DETERMINAN KINERJA PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2004-2007
Oleh Sarah Viota NIM : 105081002493
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
1
DETERMINAN KINERJA PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2004-2007 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Sarah Viota NIM : 105081002493
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data diri Nama
: Sarah Viota
Tempat Tgl Lahir
: Tangerang, 28 Februari 1987
Jenis Kelamin
: Wanita
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum menikah
Warga Negara
: Indonesia
Hobby
: Membaca, nonton film
Latar Belakang Pendidikan Formal 1992 – 1993
: Lulus TK Islam As-Salam Jakarta Barat
1993 – 1999 : Lulus SD Negeri 03 Pagi Jakarta Barat 1999 – 2002
: Lulus SLTP Negeri 206 Jakarta Barat
2002 – 2005
: Lulus SMU Negeri 112 Jakarta Barat
2005 – 2009
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Jakarta
Non Formal 1999 – 2000
: Kursus bahasa Inggris di APRILIA basic level
2000 – 2002
: Kursus bahasa Inggris di Lembaga Indonesia Amerika (LIA) step level
2002
: Peserta Latihan Gabungan Pasukan Pengibar Bendera
i
Tingkat SMU/SMK se-Jakarta Barat di Walikota Jakarta Barat 2002 – 2003
: Kursus Bimbingan Belajar di PRIMAGAMA kelas 1 SMU
2004 – 2005
: Kursus Bimbingan Belajar di NURUL FIKRI kelas 3 SMU
Pengalaman Kerja 2007
: Magang di bagian operator CV. Bima Saputra
2008
: Kuliah Kerja Sosial / magang di bagian pembuat daftar gaji di PPTMGB ”Lemigas”
Pengalaman Organisasi 1995 – 1999
: Dokter Kecil Tingkat SD
1999 – 2002
: Palang Merah Remaja Tingkat Madya
2002 – 2005
: Pasukan Pengibar Bendera Tingkat SMU
ii
ABSTRAK Analisa Determinan Kinerja pada bank yang meliputi faktor internal yang terdiri dari : Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Depocit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Operation Cost Ratio (OCR), Size dan faktor eksternal yang terdiri dari : Gross Domestic Product (GDP), Inflasi, Stock Market Capitalization (SMC), Concentration (CONC) dapat digunakan untuk menentukan kesehatan bank. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja bank yang dinyatakan oleh Return On Asset (ROA). Penelitian ini menggunakan sampel bank konvensional dari tahun 2004-2007 dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah laporan keuangan bank yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang signifikan adalah CAR, NPL, size dan GDP. Dan pada uji Adjusted R-Square menunjukkan bahwa ROA dapat dijelaskan oleh faktor internal dan faktor eksternal sebesar 67,3 %, sedangkan sisanya yaitu 32,7 % dijelaskan oleh faktor lain.
Kata Kunci : Kinerja Bank (ROA), CAR, LDR, NPL, OCR, Size, GDP, inflasi, SMC dan Concentration.
iii
KATA PENGANTAR Bismillahirrohamnirrohim Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji hanya milik Allah SWT, maha suci Allah SWT, tiada daya dan upaya kecuali atas kuasa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan perbuatanku dan keburukan amalku. Hanya karena kuasa-Nya dan anugerah dariNyalah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan-Nya, Nabi pemberi syafa’at, Nabi di akhir zaman, Muhammad SAW. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Keuangan dan Pasar Modal pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan kali ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Seluruh keluarga, terutama kedua orang tua yang telah membesarkan, serta memberikan pendidikan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil hingga penulis mampu meraih gelar sarjana. Buat kakakku Bima Saputra dan adikku Dara Mutiara Fiesca yang telah banyak memberikan support dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berusaha mengembangkan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial hingga saat ini. 3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
4. Ibu Titi Dewi Warninda S.E, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan karyawan FEIS yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.
Jakarta, Juli 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup.......................................................................................
i
Abstract………………………………………………………………………………
ii
Abstrak............................................................................................................
iii
Kata Pengantar...............................................................................................
iv
Daftar Isi...........................................................................................................
v
Daftar Tabel..................................................................................................... vii Daftar Gambar................................................................................................ viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian..............................................................
1
B. Perumusan Masalah........................................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................
7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori……………………………………………………..
9
B. Penelitian Sebelumnya……………………………………………... 34 C. Kerangka Pemikiran………………………………………………... 35 D. Hipotesis Penelitian………………………………………………… 40 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………… 41 B. Metode Pentuan Sampel…………………………………………… 41 C. Metode Pengumpulan Data………………………………………..
42
D. Metode Analisis Data……………………………………………… 42 E. Operasional Variabel Penelitian…………………………………… 50
vi
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia……………………………………. 54 B. Analisis dan Pembahasan………………………………………… 67 C. Interpretasi………………………………………………………..
94
BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan……………………………………………………….
97
B. Implikasi………………………………………………………….
98
Daftar Pustaka Lampiran
vii
Daftar Tabel No.
Keterangan
Halaman
4.1
Capital Adequacy Ratio (X1)Tahun 2004-2007 (dalam %) 67
4.2
Non Performing Loan Tahun (X2) 2004-2007 (dalam %)
68
4.3
Operation Cost Ratio (X3) Tahun 2004-2007 (dalam %)
70
4.4
Loan to Deposit Ratio (X4) Tahun 2004-2007 (dalam %)
71
4.5
Size (X5) Tahun 2004-2007 (dalam jutaan rupiah)
73
4.6
Gross Domestic Product(X6)Tahun 2004-2005 (dalam jutaan rupiah)
74
4.7
Tingkat Inflasi (X7) Tahun 2004-2007 (dalam %)
75
4.8
Stock Market Capitalization (X8) Tahun 2004-2007 (dalam jutaan rupiah)
76
4.9
Concentration (X9) Tahun 2004-2007 (dalam %)
77
4.10
Return On Asset (Y) Tahun 2004-2007 (dalam %)
78
4.11
Data Output Analisis Statistik
81
4.12
Data Output Uji Multikolinearitas
83
4.13
Data Output Uji Autokorelasi
84
4.14
Data Output Uji T
87
4.15
Data Output Uji F
90
4.16
Data Output Uji Koefisien Determinasi
91
viii
Daftar Gambar No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
38
4.2
Struktur Pasar Modal Indonesia
59
4.3
Data Output Analisis Grafik
80
4.4
Data Output Uji Heteroskedastisitas
85
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi yang merubah perilaku dunia usaha, telah mempengaruhi perkembangan perkembangan perekonomian Indonesia khususnya sektor perbankan. Bank merupakan institusi keuangan yang paling penting dalam perekonomian karena kegiatan bank diantaranya adalah penghimpun dana, alokasi dana dan pelayanan jasa keuangan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak di Indonesia (Rose and Hudgins, 2005). Bank memiliki peranan penting dalam perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang memerlukan dana (deficit unit). Kegiatan utama usaha perbankan di indonesia adalah menghimpun dana dari masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk pemberian kredit kepada nasabah, menunjang mekanisme pembayaran dalam masyarakat, penyediaan jasa dalam perdagangan internasional, jasa penitipan surat berharga, jasa kartu kredit dan berbagai jenis jasa lainnya. Di samping itu, bank juga sebagai industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga kinerja bank perlu dipelihara. Industri perbankan adalah salah satu industri yang paling terpengaruh dengan keadaan luar perusahaan misalnya keadaan makroekonomi yang
1
dialami Indonesia. Berbagai peristiwa ekonomi makro telah mewarnai aktivitas perbankan. Semakin meningkatnya aktivitas perbankan telah meningkatkan mobilitas dana pada sektor perbankan. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh bank ternyata juga dilakukan oleh lembaga keuangan selain bank. Walaupun semakin ketat persaingan antar lembagalembaga keuangan tetapi industri perbankan tetap memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan nasional hingga saat ini. Pada pertengahan tahun 1980-an berbagai macam deregulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk menggairahkan industri perbankan. Diawali dengan diluncurkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan di bidang perbankan antara lain meliputi pemberian kemudahan-kemudahan dalam membuka kantor bank, dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, memperkenankan pendirian bank-bank swasta baru antara lain dengan penetapan syarat modal disetor minimal Rp10 milyar, juga memberikan kesempatan untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan modal minimum Rp50 juta, dan memperingan persyaratan bagi bank menjadi bank devisa. Setelah diluncurkannya deregulasi tersebut, dalam kurun waktu 1988-1996 bisnis perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada akhir tahun 2002 perbankan menguasai sekitar 90,46% pangsa pasar sektor keuangan di Indonesia. Berdasarkan data Biro Riset InfoBank, industri perbankan menguasai 90,46 persen pangsa pasar keuangan di Indonesia, diikuti oleh industri
2
asuransi 3,38 persen, dana pensiun 3,01 persen, industri pembiayaan 2,32 persen, sekuritas 0,65 persen, dan pegadaian 0,20 persen, (Supriyanto, 2003). Pertumbuhan yang pesat itu ternyata tidak dapat mendorong terciptanya industri perbankan yang kuat. Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan dalam tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Kinerja industri perbankan nasional pada waktu itu jauh lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan di beberapa negara Asia yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea Selatan, Malaysia, Philipina dan Thailand. Non Performing Loan (NPL) bank-bank komersial mencapai 50 persen, tingkat keuntungan industri perbankan berada pada titik minus 18 persen, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan kondisi minus 15 persen, (Hawkins, 1999). Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi memaksa pemerintah melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak sehat dan tidak layak lagi untuk beroperasi. Hal ini mengakibatkan timbulnya krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap industri perbankan. Sebagai lembaga kepercayaan untuk menyimpan dana, bank dituntut masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan bank. Sejak masa orde baru sektor perbankan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan itu sebagian disebabkan oleh perubahan faktor internal yang dapat berupa karakteristik dari manajemen bank tersebut dan faktor eksternal yang dapat berupa perubahan makroekonomi dari suatu Negara yang menuntut adanya perubahan. Sebagai lembaga kepercayaan untuk menyimpan dana, bank dituntut masyarakat untuk tetap menjaga tingkat kesehatan bank. Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak terkait yang dapat meliputi ; pemilik bank,
3
pengelola bank, masyarakat maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Dalam kondisi persaingan yang ketat, hanya bank-bank yang sehat yang akan mampu bertahan. Hanya perbankan yang berkinerja baik yang mampu untuk tumbuh menjadi bank yang (lebih) sehat. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) memaparkan desain perbankan Indonesia menuju bank sehat yang berkelanjutan. Salah satu ukuran perbankan yang sehat adalah kinerja yang baik secara terus-menerus. Kinerja bank tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah struktur perbankan itu sendiri dalam satu wilayah. Menurut Rose dan Hudgins (2005), faktor yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dapat diukur secara kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kinerja suatu bank melalui penilaian atas factor CAMEL atau kuantitatif yang merupakan penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio keuangan pada bank.
Indikator dari kinerja
perbankan dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Indikator kuantitatif yang biasa digunakan misalnya seperti kinerja, tingkat pengembalian, besarnya dana pihak ketiga yang terkumpul dan pangsa pasar yang mampu dikuasai. (Steph Subanidja,2006). Dalam penelitiannya Bodla dan Verma (2007) menerangkan bahwa tingkat kesehatan bank dapat diukur dari tingkat biaya operasi. Tingkat biaya operasi dapat menentukan tingkat efisiensi dari bank tersebut. Semakin tinggi biaya operasi dari suatu bank yang tidak diiringi oleh peningkatan pendapatan yang sesuai maka akan menurunkan efisiensi bank tesebut, karena semakin besar biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai aktifitas bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana. Pernyataan tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008) yang menemukan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
4
profitabilitas suatu bank. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi ; Operation Cost Ratio, Capital Adequacy Ratio, Loan to Depocit Ratio, Non Performing Loan, Size. Sedangkan faktor eksternal meliputi ; Gross Domestic Product Growth, Tingkat Inflasi, Stock Market Capitalization dan Concentration.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti faktor internal dan faktor eksternal terhadap pendapatan bersih pada bank-bank di Indonesia yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) untuk periode 20042007, yang tertuang dalam judul penelitian : “DETERMINAN KINERJA PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2004-2007”. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bank-bank yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007 yang merupakan 18 Bank yang aktif dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 secara lengkap. Dalam penelitian ini penulis memberikan pembatasan masalah, supaya penelitian ini mempunyai ruang lingkup dan arah penelitian yang jelas. Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bank yang diteliti adalah bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004-2007. 2. Dalam penelitian ini penulis menetapkan periode penelitian selama lima tahun, yaitu dari tahun 2004-2007, karena pada tahun tersebut industri perbankan di Indonesia telah menguasai sekitar 90,46% pangsa pasar sektor keuangan di Indonesia.
