PENCITRAAN DIRI CHAIRUL TANJUNG DALAM BUKU “SI ANAK SINGKONG” (Studi Analisis Framing Buku “Si Anak Singkong”) Fadilah Sonia 070904007 Abstrak Chairul Tanjung Si Anak Singkong karya Tjahja Gunawan Diredja merupakan salah satu karya yang diterbitkan PT. Kompas Media Nusantara pada tahun 2012 ini sebagai salah satu naskah terbaik. Tulisan ini sendiri telah dibukukan yang mengisahkan tentang perjalanan sosok Chairul Tanjung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pencitraan sosok Chairul Tanjung Si Anak Singkong yang merupakan salah satu kisah perjalanan hidupnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pan dan Kosicki sendiri membagi perangkat Framing dalam empat struktur besar yaitu sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat struktur ini yang akan dianalisis satu per satu untuk mendapat jalinan konstruksi dari naskah ini. Dari sini dapat kita lihat bahwa suatu teks berita lahir bukan hanya dari apa adanya peristiwa, tapi juga dikonstruksi oleh pihak di belakang teks tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan narasumber dari sudut pandang wartawan yang mewawancari langsung Chairul Tanjung membuat penulis tidak memperoleh hambatan dalam membuat tulisan ini. Menulis mengenai hiruk-pikuk serta perjalanan kehidupan Chairul Tanjung menjadi sebuah motivasi khusus bagi penulis dan pembacanya. Tulisan ini juga cukup konprehensif dan proporsional karena sesuai dengan apa yang dialami langsung dari sebuah suatu kehidupan Chairul Tanjung. Kata Kunci : Framing, Pencitraan, Biografi, Chairul Tanjung PENDAHULUAN Begitu banyak tokoh yang dapat menjadi inspirasi generasi muda pada saat ini didalam bidang–bidang tertentu, dengan adanya tokoh tersebut akan membuat generasi muda pada zaman sekarang lebih membuka mata untuk bisa lebih kereatif lagi pada zaman gelobal saat ini, sedangkan kita ketahui dengan adanya perubahan gelobal pada saat ini banyak generasi tidak ada kesadaran bahwasanya perkembangan indonesia ada ditangan generasi muda mau dibawa kemana kelak indonesia jika generasi mudanya hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apa– apa. Chairul Tanjung lahir dikeluarga yang sederhana berorang tua darah Batak-Sunda, A.G Tanjung dan Halimah, beliau merupakan lulusan dari FKG UI dan SMA Boedi Sutomo, masa kecil penuh dengan kecerian dilalui seperti anak pinggiran kota pada umumnya. Beliau mendapatkan ajaran agama yang sangat kuat dari sang nenek yang juga guru agama di SD Negeri Jalan Tepekong, jakarta didikan yang diberikan sang nenek menjadi panduan sepanjang hidup hingga saat ini kedisplinan orang tuanya dengan penghasilan sangat terbatas rela mengorbankan apa pun agar anak–anaknya bisa mengenyam pendidikan disekolah
1
swasta. Diusia yang masih sangat belia, ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, anak tersebut sudah mulai mengurus keperluan transportasi teman–temannya yang akan study tour. Mengapa peneliti mengambil sosok seorang Chairul Tanjung sebagai salah satu tokoh yang diteliti, menurut peneliti seorang Chairul Tanjung adalah tokoh media massa seperti kita ketahui beliau merupakan pemilik salah satu stasiun televisi yaitu TRANSTV, TRAN7 dan masih banyak perusahan yang dipimpin oleh beliau, peneliti tersebut dan ingin mengetahui bagaimanakah kisah seorang Chairul Tanjung “Si Anak Singkong” ini tumbuh menjadi salah satu orang yang diperhitungkan dalam indonesia dan bagaimanakah sosok seorang Chairul Tanjung dalam Buku Biografi tersebut. Dengan adanya penelitian ini maka peneliti ingin melihat bahwasanya bagaimanakah wartawan mengambarkan sosok seorang Chairul Tanjung dalam Buku