STUDI MENGENAI KETIDAKCOCOKAN DATA EKSPOR-IMPOR INDONESIA DENGAN NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU
FIRMANUDIN PURNOMO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN FIRMANUDIN PURNOMO (E14051323). Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia Dengan Negara Berkembang Dan Negara Maju. Di bawah bimbingan SUDARSONO SOEDOMO. Perdagangan bilateral merupakan suatu perdagangan antara dua negara dalam bidang-bidang tertentu menggunakan prinsip yang saling menguntungkan, saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Perdagangan bilateral yang diteliti adalah antara Indonesia dengan beberapa mitra dagang negara berkembang dan negara maju. Perdagangan bilateral ini menimbulkan ketidakcocokan data statistik yang dicatat Indonesia sebagai pengekspor dan negara mitra dagang sebagai pengimpor. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengkaji data ekspor-impor produk hasil hutan, membandingkan data tersebut dengan komoditi pertambangan, serta mengetahui ada tidaknya perbedaan catatan data ekspor-impor antara Indonesia dengan negara berkembang dan negara maju. Metode yang digunakan adalah uji t-berpasangan data sekunder ekspor-impor dari masing-masing komoditi dan negara mitra dagang. Data ini diperoleh dengan mengunduh data dari web UNcomtrade. Hasil studi ini menunjukkan bahwa untuk komoditi plywood, Indonesia memiliki catatan ekspor yang sama dan ada pula catatan yang berbeda lebih besar dengan catatan impor negara berkembang. Namun, Indonesia memiliki catatan ekspor yang cenderung berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. Untuk komoditi pulp, Indonesia mempunyai catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih besar dengan catatan impor negara berkembang. Sebaliknya, Indonesia mempunyai catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. Pada komoditi batubara, Indonesia memiliki catatan ekspor cenderung berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara berkembang. Akan tetapi, Indonesia memiliki catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengurangi perbedaan data statistik ekspor-impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang.
Kata kunci : Perdagangan Bilateral, Data Statistik,Uji t-berpasangan, Ekspor, Impor
ABSTRACT
FIRMANUDIN PURNOMO (E14051323). A Study on the Discrepancy of Export-Import Data between Indonesia, Developing Countries and Developed Countries. Under the Supervision of SUDARSONO SOEDOMO. Bilateral trade is a trade between two countries in certain fields based on the principle of mutual benefit and respect to one another. This study is focused on the bilateral trade between Indonesia and several trading partners in developing countries and developed countries. This bilateral trade produces statistical discrepancy recorded by Indonesia as an exporter and trading partners as importing countries. This research was intended to examine the export-import data of forest products, compare the data with that of mining commodities, and determine whether there is a discrepancy of export-import data between the records of Indonesia and those of developing countries and developed countries. The method used was the paired t-test of secondary import-export data of each commodity and trading partner countries. This data was obtained by downloading it from the website of UNcomtrade. The study results indicate that for plywood commodity, Indonesia has some export data similar to the import records in the developing countries and some were differently greater. However, Indonesia has the data of exports tending to be smaller than the import records of developed countries. For pulp commodity, Indonesia has some export data equal to and some different/larger than the import records of developing countries. In contrast, Indonesia has similar export data to the import record of the developed countries and some records are different (smaller) in Indonesia. In the coal commodities, Indonesia has the data of exports tending to be different or smaller than the import record of developing countries. However, Indonesia has export data similar to the import records of the developed countries. Therefore, there should be the effort to reduce the differences in export-import statistics of Indonesia with the trading partners/countries.
Keywords: bilateral trade, statistical data, paired t-test, export, import
STUDI MENGENAI KETIDAKCOCOKAN DATA EKSPOR-IMPOR INDONESIA DENGAN NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU
FIRMANUDIN PURNOMO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah di perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Firmanudin Purnomo NRP E14051323
Judul Skripsi
:
Studi
Mengenai
Ketidakcocokan
Data
Ekspor-Impor
Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju Nama
:
Firmanudin Purnomo
NRP
:
E14051323
Menyetujui, Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS NIP 130 813 798
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP 19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1987 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Suedy Purnomo dan Ruqoyah Lestari. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMUN 97 Jakarta dan di tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006, penulis masuk Program Studi Manajemen Hutan dengan Minor Agronomi dan Hortukultura, Fakultas Kehutanan IPB. Penulis merupakan anggota FMSC (Forest Management Student Club) dan pernah menjadi anggota kepanitiaan dalam beberapa kegiatan di tingkat fakultas ataupun di departemen, seperti kegiatan Masa Pengenalan Fakultas 2007, Temu Manajer (TM) jurusan Manajemen Hutan 2007, pemilihan Ketua Bem-E tahun 2007 dan acara lainnya. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yakni anggota DKM Ibadurrahman pada tahun 2006-2007. Pada tahun 2007, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang-Kamojang dan di tahun 2008 penulis melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Pada tahun 2009 Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang di Perum Perhutani KPH Banyumas Barat, Unit I Jawa Tengah. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ”Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS.
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2010, dengan judul Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak, Ibu, kakak dan keluarga besar tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materiil. 2. Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS. selaku dosen pembimbing atas semua saran, bimbingan, nasehat, meluangkan waktu dengan sabar, dan ilmu yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir.Iin Ichwandi, MSc F.Trop selaku moderator sidang, Ibu Eva Rachmawati selaku dosen penguji dan Bapak Dr.Ir. Hendrayanto selaku dekan Fakultas Kehutanan IPB atas saran dan motivasi serta Bapak Prof. Dr.Ir Hariadi Karodihardjo, MS atas saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Keluarga besar Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB, terutama temanteman MNH 42, atas kebersamaan dan motivasi selama ini. 5. Sahabat seperjuangan, Doris dan Ronal atas motivasi, semangat dan bantuannya selama ini. 6. Fitriyana atas bantuan, semangat dan kebersamaan selama ini. 7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk para pembaca, terutama diri penulis.
Bogor, Agustus 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................. ii DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Tujuan ........................................................................................ 2 1.3. Manfaat ...................................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekspor ........................................................................................ 3 2.1.1. Pengertian Ekspor ................................................................ 3 2.1.2. Prosedur Ekspor ................................................................... 4 2.2. Impor .......................................................................................... 5 2.1.1. Pengertian Impor .................................................................. 5 2.2.2. Prosedur Impor ..................................................................... 6 2.3. Kayu Lapis ................................................................................. 7 2.4. Chemical Pulp Wood ................................................................. 8 2.5. Batu Bara ................................................................................... 9 2.6. Uji t-berpasangan (t-paired test) ................................................ 9 2.7. Administrasi Negara Berkembang dan Negara Maju ................ 10 2.8. Perbedaan Data Statistik ............................................................ 12 BAB III. METODOLOGI 3.1. Waktu Penelitian ........................................................................ 14 3.2. Jenis Data ................................................................................... 14 3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 14 3.4. Asumsi ....................................................................................... 14 3.5. Batasan Penelitian ...................................................................... 14 3.6. Metode Pengolahan Data ........................................................... 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Berkembang ............. 17 4.2. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Maju ......................... 18 4.3. Hasil t-paired test Negara Berkembang ..................................... 19 4.4. Hasil t-paired test Negara Maju ................................................. 20 4.5. Implikasi Perbedaan Data Statistik ............................................ 23 4.6. Upaya untuk Mengurangi Perbedaan Data Statistik .................. 24
iii
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan ................................................................................ 25 5.2. Saran .......................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26 LAMPIRAN ............................................................................................... 28
iv
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara berkembang.. 17 2. Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara berkembang ........ 17 3. Perbedaan statistik perdagangan komoditi coal negara berkembang ........ 18 4. Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara maju ............. 18 5. Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara maju .................... 19 6. Perbedaan statistik perdagangan komoditi coal negara maju .................... 19 7. Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner negara berkembang ................................................................................................ 21 8. Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner negara maju ....... 21
v
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Prosedur ekspor .................................................................................... 4 2. Prosedur impor ..................................................................................... 6 3. Data analisis pada toolbal excel ........................................................... 16 4.
T-test paired two sample for means pada toolbal excel ...................... 16
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Data ekspor-impor Indonesia-Bangladesh ........................................... 27 2. Hasil t-paired test Indonesia-Bangladesh ............................................ 30 3. Data ekspor-impor Indonesia-Filipina ................................................. 31 4. Hasil t-paired test Indonesia-Filipina .................................................. 34 5. Data ekspor-impor Indonesia-India ..................................................... 35 6. Hasil t-paired test Indonesia-India ...................................................... 38 7. Data ekspor-impor Indonesia-Malaysia ............................................... 39 8. Hasil t-paired test Indonesia-Malaysia ................................................ 42 9. Data ekspor-impor Indonesia-Pakistan ................................................ 43 10. Hasil t-paired test Indonesia-Pakistan ................................................. 46 11. Data ekspor-impor Indonesia-Srilanka ................................................ 47 12. Hasil t-paired test Indonesia-Srilanka.................................................. 50 13. Data ekspor-impor Indonesia-Thailand ............................................... 51 14. Hasil t-paired test Indonesia-Thailand ................................................. 54 15. Data ekspor-impor Indonesia-Vietnam ................................................ 55 16. Hasil t-paired test Indonesia-Vietnam ................................................. 58 17. Hasil hipotesis dari t-paired test .......................................................... 59 18. Rekapitulasi total rata-rata tujuan ekspor-impor Indonesia ................. 60
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan ekspor-impor merupakan transaksi perdagangan antar negara yang dilakukan antara pihak eksportir (penjual) dengan pihak importir (pembeli). Transaksi antar kedua pihak tersebut saling terkait untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing, yaitu pihak penjual wajib menyerahkan suatu benda dan berhak atas suatu pembayaran, sedangkan pihak pembeli wajib untuk membayar harga sesuai kesepakatan bersama. Kegiatan ekspor-impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri sehingga satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Kondisi ini disebabkan oleh setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda. Transaksi perdagangan internasional semakin berkembang pesat, dimana para pengusaha dari berbagai negara saling melakukan transaksi perdagangan yang melintasi batas negara. Dalam tiap transaksi internasional selalu terkait lebih dari satu sistem hukum nasional, sehingga transaksi perdagangan yang sama, kemungkinan berlaku hukum yang berbeda-beda (Widjaja dan Yani. 2001). Perdagangan bilateral merupakan suatu perdagangan antara dua negara dalam bidang-bidang tertentu menggunakan prinsip yang saling menguntungkan, saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Dalam penelitian ini, perdagangan bilateral mencakup Indonesia dengan negara mitra dagang dari beberapa negara berkembang dan negara maju. Perdagangan bilateral ini menimbulkan ketidakcocokan data statistik yang dicatat Indonesia sebagai ekspor dan negara mitra dagang sebagai impor. Data statistik ekspor dan impor yang diambil untuk komoditi kehutanan berupa kayu lapis dan salah satu jenis pulp yaitu kayu pulp kimia. Selanjutnya, data tersebut dibandingkan pula dengan data ekspor dan impor komoditi non kehutanan berupa batu bara. Dalam penelitian ini, penulis mengambil contoh data statistik ekspor dan impor dari beberapa negara berkembang, yaitu: Malaysia, Thailand, Bangladesh, India, Vietnam, Filipina, Pakistan dan Srilanka.
2
Selain itu juga, data statistik ekspor dan impor ini dibandingkan pula dengan beberapa negara maju, yaitu: USA, China, Jepang, Australia, Kanada, Italy, Prancis, dan Jerman. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju”. B. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari dan mengkaji data ekspor-impor produk hasil hutan Indonesia dengan negara berkembang dan negara maju 2. Membandingkan data ekspor-impor produk hasil hutan (kayu lapis dan pulp) dengan komoditi pertambangan (batu bara) 3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan catatan ekspor-impor beberapa komoditi Indonesia dengan negara berkembang dan negara maju. C. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan, informasi dan pertimbangan bagi pemerintah agar dapat memberikan pelaporan ekspor-impor Indonesia yang lebih akurat.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekspor 2.1.1. Pengertian Ekspor Pengertian Ekspor menurut Amir (1984) adalah kegiatan mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Tujuan kegiatan ekspor ini adalah meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba), membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik (membuka pasar ekspor), memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity) dan membiasakan diri bersaing pada pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat. Todaro (2000) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari kegiatan ekspor berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut devisa. Devisa merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara sehingga ekspor diartikan
sebagai
kegiatan
perdagangan
yang
memberikan
rangsangan
permintaan dalam negeri. Dari rangsangan ini memunculkan industri-industri pabrik besar bersamaan dengan struktur positif yang stabil dan lembaga sosial yang efisien.
4
2.1.2. Prosedur Ekspor Prosedur ekspor barang dalam perdagangan antar negara dari Indonesia ke negara tujuan ekspor disajikan pada Gambar 1 (Amir 1984)
Importir 2
Buyer
Bank Luar Negeri I
B
LUAR NEGERI
1
DALAM NEGERI
14 13
Eksportir Produsen
Bank Dalam Negeri
12 2
3
Seller
C
H
5 4
A
10
7 6
9
8
Instansi Ekspor
Pelayaran
Asuransi
11
Kedutaan Asing
F
D
E
G
Gambar 1. Prosedur ekspor.