5
3. Bank yang diteliti adalah bank komersil yang menggunakan sistem bunga dalam sumber pendapatan dan pembiayaan bank. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah erdapat pengaruh yang signifikan dari faktor internal (CAR, NPL, OCR, LDR dan SIZE) dan faktor eksternal (GDP, Inflasi, SMC dan Concentration) terhadap kinerja (ROA) pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Variabel apakah yang paling dominan yang mempengaruhi kinerja pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan pada variable faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007. b. Untuk menganalisis variable yang paling dominan mempengaruhi kinerja pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007. 2. Manfaat Penelitian : Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut :
6
a. Bagi Peneliti Untuk menerapkan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama menempuh perkuliahan serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbankan , khususnya pengetahuan tentang kinerja perbankan. b. Bagi Akademisi Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor eksernal terhadap kinerja pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan dan sebagai kajian literature pelengkap bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dibidang yang sama. c. Bagi Perusahaan Sebagai sumber informasi bagi manajer keuangan bank dalam mengetahui pengaruh dari karakteristik bank dalam mengambil kebijakan dan kondisi makroekonomi terhadap kemampuan dalam mendapatkan laba sehingga dapat digunakan oleh manajer keuangan dalam pengambilan keputusan. d. Bagi Investor Sebagai bahan pertimbangan atau sumber informasi dalam mengambil keputusan investasi, khususnya investasi di perusahaan perbankan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Lembaga Perbankan a. Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) adalah: “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihakpihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah:
8
“Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin,2003). Pengertian jasa lainnya yang merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Jasa perbankan lainnya antara lain meliputi : 1)
Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air maupun uang kuliah.
2)
Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah.
3)
Jasa pengiriman uang (transfer).
4)
Jasa penagihan (Inkaso).
5)
Jasa kliring (clearing).
6)
Jasa penjualan mata uang asing (valas).
7)
Jasa penyimpanan dokumen (safe deposit box).
8)
Jasa cek wisata (travelers cheque).
9
9)
Jasa kartu kredit.
10) Jasa-jasa yang ada di pasar modal seperti penjamin emisi dan pedagang efek. 11) Jasa Letter of Credit (L/C). 12) Serta jasa bank lainnya. Semakin mampu bank tersebut, maka semakin banyak ragam produk yang ditawarkan. Kemampuan bank dapat dilihat dari segi permodalan, manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang dimilikinya (Kasmir, 2003).
b. Penggolongan Bank a. Menurut Fungsinya : 1) Bank Sentral Bank ini berfungsi sebagai pengawas bank-bank umum dan stabilisator moneter. Di Indonesia namanya Bank Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan diatur dalam UU No.13 Tahun 1968. 2) Bank Umum Adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito serta memberikan kredit dalam jangka pendek. Contohnya : Bank BCA, Bank BNI, Bank Danamon. 3)
Bank Tabungan
10
Yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga. Contohnya : Bank Tabungan Pensiun, Bank Nasional, Bank Tabungan Nasional. 4)
Bank Pembangunan Merupakan bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang dibidang pembangunan. Contohnya : Bank Pembangunan Inndonesia, Bank Pembangunan Daerah.
b. Menurut Kepemilikannya : 1)
Bank Pemerintah Bank yang seluruh atau sebagian besar modal sahamya dimiliki oleh pemerintah. Contoh : Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, bank Tabungan Negara dan bank Mandiri ( Merupakan Hasil dari penggabungan Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, bank Ekspor Impor dan Bank pembangunan Indonesia).
2)
Bank Swasta Nasional Bank yang berbadan hukum Indonesia dan sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak swasta nasional atau badan hukum Indonesia. Contoh : Bank Internasional Indonesia, bank
11
Niaga, bank Central Asia, Bank Artha Graha, Bank Muamalat dan Bank Lippo. Bank swasta ini dapat dibagi lagi berdasarkan kemampuan melaksanakan transaksi internasional dan valuta asing. a.
Bank Devisa (foreign exchange) Adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi internasional seperti ekspor dan impor, jual beli valuta asing, dan lain-lain. Contoh : Bank Internasional Indonesia, Bank Central Asia, Bank Niaga.
b.
Bank Nondevisa Adalah bank yang dalam kegiatan usahanya tidak dapat melakukan transaksi internasional. Contoh : Bank Rama, Bank Asta.
3) Bank Asing Merupakan bank yang seluruh modal sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Bank asing hanya membuka cabangnya di Indonesia sedaangkan kantor pusatnya berada di luar negri. Contoh : Citibank, Standar Chartered Bank, Chase Manhattan Bank dan Bank of Tokyo. 4) Bank Campuran Adalah bank yang sebagian modal sahamnya dimiliki pihak asing dan sebagian lagi dimiliki oleh pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas
12
dipegang oleh warga Negara Indonesia. Contoh : Fuji Internasional Bank, Bank Sakura Swadarma
dan
Mitsubishi Buana Bank.
c. Fungsi dan Usaha Bank Bank
umum
sebagai
lembaga
intermediasi
keuangan
memberikan jasa-jasa keuangan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit. a. Fungsi Pokok bank Umum 1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi 2. Menciptakan uang 3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat 4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain. b. Usaha Bank Umum Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah sebagai berikut: a) Menghimpun dana dari mayarakat b) Memberikan kredit c) Menerbitkan surat pengakuan hutang d) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
13
1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakses oleh bank 2. Surat pengakuan utang 3. Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah 4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 5. Obligasi 6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun 7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun e) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah f) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainya g) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan penghitungan dengan atau antara pihak ketiga h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga i) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (custodian)
14
j) Melakukan penempatan dana dari menambah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek k) Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya l) Melakukan kegiatan anjak piutang (Factoring), kartu kredit dan kegiatan wali amanat (trustee) m) Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil n) Melakukan kegiatan lain misalnya kegiatan dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek dan asuransi, dan melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit o) Kegiatan lain yang lazim digunakan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.
d. Sumber Dana Bank Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Peolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri,
15
apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya (Kasmir, 2003). a. Sumber Dana Tradisional Dana ini berasal dari masyarakat luas atau institusi berupa rekening giro, deposit on call,
sertifikat deposito, dana
transfer, obligasi dan saham b. Sumber Dana Sendiri Dana ini diperoleh dari para pemegang saham maupun dari hasil keuntungan yang diperoleh. Keuntungan tersebut dapat berupa modal disetor, cadangan, sisa laba tahun lalu, laba ditahan, laba berjalan dan agio saham. c. Sumber Dana Lainnya Dana ini berasal dari lembaga keuangan lainnya yang berupa kredit likuiditas Bank Indonesia, pinjaman antar bank (call money), fasilitas diskonto dan pasar uang antara bank. 2. Kinerja Bank Kinerja Bank merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat
16
berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, 2003). Pernyataan tersebut juga didukung penelitian yang dilakukan oleh kosmidou (2008) yang menyatakan bahwa kinerja bank merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh manajemen bank karena mengindikasi tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat dari produktivitas asset. Maksud dari pernyataan tersebut sehat atau tidaknya suatu bank dapat diukur dari besarnya laba yang diperoleh bank tersebut. Tingkat kesehatan bank dalam meningkatkan pendapatannya tentunya dengan meningkatkan produktivitas asset. Semakin tinggi tingkat profit dari bank yang menggambarkan tingkat kesehatan yang baik. Struktur pasar keuangan, kondisi ekonomi Negara, hukum dan politik lingkungan semua dapat mempengaruhi kinerja bank. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008), dua faktor utama yang diteliti untuk eksternal, yaitu : kondisi makroekonomi (Gross Domestic Product dan inflasi) dan indikator struktur keuangan perbankan juga pasar saham (Stock Market Capitalization dan concentration). Tingkat kesehatan bank menggambarkan kondisi keuangan dan seberapa baik bank tersebut melakukan manajemen yang dapat diukur dari profit bank yang dapat dihitung dengan beberapa cara. Return on Asset (ROA) yang digunakan untuk mengukur kemampuan asset bank dalam memperoleh keuntungan. Return on Equity (ROE) yang digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam memperoleh keuntungan
17
bersih. Tobin’s Q untuk mengukur nilai pasar sebagai peluang investasi. Tingginya tingkat dari Return on Asset, Return on Equity dan Tobin’s Q dapat mengidentifikasikan tingkat kesehatan bank yang baik (Staikouras, 2007). Menurut Selamet Riyadi (2006), ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Sedangkan ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan.
3. Faktor Internal a. Capital Adequacy Ratio Menurut Rose dan Hudgins (2005) penilaian kesehatan bank dapat didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh bank. Modal merupakan sumber dana dari pihak kesatu yang dapat meliputi: modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan dan laba ditahan yang harus disediakan bank dalam jumlah yang cukup. Penilaian modal suatu bank dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar modal tersebut dapat memenuhi aktifitas bank. Salah satu metode untuk mengukur modal bank dengan cara Capital Adequacy Ratio (CAR) yang
18
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri, semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka akan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya jika terjadi likuidasi bank. CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for Internasional Settlement (Selamet Riyadi, 2006). Dalam menetapkan CAR terdapat perhitungan yang cukup njelimet, yaitu sebelum komponen aktiva digolongkan sebagai ATMR, terlebih dahulu ditetapkan bobotnya berdasarkan margin yang telah ditentukan. CAR merupakan indicator dari kecukupan modal suatu bank, yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan usaha dalam jangka panjang (solvabilitas). Penyediaan modal yang cukup merupakan hal penting, untuk mengimbangi ketergantungan dari dana pihak ketiga. Secara esensial CAR menetapkan bahwa terhadap pos-pos tertentu, terutama aktiva tidak produktif dan aktiva produktif yang kualitasnya “memburuk” harus dibiayai dengan dana sendiri. (Eddie Rinaldy, 2008)
19
Kinerja bank dapat diketahui dengan cara mengukur rasio kecukupan modal yang dimiliki oleh bank. Modal memiliki pengaruh positif terhadap profit yang dimiliki, sehingga semakin besar tingkat permodalan bank maka akan meningkat profit bank dan akan mengurangi resiko dari kebangkrutan. Maksud dari pernyataan tersebut, jika tingkat permodalan bank tinggi maka bank akan mampu memenuhi kewajibannya untuk membiayai aktifitas bank. Aktifitas bank dapat meliputi penghimpunan dana dari masyarakat dan penyaluran dana pada masyarakat (Kosmidou, 2008) Penyediaan modal yang cukup memungkinkan bank meneruskan operasinya tanpa terganggu khususnya dalam periode ekonomi yang sulit sampai mencapai tingkat keuntungan yang normal kembali. Dengan demikian fungsi utama modal bank adalah untuk menjaga kepercayaan. Unsur kepercayaan ini merupakan masalah vital dan merupakan suatu resep keberhasilan pengelolaan suatu bank (Dahlan Siamat, 2004). b. Non Performing Loan Pemberian kredit kepada masyarakat tentunya tidak akan selancar yang diharapkan oleh bank, dalam hal pelunasan sesuai dengan jatuh tempo yang dijanjikan. Satu kredit dikatakan bermasalah jika nasabah gagal dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi pembayaran cicilan beserta bunganya seperti yang disepakati bersama. Kredit bermasalah biasa disebut juga dengan Non Performing Loan (NPL)
20
yang tentunya harus diminimalisasi serendah mungkin terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Non performing loan yang tentunya harus diminimalisasi serendah mungkin terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Non performing loan dapat diukur dengan cara membandingkan
cadangan
aktiva
yang
diklasifikasikan
yang
merupakan jumlah dari kredit lancar yang dikalikan dengan 0%, kredit dalam perhatian khusus yang dikalikan dengan 25%, kredit kurang lancar yang dikalikan dengan 50%, kredit yang diragukan yang dikalikan dengan 75% dan kredit macet yang dikalikan dengan 100% dengan total kredit yang diberikan. Oleh karena itu bank harus memproyeksikan dengan tepat besarnya Non Performing Loan tesebut (Rose dan Hudgins, 2005). Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5 %, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai/skor yang diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank (Selamet Riyadi, 2006). Kredit bank merupakan pendapatan utama bagi bank tetapi kredit memiliki resiko yang tinggi jika kredit tersebut tidak dibayarkan tepat pada waktunya. Kredit yang dalam pelunasannya tidak tepat waktu
21
akan mendatangkan masalah bagi bank, karena bank tidak memperoleh penghasilan dari bunga pinjaman. Jumlah pendapatan
bunga yang
berkurang akan mengakibatkan pada turunnya profit serta tingkat kesehatan bank. Semakin besar rasio dari kredit macet maka akan semakin menurun kinerja bank, sehingga rasio kredit macet memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank (Sharma,2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008) yang menyatakan
bahwa
Non
Performing
Loan
secara
negative
mempengaruhi profit bank. Pengaruh negative dari non performing loan terhadap profit disebabkan karena berkurangnya pendapatan bunga pinjaman oleh para debitur. Bank dapat mengurangi tingkat dari non performing loan dengan cara meningkatkan kemampuan bank dalam melakukan analisa pada calon debitur yang ingin melakukan peminjaman dana untuk meningkatkan kualitas kredit.
c. Operation Cost Ratio Beban operasi merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan oleh bank untuk mendukung kegiatan operasinya. Beban operasi yang digunakan untuk mendukung aktifitas bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana, sehingga beban operasi memiliki hubungan yang negative terhadap prifitabilitas apabila pengeluarannya tidak efisien. Maka dalam melakukan kegiatan operasional harus direncanakan terlebih dahulu (Bodla dan Verma,2008).
