UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KASUS TRANSFORMASI TOKOH SI DOEL DALAM FILM SI DOEL ANAK BETAWI DAN SINETRON SI DOEL ANAK SEKOLAHAN
MAKALAH NON SEMINAR
SAKINA RAKHMA DIAH 0806357051
PROGRAM STUDI BELANDA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA DEPOK JUNI 2013 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
1
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
2
Jurnal ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Sakina Rakhma Diah
NPM
: 0806357051
Tanda Tangan : Tanggal
: 16 Juni 2014
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
3
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
4
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
5
STUDI KASUS TRANSFORMASI TOKOH SI DOEL DALAM FILM SI DOEL ANAK BETAWI DAN SINETRON SI DOEL ANAK SEKOLAHAN Sakina Rakhma Diah
Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
[email protected]
Abstrak
Si Doel Anak Jakarta merupakan sebuah novel karya Aman Datuk Madjoindo yang menceritakan seorang anak Betawi bernama Si Doel.Pada tahun 1973, Sjuman Djaya mengangkatnya ke layar lebar dengan judul Si Doel Anak Betawi.Berdasarkan film karya Sjuman Djaya, Rano Karno membuat sinetron tentang Si Doel berjudul Si Doel Anak Sekolahan yang mengudara di stasiun televisi nasional antara tahun 1993-2004.Si Doel merupakan satu kasus transformasi untuk melepaskan diri dari stereotipe yang selama ini melekat pada masyarakat Betawi, seperti termarjinalisasi secara ekonomi dan tidak berpendidikan. Transformasi yang dialami Si Doel tersebut tidak lepas dari peran orang tuanya. Kata kunci: Si Doel, Betawi, film, sinetron, transformasi, stereotipe, etnis
CASE STUDY OF TRANSFORMATION OF SI DOEL IN SI DOEL ANAK BETAWI AND SI DOEL ANAK SEKOLAHAN
Abstract
Si Doel Anak Jakarta is a novel written by Aman Datuk Madjoindo about a Betawi boy named Si Doel. In 1973 Sjuman Djaya made a movie titled Si Doel Anak Betawi, which characters were based on the novel. Inspired by the movie, Rano Karno made a television series Si Doel Anak Sekolahan, aired in one of Indonesia’s leading television station in 1993-2004. Si Doel is an example of transformation to release some stereotypes of Betawi people, such as economically marginalized and uneducated. Transformation of Si Doel can't be separated from his parents' roleso that his son can get better future and life through education. Key words: Si Doel, Betawi, film, television series, transformation, stereotype, ethnic
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
6
Pendahuluan Si Dul Anak Jakarta merupakan sebuah novel karya Aman Datuk Madjoindo atau Aman.Novel yang diterbitkan oleh Balai Pustaka ini cetakan keempat belasnya terbit pada tahun 1990.Novel tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat Betawi asli.Tokoh utamanya adalah seorang anak bernama Dul.Bahasa yang digunakan di dalam novel ini pun adalah bahasa Betawi.Tujuannya adalah agar pembaca yang bukan orang Jakarta atau berada di luar Jakarta dapat mengetahui bahasa Betawi.Aman mengutarakan alasannya menulis cerita Si Dul Anak Jakarta dalam bahasa Betawi. “Barangkali ada juga paedahnya saya pakai logat Jakarta dalam buku ini, supaya diketahui oleh pembacanya yang bukan Jakarta atau yang di luar kota Jakarta, bagaimana logat orang Jakarta itu,” (Aman, 1990: 10). Sebelum berjudul Si Dul Anak Jakarta, novel Aman tentang kehidupan seorang anak Betawi itu berjudul Si Doel Anak Betawi.Novel ini menjadi inspirasi bagi sutradara Indonesia Sjuman Djaya untuk membuat film dengan judul Si Doel Anak