Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
STUDI KUALITATIF PELAYANAN DOKTER INSTALASI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)KOTA TASIKMALAYA
Wini Rizki Astuti ˡ) H. Kamiel Roesman Bachtiar. dr., M.Si dan Rian Arie Gustaman SKM ²)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN 2012 ABSTRAK WINI RIZKI ASTUTI STUDI KUALITATIF PELAYANAN DOKTER INSTALASI RAWAT INAP
DI
RUMAH
SAKIT
UMUM
DAERAH
(RSUD)
KOTA
TASIKMALAYA Menurut keputusan Menteri Kesehatan No. 983 Tahun 1992 rumah sakit didefinisikan sebagai sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Penelitian ini adalah Menganilisis proses pelayanan dokter di instalasi Rawat Inap RSUD Kota Tasikmlaya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan informan utama adalah 6 dokter spesialis dan 1 dokter umum dokter Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Tasikmalaya dan sebagai informan triangulasi adalah pasien dari setiap kelas masing-masing 3 orang, 3 orang kepala ruangan dan komite medik. Berdasarkan hasil penelitian masalah yang masih ditemukan dalam pelayanan dokter rawat inap adalah mengenai pelaksanaan visite dokter kepada pasien yaitu mengenai tidak jelasnya jam visite dokter dan ketidak hadiran dokter pada hari sabtu dan minggu, wawancara dokter kepada pasien mengenai kondisi pasien sebelum dilakukan pemeriksaan, pemeriksaan dokter terhadap pasien terkesan terburu-buru sehingga menimbulkan persepsi dokter kurang detail dalam melakukan pemeriksaan, dan pasien harus lebih pro aktif untuk mendapatkan informasi dari dokter tentang kondisi pasien. Masalah juga ditemukan antara tugas dokter dengan tugas perawat, yang dirasa oleh perawat teraphy pasien banyak dikerjakan oleh perawat.
Kata Kunci
: Pelayanan Dokter, Rawat Inap, RSUD
Pustaka
:15 (1987 – 2012)
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
FACULTY OF HEALTH SCIENCES UNIVERSITY SILIWANGI TASIKMALAYA HEALTH POLICY AND ADMINISTRATION SPECIALISATION 2012 ABSTRACT WINI RIZKI ASTUTI
QUALITATIVE STUDY OF PHYSICIANS SERVICES INSTALLATIONS IN WARD GENERAL HOSPITAL DISTRICT (RSUD) TASIKMALAYA According to the decision of the Minister of Health number 983 of 1992, the hospital is defined as a means of health efforts in conducting health and can be used for health education and research. This study was aims to analyze the care of doctors at the Hospital Inpatient installation Tasikmalaya City and describe the satisfaction and expectations of inpatient physician services in hospitals of Tasikmalaya city. The method used was qualitative research with key informants is 6 specialists and 1 general practitioner doctors Installation Tasikmalaya City Hospital Inpatient and as an informant triangulation is a patient of each class of each of the 3 people, 3 people head indoors and medical committee. Based on the research issues that are still found in the inpatient physician services is the implementation of the patient's doctor visit is the lack of clarity at doctor visit and the doctor's absence on Saturday and Sunday, interviewing doctors to the patient regarding the patient's condition before the examination, the doctor's examination of the patients seem in a hurry resulting in less detail in the perception of physician examination, and patients should be more pro-active to get information from the doctor about the patient's condition. Problems were also found between the task of a physician with the task of nurses, nurses perceived that many patients therapy done by nurses. Keywords: Doctors Care, Inpatient, Hospital Cited: 15 (1987 - 2012)
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
1. Pendahuluan A. Latar Belakang Rachael Massie dalam buku Essential of Management (1987) antara lain menyebutkan bahwa pelayanan di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh para profesional di dalamnya, tentu termasuk para dokter. Dalam paradigma lama, peran dokter adalah paling dominan di rumah sakit . Dokter cenderung otonom dan otokratik. Profesi lain di rumah sakit dianggap hanya berfungsi membantu tugas para dokter (Yoga Aditama, 2010). Suatu penelitian di Amerika Serikat yang dikutip dari tulisan Jhon Ross dalam buku Ambulatory
Care Organization and Management