22
OCR
merupakan
barometer
dalam
mengukur
kemampuan
pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional dan tingkat efisiensi. Antara OCR dan kinerja bank (ROA) mempunyai hubungan yang sangat erat dan timbal balik, yaitu pengukuran efisiensi di satu sisi, dan produktivitas di lain pihak. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa bank tidak efisien dalam pengeluaran yang menjadi beban biaya atau terjadi pemborosan. (Eddie Rinaldy, 2008). Dalam penelitiannya Kosmidou (2008) menyatakan operation cost ratio digunakan untuk mengukur biaya yang dikeluarkan bank untuk melakukan kegiatan operasionalnya tersebut. Bila biaya operasi bank tidak sebanding dengan pendapatan bank, maka bank tersebut memiliki tingkat efisiensi yang rendah dan sebaliknya. Dengan kata lain Operation cost ratio memiliki pengaruh yang negative terhadap pendapatan bank, sehingga diharapkan tingkat rasio dari biaya operasi yang rendah agar pendapatan bank meningkat yang diiringi pula dengan peningkatan kinerja bank.
d. Loan to Deposit (LDR) Likuiditas merupakan bank yang paling dilematis karena bank yang memelihara likuiditas yang tinggi maka profit yang diperoleh bank akan rendah dan sebaliknya. Di satu sisi bank harus menyalurkan dananya pada debitur maka asset likuid bank bank akan berkurang. Bank yang memiliki likuiditas yang tinggi secara umum porsi
23
aktivanya lebih besar pada aktiva jangka pendek. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah, kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan. Dalam menentukan tingkat likuiditas bank dapat diukur dari berbagai cara seperti kredit yang dibandingkan dengan dana pihak ketiga. Likuiditas bank juga dapat diukur dengan cara metode aliran kas dimana bank harus dapat memprediksi aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Selain metode arus kas, likuiditas juga dapat diukur dengan giro wajib minimum. Semakin tinggi tingkat Loan to Deposit Ratio maka akan semakin rendah kondisi likuiditas bank karena penempatan dana pada kredit dibiayai dari dan pihak ketiga yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh nasabah. Tingginya tingkat Loan to Deposit Ratio akan mengurangi dana likuid bank yang berakibat pada penurunan kinerja bank (Rose dan Hudgins, 2005). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan indikator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. LDR dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara total loan dengan total deposit (Total Loan dibagi Total Deposit). (Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, 2003). LDR adalah perbandingan jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank. Komponen dana yang diterima bank terdiri dari, Kredit Likuiditas Bank Indonesia, dana pihak ketiga, pinjaman
24
yang diterima bukan dari bank (lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi), deposito dan pinjaman anta bank (jangka waktunya tidak lebih tiga bulan), surat berharga yang diterbitkan, modal inti dan modal pinjaman. Namun bila dilihat dari pandangan konservatif, pengertian deposit sama dengan penjumlahan dana pihak ketiga, dan loan adalah kredit yang diberikan setelah dikurangi dengan kredit-kredit yang bersifat keloaan. Berdasarkan LDR ini dapat diketahui sejauh mana pihak manajemen melakukan perpencaran dalam penempatan dananya, yaitu besaran yang disalurkan dalam bentuk pemberian kredit dan yang ditanamkan dalam bentuk penanaman dana lainnya. Perpencaran ini sangat penting, karena hasil dan bobot resikonya berbeda. (Eddie Rinaldy, 2008) Sedangkan menurut Selamet
Riyadi (2006), LDR adalah
perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110 %. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Staikouras (2008) Loan to Deposit digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank dalam membayar hutang kepada deposan serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penunggakan. Maksud dari pernyataan tersebut semakin tinggi tingkat Loan to
25
Deposit Ratio maka akan semakin rendah likuiditas bank karena kredit yang diberikan kepada nasabah berasal dari dana pihak ketiga, sehingga bank tidak mempunyai simpanan apabila ada nasabah yang mengambil dananya secara tiba-tiba. Maka dari itu rasio likuiditas memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank.
e.
Size Size digunakan dalam penelitian untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada nasabah. Semakin besar asset dari bank maka akan semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Tetapi didalam penelitian size hanya berpengaruh apabila faktor dari makroekonomi ikut serta dalam penelitian, walaupun pada faktanya bahwa size selalu berpengaruh terhadap semua kasus. Besar kecilnya size suatu bank dapat menggambarkan aktifitas yang dilakukan bank tersebut, semakin besar size maka semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Diharapkan size memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja bank karena besarnya aktifitas suatu bank dapat mengidentifikasikan besarnya pengeluaran serta peneriman yang dialami bank (Kosmidou,2008). Ukuran bank dapat mempengaruhi secara positif dan negative terhadap profit bank karena ukuran bank diukur dari total asset yang dimiliki bank bank tersebut. Ukuran bank juga mengidentifikasiakan seberapa besar aktifitas dalam penghimpunan dan penyaluran dana
26
pada nasabah yang dilakukan bank. Pendapatan bank yang lebih besar dibanding pengeluaran akan meningkatkan profit bank sehingga semakin besar pendapatan yang diperoleh bank maka akan meningkatkan profit dari bank tersebut. Besarnya pendapatan bank yang diimbangi dengan pengeluaran bank yang lebih besar akan mengurangi profit bank, sehingga diharapkan pendapatan lebih besar dibanding pengeluaran agar memberikan dampak positif bagi kinerja bank (Staikouras,2007).
4. Faktor eksternal a. Gross Domestic Product/ Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto Indonesia adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestic, termasuk pendapatan yang diperoleh faktorfaktor produksi yang dimiliki asing ; pengeluaran total barang dan jasa yang diproduksi secara domestic (Mankiw, 2005). Gross Domestic Product adalah nilai semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara tiap tahun dan diukur menurut harga pasar. Produk Domestik Bruto diperoleh dari penjumlahan konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor) dalam suatu periode. (Maulidah dan Irwan Gunawan, 2004) Gross Domestic Product merupakan variabel makroekonomi merupakan variabel makro ekonomi yang sering digunakan untuk
27
mengetahui aktifitas dalam perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan Gross Domestic Product diharapkan dapat mempengaruhi jumlah penawaran dan permintaan atas tabungan dan pinjaman dari masyarakat terhadap suatu bank. Gross Domestic Product diharapkan memiliki pengaruh yang positif terhadap profit bank yang dapat meningkatkan kinerja bank. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pertumbuhan Gross Domestic Product dapat mengidentifikasikan pada tingkat kemakmuran masyarakat, maka diharapkan akan semakin tinggi permintaan dan penawaran akan pinjaman dan tabungan dari masyarakat pada bank. Tingginya tingkat permintaan dan penawaran akan pinjaman dan tabungan memiliki pengaruh yang positif terhadap profit yang akan mengakibatkan pada kenaikan kinerja bank (Kosmidou,2008). Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008) yang menyatakan bahwa Gross Domestic Product berpengaruh positif terhadap profit bank. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang telah dinyatakan sebelumnya. Pertumbuhan Gross Domestic Product dapat meningkatkan penawaran dan permintaan akan tabungan dan pinjaman pada bank yang dapat meningkatkan kinerja bank. b. Tingkat Inflasi
28
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan barang dalam perekonomian suatu Negara keseluruhan (Umi Murtini dan Nathalia Dewi, 2006). Tingkat
inflasi
merupakan
salah
satu
indikator
dari
makroekonomi yang dapat mempengaruhi profit secara langsung dan tidak langsung tergantung dari perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan bank karena tingkat inflasi mengidentifikasikan dari harga suatu komoditas yang mengalami kenaikan harga dalam jangka waktu yang cukup lama. Barang dan jasa yang mengalami inflasi dapat meningkatkan pendapatan secara nominal bukan secara riil tetapi begitu juga dengan pengeluaran secara nominal. Tingkat inflasi akan berpengaruh positif terhadap profit bank apabila perubahan pada pendapatan lebih besar dibanding dengan perubahan pada pengeluaran. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya maka tingkat inflasi akan berpengaruh negative terhadap profit bank. Maksud dari pernyataan tersebut bahwa tingkat kesehatan juga bergantung pada tingkat inflasi, sehingga diharapkan bahwa tingkat inflasi dapat memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan bank yang akan meningkatkan kinerja bank. c.
Stock Market Capitalization Bank melakukan penerbitan saham di pasar modal dikarenakan bank tersebut sedang membutuhkan dana guna menjalankan aktifitasnya. Saham yang diedarkan ke pasar modal akan mengurangi
29
tingkat kesehatan bank, sehingga Stock Market Capitalization secara negatif
berpengaruh terhadap margin dan berakibat dapat
mengurangi kinerja bank. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat Stock Market Capitalization maka akan semakin banyak dana yang dibutuhkan
bank
dalam
menjalankan
aktifitasnya
yang
mengidentifikasikan pada rendahnya kinerja bank (Demirguc-kunt dan Huizinga, 1999). Stock Market Capitalization digunakan untuk mengetahui besarnya saham bank yang diterbitkan di pasar modal. Stock Market Capitalization merupakan jumlah dari nilai saham yang dimiliki oleh bank yang diedarkan ke pasar modal. Stock Market Capitalization memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank. Karena semakin banyak nilai saham yang diterbitkan maka akan menandakan bahwa bank
tersebut
menjalankan
sedang
aktifitas
membutuhkan bank.
Kurangnya
sejumlah dana
dana bank
untuk tersebut
mengidentifikasikan pada kinerja bank yang menurun (Kosmidou, 2008). Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou
(2008)
yang
menyatakan
bahwa
Stock
Market
Capitalization dapat mempengaruhi profit bank secara negative. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan sebelumya. Besarnya saham yang diterbitkan kepasar modal akan mengurangi kinerja bank yang dapat menurunkan profit bank.
30
d.
Concentration Concentration digunakan untuk bank yang memiliki lima aset terbesar dari seluruh bank yang dijadikan sampel penelitian. Karena pada umumnya bank yang memiliki aset terbesar memiliki tingkat aktifitas dalam menghimpun dan menyalurkan dana pada nasabah yang tinggi dan dapat memonopoli pendapatan, sehingga diharapkan bahwa concentration dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap profitabilitas bank yang berakibat pada peningkatan kinerja bank (Kosmidou, 2008). Concentration melindungi bank dari persaingan. Concentration mengidentifikasikan aset bank. Sebesar apapun persaingan antar sektor perbankan, bank yang memiliki asset yang terbesar akan tetap dapat memonopoli industri perbankan. Semakin tinggi tingkat Concentration bank maka akan dapat menyelamatkan bank dari tingkat persaingan dari pertumbuhan sektor perbankan yang pesat. Besarnya aset bank dapat menggambarkan tingginya tingkat aktifitas yang dilakukan bank, tingginya tingkat pengeluaran dan pemasukan bank, sehingga Concentration memiliki pengaruh positif terhadap kinerja bank (Demirguc-kunt dan Huizinga, 1999). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008) yang menyatakan bahwa Concentration memiliki pengaruh negatif terhadap profit bank. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan teori yang dinyatakan sebelumnya. Concentration dapat
31
meningkatkan aktifitas serta peningkatan resiko bank, tingginya tingkat resiko yang diderita bank dapat mengurangi kinerja bank. B. Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian yang terdahulu, Menurut Rose dan Hudgins (2005) penilaian kesehatan bank dapat didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh bank.
