bagi hamba-Nya. Hanya dengan karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan dan Persaingan pada Pengawasan Dewan Direktur dan Kepemilikan Institusional Perusahaan yang Melakukan IPO” Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi jurusan manajemen. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha dan berupaya dengan segala kemampuan yang ada, penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian sripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. Bambang Sutopo, Mcom, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Endang Suhari, M.Si, selaku ketua jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penulisan skripsi. 4. Ahmad Ichwan S., SE, MS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi petunjuk selama perkuliahan. 5. Tim penguji skripsi 6. Ayah, ibu dan kakakku tersayang (my inspiration), terimakasih atas semua curahan cinta, kasih sayang, dukungan dan do’a serta pengorbanan yang
6
telah diberikan. Adekku Anisa Ayudhita Chandra. “Terimakasih dukunganya ya dek”. 7. Seseorang yang tak kan terlewatkan Ika Kholistyana. Terimakasih untuk semua kasih sayang, dukungan dan semangat yang diberikan. Tanpamu skripsi ini pasti belum selesai. 8. Pembimbing bayanganku Dhimas Hermawan SE. Terimakasih untuk semuanya teman. Tanpamu semua ini sulit tercapai. 9. Teman-teman “Kost Ploes” Avit, Onggho, David, Jonar, Yusuf. Dan juga Wastu, Bondet dan dini. Terimakasih untuk support, pelajaran hidup dan pengalaman berharga selama ini. Kalian adalah keluarga keduaku. 10. Teman-teman FE angkatan 2006 Dedy (thanks buat inspirasinya), Sitey, Panji, (Rusiawan, Riza, Noel sekaligus teman PSM), Nanda, Bambang, Galih, (Tezar dan Budi sekaligus teman magang), Moncu, Gembul, Warih, Citra, Lulu, Ery, Irma, Ayu, Hana terimakasih untuk semua petualangan selama ini, aku pasti merindukan suasana kuliah bersama kalian. 11. Teman-teman PSM 2009 Dhimas, Ghea, Niken, David, Oka, Desi, Sri, Sugi, Prast, mas Fajar. Terimakasih untuk sebuah pengalaman bernilai selama PSM. 12. Special thanks to Swasti ‘chua’ Sabdastantri dan Kotak band serta temanteman KK07 Solo. Keep Rock guys. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan jarunia kepada semua pihak yang telaj memberikan bantuan selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari
7
bahwa skripsi ini masih banyak kekuranganya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Surakarta, Mei 2010 Penulis
WISNU ISWAHYUDI
8
DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................... Halaman Persetujuan Pembimbing..................................................................... Halaman Pengesahan ......................................................................................... Halaman Motto .................................................................................................. Halaman Persembahan ....................................................................................... Kata Pengantar ................................................................................................... Daftar Isi ............................................................................................................ Daftar Gambar ................................................................................................... Daftar Tabel ... ................................................................................................... Daftar Lampiran ................................................................................................ Abstrak .............................................................................................................. BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. B. Perumusan Masalah …………………………………………… C. Tujuan Penelitian ..……………………………....…………....... D. Manfaat Penelitian………….....………………………………...
i ii iii iv v vi ix xi xii xiii xiv
1 4 5 6
TELAAH PUSTAKA A. Pasar Modal ........………….....……………………………….... B. IPO (Initial Public offering )…….…………………………….. C. Ketidakpastian Industri …….…………………………….......... D. Ketidakpastian Permintaan…………………………………....... E. Ketidakpastian Persaingan …………………………………... F. Board Monitoring …………………………………................. G. Institutional Ownership …………………………………........ H. Ketidakpastian Industri dan pengawasan oleh outside director dan pemilik institusional ...…………………………................ I. Penelitian Terdahulu Terkait Hubungan Antar Variabelb ......... J. Model Penelitian …………………………………....………… K. Hipotesis Penelitian …………………………………....……...
16 17 18 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Ruang Lingkup Penelitian ………………………… B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ………….. C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ………………… D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .......................... 1. Variabel Dependen ………………………............................. 2. Variabel Independen ……………………………………........ 3. Variabel Kontrol…………………………………………....... B. Metode Analisis Data …………………………………………. 1. Pengujian Normalitas …………………………................... 2. Uji Asumsi Klasik ……………………………………….... C. Pengujian Hipotesis ……………………………………………
23 23 25 25 25 26 28 30 31 31 36
7 9 10 11 12 12 15
9
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN D. Analisis Data …………….......……………………………….. E. Deskripsi Data ......…………………………………………….. F. Pengujian Data dan Asumsi Klasik …………………………… 1. Pengujian Normalitas ………………………….................... 2. Uji Asumsi Klasik ………………………………………..... G. Pengujian Hipotesis Penelitian …………………………............ H. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………..............
42 43 53 53 53 60 71
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ……………………………………………........... B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………… C. Implikasi ……………………………………………..............
75 76 78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
10
DAFTAR GAMBAR 1.
Gambar II.1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
11
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
III.1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.8 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.10 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.11 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.12 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.13 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.14 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.15 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.16 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.17 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.18 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.19 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV.20 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
33 43 43 46 47 49 50 52 53 54 55 55 56 57 58 61 62 64 66 68 70
12
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
.......................................... .......................................... .......................................... .......................................... .......................................... ..........................................
84 85 86 88 91 94
13
Abstraksi Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan dan Persaingan pada Pengawasan Dewan Direktur dan Kepemilikan Institusional Perusahaan yang Melakukan IPO
(studi pada perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2002-2007) Wisnu Iswahyudi F0206114 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) dan ketidakpastian persaingan (competitive uncertainty) pada pengawasan dewan direktur yang diwakili dengan presentase pihak luar dalam jajaran manajemen perusahaan (board outsider) dan kepemilikan oleh institusional (institutional ownership), dengan menyertakan variabel kontrol yaitu management ownership, profitability, risk, firm size dan firm age. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang telah go public dan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2002-2007. Sedangkan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO pada tahun 2002-2007. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan metode tersebut perusahaan yang terpilih adalah sebanyak 31 perusahaan. Alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah hierarchical regression analysis yaitu analisis regresi yang dilakukan dengan komposisi variabel yang berbeda yaitu ditambah setiap tingkat. Dari uji tersebut diperoleh kesimpulan bahwa variabel demand uncertainty dan variabel kontrol, secara parsial mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap board outsider dan institutional ownership pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan variabel competitive uncertainty secara parsial hanya berpengaruh secara signifikan terhadap board outsider saja dan tidak berpengaruh terhadap institutional ownership. Kata kunci : initial public offering, institutional investors, board outsider, uncertainty
14
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengawasan yang tidak konsisten oleh pengurus dan pemilik perusahaan sebagian dapat disebabkan karena penerapan berbagai mekanisme penguasaan yang tidak tepat pada kondisi industri tertentu, yang biasanya ditandai oleh perbedaan jenis dan tingkat ketidakpastian. Dalam sejumlah penelitian telah meneliti kemungkinan spesifikasi perusahaan yang menuntut sebuah perusahaan untuk melakukan perubahan pada mekanisme pemilikan perusahaan (Miller, 2002; Pearce dan Zahra 1992; Sundaramurthy, 1996). Penelitian ini menunjukkan bahwa pilihan mekanisme pengelolaan berkaitan dengan tingkat sumber daya perusahaan, berbagai faktor risiko bisnis, dan kinerja ekonomi (Beatty dan Zajac 1994; Filatotchev et al 2002; Zajac dan Westphal 1994). Namun,
sumber
penelitian
mengenai
pengelolaan
perusahaan
kebanyakan tidak membahas mengenai adanya kemungkinan keterlibatan spesifikasi industri pada penggunaan mekanisme pengelolaan perusahaan. Meskipun Demsetz dan Lehn (1985) mendapati peningkatan konsentrasi kepemilikan saham dalam industri yang kurang teratur, dan Boyd (1990) menemukan hubungan positif antara kinerja perusahaan terhadap industri dengan pertumbuhan rendah dan / atau ketidakpastian persaingan yang tinggi, belum ada penelitian empiris di Indonesia untuk membantu menjelaskan dan
15
memprediksi dampak dari ketidakpastian industri pada pemantauan yang dilakukan oleh dewan dan lembaga kepemilikan. Initial public offering (IPO) merupakan batu loncatan penting bagi perusahaan-perusahaan tidak hanya berkaitan dengan finansial tetapi juga berkaitan dengan dinamika penggunaan mekanisme penguasaan perusahaan. Sebagai perusahaan yang go public untuk pertama kalinya, akan mendapat tekanan baru seperti kondisi yang harus patuh dengan peraturan Securities and Exchange Commission, termasuk pengungkapan informasi dalam prospektus dan menerbitkan laporan keuangan secara teratur Fischer dan Pollock (2004). Dengan melakukan IPO, perusahaan mulai menerima tekanan substansial yang cermat dan kompetitif. Karena pengungkapan tentang keuangan dan strategi perusahaan, perusahaan menjadi pusat perhatian di mata pesaing yang sebelumnya mungkin tidak menyadari perusahaan tersebut Dodge (1994). Perusahaan dan tim manajemen juga menjadi tunduk pada pengawasan pasar saham, dalam kondisi ini prestasi dan kegagalan perusahaan langsung berpengaruh terhadap harga saham. Tekanan-tekanan dari pasar keuangan dan persaingan secara substansial dapat menguasai dan menyulitkan pekerjaan manajer perusahaan yang melakukan IPO. Di tengah-tengah kompleksitas dan tekanan untuk menjadi perusahaan publik, dewan direksi dan investor institusional dapat berperan penting pada perusahaan yang melakukan IPO dengan
memungkinkan
mereka
untuk
menghadapi
tantangan
dan
menyelesaikan transisi. Relevansi kepengawasan dan kelembagaan telah diakui dalam penelitian mengenai IPO (Megginson dan Weiss 1991). Namun,
16
ada pemahaman yang bervariasi tentang badan pengawasan dan investor institusional ketidakpastian
antar pada
perusahaan lingkungan
IPO
berdasarkan
industri
tingkat
perusahaan
dan
IPO.
jenis
Adanya
ketidakpastian dalam lingkungan bisnis perusahaan IPO menimbulkan kerumitan keputusan manajer dan ambiguitas tentang penyebab buruknya kinerja perusahaan, yang mengarah kepada lingkungan yang sangat berhubungan erat dengan tantangan kepemilikan perusahaan. Konsep ketidakpastian mengacu pada keberadaan fenomena, sebagai contoh karena keterbatasan informasi mengenai kondisi lingkungan, manajer mengalami kesulitan besar dalam mengambil keputusan. kondisi ini dapat mempengaruhi efektivitas dari pilihan-pilihan strategis (Duncan 1972; Knight 1921). Dalam industri dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi, tindakan perusahaan dan kinerja ekonomi selanjutnya akan sulit untuk diprediksi. Perusahaan menjadi lebih rentan terhadap masalah dengan agensi karena ketidakpastian tentang kondisi perusahaan, dan sumber daya pada kinerja ekonomi yang lemah memperkuat informasi asimetri antara pemegang saham dan manajer. Dengan tingginya informasi asimetri di antara mereka serta ketidakpastian mengenai praktek pengelolaan terbaik, mekanisme pengelolaan perusahaan seperti pemantauan oleh pihak luar pada dewan direksi dan kepemilikan institusional mungkin penting untuk mengurangi potensi permasalahan dengan agensi (Eisenhardt 1989; Mahoney 2005). Oleh karena itu, identifikasi ulang untuk mengembangkan dan menguji secara empiris model pemantauan dewan direktur dan investor institusional
17
perusahaan yang melakukan IPO yang beroperasi dalam berbagai tingkat ketidakpastian
industri
(dalam
permintaan
dan
persaingan),
dan
mengeksplorasi hubungan antara berbagai jenis ketidakpastian industri dan penggunaan pemantauan masih perlu dilakukan. Adapun skripsi ini disusun dengan judul “Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan dan Persaingan pada Pengawasan Dewan Direktur dan Kepemilikan Institusional pada Perusahaan yang Melakukan IPO”, dengan sampel perusahaan dari berbagai aspek industri yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
B. PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007? 2. Apakah ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007? 3. Apakah ketidakpastian persaingan pada suatu industri berpengaruh terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007? 4. Apakah ketidakpastian persaingan pada suatu industri berpengaruh terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007?