Betawipada tahun 1973.Rano Karno berperan sebagai Si Doel, seorang anak Betawi asli. Benyamin S. berperan sebagai Asman, ayah Si Doel dan Tutie Kirana berperan sebagai Mpok Alime, ibu Si Doel. Sapi’i, anak laki-laki yang sering berkelahi dengan Si Doel diperankan oleh Tino Karno, kakak kandung Rano Karno. Soekarno M. Noor, ayah Rano Karno, berperan sebagai kakek Si Doel. Pada tahun 1993 Rano Karno membuat sinetron yang juga mengisahkan kehidupan Si Doel dan masyarakat Betawi.Sinetron ini berjudul Si Doel Anak Sekolahan dan ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta.Rano Karno tetap berperan sebagai Si Doel.Benyamin S. pun tetap berperan sebagai ayah Si Doel, yang di dalam sinetron bernama Sabeni.Ibu Si Doel, di dalam sinetron bernama Lela, diperankan oleh Aminah Cendrakasih. Sinetron ini mengudara dalam kurun waktu 1994 sampai 2002 dan memperoleh tanggapan yang sangat baik dari masyarakat Indonesia. Bahkan, pada tahun 2006 Si Doel Anak Sekolahan juga disiarkan di sebuah stasiun televisi di Belanda. Terdapat perbedaan yang terlihat antara film Si Doel Anak Betawigarapan Sjuman Djaya dan sinetron Si Doel Anak Sekolahangarapan Rano Karno. Tokoh Si Doel telah mengalami transformasi dari seorang anak kecil yang tidak mengenyam pendidikan secara formal dan berjualan nasi uduk menjadi seorang pemuda Betawi yang berpendidikan tinggi,
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
7
berhasil menjadi seorang insinyur, dan berpandangan modern.Meskipun demikian, Si Doel tetap hidup dengan mempertahankan ciri khas Betawi.Ia juga berhasil mematahkan anggapan bahwa orang Betawi berpendidikan rendah dan tidak berwawasan luas. Proses transformasi tokoh si Doel yang mampu mematahkan stereotip yang tumbuh dan berkembang mengenai masyarakat Betawi yang hanya memperoleh pendidikan di pengajian menjadi seorang anak Betawi berpendidikan tinggi dan modern menarik perhatian saya untuk dikaji lebih lanjut. Di samping itu, proses transformasi Si Doel tersebut tidak lepas dari peran orang tua yang bercita-cita mengubah nasib generasi setelahnya dengan pendidikan. Penelitian ini hanya dibatasi kepada proses transformasi yang dialami tokoh Si Doel dalam film Si Doel Anak Betawi dan sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Dengan melihat proses transformasi tersebut, maka akan terlihat pula stereotipe yang selama ini melekat kepada masyarakat Betawi secara umum. Berikut permasalahan yang akan diteliti penulis. 1.
Bagaimana proses transformasi tokoh Si Doel dalam film Si Doel Anak Betawi dan sinetron Si Doel Anak Sekolahan?
2.
Apakah perbedaan proses transformasi tokoh Si Doel dalam film dan sinetron?
Adapun tujuan yang akan diperoleh penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1.
Memperoleh gambaran tokoh Si Doel sebagai contoh agensi transformasi anak Betawi yang berpendidikan formal dan sebagai individu yang mematahkan seterotip yang dilekatkan pada diri dan masyarakatnya.
2.
Mengetahui peran orang tua dalam proses transformasi tokoh Si Doel baik dalam film maupun sinetron.
Pada akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengkajian budaya Betawi, khususnya mengenai transformasi dan stereotip etnis.
Tinjauan Teoritis Transformasi dapat diartikan sebagai perubahan rupa, bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya.Bertransformasi berarti melakukan perubahan rupa, bentuk, tampilan, dan struktur (Daszko dan Sheinberg, 2005: 1).Given menyatakan metode transformasional digunakan untuk menginspirasikan sebuah perubahan sosial yang positif (2008: 887).