Biografi “Si Anak Singkong” tersebut. Selain itu kepentingan internal jurnalistik dan pemilik media. Kebijakan redaksi media juga dapat berpengaruh terhadap pembuatan Buku Biografi tersebut. Ideologi yang dianut juga merupakan kekuatan lain yang mempengarui bagaimana media memahami, menuliskan sehingga memposisikan dirinya atas realitas yang ada disekitarnya. Tulis menulis dan menyiarkan berita adalah tugas wartawan. Artinya tugas utama insan media adalah mengkonstruksikan berbagai realitas atas kejadian yang dilaporkan. Pembuatan berita dimedia pada dasarnya penyusunan realitas–realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dan tentu saja pengunaan bahasa tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bahkan, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk mengambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai resprestasi yang berperan dalam subjek tertentu, tema–tema wacana tertentu, maupun strategi–strategi didalamnya (Eriyanto, 2001:6) PEMBAHASAN Penulis membuka tulisan ini dengan deksripsi tentang sosok Chairul Tanjung dan sekitarnya pada : Bagian satu. Beberapa tokoh utama diperkenalkan pada bagian ini, namun porsi tentang Chairul Tanjung dan sekitarnya lebih menonjol dengan adanya deskripsi Kain Halus Ibu sebagai Biaya Kuliah. Penulis juga menceritakan tentang keadaan Chairul Tanjung saat memasuki perguruan tinggi dan usaha yang dilakukannya untuk berusaha sendiri membiayai biaya kuliahnya setelah ia mengetahui bahwa uang kuliah pertamanya di dapat dari menjual kain halus milik ibu yang sangat membuat ia merasa harus berusaha sendiri. Bagian dua ini, penulis menjelaskan mengenai pendapatan pertama Chairul Tanjung sebesar Rp 15.000,- yang ia dapatkan dari hasil keuntungan uang fotokopi dari teman-teman sekelasnya dimana dalam setiap memfotokopi satu buku ia memperoleh keuntungan sebesar Rp 150 dengan jumlah satu kelas 100 mahsiswa yang seangkatan dengannya dan dari hasil 150 dikalikan dengan jumlah mahasiswa ia memperoleh sebesar Rp 15.000, dan ia percaya keuntungan pertama tersebut merupakan momentum pembangkit kepercayaan diri selanjutnya. Bagian Tiga, penulis memaparkan sosok seorang Chairul Tanjung yang menjadi juragan fotokopi di kampusnya yaitu perguruan tinggi PTN. Pada saat itu
2
ia merupakan mahasiswa yang paling sibuk di seluruh Universitas Indonesia kala itu, semakin banyak teman dan dosen yang menyukai usaha kecil yang sedang digelutinya. Bagian Empat, bagian ini dibuka dengan suasana yang berbeda dimana awalnya tokoh dalam cerita ini membuka usaha fotokopi sampai menjadi juragan fotokopi. Bagian ini mengisahkan tokoh yang memulai usaha dengan menjual alat kedokteran di kampus dengan mendekati salah satu junior yang ayahnya merupakan distributor langsung dalam penjualan alat-alat kedokteran. Bagian Lima, mengisahkan sosok seorang sahabat yang mendapatkan nilai D pada mata kuliah kewiraan, dan mereka membutuhkan bantuan untuk mendapatkan nilai yang baik, saat itu tokoh dalam cerita ini mempelajari beberapa buku untuk mereferensikan suatu buku mengenai kewiraan, yang akhirnya setelah mendengar penjelasan tokoh teman-teman tokoh memperoleh nilai bagus tanpa menjalani test ujian. Bagian Enam sendiri menceritakan tentang tokoh yang merupakan mahasiswa teladan, aktivis sekaligus pebisnis dan ia juga terpilih sebagai Ketua Mahasiswa FKG Angkatan 1981 dan berlanjut menjadi ketua seluruh angkatan di Universitas Indonesia yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Ex-Officio Dewan Mahasiswa UI. Bagian Tujuh mengisahkan tentang penyakit Talasemia yang tidak merupakan menyakit tetapi seperti kelainan