18
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui pengaruh ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan terhadap presentase jumlah pihak luar dalam jajaran manajemen pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. 2. Mengetahui pengaruh ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. 3. Mengetahui pengaruh ketidakpastian persaingan pada suatu industri terhadap presentase jumlah pihak luar dalam jajaran manajemen pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. 4. Mengetahui pengaruh ketidakpastian persaingan pada suatu industri terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan praktis dan empiris dalam menerapkan teori-teori yang didapatkan semasa perkuliahan, dan juga penerapan penggunaan metode berbasis jurnal internasional dalam penelitian replikasi.
19
2. Praktisi Bagi calon investor diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi dalam mempertimbangkan pemilihan saham untuk investasi di pasar modal Indonesia terutama pada perusahaan yang baru akan go public dengan mempertimbangkan ketidakpastian dalam permintaan, dan persaingan industri. Bagi perusahaan terutama yang melakukan IPO diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi pengetahuan dalam menyikapi ketidakpastian permintaan dan pesaingan yang berpengaruh terhadap jumlah investor potensial bagi perusahaan. 3. Akademisi Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah referensi bagi Lembaga Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diharapkan untuk tambahan bacaan dan referensi pihak-pihak yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya dalam taraf lebih lanjut.
20
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Pengertian klasik pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, obligasi, dan sekuritas efek. Sedangkan secara formal pasar modal biasa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah ataupun perusahaan swasta. Pasar modal dijumpai pada banyak negara karena fungsi ekonomi dan keuangan yang dijalankanya. Dalam menjalankan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh lembaga intermediasi keuangan seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlakukan untuk investasi tersebut meskipun sebenarnya diantara kedua fungsi ini sering tidak jelas.
21
Definisi pasar modal dapat dibedakan dalam tiga cara yaitu : a. Definisi secara luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta klaim jangka panjang dan pendek. b. Definisi secara menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembagalembaga
yang
memperdagangkan
warkat-warkat
kredit
(biasanya
berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk obligasi, saham, pinjaman berjangka, hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka. c. Definisi secara sempit Pasar modal juga dapat didefinisikan sebagai tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan
memakai
jasa
dari
makelar,
komisioner,
dan
para
underwriter. Pasar modal mempunyai beberapa daya tarik diantaranya pasar modal merupakan alternatif penghimpun dana selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian perusahaan dapat menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi yang menyebabkan biaya modal perusahaan tidak lagi minimal. Pasar modal juga memungkinkan para pemodal mempunyai beberapa pilihan investasi yang sesuai denga preferensi risiko mereka.
22
B. IPO (Initial Public offering ) Perusahaan yang pertama kali menawarkan sahamnya ke publik disebut melakukan penawaran perdana (IPO atau go public). Sebelum perusahaan go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki oleh investor (Jogiyanto, 2003). Tempat penjualan saham baru tersebut disebut pasar primer. Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detail ( disebut juga prospektus ). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor, sehingga dengan adanya informasi tersebut maka investor akan bisa mengetahui prospek perusahaan di masa datang, dan selanjutnya tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten. Dalam menjual sekuritas, perusahaan umumnya menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal, untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan untuk go public. Proses penawaran umum di pasar perdana : 1. Profesional
dan
lembaga
pendukung
pasar
modal
membantu
emiten menyiapkan penawaran umum. 2. Emiten menyerahkan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM
23
3. Pernyataan pendaftaran dinyatakan oleh BAPEPAM 4. Emiten beserta profesional dan lembaga pendukung melakukan penawaran umum di pasar perdana. C. Ketidakpastian industri Ketidakpastian dapat didefinisikan sebagai kondisi yang kemungkinan hasil yang akan diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang akan terjadi tidak dapat diketahui, akan tetapi risiko yang akan diperoleh dari kemungkinan peristiwaperistiwa yang terjadi dapat diketahui. Dengan kata lain, ketidakpastian merupakan persepsi ketidakmampuan perusahaan untuk memprediksikan sesuatu dengan tepat karena tidak mampu membedakan antara data yang relevan dan yang tidak relevan (Milliken, 1987). Ada beberapa elemen ketidakpastian industri spesifik yang dapat menyulitkan untuk mengidentifikasi tingkat strategi perusahaan yang sesuai, dan untuk memprediksi hasil kinerja ekonomis periode berikutnya. Ketidakpastian sering berasal dari ketidakstabilan dan dinamisme pada kondisi industri seperti permintaan, dan tindakan kompetitif. Dengan kondisi bisnis yang tak terduga pada strategi potensial perusahaan, kesenjangan informasi antara pemegang saham dan manajer melebar. Informasi asimetris antara pemegang saham dan manajer
merupakan hasil dari ketidakpastian dan
ketidakpastian tentang tindakan strategis yang tepat mengurangi kemampuan pemegang saham untuk mengevaluasi keputusan manajerial (Arrow 1974; Williamson 1985 dalam Y.Y.Kor 2008).
24
Lingkungan yang sangat tidak pasti, bisa lebih rentan berakibat munculnya manajerial oportunisme, karena para manajer yang mungkin memiliki fungsi yang berbeda dari pemegang saham, memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengejar kemakmuran ekonomis mereka sendiri dengan mengorbankan kepentingan para pemegang saham (Jensen dan Meckling 1976; Williamson
1975).
Ketidakpastian
yang
tinggi
dapat
menjadikan
ketidakstabilan dalam penjualan dan atau kondisi persaingan yang tidak dapat diramalkan Eisenhardt (1988). D. Ketidakpastian permintaan Ketidakpastian Permintaan melibatkan ketidakstabilan pada penjualan industri secara keseluruhan, dan ketidakstabilan ini berakibat sulitnya perusahaan dalam menentukan tingkat investasi yang harus dibuat. Tanpa kemampuan untuk meramalkan penjualan di masa mendatang dengan pasti, perusahaan akan rentan menghadapi situasi bisnis underinvestment maupun overinvestment (Finkelstein dan Boyd 1998). Dengan demikian, pemegang saham tidak dapat dengan mudah menilai
tingkat hasil kinerja ekonomi
perusahaan dari “bad-luck” (misalnya, karena ketidakstabilan penjualan industri) atau dari ketidakmampuan manajerial. E. Ketidakpastian persaingan Ketidakpastian persaingan melibatkan komitmen strategi dan tindakan persaingan perusahaan pesaing yang tidak dapat diramalkan. Tanpa pengetahuan yang baik mengenai kemampuan perusahaan saingan untuk tindakan balas dendam atau peniruan, manajer sering mengalami kesulitan
25
dalam memilih rencana strategis yang sesuai. Bahkan ketika para manajer memilih strategi yang cocok dengan sumber daya dan kemampuan perusahaan mereka sendiri, muncul tindakan persaingan yang tak terduga (misalnya: iklan dan strategi distribusi). Ketidakpastian persaingan mengacu pada kondisi perusahaan dalam suatu industri tertentu mengalami kesulitan mengantisipasi atau memprediksi tindakan pesaing. Konsentrasi industri yang lebih tinggi sering membawa kekuatan pasar yang lebih pada kekuasaan perusahaan yang ada dan berkurangnya tingkat persaingan industry (Eckbo, 1992), karena hal ini secara tidak langsung memfasilitasi permainan harga oleh perusahaan yang dominan dalam suatu industri, yang akibatnya menurunkan ketidakpastian persaingan dalam industri (Oster, 1999). F. Board monitoring Menurut teori agensi yang menyatakan bahwa pengendalian dan pengawasan dalam sebuah perusahaan akan menjadi sangat eksis dan menjadi aktif ketika manajemen tidak memaksimalkan kemakmuran pemegang saham atau dewan direksi (Fama & Jensen, 1983). Board monitoring atau pengawasan oleh pemegang saham ini akan muncul dan menjadi sangat aktif apabila hal tersebut di atas. Anthony (2004) mengatakan bahwa hubungan agensi terdapat kapan saja, satu pihak sebagai prinsipal sepakat memakai pihak lain (agen) untuk melaksanakan beberapa jasa dan dalam melakukannya prinsipal membuat keputusan otoritas bagi agen. Di dalam perusahaan, pemegang saham adalah
26
prinsipal dan para manajer (CEO atau CFO) adalah agen mereka. Para pemegang saham mempekerjakan dan mengharap mereka akan bertindak atas kepentingan mereka selaku prinsipal. Namun terdapat beberapa perbedaan antara prinsipal dan agen. Dalam hubungan tersebut antara prinsipal dan agen mempunyai karasteristik perbedaan atau preferensi atas tujuan kerja dan risiko. Perbedaan preferensi tujuan kerja. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen atau CEO diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syaratsyarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan sadar memasukkan beberapa penekanan seperti: a. Kebutuhan prinsipal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan imbalan atau kompensasi keuangan b. Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan c. Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal d. Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi global
27
Dengan hubungan tersebut, manajer benar-benar sebagai agen bagi para pemegang saham. Sedangkan masalah utama dalam hubungan agensi antara lain adalah : a. Kontrol pemegang saham kepada manajer b. Biaya yang menyertai hubungan agensi c. Menghindari dan meminimalisasi biaya agensi Dalam penelitian ini permasalahan yang lebih disoroti adalah masalah kontrol atau pengendalian. Masalah kontrol meliputi beberapa masalah pokok, yaitu tindakan agen yang tidak dapat diamati oleh prinsipal dan mekanisme pengendalian itu sendiri. Dalam kaitannya dengan kompensasi dan syarat-syarat yang timbul dalam hubungan agensi, tidak menjadikan para prinsipal mudah untuk memonitor tindakan para agen. Para pemegang saham tidak dalam posisi untuk memonitor aktivitas sehari-hari CEO untuk memastikan bahwa dia bekerja pada kepentingannya yang terbaik. Prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen dan secara pasti tidak akan pernah dapat mengetahui kontribusi agen terhadap hasil aktual perusahaan, kecuali agen memberikan informasi tambahan yang berupa informasi pribadi. Tanpa memonitornya, hanya agenlah yang mengetahui dia bekerja atas kepentingan terbaik prinsipal atau atas kepentingan pribadi. Selain itu, jelas hanya agen yang mengetahui lebih banyak tentang tugasnya dibandingkan prinsipal. Adanya tindakan agen yang tidak diketahui secara pasti oleh prinsipal tersebut memaksa prinsipal melakukan pengendalian dengan mekanisme
28
pengendalian agar kepentingan yang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu melalui monitoring. Prinsipal dapat merancang sistem pengendalian yang menambah kemakmuran agen atas biaya kepentingan prinsipal. Sebagai contoh : audit pihak ketiga atas laporan keuangan perusahaan sebelum diserahkan kepada pemegang saham. Untuk dapat melakukan pengawasan dengan baik dan efektif, prinsipal perlu mendefinisikan tugas-tugas agen sehingga menghasilkan informasi atau sinyal dalam proses pengawasan yang akurat, terutama sekali terhadap penggunaan arus kas bebas oleh para manajer. G. Institutional ownership Kepemilikan institusional berarti kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. Menurut Wahidahwati dalam Damayanti (2006) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi perusahaan investasi, dana pensiun dan lainya. Selain itu, blockholder juga termasuk dalam kepemilikan oleh institusi lain. Blockholder adalah kepemilikan saham oleh perseorangan dengan nilai diatas 5% dan perseorangan tersebut tidak masuk di jajaran manajemen. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham lainya.
29
H. Ketidakpastian Industri dan pengawasan oleh outside director dan pemilik institusional Penelitian mengenai pengelolaan perusahaan mendukung pemantauan manajerial oleh outside director ketika kondisi di dalam perusahaan dan lingkungan mengisyaratkan ada risiko tinggi terjadi manajerial oportunisme (Fama
dan
Jensen,
1983).