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
8
Metode penelitian transformasional biasanya digunakan terkait pencarian keadilan sosial, persamaan sosioekonomi atau budaya, maupun pemberdayaan individu yang termarjinalisasi.Menurut Given, tujuan penelitian transformasional adalah untuk mengubah praktik stereotip dan kebiasaan berpikir (2008: 889).Representasi penelitian transformasi menunjukkan bagaimana masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari dan mempraktikkan makna kultural yang membentuk pengalaman ketidakadilan, prasangka, dan setereotip. Stereotip menurut Lippman dalam bukunya yang berjudul Public Opinion(“The Psychology of Prejudice: An Overview”) biasanya didefinisikan sebagai generalisasi yang relatif tetap mengenai kelompok atau kelas manusia yang menjurus ke hal-hal negatif atau tidak menguntungkan. Di Indonesia, stereotip biasanya berkembang di golongan masyarakat menengah ke bawah ataupun masyarakat yang relatif berpendidikan rendah.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus.Penelitan kualitatif bertujan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal yang menurut pandangan manusia yang diteliti. Adapun penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia. Subjek penelitian adalah film Si Doel Anak Betawi dan sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Penelitian difokuskan kepada tokoh Si Doel yang kemudian akan diteliti proses transformasi yang dialaminya. Penelitian juga dilakukan terhadap lingkungan di sekitar tokoh Si Doel sebagai faktor pendukung terjadinya proses transformasi. Menurut Given (2008: 68), studi kasus fokus kepada satu atau lebih hal, fenomena, atau unit yang dianalisis.Studi kasus digunakan untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan kasus yang terjadi dalam film maupun sinetron Si Doel, dalam hal ini terkait proses transformasi dan stereotipe etnis.
Hasil Penelitian Penelitian ini menyajikan hasil berupa transformasi tokoh Si Doel dalam film Si Doel Anak Betawi dan sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Si Doel berhasil melakukan transformasi dari seorang anak Betawi yang tidak berpendidikan menjadi individu yang berpendidikan. Proses transformasi tersebut dilatarbelakangi adanya stereotipe yang melekat pada masyarakat Betawi. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya peran orang tua dalam proses transformasi tokoh Si Doel tersebut.
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
9
Pembahasan Si Doel Anak Betawi Di dalam film ini, sutradara Sjuman Djaya memperkenalkan istilah “Betawi asli” dan “anak Betawi” yang sebelumnya tidak pernah disebutkan oleh Aman Datuk Madjoindo dalam novel Si Dul Anak Jakarta. Selain itu, lagu “Anak Betawi” yang menjadi lagu tema dalam film ini juga menjadi terkenal dan kemudian digunakan pula sebagai lagu pembuka dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Rano Karno, yang pada saat itu masih berusia tiga belas tahun, memerankan tokoh Si Doel yang merupakan tokoh utama dalam film ini. Benyamin Sueb memerankan tokoh Asman, ayah Si Doel. Film Si Doel Anak Betawi bercerita tentang Si Doel, seorang anak Betawi asli.Ayah Si Doel, Asman (diperankan oleh Alm. Benyamin Sueb), berprofesi sebagai sopir truk, sementara Alime (diperankan oleh Tutie Kirana), sang ibu, adalah seorang ibu rumah tangga. Si Doel tidak pernah bersekolah.Ia hanya mengaji di pengajian yang diasuhSalam, kakeknya karena pada saat itu masyarakat Betawi lebih mementingkan pendidikan agama seperti mengaji dibandingkan pendidikan formal. Di dalam film, Si Doel digambarkan selalu berkelahi dengan Sapi’i.Sapi’i adalah seorang anak orang kaya yang selalu mencari gara-gara dengan Si Doel.Sapi’i memiliki sifat yang angkuh dan sombong.Sifat ini kerap membuat Si Doel sakit hati, sehingga kedua anak itu sering berkelahi.Sapi’i anak orang kaya dan sudah bersekolah, namun menurut Si Doel iasangat sombong. Asman, ayah Si Doel, sebenarnya bercita-cita untuk menyekolahkan sang putra ke sekolah formal. Namun, Asman tewas dalam kecelakaan sehingga Si Doel terpaksa bekerja demi memperoleh penghasilan dan membeli obat untuk ibunya yang jatuh sakit. Ia berkeliling kampung menjual es lilin. Dengan uang hasil berdagang es, Si Doel membeli makanan dan obat untuk ibunya.Belakangan karena sudah tidak memiliki penghasilan lagi, Alime membuat makanan untuk dijual dan Si Doel yang menjajakannya keliling kampung.Dari hasil uang berdagang, Si Doel menabung beberapa sen untuk membayar uang sekolah. Asmat (diperankan oleh Sjuman Djaya), paman Si Doel, datang dari Cirebon.Ia terkejut mendengar cerita Alime tentang Si Doel yang harus bekerja menjajakan dagangan demi memperoleh penghasilan. Ia mencari Si Doel dan mendapati anak itu sedang diejek oleh
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
10
Sapi’i dan gerombolannya. Makanan yang dijual Si Doel dikotori.Si Doel tidak ingin berkelahi, sehingga Sapi’i merasa menang.Pada saat itulah Asmat datang dan mengusir Sapi’i. Dalam perjalanan pulang, Asmat mengutarakan niatnya pada Si Doel untuk menikahi Alime, ibu Si Doel.Asmat ingin Si Doel tidak perlu berjualan lagi dan dapat bersekolah.Akhirnya digambarkan Si Doel yang dapat bersekolah di sekolah dasar. Pada hari pertama sekolah, ia diantar oleh ibunya, Asmat yang telah menjadi ayahnya, serta kakek dan neneknya. Film ini ditutup dengan kalimat yang diucapkan oleh guru Si Doel, yakni “Dia akan menjadi anak Betawi modern.”