Keterangan : 1. Eksportir menerima Order (pesanan) dari langganan di luar negeri (B-A) 2. Bank memberitahukan telah dibukanya suatu L/C untuk dan atas nama eksportir (H-A) 3. Eksportir menempatkan pesanan kepada Leveransir/ Maker Pemilik Barang/ Produsen (A-C) 4. Eksportir menyelenggarakan pengepakan barang khusus untuk diekspor (sea-worthy packing) (A)
5
5. Eksportir memesan ruangan kapal (Booking) dan mengeluarkan Shipping Order pada maskapai pelayaran (A-D) 6. Eksportir menyelesaikan semua formulir ekspor dengan semua instansi ekspor yang berwenang (A-E) 7. Eksportir menyelenggarakan pemuatan barang ke atas kapal, dengan atau tanpa mempergunakan perusahan ekspedisi (A-D) 8. Eksportir mengurus Bill of Lading dengan maskapai pelayaran (A-D) 9. Eksportir menutup asuransi laut dengan maskapai asuransi (A-F) 10. Menyiapkan faktur dan dokumen-dokumen pengapalan lainnya (A) 11. Mengurus Consular-Invoice dengan Trade Councelor kedutaan negara importir (A-G) 12. Menarik Wesel kepada importir dan menerima hasilnya dari Negotiating Bank (A-H) 13. Negotiating Bank mengirimkan Shipping Document kepada principalsnya di negara importir (H-I) 14. Eksportir mengirimkan Shipping Advice dan Copy Shipping Document kepada importir (A-B) 2.2. Impor 2.2.1. Pengertian Impor Pengertian impor merupakan kegiatan memasukkan barang-barang dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh Indonesia, kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri dan sesuai ketentuan pemerintah ke dalam peredaran masyarakat yang dibayar menggunakan valuta asing. Barang-barang tersebut bersifat komersial maupun bukan komersil. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor, meskipun barang tersebut akan kembali ke luar negeri. Selain itu, impor juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan barang, jasa, teknologi atau ide dari luar negeri ke dalam negeri dengan mengindahkan peraturan yang berlaku. Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional (Amir 1984).
6
2.2.2. Prosedur Impor Prosedur ekspor barang dalam perdagangan antar negara dari Indonesia ke negara tujuan ekspor disajikan pada Gambar 2 (Amir 1984).
Supplier Bank Luar Negeri
3 4
Seller
G
B
LUAR NEGERI
1
DALAM NEGERI
3
Importir Pelayaran
6
Bank Dalam Negeri
2 5
8
Buyer
C
F A
9
10
Pabean
Asuransi
E
D Gambar 2. Prosedur impor.
Keterangan : 1. Importir menempatkan Order (pesanan) ke Eksportir di luar negeri (A-B) 2. Importir membuka Letter of Credit untuk dan atas nama Eksportir di luar negeri melalui Bank di dalam negeri (opening bank) (A-F) 3. Bank
menyelenggarakan
pembukaan
L/C
untuk
eksportir
melalui
Korespondennya di negara eksportir (F-G) 4. Shipping Document diterima oleh bank di dalam negeri dari korespondennya di luar negeri (G-F) 5. Bank di dalam negeri mengakseptir atau menghonorir Wesel yang ditarik oleh eksportir dan yang dikirimkan dengan Shipping Document, dan
7
kemudian menyelesaikan perhitungan tagihannya dengan importir. Setelah itu barulah bank menyerahkan Shipping Document kepada Importir (F-A) 6. Importir menyerahkan Bill of Lading kepada maskapai pelayaran (atau agentnya) yang mengangkut barang-barang itu untuk ditukarkan dengan DO (Delivery Order) (A-C) 7. Importir menyelesaikan bea-bea masuk dengan Pabean (A-D) 8. Importir mengambil barang-barang dari maskapai pelayaran setelah semua formalitas impor dipenuhi (A-C) 9. Importir mengajukan claims (ganti-rugi) kepada eksportir atau kepada maskapai asuransi, dalam hal kedapatan atau kekurangan (A-E & A-B) 10. Melunasi Wesel pada hari jatuh temponya, kalau hal itu belum diselesaikan sebelumnya dengan bank (A-D) 2.3. Kayu Lapis (Plywood) Kayu lapis menurut FAO (1982) merupakan panel kayu yang terdiri dari kumpulan lembaran venir yang diikat secara bersama dengan arah serat dari serat saling bergantian dan saling membentuk sudut. Selanjutnya International Trade Center UNCTAD/GATT (1987) mendefinisikan kayu lapis atau plywood sebagai tiruan yang terbuat dari tiga lembar venir atau lebih yang disusun dengan arah serat saling bersilangan atau membentuk sudut dengan bagian core/tengahnya diberi perekat dan dikempa dibawah tekanan. Biasanya bagian core lebih tebal daripada bagian muka dan belakang yang pada umumnya ditutup dengan venir. Kayu lapis dibedakan menjadi dua berdasarkan lapisan bagian muka (face), yaitu kayu lapis dengan lapisan face yang dilapisi lapisan film/film-face dan kayu lapis yang bagian mukanya menggunakan venir dari kayu yang berserat indah/ decorative plywood. Kayu lapis yang permukaaannya dilapisi dengan lapisan film bertujuan agar terlihat lebih mengkilap. Umumnya kayu lapis jenis ini berfungsi sebagai kayu lapis konstruksi dan banyak digunakan sebagai konstruksi daun pintu dan jendela. Kayu lapis telah menjadi primadona produk industri kayu olahan Indonesia selama beberapa tahun. Hal ini karena kayu lapis merupakan produk antara yang menjadi bahan baku (material) bagi industri dalam negeri, seperti perumahan (properti) baik untuk penggunaan interior maupun eksterior, industri peti kemas
8
dan mebel. Angka ekspor tertinggi yang pernah dicapai Indonesia sebesar 9,7 juta m3 pada tahun 1992. Dengan tingkat volume ekspor tersebut Indonesia dapat digolongkan memiliki peranan dominan dalam pasar kayu lapis tropis dunia. Kurang lebih 80% produksi kayu lapis Indonesia selama ini dijual untuk tujuan ekspor (FAO 2009). 2.4. Kayu Pulp Kimia Kayu pulp kimia adalah salah satu jenis pulp yang terbuat dari bahan baku, dimana dalam produksi bahan bakunya dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Proses ini dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak. Pembuatan pulp dengan proses kimia terdiri dari tiga macam yaitu proses sulfat, soda dan sulfit. Pulp yang dihasilkan dengan proses sulfat mempunyai kekuatan tinggi, pulp berwarna tua, sulit untuk dipucatkan, tak dapat digunakan untuk dissolving pulp, dan rendemen 40% - 52%, penggunaannya antara lain untuk kertas bungkus, kertas cetak dan kertas lainer. Pulp yang dihasilkan dari proses soda mempunyai kekuatan rendah dan rendemen 40% - 42%, penggunaannya antara lain untuk kertas cetak, buku, majalah, kertas penghisap. Bahan baku kayu pulp kimia antara lain kayu dan bahan berserat sisa hasil pertanian seperti merang. Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit mempunyai sifat pulp berwarna terang, mudah dipucatkan, kekuatan sedang, daya membentuk lembaran baik, daya letup tinggi, daya sobek rendah dan rendemen 40% - 52%, penggunaannya antara lain untuk kertas koran, kertas pembungkus dan dissolving pulp. Bahan bakunya hampir semua jenis kayu kecuali kayu berkadar silika dan ekstraktif yang tinggi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1994) Pada perkembangannya, pulp merupakan salah satu komoditi industri hasil hutan yang sangat penting sehingga tidak ada aktivitas kehidupan manusia yang tidak memanfaatkan komoditi ini, mulai dari aktivitas kehidupan rumah tangga, perkantoran, industri, pendidikan, perdagangan dan lain sebagainya. Pasar ekspor pulp Indonesia, yaitu: Jepang, Malaysia, China, Korea Selatan, Filipina, Brunai Darussalam, India, Srilangka Turki, Kuwait, Saudi Arabia, dan banyak negara lainnya. Perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia lebih didominasi oleh tiga negara, yaitu Jepang, China dan Korea Selatan (Ningrum 2006).
9
2.5. Batu Bara World Coal Institute (2005) menyatakan bahwa batu bara mempunyai peran penting dalam membangkitkan tenaga listrik. Saat ini batu bara menjadi bahan bakar pembangkit listrik dunia sekitar 39% dan proporsi ini diharapkan untuk tetap berada pada tingkat ini selama 30 tahun ke depan. Selain itu pasar batu bara yang terbesar terdapat di wilayah Asia, yang saat ini mengkonsumsi 54% dari konsumsi batu bara dunia. Banyak negara yang tidak memiliki sumber daya energi alami yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi. Oleh karena itu mereka harus mengimpor energi untuk memenuhi kebutuhan mereka, antara lain: negara Jepang, Cina Taipei dan Korea, yang mengimpor batu bara ketel uap untuk membangkitkan listrik dan batu bara kokas untuk produksi baja dalam jumlah yang besar. Pada percaturan perdagangan batu bara dunia, Indonesia memiliki peran yang semakin penting dari tahun ke tahun baik sebagai produsen maupun sebagai eksportir. Pada 2007 Indonesia berada di posisi ketujuh terbesar produsen batu bara dunia dan di posisi kedua terbesar sebagai eksportir batubara setelah Australia. Perkembangan produksi batu bara nasional tentunya tidak terlepas dari permintaan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72,11%, dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Kebutuhan batubara dunia saat ini ternyata meningkat sangat cepat, antara lain dipicu oleh booming harga dan semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar negeri yang menggunakan bahan bakar batubara (Miranti 2008). 2.6. Uji t-Berpasangan (T-Paired Test) Uji t-berpasangan (t-paired test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan) atau juga membandingkan rata-rata dari suatu sampel yang berpasangan (paired). Umumnya uji dilakukan untuk membedakan rata-rata nilai akibat diberikan treatment tertentu. Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Dalam hasil uji berpasangan terdapat uji two-tailed (uji dua sisi)
10
yaitu hasil uji dipilih jika kita belum mengetahui kecenderungan hubungan positif atau negatif dari variabel yang kita daftarkan. Sedangkan uji one-tailed (uji satu sisi) ialah hasil uji dipilih jika kita sudah mengetahui setidaknya estimasi adanya kecenderungan arah korelasi positif atau negatif dari dua variabel yang kita daftarkan (Kurniawan 1998) 2.7. Administrasi Negara Berkembang dan Negara Maju Administrasi yang diterapkan di negara berkembang berupa administasi pembangunan. Administrasi pembangunan dapat diartikan sebagai merupakan gabungan dua pengertian, yaitu: (1) Administrasi yang berarti segenap proses penyelenggaraan dari setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu, dan (2) Pembangunan yang merupakan rangkaian usaha perubahan dan pertumbuhan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Secara umum, administrasi pembangunan diartikan sebagai bidang studi yang mempelajari sistem administrasi negara di negara yang sedang membangun dan berupaya untuk meningkatkan kemampuannya (Riggs 1964) Heady (1995) menerangkan bahwa ada lima ciri administrasi publik yang umum digunakan di negara berkembang antara lain : 1) Pola dasar atau administrasi publik di negara berkembang, bersifat elitis, otoriter, menjauh atau jauh dari masyarakat dan lingkungannya, serta paternalistik. 2) Birokrasi di negara berkembang kekurangan sumber daya manusia untuk menyelenggarakan pembangunan. Kekurangan ini bukan dalam arti jumlah tetapi kualitas. Dalam jumlah justru sebaliknya, birokrasi di negara berkembang mengerjakan orang lebih dari yang diperlukan. Sedangkan kekurangannya manajemen
adalah administrator yang
memadai,
yang terlatih, dengan kapasitas
memiliki
keterampilan-keterampilan
pembangunan, dan penguasaan teknis. 3) Birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain daripada mengarah kepada yang benar-benar menghasilkan. Riggs (1964) menyatakannya sebagai preferensi birokrat atas kemanfaatan pribadi ketimbang kepentingan masyarakat. Dari sifat seperti ini lahir nepotisme, penyalahgunaan
11
kewenangan, korupsi, dan berbagai penyakit birokrasi, yang menyebabkan aparat birokrasi di negara berkembang pada umumnya memiliki kredibilitas yang rendah, dan dianggap tidak mengenal etika. 4) Adanya kesenjangan yang lebar antara apa yang dinyatakan atau yang hendak ditampilkan dengan kenyataan. Riggs (1964) menyebutkan fenomena umum ini sebagai formalism adalah gejala yang lebih berpegang kepada wujudwujud dan ekspresi-ekspresi formal dibanding yang sesungguhnya terjadi. Hal ini tercermin dalam penetapan perundang-undangan yang tidak mungkin atau tidak pernah dilaksanakan, peraturan-peraturan yang dilanggar sendiri oleh yang
menetapkan,
memusatkan
kekuasaan
meskipun
resminya
ada
desentralisasi dan pendelegasian kewenangan, melaporkan hal yang baik-baik dan tidak mengetengahkan keadaan yang tidak baik atau masalah yang sesungguhnya dihadapi. 5) Birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat “otonom”, artinya lepas dari proses politik dan pengawasan publik. Administrasi publik di negara berkembang umumnya belum terbiasa bekerja dalam lingkungan publik yang demokratis. Wallis (1989) menambahkan dua karakteristik pada ciri administrasi publik di negara berkembang. Pertama, di banyak negara berkembang birokrasi sangat dan makin bertambah birokratik, departemen-departemen, badan-badan, dan lembaga-lembaga birokrasi. Begitu pula berkembang dan berperan besar badanbadan para statal yakni badan-badan usaha negara, yang umumnya bekerja tidak efisien dan menjadi sumber dana politik atau pusat terjadinya korupsi. Kedua, unsur-unsur nonbirokratik sangat berpengaruh terhadap birokrasi. Misalnya hubungan keluarga dan hubungan-hubungan primordial lain, seperti suku dan agama, dan keterkaitan politik (political connections). Masalah yang serius dihadapi oleh negara-negara berkembang ialah lemahnya kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan. Riggs (1964) menjelaskan bahwa administrasi yang diterapkan di negara maju berbeda dengan negara berkembang. Perbedaan-perbedaan antara keduanya dalam hal administrasi pemerintahan seperti :