Pemantauam
mengikutsertakan anggota direktur
dapat
dilakukan
dengan
dari luar dalam jajaran dewan direksi,
karena outside direktor cenderung lebih sering mempertanyakan hasil beberapa keputusan yang dibuat oleh CEO dan tim manajemen eksekutif puncak lainya (Webb, 2004). Dalam perusahaan IPO, informasi asimetris dapat dikurangi jika outside director membangun pengetahuan khusus mengenai perusahaan selama berinteraksi dengan para manajer perusahaan IPO, yang memberi mereka informasi umum perusahaan maupun informasi yang non-publik (Carpenter dan Westphal, 2001). I. Penelitian terdahulu terkait hubungan antar variabel Penelitian terdahulu tentang ketidakpastian dalam industri dan pengawasan manajemen dan kepemilikan institusional dalam perusahaan yang melakukan IPO keseluruhan dilakukan pada area di luar Indonesia yaitu di Amerika Serikat. Tindakan pengawasan manajer oleh dewan independen dan pemilik institusional dilihat dalam beberapa penelitian sebagai mekanisme pengelolaan perusahaan yang penting yang dapat membawa keefektifan dalam manajemen perusahaan dan kinerja ekonomi perusahaan yang superior.
30
Akan tetapi, penelitian empiris yang baru dengan sampel besar dan studi kasus terbaru yang menarik bukti dari perusahaan-perusahaan seperti Enron, Tyco dan WorldCom menyatakan bahwa mekanisme pengelolaan tidak selalu dapat mencegah tindakan manajer yang mementingkan kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan pemegang saham
(Dalton, 2003).
Sedangkan menurut Dodge (1994) yang meneliti 645 perusahaan kecil di Amerika, mengemukakan bahwa dengan melakukan IPO, perusahaan mulai menerima tekanan
substansial
yang cermat
dan
kompetitif.
Karena
pengungkapan tentang keuangan dan strategi perusahaan, perusahaan menjadi pusat perhatian di mata pesaing yang sebelumnya mungkin tidak menyadari perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukan efek yang tidak konsisten dari pemantauan oleh pengurus dan pemilik institusional sebagian dapat disebabkan oleh penerapan mekanisme pengelolaan yang tidak tepat dengan kondisi spesifik industri yang ditandai oleh perbedaan jenis dan tingkat ketidakpastian ( Miller 2002; Pearce dan Zahra 1992; Sundaramurthy 1996). Sedangkan Boyd (1990) melakukan penelitian pada 147 perusahaan dari sembilan group industri di Amerika menemukan hubungan positif antara kinerja perusahaan dalam industri dengan pertumbuhan rendah dan / atau persaingan yang tidak sempurna. J. Model Penelitian Berdasar perumusan masalah dapat dijelaskan model penelitian ini, model penelitian ini pada dasarnya mengikuti atau mereplikasi model
31
penelitian yang telah dikembangkan oleh (Yasemin Y. Kor,
Joseph T.
Mahoney, Sharon Watson : 2008 ) dan dengan beberapa penyesuaian yang pada intinya merupakan penelitian kausalitas pengaruh ketidakpastian permintaan dan persaingan pada pengawasan dewan direktur dan kepemilikan institusional perusahaan yang melakukan IPO yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Bila digambarkan dalam skema, berikut adalah model dari penelitian ini :
VAR. DEPENDEN Ketidakpastian permintaan
Presentase direktur dari luar manajemen puncak (board outsider)
Ketidakpastian persaingan
Presentase kepemilikan saham institusional (institutional ownership)
VAR.KONTROL Management ownership Number of risk factor Profitability Firm size Firm age
Gambar II.1 Model penelitian
32
K. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Djarwanto PS (2000: 183) adalah pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya. Sedangkan Wahyuni (1993: 20) mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan atau dugaan sementara yang diungkapkan secara deklaratif. Pernyataan atau dugaan ini diformulasikan dalam bentuk variabel agar bisa diuji secara empiris. Dalam sebuah perusahaan, terutama perusahaan yang melakukan IPO. Ketidakpastian permintaan akan mempengaruhi penjualan dan pendapatan perusahaan, sedangkan sebagai perusahaan yang mulai go public kinerja perusahaan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan pemegang saham. Sedangkan di lain sisi, terkadang muncul kondisi CEO yang bekerja demi kesejahteraan pribadi dan mengesampingkan kepentingan dewan direktur atau pemegang saham. Dalam hal ini perlu dilakukan pengawasan oleh dewan direktur yang merupakan pihak luar selain CEO dalam perusahaan. Sehingga muncul hipotesis yang pertama : Hipotesis 1 : Ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Pemantauan oleh investor institusional akan sangat bermakna dalam lingkungan bisnis dengan ketidakpastian permintaan tinggi, kompetitif, dan kondisi teknologi yang mampu menimbulkan manajerial oportunisme dan masalah keagenan (eisenhardt, 1989). Karena investor institusional memiliki
33
andil yang lebih besar dan berpeluang mendapat gain / loss yang lebih besar, dalam ketidakpastian permintaan yang lebih tinggi konsentrasi kepemilikan institusional cenderung lebih besar (Kor dan Mahoney, 2005). Sehingga muncul hipotesis yang kedua : Hipotesis 2 : Ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20022007. Dalam tingkat permintaan dan persaingan yang sulit diprediksi pada perusahaan yang melakukan IPO, keberadaan pihak luar pada jajaran manajemen dalam jumlah yang lebih banyak berfungsi sebagai mekanisme untuk mengatasi tingginya ketidakpastian dan untuk mengamankan sumber daya yang penting untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan perusahaan. Sehingga muncul hipotesis yang ketiga: Hipotesis 3 : Ketidakpastian persaingan pada suatu industri berpengaruh terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Dalam lingkungan yang tidak pasti, investor institusional cenderung memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan investor kecil yang memungkinkan investor ini untuk berkomunikasi dengan para manajer dan untuk memantau lebih dekat keputusan strategis perusahaan (Pedersen dan Thomsen 2003; Shleifer dan Vishny 1997). Maka hipotesis keempat :
34
Hipotesis 4 : Ketidakpastian persaingan pada suatu industri berpengaruh terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20022007.
35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini didesain sebagai suatu studi empiris dibidang keuangan. Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian penjelasan (explanatory research) yang memfokuskan pada hubungan antar variabel penelitian dan menguji hipotesis seperti yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti, karena itu populasi dapat dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi pada rancangan penelitian manajemen keuangan ini adalah, perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel adalah subset dari populasi, yang terdiri dari beberapa anggota populasi. Dengan meneliti sampel, seorang peneliti dapat menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasi untuk seluruh populasinya (Ferdinand, 2006) Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaanperusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2002-2007.
36
Teknik sampling yang digunakan dalam rancangan penelitian manajemen keuangan ini adalah purposive sampling, judgement sampling yang merupakan bagian dari teknik sampling non-probability. Berdasar Ferdinand (2006) metode judgement sampling yang merupakan bagian dari purposive sampling dipilih atas dasar penggunaan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan. Maksud purposive dan judgement diatas, ketika penulis tidak menemui sumber data yang dihendaki pada suatu sampel di perusahaan tertentu, maka penulis akan menghilangkan dan tidak mengikutkannya dalam sampel. Adapun kategori data yang dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 20022007. 2. Perusahaan IPO yang menyertakan laporan keuanganya per 31 Desember tahun 2002-2007. 3. Perusahaan yang menyertakan prospektus perusahaan pada saat melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2002-2007.
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Sumber data untuk sampel yang dimaksud akan didapat di berbagai sumber terbitan BEI seperti Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari Pojok Bursa Efek Indonesia di Universitas ternama, Prospektus perusahaan
37
dari Pusat Data Bisnis dan Ekonomi (PDBE) Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, dan juga dari soft file internet seperti www.idx.com yang memuat informasi ratusan emiten pasar modal Indonesia. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Studi pustaka, dilakukan untuk memperoleh landasan teori sebagai landasan pengembangan hipotesis, yang diperoleh dari literatur, jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian ini. 2. Studi lapangan, dilakukan dengan mengunjungi website pasar modal Indonesia dan dokumentasi data yang dibutuhkan dari pojok BEI yaitu data ICMD dan Pusat Data Bisnis dan Ekonomi untuk data prospektus perusahaan.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Dependen a. Board outsider Dalam penelitian ini variabel dependen yang pertama adalah presentase board outsider yang dihitung dari rasio outside director pada jumlah total manajer yang ada di perusahaan (Beatty dan Zajac 1994; Dalton 1998). Pengukuranya adalah sebagai berikut : BOUT =
outside director x 100% total number of director
38
b. Institutional Ownership Dalam penelitian ini variabel dependen yang kedua adalah presentase kepemilikan saham oleh institusional yang diperoleh sebagai berikut : IOWN =
jumlah kepemilikan saham institusional x 100% total saham yang beredar
2. Variabel independen a. Ketidakpastian permintaan Dalam penelitian ini variabel independen pertama yang akan menjelaskan
variabel
dependen
adalah
variabel
ketidakpastian
permintaan keseluruhan dari sampel perusahaan yang listing untuk periode tahun 2002-2007. Pengukuran variabel bebas pertama ini sesuai dengan penelitian Y. Kor et. al. (2008) yaitu sebagai berikut : DEMUN =
StdDev.PenjualanPerusahaan Rata - rataPenjualanIdustriKeseluruhan
b. Ketidakpastian persaingan Dalam penelitian Yasemin Y. Kor, penghitungan ketidakpastian persaingan dihitung dengan menggunakan rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi n-perusahaan, biasanya dinyatakan CRn mengukur pangsa n perusahaan terbesar dalam suatu industri. Biasanya dihitung dengan total ukuran perusahaan (firm size). Yang paling sering digunakan untuk
39
menghitung ukuran (size) adalah berdasar penjualan, asset atau data karyawan (Lipczynski et. al. 2005). Sedangkan dalam penelitian ini, menghitung ukuran perusahaan berdasar pada total asset perusahaan. Rumus untuk rasio konsentrasi n perusahaan adalah sebagai berikut : n
CRn =
ås i =1
i
Dengan si merupakan pangsa untuk perusahaan terbesar ke-i pada total penjualan industri, asset atau karyawan (Lipczynski et. al. 2005). Dalam ilmu ekonomi, rasio konsentrasi industri digunakan sebagai
indikator ukuran relatif perusahaan dalam hubungannya
dengan industri secara keseluruhan. Rasio konsentrasi dihitung sebagai jumlah persen total asset n perusahaan puncak. Rasio konsentrasi juga membantu dalam menentukan struktur pasar industri. Pada umumnya digunakan rasio konsentrasi empat perusahaan, atau CR4 yang menunjukan pangsa pasar sebagai persentase dari empat perusahaan terbesar dalam industri (Lipczynski et. al. 2005). Semakin tinggi CR4, semakin rendah ketidakpastian persainganya. Karena penguasaan pasar didominasi oleh perusahaan terkuat dan sebaliknya. Dalam penelitian ini variabel independen kedua yang akan menjelaskan
variabel
dependen
adalah
variabel
ketidakpastian
persaingan keseluruhan dari sampel perusahaan yang listing untuk periode tahun 2002-2007. Pengukuran variabel bebas kedua ini yaitu sebagai berikut :
40
4
CR4 =
ås i =1
i
COMPUN =
TotalAssetPerusahaan x100% CR4
3. Variabel Kontrol Adalah variabel yang dipercaya seperti variabel independen dan peneliti berusaha mencari hubungan antara variabel kontrol bersama dengan variabel independen terhadap variabel dependen (Social Research and Instructional Council, 2000). Variabel yang digunalan dalam penelitian ini adalah : a. Management ownership Untuk mensejajarkan kepentingan manajer dengan pemilik perusahaan terdapat mekanisme khusus yang dapat digunakan pemilik perusahaan untuk memotivasi manajer agar bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Salah satunya yaitu dengan memberikan atau meningkatkan kepemilikan saham terhadap manajer. Langkah ini ditujukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap serta untuk mengarahkan tindakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham terutama untuk memaksimalkan harga saham. Untuk mencari presentase kepemilikan saham oleh manajemen adalah sebagai berikut: MANOWN =
JumlahKepemilikanSahamOlehManajemen x100% TotalSahamyangBeredar
41
b. Number of risk factor Number of risk faktor disini adalah jumlah kemungkinan risiko yang akan dihadapi perusahaan kedepanya setelah go public. Jumlah kemungkinan risiko yang dihadapi ini juga dapat dilihat pada prospektus perusahaan yang akan go public. c. Profitabilitas Perhitungan profitabilitas menggunakan rasio Basic Earning Power (BEP), yaitu perbandingan antara laba sebelum pajak dan beban bunga (EBIT) terhadap total aktiva perusahaan. Profitabilitas =
EBIT ( EarningBeforeInteres tan dTax) TotalAktiva
d. Firm size Variabel size merupakan nilai total aktiva untuk masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel, untuk menghindari angka yang relative besar, maka variabel ukuran perusahaan (firm size) diukur dengan logaritma dari total aktiva. Alasan total aktiva dipilih sebagai proxy dari size adalah pertimbangan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan nilai market capitalization dan penjualan. Jadi perhitungan size menggunakan : Size = log (total aktiva) e. Firm Age Firm Age atau usia perusahaan disini adalah usia perusahaan secara nyata yaitu usia perusahaan dari berdiri hingga waktu penelitian ini. Untuk usia perusahaan dapat dilihat pada prospektus perusahaan.