Faktor yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dapat
diukur secara kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kinerja suatu bank melalui penilaian atas faktor CAMEL atau kuantitatif yang merupakan penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio keuangan pada bank. Penelitian selanjutnya oleh Staikouras (2007) menyatakan bahwa tingginya tingkat dari Return on Asset, Return on Equity dan Tobin’s Q dapat mengidentifikasikan tingkat kesehatan bank yang baik. Dalam hal rasio likuiditas (OCR) memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank. Kemudian Kosmidou (2008) menyatakan bahwa kinerja bank merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh manajemen bank karena mengindikasi tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat dari produktivitas asset. Tingkat kesehatan bank dapat dianalisa dari dua faktor yang meliputi faktor internal yaitu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank dari internal bank itu sendiri dan faktor eksternal yang dapat diukur dari kondisi makroekonomi suatu negara.
32
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008), dalam hal CAR, modal memiliki pengaruh positif terhadap profit yang dimiliki, sehingga semakin besar tingkat permodalan bank maka akan meningkat profit bank dan akan mengurangi resiko dari kebangkrutan. Dalam hal NPL atau Non Performing Loan secara negative mempengaruhi profit bank. Pengaruh negative dari non performing loan terhadap profit disebabkan karena berkurangnya pendapatan bunga pinjaman oleh para debitur. Dalam hal OCR atau Operation cost ratio memiliki pengaruh yang negative terhadap pendapatan bank, sehingga diharapkan tingkat rasio dari biaya operasi yang rendah agar pendapatan bank meningkat yang diiringi pula dengan peningkatan kinerja bank. Untuk size, size memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja bank karena besarnya aktifitas suatu bank dapat mengidentifikasikan besarnya pengeluaran serta peneriman yang dialami bank. Pada GDP atau Gross Domestic Product berpengaruh positif terhadap profit bank. Sedangkan pada tingkat inflasi akan berpengaruh positif terhadap profit bank. Sedangkan Stock Market Capitalization dapat mempengaruhi profit bank secara negatif. Dan Concentration memiliki pengaruh negatif terhadap profit bank.
C.
Kerangka Pemikiran Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memiliki kelebihan
33
dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu-lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat, sehingga kesehatan bank perlu dipelihara (Ikatan Akuntan Indonesia). Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya, terutama kebijakan moneter (Perry Warjiyo, 2004) Tingkat kesehatan bank perlu diketahui masyarakat agar dapat menjadi pertimbangan bank dalam memilih bank, tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Tingkat kesehatan bank dapat dianalisa dari dua faktor yang meliputi faktor internal yaitu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank dari internal bank itu sendiri dan faktor eksternal yang dapat diukur dari kondisi makroekonomi suatu negara (Kosmidou, 2008). Faktor internal dapat diukur dengan metode CAMEL (capital, asset quality, management, earning dan liquidity) (Kosmidou, 2008). Capital Permodalan digunakan untuk mengukur tingkat modal bank, sejauh mana modal dapat membiayai aktiva yang mengandung resiko. Besarnya aktifa yang mengandung resiko yang dibiayai modal bank akan mengurangi
34
kuantitas modal yang dimiliki bank.Asset quality Kualitas Aktiva Produktif digunakan untuk mengukur kualitas kredit yang diberikan kepada nasabah dengan membandingkan besarnya cadangan aktiva yang diklasifikasikan dengan total kredit yang diberikan kepada nasabah. Besarnya kredit yang bermasalah akan mengurangi pendapatan bank karena pendapatan yang seharusnya telah diterima bank menjadi tertunda akibat ketidakmampuan nasabah dalam melunasi pinjaman pokok beserta bunga
pinjaman.
Management
Kualitas
Management
merupakan
bagaimana cara manajemen bank dalam melakukan pengelolaan serta kepatuhannya terhadap peraturan yang berlaku. Earning Rentabilitas digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan pengeluaran bank. Pendapatan mencerminkan kualitas bank tersebut besarnya pendapatan bank mengidentifikasikan besarnya tingkat kesehatan bank. Pengeluaran mencerminkan kewajiban yang harus dikeluarkan dan tidak dapat dihindari. Besarnya pengeluaran dapat dikatakan efisien
apabila
diimbangi dengan besarnya pendapatan bank. Loan to Deposit Ratio digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan bank dalam memenuhi kewajibanya yang dapat diukur dengan membandingkan kredit yang diberikan pada nasabah dengan dana pihak ketiga yang diperoleh dari nasabah. Tingginya tingkat likuiditas menandakan besarnya kredit yang dibiayai oleh dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga merupakan dana yang setiap saat dapat ditarik oleh nasabah.
35
Faktor
eksternal
diantaranya
meliputi
pertumbuhan
Gross
Domestic Product, tingkat inflasi, Stock Market Capitalization dan Concentration (Kosmidou, 2008). Pertumbuhan Gross Domestic Product digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat yang diharapkan dapat mempengaruhi besarnya penawaran dan permintaan akan tabungan dan pinjaman pada bank. Tingkat inflasi digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap besarnya pendapatan dan pengeluaran bank. Stock Market Capitalization digunakan dalam penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan bank dengan membandingkan saham bank yang diedarkan ke pasar modal dengan total aset deposit bank yang beroperasi di suatu negara pada periode tertentu. Concentration digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui lima pemilik asset terbesar yang diperkirakan akan dapat memonopoli perbankan di indonesia. Concentration dapat dihitung dengan cara menjumlah dari lima bank yang memiliki asset terbesar yang dibandingkan dengan aset dari seluruh bank yang beroperasi pada periode tersebut. Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
36
Faktor Internal :
Faktor Eksternal :
-OCR -NPL
-GPD
-Stock Market Capitalization
-CAR -Size
-Inflasi
-Concentration
-LDR
Kinerja Bank (ROA)
Analisis Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda : Normalitas Autokorelasi Heteroskedastisitas Multikoliniearitas
Analisis Uji Statistik Regresi Berganda : Uji Adjusted R2 Uji T-test Uji F-test
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
37
D.
Hipotesis Penelitian Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut : H1 :
Terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja keuangan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
H2 :
Terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja keuangan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan.
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode penelitian
eksploratif,
dimana
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor internal dan faktor eksternal terhadap kemampuan bank dalam meningkatkan kinerja pada industri-industri bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, artinya populasi yang akan dijadikan sampel penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, yang kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive sampling maka dapat diperoleh populasi sebagai berikut : •
Bank yang telah go public yang terdaftar secara berurut-urut di BEI pada periode 2004-2007 berjumlah 18 bank.
39
•
Bank yang diteliti adalah bank komersil yang menggunakan sistem bunga dalam sumber pendapatan dan pembiayaan bank.
•
Bank yang menjadi sampel penelitian merupakan perusahaan yang memiliki data lengkap mulai dari data 2004-2007
C. Metode Pengumpulan Data Data yang diambil adalah bank-bank komersil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004-2007. Berdasarkan hal tersebut maka sampel bank yang diambil sebanyak 18 bank komersil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, karena datanya diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
D. Metode Analisis Data Pengujian data yang dilakukan dengan regresi berganda untuk menganalisa pengaruh antara faktor internal dengan faktor eksternal sebagai variabel bebas terhadap kinerja bank sebagai variabel terikat. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan persamaan regresi yang dikemukakan oleh Kosmidou (2008) dalam penelitiannya. Sebelum dilakukan uji model, peneliti melakukan uji
40
asumsi klasik persamaan regresi yang meliputi uji auto kolerasi, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. 1. Uji Asumsi Klasik Dalam
melakukan
analisis
regresi
berganda
perlu
menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi berganda. Didalam penelitian ini dilakukan 4 pengujian asumsi klasik yang dianggap penting
dalam penelitian
multikolinearitas
antar
yaitu normalitas,
variabel
independen,
tidak tidak
terdapat terjadi
autokolerasi dan heterokedastisitas. Hal ini dimaksudkan agar persamaan regresi yang dihasilkan adalah BLUE (Best Linear Unbiased Estimators). (Ghozali, 2005). a.Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen, yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau eror akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. (Ghozali, 2005: 27). Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dengan bentuk distribusi normal dimana
41
data memusat pada nilai rata-rata dan median. (Santoso dan Ashari, hal. 33321,2005). Ada
beberapa
cara
untuk
mengeksplorasi
asumsi
kenormalitasan suatu data (Stanislaus, hal.35, 2006) antara lain: Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov. Distribusi normal mempunyai ciri-ciri, yaitu: a. Datanya bentuk kontinus b. Distribusinya berbentuk unimodal (satu puncak seperti gunung) c. Distribusinya simetris d. Distribusinya asimtotik atau tidak bersenthan dengan sumbu x. Dalam uji normalitas data ckriteria untuk menolak atau menerima data terdistribusi normal berdasarkan P-value adalah sebagai berikut: Jika p-value < α, maka data tidak normal Jika p-value > α, maka data normal p-value merupakan istilah significance (disingkat Sig.), dalam penelitian ini α = 5% (0,05). a. Uji Multikolinearitas Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang kuat diantara variabel independen. Model
42
yang baik seharusnya tidak terdapat hubungan yang kuat diantara variabel independennya. Uji asumsi multikolinieritas dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan menggunakan nilai VIF (variance inflation factor) dan tolerance value. Secara umum uji ini tidak dianggap sebagai masalah yang besar jika nilai VIF lebih kecil dari 5 (VIF<5%) atau tolerance value lebih besar dari 0,10. Dalam penelitian ini indikator nilai VIF digunakan untuk menguji multikolinieritas, dianakriteria untuk mendeteksinya: Jika VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinieritas Jika VIF < 5, maka terdapat korelasi moderat sampai kuat (moderate to strong) Jika VIF > 10, maka tidak terdapat korelasi tinggi (high corelation) b. Uji Asumsi Homokedastisitas Uji asumsi homokedastisitas pada persamaan regresi adalah untuk menguji apakah dalam sebuah pesamaan regresi terjadi suatu kesamaan varians dari variabel residual satu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Apabila terjadi kesamaan varians maka persamaan regresi dikatakan homokedastisitas/varians yang ada adalah identik. Tetapi apabila varians yang terjadi berbeda maka persamaan
43
regresi yang baik adalah persamaan yang mengandung asumsi homokedastisitas. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode Goldfield quands test, dimana pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara F hitung (λ) dengan F tabel. Kriteria untuk mendeteksi apakah persamaan regresi tersebut mengandung asumsi homokedastisitas. Ho = homokedastisitas (λ < F tabel) H1 = terdapat heteroskedastisitas (λ > F tabel) Rumus : λ=
RSS2/df2 RSS1/df1
Keterangan: RSS1 = residual sum square 1 RSS2 = residual sum square 2 df1
= residual degree of freedom 1
df2
= residual degree of freedom 2
44
4. Uji Statistik Koefisien Regresi Penggunaan analisis regresi untuk menaksir pengaruh antar variabel yang telah ditetapkan sebelunnya berdasarkan teori. (Ghozali, 2005;160). Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis. Persamaan regresinya adalah : Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4 + b5.X5 + b6.X6 + b7.X7 + b8.X8 + b9.X9 + ẻ Dimana : Y = Kinerja bank a = Konstanta b1 to b9 = Slope atau koefisien regresi atau intersep X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) X2 = Non Performing Loan (NPL) X3 = Operation Cost Ratio (OCR) X4 = Loan Deposit Ratio (LDR) X5 = Size (Total Aset) X6 = Gross Domestic Product (GDP) X7 = Tingkat Inflasi X8 = Stock Market Capitalization (SMC) X9 = Concentration ẻ = Error term
45
Untuk mencapai tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Pengujian terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut: Uji signifikasi antara variabel terkait, baik secara bersama-sama maupun secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji statistik t dan uji statistik F (Fisher).
•
Uji t-statistic Uji signifikansi koefisien (bi) dilakukan dengan statistik t (student t). uji t digunakan uji menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah : H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 Artinya tidak terdapat (alternatifnya terdapat) pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai t-statistic dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujaranti, 1995: 114). t- hit = koefisien regresi bi standar deviasi bi
46
Untuk menentukan nilai t-statistic tabel ditentukan tingkat signifikasi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah observasi dan adalah jumlah variabel yang termasuk intersep dengan kriteria uji adalah:
•
•
Jika t hit > t tabel (α, n-k-1), maka Ho ditolak
•
Jika t hit < t tabel (α, n-k-1), maka Ho diterima
Uji statistik F Uji F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut. Ho: b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 = 0 H1: b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 ≠ 0 Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamasama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terkait. Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujarati, 1995:121): F hitung =
R2 / (k-1) (1-R2) / (n-k)
47
Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah: Jika F hit > tabel (a; k-1; n-k), maka Ho ditolak Jika F hit < tabel (a; k-a; n-k), maka Ho diterima Untuk melihat kontribusi kemampuan menjelaskan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variansi variabel terikat dapat dilihat dari koefisien determinasi (R2) berganda dimana nilai koefisiennya antara 0 ≤ 1. hal ini berarti nlai R2 yang semakin besar mendekati 1 merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.