12
1. Pada negara maju, pengangkatan dan pemberhentian pegawai didasarkan pada suatu standar tertentu atau dikenal dengan istilah merit system. Sementara pada negara berkembang, pengangkatan dan pemberhentian pegawai terjadi karena birokrasi atau nepotisme. 2. Pada negara maju, berlaku prinsip legal rational impersonal, di mana setiap persoalan diselesaikan dalam kantor/kedinasan serta berdasarkan hukum yang berlaku. Sebaliknya, hubungan satu sama lain dalam pemerintahan di negara berkembang didominasi oleh praktek yang dikenal dengan istilah bureaucratic click dan patron client relationship, yaitu penyelesaian persoalan di dalam dan di luar kantor melalui cara-cara yang tidak legal-formal. 3. Pada negara maju, diferensiasi fungsi dalam administrasi pemerintahan terlihat dengan jelas dan tegas, sementara hal ini tidak terjadi pada administrasi pemerintahan di negara berkembang. 4. Berbagai macam penawaran dan permintaan yang berkaitan dengan urusan administrasi pemerintahan di negara maju dilakukan dalam mekanisme formal market. Tidak demikian halnya pada negara berkembang, semua penawaran dan permintaan terjadi melalui mekanisme informal market. 5. Selain efektif, administrasi pada negara maju juga berjalan efisien. Sementara di negara berkembang, efektivitas dalam hal administrasi tidak diikuti oleh efisiensi. 2.8. Perbedaan Data Statistik Liu et al (2008) menjelaskan bahwa kesenjangan data perdagangan yang terjadi antara China-Hongkong sehingga menimbulkan ketidakseragaman data statistik disebabkan oleh adanya (1) Efek Entrepot China-Hong Kong adalah perdagangan re-ekspor Hong Kong dan tingginya harga tengkulak, (2) Perbedaan standar internasional yang digunakan untuk nilai ekspor dan impor, (3) Efek ariable perdagangan China, (4) Praktik keluar-masuk Sino, dimana modal dalam negeri China digunakan lagi di luar negeri lepas pantai untuk bebas pajak, kemudian kembali ke daratan sebagai investasi asing, (5) Praktek penyelundupan, serta (6) Semua faktor-faktor tambahan yang tidak dapat dijelaskan, seperti kegiatan bongkar-muatan, waktu ekspor dan impor, tidak konsistennya masalah
13
wilayah geografis, kesalahan klasifikasi barang, fluktuasi nilai tukar, dan kelalaian. Perbedaan dapat dikaitkan dengan kontribusi faktor-faktor seperti waktu kelambatan dan penilaian, atau perbedaan konseptual yang lebih kompleks seperti sistem perdagangan, kesenjangan dalam pencatatan dan pelaporan perdagangan. Perbedaan-perbedaan tersebut akan lebih besar di perdagangan re-ekspor. Ini menjelaskan bahwa perbedaan besar statistik perdagangan berasal dari pusat perdagangan utama seperti Hong Kong dan Singapura serta negara mitra dagang. (Anonim 2005) Vincent (2004) menjelaskan dua hal mengenai perbedaan antara impor dan ekspor kayu gergajian dalam perdagangan bilateral negara-negara Eropa, khususnya Rumania. Pertama perbedaan di fisik (volume) adalah meter kubik. Kedua, apakah perbedaan ini mencerminkan aktivitas
ariabl, seperti sengaja
mengurangi pelaporan jumlah ekspor atau impor guna menghindari pajak dan non pajak atau juga untuk menyembunyikan kayu yang ditebang secara illegal. Hal pertama dijelaskan bahwa rata-rata perbedaan volume perdagangan yang dilaporkan antara negara-negara Eropa dan negara mitra dagang secara signifikan berbeda nol selama 1982-1997. Perbedaan ini berlaku untuk negara-negara Eropa baik sebagai
ariable dan eksportir. Perbedaan mencolok antara Rumania dengan
negara-negara Eropa dijelaskan dalam dua kasus yaitu Rumania mengekspor kayu gergajian jenis konifera, di mana impor yang dilaporkan oleh mitra dagang ratarata kurang dari 20% ekspor yang dilaporkan oleh Rumania, dan impor kayu gergajian nonconifera Rumania berada setengah rata-rata dari besarnya ekspor yang dilaporkan oleh mitra dagang. Hal kedua dianalisa berdasarkan perbedaan data statistik perdagangan bilateral yang dikumpulkan di negara-negara Eropa. Analisis tersebut menggunakan model teoritis yang membedakan tiga potensial dan tidak saling eksklusif. Penyebab perbedaan dalam perdagangan antara lain: kesalahan pengukuran, perbedaan
ariab, dan sengaja mengurangi pelaporan
impor atau ekspor untuk menghindari peraturan pemerintah. Dari hasil kombinasi tiga penyebab tersebut sangat sedikit variasi perbedaan di tiap negara dari waktu ke waktu.
14
BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Februari sampai April tahun 2010. 3.2. Jenis Data Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut terdiri dari data nilai ekspor-impor Indonesia dengan negara mitra dagang dari beberapa negara berkembang, antara lain Malaysia, Thailand, Bangladesh, Vietnam, Pakistan, Filipina, Srilangka dan India. Selain itu juga, data diambil dari beberapa negera maju sebagai pembanding, antara lain: USA, China, Jepang, Australia, Kanada, Italy, Prancis, dan Jerman. Nilai ekspor-impor ini diambil mulai periode tahun 1989 sampai 2008. 3.3. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang di unduh dari Uncomtrade dengan alamat website http;//uncomtrade.un.org.. Selain itu untuk melengkapi data yang ada dilakukan juga melalui studi
ariable e, searching di
internet dan lain-lain. 3.4. Asumsi Perbedaan statistik nilai ekspor-impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang tidak melebihi 10% sehingga dapat dinyatakan nilai tersebut sama. 3.5. Batasan penelitian 1. Penelitian ini membahas perbedaan statistik ekspor Indonesia ke negara mitra dagang selama tahun 1989-2008 secara tahunan. 2. Produk dengan harmonized commodity description and coding system yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah HS 4412, HS 470329, dan HS 2701. 3. HS 4412 merupakan kodifikasi untuk plywood, veneered panels and similar laminated wood. HS 470329 merupakan kodifikasi untuk chemical wood
15
pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached. Dan HS 2701 merupakan kodifikasi untuk coal, briquettes, ovoids etc, made from coal. 4. Perbedaan statistik yang diteliti untuk seluruh nilai ekspor-dan impor dalam dolar ($). 3.6. Metode Pengolahan Data Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel. Adapun tahapan dari pengolahan data ini adalah sebagai berikut : 1. Memasukkan seluruh nilai ekspor-impor dari web ke Microsoft Excel. Dengan cara membuat tabel ekspor dan impor untuk masing-masing negara dan komoditinya. 2. Menganalisis data ekspor dan impor tiap negara dan komoditinya dengan membandingkan data ekspor dan impor pada persentase 10%. 3. Menguji data ekspor-impor tiap masing-masing negara dan komoditinya menggunakan uji t-berpasangan (t-paired test) pada toolbar excel. Berikut tahapannya : 1) Klik menu Tool kemudian klik Data Analysis. (Catatan: jika setelah mengklik Tool, ternyata tidak muncul pilihan Data Analysis, berarti menu tersebut belum diaktifkan di program Excel. Untuk mengaktifkannya, klik Tool, kemudian klik Add ins, selanjutnya conteng pada pilihan Analysis Toolpak, setelah itu klik ok. Lalu ulangi tahap 1 ini). 2) Setelah itu muncul tampilan berikut ;
Gambar 3. Data analisis pada toolbal excel
3) Klik t-test: paired two sample for means, kemudian ok.
16
4) Setelah itu muncul tampilan berikut ;
Gambar 4. T-test paired two sample for means pada toolbal excel
5) Pada input range, masukkan range variabel data yang akan diolah. Kemudian masukkan nilai alphanya () dan menempatkan hasil pada halaman yang berbeda dari data dengan mengklik New Worksheet Ply. 6) Setelah itu klik Ok 4. Dari hasil t-test paired diatas diambil kesimpulan hipotesis. X ≤ 10%
: Sama, artinya selisih Ekspor Indonesia dengan Impor negara berkembang/maju sangat kecil.
X ≥ 10% : Berbeda, artinya Ekspor Indonesia dengan Impor negara berkembang/maju sangat besar.
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Berkembang Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia untuk komoditi plywood, yaitu Bangladesh, Filipina, Pakistan, Srilanka, dan Thailand sebesar $167,952; $1,150,676; $47,487; $1,793,825; dan $6,442,966. Sedangkan negara India, Malaysia, dan Vietnam memiliki catatan data impor yang lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $1,837,177; $2,611,371; dan $292,577. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara Thailand yakni sebesar $6,442,966 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Pakistan sebesar $47,487. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara berkembang Partner Trade Bangladesh Filipina India Malaysia Pakistan Srilanka Thailand Vietnam
Rata-rata Ekspor $76,067 $828,675 $2,601,829 $6,462,050 $34,322 $415,820 $6,337,298 $1,569,964
Impor $167,952 $1,150,676 $1,837,177 $2,611,371 $47,487 $1,793,825 $6,442,966 $292,577
Pada komoditi Pulp, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam ialah negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $1,318,625; $1,715,624; $3,807,452; dan $4,978,077. Adapun negara Bangladesh, India, dan Srilanka memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $2,455,182; $27,684,831; dan $299,063. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara India yakni sebesar $27,684,831 dan rata-rata terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar $299,063. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
18
Tabel 2 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara berkembang Partner Trade
Rata-rata Ekspor
Bangladesh Filipina India Malaysia Pakistan Srilanka Thailand Vietnam
Impor
$2,453,898 $6,644,082 $25,328,639 $2,425,687 $878,081 $90,940 $4,462,840 $10,734,040
$2,455,182 $1,318,625 $27,684,831 $1,715,624 $299,063 $3,807,452 $4,978,077
Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara (coal) ialah hanya negara Srilanka sebesar $1,282,421. Untuk ketujuh negara lainnya, yaitu: Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Thailand dan Vietnam memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara India yakni $339,815,594 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar $1,282,421. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 3. Tabel 3
Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara (coal) negara berkembang
Partner Trade
Rata-rata Ekspor
Bangladesh Filipina India Malaysia Pakistan Srilanka Thailand Vietnam
$2,408,666 $126,815,428 $210,980,980 $111,843,188 $65,477,863 $2,999,986 $104,210,667 $14,377,361
Impor $3,841,378 $132,825,627 $339,815,594 $150,324,158 $128,347,655 $1,282,421 $158,646,289 $18,586,413
4.2. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Maju Pada komoditi plywood, semua negara maju memiliki catatan impor yang lebih besar daripada catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor tertinggi sebesar $1,062,165,852 dan Italy memiliki rata-rata impor terendah dibandingkan negara lainnya sebesar $8,356,139. Hasil pengolahan data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.
19
Tabel 4 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara maju Partner Trade
Rata-rata Ekspor
Australia Canada China Francis Germany Italy Jepang USA
Impor
$16,349,334 $7,576,813 $184,958,586 $12,457,647 $37,675,734 $7,027,160 $903,105,278 $244,927,451
$18,592,858 $19,459,599 $272,037,289 $26,605,399 $56,047,657 $8,356,139 $1,062,165,852 $306,008,626
Pada komoditi pulp, negara Italy dan USA yang memiliki catatan impor yang lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia, yaitu sebesar $36,897,771 dan $7,831,385. Namun kelima negara maju lainnya, yakni Australia, China, Francis, Germany dan Jepang memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Negara China memiliki rata-rata impor terbesar yakni $351,468,359 dan negara USA memiliki rata-rata impor terkecil yakni $7,831,385. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara maju Partner Trade Australia China Francis Germany Italy Jepang USA
Rata-rata Ekspor $8,573,975 $279,824,932 $14,379,660 $5,078,619 $37,505,078 $41,623,968 $8,035,338
Impor $10,204,291 $351,468,359 $27,075,749 $13,019,256 $36,897,771 $48,700,436 $7,831,385
Negara maju yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara (coal) hanya negara China sebesar $280,459,219. Untuk keenam negara lainnya, yaitu Australia, Francis, Germany, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor terbesar sebesar $763,780,962 dan negara Australia memiliki rata-rata impor terkecil sebesar $2,579,054. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 6.