menyebutkan tujuh keluhan terhadap dokternya di rumah sakit. Keluhan itu meliputi, tidak diberi cukup waktu oleh dokter, biaya terlalu tinggi, keangkuhan dokter, tidak diberi informasi lengkap tentang penyakitnya, tidak diberi informasi lengkap tentang biaya, waktu menunggu terlalu lama serta tidak adanya kerjasama antara dokter pribadi dan spesialis yang dikonsul (Yoga Aditama, 2010). Hasil survey pada tanggal 1-2 Juli 2012 terhadap 20 pasien Rawat Inap RSUD Kota Tasikmalaya didapatkan keluhan pasien yang menyangkut pelayanan dokter sebanyak 55%, pelayanan administrasi 25%, pelayanan perawat dan karyawan rumah sakit 15%, fasilitas 5%. Dari data di atas keluhan pasien yang menyangkut pelayanan dokter di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Tasikmalaya menempati urutan tertinggi di banding pelayanan administrasi, perawat, sarana dan karyawan rumah sakit. Hasil studi kualitatif Pelaksanaan Program Menjaga Mutu (Quality Assurance) Pelayanan Rawat Inap Kelas I, II, III, dan VIP Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Tasikmalaya mengenai sikap perawat dan
dokter dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien diperoleh hasil: Dari informan kelas I dua informan menyatakan bahwa pelayanan medis perawat dan dokter baik dan ramah, tetapi pasien 2 mengemukakan tentang kekecewaanya
terhadap
pelayanan
dokter
yaitu
kepercayaan pasien terhadap tindakan medis yang
kurangnya
tingkat
dilakukan dokter
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
terhadapnya. Dari informan kelas I, dua pasien menyatakan puas dengan pelayanan secara keseluruhan, sedangkan pasien 2 tidak puas mengenai pelayanan dokter (Kiki Zakiyatusyahidah, 2012). Hasil pengolahan kritik dan saran yang diterima oleh RSUD Kota Tasikmalaya pada tahun 2009-2011 terdapat kenaikan kritik dan saran yang cukup tinggi yaitu: pada tahun 2009 terdapat 2 surat kritik dan saran dan ditemukan keluhan mengenai sarana sebanyak 30 %, obat 30%, petugas 30% dan antrian 10%. Pada tahun 2010 terdapat 6 surat kritik dan saran dan ditemukan keluhan mengenai antrian sebanyak 20 %, petugas 20%, obat 20%, dokter 10%, pelayanan 10 % dan sarana 20% dan pada 2011 terdapat sebayak 25 surat kritik dan saran yang diperoleh oleh RSUD. Dari hasil pengolahan surat kritik dan saran tahun 2011 ditemukan permasalahan yang dikeluhkan oleh pasien/pengguna jasa RSUD yaitu: fasilitas sebanyak 16%, perawat 12%, dokter 36%, biaya 4 %, satpam 8%, obat 12%, kebersihan 8%, makanan 4% dan pelayanan sebanyak 4% Pelayanan dokter dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas pelayanan rumah sakit, hal ini yang menjadi pertimbangan penulis menganalisis studi kualitatif pelayanan di instalasi rawat inap RSUD Kota Tasikmalaya. 1. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif pendekatan kualitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan suatu penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 2003). 2. Pembahasan A. Visite Dokter
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
Dalam definisi operasionalnya Visite Dokter Spesialis adalah kunjungan dokter spesialis tiap hari sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi tanggung jawabnya, yang dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 14.00. Begitupun dengan Visite Dokter Rawat Inap/Dokter Jaga. Dalam pelaksanaan, jam visite dokter sudah tepat dilakukan oleh dokter. Sedangkan untuk dokter rawat inap atau biasa disebut dokter jaga dalam pengertian ini adalah dokter umum, tidak semua kelas mendapatkan kunjungan oleh dokter jaga, beberapa informan yang mendapatkan pelayanan dokter jaga diantaranya informan yang berasal dari Kelas VIP dan VVIP. Namun terjadi kerancuan dalam visite dokter informan yang mengatakan bahwa dokter spesialis tidak melakukan kunjungan setiap hari. Berbeda dengan apa yang dipaparkan oleh sebagian dokter, bahwa dokter tidak memiliki batasan waktu dalam visite. Termasuk apa yang ada didalam pedoman Standar Pelayanan Minimal Instalasi Rawat Inap bahwa dokter diharuskan setiap hari berkunjung kepada pasien. Yang patut diperhatikan bahwa jasa tidak dapat disimpan. Tidak hal nya seperti penjual buku, jika tidak laku dijual maka buku tersebut dapat disimpan dan dijual kembali pada keesokan harinya. Namun, tidak demikian hal nya dengan jasa, termasuk jasa kesehatan. Bila jasa itu tidak terpakai, maka waktu penyediaan jasa itu telah hilang dan tidak bisa tergantikan. Keesokan harinya adalah waktu penyediaan jasa yang lain lagi.