Si Doel Anak Sekolahan Sinetron ini dapat dikatakan merupakan versi modern dari film Si Doel Anak Betawi. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan pertama kali ditayangkan di stasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) pada tahun 1994 (Loven, 2008: xi). Pada waktu itu, kebanyakan sinetron lokal Indonesia mengangkat tema kehidupan elit kelas atas yang awalnya membuat RCTI ragu apakah Si Doel dapat menarik penonton kelas atas. Selain ditayangkan di Indonesia, sinetron Si Doel Anak Sekolahan juga ditayangkan di luar negeri karena popularitas dan fenomenanya.Sebuah stasiun televisi lokal di Amsterdam, Belanda bernama Garuda menayangkan sinetron berlatar Betawi itu.Stasiun televisi ini dimiliki oleh orang-orang Indonesia, antara lain bernama Enteng Tanamal.Stasiun televisi Garuda menayangkan program-program Indonesia, khususnya yang bertemakan budaya. Menurut Rano Karno, mereka mencari program dengan konten lokal (Katubi. 2009: 177-198). Sinetron Si Doel Anak Sekolahan ini diproduseri dan disutradarai oleh Rano Karno.Ia pun bertugas sebagai penulis cerita.Selain itu, Rano juga memerankan tokoh Si Doel.Sinetron ini ditayangkan sampai enam musim yang berakhir pada tahun 2002.Menurut Loven, sinetron Si Doel Anak Sekolahan memperoleh kesuksesan besar. Berdasarkan rating, Si Doel Anak Sekolahan dapat menghibur penonton segmen kelas atas RCTI dan penonton yang biasanya menonton stasiun televisi “tetangga,” sehingga sinetron ini menyatukan penonton, tanpa memandang kelas, usia, jenis kelamin, dan latar belakang etnis. Ini adalah sebuah prestasi penting yang belum pernah dicapai sebelumnya oleh produser lokal dalam skala ini (Loven, 2008: 2).
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
11
Loven juga menyatakan bahwa sebagai produser, Rano Karno jelas telah menemukan formula dalam menciptakan televisi yang dapat dikenal dan diterima oleh seluruh lapisan penonton di tanah air. Tidaklah mengherankan apabila sinetron ini dapat begitu diterima oleh penonton dan menjadi topik diskusi utama dalam dunia pertelevisian nasional (2008: 2). Sejak Si Doel Anak Sekolahan ditayangkan di RCTI, layar televisi kemudian menjadi demam budaya Betawi.Berbagai tayangan televisi, seperti latah kemudian juga mengambil setting budaya Betawi.Hingga kini, sudah tak dapat dihitung jumlah sinetron yang mengambil tema itu. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan berkisah tentang anak Betawi asli bernama Si Doel (diperankan oleh Rano Karno), seorang mahasiswa jurusan teknik mesin yang juga bekerja sebagai sopir oplet.Si Doel merupakan putra pertama dari Sabeni (diperankan oleh Alm.Benyamin Sueb) dan Lela (diperankan oleh Aminah Cendrakasih).Ia adalah orang pertama di dalam keluarganya yang mengenyam pendidikan sampai ke bangku perguruan tinggi. Sabeni, ayah Si Doel, hanya bekerja sebagai sopir oplet tua, sementara Lela, ibunya membantu ekonomi keluarga dengan membuka usaha warung kecil-kecilan. Sementara Atun (diperankan oleh Suti Karno), adik perempuan Si Doel, hanya bersekolah hingga tingkat sekolah dasar. Sabeni begitu ingin anaknya sukses dan memiliki kehidupan yang lebih baik dari dirinya. Oleh karena itu, ia mengorbankan berbagai macam hal demi menyekolahkan Si Doel sampai ke perguruan tinggi, seperti menjual tanah miliknya dan merelakan Atun tidak melanjutkan pendidikan. Sementara itu, tokoh-tokoh lain yang muncul di dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan antara lain Mandra (diperankan oleh Mandra), adik dari Lela atau paman Si Doel yang menumpang tinggal di rumah Si Doel. Selain itu terdapat pula engkong si Doel (dipeankan oleh H. Tile) dan istri keduanya, Nyak Rodiah, serta Mas Karyo (diperankan oleh Basuki), duda perantauan dari Jawa Tengah yang menyewa rumah kontrakan milik Sabeni. Selain kehidupan keseharian Si Doel dan keluarganya, kisah percintaan Si Doel pun diangkat di dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Si Doel dikisahkan berada di antara dua orang wanita, yakni Zaenab (diperankan oleh Maudy Koesnaedi) dan Sarah (diperankan Cornelia Agatha).Zaenab adalah gadis asli Betawi. Sejak kecil, Zaenab memang telah dijodohkan dengan Si Doel, akan tetapi Si Doel secara tidak langsung menunjukkan keengganannya. Sementara itu, Sarah adalah seorang gadis blasteran Belanda-Indonesia yang hidup dengan gaya hidup modern. Ia juga datang dari latar belakang keluarga kaya. Sarah adalah