42
E. Metode Analisis Data Alat statistik utama yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda seperti yang dilakukan oleh Yasemin Y. Kor, Joseph T. Mahoney, Sharon Watson (2008), Alat bantu yang digunakan pada metode analisis data ini adalah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) for Windows versi 17.0.
1. Pengujian normalitas data Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan data dalam suatu model regresi, variabel pengganggu atau residual dari regresi tersebut terdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai residual dari analisis akan berdistribusi normal. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria pengujiannya adalah bila nilai signifikansi residual lebih besar dari alfa (0,05) maka data berdistribusi normal, namun ketika nilai signifikansi residual lebih kecil dari alfa (0,05) maka dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal. Hal yang perlu ditekankan disini yaitu, seringkali uji normalitas disalah artikan dengan penafsiran bahwa semua variabel harus memiliki distribusi normal. Sebenarnya hal tersebut tidak keliru, namun lebih tepatnya Uji asumi klasik normalitas yang dimaksud adalah nilai residual dari regresi haruslah berdistribusi normal (Ghozali, 2006 : 134)
43
2. Pengujian asumsi klasik a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel bebas (independen) pada suatu model regresi tertentu. Model regresi berganda yang baik seharusnya tidak ditemui korelasi antara variabel independen yang diujikan, dengan demikian regresi sederhana tidak perlu dilakukan pengujian asumsi klasik ini, hal ini sesuai dengan Gujarati (1999) Akibat adanya multikolinearitas adalah estimasi akan terafiliasi sehingga menimbulkan bias. Multikolinearitas dapat diukur dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) tak melebihi 10 dan nilai tolerance sekitar diatas angka 0,1. apabila nilai VIF diatas 10 dan nilai tolerance dibawah 0,1 maka telah terjadi multikolinaritas. Adapun cara penanganan multikolinieritas menurut Winarno (2009) dapat dilakukan dengan 1) tetap membiarkan model mengandung Multikolinieritas karena estimator masih tetap BLUE, 2) Penambahan data, 3) Eliminasi variabe independen, 4) transformasi beberapa satu atau lebih variabel. b. Autokorelasi Pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara faktor eror pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan autokorelasi. Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
44
Salah satu uji yang paling mudah untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin Watson (DW-test). Kriteria pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut: Tabel III.1 Kriteria pengujian autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi positif Tidak ditolak Du < d < 4-du dan negatif Sumber : Ghozali (2006 : 96) Dengan cara D-W test ini maka penulis membandingkan hasil output dari SPSS dengan DW tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi yang terjadi pada suatu model regresi yang diujikan. Namun apabila dalam pengujian terjadi auto korelasi maka perlu mengatasi masalah tersebut. Menurut Gujarati (1999) untuk mengatasi masalah autokorelasi pada suatu model, maka perlu dilakukan transformasi model yang yang sering disebut dengan generalized least square (GLS) atau generalized difference equation. Transformasi itu ditujukan agar pads akhirnya estimasi akan bersifat BLUE. Berikut adalah ilustrasi transformasinya : Misalkan model awal dari regresi : Yt = B1 + B2Xt + ut
Maka model tranformasi berdasar Gujarati (1999) menjadi : (Yt – ρYt-1) = B1(1 – ρ) + B2(Xt – ρXt-1) + υt
45
Dengan cara transformasinya yaitu pertama-tama membentuk variabel lag pertama dari variabel semula, kemudian mengisi nilai variabel yang kosong akibat lag dengan menggunakan rumus PraisWinstern Transformation (Gujarati, 1999) yaitu misal Y1* = 1 - r 2 (Y1 ) , selanjutnya mengitung nilai dari ρ, dengan berbagai pilihan cara, seperti yang diungkapkan Gujarati (1999) yang meliputi : 1) First difference Method, 2) dengan hasil dari D-W test, 3) The Cochrane-Orcutt iteractive procedure, 4) The Cochrane-Orcutt two step method, 5) D-W two step metod, 6) The Hildreth-Lu search Procedure, 7) Maximum Likelihood method. Pada penelitian ini cara yang digunakan adalah dengan estimasi melalui hasil D-W test yang telah dilakukan, menurut gujarati (1999) metode ini cukup mudah namun memberikan estimasi yang baik. Berikut adalah rumusnya :
rˆ » 1 -
d 2
c. Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya gejala data yang mempunyai varian dari residual yang konstan atau sama pada model yang digunakan. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas namun bila berbeda maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Salah satu metode untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah
46
dengan melakukan uji Glejser. Dengan langkahnya yaitu melakukan regresi utama untuk mendapat residualnya, kemudian melakukan regresi kembali dengan absolut dari residual sebagai variabel dependen pada variabel independen lain yang diujikan. Kriteria pengujiannya yaitu jika variabel independen signifikan secara statistik (tingkat sig < 0,05) maka dapat dinyatakan terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika variabel independen tidak ada yang signifikan (sig > 0,05) maka dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah heteroskedasitisitas menurut Gujarati (1999) adalah dengan 1) Bila varians diketahui maka dapat menggunakan metode WLS dengan varians sebagai pembobot, 2) dengan metode square root transformation yang pada intinya menggunakan WLS juga namun dengan akar salah satu variabel independen sebagai pembobot, 3) menggunakan WLS dengan salah satu variabel independen sebagai pembobot, 4) respesifikasi model dengan tranformasi pada bentuk ln. Berbagai pilihan itu disesuaikan dengan bagaimana keadaan heteroskedastisitas pada suatu model. Pada penelitian ini untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas yang terjadi penulis memilih metode square root transformation dengan ilustrasi sebagai berikut : Model awal : Yi = B1 + B2 X 1 + u , kemudian ditransformasi menjadi
47
Y1 X1
= B1
1
= B1
1
X1
+ B2
X1 X1
+
ui X1
+ B2 X i + vi X1 Berdasar transformasi dengan bantuan WLS diatas menurut
Gujarati (1999) selama vi = u i
X i maka dapat disimpulkan model
setelah transformasi ini bersifat homoskedastisitas, dan layak digunakan
sebagai
estimator.
Sebagai
tambahan
bila
heteroskedastisitas terjadi bersamaan dengan autokorelasi maka menurut Gujarati (1999) cara terbaik adalah dengan menyelesaikan heteroskedastisitas terlebih dahulu. F. Pengujian hipotesis a. Hierarchical Regression Analysis Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah hierarchical regression analysis yaitu analisis regresi yang dilakukan dengan komposisi variabel yang berbeda yaitu ditambah setiap tingkat. Tujuanya adalah untuk melihat perbedaan tingkat pengaruh pengujian. Analisis ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh signifikan variabel-variabel ketidakpastian permintaan dan ketidakpastian persaingan terhadap
board
monitoring
dan
kepemilikan
institusional,
dengan
menyertakan variabel-variabel kontrol. Menurut Alotaibi (2001), prosedur pengujianya adalah : 1. Variabel kontrol disertakan kedalam pengujian.
48
2. Variabel kontrol dan variabel utama disertakan dalam pengujian, dilihat perubahan koefisien determinasi dan nilai signifikansi t – nya. Dari prosedur pengujian di atas, jika ditulis dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut : 1. Prosedur pertama diperoleh : a. Persamaan model pertama, menghitung presentase direktur dari luar (board outsider) sebagai variabel dependen BOUT = a + b1 MANOWN +
b 2 RISK + b 3 PROF + b 4 FSIZE + b 5 FAGE + e b. Persamaan model kedua, menghitung presentase kepemilikan institusional (institutional ownership ) sebagai variabel dependen IOWN = a + b1 MANOWN +
b 2 RISK + b 3 PROF + b 4 FSIZE + b 5 FAGE + e 2. Prosedur kedua diperoleh : a. Persamaan model ketiga (hipotesis pertama), mengidentifikasi pengaruh demund uncertainty pada board outsider. BOUT = a + b1 DEMUN + b 2 MANOWN +
b 3 RISK + b 4 PROF + b 5 FSIZE + b 5 FAGE + e b. Persamaan model keempat (hipotesis kedua), mengidentifikasi pengaruh demund uncertainty pada institutional ownership IOWN = a + b1 DEMUN + b 2 MANOWN +
b 3 RISK + b 4 PROF + b 5 FSIZE + b 5 FAGE + e c. Persamaan model kelima (hipotesis ketiga), mengidentifikasi pengaruh competitive uncertainty pada board outsider.
49
BOUT = a + b1COMPUN + b 2 MANOWN +
b 3 RISK + b 4 PROF + b 5 FSIZE + b 5 FAGE + e d. Persamaan model keenam (hipotesis keempat), mengidentifikasi pengaruh competitive uncertainty pada institutional ownership IOWN = a + b1COMPUN + b 2 MANOWN +
b 3 RISK + b 4 PROF + b 5 FSIZE + b 5 FAGE + e Keterangan : BOUT
: (board outsider) atau direktur dari luar (%) pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
IOWN
:
(institutional
ownership)
atau
kepemilikan
institusional (%) pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. DEMUN
: (demand uncertaity) atau ketidakpastian permintaan pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
COMPUN
:
(competitive
uncertainty)
atau
ketidakpastian
persaingan pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. MANOWN : (management ownership) atau presentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
50
RISK
: (number of risk) atau jumlah risiko yang mungkin diderita oleh perusahaan yang terdaftar pada prospektus perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
PROF
: (profitability) atau profitabilitas pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
FSIZE
: (Firm size) atau ukuran perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
FAGE
: (Firm age) atau usia perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
α
: konstanta.
b1 - b n
: Koefisien dari masing masing variabel independen.
e
: Kondisi eror
Kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (uji t), dan uji koefisien determinasi (uji R2). Karena penelitian ini tidak mencari pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen, maka tidak dilakukan uji F. b. Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui prosentase variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai (R2) besarnya antara 0 dan 1. (R2) dikatakan baik jika makin mendaekati 1,
51
sedangkan jika (R2) 1 berarti variabel independen berpengaruh sempurna pada variabel depemden. Jika (R2) bernilai 0, maka tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. c. Pengujian koefisien regresi parsial (uji-t) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui variabel bebas secara parsial atau individu mempunyai pengaruh terhadap variabel bebas lainya atau tidak i)
( Gujarati, 2003). Pengujianya adalah sebagai berikut :
H0 diterima atau Ha ditolak apabila nilai signifikan t hitung > 0,05. Ini menunjukan bahwa variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel independen.
ii)
H0 ditolak atau Ha diterima apabila nilai signifikansi t hitung < 0,05. Ini menunjukan bahwa variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Semua teknis analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program computer SPSS (Statistical Package for Social Science) for windows.