B. Anamnesis Pendapat Ware dan snyder dalam Wijono 1999, dimana tenggang rasa yang merupakan fungsi pengobatan, sikap menentramkan hati, sopan dan penuh respect adalah faktor faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Begitupun dengan hasil penelitian pada poin anamnesis yaitu serangkaian wawancara dokter kepada pasien mengenai kondisi pasien juga telah dilakukan oleh dokter, tetapi masih ada dokter yang tidak melakukan anamnesis kepada pasien dengan alasan pasien tersebut sudah menjadi pasien langganan yang ditangani oleh dokter tersebut. Dan masih ada pasien yang
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
mengeluh terkait komunikasi dokter dengan pasien, karena pasien harus terlebih dahulu bertanya kepada dokter dibandingkan dokter yang bertanya terlebih dahulu kepada pasien. Hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan dokter, semua dokter melakukan anamnesis sebelum pemeriksaan dilakukan. Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.
C. Pemeriksaan Fisik/Pemeriksaan Penunjang Pendapat Parasuraman dan Ware dan Snyder yang menyatakan pentingnya dimensi empati dalam memberikan pelayanan yang bermutu. Dimana pelayanan yang bermutu dapat memberikan pengalaman yang baik bagi pelanggan dan akan mengundang mereka datang kembali untuk kunjungan berikutnya serta menjadi pelanggan yang loyal. Pada hasil tanya jawab dengan pasien, banyak ditemukan dokter hanya melakukan sedikit waktu sehingga menimbulkan panndangan kurang detail dalam melakukan pemeriksaan. Berbeda dengan yang dijelaskan oleh dokter pada tahapan pemeriksaan, beberapa dokter yang mengatakan bahwa pemeriksaan dilakukan dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki dengan beberapa tahapan. Sedangkan informan mengatakan pemeriksaan hanya dilakukan menggunakan stetoskop dan beberapa pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium. Pemeriksaan oleh dokter dilakukan dengan singkat, sehingga menimbulkan rasa sangsi terhadap kualitas dokter. Adanya kesenjangan dalam hal ini sesuai dengan pernyataan Azrul Azwar dalam bukunya Program Menjaga Mutu bahwa apabila memang ditemukan perbedaan antara penampilan (keluaran) dengan standar yang telah ditetapkan, maka perbedaan tersebut disebut sebagai masalah.
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
D. Penyampaian Informasi Kepada Pasien Menurut Ware dan snyder dalam Wijono, 1999 aspek dari perilaku dokter yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan diantaranya yaitu pemberian informasi. Dalam Prosedur Tetap RSUD Kota Tasikmalaya hak dan kewajiban pasien diantaranya untuk mendapatkan informasi yang meliputi; penyakit yang diderita, tindakan medik yang akan dilakukan, kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya. Banyak informan yang merasa bahwa dokter juga kurang detail dalam menjelaskan beberapa informasi seperti hasil pemeriksaan utama, informasi tentang penyakit saat memeriksa dan kegunaan pemeriksaan penunjang. Informan harus lebih pro aktif untuk bertanya kepada dokter utnuk mendapatkan informasi. Sedangkan dalam hasil wawancara mendalam, dokter memaparkan bahwa informasi yang berhubungan dengan kondisi dan tindakan diinformasikan kepada pasien. Willan (1990) menyatakan bahwa pelaksannan di rumah sakit haruslah “seperti bebek merenangi kolam”, tampak tenang di permukaan dan tetap aktif bergerak di bawah permukaan. Hal ini perlu dilakukan karena dokter berhadapan dengan orang khususnya orang yang sakit. Sehingga harus tampak tenang di satu pihak. Di pihak lain karena kompleksnya masalah yang dihadapi, maka dokter harus aktif memberikan informasi kepada pasien terkait tindakan dan juga keadaannya.