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
12
seorang mahasiswi yang sedang menyusun skripsi mengenai kehidupan masyarakat primitif di Papua. Setelah mendengar cerita mengenai Si Doel dari Hans, sepupunya, Sarah langsung mengganti topik skripsinya menjadi mengenai kehidupan anak Betawi yang berhasil sekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Untuk menulis skripsi, Sarah mempelajari budaya Betawi yang dijalankan oleh keluarga Si Doel. Di akhir episode musim pertama Si Doel Anak Sekolahan, dikisahkan Si Doel menjadi seorang insinyur. Berhasilnya Si Doel menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi dan menjadi seorang insinyur tentu sangat membanggakan bagi Sabeni, ayah Si Doel.
Transformasi Tokoh Si Doel Istilah transformasi dapat didefinisikan sebagai perubahan rupa, bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya.Metode transformasional digunakan untuk menginspirasikan sebuah perubahan sosial yang positif (Given, 2008: 887). Tokoh Si Doel, baik dalam film Si Doel Anak Betawi maupun sinetron Si Doel Anak Sekolahan, merupakan contoh kasus transformasi anak Betawi dari yang tidak berpendidikan menjadi berpendidikan. Penulis menemukan kesamaan dalam proses transformasi tokoh Si Doel tersebut. Namun demikian, terdapat pula beberapa perbedaan yang ditemukan dalam transformasi yang digambarkan di film dengan sinetron. Persamaan yang ditemukan di dalam transformasi tokoh Si Doel baik di film maupun sinetron adalah tokoh Si Doel mengalami perubahan dari yang sebelumnya tidak berpendidikan menjadi anak Betawi berpendidikan. Transformasi yang dialami Si Doel ini terjadi lantaran ada keinginan untuk mengubah pandangan negatif atau yang biasa disebut stereotip yang selama ini melekat di dalam masyarakat Betawi. Stereotip ini secara tidak sadar menjadi label bagi masyarakat Betawi yang membentuk pandangan umum terhadap etnis tersebut. Stereotip dapat diartikan sebagai 1) berbentuk tetap; berbentuk klise, dan 2)konsepsimengenai
sifat
suatu
golongan
berdasarkanprasangka
yg
subjektif dan
tidaktepat.Koentjaraningrat (2000: 102) memberikan contoh stereotip terhadap sebuah etnis atau kelompok masyarakat seperti misalnya ada pandangan stereotip yang mengatakan bangsa Belanda bersifat hemat.Selain itu, ahli antropologi itu pun menyebut bangsa Jepang sebagai bangsa yang sopan santun dan hemat. Baik di dalam film Si Doel Anak Betawi maupun sinetron Si Doel Anak Sekolahan terlihat beberapa stereotip yang muncul melalui cerita, latar, maupun tokoh. Dalam keduanya,
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
13
terlihat masyarakat Betawi digambarkan sebagai golongan masyarakat yang tidak berpendidikan dan termarjinalisasi dari sisi ekonomi. Di dalam film Si Doel Anak Betawi, tokoh Si Doel dikisahkan tidak bersekolah formal. Ia hanya mengikuti pengajian yang diasuh sang kakek. Selain itu, kehidupan Si Doel dan kedua orang tuanya dapat dikatakan jauh dari berkecukupan.Mereka digambarkan tinggal di rumah yang sangat sederhana. Asman, ayah Si Doel, bekerja sebagai supir truk dan sang ibu tidak bekerja. Si Doel terpaksa menjajakan makanan yang dibuat sang ibu untuk menyambung hidup setelah ayahnya meninggal dunia. Selain itu, lingkungan dimana Si Doel tinggal, yakni lingkungan masyarakat Betawi di dalam film pun digambarkan jauh dari kesan modern. Dari gambaran antara lain