Volume 16, Nomor 1, Hal. 39-44 Januari – Juni 2014
ISSN:0852-8349
STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo – Darat Jambi 36361 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang uji keseragaman bobot sediaan pulveres yang dibuat apotek di kota Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketelitian dan keterampilan tenaga farmasi apotek di Kota Jambi dalam membuat sediaan pulveres. Sampel diambil dari semua kecamatan yang ada di Kota Jambi. Pengujian yang dilakukan adalah keseragaman bobot dari setiap sampel. Hasil pengujian menunjukkan 81,25% dari apotek yang ada di Kota Jambi sudah memenuhi syarat keseragaman bobot sediaan pulveres sesuai Farmakope Indonesia III. Kata kunci : keseragaman bobot, pulveres PENDAHULUAN Permintaan sediaan racikan pulveres (serbuk terbagi) masih dilakukan secara luas oleh dokter baik dokter di rumah sakit, klinik ataupun praktek swasta di Kota Jambi. Permintaan sediaan racikan pulveres ini pada umumnya ditujukan pada pasien anak-anak. Namun banyak juga sediaan racikan yang dimasukkan kedalam kapsul yang penggunaannya ditujukan untuk orang dewasa. Menurut Anief (1997) tujuan dari pemberian sediaan ini salah satunya adalah untuk memberikan kemudahan dan kenya manan kepada pasien terutama pasien anak-anak. Pasien anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk menerima obat dalam bentuk sediaan padat (seperti tablet), sehingga dapat dilakukan peracikan ulang dari bentuk sediaan padat tersebut menjadi bentuk sediaan pulveres (serbuk terbagi). Sediaan pulveres atau yang sering disebut masyarakat dengan puyer pada umumnya berasal dari sediaan tablet. Menuru Farmakope Indonesia (FI) III pulveres adalah bahan atau campuran
homogen dari bahan - bahan yg diserbukkan dan dibagi dalam bobot yang sama (kurang lebih antara 0,3 – 1 gram ), dibungkus dengan bahan pengemas yang cocok untuk sekali pakai. Pembagian sediaan puyer seperti yang tertulis pada resep dilakukan secara visual (kasat mata). Teknik pembagian tersebut kemungkinan besar menghasilkan hetero genitas dari bobot antara satu pulveres dengan pulveres yang lain. Tidak adanya keseragaman bobot tentu saja menyebabkan tidak adanya kesera gaman dosis dari pulveres tersebut. Disamping itu pencampuran beberapa macam obat dalam bentuk sediaan pulveres seringkali tanpa mempertim bangkan kemungkinan adanya inte raksi antar obat tersebut yang dapat mempengaruhi farmokinetika maupun farmakodinamik obat. Mengingat masih banyaknya permintaan dokter untuk sediaan pulveres, perlu dilakukan uji keseragaman bobot dari sediaan yang dibuat oleh apotek - apotek yang ada di Kota Jambi.