E.
Operasional Variabel Penelitian Variabel bebas dan variabel terikat beserta cara pengukurannya : 1. Variabel Bebas a. Operation Cost Ratio Operation cost Ratio dapat diukur dari total beban operasi dibagi dengan pendapatan operasi (Pasiouras, 2008).
48
Operation Cost Ratio =
Beban Operasi x 100 % Pendapatan Operasi
b. Capital Adequacy Ratio Capital Adequacy Ratio dapat diukur dari modal dibagi dengan total aktiva tertimbang menurut resiko (Rose dan Hudgins). Capital Adequacy Ratio = Modal x 100% ATMR c. Loan to Deposit Ratio Loan to Deposit Ratio dapat diukur dari kredit dibagi dengan dana pihak ketiga (Kosmidou, 2008). Loan to deposit Ratio =
Kredit Dana Pihak Ketiga
x 100%
d. Non Performing Loan Non Performing Loan dapat diukur dari penjumlahan cadangan aktiva yang diklasifikasikan dibagi dengan jumlah kredit bersih (Rose dan Hudgins, 2005). NPL = Total cadangan aktiva yang diklasifikasikan x 100% Total kredit e. Size Size dapat diukur dari logaritma asset bank tersebut (Pasiouras, 2008). Size = Log Natural (Total Asset)
49
2. Variabel Terikat ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Net Income dibagi Total Assets), ( Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, 2003). ROA =
EAT Rata-rata total asset
x 100%
3. Variabel Kontrol a. Pertumbuhan GDP Pertumbuhan GDP dapat dihitung dari tingkat pertumbuhannya (Kosmidou, 2008) b. Tingkat Inflasi Tingkat Inflasi dapat dihitung dari tingkat pertumbuhannya (Kosmidou, 2008) c. Stock Market Capitalization Ratio Stock Market Capitalization Ratio dapat diukur dari stock market capitalization dibagi dengan total asset deposit (Kosmidou, 2008). Stock Market Capitalization Ratio = Stock Market Capitalization x 100% Total Asset Deposit d. Concentration Concentration dapat diukur dari lima pemilik asset terbesar (Kosmidou, 2008) Concentration = Lima Bank Pemilik Asset Terbesar x 100% Asset dari seluruh bank
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia.Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Veregining Voor Effectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besarbesaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta efek-efek Belanda lainnya. Dengan perkembangan Bursa Efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadinya Perang Dunia kedua. Pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi pada tahun 1956. Pada awalnya, pemerintah mendorong tumbuhnya pasar modal melalui
51
pemberian fasilitas perpajakan, bak kepada perusahaan-perusahaan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan keudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bungan
deposito
dan
tabungan
berjangka
lainnya
ditunda
pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi di pasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember 1988. Salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka cenderung mencari alternative lain dalam menginvestasikan uangnya. Bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) tidak sampai tahun 1977, institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangannya pada tahun 1990.
52
Bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) pada tanggal 13 Juli 1992. Pada tangal 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah system perdagangan otomatis yang menggankan system perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham tanpa harus melali lantai bursa, dimana transaksi dapat dilakukan oleh WPPE dikantornya masing-masing. Sistem baru tersebut sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan. Bursa Efek Jakarta juga mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan aspek pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan tahun 2002. Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang dimiliki oleh berbagai securities company. Setelah sekuritas terjual di Pasar Perdana, sekuritas tersebut didaftarkan di bursa efek, agar nantinya dapat diperjualbelikan di Bursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut diperdagangkan di bursa biasanya memerlukan waktu sekitar 4-6 minggu dari saat IPO (Initial Public Offering). Pada waktu sekuritas tersebut diperdagangkan di bursa, dikatakan sekritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pada tanggal 1 Desember 2007, penggabungan Bursa Efek Surabaya ke dalam Bursa Efek Jakarta
53
menjadi entitas bursa baru, yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi beroperasi. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut : •
14 Desember 1912 : Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
•
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
•
1925 – 1942 : Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
•
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
•
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta di tutup kembali selama Perang Dunia II.
•
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.Dr.Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950).
54
•
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
•
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
•
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Pesiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emitan pertama.
•
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 198 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibanding instrumen Pasar Modal.
•
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 1987) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
•
1988 – 1990 : Paket deregulasi di bidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivita bursa terlihat meningkat.
•
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan dan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
55
•
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
•
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
•
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
•
22 Mei 1955 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ diaksanakan dengan system computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
•
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini dimulai Januari 1996.
•
1995 : Bursa Paralel Indonesia meger dengan Bursa Efek Surabaya.
•
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scriples trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
56
•
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
•
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ)
dan
berubah
nama
menjadi
Bursa
Efek
Indonesia(BEI).
Gambar 4.2 Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri keuangan
BAPEPAM
Bursa efek lembaga keuangan & penjamin penyelesaian
Perusahaan f k • • • •
Penjamin emisi efek Perantara pedagan g efek Manajer investasi Penaseha t investasi
Lembaga j • • • •
Biro adm efek Custodian Wali amanat penanggung
Profesi penunjang
lembaga penyimpan dan
pemodal
Emiten •
• • • •
57
Akuntan Konsultan hukum Penilai notaris
• •
Domesti c Asing
•
Perusaha an public reksadan a
Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga masing-masing pihak yang mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling menunjang kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek Indonesia adalah: a. Perusahaan yang go publik (emiten) Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi. b. Perusahaan efek Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer investasi atau penasehat investasi. c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpangan Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yan terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain. d. Perusahaan reksa dana Adalah pihak yang kegiatan umumnya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi). e. Lembaga penunjang
58
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung (gurator) adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji. Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan penting dalam registrasi saham, setelah scripless berperan memelihara investasi hingga memantau perolehan deviden investor, penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua saham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). f. Profesi penunjang Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emitenn. Notaris adalah pejabat yang berwenang membuat akte otentik
59
sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang peraturan jabatan notaris. Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akta pendirian, izin usaha dan lain-lain. g. Pemodal Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan. h. Badan pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Badan pengawas pasar modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan masyarakat.. 2. Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing, settlement dan lembaga-lembaga penyimpanan reksa dana,
60
perusahaan
sekuritas
dan
para
piaang,
berbagai
lembaga
pendukung pasar modal dan para profesional. 3. Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri Keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh bursa efek sendiri, selain itu peraturan dimulai oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten. 5. Perkembangan Usaha Sejak tahun 1995, perkembangan kinerja bursa regional di Asia Pasifik relatif bervariasi. Hal ini terlihat dari pergerakan indeks harga sahamnya. Bursa Efek Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata indeks tahunan sebesar 12,7%. Peningkatan ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan pergerakan indeks bursa regional
lainnya.
Perkembangan
indeks
ini
tetap
menunjukkan
peningkatan yang positif, meskipun beberapa negara Asia seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan termasuk Indonesia mengalami krisis ekonomi pada periode 1997-1999. Dari beberapa indikator lainnya, di tahun 2004 bursa Indonesia juga menunjukkan perkembangan yang meningkat. Hal tersebut terlihat dari perkembangan nilai kapitalisasi pasar yang meningkat 34,01% dan nilai perdagangan yang meningkat 87,80% dibandingkan tahun sebelumnya.
61
Akan tetapi, peranan pasar modal indonesia terhadap perekonomian negara, yang terlihat dari perbandingan nilai kapitalisasi pasar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), masih berada pada posisi yang cukup rendah. Pada tahun 2004, rasio nilai kapitalisasi pasar terhdap PDB di indonesia hanya mencapai 29,5%. Sementara beberapa bursa regional lainnya telah
melampaui 100%. Disisi lain, kondisi ini menunjukkan
masih besarnya potensi perkembangan pasar modal Indonesia. Perkembangan penggalangan dana melalui pasar modal Indonesia sangat terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika krisis ekonomi melanda indonesia pada tahun 1997-1998, jumlah emiten hanya tumbuh sebesar 1% dengan nilai emisi saham tumbuh sebesar 7,15 pada tahun 1998 dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk obligasi, tidak ada emiten yang menerbitkan obligasi sepanjang tahun 1998. setelah mengalami stagnasi pasca krisis ekonomi, pasar saham mulai kembali bergairah sejak tahun 1999. pada tahun 1999 nilai emisi saham melonjak sebesr 172,2% yaitu dari Rp. 75,9 triliun pada tahun 1998 menjadi Rp. 206,7 triliun pada tahun 1999. setelah meningkat secara signifikan pada tahun 1999, selanjutnya memasuki tahun 2000 hingga pertengahan 2005 jumlah emiten saham hanya tumbuh rata-rata 4,5% pertahun, dengan nilai emisi mengalami pertumbuhan rata-rata 3,4% pada periode yang sama. Nilai kapitalisasi pasar pada tahun 2000 hingga 2002 sempat mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi makro yang tidak stabil.
62
Namun demikian, dengan membaiknya kondisi makro ekonomi pada tahun 2003 meberikan pengaruh pada perdagangan di bursa sehingga nilai kapitalisasi pasar kembali tumbuh mencapai Rp.65,81 triliun pada bulan juni 2005. selanjutnya, rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap PDB pada tahun 2004 mencapai 29,5% yang merupakan peningkatan yang cukup sgnifikan dalam lima tahun terakhir setelah masa krisis. Untuk perkembangan emisi saham, terlihat tidak terlalu signifikan, namun transaksi saham di BEJ bergerak cukup aktif. Rata-rata nilai perdagangan pada periode 1999 hingga juni 2005 berada pada kisaran Rp.794,43% miliar per hari dengan volume saham berkisar 1.03 miliar lembar per hari dan frekuensi berksar 16 ribu transaksi per hari. Sepanjang tahun 2006, tercatat 12 perusahaan melakukan initial pubic offering. Namun, pada nilai emisi saham erjadi penurunan sebesar 15% dari Rp. 3,54 triliun di tahun 2005 menjadi Rp. 3,01 triliun di tahun 2006 merupakan tahun pertama bergabungnya Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) dengan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Diharapkan dengan bergabungnya kedua otoritas tersebut menjadi BAPEPAM-LK dapat menciptakan sinergi yang lebih baik lagi antara industri pasar modal dan lembaga keuangan lainnya.
63
B.