20
Tabel 6 Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara (coal) negara maju Partner Trade Australia China Francis Germany Italy Jepang USA
Rata-rata Ekspor
Impor
$439,753 $327,906,310 $8,466,238 $5,260,162 $145,799,650 $621,742,031 $56,795,470
$2,579,054 $280,459,219 $16,449,152 $25,166,829 $292,261,534 $763,780,962 $72,692,700
4.3. Hasil t-Paired Test Negara Berkembang Hasil pengolahan menggunakan t-paired test pada Microsoft excel dapat diperoleh bahwa pada komoditi plywood dan pulp, catatan ekspor Indonesia dengan catatan impor negara mitra dagang di negara berkembang memiliki catatan yang sama dan ada pula catatan yang beda. Namun untuk komoditi batubara (coal), catatan ekspor Indonesia dengan impor negara mitra dagang cenderung berbeda. Hasil pengolahan selengkapnya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner beberapa negara berkembang No 1 2 3 4 5 6 7 8
Partner Bangladesh Filipina India Malaysia Pakistan Srilanka Thailand Vietnam
Hasil t-Paired Test Plywood Pulp Sama Sama Beda Sama Beda Sama Beda Sama Sama Beda Sama Beda Sama Beda Beda
Coal Sama Sama Beda Beda Beda Beda Beda Beda
Untuk komoditi plywood, ada empat negara mitra dagang yang catatan impornya berbeda dengan catatan ekspor Indonesia. Negara tersebut antara lain India, Malaysia, Srilanka dan Vietnam. Empat negara lainnya, yakni Bangladesh, Filipina, Pakistan dan Thailand memiliki catatan impor yang sama dengan Indonesia.
21
Negara berkembang yang memiliki data perdagangan berbeda dengan Indonesia untuk komoditi Pulp adalah Filipina, Thailand, dan Vietnam. Adapun empat negara lainnya, yakni Bangladesh, India, Malaysia dan Srilanka memiliki data perdagangan yang sama dengan Indonesia. Namun, data perdagangan antara Indonesia dengan Pakistan tidak dilakukan t-paired test karena tidak ada catatan impor dari negara Pakistan. Lain halnya dengan dua komoditi kehutanan tersebut, untuk komoditi Batubara hanya dua negara mitra dagang yang memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia, yakni Bangladesh dan Filipina. Keenam negara mitra dagang lainnya memiliki data perdagangan yang berbeda dengan Indonesia. 4.4. Hasil t-Paired Test Negara Maju Berdasarkan metode pengolahan data yang sama diperoleh bahwa hasil tpaired test untuk negara maju sedikit berbeda. Hasil ini disebabkan oleh data perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang pada komoditi plywood cenderung berbeda. Namun untuk komoditi pulp dan batubara, data perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang memiliki catatan yang sama dan ada pula yang berbeda. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner beberapa negara maju No 1 2 3 4 5 6 7 8
Partner Australia Canada China Francis Germany Italy Jepang USA
Plywood Beda Beda Beda Beda Beda Sama Beda Beda
Hasil t-Paired Test Pulp Sama Beda Beda Beda Sama Sama Sama
Coal Sama Sama Beda Beda Beda Sama Beda
Pada plywood, Italy memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia karena catatan antara impor Italy dengan ekspor Indonesia tidak melebihi perbedaan 10%. Sedangkan ketujuh negara, yakni Australia, Canada, China, Francis, Germany, Jepang dan USA memiliki data perdagangan yang beda dengan Indonesia.
22
Negara maju yang memiliki catatan impor berbeda dengan Indonesia untuk komoditi pulp adalah China, Francis, Germany. Adapun empat negara yakni Australia, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan yang sama dengan Indonesia. Namun, data perdagangan antara Indonesia dengan Canada tidak dilakukan tpaired test karena tidak ada catatan impor dari negara Canada. Lain halnya dengan dua komoditi tersebut, untuk komoditi Batubara terdapat tiga negara mitra dagang yang memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia, yakni Australia, China, dan Jepang. Keempat negara lainnya, yaitu Francis, Germany, Italy dan USA memiliki catatan yang berbeda dengan Indonesia. Hal ini berarti perbedaan catatan negara mitra dagang tersebut melebihi 10%. Ekspor-impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang baik itu negara berkembang maupun negara maju pada komoditi kehutanan dan non kehutanan terdapat catatan yang sama atau tidak melebihi 10% dan ada pula yang beda atau melebihi 10%. Selain itu, jika dilihat catatan ekspor Indonesia dengan impor negara mitra dagang per komoditi dalam jangka waktu 20 tahun, maka tidak semua data perdagangan (trade value) tercatat secara lengkap. Ada yang melaporkan hanya 10 tahun, 15 tahun atau bahkan ada yang sama sekali tidak melaporkan data ekspor atau impornya. Pada komoditi plywood dan pulp di negara berkembang terdapat masingmasing empat negara mitra dagang yang data impornya sama dengan data ekspor Indonesia. Namun, untuk komoditi pertambangan terdapat enam dari delapan negara mitra, kecuali negara Bangladesh dan Filipina, yang memberikan data impor berbeda dengan data ekspor Indonesia. Di sektor kehutanan, data ekspor Indonesia tercatat lebih besar daripada data impor negara berkembang. Namun sebaliknya, ekspor Indonesia tercatat lebih kecil daripada nilai impor negara maju. Di sektor non kehutanan (pertambangan), data ekspor Indonesia tercatat lebih kecil daripada data impor negara berkembang dan negara maju. Perbedaan data ekspor-impor dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain waktu, biaya pengapalan dan asuransi, klasifikasi barang yang diartikan sebagai ketika transaksi dilaporkan oleh kedua belah pihak sama nilainya, tetapi kadangkadang barang diklasifikasikan berbeda antara klasifikasi eksportir dan importir., kegiatan re-ekspor, atau faktor lain yang dinilai negatif seperti partner country
23
attribution dan perlakuan dari proses perdagangan yaitu asal dari impor untuk country of origin dan ekspor untuk negara tujuan sering menjelaskan perbedaan yang signifikan ketika barang pindah dari country of origin ke negara tujuan melalui lokasi ketiga dalam statistik perdagangan internasional; miss invoicing yaitu nilai suatu barang dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai sesungguhnya, transfer pricing yaitu melakukan miss invoice yang ada hubungannya
dengan
rekanan
usaha
di
negara
lain,
serta
smuggling
(penyelundupan) yaitu transaksi tidak dicatat sama sekali sehingga nilainya nol (Ferrantino dan Zhi, 2007). Dari faktor tersebut, maka faktor yang dinilai negatif berpotensi menimbulkan perbedaan data ekspor dan impor lebih besar dibanding faktor-faktor lainnya. Selain faktor-faktor tersebut, perbedaan data ekspor-impor dapat disebabkan oleh variasi sistem pengumpulan dan pelaporan data yang diterapkan lembaga bea di negara berkembang yang masih menggunakan dokumen ekspor dan impor yang harus diisi secara manual, sehingga jenis informasi yang dikumpulkan tidak selalu sama. Namun di negara maju, sistem ini sudah menggunakan teknologi canggih, yaitu pencatatan semua transaksi ekspor dan impor dicatat dan dilacak dengan jaringan elektronik. Secara umum kegiatan ekspor-impor di negara berkembang didasari oleh basis perekonomian dan perdagangan international sesuai dengan sumber daya yang tersedia, sistem perekonomian, lembaga-lembaga sosial, serta kapasitas pertumbuhan dan pembangunannya. Selain itu, dilihat dari posisi perdagangan, negara-negara berkembang masih bergantung pada hasil penjualan produknya ke negara-negara maju, sehingga peranan mereka dalam perdagangan dunia masih kurang. Oleh karena itulah, negara-negara berkembang berupaya lebih banyak berperan serta dalam sistem perdagangan internasional dan berusaha memperkuat kapasitas mereka untuk berpartisipasi guna pertumbuhan ekonomi di masa depan. 4.5. Implikasi Perbedaan Data Statistik Telapak/EIA dalam Santi (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai korupsi akan berjalan searah dengan semakin tingginya discrepancy statistic. Hal tersebut mencerminkan bahwa negara yang level korupsinya tinggi merupakan negara yang memiliki sistem yang lemah dengan penegakan hukum rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka eksportir mempunyai kecenderungan untuk
24
melakukan kegitan illegal, jika dia merasa aman untuk melakukannya. Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang memiliki level korupsi yang tinggi dengan penegakan
hukum
rendah.
Dalam
kehidupan
perekonomian
di
negara
berkembang, penegakan hukum yang rendah telah menciptakan suatu kelompok bisnis-politis yang dapat bertahan hanya karena para anggotanya mendapat lisensi khusus dan hak-hak istimewa. Perbedaan data statistik ini dapat menimbulkan kerugian bagi Indonesia seperti berkurangnya devisa negara dan hilangnya pajak, dimana keduanya merupakan sumber pendapatan negara. Selain itu, perbedaan data ekspor-impor ini bisa jadi mengindikasikan bahwa ada yang tidak beres dalam tata perekonomian Indonesia. 4.6. Upaya untuk Mengurangi Perbedaan Data Statistik. Upaya untuk mengurangi perbedaan data statistik dapat dilakukan dengan cara menerapkan prinsip penting pemerintahan baik (good governance) yakni akuntabilitas dan transparansi. Prinsip ini diartikan sebagai pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai pertanggungjawaban sehingga tersedianya informasi yang memadai kepada masyarakat terhadap proses tersebut, serta didukung dengan hukum dan kebijakan politik transparan dan adil. Begitu pula pelaksanaan birokrasi seperti mengurus administrasi ekspor-impor, yang harus dibenahi dengan cara melakukan transformasi diri dari birokrasi yang kinerjanya kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan responsif. Upaya lainnya dapat dilakukan dengan menerapkan pencatatan data eksporimpor secara online di negara eksportir dan importir sehingga keseluruhan sistem terkoneksi. Dari upaya tersebut, negara eksportir dan importir dapat melaporkan data ekspor-impor secara detail dan akurat. Pihak-pihak seperti BPS, departemen perdagangan, perpajakan, bea dan cukai, perbankan maupun pihak organisasi international PBB perlu melakukan kerjasama yang baik. Selain itu juga, pemerintahan Indonesia perlu memperbaiki tata perekonomian dan menjalankan sistem pengawasan terhadap kegiatan keluar-masuk barang ekspor-impor dari negara-negara mitra dagang, serta perlu menerapkan sistem yang baku dalam pencatatan data ekspor maupun impor sehingga tidak mudah mengalami perubahan.
25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Untuk komoditi plywood, Indonesia memiliki catatan ekspor yang sama dan ada pula catatan yang berbeda lebih besar dengan catatan impor negara berkembang. Namun, Indonesia memiliki catatan ekspor yang cenderung berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. 2. Untuk komoditi pulp, Indonesia mempunyai catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih besar dengan catatan impor negara berkembang. Sebaliknya, Indonesia mempunyai catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. 3. Pada komoditi batubara, Indonesia memiliki catatan ekspor cenderung berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara berkembang. Akan tetapi, Indonesia memiliki catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. 4. Terdapat perbedaan catatan ekspor beberapa komoditi Indonesia dengan catatan impor negara berkembang dan negara maju.
5.2. Saran 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai studi data ekspor-impor untuk komoditi kehutanan dan non kehutanan lainnya dengan negara yang berbeda sehingga didapat gambaran yang lebih luas mengenai perbedaan data ekspor-impor. 2. Untuk memberikan data ekspor dan impor yang lebih akurat, instansi terkait, antara lain: Departemen Perdagangan, Bea dan Cukai, BPS, Perpajakan dan Perbankan perlu saling bekerjasama misalnya dengan menerapkan pencatatan data ekspor-impor secara online sehingga keseluruhan sistem terkoneksi.
26
DAFTAR PUSTAKA Amir. 1984. Seluk-beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri : Suatu Penuntun Impor dan Ekspor. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo [Anonim]. 2005. Discrepancies In Bilateral Trade Statistics : The Case of Hongkong And Singapore. Singapore: Department of Statistics Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1994. Ensiklopedi Kehutanan Bagian I. Departemen Kehutanan Jakarta. 90 p [BPS] Biro Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia. Jakarta: Berita Resmi Statistik No. 19/04/Th. 2 XII [FAO] Food Agriculture Organization. 1982. Classification and Definition of Forest Product. Rome. Italy. 246 p [FAO] Food Agriculture Organization. 2009. Database FAOSTAT. Website: www.FAOSTAT/FAO.ORG. Diakses tanggal 1 Juli 2009 dalam Dwiprabowo. Analisis Daya Saing Ekspor Panel-panel Kayu Indonesia dan Malaysia. Bogor : Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan Ferrantino MJ, and Zhi W. 2007. Accounting For Discrepancies In Bilateral Trade: The Case Of China, Hongkong, And The United States. Office of Economics Working Paper. US international trade commission. Heady Fl. 1995. Public Administration : A Comparative Perspective. 5th, ed. New York: Marcel Dekker. Hutabarat MP, dan Setiastuti, S. Analisis Discrepancy Statistik Sebagai Proxy Perdagangan Illegal Pada Ekspor Rotan di Indonesia Tahun 1998-2006. Parallel Session IB : Trade I (Policy). 12 September 2007. [International Trade Center UNCTAD/GATT]. 1987. Market Study : Wood-Based Panel. A Study of Major ITC (International Trade Center). Geneva 380 p Kartasasmita G. 1997. Adminisrasi Pembangunan : Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di Indonesia. Jakarta : Pustaka LP3ES. Kurniawan D, 1998. Uji T-berpasangan dalam Development Core Team. A language and environment for statistical computing. R Foundation for Statistical Computing,Vienna, Austria. Kurniawan T. 2007. Pergeseran Paradigma Administrasi Publik: Dari Perilaku Model Klasik dan NPM ke Good Governace. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol 7, hal 52-70.