39
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
METODE PENELITIAN Penelitian (pengambilan sampel dan pengujian) dilaksanakan selama 30 hari pada bulan November sampai dengan Desember 2012. Sebagai model digunakan salah satu resep yang sering ditulis oleh seorang dokter spesialis anak di Kota Jambi. Rancangan penelitian - Pengambilan sampel dilakukan pada 8 kecamatan yang ada dikota Jambi, masing-masing kecamatan dipilih dua apotek secara acak. - Pengambilan sampel uji. Dari masing-masing apotek yang telah ditetapkan diambil 1 sampel sediaan pulveres dari model resep yang digunakan. - Pengujian keseragaman bobot sediaan sesuai Uji Keseragaman Bobot menurut No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Lokasi Apotek A Apotek B Apotek C Apotek D Apotek E Apotek F Apotek G Apotek H Apotek I Apotek J Apotek K Apotek L Apotek M Apotek N Apotek O Apotek P
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Dari Tabel 1 dapat dilihat jumlah sediaan pulveres yang diuji terdiri dari 10 bungkus, bobot minimal dan maksimal serta bobot rata-rata setiap bungkus dari setiap apotek. Pada tabel 1 terlihat bahwa bobot dari setiap
44
-
Farmakope Indonesia edisi III (FI III). Persentase penyimpangan ditentukan terhadap bobot isi rata-rata. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan sampel dilakukan pada 8 kecamatan di kota Jambi. Lokasi apotek diambil di semua kecamatan yaitu 8 kecamatan dan masing-masing kecamatan dipilih dua apotek secara acak. Sampel sediaan pulveres yang diambil terdiri dari 10 bungkus. Pengambilan dan pengujian sampel dilakukan selama 30 hari. Hasil pengujian terhadap sediaan pulveres dari Apotek di Kota Jambi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Distribusi sediaan pulveres berdasarkan pengukuran bobot (mgram) di Apotek kota Jambi Min Mak Rata-rata 375 440 420 370 430 422 373 435 420 380 450 425 390 450 420 385 465 420 380 460 415 385 450 425 374 440 415 375 450 412 375 425 418 400 440 420 390 440 420 380 435 422 380 435 425 370 430 410 bungkus untuk sediaan yang ada sangat bervariasi atau tidak sama. Hal ini disebabkan pembagian sediaan dilakukan secara pandang mata (visual). Tidak adanya keseragaman bobot akan menyebabkan
Helni: Studi Keragaman Bobot Sediaan Pulveres Yang Dibuat Apotek Di Kota Jambi
bervariasinya dosis atau tidak seragamnya dosis yang diterima oleh pasien. Pembuatan sediaan pulveres disamping harus memenuhi keseragaman bobot , juga harus kering, halus dan homogen. Semakin halus partikel obat kecepatan disolusi semakin tinggi dan absospsi lebih baik. Sediaan pulveres masih banyak dipilih karena dapat disusun kombinasi dosis obat sesuai kebutuhan dan lebih leluasa dalam memilih dosis obat sesuai dengan kebutuhan, serta lebih cocok digunaksan untuk obat yang rusak dengan adanya air (sediaan larutan) karena lebih stabil. Namun demikian sediaan pulveres tidak dapat No
Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Apotek A Apotek B Apotek C Apotek D Apotek E Apotek F Apotek G Apotek H Apotek I Apotek J Apotek K Apotek L Apotek M Apotek N Apotek O Apotek P
menutupi rasa dan bau yang kurang enak, dan untuk bahan obat cair tidak dapat dibuat dalam bentuk pulveres serta dapat menjadi lembab selama penyimpanan. Untuk melihat apakah variasi bobot sediaan pulveres memenuhi syarat dilakukan uji keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia III. Hasil uji keseragaman bobot sediaan pulveres yang dibuat apotek di Kota Jambi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Distribusi Frekuensi sediaan pulveres Berdasarkan Persentase Penyimpangan bobot terhadap bobot isi rata-rata.