E. Keluhan Informan Dalam hak dan kewajiban pasien, pasien berhak mengajukan usul, saran atas perbaikan atau prilaku pihak Rumah Sakit kepada dirinya. Beberapa informan mengatakan bahwa sudah cukup dengan pelayanan dokter di RSUD Kota Tasikmalaya. Tetapi tidak sedikit juga yang memberikan keluhan, saran ataupun kritik kepada pihak Rumah Sakit baik khususnya untuk pelayanan dokter maupun secara umum kepada rumah sakit. Beberapa poin yang menjadi keluhan dan saran dari informan yaitu mengenai keinginan untuk diberikan keringanan atau kemudahan proses administrasi rujukan, lalu keluhan pemberian obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien yang tidak
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
sesuai dengan kondisi pasien sehingga memberikan efek yang menggangu pasien, keinginan pasien mengenai kunjungan dokter sebanyak dua kali sehari dikarenakan
mempunyai
sugesti
bahwa
lebih
mempercayai
proses
pemeriksaan oleh dokter dibandingkan oleh perawat, keluhan pasien akibat dari keterlambatan dokter dan tidak setiap harinya dokter berkunjung ke ruangan pasien juga informasi mengenai kondisi pasien yang dirasa tidak jelas, keluhan pasien mengenai terburu-burunya proses pemeriksaan dokter terhadap pasien dan waktu pemeriksaan yang singkat sehingga menimbulkan persepsi bahwa dokter tidak detail memeriksa pasien dan salahnya diagnosis penyakit dan mengenai permintaan dokter yang diinginkan oleh pasien tidak penuhi oleh pihak rumah sakit, padahal setiap hari sering diminta oleh pasien untuk diganti.
F. Koordinasi Tim Medis Berdasarkan 4 indikator Siegler dan Whitney (2000), yang meliputi kontrol kekuasaan, lingkungan praktik, kepentingan bersama dan tujuan bersama. Hasil Triangulasi dengan Kepala Ruangan sekaligus perawat terkait koordinasi yang dilakukan dengan dokter, informan menyatakan bahwa masih ada tugas-tugas dokter yang ditangani oleh perawat yang seharusnya dalam tugas dan fungsinya hal itu dilakukan oleh dokter, seperti suntikan dan teraphy. Kolaborasi anatara dokter dengan kepala ruangan ataupun perawat belum berjalan sebagaimana mestinya. Kurangnya pemahaman akan batas kewenangan. Pimpinan rumah sakit dan staf tenaga kesehatan termasuk dokter dan perawat perlu meningkatkan komitmen bersama dalam mengatasi masalah-masalah kolaborasi yang ada, sehingga tidak terjadi pelimpahan wewenang. 3. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, gambaran dari pelayanan dokter adalah sebagai berikut :
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
a. Dalam pelaksanaan visite dokter kepada pasien, dokter sudah tepat dalam melaksanankan tugasnya yaitu pada jam visite pada pukul 08.00-14.00. Akan tetapi dokter tidak melakukan visite setiap hari terutama pada hari sabtu dan minggu. persepsi kurang baik terhadap ketepatan waktu pelayanan dokter terlihat masih ada pasien yang mengungkapkan harus menunggu lama untuk dilayani dokter. Dan masih ada dokter yang tidak mengetahui adanya batasan jadwal visite. b. Sebelum pemeriksaan dokter melakukan anamnesis kepada pasien yaitu serangkaian wawancara dokter kepada pasien mengenai kondisi pasien. Namun dalam pelaksanaannya hubungan dokter dengan pasien c. Pada hasil tanya jawab dengan pasien, banyak ditemukan dokter hanya melakukan pemeriksaan dengan stetoskop saja dan kurang detail dalam melakukan pemeriksaan karena waktu yang disediakan oleh dokter dalam pemeriksaan sangat singkat.. Berbeda dengan yang dijelaskan oleh dokter pada tahapan pemeriksaan, banyak dokter yang mengatakan bahwa pemeriksaan dilakukan dengan beberapa tahap dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki. d. Hasil penelitian antara yang dijelaskan oleh dokter mengenai apa yang disampaikan oleh dokter pada saat visite yaitu dokter memberikan informasi kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan, kondisi pasien dan saran kepada pasien dan hasil diagnostik berbeda dengan apa yang disampaikan oleh pasien yaitu masih banyak informan yang merasa bahwa dokter kurang detail dalam menjelaskan beberapa informasi seperti hasil pemeriksaan utama, informasi tentang penyakit saat memeriksa, kegunaan, hasil pemeriksaan penunjang, informasi tentang sebab penyakit, tanda dan gejala penyakit secara jelas dan lengkap, diagnosis penyakit secara jelas dan lengkap, informasi saat melakukan pemeriksaan fisik pasien, informasi tentang hasil pemeriksaan utama, kegunaan pemeriksaan penunjang, resep obat, efek samping obat, tentang pantangan dan pola hidup sehat.