Analisis dan Pembahasan Penelitian ini akan menganalisis tentang beberapa faktor internal dan
faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja keuangan bank yang terdaftar di Bursa efek Indonesia pada periode 2004-2007. 1. Analisa Deskriptif a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) diperoleh dari perbandingan modal dengan total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri, semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka akan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya jika terjadi likuidasi bank. Tabel 4.1 berikut ini menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang menjadi sampel dari tahun 2004-2007 :
64
Tabel 4.1 Capital Adequacy Ratio (X1)Tahun 2004-2007 (dalam %) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bank BANK ARTA NIAGA KENCANA BANK ARTAGRAHA INTERNASIONAL BANK CENTRAL ASIA BANK CENTURY BANK DANAMON BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL BANK INTERNASIONAL INDONESIA BANK LIPPO BANK MAYAPADA INTERNASIONAL BANK MEGA BANK NEGARA INDONESIA BANK NIAGA BANK NISP BANK NUSANTARA PARAHYANGAN BANK PERMATA BANK UOB BUANA BANK VICTORIA INTERNASIONAL BANK PAN INDONESIA
2004 20.99 12 23.95 9.44 25.64 14.69 20.24 19.89 14.27 13.52 17.09 10.29 15.11 11.43 11.4 21.83 14.39 37.43
2005 18.57 11.04 21.53 8.07 22.68 11.3 21.74 20.79 14.18 11.12 15.99 17.24 19.71 10.34 9.8 19.92 20.28 28.72
2006 21.71 10.88 22.09 11.45 20.39 9.37 23.3 23.51 13.78 15.73 15.3 16.65 17.07 16.23 13.5 30.36 20.27 29.47
2007 15.39 12.18 19.22 15.66 19.27 11.91 20.21 20.67 28.70 11.84 15.74 15.43 16.15 17.00 13.30 27.24 15.43 21.58
Sumber : IDX Statistics, data : diolah Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Untuk tahun 2004, nilai CAR tertinggi dimiliki oleh Bank Danamon yaitu sebesar 25,64 % dan nilai CAR terendah dimiliki oleh Bank Century yaitu sebesar 9,44 %. Pada tahun 2005, nilai CAR tertinggi dimiliki oleh Bank PAN Indonesia yaitu sebesar 28,72 % dan nilai CAR terendah dimiliki oleh Bank Century yaitu sebesar 8,07 %. Sedangkan pada tahun 2006, nilai CAR tertinggi dimiliki oleh Bank UOB Buana yaitu sebesar 30,36 % dan nilai CAR terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar 9,37%. Dan pada tahun 2007, nilai CAR
65
tertinggi dimiliki oleh Bank Mayapada Internasional yaitu sebesar 28,70 % dan nilai terendah dimiliki oleh Bank Mega yaitu sebesar 11,84%. b. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) diukur dari penjumlahan cadangan aktiva yang diklasifikasikan dibagi dengan jumlah kredit bersih. NPL disebut juga dengan kredit bermasalah yang tentunya harus diminimalisasi serendah mungkin terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Tabel 4.2 berikut ini menunjukkan Non Performing Loan (NPL) yang menjadi sampel dari tahun 2004-2007 : Tabel 4.2 Non Performing Loan Tahun (X2) 2004-2007 (dalam %) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bank BANK ARTA NIAGA KENCANA BANK ARTAGRAHA INTERNASIONAL BANK CENTRAL ASIA BANK CENTURY BANK DANAMON BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL BANK INTERNASIONAL INDONESIA BANK LIPPO BANK MAYAPADA INTERNASIONAL BANK MEGA BANK NEGARA INDONESIA BANK NIAGA BANK NISP BANK NUSANTARA PARAHYANGAN BANK PERMATA BANK UOB BUANA BANK VICTORIA INTERNASIONAL BANK PAN INDONESIA
Sumber : IDX Statistics, data : diolah
66
2004 2.44 2.95 0.58 8.37 2.16 6.1 2.77 2.23 1.9 1.46 1.39 1.89 0.7 0.76 1.6 1.5 7.26 0.65
2005 2.12 3.61 0.8 5.63 1.42 10.54 2.09 0.48 1.32 1.07 8.36 4.29 1.9 0.16 2.6 1.66 6.03 3.15
2006 0.26 4.85 0.27 4.94 1.16 6.19 3.85 0.41 0.21 1.16 6.55 2.51 1.99 2.7 3.3 3.25 3.79 2.6
2007 0.56 2.55 0.15 3.33 1.04 14.36 2.37 0.54 0.14 1.05 4.01 2.3 2.12 1.48 1.5 2.69 2.39 1.76
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Untuk tahun 2004, nilai NPL tertinggi dimiliki oleh Bank Century yaitu sebesar 8,37 % dan nilai NPL terendah dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar 0,58 %. Pada tahun 2005, nilai NPL tertinggi dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar 10,54 % dan nilai terendah dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar 0,8 %. Sedangkan pada tahun 2006, nilai NPL tertinggi dimiliki oleh Bank Negara Indonesia yaitu sebesar 6,55 % dan nilai NPL terendah dimiliki oleh Bank Mayapada Internasional yaitu sebesar 0,21 %. Dan pada tahun 2007, nilai NPL tertinggi dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar 14,36 % dan nilai NPL terendah dmiliki oleh Bank Mayapada Internasional yaitu sebesar 0,14 %. c. Operation Cost Ratio (OCR) Operation Cost Ratio (OCR) diperoleh dari perbandingan beban operasi dengan pendapatan operasi. OCR digunakan untuk mengukur biaya yang dikeluarkan bank untuk melakukan kegiatan operasionalnya tersebut. Tabel 4.3 berikut ini menunjukkan Operation Cost Ratio (OCR) yang menjadi sampel dari tahun 2004-2007 :
67
Tabel 4.3 Operation Cost Ratio (X3) Tahun 2004-2007 (dalam %) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bank BANK ARTA NIAGA KENCANA BANK ARTAGRAHA INTERNASIONAL BANK CENTRAL ASIA BANK CENTURY BANK DANAMON BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL BANK INTERNASIONAL INDONESIA BANK LIPPO BANK MAYAPADA INTERNASIONAL BANK MEGA BANK NEGARA INDONESIA BANK NIAGA BANK NISP BANK NUSANTARA PARAHYANGAN BANK PERMATA BANK UOB BUANA BANK VICTORIA INTERNASIONAL BANK PAN INDONESIA
2004 88 93 64 91 44 71 80 82 81 48 63 79 77 80 83 74 75 57
2005 89 97 65 84 67 94 84 78 93 87 85 82 86 83 88 70 86 80
2006 90 95 66 99 81 78 77 74 73 91 78 83 88 88 83 71 86 73
2007 92 97 66 93 76 94 95 72 88 76 79 83 88 87 77 71 85 69
Sumber : IDX Statistic, data : diolah Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Untuk Tahun 2004, nilai OCR tertinggi dimiliki oleh Bank Artha Graha Internasional yaitu sebesar 93 % dan nilai OCR terendah dimiliki oleh Bank Danamon yaitu sebesar 44 %. Pada Tahun 2005, nilai OCR tertinggi dimiliki oleh Bank Artha Graha Internasional yaitu sebesar 97 % dan nilai OCR terendah dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar 65 %. Pada Tahun 2006, nilai OCR tertinggi dimiliki oleh Bank Century yaitu sebesar 99 % dan nilai OCR terendah dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar 66 %. Dan pada Tahun 2007, nilai OCR tertinggi dimiliki oleh
68
Bank Arta Graha Internasional yaitu sebesar 97 % dan nilai OCR terendah dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar 66 %. d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat diperoleh dengan cara membandingkan rasio total loan dengan total deposit. Tingginya tingkat Loan to Deposit Ratio akan mengurangi dana likuid bank yang berakibat pada penurunan kinerja bank (Rose dan Hudgins, 2005). Tabel 4.4 berikut ini menunjukkan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menjadi sampel dari tahun 2004-2007 : Tabel 4.4 Loan to Deposit Ratio (X4) Tahun 2004-2007 (dalam %) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bank 2004 BANK ARTA NIAGA KENCANA 71.26 BANK ARTAGRAHA INTERNASIONAL 85.12 BANK CENTRAL ASIA 30.6 BANK CENTURY 28.42 BANK DANAMON 72.49 BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL 89.98 BANK INTERNASIONAL INDONESIA 43.62 BANK LIPPO 22.6 BANK MAYAPADA INTERNASIONAL 73.74 BANK MEGA 48.8 BANK NEGARA INDONESIA 55.12 BANK NIAGA 85.37 BANK NISP 77.34 BANK NUSANTARA PARAHYANGAN 52.39 BANK PERMATA 57.2 BANK UOB BUANA 58.55 BANK VICTORIA INTERNASIONAL 54.72 BANK PAN INDONESIA 72.93
Sumber :IDX Statistics, data :diolah
69
2005 74.15 85.4 41.78 23.84 80.82 83.6 55.3 32.36 82.35 51.25 54.24 85.35 77.62 57.03 78.5 79.96 41.2 55.17
2006 42.12 79.52 40.3 21.35 75.51 74.8 57.22 44.87 85.35 42.7 49.02 84.78 82.17 54.83 83.1 83.03 51.94 80.47
2007 59.07 82.22 43.61 38.49 88.05 78.06 76.17 59.75 103.88 46.74 60.56 92.53 89.14 49.39 88 95.23 55.92 92.36
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Untuk tahun 2004, nilai LDR tertinggi dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar 89,98 % dan nilai LDR terendah dimiliki oleh Bank Lippo yaitu sebesar 22,6 %. Pada tahun 2005, nilai LDR tertinggi dimiliki oleh Bank Niaga yaitu sebesar 85,35 % dan nilai LDR terendah dimiliki oleh Bank Century yaitu sebesar 23,84 %. Sedangkan pada tahun 2006, nilai LDR tertinggi dimiliki oleh Bank Mayapada Internasional yaitu sebesar 85,35 % dan nilai LDR terendah dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar 40,3 %. Dan pada tahun 2007, nilai LDR tertinggi dimiliki oleh Bank Mayapada Internasional yaitu sebesar 103,88 % dan nilai LDR terendah dimilki oleh Bank Century yaitu sebesar 38,49 %. e. Size Size digunakan dalam penelitian untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada nasabah. Semakin besar asset dari bank maka akan semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Size dapat diukur dari logaritma asset bank tersebut (Pasiouras, 2008). Tabel 4.5 berikut ini menunjukkan size yang menjadi sampel dari tahun 2004-2007 :
70
Tabel 4.5 Size (X5) Tahun 2004-2007 (dalam jutaan Rp) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bank BANK ARTA NIAGA KENCANA BANK ARTAGRAHA INTERNASIONAL BANK CENTRAL ASIA BANK CENTURY BANK DANAMON BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL BANK INTERNASIONAL INDONESIA BANK LIPPO BANK MAYAPADA INTERNASIONAL BANK MEGA BANK NEGARA INDONESIA BANK NIAGA BANK NISP BANK NUSANTARA PARAHYANGAN BANK PERMATA BANK UOB BUANA BANK VICTORIA INTERNASIONAL BANK PAN INDONESIA
2004 2005 2006 2007 55.920.002 58.927.098 61.208.380 68.029.879 10.677.029 10.837.029 11.050.962 11.286.853 132.882.037 159.022.996 176.183.585 217.180.173 13.019.885 13.377.039 14.547.470 14.509.631 68.389.003 70.287.339 79.598.490 86.617.017 1.298.387 1.308.945 1.339.267 1.349.719 45,338.708 47.930.228 48.253.624 50.611.605 30.099.287 30.833.928 33.357.782 38.541.421 2.992.654 3.188.374 3.699.865 4.478.874 25.765.903 28.756.399 30.972.910 34.907.728 145.930.866 150.878.339 168.103.456 182.007.749 39.898.027 43.879.456 46.452.272 54.766.466 19.187.675 21.185.389 24.205.990 28.969.069 3.098.228 3.189.788 3.351.474 3.772.770 31.876.390 34.767.498 37.772.730 39.183.704 14.908.334 15.930.328 16.856.118 18.260.086 1.879.335 2.095.399 2.897.471 5.183.742 43.895.004 48.930.470 39.098.477 51.192.502
Sumber : IDX Statistics, data : diolah Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Untuk tahun 2004, size tertinggi dimiliki oleh Bank Negara Indonesia yaitu sebesar Rp. 145.930.866 juta dan nilai size terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar Rp. 1.298.387 juta. Pada tahun 2005, nilai size tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar Rp.159.022.996 juta dan nilai size terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar Rp. 1.308.945 juta. Sedangkan pada tahun 2006, nilai size tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar Rp. 176.183.585 juta dan nilai size terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar Rp. 1.339.267 juta. Dan pada tahun 2007, nilai
71
size
tertinggi
dimiliki
oleh
Bank
Central
Asia
yaitu
sebesar
Rp.217.180.173 juta dan nilai size terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar Rp. 1.349.719 juta.
f. Gross Domestic Product (GDP) Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam suatu Negara dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan tabel 4.6 dibawah ini menunjukkan dari Gross Domestic Product yang telah masuk ke dalam sampel penelitian selama periode tahun 2004-2007. Tabel 4.6 Gross Domestic Product(X6)Tahun 2004-2005(dalam jutaan Rp) 2004 2005 2006 2007 Gross Domestic Product 1,656,825,700 1,749,546,900 1,851,545,484 1,973,211,806
Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Jumlah GDP tertinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp.1.973.211.806.000.000 dan jumlah GDP terendah terdapat pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp.1.656.825.700.000.000.
g. Inflasi
72
Tingkat kesehatan Bank juga bergantung pada tingkat inflasi, sehingga diharapkan bahwa tingkat inflasi dapat memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan bank yang akan meningkatkan kinerja bank. Berdasarkan tabel 4.7 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang telah masuk ke dalam sampel penelitian selama periode tahun 20042007. Tabel 4.7 Tingkat Inflasi (X7) Tahun 2004-2007 (dalam %) Tingkat Inflasi
2004 6.4
2005 17.11
2006 13.3
2007 6.59
Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, maka dapat di analisis sebagai berikut : Tingkat inflasi tertinggi terdapat pada tahun 2005 yaitu sebesar 17,11 % dan tingkat inflasi terendah terdapat pada tahun 2004 yaitu sebesar 6,4 %. h. Stock Market Capitalization (SMC) Stock Market Capitalization digunakan untuk mengetahui besarnya saham bank yang diterbitkan di pasar modal. Stock Market Capitalization merupakan jumlah dari nilai saham yang dimiliki oleh bank yang diedarkan ke pasar modal. Berdasarkan tabel 4.8 dibawah ini menunjukkan jumlah SMC yang telah masuk ke dalam sampel penelitian selama periode tahun 2004-2007.