mengenai lingkungan dan cara hidup masyarakat Betawi di dalam film cukup dapat ditarikan kesimpulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi. Gambaran inilah yang ditampilkan kepada masyarakat khususnya di dalam film. Gambaran yang tidak jauh berbeda pun terlihat di dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan.Si Doel beserta keluarganya digambarkan hidup di wilayah pinggiran ibukota. Rumah tempat tinggal Si Doel pun bukan rumah modern, melainkan rumah tradisional Betawi yang berdiri dikelilingi rumah bertembok batu bata yang mencerminkan kehidupan modern. Selain itu, kehidupan yang dijalani keluarga Si Doel juga bukan kehidupan modern yang penuh dengan materi.Mereka hidup sangat sederhana. Sabeni, ayah Si Doel, hanya seorang supir oplet dan Lela, ibu Si Doel, membantu perekonomian keluarga dengan membuka warung kelontong di halaman rumah mereka. Adapun gambaran tentang masyarakat Betawi yang tidak berpendidikan dapat disaksikan dari tokoh Sabeni dan Lela yang merupakan orang Betawi “generasi lama.”Mereka digambarkan tidak pernah merasakan pendidikan formal.Bahkan, mereka berdua tidak bisa membaca dan menulis.Sementara itu, Atun, adik Si Doel pun hanya mengenyam pendidikan sampai bangku sekolah dasar. Secara keseluruhan, stereotip yang dilihat penulis di dalam film dan sinetron mengenai Si Doel adalah masyarakat Betawi dianggap sebagai masyarakat yang tidak berpendidikan dan termarjinalkan secara ekonomi.Khsusus untuk sinetron, hampir di seluruh episode stereotip ini digambarkan dengan jelas. Menurut Muhammad (2009, “Stigmatisasi Terhadap Orang Betawi: Catatan Untuk Si Doel”), dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan memang digambarkan dengan gamblang kehidupan sehari-hari marjinalisasi ekonomi orang Betawi, dan bagaimana mereka menghadapi tarik menarik antara tradisi dan modernitas. Masyarakat Betawi selama ini
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
14
langgeng distereotipkan sebagai terbelakang, tidak berpendidikan, malas, tukang kawin, dan lain sebagainya. Transformasi yang dialami tokoh Si Doel baik dalam film maupun menurut penulis adalah guna melepaskan stereotip yang selama ini melekat di dalam masyarakat Betawi bahwa mereka tidak berpendidikan.Tokoh Si Doel cilik di dalam film Si Doel Anak Betawi pada akhirnya bertransformasi menjadi anak Betawi berpendidikan formal.Sementara itu, tokoh Si Doel dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan bertransformasi menjadi individu Betawi yang berpendidikan tinggi sebagai seorang insinyur. Dalam kasus sinetron Si Doel Anak Sekolahan, tokoh Si Doel digambarkan mematahkan stereotip tersebut dengan bersekolah ke jenjang pendidikan tinggi dan kemudian lulus menjadi sarjana (insinyur). Meskipun demikian, jalan Si Doel menuju pendidikan tinggi tidak mulus.Keluarganya harus menjual tanah dan merelakan Atun tidak melanjutkan sekolah agar Si Doel dapat berkuliah.Mentalitas Si Doel dan keluarganya dibangun di dalam sinetron tersebut sebagai orang-orang yang mementingkan pendidikan agar dapat memperoleh penghidupan yang lebih baik. Gambaran mengenai masyarakat Betawi tidak hanya digambarkan dalam tokoh Si Doel, namun juga dalam lirik lagu tema film Si Doel Anak Betawi yang juga digunakan dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Adapun cuplikan lirik tersebut adalah sebagai berikut. “Siape bilang anak Betawi pade bertingkeh? Siape bilang anak Betawi pade buaye? Anak Betawi ketinggalan jaman, katenye Anak Betawi enggak berbudaye, katenye Aduh sialan, nih Si Doel anak Betawi asli Kerjaannye sembahyang mengaji.” Lirik tersebut seperti memberikan gambaran mengenai stereotip masyarakat Betawi secara umum.Namun, Si Doel bukanlah seperti yang tergambar dalam lirik tersebut.Ia digambarkan sebagai seorang individu Betawi yang memiliki perangai yang baik, tidak bertingkah, dan memiliki pendidikan yang baikpula.