52
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan analisis terhadap data penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dengan menggunakan teknik-teknik analisis data yang telah dikemukakan. Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh ketidak pastian permintaan dan ketidakpastian persaingan terhadap jumlah jajaran manajemen dari pihak luar (board outsider) dan kepemilikan saham oleh institusional (institutional ownership) pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2002-2007 dengan menyertakan variabel-variabel kontrol. Variabel kontrol tersebut adalah kepemilikan saham oleh manajemen (management ownership), profitabilitas perusahaan (profitability), total risiko yang mungkin dihadapi perusahaan (risk), usia perusahaan (firm age) dan ukuran perusahaan (firm age). Metode analisis utama yang digunakan didasarkan pada model hierarchical regression analysis dan diproses dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16 for windows.
A. Analisis Data Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berupa data keuangan dan informasi perusahaan yang melakukan IPO mulai tahun 2002 sampai tahun 2007. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang telah dikemukakan sebelumnya diperoleh :
53
Tabel IV.1 Jumlah Sampel Penelitian
No. Keterangan 1. Perusahaan yang melakukan IPO mulai tahun 2002 sampai 2007 2. Perusahaan yang tidak menyediakan prospektus saat IPO Sub total 3 Perusahaan yang tidak menyertakan laporan keuangan secara lengkap Total Sampel
Jumlah Perusahaan 60 28 32 1 31
Berdasarkan pengklasifikasian kriteria di atas diperoleh sampel 31 perusahaan yang berasal dari berbagai sub industri mulai tahun 2002 sampai tahun 2007 yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya 31 sampel tersebut yang akan dianalisis. B. Deskripsi Data 1. Statistik Deskriptif persamaan model pertama Tabel IV.2 Statistik deskriptif Hierarchical Regression dengan variabel kontrol pada variabel Board Outsider (BOUT) N BOUT MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE Valid N (listwise)
Minimum 31 31 31 31 31 31 31
.33 .00 5 3 -.2585 7.1269
Maximum 2.00 .18 21 37 .2929 15.6834
Mean 1.0059 .0146 11.68 14.81 .082793 12.168543
Std. Deviation .35612 .03952 4.833 9.141 .1043094 2.0200366
Sumber : lampiran output Pada tabel IV.2 diatas, sesuai dengan prosedur Alotaibi (2001), Hierarchical Regression prosedur pertama adalah dengan menyertakan seluruh variabel kontrol pada pengujian. Jadi dalam satu model persamaan
54
terdiri dari 2 variabel yaitu board outsider sebagai variabel dependen dan managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size sebagai variabel kontrol, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 31 perusahaan. Perusahaan dengan rasio board outsider (BOUT) terendah yaitu sebesar 0,33 adalah PT Aneka Kemasindo Utama Tbk (AKKU) dan PT Excelcomindo Pratama Tbk. (EXCL), sedangkan perusahaan dengan rasio board outsider tertinggi yaitu sebesar 2,00 adalah PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk (ANTA). Rata-rata board outsider dari 31 perusahaan adalah sebesar 1,0059 dan standar deviasinya 0,35612. Untuk variabel rasio management ownership (MANOWN) atau kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan rasio management ownership yang terendah yaitu sebesar 0.00 adalah mayoritas perusahaan dikarenakan di indonesia sendiri kepemilikan saham oleh manajemen belum sepenuhnya dilaksanakan. Adapun beberapa perusahaan dengan rasio management ownership 0.00 adalah PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk (ATPK), PT Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk (FISH), PT Sugi Samapersada Tbk (SUGI), PT Radian Utama Interinsco Tbk (RUIS), PT Bisi Internasional Tbk (BISI) dan sebagainya dapat dilihat dilampiran. Sedangkan perusahaan dengan rasio management ownership tertinggi yaitu sebesar 0.18 adalah PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA). Rata-rata management ownership dari 31 perusahaan adalah 0,0146 dengan standar deviasinya 0,03952.
55
Untuk variabel total risiko (RISK) dinyatakan bahwa perusahaan dengan rasio total risk yang terendah yaitu sebesar 5 adalah PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA) dan PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk (TMAS). Sedangkan perusahaan dengan total risiko tertinggi yaitu sebesar 21 adalah PT Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata total risiko dari 31 perusahaan adalah 11,68 dengan standar deviasinya 4,833. Selanjutnya untuk variabel firm age (FAGE) atau usia perusahaan dapat dilihat bahwa perusahaan dengan usia termuda yaitu 3 tahun adalah PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Aneka Kemasindo Utama Tbk (AKKU). Sedangkan perusahaan dengan usia tertua yaitu 37 tahun adalah PT Indonesia Air Transport (IATA). Rata-rata usia dari 31 perusahaan adalah 14,81 dengan standar deviasinya 9,141. Untuk variabel profitabilitas (PROF) perusahaan dapat diketahui bahwa perusahaan dengan rasio profitabilitas terendah yaitu -0.2585 adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK). Dan rasio profitabilitas tertinggi yaitu sebesar 0,2929 adalah PT Perusahaan Gas Negara (persero) (PGAS). Rata-rata profitabilitas dari 31 perusahaan adalah 0,08279 dengan standar deviasinya 0,10431. Sedangkan untuk variabel firm size (FSIZE), perusahaan dengan rasio firm size terendah yaitu sebesar 7,1269 adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan rasio firm size tertinggi yaitu 15,6834 adalah PT Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata firm size dari 31 perusahaan adalah 12,1685 dengan standar deviasinya 2,0200.
56
2. Statistik Deskriptif persamaan model kedua Statistik deskriptif untuk data institutional ownership (INOWN), dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.3 Berikut adalah tabel Statistik deskriptif Hierarchical Regression dengan variabel kontrol pada variabel institutional ownership (INOWN). Tabel IV.3 Statistik deskriptif Hierarchical Regression dengan variabel kontrol pada variabel Institutional Ownership (INOWN) N INOWN MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE Valid N (listwise)
Minimum 31 31 31 31 31 31 31
.5101 .00 5 3 -.2585 7.1269
Maximum .9245 .18 21 37 .2929 15.6834
Mean
Std. Deviation
.738952 .0146 11.68 14.81 .082793 12.168543
.1057867 .03952 4.833 9.141 .1043094 2.0200366
Sumber : lampiran output Masih sesuai dengan prosedur Alotaibi (2001), yang membedakan dengan statistik deskriptif pertama adalah dalam statistik deskriptif kedua ini variabel dependenya adalah institutional ownership (INOWN). Perusahaan dengan rasio institutional ownership (INOWN) terendah yaitu sebesar 0,5101 adalah PT Arona Binasejati Tbk (ARTI), sedangkan perusahaan dengan rasio institutional ownership tertinggi yaitu sebesar 0,9245 adalah Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata institutional ownership dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,7389 dan standar deviasinya 0,1058. Sedangkan keterangan untuk seluruh variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size) dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel kontrol sebelumnya.
57
3. Statistik deskriptif persamaan model ketiga (hipotesis 1) Pada tabel IV.4 di bawah, sesuai dengan prosedur Alotaibi (2001), Hierarchical Regression prosedur kedua adalah dengan menyertakan seluruh variabel kontrol dan variabel utama pada pengujian. Jadi dalam satu model persamaan terdiri dari board outsider
sebagai variabel
dependen, demand
independen
uncertainty sebagai
variabel
dan
managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size sebagai variabel kontrol, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 31 perusahaan. Statistik deskriptif untuk data Demand Uncertainty (DEMUN), dan Board Outsider (BOUT) untuk uji hipotesis 1 yaitu regresi dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.4. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 1 : Tabel IV.4 Statistik deskriptif Uji Hipotesis 1 N BOUT DEMUN MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE Valid N (listwise)
Minimum 31 31 31 31 31 31 31 31
.33 .0125 .00 5 3 -.2585 7.1269
Maximum 2.00 2.7133 .18 21 37 .2929 15.6834
Mean 1.0059 .407941 .0146 11.68 14.81 .082793 12.168543
Std. Deviation .35612 .6739238 .03952 4.833 9.141 .1043094 2.0200366
Sumber : lampiran output Pada tabel IV.4 di atas, uji hipotesis terdiri dari 7 variabel, dengan total sampel 31 perusahaan. Yang membedakan dari statistik deskriptif
58
pertama dan kedua yaitu pada uji ini menyertakan variabel independen (DEMUN). Untuk variabel board outsider (BOUT), perusahaan dengan board outsider terendah yaitu sebesar 0,33 adalah PT Aneka Kemasindo Utama Tbk (AKKU) dan PT Excelcomindo Pratama Tbk. (EXCL), sedangkan perusahaan dengan rasio board outsider tertinggi yaitu sebesar 2,00 adalah PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk (ANTA). Rata-rata board outsider dari 31 perusahaan adalah sebesar 1,0059 dan standar deviasinya 0,35612. Untuk variabel demand uncertainty (DEMUN) perusahaan dengan demand uncertainty terendah yaitu sebesar 0,0125 adalah PT Sugi Samapersada Tbk (SUGI), sedangkan perusahaan dengan rasio demand uncertainty tertinggi yaitu sebesar 2,7133 adalah PT Arpeni Pratama Ocean Line (APOL). Rata-rata demand uncertainty dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,4079 dan standar deviasinya 0,6739. Keterangan untuk seluruh variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size) dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel kontrol sebelumnya. 4. Statistik deskriptif persamaan model keempat (hipotesis 2) Statistik deskriptif untuk data demand uncertainty (DEMUN), dan institutional ownership (INOWN) untuk uji hipotesis 2 yaitu regresi dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.5. yang membedakan dengan statistik deskriptif uji hipotesis pertama adalah dalam uji hipotesis
59
kedua ini variabel dependenya adalah institutional ownership (INOWN) Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 : Tabel IV.5 Statistik deskriptif Uji Hipotesis 2 N INOWN DEMUN MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE Valid N (listwise)
Minimum 31 31 31 31 31 31 31 31
.5101 .0125 .00 5 3 -.2585 7.1269
Maximum .9245 2.7133 .18 21 37 .2929 15.6834
Mean
Std. Deviation
.738952 .407941 .0146 11.68 14.81 .082793 12.168543
.1057867 .6739238 .03952 4.833 9.141 .1043094 2.0200366
Sumber : lampiran output Untuk variabel Institutional ownership (INOWN), perusahaan dengan Institutional ownership terendah yaitu sebesar 0,5101 adalah PT Arona Binasejati Tbk (ARTI), sedangkan perusahaan dengan rasio institutional
Ownership
tertinggi
yaitu
sebesar
0,9245
adalah
Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata institutional Ownership dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,7389 dan standar deviasinya 0,1058. Sedangkan
untuk
variabel
demand
uncertainty
(DEMUN)
perusahaan dengan demand uncertainty terendah yaitu sebesar 0,0125 adalah PT Sugi Samapersada Tbk (SUGI), sedangkan perusahaan dengan rasio demand uncertainty tertinggi yaitu sebesar 2,7133 adalah PT Arpeni Pratama Ocean Line (APOL). Rata-rata demand uncertainty dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,4079 dan standar deviasinya 0,6739. Keterangan untuk seluruh variabel kontrol (managerial ownership, total
60
risk, firm age, profitability dan firm size) dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel kontrol sebelumnya. 5. Statistik deskriptif persamaan kelima (hipotesis 3) Statistik deskriptif untuk data competitive uncertainty (COMPUN), dan bout outsider (BOUT) untuk uji hipotesis 3 yaitu regresi dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.6. Yang membedakan dengan statistik deskriptif uji hipotesis pertama dan kedua adalah dalam uji hipotesis ketiga ini variabel dependenya adalah board outsider (BOUT) dan variabel independenya competitive uncertainty (COMPUN) Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 : Tabel IV.6 Statistik deskriptif Uji Hipotesis 3 N BOUT COMPUN MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE Valid N (listwise)
Minimum 31 31 31 31 31 31 31 31
.33 .0001 .00 5 3 -.2585 7.1269
Maximum 2.00 .9892 .18 21 37 .2929 15.6834
Mean 1.0059 .125544 .0146 11.68 14.81 .082793 12.168543
Std. Deviation .35612 .2545868 .03952 4.833 9.141 .1043094 2.0200366
Sumber : lampiran output Untuk variabel board outsider (BOUT), perusahaan dengan board outsider terendah yaitu sebesar 0,33 adalah PT Aneka Kemasindo Utama Tbk (AKKU) dan PT Excelcomindo Pratama Tbk. (EXCL), sedangkan perusahaan dengan rasio board outsider tertinggi yaitu sebesar 2,00 adalah PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk (ANTA). Rata-rata board