Jumlah ≤ Penyimpangan Penyimpangan ≤ 10% 15% 9 1 9 1 8 2 9 1 10 0 8 2 8 2 10 0 10 0 9 1 9 1 10 0 10 0 9 1 9 1 10 0
Tabel 2 diatas menggambarkan penyimpangan bobot terhadap bobot rata-rata sediaan pulveres dari apotek di kota Jambi. Setiap pulveres dari masing-masing apotek dihitung berapa persentase penyimpangannya. Pada Tabel 2 terlihat semua apotek mempunyai penyimpangan kecil atau sama dengan 10%, dan dari 16 apotek
ada 6 apotek yang tidak mempunyai penyimpangan kecil atau sama dengan 15% (apotek E, H, I, L M, P). Tiga dari 16 apotek mempunyai penyimpangan kecil atau sama dengan 15% lebih dari satu yaitu dua bungkus (apotek C, F, G). Menurut FI III sediaan pulveres harus memenuhi uji keseragaman 43
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
bobot dimana untuk sepuluh bungkus, tidak kurang dari sembilan bungkus yang mempunyai penyimpanagan kecil atau sama dengan 10% dan tidak lebih dari satu bungkus yang mempunyai penyimpangan kecil atau sama dengan 15%. Dari tabel terlihat ada tiga apotek yang mempunyai penyimpangan kecil atau sama dengan 10% kurang dari 9 bungkus ( 8 bungkus) dan mempunyai penyimpangan kecil atau sama dengan 15% lebih dari satu yaitu apotek C, F dan apotek G, dan ada 7 apotek (A, B, D, J, K, N, O) yang mempunyai tidak kurang dari 9 bungkus yang penyimpangan kecil atau sama dengan 10% dan tidak lebih dari satu bungkus
No
Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Apotek A Apotek B Apotek C Apotek D Apotek E Apotek F Apotek G Apotek H Apotek I Apotek J Apotek K Apotek L Apotek M Apotek N Apotek O Apotek P
Dari 16 apotek yang diambil 13 apotek membuat sediaan pulveres yang
44
yang mempunyai penyimpangan kecil atau sama dengan 15%. Sementara apotek yang tidak mempunyai penyimpangan kecil atau sama dengan 15% ada 6 yaitu apotek E, H, I, L, M, P. Dari uji keseragaman bobot yang sudah dilakukan terhadap sediaan pulveres yang dibuat apotek di kota Jambi, dapat dilihat distribusi apotek yang memenuhi persyaratan sesuai dengan FI III adalah sebagai berikut : Tabel 3. Distribusi apotek dengan sediaan pulveres yang memenuhi keseragaman bobot sesuai FI III.
Memenuhi syarat FI III Ya Tidak + + + + + + + + + + + + + + + + memenuhi syarat FI dan 3 apotek tidak memenuhi syarat.
Helni: Studi Keragaman Bobot Sediaan Pulveres Yang Dibuat Apotek Di Kota Jambi
Dari diagram diatas 81,25% apotek yang ada di kota Jambi sudah memenuhi syarat FI dan 18,75 % belum memenuhi syarat FI III dalam pembuatan sediaan pulveres. Variasi bobot dari sediaan pulveres juga dapat disebabkan oleh kurangnya homogenitas dan kehalusan serbuk yang dibuat. Untuk itu sangat diperlukan profesionalitas yang tinggi yaitu berupa ketelitian dan kecermatan tenaga farmasi dalam membuat sediaan ini. Disamping itu juga harus memperhatikan hieginitas dari ruangan, kondisi ruangan (seperti kelembapan, suhu), kebersihan alat yang digunakan , serta yang tidak kalah penting adalah kebersihan dan keselamatan tenaga dengan menggunakan perlengkapan seperti alat pelindung diri (sarung tangan, masker, penutup rambut). Sesuai dengan PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian lebih diutamakan untuk menegakkan patient safety (keamanan pasien) dan bukan lagi bersifat drug oriented yang selalu menuntut adanya peningkatan pelayanan dengan mengutamakan keamanan pasien dan memberikan pelayanan dengan profesionalitas yang tinggi dari tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal sediaan
pulveres perlu pertimbangan yang lebih matang secara farmakodinamik dan farmakokinetik dan sarana prasarana apotek serta profesional yang tinggi dalam membuat sediaan. Pada pembuatan sediaan pulveres biasanya yang digunakan untuk digerus adalah bentuk tablet. Untuk itu seharusnya tablet yang digunakan adalah tablet konvensional bukan tablet yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti tablet salut enteric, salut gula atau efferfescent. Jika masih ada sediaan lain yang masih digunakan seperti sediaan sirup , sebaiknya sediaan pulveres dihindarkan KESIMPULAN Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap sediaan pulveres dapat diambil kesimpulan bahwa 81,25% dari apotek di Kota Jambi membuat sediaan pulveres sudah memenuhi keseragaman bobot sesuai FI III. DAFTAR PUSTAKA Anief,
Muhammad, 1997, Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Yogyakarta.
43
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia edisi III Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV
44
Dirjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2004, KepMenKes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik No 1027/Menkes/SK/IX/2004, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Jakarta Voigt R, 1995, Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press.