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
e. Dalam penilaian pasien mengenai
sikap atau perilaku dokter dalam
pemeriksaan sudah dirasa cukup baik oleh pasien. Tetapi tidak sedikit pasien yang memberikan keluhan saran ataupun kriktik khususnya terhadap pelayanan dokter dalam hal penyampaian informasi mengenai hasil pemeriksaan utama, informasi tentang penyakit saat memeriksa, kegunaan dan hasil pemeriksaan penunjang, juga dalam hal pemeriksaan kepada pasien dikarenakan waktu yang disediakan oleh dokter sangat singkat sehingga menimbulkan persepsi terhadap pasien bahwa dokter dirasa kurang detail dalam pemeriksaan kepada pasien. f. Tim medis lainnya seperti perawat bekerjasama dengan dokter dalam pelaksanaan teraphy kepada pasien. Dalam hasil penelitian perawat lebih banyak dalam pelaksanaan teraphy tersebut dan ada persepsi bahwa adanya pelimpahan wewenang yang seharusnya dilakukan oleh dokter tetapi pada pelaksanaannya dilakukan oleh perawat seperti menyuntik pasien. B. Saran 1. Bagi Dokter dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya a.
Dokter di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Tasikmalaya diharapkan memberikan informasi secara lengkap dan jelas tentang sebab penyakit, tanda dan gejala penyakit, diagnosis penyakit, hasil pemeriksaan utama, kegunaan pemeriksaan penunjang, resep obat, efek samping obat, serta tentang pantangan dan pola hidup sehat kepada pasien.
b.
Dokter diharapkan memberikan waktu yang cukup bagi pasien untuk berkonsultasi tentang kondisinya.
c.
Lebih meningkatkan lagi pelayanan kepada pasien dengan ramah serta melakukan hubungan baik dengan pasien diantaranya dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan pelayanan prima khusus dokter.
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
d.
Perlunya suatu upaya yang lebih intensif lagi untuk memantau dan menganalisa setiap keluhan dan harapan pasien yang berkaitan dengan kualitas pelayanan rumah sakit termasuk kualitas pelayanan dokter di Instalasi Rawat Inap.
e.
Lebih memperhatikan faktor-faktor yang sangat berperan menunjang kepuasan pasien rawat inap yakni faktor empati, ketersediaan informasi dan kecepatan pelayanan.
2. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai bahan informasi, bahan kajian dan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Lain Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk lebih detail lagi dalam menyusun instrumen penelitian khususnya dalam menggali persepsi pasien tentang keterampilan teknis medis dokter.
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. Sistem Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan edisi ke-3. Binarupa Aksara. Jakarta. 1996. Azwar, Azrul. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta. 1994. B., Budioro. Pengantar Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 1998. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2006. Darmawan, Rahadian. Analisis Pelaksanaan Program Peningkatan KIE mengenai Pencegahan Penyebaran AIDS Terhadap Remaja Di Kota Tasikmalaya Oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Tasikmalaya Tahun 2009. Skripsi. 2009. Depkes. Pengadaan pegawai http://www.ropeg-depkes.or.id/main.php?page=spo (diakses pada 20/03/11). Fkep-UNPAD. Pengelolaan SDM Keperawatan. http://www.fkep.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/04/Pengelolaan-SDM-Keperawatan.pdf
(diakses
pada 22/04/11). Ilmu Keperawatan. Cara menghitung tenaga perawat di rumah sakit. http://maydwiyurisantoso.wordpress.com/2010/01/03/cara-menghitungtenaga-perawat-di-rumah-sakit/ (diakses pada 28/04/11). Moloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda. Bandung. 2004.
Pelayanan Dokter Instalasi Rawat Inap Di RSUD Kota Tasikmalaya
Nawawi, H. Hadari dan HM Martini Hadiri. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2006. Patilima, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. 2004. Pohan, Imbalo S. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. 2006. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya. [tanpa penerbit]. [tanpa tahun terbit]. Rosmala, Mira. Gambaran Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) PT PINDAD (Persero) Bandung. Skripsi. 2009. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya. Laporan tahunan
2010.
Tasikmalaya. 2011. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya. Standar Pelayanan Minimal RSUD Kota Tasikmalaya Pemerintah Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya. 2008. Sudjana, DR. Nana dan DR. Ibrahim MA. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algasindo. Bandung. 2007. Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1991.