61
outsider dari 31 perusahaan adalah sebesar 1,0059 dan standar deviasinya 0,35612. Sedangkan untuk variabel competitive uncertainty (COMPUN) perusahaan dengan competitive uncertainty terendah yaitu sebesar 0,0001 adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), sedangkan perusahaan dengan rasio competitive uncertainty tertinggi yaitu sebesar 0,9892 adalah PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Rata-rata competitive uncertainty dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,1255 dan standar deviasinya 0,2546. Keterangan untuk seluruh variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size) dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel kontrol sebelumnya. 6. Statistik deskriptif persamaan model keenam (hipotesis 4) Statistik
deskriptif
untuk
data
Competitive
Uncertainty
(COMPUN), dan institutional ownership (INOWN) untuk uji hipotesis 3 yaitu regresi dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.7. Yang membedakan dengan statistik deskriptif uji hipotesis sebelumnya adalah dalam uji hipotesis ketiga ini variabel dependenya adalah institutional ownership (INOWN) dan berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 4 :
62
Tabel IV.7 Statistik deskriptif Uji Hipotesis 4 N INOWN COMPUN MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE Valid N (listwise)
Minimum 31 31 31 31 31 31 31 31
.5101 .0001 .00 5 3 -.2585 7.1269
Maximum .9245 .9892 .18 21 37 .2929 15.6834
Mean .738952 .125544 .0146 11.68 14.81 .082793 12.168543
Std. Deviation .1057867 .2545868 .03952 4.833 9.141 .1043094 2.0200366
Sumber : lampiran output Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel institutional ownership (INOWN), perusahaan dengan Institutional ownership terendah yaitu sebesar 0,5101 adalah PT Arona Binasejati Tbk (ARTI), sedangkan perusahaan dengan rasio institutional ownership tertinggi yaitu sebesar 0,9245 adalah Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata institutional ownership dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,7389 dan standar deviasinya 0,1058. Sedangkan untuk variabel competitive uncertainty (COMPUN) perusahaan dengan competitive uncertainty terendah yaitu sebesar 0,0001 adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), sedangkan perusahaan dengan rasio competitive uncertainty tertinggi yaitu sebesar 0,9892 adalah PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Rata-rata competitive uncertainty dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,1255 dan standar deviasinya 0,2546. Keterangan untuk seluruh variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size) dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel kontrol sebelumnya
63
C. Pegujian Data dan Asumsi Klasik 1. Pengujian Normalitas Data Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut : Tabel IV.8 Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov - Smirnov Kolmogorov Asymp. Sign Uji Residual Keterangan Smirnov test (two tailed) 1 Residual regresi model 1 0,748 0,631 Normal 2 Residual regresi model 2 0,726 0,668 Normal 3 Residual regresi model 3 0,525 0,946 Normal 4 Residual regresi model 4 0,579 0,890 Normal 5 Residual regresi model 5 0,767 0,598 Normal 6 Residual regresi model 6 0,693 0,723 Normal Sumber : lampiran output Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap residual dari 6 regresi yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa semua model regresi berdistribusi secara normal atau tidak terdapat terdapat masalah ketidaknormalan. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji asumsi klasik pertama yang dilakukan adalah uji multikolinieritas, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinieritas pada suatu model persamaan. Cara yang dilakukan dapat dengan melihat pada nilai tolerance atau nilai variance inflation
64
factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10, dapat dinyatakan tidak terjadi masalah multikolinieritas. Sebaliknya bila nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10 maka terjadi masalah multikolinieritas. 1. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Pertama Model pertama persamaan regresi digunakan untuk menguji variabel kontrol terhadap variabel dependen pertama. Pada model ini diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut : Tabel IV.9 Hasil Uji Multikolinier Model Pertama variabel MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE
Tolerance
VIF
Kesimpulan
.933 .666 .865 .848 .629
1.072 1.502 1.157 1.179 1.591
Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent variable : BOUT
Nilai toleransi variabel kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas. 2. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Kedua Model kedua persamaan regresi digunakan untuk menguji variabel kontrol terhadap variabel dependen kedua. Pada model ini diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut :
65
Tabel IV.10 Hasil Uji Multikolinier Model Kedua variabel
Tolerance
VIF
Kesimpulan
MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE
.849 .580 .798 .859 .596
1.177 1.723 1.252 1.164 1.679
Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: IOWN
Nilai toleransi variabel kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas. 3. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Ketiga (hipotesis 1) Model ketiga persamaan regresi digunakan untuk menguji variabel independen pertama DEMUN dan variabel kontrol terhadap variabel dependen pertama yaitu BOUT. Pada model ini diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut :
variabel DEMUN MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE
Tabel IV.11 Hasil Uji Multikolinier Model Ketiga Tolerance VIF kesimpulan .860 .911 .630 .807 .829 .612
1.162 1.097 1.588 1.239 1.206 1.635
Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: BOUT
66
Nilai toleransi variabel independen DEMUN dan variabel kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas. 4. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Keempat (hipotesis 2) Model keempat persamaan regresi digunakan untuk menguji variabel independen pertama DEMUN dan variabel kontrol terhadap variabel dependen kedua yaitu IOWN. Pada model ini diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut : Tabel IV.12 Hasil Uji Multikolinier Model Keempat variabel
Tolerance
VIF
kesimpulan
DEMUN
.808
1.237
Tidak terjadi multikolinieritas
MANOWN
.825
1.212
Tidak terjadi multikolinieritas
RISK
.493
1.027
Tidak terjadi multikolinieritas
FAGE
.781
1.281
Tidak terjadi multikolinieritas
PROF
.857
1.167
Tidak terjadi multikolinieritas
FSIZE
.525
1.905
Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: IOWN Nilai toleransi variabel independen DEMUN dan variabel kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas.
67
5. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Kelima (hipotesis 3) Model kelima persamaan regresi digunakan untuk menguji variabel independen kedua COMPUN dan variabel kontrol terhadap variabel dependen pertama yaitu BOUT. Pada model ini diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut : Tabel IV.13 Hasil Uji Multikolinier Model Kelima Variabel
Tolerance
VIF
Kesimpulan
COMPUN MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE
.847 .943 .691 .837 .875 .622
1.181 1.061 1.447 1.195 1.143 1.608
Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: BOUT
Nilai toleransi variabel independen COMPUN dan variabel kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas. 6. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Keenam (hipotesis 4) Model keenam persamaan regresi digunakan untuk menguji variabel independen kedua COMPUN dan variabel kontrol terhadap variabel dependen kedua yaitu IOWN. Pada model ini diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut :
68
Tabel IV.14 Hasil Uji Multikolinier Model Keenam variabel
Tolerance
VIF
kesimpulan
COMPUN MANOWN RISK FAGE PROF FSIZE
.731 .840 .582 .799 .771 .556
1.368 1.190 1.717 1.252 1.297 1.797
Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: IOWN
Nilai toleransi variabel independen COMPUN dan variabel kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas. b. Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson di tiap persamaan regresi tersebut. Kemudian nilai dari Durbin-Watson test tersebut dibandingkan dengan nilai pada tabel Durbin-Watson test, dengan jumlah variabel k = 5 dan dengan 31 data untuk persamaan 1 dan 2, sedangkan untuk keempat uji hipotesis dengan jumlah variabel k = 6 dan dengan 31 data. Hasil uji autokorelasi untuk setiap regresi yang dilakukan dapat disimak dibagian lampiran skripsi ini. Dari 6 model regresi diujikan ditemui 4 gejala autokorelasi yang terdeteksi yaitu keadaan no decision atau lebih spesifiknya berada hanya pada keadaan tidak terdapat autokorelasi positif, sedangkan
69
keadaan negatifnya tidak dapat dijelaskan. Selanjutnya dilakukan penanganan autokorelasi, penanganan dari tiap autokorelasi ini dengan menggunakan metode GLS yang dikemukakan oleh Gujarati (1999 : 392) sehingga setelah transformasi data dengan lag dan menghitung rho keempat model yang bermasalah tadi dapat terbebas dari masalah autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan uji glejser. Apabila nilai sign > 0,05 maka disebut homoskedastisitas namun kebalikannya bila nilai sign < 0,05 maka
suatu
model
regresi
dinyatakan
terjadi
masalah
heteroskedastisitas. Nilai signifikansi disini adalah nilai hasil regresi antara absolut residual dengan variabel independen dari masingmasing model. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada bagian lampiran penelitian ini. Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan uji Glejser yang melibatkan 6 model regresi menunjukkan bahwa tidak terdapat persamaan mengalami masalah heteroskedastisitas dan keenam model tadi kini telah bersifat homoskedastisitas.
70
D. Pengujian Hipotesis Penelitian 1. Pengujian persamaan model pertama Setelah lolos pengujian asumsi klasik, selanjutnya dilakukan pengujian seluruh model persamaan untuk menjawab permasalahan yang dihipotesiskan, langkah pengujianya berdasarkan hierarchical regression analysis. Pada tahap pertama dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel kontrol terhadap variabel dependen pertama, karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan model berikut :
BOUT = a + b1 MANOWN + b 2 RISK + b 3 PROF + b 4 FSIZE + b 5 FAGE + e
Model pertama yang akan diujikan adalah pengaruh variabel kontrol yaitu MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE terhadap BOUT. Pada tahap ini tidak terdapat hipotesis yang perlu diuji sebab tujuan variabel kontrol adalah memperkuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pada tahap ini akan diketahui besarnya pengaruh variabel MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE terhadap BOUT. Hasil analisis regresi untuk model pertama dapat dilihat dalam tabel berikut :
71
Tabel IV. 15 Hasil analisis regresi untuk pengujian model pertama
Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
(Constant)
.948
.469
2.021
.054
MANOW N
-.008
.019
-.084 -.414
.683
RISK
.002
.019
.032
.132
.896
FAGE
.006
.009
.153
.721
.478
PROF
-.149
.765
-.042 -.194
.848
FSIZE -.009 a. Dependent Variable: BOUT
.046
-.050 -.200
.843
R Square
: 0,028
Adjusted R Square
: 0.167
Std. Error of the Esimated
: 0.402
F
: 0,142
F (sig.)
: 0.019
Var. Dependen
: BOUT
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran) Berdasarkan nilai R2 sebesar 0,028 atau 2,8%. Hal ini menunjukan bahwa 2,8% variabel dependen yaitu BOUT dapat dijelaskan oleh MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model analisis. Pada persamaan regresi pertama ini tidak satupun variabel kontrol yang signifikan terhadap BOUT pada taraf
5%. Disimpulkan
bahwa secara parsial tidak satupun variabel MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE yang mempengaruhi BOUT.
72
2. Pengujian persamaan model kedua Pada tahap kedua ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE terhadap
IOWN terhadap variabel dependen yang kedua IOWN.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan model berikut : IOWN = a + b 1 MANOWN + b 2 RISK + b 3 PROF + b 4 FSIZE + b 5 FAGE + e
Sama seperti pada model pertama pada tahap ini tidak terdapat hipotesis yang perlu diuji sebab tujuan variabel kontrol adalah memperkuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis regresi untuk model kedua dapat dilihat dalam tabel berikut : TABEL IV. 16 Hasil Analisis Regresi untuk Pengujian Model Kedua Model
Unstandardized Coefficients Std. Error
B 1
Standardized Coefficients
(Constant)
.937
.149
MANOW N_1
-.007
.005
RISK_1
.007
FAGE_1 PROF_1
t
Sig.