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
15
Peran Orang Tua dalam Transformasi Tokoh Si Doel Proses transformasi Si Doel dari seorang anak Betawi yang tidak berpendidikan formal menjadi anak Betawi yang terdidik tidak lepas dari peran orang tua. Meskipun demikian, penulis melihat ada perbedaan antara transformasi yang dialami Si Doel di dalam film Si Doel Anak Betawi dan sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Perbedaan terletak pada faktor orang tua sebagai pendorong transformasi tersebut. Dalam film Si Doel Anak Betawi, memang terlihat tekad Asman, ayah Si Doel yang begitu menginginkan Si Doel dapat bersekolah. Menurutnya, sudah sepatutnya anak Betawi, dalam hal ini Si Doel, dapat mengubah nasibnya menjadi lebih baik daripada sekedar menjadi sopir. Oleh karena itu, Asman sangat berharap Si Doel dapat bersekolah dan menjadi anak yang pintar sehingga ia dapat lepas dari stereotip anak Betawi yang selama ini memiliki pekerjaan rendahan. Dalam percakapan dalam film Si Doel Anak Betawi berikut tergambar jelas keinginan Asman untuk menyekolahkan Si Doel. Secara tersirat, Asman tahu betul bahwa dengan pendidikan maka nasib seseorang dapat berubah menjadi lebih baik. Asman : “Kamu jangan kuatir, Doel. Tahun depan kamu sudah sekolah dan jadi anak yang pinter. Tidak semestinya anak Betawi dari jaman ke jaman cuma jadi supir dan mandor saja.” Namun demikian, tekad Asman tersebut belum sempat diwujudkannya karena ia wafat dalam sebuah kecelakaan. Sehingga, tidak terlihat ada upaya konkrit Asman untuk menyekolahkan sang putra maupun hasilnya. Sepeninggal sang ayah, Si Doel harus mengubur cita-citanya untuk sekolah. Si Doel akhirnya dapat sekolah karena Asmat, pamannya, memutuskan untuk mewujudkan cita-cita sang keponakan. Tanpa Asmat, mungkin Si Doel tetap berjualan dan tidak sekolah. Hal yang berbeda terjadi pada peran orang tua dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Tekad Sabeni, ayah Si Doel, untuk menyekolahkan Si Doel hingga perguruan tinggi sangat terlihat. Sabeni sangat menyadari bahwa satu-satunya cara agar sang putra dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dari dirinya adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu, ia melakukan berbagai upaya agar Si Doel dapat sekolah. Ia merelakan Atun, adik Si Doel, hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar.Sabeni pun bersusah payah menjual tanahnya untuk membiayai pendidikan Si Doel. Kuatnya tekad Sabeni ini tidak jarang membuatnya bertemperamen keras dan emosional.Hal ini membuatnya kadang berselisih pendapat dengan Si Doel. Akan tetapi, ia
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
16
sadar betul dengan sifatnya tersebut, yang semata bertujuan agar Si Doel dapat memperoleh masa depan yang baik serta kehidupan yang baik pula. Tekad Sabeni yang tinggi agar Si Doel dapat menjadi orang sukses dan berpendidikan terkadang membuat emosinya meluap-luap.Tidak jarang pertengkaran antara ayah dan anak pun terjadi. Si Doel pun tidak jarang terlihat merasa tertekan dengan sikap sang ayah. Pada saat-saat seperti ini sosok Lela sebagai ibu berperan cukup kuat.Ia menenangkan Si Doel dan membesarkan hatinya. Lela sering mengatakan kepada Si Doel agar terus bersabar. Selain itu, Lela juga sering melerai pertengkaran antara Sabeni dengan Si Doel.Terlihat beberapa kali Lela juga menenangkan Sabeni yang diliput emosi.Lela mengatakan pula agar Sabeni tidak terlalu keras menekan Si Doel. Dalam