27
Liu Y, Kemper MM dan Magrath, P. 2008. China’s Global Trade Balance Discrepancy : Hongkong Entrepot Effect and Roundtripping. George Town Economic Services, LLC. Miranti E. 2008. Prospek Industri Batubara di Indonesia. Jakarta: Economic Review No.214 Ningrum W P A. 2006. Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Panglaykim J. 1983. Perusahaan Multinasional dalam Bisnis Internasional. Jakarta: Yayasan Proklamasi Centre for Strategic and International Studies. Riggs F W. 1964. Administration in Developing Countries: The Theory of Prismatic Society. Boston: Houghton Mifflin Company. Setiastuti S. 2007. Analisis Discrepancy Statistik Sebagai Proxy Perdagangan Ilegal Rotan di Indonesia Tahun 1998-2006 [disertasi]. Jakarta : Program Pascasarjana, Universitas Indonesia Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya : Pengantar Teknologi Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Yogyakarta : UGM Press Todaro P M. 1985. Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang: Suatu Pengantar Mengenai Dasar-dasar, Masalah-masalah dan Kebijaksanaan Dalam Pembangunan. Buku II. Jakarta : Akademika Pressindo. __________. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga jilid 2. Jakarta : Erlangga Vincent J R. 2004. Detecting Illegal Trade Practices by Analyzing Discrepancies in Forest Product trade Statistics : An Application to Europe. With a Focus On Romania. World Bank Policy Research Working Paper 3261. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=610302 [26 Juni 2010] Wallis M. 1989. Bureaucracy: Its Role in Third World Development. London: Macmillan. Widjaja G dan Yani A, 2001. Seri Hukum Bisnis Transaksi Bisnis Internasional. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Wiranta S. 2001. Kinerja Ekspor Barang Industri Berbasiskan Sumber Daya Alam. Pusat penelitian dan pengembangan ekonomi dan pembangunan (PEP-LIPI). Jakarta. World Coal Institute. 2005. Sumber Daya Batu Bara: Tinjauan Lengkap Mengenai Batu Bara.
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Data ekspor-impor Indonesia- Bangladesh 1a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1990
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1989
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
1991
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1990
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
1992
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1991
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
1993
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1992
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
1994
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1993
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
1995
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1994
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
1996
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1995
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
1997
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1996
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$10,200
1998
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1997
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$52,432
1999
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
1998
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$198,126
2000
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
$342,986
1999
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$167,266
2001
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
$17,325
2000
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$11,373
2002
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
$100,337
2001
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$12,939
2003
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
$141,403
2002
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$95,116
2004
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
$57,859
2003
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$136,764
2005
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
$51,598
2004
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$25,404
2006
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
$2,620
2005
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$52,744
2007
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
2006
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
2008
Import
Bangladesh
Indonesia
4412
2007
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
2008
Export
Indonesia
Bangladesh
4412
$213,832
$30,700
$464,156
30
1b. Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
Bangladesh
1990
Export
Indonesia
Bangladesh
1991
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$534,024
1992
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$141,152
1993
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$259,199
1994
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$172,869
1995
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$294,419
1996
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$312,300
1997
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$2,854,466
1998
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$1,085,790
1999
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$796,446
2000
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$704,028
2001
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$785,096
2002
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$1,839,502
2003
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$3,255,682
2004
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$1,810,452
2005
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$2,164,131
2006
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$8,918,233
2007
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$8,340,286
2008
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$17,611,280
2009
Export
Indonesia
Bangladesh
470329
$15,237,619
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
1990
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$198,406
1991
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$445,914
1992
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$148,917
1993
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$1,245,299
1994
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
1995
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
1996
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
1997
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
1998
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
1999
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
2000
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$358,534
2001
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$1,154,200
2002
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$1,428,168
2003
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$2,380,313
2004
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$3,996,757
2005
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$4,202,863
2006
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$7,431,525
2007
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$8,436,690
2008
Import
Bangladesh
Indonesia
470329
$428,886 $259,297
31
c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$1,662,287
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$8,061,000
1990
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$19,272,068
1990
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$6,833,803
1991
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$4,999,607
1991
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$2,520,370
1992
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$3,469,964
1992
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$607,884
1993
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$911,510
1993
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$221,000
1994
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
1994
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
1995
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
1995
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$693,000
1996
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
1996
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$450,475
1997
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$806,761
1997
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$413,560
1998
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$866,597
1998
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
1999
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
1999
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$135,604
2000
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$2,179,503
2000
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$1,547,187
2001
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$645,898
2001
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
$883,852
2002
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$395,748
2002
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
2003
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
$624,801
2003
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
2004
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
2004
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
2005
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
2005
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
2006
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
2006
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
2007
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
2007
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
2008
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
2008
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
2009
Import
Bangladesh
Indonesia
2701
2009
Export
Indonesia
Bangladesh
2701
Trade Value
$589,335
$621,731
32
Lampiran 2. Hasil t-paired test Indonesia-Bangladesh a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
76066.57143
167952
Variance
5037758268
28666260582
7
7
Observations Pearson Correlation
0.551034309
Hypothesized Mean Difference
0
Df
6
t Stat
-1.69957602
P(T<=t) one-tail
0.070060823
t Critical one-tail
1.439755747
P(T<=t) two-tail
0.140121645
t Critical two-tail
1.943180274
b. Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
2453897.692
2455181.769
Variance
8.53981E+12
7.73914E+12
13
13
Observations Pearson Correlation
0.898294917
Hypothesized Mean Difference
0
Df
12
t Stat
-0.003579063
P(T<=t) one-tail
0.498601569
t Critical one-tail
1.356217334
P(T<=t) two-tail
0.997203139
t Critical two-tail
1.782287548
c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
2408665.667
3841377.667
Variance
8.74119E+12
3.56808E+13
9
9
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df
0.576034261 0 8
t Stat
-0.87596925
P(T<=t) one-tail
0.203289407
t Critical one-tail
1.39681531
P(T<=t) two-tail
0.406578814
t Critical two-tail
1.859548033
33
Lampiran 3. Data ekspor-impor Indonesia-Filipina 3a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
$122,000
1989
Import
Thailand
Indonesia
4412
4412
$368,917
1990
Import
Thailand
Indonesia
4412
4412
$125,554
1991
Import
Thailand
Indonesia
4412
1992
Import
Thailand
Indonesia
4412
$9,750
1993
Import
Thailand
Indonesia
4412
4412
$644,232
1994
Import
Thailand
Indonesia
4412
4412
$384,379
1995
Import
Thailand
Indonesia
4412
Thailand
4412
$1,074,341
1996
Import
Thailand
Indonesia
4412
$1,477,872
Indonesia
Thailand
4412
$1,019,361
1997
Import
Thailand
Indonesia
4412
$815,529
Export
Indonesia
Thailand
4412
$600,847
1998
Import
Thailand
Indonesia
4412
$806,790
Export
Indonesia
Thailand
4412
$640,643
1999
Import
Thailand
Indonesia
4412
$990,268
2000
Export
Indonesia
Thailand
4412
2000
Import
Thailand
Indonesia
4412
$39,937
2001
Export
Indonesia
Thailand
4412
$1,029,408
2001
Import
Thailand
Indonesia
4412
$657,037
2002
Export
Indonesia
Thailand
4412
$2,546,631
2002
Import
Thailand
Indonesia
4412
$4,782,412
2003
Export
Indonesia
Thailand
4412
$1,626,888
2003
Import
Thailand
Indonesia
4412
$2,705,689
2004
Export
Indonesia
Thailand
4412
$31,141
2004
Import
Thailand
Indonesia
4412
2005
Export
Indonesia
Thailand
4412
$32,905
2005
Import
Thailand
Indonesia
4412
2006
Export
Indonesia
Thailand
4412
$9,280
2006
Import
Thailand
Indonesia
4412
$39,971
2007
Export
Indonesia
Thailand
4412
$292,955
2007
Import
Thailand
Indonesia
4412
$134,885
2008
Export
Indonesia
Thailand
4412
$242,171
2008
Import
Thailand
Indonesia
4412
$211,846
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
Thailand
4412
1990
Export
Indonesia
Thailand
1991
Export
Indonesia
Thailand
1992
Export
Indonesia
Thailand
4412
1993
Export
Indonesia
Thailand
4412
1994
Export
Indonesia
Thailand
1995
Export
Indonesia
Thailand
1996
Export
Indonesia
1997
Export
1998 1999
Trade Value
$35,138
34
3b. Chem wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Import
Philippines
Indonesia
470329
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Export
Indonesia
Philippines
470329
1990
Import
Philippines
Indonesia
470329
Import
Philippines
Indonesia
470329
1990
Export
Indonesia
Philippines
470329
1991
1991
Export
Indonesia
Philippines
470329
1992
Import
Philippines
Indonesia
470329
1992
Export
Indonesia
Philippines
470329
$558,711
1993
Import
Philippines
Indonesia
470329
1993
Export
Indonesia
Philippines
470329
$2,252,128
1994
Import
Philippines
Indonesia
470329
Import
Philippines
Indonesia
470329
Trade Value
1994
Export
Indonesia
Philippines
470329
$3,735,719
1995
1995
Export
Indonesia
Philippines
470329
$5,956,912
1996
Import
Philippines
Indonesia
470329
$384,198
1996
Export
Indonesia
Philippines
470329
$18,282,456
1997
Import
Philippines
Indonesia
470329
$2,594,697
1997
Export
Indonesia
Philippines
470329
$17,674,330
1998
Import
Philippines
Indonesia
470329
Import
Philippines
Indonesia
470329
1998
Export
Indonesia
Philippines
470329
$10,475,727
1999
1999
Export
Indonesia
Philippines
470329
$5,396,649
2000
Import
Philippines
Indonesia
470329
2000
Export
Indonesia
Philippines
470329
$658,125
2001
Import
Philippines
Indonesia
470329
2001
Export
Indonesia
Philippines
470329
$1,001,611
2002
Import
Philippines
Indonesia
470329
Import
Philippines
Indonesia
470329
$316,085
2002
Export
Indonesia
Philippines
470329
$1,178,325
2003
2003
Export
Indonesia
Philippines
470329
$2,466,045
2004
Import
Philippines
Indonesia
470329
$334,839
2004
Export
Indonesia
Philippines
470329
$2,910,847
2005
Import
Philippines
Indonesia
470329
$2,809,000
2005
Export
Indonesia
Philippines
470329
$5,467,523
2006
Import
Philippines
Indonesia
470329
$2,139,915
Import
Philippines
Indonesia
470329
$927,675
Import
Philippines
Indonesia
470329
$1,042,590
2006
Export
Indonesia
Philippines
470329
$2,910,478
2007
2007
Export
Indonesia
Philippines
470329
$2,282,733
2008
2008
Export
Indonesia
Philippines
470329
$2,622,675
2009
Export
Indonesia
Philippines
470329
$2,304,795
35
3c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Export
Indonesia
Filipina
2701
$6,671,000
1989
Import
Filipina
Indonesia
2701
1990
Export
Indonesia
Filipina
2701
$6,326,815
1990
Import
Filipina
Indonesia
2701
1991
Export
Indonesia
Filipina
2701
$9,703,174
1991
Import
Filipina
Indonesia
2701
1992
Export
Indonesia
Filipina
2701
$7,846,024
1992
Import
Filipina
Indonesia
2701
1993
Export
Indonesia
Filipina
2701
$11,433,236
1993
Import
Filipina
Indonesia
2701
1994
Export
Indonesia
Filipina
2701
$11,250,439
1994
Import
Filipina
Indonesia
2701
1995
Export
Indonesia
Filipina
2701
$20,775,724
1995
Import
Filipina
Indonesia
2701
1996
Export
Indonesia
Filipina
2701
$59,717,256
1996
Import
Filipina
Indonesia
2701
$69,959,784
1997
Export
Indonesia
Filipina
2701
$72,822,072
1997
Import
Filipina
Indonesia
2701
$80,904,208
1998
Export
Indonesia
Filipina
2701
$70,443,232
1998
Import
Filipina
Indonesia
2701
$82,158,336
1999
Export
Indonesia
Filipina
2701
$63,337,666
1999
Import
Filipina
Indonesia
2701
$69,061,584
2000
Export
Indonesia
Filipina
2701
$75,810,177
2000
Import
Filipina
Indonesia
2701
$88,589,592
2001
Export
Indonesia
Filipina
2701
$85,294,776
2001
Import
Filipina
Indonesia
2701
$92,535,022
2002
Export
Indonesia
Filipina
2701
$75,403,210
2002
Import
Filipina
Indonesia
2701
$80,229,596
2003
Export
Indonesia
Filipina
2701
$77,060,609
2003
Import
Filipina
Indonesia
2701
$86,716,336
2004
Export
Indonesia
Filipina
2701
$118,485,641
2004
Import
Filipina
Indonesia
2701
$94,649,632
2005
Export
Indonesia
Filipina
2701
$149,761,304
2005
Import
Filipina
Indonesia
2701
$147,132,818
2006
Export
Indonesia
Filipina
2701
$192,545,720
2006
Import
Filipina
Indonesia
2701
$221,993,731
2007
Export
Indonesia
Filipina
2701
$225,666,553
2007
Import
Filipina
Indonesia
2701
$242,087,726
2008
Export
Indonesia
Filipina
2701
$382,252,342
2008
Import
Filipina