Beta 6.274
.000
-.251
-1.325
.197
.005
.319
1.390
.177
.003
.002
.209
1.070
.295
.080
.161
.094
.498
.623
-.092
-.408
.687
FSIZE_1 -.005 .011 a. Dependent Variable: IOWN_1 R Square : 0,236 Adjusted R Square : 0,083 Std. Error of the Esimated : 0.1126 F : 1,542 F (sig.) : 0.213 Var. Dependen : IOWN_1 Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran)
73
Dari tabel IV. 8 Berdasarkan nilai R2 sebesar 0,236 atau 23,6%. Hal ini menunjukan bahwa 23,6% variabel dependen yaitu IOWN dapat dijelaskan oleh MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model analisis. Pada persamaan regresi kedua ini tidak satupun variabel kontrol yang signifikan terhadap BOUT pada taraf
5%. Disimpulkan bahwa
secara parsial tidak satupun variabel MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE yang mempengaruhi IOWN. 3. Pengujian persamaan model ketiga (Uji Hipotesis Pertama) Pada tahap ketiga ini dilakukan pengujian hipotesis pertama yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel dependen pertama DEMUN dan variabel kontrol terhadap variabel dependen yang pertama BOUT. Berbeda dengan model pertama dan kedua pada tahap ini terdapat hipotesis yang perlu diuji yaitu pengaruh variabel independen pertama DEMUN dan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE terhadap variabel dependen pertama BOUT. Hasil analisis regresi untuk model ketiga dapat dilihat dalam tabel berikut :
74
TABEL IV. 17 Hasil Analisis Regresi Untuk Pengujian Model Ketiga Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.779
.429
DEMUN
.274
.107
MANOW N
-.001
RISK
t
Sig.
Beta 1.814
.082
.492
2.560
.017
.018
-.013
-.067
.947
-.008
.017
-.102
-.453
.654
FAGE
.001
.008
.022
.108
.915
PROF
.122
.700
.034
.174
.863
FSIZE
.009
.042
.046
.202
.841
a. Dependent Variable: BOUT
R Square
: 0,236
Adjusted R Square
: 0,045
Std. Error of the Esimated
: 0.364
F
: 1,237
F (sig.)
: 0.323
Var. Dependen
: BOUT
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran) Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa DEMUN pada BOUT dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti hipotesis 1 tidak ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 2,560 signifikan pada tingkat signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel demand uncertainty atau ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh pada presentase pihak dari luar pada jajaran manjemen perusahaan yang melakukan IPO, dengan persamaan regresi yang terbentuk yaitu :
75
BOUT = 0,779 + 0,247 DEMUN – 0,001 MANOWN – 0,008 RISK + 0,001 FAGE + 0,122 PROF + 0,009 FSIZE Konstanta sebesar 0,779 berarti bila dalam suatu perusahaan yang melakukan IPO tidak terdapat demand uncertainty, rasio board outsider dalam perusahaan tersebut adalah 0,779. Setiap penambahan rasio demand uncertainty sebanyak 1 satuan akan meningkatkan board outsider pada perusahaan sebesar 0,247 yang berarti kedua variabel menunjukkan hubungan yang searah. Dari tabel di atas berdasarkan nilai R2 sebesar 0,236 atau 23,6%. Hal ini menunjukan bahwa 23,6% variabel dependen yaitu BOUT dapat dijelaskan oleh variabel independen DEMUN dan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model diatas. 4. Pengujian persamaan model keempat (Uji Hipotesis Kedua) Uji hipotesis kedua bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel independen pertama DEMUN terhadap variabel dependen kedua IOWN, dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE, berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresinya :
76
Tabel IV.18 Hasil Regresi Variabel Demand Uncertainty pada Variabel institutional ownership (dengan variabel kontrol)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.833
.134
DEMUN_1
.086
.028
MANOWN_ 1
-.005
RISK_1
t
Sig.
Beta 6.194
.000
.507
3.038
.006
.004
-.182
-1.102
.282
.002
.005
.110
.515
.611
FAGE_1
.002
.002
.138
.814
.424
PROF_1
.084
.134
.102
.630
.534
FSIZE_1
.005
.010
.108
.524
.605
a. Dependent Variable: IOWN_1
R Square
: 0,460
Adjusted R Square
: 0,325
Std. Error of the Esimated
: 0.096
F
: 3,408
F (sig.)
: 0.014
Var. Dependen
: IOWN_1
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran) Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa DEMUN pada IOWN dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti hipotesis 2 tidak ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 3,308 signifikan pada tingkat signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel demand uncertainty atau ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh pada presentase kepemilikan saham oleh institusional pada perusahaan yang melakukan IPO, dengan persamaan regresi yang terbentuk yaitu
77
INOWN = 0,833 + 0,086 DEMUN – 0,005 MANOWN + 0,002 RISK + 0,002 FAGE + 0,084 PROF + 0,005 FSIZE
Konstanta sebesar 0,833 berarti bila dalam suatu perusahaan yang melakukan IPO tidak terdapat demand uncertainty, rasio institutional ownership dalam perusahaan tersebut adalah 0,833. Setiap penambahan rasio demand uncertainty sebanyak 1 satuan akan meningkatkan institutional ownership pada perusahaan sebesar 0,086 yang berarti kedua variabel menunjukkan hubungan yang searah. Dari tabel di atas berdasarkan nilai R2 sebesar 0,460 atau 46,0%. Hal ini menunjukan bahwa 46,0% variabel dependen yaitu IOWN dapat dijelaskan oleh variabel independen DEMUN dan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model diatas. 5. Pengujian persamaan model kelima (Uji Hipotesis Ketiga) Uji hipotesis ketiga bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel independen kedua COMPUN terhadap variabel dependen pertama BOUT, dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE, berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresinya :
78
Tabel IV.19 Hasil Regresi Variabel competitive uncertainty pada Variabel board outsider (dengan variabel kontrol)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.722
.395
COMPUN_1
.536
.286
MANOWN_1
-.004
RISK_1
t
Sig.
Beta 1.831
.080
.369
1.871
.045
.018
-.004
-.023
.982
.003
.017
.004
.018
.986
FAGE_1
.006
.008
.147
.741
.466
PROF_1
-.956
.739
-.251
-1.294
.208
FSIZE_1
.001
.044
.006
.024
.981
a. Dependent Variable: BOUT_1
R Square
: 0,208
Adjusted R Square
: 0,011
Std. Error of the Esimated
: 0.380
F
: 1,054
F (sig.)
: 0.417
Var. Dependen
: BOUT_1
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran) Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa COMPUN pada BOUT dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti hipotesis 3 tidak ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 1,871 signifikan pada tingkat signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel competitive uncertainty atau ketidakpastian persaingan pada suatu perusahaan berpengaruh pada presentase pihak dari luar pada jajaran manjemen
79
perusahaan yang melakukan IPO, dengan persamaan regresi yang terbentuk yaitu BOUT = 0,722 + 0,536 COMPUN – 0,004 MANOWN + 0,003 RISK + 0,006 FAGE - 0,956 PROF + 0,001 FSIZE
Konstanta sebesar 0,722 berarti bila dalam suatu perusahaan yang melakukan IPO tidak terdapat competitive uncertainty, rasio bout outsider dalam perusahaan tersebut adalah 0,722. Setiap penambahan rasio demand uncertainty sebanyak 1 satuan akan meningkatkan board outsider pada perusahaan sebesar 0,536 yang berarti kedua variabel menunjukkan hubungan yang searah. Dari tabel di atas berdasarkan nilai R2 sebesar 0,208 atau 20,8%. Hal ini menunjukan bahwa 20,8% variabel dependen yaitu BOUT dapat dijelaskan oleh variabel independen COMPUN dan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model diatas. 6. Pengujian persamaan model keenam (Uji Hipotesis Keempat) Uji hipotesis keempat bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel independen kedua COMPUN terhadap variabel dependen kedua IOWN, dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresinya :
80
Tabel IV.20 Hasil Regresi Variabel competitive uncertainty pada Variabel institutional (dengan variabel kontrol) Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.961
.157
COMPUN_1
.057
.089
MANOWN_1
-.006
RISK_1
t
Beta
Sig.
6.109
.000
.134
.646
.525
.005
-.237
-1.226
.232
.007
.005
.314
1.352
.189
FAGE_1
.003
.002
.206
1.039
.309
PROF_1
.042
.173
.049
.243
.810
FSIZE_1
-.007
.012
-.131
-.551
.587
a. Dependent Variable: IOWN_1
R Square
: 0,247
Adjusted R Square
: 0,059
Std. Error of the Esimated
: 0.114
F
: 1,316
F (sig.)
: 0,288
Var. Dependen
: IOWN_1
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran) Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel COMPUN dan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada IOWN, dengan demikian hipotesis 3 ditolak, yang berarti secara parsial variabel competitive uncertainty atau ketidakpastian persaingan pada suatu perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan pada kepemilikan saham institusional perusahaan yang melakukan IPO. E. Pembahasan Hasil Penelitian
81
Berdasar 6 analisis regresi yang telah dilakukan di atas, penelitian ini menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut : 1. Temuan Pertama Hasil uji pengaruh antara DEMUN terhadap BOUT dengan variabel kontrol pada uji hipotesis 1 menunjukkan bahwa DEMUN berpengaruh positif terhadap BOUT, yang dibuktikan secara statistik yang menunjukkan signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 1 tidak ditolak, yaitu terdapat pengaruh ketidakpastian permintaan terhadap board outsider pada perusahaan yang melakukan IPO dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Hasil temuan pertama yang berasal dari hipotesis 1 ini konsisten dengan penelitian Carpenter et. al. (2001), yang menyatakan bahwa secara khusus, semakin besar demund uncertainty, yang menunjukan tingginya tingkat ketidakstabilan pada penjualan dari tahun ke tahun merupakan sebuah “undangan” atau penyebab meningkatnya presentase board outsider yang menghendaki minimalnya agency problem. Karena dalam ketidakpastian permintaan yang tinggi, outside director cenderung lebih sering mempertanyakan informasi-informasi perusahaan. Dengan kata lain ketidakpastian permintaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah pihak dari luar dalam jajaran manajemen. Hal ini juga konsisten dengan penelitian Y. Kor et. al. (2008) yang pada penelitianya menyatakan bahwa ketidakpastian permintaan
82
secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah pihak dari luar dalam jajaran manajemen perusahaan yang melakukan IPO. 2. Temuan kedua Hasil uji pengaruh antara DEMUN terhadap IOWN dengan variabel kontrol pada uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa DEMUN berpengaruh positif terhadap IOWN, yang dibuktikan secara statistik yang menunjukkan signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 2 tidak ditolak, yaitu terdapat pengaruh ketidakpastian permintaan terhadap institutional ownership pada perusahaan yang melakukan IPO dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Hasil temuan kedua yang berasal dari hipotesis 2 ini konsisten dengan penelitian Y. Kor et. al. (2008) yang menyatakan bahwa presentase institutional ownership pada perusahaan yang melakukan IPO meningkat sesuai dengan tingkat ketidakpastian permintaan perusahaan. Temuan ini juga sesuai dengan penelitian Tihanyi et. al. (2003) Mengenai
kepemilikan
institusional,
temuan
secara
keseluruhan
menunjukkan peningkatan kepemilikan institusional sebagai tingkat ketidakpastian
permintaan
yang
meningkat.
Dengan
kata
lain
ketidakpastian permintaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap presentase kepemilikan saham institusional perusahaan yang melakukan IPO.
83
3. Temuan ketiga Hasil uji pengaruh antara COMPUN terhadap BOUT dengan variabel kontrol pada uji hipotesis 3 menunjukkan bahwa COMPUN berpengaruh positif terhadap BOUT, yang dibuktikan secara statistik yang menunjukkan signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 3 tidak ditolak, yaitu terdapat pengaruh ketidakpastian persaingan terhadap board outsider pada perusahaan yang melakukan IPO dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Hasil temuan ketiga sesuai dengan penelitian Y. Kor et. al. (2008) yang menyatakan bahwa temuanya secara empiris menyatakan bahwa bila ketidakpastian persaingan meningkat, rasio outside director meningkat. Dengan kata lain ketidakpastian pesaingan secara signifikan berpengaruh positif terhadap presentase board outsider perusahaan yang melakukan IPO. 4. Temuan keempat Hasil uji pengaruh antara COMPUN terhadap IOWN dengan variabel kontrol pada uji hipotesis 4 tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara COMPUN terhadap BOUT, yang dibuktikan secara statistik yang menunjukkan tidak signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% yang berarti hipotesis 4 ditolak, yaitu tidak terdapat pengaruh ketidakpastian persaingan terhadap institutional ownership
pada
perusahaan yang melakukan IPO dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE.