73
Tabel 4.8 Stock Market Capitalization (X8) Tahun 2004-2007 (dalam jutaan Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bank PT.Bank Arta Niaga Kencana Tbk PT.Bank Arta Graha Internasional Tbk PT.Bank Central Asia Tbk PT.Bank Century Tbk PT.Bank Danamon Tbk PT.Bank Eksekutif Internasional Tbk PT.Bank Internasional Indonesia Tbk PT.Bank Lippo Tbk PT.Bank Mayapada Internasional Tbk PT. Bank Mega Tbk PT.Bank Negara Indonesia Tbk PT.Bank Niaga Tbk PT.Bank NISP Tbk PT.Bank Nusantara Parahyangan Tbk PT.Bank Permata Tbk PT.Bank UOB Buana Tbk PT.Bank Victoria Internasional Tbk PT.Bank Pan Indonesia Tbk
2004
2005
2006
2007
145,778
156,123
203,300
201,967
1,496,893 4,536,039 582,125 1,582,453 36,251,367 41,484,563 63,866,462 89,131,143 1,218,157 1,592,654 1,587,608 1,908,532 21,253,106 23,140,199 33,383,859 39,859,825 111,171 8,751,520 2,713,603
60,408
52,894
56,381
7,345,144 11,579,316 13,726,163 5,737,332 6,024,912 8,431,552
153,046 682,781 2,448,732 225,076 1,815,114 2,892,826 3,413,431 5,068,945 22,024,358 16,830,554 24,836,754 29,788,766 3,577,726 4,761,660 10,931,754 11,017,127 3,171,796 3,762,691 4,195,576 5,180,786 109,685 5,749,271 4,074,040
109,685 5,519,300 5,432,151
221,585 6,713,134 6,453,756
473,211 6,822,468 6,784,428
89,851 6,673,982
102,532 1,181,004 351,370 6,673,982 11,647,439 13,569,146
Sumber : IDX Statistics, data : diolah Berdasarkan Tabel 4.8 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Untuk tahun 2004, Jumlah SMC tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar Rp.36.251.367 juta dan jumlah SMC terendah dimiliki oleh Bank Victoria Internasional yaitu sebesar Rp.89.851 juta. Pada tahun 2005, jumlah SMC tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar Rp.41.484.563 juta dan jumlah SMC terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar Rp.60.408 juta. Sedangkan pada
74
tahun 2006, jumlah SMC tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar Rp.63.866.462 juta dan jumlah SMC terendah dimilki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar Rp.52.894 juta. Dan pada tahun 2007, jumlah SMC tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar Rp.89.131.143 juta dan jumlah SMC terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar Rp.56.381 juta. i. Concentration Concentration digunakan untuk bank yang memiliki lima aset terbesar dari seluruh bank yang dijadikan sampel penelitian. Concentration melindungi bank dari persaingan. Concentration mengidentifikasikan aset bank. Concentration diperoleh dari membandingkan jumlah lima bank yang memiliki aset terbesar dengan jumlah seluruh aset seluruh bank yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan Tabel 4.9 dibawah ini menunjukkan concentration yang telah masuk ke dalam sampel penelitian selama periode tahun 20042007. Tabel 4.9 Concentration (X9) Tahun 2004-2007 (dalam %) Concentration
2004 0,32
2005 0,31
2006 0,31
2007 0,33
Sumber : data diolah Berdasarkan Tabel 4.9 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Concentration tertinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,33 %
75
dan concentration terendah terdapat pada tahun 2004 dan 2005 yaitu sebesar 0,31 %. j. Return On Asset (ROA) ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Net Income dibagi Total Assets). Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan asset bank dalam memperoleh keuntungan. Berdasarkan Tabel 4.10 dibawah ini menunjukkan Return On Asset (ROA) yang telah masuk ke dalam sampel penelitian selama periode tahun 2004-2007.
76
Tabel 4.10 Return On Asset (Y) Tahun 2004-2007 (dalam %) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bank BANK ARTA NIAGA KENCANA BANK ARTAGRAHA INTERNASIONAL BANK CENTRAL ASIA BANK CENTURY BANK DANAMON BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL BANK INTERNASIONAL INDONESIA BANK LIPPO BANK MAYAPADA INTERNASIONAL BANK MEGA BANK NEGARA INDONESIA BANK NIAGA BANK NISP BANK NUSANTARA PARAHYANGAN BANK PERMATA BANK UOB BUANA BANK VICTORIA INTERNASIONAL BANK PAN INDONESIA
2004 1.58 0.99 3.21 -0.45 5.94 1.06 2.37 3.33 2.11 2.99 2.41 2.91 2.5 1.98 2.3 2.66 1.54 5.61
2005 1.52 0.34 3.44 0.22 4.26 -4.2 1.72 1.87 0.84 1.25 1.61 2.1 1.52 1.59 1.2 3.13 1.46 2.27
2006 0.1 0.4 3.8 0.38 2.4 -0.96 1.43 1.98 1.55 0.88 1.85 2.27 1.55 1.44 1.2 3.47 1.76 2.78
2007 1.26 0.29 3.34 0.37 3.41 0.13 1.23 2.92 1.46 2.33 0.85 2.22 1.31 1.29 1.90 3.40 1.64 3.14
Sumber : IDX Statistics, data : diolah Berdasarkan Tabel 4.10 diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Untuk tahun 2004, nilai ROA tertinggi dimiliki oleh Bank Danamon yaitu sebesar 5,94 % dan nilai ROA terendah dimiliki oleh Bank Century yaitu sebesar -0,45 %. Pada tahun 2005, nilai ROA tertinggi dimiliki oleh Bank Danamon yaitu sebesar 4,26 % dan nilai ROA terendah dimiliki oleh Bank eksekutif Internasional yaitu sebesar -4,2 %. Sedangkan pada tahun 2006, nilai ROA tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu sebesar 3,8 % dan nilai ROA terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar -0,96 %. Dan pada tahun 2007, nilai ROA tertinggi dimiliki oleh Bank Danamon yaitu sebesar 3,41 % dan
77
nilai ROA terendah dimiliki oleh Bank Eksekutif Internasional yaitu sebesar 0,13 %. 2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan menggunakan analisis grafik, maka diperoleh hasil seperti pada gambar berikut : Gambar 4.3 Data Output Analisis Grafik
Pada prisipnya normalitas data dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
78
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas data (Ghozali, 2005:112). Akan tetapi, karena uji normalitas dengan menggunakan grafik cenderung dapat menyesatkan, oleh karena itu uji grafik diatas dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunnakan oleh penulis adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.11 Data Output Analisis Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N Normal Parametersa
72 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
1.84750 1.371868
Absolute
.096
Positive
.077
Negative
-.096
Kolmogorov-Smirnov Z
.817
Asymp. Sig. (2-tailed)
.517
a. Test distribution is Normal.
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,817 dan signifikan pada 0,517. dikarenakan nilai Asymp.Sig lebih besar dari 0.05 (0,517 > 0.05),
79
maka model regresi memenuhi asumsi normal. Sekali lagi hal ini konsisten dengan uji sebelumnya.
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan ssbagai kondisi linier dengan variabel lain. Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Untuk menguji asumsi multikolinearias dapat menggunak VIF (Variance inflation factor), dimana Gujarati (2003) mengatakan bila nilai VIF > 10 berarti terdapat kolinearitas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Maka regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
80
Tabel 4.12 Data Output Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) CAR
.752
1.330
NPL
.616
1.622
OCR
.521
1.920
LDR
.865
1.156
SIZE
.495
2.020
GDP
.486
2.057
INFLASI
.175
5.713
SMC
.528
1.893
CONC
.139
7.219
a. Dependent Variable: ROA
Dari tabel 4.12 terlihat bahwa hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil tersebut diperkuat dengan tidak ada lagi korelasi antar variabel independen yang memiliki VIF lebih dari sepuluh. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada mutikolinearitas antar variabel independent dalam model regresi. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode pengamatan. Jika
81
terjadi autokorelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi,
autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson yang hanya
digunakan
untuk
autokorelasi
tingkat
satu
(first
order
autocorelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variable independen. Tabel 4.13 Data Output Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R
R Square .845a
.715
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .673
Durbin-Watson
.784368
2.136
a. Predictors: (Constant), CONC, CAR, LDR, NPL, SMC, GDP, OCR, SIZE, INFLASI b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.13 diatas, diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) adalah sebesar 2.136, jika kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikasi 5 %, jumlah sampel 72 (n) dan jumlah variabel independen 9 (k=9), maka di tabel Durbin Watson akan didapat nilai 1.748 dan 4-Du = 2.252. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut berada diantara Du
82
d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual satu pengamatan atau ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskesdatisitas dan jika berbada disebut
heterokedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
homokedastisitas. Gambar 4.4. Data Output Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 4.2 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik secara acak, baik diatas maupun dibawah angka 0.000 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dijadikan sebagai alat untuk memprediksi faktor internal dan faktor eksternal dalam memprediksi kinerja keuangan bank.
83
Dari hasil pengujian asumsi klasik diatas, dengan tidak ditemukannya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa estimator dalam persamaan regresi efisien dan masing-masing estimator satu sama lainnya tidak mempunyai hubungan yang cukup kuat untuk saling mempengaruhi, atau hubungan tersebut acak / random, tidak perpola, sehingga model regresi yang disajikan merupakan model yang layak dijadikan alat untuk memprediksi sampel yang ada.
3. Pengujian Statistik a. Uji Parsial (Uji T) Tabel 4.14 Data Output Uji T Uji Statistik
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 1.093
8.836
CAR
.088
.019
NPL
-.106
OCR
Coefficients t
Beta
Sig. .124
.902
.371
4.745
.000
.035
-.262
-3.036
.003
-.005
.005
-.092
-.979
.332
LDR
.006
.005
.093
1.279
.206
SIZE
.602
.203
.286
2.970
.004
GDP
3.632E-9
.000
.314
3.226
.002
-.054
.048
-.181
-1.117
.269
1.211E-8
.000
.134
1.440
.155
7.025
29.954
.043
.235
.815
INFLASI SMC CONC
84
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error 1.093
8.836
CAR
.088
.019
NPL
-.106
OCR
t
Beta
Sig. .124
.902
.371
4.745
.000
.035
-.262
-3.036
.003
-.005
.005
-.092
-.979
.332
LDR
.006
.005
.093
1.279
.206
SIZE
.602
.203
.286
2.970
.004
GDP
3.632E-9
.000
.314
3.226
.002
-.054
.048
-.181
-1.117
.269
1.211E-8
.000
.134
1.440
.155
7.025
29.954
.043
.235
.815
INFLASI SMC CONC a. Dependent Variable: ROA
dilakukan dengan uji t, karena model regresi yang diuji adalah regresi linier berganda. Digunakan alpha 5 % untuk menerima atau menolak hipotesis. Lebih lanjut untuk mengetahui besar pengaruh masing-masing variabel pada model digunakan parameter koefisien determinasi. Penjelasan dari hasil uji statistik t adalah sebagai berikut : 1. Variabel Capital Adequacy Ratio(CAR) memiliki nilai signifikasi 0,000.
Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel CAR memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel CAR lebih kecil dari nilai alpha 0,05 (0,000<0,05), maka pada hipotesis H1 diterima dan H2 ditolak. 2. Variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai signifikasi 0,003.
Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel NPL memiliki pengaruh negatif
85
yang signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel NPL lebih kecil dari nilai alpha 0,05 (0,003<0,05), maka pada hipotesis H1 diterima dan H2 ditolak. 3. Variabel Operation Cost Ratio (OCR) memiliki nilai signifikasi 0,332.
Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel OCR tidak signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel OCR lebih besar dari nilai alpha 0,05 (0,332>0,05), maka pada hipotesis H1 ditolak dan H2 diterima. 4. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki nilai signifikasi 0,206.
Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel LDR tidak signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel LDR lebih besar dari nilai alpha 0,05 (0,206>0,05), maka pada hipotesis H1 ditolak dan H2 diterima. 5. Variabel Size memiliki nilai signifikasi 0,004. Dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel Size memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel Size lebih kecil dari nilai alpha 0,05 (0,004<0,05), maka pada hipotesis H1 diterima dan H2 ditolak. 6. Variabel Gross Domestic Product(GDP) memiliki nilai signifikasi 0,002.
Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel GDP memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel GDP lebih kecil dari nilai alpha 0,05 (0,002<0,05), maka pada hipotesis H1 diterima dan H2 ditolak.