Indonesia
2701
$370,714,780
Trade Value
36
Lampiran 4. Hasil t-paired test Indonesia-Filipina a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
828675.4545
1150676.091
Variance
5.74843E+11
2.06059E+12
11
11
Observations Pearson Correlation
0.95547019
Hypothesized Mean Difference
0
df
10
t Stat
-1.432684482
P(T<=t) one-tail
0.091229633
t Critical one-tail
1.372183641
P(T<=t) two-tail
0.182459267
t Critical two-tail
1.812461102
b. Chem wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
6644081.625
1318624.875
Variance
5.04871E+13
1.0856E+12
8
8
Observations Pearson Correlation
0.203093184
Hypothesized Mean Difference
0
df
7
t Stat
2.161411655
P(T<=t) one-tail
0.033733582
t Critical one-tail
1.414923928
P(T<=t) two-tail
0.067467163
t Critical two-tail
1.894578604
c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
126815427.5
132825626.5
Variance
8.66707E+15
8.32467E+15
13
13
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat
0.990157324 0 12 -1.658799835
P(T<=t) one-tail
0.061522308
t Critical one-tail
1.356217334
P(T<=t) two-tail
0.123044615
t Critical two-tail
1.782287548
37
Lampiran 5. Data ekspor-impor Indonesia-India 5a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
India
4412
1990
Export
Indonesia
India
4412
$977,235
1991
Export
Indonesia
India
4412
$1,061,524
1992
Export
Indonesia
India
4412
$1,765,328
1993
Export
Indonesia
India
4412
$2,444,912
1994
Export
Indonesia
India
4412
$3,739,404
1995
Export
Indonesia
India
4412
$3,219,056
1996
Export
Indonesia
India
4412
$6,207,587
1997
Export
Indonesia
India
4412
$6,855,203
1998
Export
Indonesia
India
4412
$4,181,088
1999
Export
Indonesia
India
4412
$2,642,450
2000
Export
Indonesia
India
4412
$2,181,928
2001
Export
Indonesia
India
4412
$1,335,464
2002
Export
Indonesia
India
4412
$1,272,821
2003
Export
Indonesia
India
4412
$859,387
2004
Export
Indonesia
India
4412
$1,082,298
2005
Export
Indonesia
India
4412
$597,484
2006
Export
Indonesia
India
4412
$1,503,828
2007
Export
Indonesia
India
4412
$1,259,178
2008
Export
Indonesia
India
4412
$6,248,580
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Import
India
Indonesia
4412
1990
Import
India
Indonesia
4412
$504,428
1991
Import
India
Indonesia
4412
$524,698
1992
Import
India
Indonesia
4412
$729,425
1993
Import
India
Indonesia
4412
$1,260,450
1994
Import
India
Indonesia
4412
$3,201,592
1995
Import
India
Indonesia
4412
$2,836,909
1996
Import
India
Indonesia
4412
$2,395,677
1997
Import
India
Indonesia
4412
$4,636,125
1998
Import
India
Indonesia
4412
$4,846,379
1999
Import
India
Indonesia
4412
$1,960,159
2000
Import
India
Indonesia
4412
$1,393,465
2001
Import
India
Indonesia
4412
$1,049,109
2002
Import
India
Indonesia
4412
$678,526
2003
Import
India
Indonesia
4412
$389,888
2004
Import
India
Indonesia
4412
$455,524
2005
Import
India
Indonesia
4412
$569,184
2006
Import
India
Indonesia
4412
$764,441
2007
Import
India
Indonesia
4412
$2,375,542
2008
Import
India
Indonesia
4412
$4,334,833
38
5b. Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
India
470329
1990
Export
Indonesia
India
470329
1991
Export
Indonesia
India
470329
$1,359,724
1992
Export
Indonesia
India
470329
$947,768
1993
Export
Indonesia
India
470329
1994
Export
Indonesia
India
1995
Export
Indonesia
1996
Export
1997
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Import
India
Indonesia
470329
$541,048
1990
Import
India
Indonesia
470329
$4,433,791
1991
Import
India
Indonesia
470329
$1,221,338
1992
Import
India
Indonesia
470329
$3,639,368
$634,212
1993
Import
India
Indonesia
470329
$1,488,164
470329
$2,776,256
1994
Import
India
Indonesia
470329
$7,767,236
India
470329
$9,200,667
1995
Import
India
Indonesia
470329
$11,361,782
Indonesia
India
470329
$26,849,266
1996
Import
India
Indonesia
470329
$13,745,781
Export
Indonesia
India
470329
$30,505,500
1997
Import
India
Indonesia
470329
$35,394,588
1998
Export
Indonesia
India
470329
$26,462,828
1998
Import
India
Indonesia
470329
$19,349,216
1999
Export
Indonesia
India
470329
$13,639,063
1999
Import
India
Indonesia
470329
$19,496,334
2000
Export
Indonesia
India
470329
$16,172,820
2000
Import
India
Indonesia
470329
$21,751,785
2001
Export
Indonesia
India
470329
$14,856,231
2001
Import
India
Indonesia
470329
$15,527,640
2002
Export
Indonesia
India
470329
$29,394,446
2002
Import
India
Indonesia
470329
$24,160,452
2003
Export
Indonesia
India
470329
$29,871,133
2003
Import
India
Indonesia
470329
$22,977,677
2004
Export
Indonesia
India
470329
$22,345,956
2004
Import
India
Indonesia
470329
$37,019,086
2005
Export
Indonesia
India
470329
$46,024,549
2005
Import
India
Indonesia
470329
$51,470,342
2006
Export
Indonesia
India
470329
$46,560,426
2006
Import
India
Indonesia
470329
$63,517,941
2007
Export
Indonesia
India
470329
$57,048,376
2007
Import
India
Indonesia
470329
$65,181,996
2008
Export
Indonesia
India
470329
$81,266,284
2008
Import
India
Indonesia
470329
$83,256,236
2009
Export
Indonesia
India
470329
$82,757,056
39
5c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
India
2701
$1,878,000
1990
Export
Indonesia
India
2701
$3,525,785
1991
Export
Indonesia
India
2701
$709,423
1992
Export
Indonesia
India
2701
$1,292,250
1993
Export
Indonesia
India
2701
$7,486,618
1994
Export
Indonesia
India
2701
$8,577,207
1995
Export
Indonesia
India
2701
$48,931,872
1996
Export
Indonesia
India
2701
$30,933,900
1997
Export
Indonesia
India
2701
$62,782,824
1998
Export
Indonesia
India
2701
$65,285,652
1999
Export
Indonesia
India
2701
$55,359,483
2000
Export
Indonesia
India
2701
$68,123,648
2001
Export
Indonesia
India
2701
$87,112,536
2002
Export
Indonesia
India
2701
$97,135,231
2003
Export
Indonesia
India
2701
$136,183,745
2004
Export
Indonesia
India
2701
$225,396,352
2005
Export
Indonesia
India
2701
$456,957,540
2006
Export
Indonesia
India
2701
$615,194,083
2007
Export
Indonesia
India
2701
$803,669,955
2008
Export
Indonesia
India
2701
$1,232,811,944
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Import
India
Indonesia
2701
$4,216,495
1990
Import
India
Indonesia
2701
$6,095,074
1991
Import
India
Indonesia
2701
1992
Import
India
Indonesia
2701
$2,187,256
1993
Import
India
Indonesia
2701
$9,432,687
1994
Import
India
Indonesia
2701
$8,129,128
1995
Import
India
Indonesia
2701
$86,280,696
1996
Import
India
Indonesia
2701
$36,438,028
1997
Import
India
Indonesia
2701
$76,237,752
1998
Import
India
Indonesia
2701
$72,636,984
1999
Import
India
Indonesia
2701
$83,592,816
2000
Import
India
Indonesia
2701
$85,025,999
2001
Import
India
Indonesia
2701
$113,117,772
2002
Import
India
Indonesia
2701
$110,154,624
2003
Import
India
Indonesia
2701
$158,306,461
2004
Import
India
Indonesia
2701
$339,092,926
2005
Import
India
Indonesia
2701
$772,749,631
2006
Import
India
Indonesia
2701
$855,952,968
2007
Import
India
Indonesia
2701
$1,196,152,815
2008
Import
India
Indonesia
2701
$2,440,696,166
40
Lampiran 6. Hasil t-paired test Indonesia-India a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
2601829.211
1837176.526
Variance
3.90086E+12
2.25482E+12
19
19
Observations Pearson Correlation
0.85231028
Hypothesized Mean Difference
0
df
18
t Stat
3.177668233
P(T<=t) one-tail
0.002606028
t Critical one-tail
1.330390944
P(T<=t) two-tail
0.005212055
t Critical two-tail
1.734063592
b. Chemical wood pulp, non-conifer, soda/sulphate, bleached t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
25328639.17
27684831.22
Variance
4.68726E+14
5.6864E+14
18
18
Observations Pearson Correlation
0.951844039
Hypothesized Mean Difference
0
df
17
t Stat
-1.353524031
P(T<=t) one-tail
0.096806243
t Critical one-tail
1.33337939
P(T<=t) two-tail
0.193612486
t Critical two-tail
1.739606716
c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
210980980.3
339815593.6
Variance
1.11834E+17
3.7349E+17
19
19
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat
0.987221395 0 18 -1.963528241
P(T<=t) one-tail
0.032611674
t Critical one-tail
1.330390944
P(T<=t) two-tail
0.065223349
t Critical two-tail
1.734063592
41
Lampiran 7. Data ekspor-impor Indonesia-Malaysia 7a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$52,634
1990
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$272,241
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$73,067
1989
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$4,000
1991
1990
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$19,018
1992
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$145,317
1991
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$862,767
1993
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$907,535
1992
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$2,407,144
1994
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$7,711,659
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$6,247,239
1993
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$4,936,768
1995
1994
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$11,273,912
1996
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$1,950,216
1995
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$15,271,035
1997
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$5,390,862
1996
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$8,201,479
1998
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$3,673,066
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$6,421,503
1997
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$11,353,891
1999
1998
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$6,992,697
2000
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$4,863,879
1999
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$5,582,949
2001
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$5,104,766
2000
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$4,843,589
2002
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$1,484,427
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$1,042,618
2001
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$5,820,272
2003
2002
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$2,409,859
2004
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$1,168,746
2003
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$3,644,883
2005
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$1,154,722
2004
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$2,361,271
2006
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$1,714,772
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$1,314,723
2005
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$1,497,958
2007
2006
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$5,557,026
2008
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$1,533,437
2007
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$18,492,683
2009
Import
Malaysia
Indonesia
4412
$3,742,259
2008
Export
Indonesia
Malaysia
4412
$17,707,789
42
7b. Chem wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
-
-
-
-
-
1989
Import
Malaysia
Indonesia
470328
$348,519
1990
-
-
-
-
-
1990
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$265,251
1991
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$669,000
1991
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$713,836
1992
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$1,573,649
1992
Import
Malaysia
Indonesia
470329
1993
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$680,153
1993
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$6,691
1994
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$3,969,375
1994
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$219,275
1995
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$8,768,123
1995
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$3,199,567
1996
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$3,094,992
1996
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$2,494,125
1997
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$5,257,020
1997
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$1,862,485
1998
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$1,047,023
1998
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$572,469
1999
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$1,106,882
1999
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$543,377
2000
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$325,169
2000
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$547,437
2001
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$21,600
2001
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$78,780
2002
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$380,412
2002
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$491,268
2003
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$1,737,229
2003
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$2,264,257
2004
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$2,818,915
2004
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$5,174,544
2005
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$5,432,856
2005
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$7,862,272
2006
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$2,374,913
2006
Import
Malaysia
Indonesia
470329
$1,241,578
2007
Export
Indonesia
Malaysia
470329
2007
Import
Malaysia
Indonesia
470329
2008
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$39,583
2008
Import
Malaysia
Indonesia
470329
2009
Export
Indonesia
Malaysia
470329
$1,127,333
2009
Import
Malaysia
Indonesia
470329
7c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal
Trade Value
$178,026
43
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Export
Indonesia
Malaysia
2701
1990
Export
Indonesia
Malaysia
2701
Trade Value
1989
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$16,563,094
$15,894,000
1990
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$31,647,098
$26,586,672
1991
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$41,232,547
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$52,775,412
1991
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$29,029,340
1992
1992
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$37,859,096
1993
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$56,683,076
1993
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$43,950,248
1994
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$47,718,382
1994
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$41,748,500
1995
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$59,761,700
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$87,792,132
1995
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$54,146,724
1996
1996
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$64,572,224
1997
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$81,483,888
1997
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$62,731,088
1998
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$61,234,611
1998
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$44,848,536
1999
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$46,382,639
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$53,343,569
1999
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$40,022,425
2000
2000
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$41,384,613
2001
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$75,615,863
2001
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$57,990,388
2002
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$83,949,342
2002
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$83,898,389
2003
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$113,340,498
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$213,081,404
2003
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$114,216,881
2004
2004
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$155,818,340
2005
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$274,525,269
2005
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$206,109,166
2006
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$302,853,992
2006
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$272,729,999
2007
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$353,602,940
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$952,895,709
Import
Malaysia
Indonesia
2701
$786,257,300
2007
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$305,507,311
2008
2008
Export
Indonesia
Malaysia
2701
$537,819,829
2009
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
44
Lampiran 8. Hasil t-paired test Indonesia-Malaysia a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance
2611371.45
3.17353E+13
5.96619E+12
20
20
Observations Pearson Correlation
Variable 2
6462049.5
0.438395319
Hypothesized Mean Difference
0
df
19
t Stat
3.401106633
P(T<=t) one-tail
0.001498478
t Critical one-tail
1.327728209
P(T<=t) two-tail
0.002996956
t Critical two-tail
1.729132792