percakapan antara Sabeni dan Si Doel berikut terlihat alasan Sabeni bertekad keras untuk menyekolahkan Si Doel hingga ke perguruan tinggi.Dengan begitu, Si Doel dapat terlepas dari stereotipe yang selama ini melekat pada masyarakat Betawi. Sabeni: “Doel, biar Babe tukang ngomel, namanye ame anak biar kate kaki bakal kepale, kepale bakal kaki, demi elu Babe ikhlas. Ini memang kemauan Babe, Doel.Bukan ngecawain elu, bukan. Kemauan Babe supaya elu bisa pinter sekolahnye, bisa tinggi sekolahnye, bisa jadi orang pangkat. Jangan kayak Babe jadi supir atau elu entar jadi tukang buah, tukang layangan, calo tanah. Bukan itu yang gue mau, Doel.Sekali-sekali elu jadi gubernur, gitu.” Kemauan dan cita-cita Sabeni yang besar untuk mengubah nasib dan agar Si Doel memperoleh masa depan yang baik itulah yang membuat Si Doel tetap bersekolah dan pada akhirnya berhasil menjadi sarjana.
Kesimpulan Pendidikan merupakan sarana yang digunakan Si Doel, seorang anak Betawi dalam film Si Doel Anak Betawi dan sinetron Si Doel Anak Sekolahan untuk melakukan transformasi demi melepaskan diri dari stereotipe yang selama ini melekat dalam diri masyarakatnya. Stereotipe tersebut antara lain masyarakat Betawi dipandang sebagai masyarakat yang termarjinalisasi secara ekonomi dan berpendidikan rendah. Pandangan ini yang mendasari Asman, ayah Si Doel dalam film dan Sabeni dalam sinetron untuk menyekolahkan sang putra. Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam peran mereka membantu transformasi Si Doel melalui
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
17
pendidikan, mereka memiliki tujuan yang sama, yakni menuntun sang putra menuju masa depan dan kehidupan yang lebih baik.
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014
18
KEPUSTAKAAN
Barker, Chris. Tanpa tahun.The Sage Dictionary of Cultural Studies. Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc. Dt. Madjoindo, Aman. 1990. Si Dul Anak Jakarta. Jakarta: Balai Pustaka Given, Lisa M. (Ed.). 2008. The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods. Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc. Katubi. 2009. Languagescape dan Identitas Kultural Dalam Televisi: Fenomena Si Doel Anak Sekolahan. In Masyarakat Indonesia: Majalah Ilmu-ilmu Sosial di Indonesia (Jilid XXXV, No. 1, pp. 177—198). Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Koentjaraningrat.2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.Cetakan kesembilan belas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama “Konsep Dasar Antropologi,” dalam file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR…/Konsep_Dasar_Antropologi.pdf, diakses pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 01.13 Loven, Klarijn. 2008. Watching Si Doel: Television, language, and cultural identity in contemporary Indonesia. Leiden: KITLV Press Muhammad, Wahyudi Akmaliah. 4 November 2009. Stigmatisasi Terhadap Orang Betawi: Catatan untuk Si Doel. Diakses pada tanggal 16 Maret 2014 pukul 23.30 WIB. http://sosbud.kompasiana.com/2009/11/04/stigmatisasi-terhadap-orang-betawicatatan-untuk-si-doel-21571.html Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Suara Merdeka, Selasa 13 Agustus 2002 “Si Doel Akhirnya Dapatkan Gadis Pilihan”. Tanpa nama penulis. Tanpa
nama
penulis.
“The
Psychology
of
Prejudice:
An
Overview,”
dalam
www.understandingprejudice.org/apa/english, diakses pada tanggal 10 Mei 2014 pukul 23.40 WIB
Studi kasus …, Sakina Rakhma Diah, FIB UI, 2014