86
7. Variabel inflasi memiliki nilai signifikasi 0,269. Dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel inflasi tidak signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel inflasi lebih besar dari nilai alpha 0,05 (0,269>0,05), maka pada hipotesis H1 ditolak dan H2 diterima. 8. Variabel Stock Market Capitalization (SMC) memiliki nilai signifikasi
0,155. Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel SMC tidak signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel SMC lebih besar dari nilai alpha 0,05 (0,155>0,05), maka pada hipotesis H1 ditolak dan H2 diterima. 9. Variabel Concentration (CONC) memiliki nilai signifikasi 0,815. Dapat
diambil kesimpulan bahwa variabel CONC tidak signifikan terhadap kinerja bank dikarenakan nilai signifikasi variabel CONC lebih besar dari nilai alpha 0,05 (0,815>0,05), maka pada hipotesis H1 ditolak dan H2 diterima.
c. Uji Simultan (Uji F) Tabel 4.15 Data Output Uji F
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
95.479
9
10.609
Residual
38.144
62
.615
133.624
71
Total
F 17.244
a. Predictors: (Constant), CONC, CAR, LDR, NPL, SMC, GDP, OCR, SIZE, INFLASI
87
Sig. .000a
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
95.479
9
10.609
Residual
38.144
62
.615
133.624
71
Total
F
Sig.
17.244
.000a
a. Predictors: (Constant), CONC, CAR, LDR, NPL, SMC, GDP, OCR, SIZE, INFLASI b. Dependent Variable: ROA
Pada uji ANOVA atau pengujian secara simultan (Uji F) diperoleh Fsign sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05 (0,000 < 0,05). hal ini berarti bahwa secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh variabel CAR, NPL, OCR, LDR, SIZE, GDP, INFLASI, SMC dan CONC terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel CAR, NPL, OCR, LDR, SIZE, GDP, INFLASI, SMC dan CONC terhadap kinerja bank (ROA). b.
Pengujian Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) Tabel 4.16 Data Output Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model 1
R
R Square a
.845
.715
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .673
.784368
a. Predictors: (Constant), CONC, CAR, LDR, NPL, SMC, GDP, OCR, SIZE, INFLASI b. Dependent Variable: ROA
88
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variasi variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang
dibutuhkan
untuk
memperbaiki
variabel-variabel
dependen. (Imam Ghozali, 205:83). Dari tabel 4.16 diatas, diperoleh nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adalah sebesar 0.673 yang berarti sebanyak 67,3% variasi atau perubahan kinerja kinerja bank yang dinyatakan oleh ROA dapat dijelaskan oleh sembilan variabel independen yaitu CAR, NPL, OCR, LDR, SIZE, GDP, INFLASI, SMC dan CONC. Sedangkan sisanya (100 %-67,3% = 32,7 %) dijelaskan oleh sebab lain diluar model. 4.4 Pengujian koefisien regresi linier berganda Dari hasil uji statistik diatas diperoleh persamaan sebagai berikut : 1. Y (ROA)= 1,093 + 0,000 CAR - 0,003 NPL + 0,004 SIZE + 0,002 GDP Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa : a) Konstanta sebesar 1,093 yang menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap nol, maka rata-rata nilai Return On Asset (ROA) kinerja bank sebesar 1,093 kali.
89
b) CAR berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA sebesar
0,000 yang berarti jika CAR mengalami peningkatan sebesar 1 % maka akan terjadi kenaikan ROA sebesar 0,000. Jadi semakin besar CAR maka akan semakin besar pula ROA dari bank tersebut. c) NPL berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA sebesar
0,003 yang berarti jika CAR mengalami peningkatan sebesar 1 % maka akan terjadi penurunan ROA sebesar 0,003. Jadi semakin kecil NPL maka akan semakin besar ROA dari bank tersebut. d) Size berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA sebesar 0,004
yang berarti jika Size mengalami peningkatan sebesar 1 % maka akan terjadi kenaikan ROA sebesar 0,004. Jadi semakin besar Size maka akan semakin besar pula ROA dari bank tersebut. Variabel Size adalah yang memiliki pengaruh yang paling dominan bagi Return On Asset (ROA). artinya variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik atau buruknya kinerja kesehatan bank. Hal ini menunjukkan bahwa secara agregatif kenaikan Size akan menaikkan ROA dari kinerja bank. e) GDP berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA sebesar
0,002 yang berarti jika GDP mengalami peningkatan sebesar 1 % maka akan terjadi kenaikan ROA sebesar 0,002 . Jadi semakin besar GDP maka akan semakin besar pula ROA dari bank tersebut.
90
C.
Interpretasi Dari hasil uji regresi linier berganda maka hasil yang didapat yang paling berpengaruh dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) dari kinerja bank adalah CAR, NPL, Size dan GDP, sedangkan yang tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap ROA dari kinerja bank adalah LDR, OCR, Inflasi, SMC dan Concentration. Namun yang paling dominan terhadap ROA dari kinerja bank adalah Size. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou (2008) yaitu variabel independen (CAR, Size, GDP, Inflasi dan Concentration) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (ROA), dan variabel independen (NPL, LDR, OCR dan SMC) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (ROA). Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan pengujian ini adalah perbedaan waktu penelitian dan sektor yang diteliti sehingga terjadi perbedaaan hasil yang didapatkan. Variabel CAR terbukti berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dahlan Siamat (2004), yaitu penyediaan modal yang cukup memungkinkan bank meneruskan operasinya tanpa terganggu khususnya dalam periode ekonomi yang sulit sampai mencapai tingkat keuntungan yang normal kembali. Dengan demikian fungsi utama modal bank adalah untuk menjaga kepercayaan. Unsur kepercayaan ini merupakan masalah vital dan merupakan suatu resep keberhasilan pengelolaan suatu bank. Hal tersebut juga sesuai
91
dengan penelitian Kosmidou (2008), yaitu kinerja bank dapat diketahui dengan cara mengukur rasio kecukupan modal yang dimiliki oleh bank. Modal memiliki pengaruh positif terhadap profit yang dimiliki, sehingga semakin besar tingkat permodalan bank maka akan meningkat profit bank dan akan mengurangi resiko dari kebangkrutan. Variabel NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemkakan oleh Selamet Riyadi (2006), yakni semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Kosmidou (2008) yang menyatakan bahwa Non Performing Loan secara negatif mempengaruhi
profit bank. Pengaruh
negative dari non performing loan terhadap profit disebabkan karena berkurangnya pendapatan bunga pinjaman oleh para debitur. Variabel Size terbukti berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kosmidou (2008) yang merupakan pembenaran adanya hubungan positif antara Size dengan ROA dari kinerja bank. Karena secara teoritis semakin besar asset dari bank maka akan semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Besar kecilnya size suatu bank dapat menggambarkan aktifitas yang dilakukan bank tersebut, semakin besar size maka semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Size memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja
92
bank karena besarnya aktifitas suatu bank dapat mengidentifikasikan besarnya pengeluaran serta penerimaan yang dialami bank. Pendapatan bank yang lebih besar dibanding pengeluaran akan meningkatkan profit bank sehingga semakin besar pendapatan yang diperoleh bank maka akan meningkatkan profit dari bank tersebut. Variabel GDP juga terbukti berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Kosmidou (2008) yang menyatakan bahwa GDP berpengaruh positif terhadap profit bank karena pertumbuhan Gross Domestic
Product dapat meningkatkan penawaran dan permintaan akan tabungan dan pinjaman pada bank yang dapat meningkatkan kinerja bank.
93
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa dari model regresi berganda yang menggambarkan pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja keuangan bank maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian regresi berganda variabel independen yang terdiri dari CAR, NPL, OCR, LDR, Size, GDP, Inflasi, SMC dan Concentration terhadap variabel dependen yaitu ROA menunjukkan bahwa dari ke sembilan variabel independen yang diteliti, yang terbukti berpengaruh signifikan adalah variabel CAR, NPL, Size dan GDP sebesar 0.000, 0.003, 0.004 dan 0.002 sedangkan variable lain tidak mempunyai pengaruh sama sekali. 2. Hasil pengujian secara simultan (Uji F) menjelaskan bahwa variabel independen yang terdiri dari CAR, NPL, OCR, LDR, Size, GDP, Inflasi, SMC dan Concentration secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja bank (ROA). 3. Hasil uji regresi linier berganda antara variabel independen yaitu CAR, NPL, OCR, LDR, Size, GDP, Inflasi, SMC dan Concentration
94
terhadap variabel dependen yaitu ROA menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0.673 atau 67,3 %. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel ROA dapat dijelaskan oleh variabel independen (CAR, NPL, OCR, LDR, Size, GDP, Inflasi, SMC dan Concentration) sebesar 67,3 % dan sisanya sebesar 32,7 % dijelaskan faktor lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis model regresi dalam penelitian ini. 4. Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja keuangan bank adalah Size (total aset).
B. IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa implikasi, antara lain : 1. Bagi emiten yang bergerak di sektor industri perbankan, sebaiknya meningkatkan nilai CAR, SIZE dan GDP karena besarnya variable ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank yang diukur berdasarkan Return On Asset (ROA). 2. Investor diharapkan memperhatikan faktor-faktor internal dan kondisi makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja bank sebelum melakukan investasinya di bank, karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi tingkat kesehatan pada bank. 3. Bagi penelitian selanjutnya perlu menambahkan variabel-variabel makro atau mengganti dan menambah variabel-variabel internal yang
95
lain yang dimungkinkan relevan dengan kinerja keuangan bank serta menambah periode waktu penelitian. Selain itu, perlu dilakukan pengujian variabel-variabel internal dan makro ekonomi dengan kinerja keuangan bank syariah serta menguji perbedaan antara kinerja keuangan bank syariah dan kinerja keuangan bank non syariah.
96
DAFTAR PUSTAKA Aryati, Titik. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Bank Bermasalah di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 5, No. 2, pp. 137-147, 2002. Ashari dan Budi Santoso, Purboyo, Analisis Statistik dengan Microsoft Excell dan SPSS, Yogyakarta 2005. Bodla, B.S. & Verma, R. Determinants of Profitabilityof Bank in India: A Multivariate Analysis, Journal of Service Research, 6(2) : 75-89, 2007. Demirguc-kunt, A. & Huizinga, A. Determinants of Comercial Margins and Profotability : some International Evidence, “World Bank economy Review”, 13 : 379-408, 1999. Febriyani, Anita dan Zulfadin, Rahadian. “Analisis Kinerja Bank Devisa & Bank Non Devisa di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol VII. No. 4. Universitas Sumatera Utara, 2003. Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang, BP UNDIP 2002. Kasmir, M, Manajemen Perbankan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003. Kosmidou, K. The Determinants of Bank’s Profit in Greece During Period of EU Financial Integration, “Managerial Finance”. 34 (3) : 146-159, 2008. Mankiw. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Yogyakarta, Gaung Persada Press, 2005. Maulidah dan Gunawan Irwan, Makro Ekonomi (Sebuah Pengantar), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004. Murtini Umi dan Dewi Nathalia, Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003. Pasiouras, F. Consolidation in the Greek Banking Industry : Which Bank are Acquired?, “Managerial finance”, 34 (3) : 198-213, 2008. Rinaldy, Eddie, Membaca Neraca Bank, Jakarta, Indonesia Legal Center Publishing, 2008. Rose, P.S & Hudgins, S.C. Bank Management & Financial Services (6st ed.). New York : MC-Graw Hill Education, 2005.
97
Selamet, Riyadi, Banking Assets and Liability Management (Edisi ke-3), Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006. Sharma, M. Problem of NPAs and its Impact on strategic Banking Variables, “Finance India”, 19 (3) : 953-967, 2005. Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan (Edisi keempat), lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Staikouras, P.K ; Staikouras, P.K. & Agoraki, M.K. The Efffecy of Board Size and Composition on Europian Bank Performance, “Europian Journal Law Economics”, 23 : 1-27, 2007. Subanidja, Steph. Struktur Pasar, Karakteristik dan Kinerja Bank Umum di Indonesia, Akuntabilitas Jurnal Ilmiah Akuntansi, Volume 6, No. 1, pp. 14-21, 2006. Suprianto. Perbankan Menguasai Pangsa Pasar Sektor Keuangan Indonesia, Artikel Kompas, 2003. Warjiyo, Perry (editor). Bank Indonesia: Bank Sentral Republik Indonesia, Sebuah Pengantar, Bank Indonesia, 2004. www.Pefindo.co.id www.Google.com www.bapepam.go.id www.idx.co.id www.bi.go.id
98