b. Chem wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
2425687.188
1715624.188
Variance
5.77211E+12
4.65681E+12
16
16
Observations Pearson Correlation
0.595146518
Hypothesized Mean Difference
0
df
15
t Stat
1.37646587
P(T<=t) one-tail
0.094439084
t Critical one-tail
1.340605608
P(T<=t) two-tail
0.188878169
t Critical two-tail
1.753050325
c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
111843188.5
150324158.3
Variance
1.68563E+16
4.51113E+16
20
20
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat
0.974597091 0 19 -1.898407394
P(T<=t) one-tail
0.036469459
t Critical one-tail
1.327728209
P(T<=t) two-tail
0.072938917
t Critical two-tail
1.729132792
45
Lampiran 9. Data ekspor-impor Indonesia-Pakistan 9a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1990
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1989
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1991
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1990
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1992
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1991
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1993
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1992
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1994
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1993
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1995
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1994
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1996
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1995
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1997
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1996
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1998
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1997
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
1999
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1998
Export
Indonesia
Pakistan
4412
-
2000
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
1999
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$27,100
2001
Import
Pakistan
Indonesia
4412
-
2000
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$96,936
2002
Import
Pakistan
Indonesia
4412
2001
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$47,518
2003
Import
Pakistan
Indonesia
4412
$41,570
2002
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$19,378
2004
Import
Pakistan
Indonesia
4412
$43,701
2003
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$66,055
2005
Import
Pakistan
Indonesia
4412
$25,614
2004
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$48,809
2006
Import
Pakistan
Indonesia
4412
$8,829
2005
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$59,757
2007
Import
Pakistan
Indonesia
4412
$123,839
2006
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$22,605
2008
Import
Pakistan
Indonesia
4412
$41,368
2007
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$6,538
2008
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$2,170
2009
Export
Indonesia
Pakistan
4412
$542
-
9b. Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached
46
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1990
Export
Indonesia
Pakistan
470329
1991
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$438,629
1992
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$2,833,102
1993
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$1,014,233
1994
Export
Indonesia
Pakistan
470329
1995
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$147,537
1996
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$1,552,736
1997
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$2,410,642
1998
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$2,701,184
1999
Export
Indonesia
Pakistan
470329
2000
Export
Indonesia
Pakistan
470329
2001
Export
Indonesia
Pakistan
470329
2002
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$338,860
2003
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$169,200
2004
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$221,900
2005
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$221,901
2006
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$107,448
2007
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$67,880
2008
Export
Indonesia
Pakistan
470329
$67,881
9c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal
47
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1989
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1990
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1990
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1991
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1991
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1992
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1992
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1993
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1993
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1994
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1994
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1995
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1995
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1996
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1996
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1997
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1997
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1998
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1998
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
1999
Export
Indonesia
Pakistan
2701
-
1999
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
2000
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$18,505
2000
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
2001
Export
Indonesia
Pakistan
2701
2001
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
2002
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$2,164,534
2002
Import
Pakistan
Indonesia
2701
-
2003
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$5,621,594
2003
Import
Pakistan
Indonesia
2701
$14,094,329
2004
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$13,840,070
2004
Import
Pakistan
Indonesia
2701
$34,521,004
2005
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$42,080,698
2005
Import
Pakistan
Indonesia
2701
$71,864,615
2006
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$69,549,856
2006
Import
Pakistan
Indonesia
2701
$122,460,731
2007
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$83,072,887
2007
Import
Pakistan
Indonesia
2701
$138,490,985
2008
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$178,702,075
2008
Import
Pakistan
Indonesia
2701
$388,654,267
2009
Export
Indonesia
Pakistan
2701
$158,429,691
48
Lampiran 10. Hasil t-paired test Indonesia-Pakistan a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
34322.33333
47486.83333
Variance
761357106.3
1577856769
6
6
Observations Pearson Correlation
-0.414330406
Hypothesized Mean Difference
0
df
5
t Stat
-0.565858593
P(T<=t) one-tail
0.297970032
t Critical one-tail
1.475884037
P(T<=t) two-tail
0.595940064
t Critical two-tail
2.015048372
b. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
65477863.33
128347655.2
Variance
3.98851E+15
1.85889E+16
6
6
Observations Pearson Correlation
0.990242596
Hypothesized Mean Difference
0
df
5
t Stat
-2.071946746
P(T<=t) one-tail
0.046504564
t Critical one-tail
1.475884037
P(T<=t) two-tail
0.093009128
t Critical two-tail
2.015048372
49
Lampiran 11. Data ekspor-impor Indonesia-Srilanka 11a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$309,000
1990
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$445,229
1991
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$200,516
1992
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$232,224
1993
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$483,708
1994
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$815,323
1995
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$2,097,420
1996
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$3,462,535
1997
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$4,085,132
1998
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$2,016,932
1999
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$1,777,196
2000
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$1,641,280
2001
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$1,297,190
2002
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$551,893
2003
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$412,903
2004
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$56,664
2005
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$71,225
2006
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$7,140
2007
Export
Indonesia
Srilanka
4412
2008
Export
Indonesia
Srilanka
4412
$10,902
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Import
Srilanka
Indonesia
4412
1990
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$4,733,043
1991
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$6,300,840
1992
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$2,838,497
1993
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$2,740,895
1994
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$1,917,366
1995
Import
Srilanka
Indonesia
4412
1996
Import
Srilanka
Indonesia
4412
1997
Import
Srilanka
Indonesia
4412
1998
Import
Srilanka
Indonesia
4412
1999
Import
Srilanka
Indonesia
4412
2000
Import
Srilanka
Indonesia
4412
2001
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$633,838
2002
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$275,596
2003
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$220,133
2004
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$39,078
2005
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$16,144
2006
Import
Srilanka
Indonesia
4412
$16,641
2007
Import
Srilanka
Indonesia
4412
2008
Import
Srilanka
Indonesia
4412
50
11b. Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
1989
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
1990
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
1990
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
1991
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
1992
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
$230,047
1991
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$41,682
1992
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
1993
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$99,899
1993
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
$401,968
1994
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$81,981
1994
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
$196,158
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
-
1995
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$806,733
1995
1996
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$1,593,400
1996
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
1997
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$1,654,731
1997
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
1998
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$1,837,697
1998
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
1999
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
1999
2000
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$102,300
2000
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
2001
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$86,399
2001
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
2002
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
$54,603
2002
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
2003
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
2003
2004
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
2004
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
2005
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
2005
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
2006
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
2006
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
Import
Sri Lanka
Indonesia
470329
-
2007
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
2007
2008
Export
Indonesia
Sri Lanka
470329
-
2008
51
11c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1989
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1990
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1990
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1991
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1991
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1992
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1992
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1993
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1993
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1994
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1994
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1995
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1995
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1996
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1996
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1997
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1997
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1998
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1998
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
1999
Export
Indonesia
Srilanka
2701
-
1999
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
2000
Export
Indonesia
Srilanka
2701
2000
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
2001
Export
Indonesia
Srilanka
2701
2001
Import
Srilanka
Indonesia
2701
-
2002
Export
Indonesia
Srilanka
2701
$415,309
2002
Import
Srilanka
Indonesia
2701
2003
Export
Indonesia
Srilanka
2701
$893,515
2003
Import
Srilanka
Indonesia
2701
$509,418
2004
Export
Indonesia
Srilanka
2701
$1,844,750
2004
Import
Srilanka
Indonesia
2701
$2,025,651
2005
Export
Indonesia
Srilanka
2701
$2,883,155
2005
Import
Srilanka
Indonesia
2701
$4,835
2006
Export
Indonesia
Srilanka
2701
$3,686,292
2006
Import
Srilanka
Indonesia
2701
$4,636
2007
Export
Indonesia
Srilanka
2701
$3,986,197
2007
Import
Srilanka
Indonesia
2701
$1,244,346
2008
Export
Indonesia
Srilanka
2701
$7,290,685
2008
Import
Srilanka
Indonesia
2701
$4,474,774
2009
Export
Indonesia
Srilanka
2701
$2,193,453
$18,505 -
$713,286
52
Lampiran 12. Hasil t-paired test Indonesia-Srilanka a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
415819.5455
1793824.636
Variance
1.45524E+11
4.64805E+12
11
11
Observations Pearson Correlation
-0.026428401
Hypothesized Mean Difference
0
Df
10
t Stat
-2.07805543
P(T<=t) one-tail
0.032203811
t Critical one-tail
1.372183641
P(T<=t) two-tail
0.064407623
t Critical two-tail
1.812461102
b. Chem wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean
Variable 2
90940
299063
160527362
21178878050
Observations
2
2
Pearson Correlation
1
Hypothesized Mean Difference
0
df
1
Variance
t Stat
-2.215347114
P(T<=t) one-tail
0.134968063
t Critical one-tail
3.077683537
P(T<=t) two-tail
0.269936125
t Critical two-tail
6.313751514
c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
2999986.143
1282420.857
Variance
5.38662E+12
2.48856E+12
7
7
Observations Pearson Correlation
0.690693769
Hypothesized Mean Difference
0
df
6
t Stat
2.707242053
P(T<=t) one-tail
0.017617506
t Critical one-tail
1.439755747
P(T<=t) two-tail
0.035235012
t Critical two-tail
1.943180274
53
Lampiran 13. Data ekspor-impor Indonesia-Thailand 13a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
$459,000
1989
Import
Thailand
Indonesia
4412
$738,136
$2,407,478
1990
Import
Thailand
Indonesia
4412
$2,501,759
$5,378,320
1991
Import
Thailand
Indonesia
4412
$7,283,049
$9,239,228
1992
Import
Thailand
Indonesia
4412
$8,165,262
4412
$6,514,053
1993
Import
Thailand
Indonesia
4412
$5,855,267
4412
$11,388,121
1994
Import
Thailand
Indonesia
4412
$13,010,249
Thailand
4412
$16,090,890
1995
Import
Thailand
Indonesia
4412
$16,352,245
Indonesia
Thailand
4412
$18,065,744
1996
Import
Thailand
Indonesia
4412
$18,002,780
Export
Indonesia
Thailand
4412
$8,985,374
1997
Import
Thailand
Indonesia
4412
$7,651,622
Export
Indonesia
Thailand
4412
$5,202,484
1998
Import
Thailand
Indonesia
4412
$5,278,439
1999
Export
Indonesia
Thailand
4412
$1,517,108
1999
Import
Thailand
Indonesia
4412
$1,882,179
2000
Export
Indonesia
Thailand
4412
$2,147,440
2000
Import
Thailand
Indonesia
4412
$3,111,611
2001
Export
Indonesia
Thailand
4412
$2,363,766
2001
Import
Thailand
Indonesia
4412
$2,708,836
2002
Export
Indonesia
Thailand
4412
$2,122,939
2002
Import
Thailand
Indonesia
4412
$2,620,399
2003
Export
Indonesia
Thailand
4412
$5,635,548
2003
Import
Thailand
Indonesia
4412
$5,305,911
2004
Export
Indonesia
Thailand
4412
$5,608,651
2004
Import
Thailand
Indonesia
4412
$7,420,849
2005
Export
Indonesia
Thailand
4412
$6,243,942
2005
Import
Thailand
Indonesia
4412
$6,481,594