84
Hasil ini bertentangan dengan penelitian Finkelstein dan Byod (1998) yang menyatakan bahwa tindakan kopetitor yang unpredictability mengakibatkan perusahaan lebih sulit dalam menentukan strategi persaingan.
Sehingga
semakin
besar
ketidakpastian
persaingan,
pengawasan pada perusahaan yang melakukan IPO akan semakin tinggi. Namun temuan ini sesuai dengan Eisenhardt (1989) bahwa institutional ownership sangat menyoroti masalah keagenan. Mereka lebih fokus mengawasi kesesuaian tujuan antara agen dan pemegang saham, sehingga tidak muncul manajerial oportunisme. Institutional ownership cenderung lebih memperhatikan pengawasan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan dan kurang memperhatikan lingkungan perusahaan seperti persaingan perusahaan.
85
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Pada bab ini disajikan kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada, kemudian diberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, sehingga dapat disajikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan. A. Kesimpulan Berdasar hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) pada suatu perusahaan berpengaruh positif terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen (board outsider) pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Dengan variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size).
2.
Ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) pada suatu perusahaan berpengaruh positif terhadap presentase kepemilikan institusional (institutional ownership) pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Dengan variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size).
86
3.
Ketidakpastian persaingan (competitive uncertainty) pada suatu industri berpengaruh terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen (board outsider) pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Dengan variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size).
4.
Ketidakpastian persaingan (competitive uncertainty) pada suatu industri tidak memiliki pengaruh terhadap presentase kepemilikan institusional (institutional ownership) pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Dengan variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size). Hal ini dikarenakan mereka lebih fokus mengawasi kesesuaian tujuan antara agen dan pemegang saham, sehingga tidak muncul manajerial oportunisme. Institutional ownership cenderung lebih memperhatikan pengawasan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan dan kurang memperhatikan lingkungan perusahaan seperti persaingan perusahaan.
B. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian, dari keterbatasan yang ada selanjutnya peneliti berusaha menyertakan masukan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian ini, penjelasanya adalah sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini periode IPO yang digunakan adalah tahun 2002 sampai 2007.
Sedangkan kinerja perusahaan sebelum IPO adalah 3 tahun
87
sebelumnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan data yang didapat. Namun pada penelitian selanjutnya periode yang digunakan dapat dilakukan menggunakan periode 1 tahun saja, sebagai contoh tahun 2007 saja serta menggunakan data kinerja perusahaan 5 tahun sebelum IPO sehingga informasi
yang
didapat
lebih
mencerminkan
kinerja
perusahaan
sesungguhnya. 2. Pada penelitian ini digunakan sampel dengan kategori multi industri karena di indonesia jumlah perusahaan yang melakukan IPO untuk tiap tahunya hanya sedikit dan terbagi dalam berbagai industri. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memilih perusahaan dalam satu kategori industri saja misalnya manufaktur saja, agar penelitian lebih fokus dan diharapkan lebih memperkaya pengembangan penelitian. 3. Dalam penelitian ini variabel independen adalah lingkungan perusahaan yang tidak pasti meliputi ketidakpastian permintaan dan ketidakpastian persaingan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah berbagai faktor lain dalam lingkungan perusahaan yang juga mempengaruhi pengawasan oleh dewan direksi dan pemilikan saham oleh institusional dalam perusahaan
yang melakukan IPO sebagai contoh adalah
ketidakpastian teknologi (technological uncertainty) seperti dalam penelitian Y. Kor (2008).
88
C. Implikasi Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan diatas, implikasi untuk pihak terkait serta untuk penelitian selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Bagi investor Sebagai seorang calon investor ataupun investor yang akan memilih perusahaan emiten dalam menanamkan modalnya, terutama perusahaan yang baru akan go public sebaiknya memperhatikan informasi dan kinerja perusahaan serta lingkungan perusahaan sebelum IPO. Seperti kinerja perusahaan berkaitan dengan ketidakpastian permintaan atau
demand
uncertainty yang dihadapai perusahaan akibat gejolak yang ada di lingkungan perusahaan serta ketidakpastian persaingan (competitive uncertainty) industri yang dihadapi oleh perusahaan. Investor perlu berhati-hati untuk menanggapi adanya ketidakpastian, karena hasil penelitian membuktikan bahwa semakin besar ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) akan mengakibatkan meningkatnya presentase pihak luar dalam jajaran manajemen serta presentase pengawasan
terhadap
kinerja
perusahaan
oleh
pemegang
saham
institusional. Selain itu berdasar penelitian ini membuktikan pengaruh ketidakpastian persaingan dalam perusahaan yang melakukan IPO. Meskipun tidak berpengaruh pada presentase institutional ownership, namun ketidakpastian persaingan berpengaruh pada board outsider yang
89
lebih sensitif terhadap kodisi persaingan yang dihadapi perusahaan karena akan mempengaruhi kinerja perusahaan setelah go public. 2. Bagi emiten Sesuai dengan kesimpulan yang telah disampaikan, saran untuk perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebaiknya perusahaan secara keseluruhan perlu memperhatikan kinerja perusahaan. Terutama pada ketidakpastian lingkungan perusahaan yaitu ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) dan keridakpastian persaingan (competitive uncertainty). Karena dari kedua hal tersebut akan berpengaruh pada pengawasan pada perusahaan dari board outsider dan institutional ownership. Ketidakpastian permintaan akan mempengaruhi penjualan dan pendapatan perusahaan, sedangkan sebagai perusahaan yang mulai go public kinerja perusahaan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan pemegang saham. Untuk itu perusahaan perlu menanggulangi hal tersebut. Terlebih lagi untuk perusahaan dengan demand uncertainty dan competitive uncertainty yang tinggi. Disarankan bagi perusahaan untuk meminimalisasi ketidakpastian tersebut.
90
DAFTAR PUSTAKA
Alotaibi, adam G. 2001. Antecedents of Organzational Citizenship Behaviour : Study of Public Personal in Kuwait. Public Person Management, Vol.30, No 3. Anthony, Robert N., & Vinjay Govindarajan. (2004). Management Control System. Edisi bahasa Indonesia. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta. Baysinger, B. D., Kosnik, R. D., & Turk, T. A. (1991). Effects of board and ownership structures on corporate R&D strategy. Academy of Management Journal, 34, 205–214. Beatty, R. P., & Zajac, E. J. (1994). Managerial incentives, monitoring, and risk bearing: A study ofexecutive compensation, ownership, and board structure in initial public offerings. Administrative Science Quarterly, 39, 313–335. Boyd, B. (1990). Corporate linkages and organizational environment: A test of the resource dependence model. Strategic Management Journal, 11, 419–430. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Fundamentals of Financial Management. Singapore : Thompson south western publishing company. Carleton, W. T., Nelson, J. M., & Weisbach, M. S. (1998). The influence of institutions on corporate governance through private negotiations: Evidence from TIAA-CREF. Journal of Finance, 52(4), 1335–1362. Carpenter, M. A., & Westphal, J. (2001). The strategic context of external network ties: Examining the impact of director appointments on board involvement in strategic decision-making. Academy of Management Journal, 44, 639–660. Damayanti, Isrina. (2006). Analisa Pengaruh Free Cash Flow Dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Dokumen skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. David, P., Hitt, M. A., & Gimeno, J. (2001). The influence of activism by institutional investors on R&D. Academy of Management Journal, 44(1), 134–157.
91
Demsetz, H., & Lehn, K. (1985). The structure of corporate ownership: Causes and consequences. Journal of Political Economy, 93(6), 1155–1177. Djarwanto, PS. 1996. Statistik Induktif, Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE. Dodge, H. R., Fullerton, S., & Robbins, J. E. (1994). Stage of the organizational life cycle and competition as mediators of problem perception for small business. Strategic Management Journal, 15, 121–134. Duncan, R. B. (1972). Characteristics of organizational environments and perceived environmental uncertainty. Administrative Science Quarterly, 17(3), 313–327. Eckbo, B. E. (1992). Mergers and the value of antitrust deterrence. Journal of Finance, 47, 1005–1029. Eisenhardt, K. (1989). Agency theory: An assessment and review. Academy of Management Review, 14(1), 57–74. Fama, E., & Jensen, M. (1983). Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics, 26, 301–325. Ferdinand, Augusty. (2006). Metode Penelitian Manajemen : pedoman penelitian untuk Penulisan Skripsi, tesis dan disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Filatotchev, I., & Bishop, K. (2002). Board composition, share ownership, and underpricing of U.K. IPO Firms. Strategic Management Journal, 23(10), 941–955. Fischer, H. M., & Pollock, T. G. (2004). Effects of social capital and power on surviving transformational change: The case of initial public offerings. Academy of Management Journal, 47, 463–481. Ghozali, Imam (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3, 305–360. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. BPFE. Yogyakarta.
92
Lipczynski, J., Wilson, J., dan Goddard, J. (2005). Industrial Organization : Competition, Strategy, Policy. Edisi kedua. Prentice Hall. Mahoney, J. T. (2005). Economic foundations of strategy. Thousand Oaks, CA: Sage. Mahoney, J. M., Sundaramurthy, C., & Mahoney, J. T. (1997). The effects of corporate antitakeover provisions on long-term investment: Empirical evidence. Managerial and Decision Economics, 18(5), 349–365. Megginson, W. L., & Weiss, K. A. (1991). Venture capitalist certification in initial public offerings. Journal of Finance, 46, 879–903. Miliken, Frances J. (1987). Three Types of Perceived Uncertainty About the Environment : State, Effect, and Response Uncerteinty. The Academy of Management Review, 12, 1. Pg 133. Miller, J. S., Wiseman, R. M., & Gomez-Mejia, L. R. (2002). The fit between CEO compensation design and firm risk. Academy of Management Journal, 45(4), 745–756. Oster, S. M. (1999). Modern competitive analysis. NY: Oxford University Press. Pearce, J. A. II, & Zahra, S. A. (1992). Board composition from a strategic contingency perspective. Journal of Management Studies, 29(4), 411–438. Pedersen, T., & Thomsen, S. (2003). Ownership structure and value of the largest European firms: The importance of owner identity. Journal of Management and Governance, 7(1), 27–55 Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta : Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Sundaramurthy, C. (1996). Corporate governance within the context of antitakeover provisions, Strategic Management Journal, 17(5), 377– 394 Tihanyi, L., Johnson, R. A., Hoskisson, R. E., & Hitt, M. A. (2003). Institutional ownership differences and international diversification: The effects of boards of directors and technological opportunity. Academy of Management Journal, 46(2), 195–211. Wahyuni, Salamah. 1993. Metodologi Penelitian Bisnis. Surakarta: UNS Pers.
93
Webb, E. (2004). An examination of socially responsible firms’ board structure. Journal of Management and Governance, 8(3), 255–277. Y.Kor, Yasemin, & Mahoney, J. T. (2005). How dynamics, management, and governance of resource deployments influence firm-level performance. Strategic Management Journal, 26(5), 489–496. Y.Kor, Yasemin, joseph T, Mahoney, Sharon Watson. 2008. The Effect of Demand, Competitive, and Technological Uncertainty on Board Monitoring and Institutional Ownership of IPO Firms. Journal manage Governance Vol 12 pp 239-259, springer Science and Bussines Media. Zajac, E. J., & Westphal, J. D. (1994). The costs and benefits of managerial incentives and monitoring in large U.S. corporations: When is more not better? Strategic Management Journal, 15, 121–142.
94