2006
Export
Indonesia
Thailand
4412
$6,827,354
2006
Import
Thailand
Indonesia
4412
$3,919,285
2007
Export
Indonesia
Thailand
4412
$4,555,654
2007
Import
Thailand
Indonesia
4412
$4,319,039
2008
Export
Indonesia
Thailand
4412
$5,992,865
2008
Import
Thailand
Indonesia
4412
$6,250,816
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Export
Indonesia
Thailand
4412
1990
Export
Indonesia
Thailand
4412
1991
Export
Indonesia
Thailand
4412
1992
Export
Indonesia
Thailand
4412
1993
Export
Indonesia
Thailand
1994
Export
Indonesia
Thailand
1995
Export
Indonesia
1996
Export
1997 1998
Trade Value
Trade Value
13b. Chem wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached
54
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Export
Indonesia
Thailand
1990
Export
Indonesia
Thailand
1991
Export
Indonesia
Thailand
470329
1992
Export
Indonesia
Thailand
1993
Export
Indonesia
1994
Export
Indonesia
1995
Export
1996
Trade Value
1989
Import
Thailand
Indonesia
470329
$1,019,016
470329
1990
Import
Thailand
Indonesia
470329
$1,740,744
470329
1991
Import
Thailand
Indonesia
470329
$1,322,173
$373,690
1992
Import
Thailand
Indonesia
470329
$2,343,490
470329
$5,074,619
1993
Import
Thailand
Indonesia
470329
$2,443,434
Thailand
470329
$3,207,021
1994
Import
Thailand
Indonesia
470329
$3,810,254
Thailand
470329
$2,209,754
1995
Import
Thailand
Indonesia
470329
$21,169,556
Indonesia
Thailand
470329
$21,146,186
1996
Import
Thailand
Indonesia
470329
$6,232,520
Export
Indonesia
Thailand
470329
$4,310,541
1997
Import
Thailand
Indonesia
470329
$3,597,635
1997
Export
Indonesia
Thailand
470329
$6,714,445
1998
Import
Thailand
Indonesia
470329
$4,367,045
1998
Export
Indonesia
Thailand
470329
$4,358,453
1999
Import
Thailand
Indonesia
470329
$1,666,152
1999
Export
Indonesia
Thailand
470329
$3,896,868
2000
Import
Thailand
Indonesia
470329
$3,277,481
2000
Export
Indonesia
Thailand
470329
$5,697,791
2001
Import
Thailand
Indonesia
470329
$680,704
2001
Export
Indonesia
Thailand
470329
$703,852
2002
Import
Thailand
Indonesia
470329
$1,735,039
2002
Export
Indonesia
Thailand
470329
$2,164,162
2003
Import
Thailand
Indonesia
470329
$1,505,700
2003
Export
Indonesia
Thailand
470329
$2,297,667
2004
Import
Thailand
Indonesia
470329
$3,023,912
2004
Export
Indonesia
Thailand
470329
$2,547,495
2005
Import
Thailand
Indonesia
470329
$2,563,035
2005
Export
Indonesia
Thailand
470329
$2,617,673
2006
Import
Thailand
Indonesia
470329
$532,003
2006
Export
Indonesia
Thailand
470329
$1,797,998
2007
Import
Thailand
Indonesia
470329
$2,398,833
2007
Export
Indonesia
Thailand
470329
$2,104,194
2008
Import
Thailand
Indonesia
470329
$7,796,786
2008
Export
Indonesia
Thailand
470329
$9,337,108
2009
Import
Thailand
Indonesia
470329
$1,875,831
2009
Export
Indonesia
Thailand
470329
$4,234,445
13c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
55
1989
Export
Indonesia
Thailand
2701
$3,944,000
1990
Import
Thailand
Indonesia
2701
$8,513,339
Import
Thailand
Indonesia
2701
$8,470,152
1990
Export
Indonesia
Thailand
2701
$6,897,953
1991
1991
Export
Indonesia
Thailand
2701
$8,348,549
1992
Import
Thailand
Indonesia
2701
$12,312,432
1992
Export
Indonesia
Thailand
2701
$8,792,129
1993
Import
Thailand
Indonesia
2701
$15,950,437
1993
Export
Indonesia
Thailand
2701
$12,289,510
1994
Import
Thailand
Indonesia
2701
$39,184,536
Import
Thailand
Indonesia
2701
$67,584,992
1994
Export
Indonesia
Thailand
2701
$28,145,752
1995
1995
Export
Indonesia
Thailand
2701
$50,459,440
1996
Import
Thailand
Indonesia
2701
$128,999,168
1996
Export
Indonesia
Thailand
2701
$78,320,128
1997
Import
Thailand
Indonesia
2701
$108,166,148
1997
Export
Indonesia
Thailand
2701
$74,340,968
1998
Import
Thailand
Indonesia
2701
$34,278,057
Import
Thailand
Indonesia
2701
$70,144,845
1998
Export
Indonesia
Thailand
2701
$25,943,116
1999
1999
Export
Indonesia
Thailand
2701
$53,010,467
2000
Import
Thailand
Indonesia
2701
$76,001,092
2000
Export
Indonesia
Thailand
2701
$67,830,273
2001
Import
Thailand
Indonesia
2701
$109,849,962
2001
Export
Indonesia
Thailand
2701
$61,457,772
2002
Import
Thailand
Indonesia
2701
$117,686,621
Import
Thailand
Indonesia
2701
$154,536,719
2002
Export
Indonesia
Thailand
2701
$76,615,548
2003
2003
Export
Indonesia
Thailand
2701
$78,403,352
2004
Import
Thailand
Indonesia
2701
$197,237,434
2004
Export
Indonesia
Thailand
2701
$111,862,234
2005
Import
Thailand
Indonesia
2701
$310,672,841
2005
Export
Indonesia
Thailand
2701
$189,175,579
2006
Import
Thailand
Indonesia
2701
$343,307,295
Import
Thailand
Indonesia
2701
$512,921,394
Import
Thailand
Indonesia
2701
$850,844,143
2006
Export
Indonesia
Thailand
2701
$235,867,582
2007
2007
Export
Indonesia
Thailand
2701
$360,334,014
2008
2008
Export
Indonesia
Thailand
2701
$552,174,967
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Import
Thailand
Indonesia
2701
$6,264,164
56
Lampiran 14. Hasil Uji t-paired test Indonesia-Thailand a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance
6337297.95
6442966.35
2.13039E+13
2.12362E+13
20
20
Observations Pearson Correlation
Variable 2
0.971513955
Hypothesized Mean Difference
0
df
19
t Stat
-0.429275084
P(T<=t) one-tail
0.336275694
t Critical one-tail
1.327728209
P(T<=t) two-tail
0.672551388
t Critical two-tail
1.729132792
b. Chem wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
4462840.105
3807451.737
Variance
2.09268E+13
2.09232E+13
19
19
Observations Pearson Correlation
0.949220276
Hypothesized Mean Difference
0
df
18
t Stat
1.959668005
P(T<=t) one-tail
0.032852775
t Critical one-tail
1.330390944
P(T<=t) two-tail
0.06570555
t Critical two-tail
1.734063592
c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
104210666.7
158646288.6
Variance
1.89849E+16
4.38755E+16
20
20
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat
0.996707224 0 19 -3.335164581
P(T<=t) one-tail
0.001739188
t Critical one-tail
1.327728209
P(T<=t) two-tail
0.003478376
t Critical two-tail
1.729132792
57
Lampiran 15. Data ekspor-impor Indonesia-Vietnam 15a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
$290,000
1989
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$15,143
1990
Import
Vietnam
Indonesia
4412
Import
Vietnam
Indonesia
4412
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
Vietnam
4412
1990
Export
Indonesia
Vietnam
4412
1991
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$722,957
1991
1992
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$764,244
1992
Import
Vietnam
Indonesia
4412
1993
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$839,107
1993
Import
Vietnam
Indonesia
4412
1994
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$1,479,702
1994
Import
Vietnam
Indonesia
4412
Import
Vietnam
Indonesia
4412
1995
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$4,296,923
1995
1996
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$7,705,876
1996
Import
Vietnam
Indonesia
4412
1997
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$5,003,750
1997
Import
Vietnam
Indonesia
4412
1998
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$4,070,583
1998
Import
Vietnam
Indonesia
4412
Import
Vietnam
Indonesia
4412
Trade Value
1999
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$2,797,266
1999
2000
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$3,776,435
2000
Import
Vietnam
Indonesia
4412
2001
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$2,963,749
2001
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$51,394
2002
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$3,505,010
2002
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$508,806
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$153,556
2003
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$884,384
2003
2004
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$637,461
2004
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$5,782
2005
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$386,781
2005
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$86,123
2006
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$203,411
2006
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$303,529
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$932,351
Import
Vietnam
Indonesia
4412
$299,075
2007
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$1,534,162
2007
2008
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$2,444,750
2008
2009
Export
Indonesia
Vietnam
4412
$1,432,719
58
15b. Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
1989
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
1989
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1990
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
1990
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1991
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
1991
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1992
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
1992
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1993
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$1,523,842
1993
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1994
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$4,387,561
1994
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1995
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$7,342,802
1995
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1996
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$6,486,328
1996
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1997
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$11,113,268
1997
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1998
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$6,923,925
1998
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
1999
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$2,962,511
1999
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
2000
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$2,800,853
2000
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$655,000
2001
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$3,331,391
2001
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$4,086,267
2002
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$941,234
2002
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$375,139
2003
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$12,895,962
2003
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$3,474,551
2004
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$21,293,669
2004
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$8,761,805
2005
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$14,368,558
2005
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$5,938,100
2006
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$14,602,373
2006
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$4,505,311
2007
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$8,533,858
2007
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$8,244,416
2008
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$17,838,465
2008
Import
Viet Nam
Indonesia
470329
$8,762,105
2009
Export
Indonesia
Viet Nam
470329
$24,960,789
Trade Value
59
15c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
Period
Trade Flow
Reporter
Partner
Code
Trade Value
1989
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1989
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1990
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1990
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1991
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1991
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1992
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1992
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1993
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1993
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1994
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1994
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1995
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1995
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1996
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1996
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1997
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1997
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1998
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1998
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
1999
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
1999
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
2000
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
2000
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
2001
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
2001
Import
Vietnam
Indonesia
2701
-
2002
Export
Indonesia
Vietnam
2701
-
2002
Import
Vietnam
Indonesia
2701
2003
Export
Indonesia
Vietnam
2701
$132,554
2003
Import
Vietnam
Indonesia
2701
2004
Export
Indonesia
Vietnam
2701
$371,879
2004
Import
Vietnam
Indonesia
2701
2005
Export
Indonesia
Vietnam
2701
$8,941,219
2005
Import
Vietnam
Indonesia
2701
$12,565,869
2006
Export
Indonesia
Vietnam
2701
$15,704,613
2006
Import
Vietnam
Indonesia
2701
$21,677,315
2007
Export
Indonesia
Vietnam
2701
$18,162,943
2007
Import
Vietnam
Indonesia
2701
$23,673,606
2008
Export
Indonesia
Vietnam
2701
$28,945,478
2008
Import
Vietnam
Indonesia
2701
$34,793,022
2009
Export
Indonesia
Vietnam
2701
$34,965,757
$222,253 -
60
Lampiran 16. Hasil t-paired test Indonesia-Vietnam a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance
1569963.5
292577
1.58008E+12
94085517985
8
8
Observations Pearson Correlation
Variable 2
0.243458692
Hypothesized Mean Difference
0
df
7
t Stat
2.963439308
P(T<=t) one-tail
0.01050115
t Critical one-tail
1.414923928
P(T<=t) two-tail
0.021002299
t Critical two-tail
1.894578604
b. Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1
Variable 2
Mean
10734040.33
4978077.111
Variance
5.16626E+13
1.04227E+13
9
9
Observations Pearson Correlation
0.775887969
Hypothesized Mean Difference
0
df
8
t Stat
3.381533019
P(T<=t) one-tail
0.004809894
t Critical one-tail
1.39681531
P(T<=t) two-tail
0.009619788
t Critical two-tail
1.859548033
c. Coal, briquettes, ovoids etc, made from coal t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Pearson Correlation
Variable 2
14377361.4
18586413
1.15197E+14
1.67894E+14
5
5
0.995498761
Hypothesized Mean Difference
0
df
4
t Stat
-3.779847282
P(T<=t) one-tail
0.009719184
t Critical one-tail
1.533206273
P(T<=t) two-tail
0.019438369
t Critical two-tail
2.131846782
61
Lampiran 17. Hasil hipotesis t-paired test a. Negara Berkembang No
Partner
1 2 3 4 5 6 7 8
Bangladesh Filipina India Malaysia Pakistan Srilanka Thailand Vietnam
Hasil Hipotesis Uji t-paired Test Plywood Pulp Coal terima H0 terima H0 tolak H0 tolak H0 terima H0 tolak H0 terima H0 tolak H0
terima H0 tolak H0 terima H0 terima H0 terima H0 tolak H0 tolak H0
terima H0 terima H0 tolak H0 tolak H0 tolak H0 tolak H0 tolak H0 tolak H0
b. Negara Maju No 1 2 3 4 5 6 7 8
Partner Australia Canada China Francis Germany Italy Jepang USA
Hasil Hipotesis Uji t-paired Test Plywood Pulp Coal Tolak H0 Terima H0 terima Ho Tolak H0 Tolak H0 Tolak H0 terima Ho Tolak H0 Tolak H0 tolak H0 Tolak H0 Tolak H0 tolak H0 Terima H0 Terima H0 tolak H0 Tolak H0 Terima H0 terima H0 Tolak H0 Terima H0 tolak H0
62
Lampiran 18. Rekapitulasi Total Rata-rata Tujuan Ekspor-Impor Indonesia a. Negara Berkembang No
Partner
1
Bangladesh
2
Filipina
3
India
4
Malaysia
5
Pakistan
6
Srilanka
7
Thailand
8
Vietnam
Trade Flow ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor
Plywood $76,067 $167,952 $828,675 $1,150,676 $2,601,829 $1,837,177 $6,462,050 $2,611,371 $34,322 $47,487 $415,820 $1,793,825 $6,337,298 $6,442,966 $1,569,964 $292,577
Mean Pulp $2,453,898 $2,455,182 $6,644,082 $1,318,625 $25,328,639 $27,684,831 $2,425,687 $1,715,624 $90,940 $299,063 $4,462,840 $3,807,452 $10,734,040 $4,978,077
Coal $2,408,666 $3,841,378 $126,815,428 $132,825,627 $210,980,980 $339,815,594 $111,843,188 $150,324,158 $65,477,863 $128,347,655 $2,999,986 $1,282,421 $104,210,667 $158,646,289 $14,377,361 $18,586,413
b. Negara Maju No
Partner
1
Australia
2
Canada
3
China
4
Francis
5
Germany
6
Italy
7
Jepang
8
USA
Trade Flow ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor ekspor impor
Plywood $16,349,334 $18,592,858 $7,576,813 $19,459,599 $184,958,586 $272,037,289 $12,457,647 $26,605,399 $37,675,734 $56,047,657 $7,027,160 $8,356,139 $903,105,278 $1,062,165,852 $244,927,451 $306,008,626
Mean Pulp $8,573,975 $10,204,291 $279,824,932 $351,468,359 $14,379,660 $27,075,749 $5,078,619 $13,019,256 $37,505,078 $36,897,771 $41,623,968 $48,700,436 $8,035,338 $7,831,385
Coal $439,753 $2,579,054 $327,906,310 $280,459,219 $8,466,238 $16,449,152 $5,260,162 $25,166,829 $145,799,650 $292,261,534 $621,742,031 $763,780,962 $56,795,470 $72,692,700