yang disebabkan faktor genetik, dan menyebabkan kondisi penderita lemah dan tidak kuat serta wajahnya pucat. Singkat cerita, untuk mereferensikan penyakit ini kepada masyarakat tokoh mencoba menggelar seminar pertama di Indonesia dengan tema “Thalasemia”. Bagian Delapan ini penulis mencoba menceritakan kegagalan tokoh saat pertama kali membuka usaha di luar Kampus. Bagian Sembilan menceritakan peran pendidikan yang bermula dari keluarga. Tokoh yang sudah terbiasa semangat dan memiliki daya juang itu bermula dari didikan keluarga yang keras dan tegas yang mengajarkan tokoh menjadi lebih tegar serta memiliki kedislinan yang baik untuk diterapkan. Bagian Sepuluh, mendeskripsikan saat menunggu Bapak pulang demi zakat fitrah yang harus dibayar pada malam takbiran, saat itu tokoh berada di sudut ujung jalan yang menunggu bapaknya dengan harapan membawa uang untuk membayar zakat. Bagian Sebelas, penulis menceritakan awal mula Chairul Tanjung mengeluti dunia teater, bersama teman – temannya, dilakukan setiap peringatan 17 Agustus, sekolahnya mengadakan berbagai perlombaan antar kelas. Prita, salah satu teman tokoh sekelas memiliki kakak kandung seorang guru teater dan dia mengusulkan agar berlatih kepadanya. Pada bagian ini juga, penulis menceritakan berbagai kegiatan yang di lakukan oleh Chairul Tanjung semasa SMP. Bagian Duabelas, penulis menceritakan ketertarikan pada seni drama karena itu tokoh belajar soal teater hingga SMA kelas II kepada Mas Yan Daryono. Penulis juga menggambarkan dampak dari teater yang dialaminya membuat Chairul Tanjung berani menyampaikan pendapat dengan jujur. Bagian Tigabelas, penulis menceritakan setelah banyak berdiskusi bahan – bahan pelajaran berat yang tidak di temukan secara formal di sekolah tokoh selalu temukan dalam dunia teater, bagian ini juga penulis menceritakan bermacam – macam kelakuan dan kegiatan yang di lakukan Chairul Tanjung seperti
3
mengamen, dan uang hasil mengamen di kumpulkan, di bagi rata untuk makan bersama tukang becak, tukang bajaj di sekitarnya. Bagian Empatbelas, menceritakan pertemuan Chairul Tanjung dengan teman – temannya semasa mengeluti teater. Tahun 1987 tokoh kembali bertemu Mas Yan saat Mas Yan mengelola sebuah majalah di Hotel Hilton (kini Hotel Sultan), dan kebetulan sedang mengikuti acara Bajar Indonesia disana. Bagian Limabelas, penulis juga menceritakan kisah cerita semasa tokoh mengalami proses belajar di SMA Negeri 1 Boedi, pada saat itu seorang guru biologi Pak Ganjar memberi tugas praktikum, penelitian dilapangan, dan ini tidak di sekitar sekolah, tapi dipelosok Ciapus, Bogor. Dilalui dengan berjalan kaki melewati perjalanaan yang lumayan berat, pada saat itu dibutuhkan tali tambang untuk perjalanan tersebut. Bagian Enambelas, penulis menceritakan tujuan dari reunian yang dilakukan oleh Almamater Boedoet. Pada bagian ini juga tujuan yang dilakukan Chairul Tanjung upaya mempererat silaturahmi seperti yang dilakukan Chairul pada tahun 2006. Bagian Tujuhbelas, menceritakan kegiatan yang dilakukan tokoh dalam Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) jaya. Pada saat itu tokoh terpilih menjadi salah satu grup fisika. Bagian Delapanbelas, mengisahkan awal mula pabrik sepatu yang digeluti oleh tokoh. Bermula pada tahun 1987, kala itu tokoh menjadi kontraktor membangun pabrik sumpit di Citeureup, Bogor. Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditentang. Meski proses panjang telah direntang. Bagian Sembilanbelas, penulis menceritakan tentang rumah tangga Chairul Tanjung dan peranan seorang istri yang merupakan pilar utama dalam rumahtangga. Bagian Duapuluh, bagian ini menceritakan tentang kepedulian Chairul Tanjung kepada ibunya. Pada tahun 1995, Ibu Chairul meminta untuk pergi naik haji. Bagian Duapuluhsatu, Penulis menceritakan usaha yang akan mulai ditambah oleh tokoh dalam dunia bisnisnya. Menjelang tahun 1989, saat sudah memiliki dua atau tiga pabrik dan menjelang penambahan modal berikutnya, tokoh kembali berencana meminjam ke Bank Exim. Bagian Duapuluhdua, dalam hal ini penulis mengambarkan sosok Chairul Tanjung yang memiliki cara berfikir tokoh dalam mengatasi Restrukturisasi Ekonomi, berbagai hal yang dilakukan tokoh dalam hal ini seperti berdiskusi dengan para ahli Ekonomi. Bagian Duapuluhtiga, menceritakan kepada pembaca awal bedirinyan Komite Kemanusiaan Indonesia (KKI). Krisis moneter din Asia dan Indonesia pada tahun 1997, berlanjut kepada krisis multidimensi dimulai pada 1998, telah merontokksn hampir seluruh tatanan yang selama ini stabil. Bagian Duapuluhempat, disini penulis menceritakan program kerja yang dilakukan pada saat KKI mengambarkan kesuksesan tokoh dalam dunia kegiatannya. Bagian Duapuluhlima, menceritakan kronologis asal mula adanya Bank Mega. Keputusan berani beresiko setelah memakan waktu dua minggu , akhirnya tokoh mendapat gambaran tentang kondisi Mega Bank.
4
Bagian Duapuluhenam, penulis menceritakan kepada pembaca kinerja seorang Chairul Tanjung. Kerja Spartan Bank Mega secara fisik, de facto, tokoh ambil pada tahun 1995. Bagian Duapuluhtujuh, penulis menceritakan Bank Mega Syariah dan kebangkitan Ekonomi Umat yang dilakukan tokoh dalam membangun Bank syariah. Bagian Duapuluhdelapan, penulis menceritakan tentang kronologis tentang Piala Thomas Terakhir bagi indonesia, yang di pimpin oleh Chairul Tanjung. Bagian Duapuluhsembilan, penulis menceritakan awalmulanya pembangunan Rumah Anak Madani yang dilakukan tokoh dalam menolong korban Tsunami. Bagian ini menceritakan tentang bantuan yang di berikan Chairul Tanjung terhadap korban Tsunami. Bagian Tigapuluh, penulis menjabarkan mengenai syarat-syarat memasuki Sekolah CTF yang akan mereka didik secara khusus dan disiapkan agar diterima di berbagai universitas dalam dan luar negeri ternama Bagian Tigapuluhsatu, penulis menceritakan perjuangan Chairul Tanjung menyongsong “Indonesia Bisa” saat mengalami krisis global yang terulang kembali di tahun 2008. Bagian Tigapuluhdua, menceritakan sosok seorang Chairul Tanjung “si pemimpi besar” yang bermimpi memperbaiki perekonomian Indonesia tahun 2030 dengan tidak terlalu menghiraukan berbagai pandangan sinikal justru hal itu memacu Chairul Tanjung untuk bisa menganalisis secara rasional sekaligus membuktikan kebenaran proyeksi tersebut. Bagian Tigapuluhtiga, menceritakan sejarahnya Islam yang sangat jaya dari segi keduniaan, khususnya pada era Otonom Turki, menguasai sebagian besar dunia. Bagian Tigapuluhempat, penulis menceritakan “Transformasi Dunia Televisi Indonesia, penulis menegaskan perkembangan televisi di Indonesia yang berawal dari perusahaan Bank Exim. Bagian Tigapuluhlima, penulis menceritakan setelah pemerintahan Orde Reformasi di bawah Presiden B.J. Habibie memberikan izin baru kepada lima stasiun televisi untuk dikelola. Bagian Tigapuluhenam, kembali menceritakan awal mulanya sosok seorang Chairul Tanjung yang membeli Carrefour yang merupakan perusahaan ritel terbesar di Indonesia. Bagian Tigapuluhtujuh, penulis menceritakan secara singkat perkembangan Era Baru Indonesia yang dimulai dari pemerintahan Pak Harto yang berpendapat bahwa saya menjalankan roda usaha dengan uang ABRI, hanya karena Pak Rudini (almarhum) sebagai salah satu pengurus dan pemakaian nama Para Group yang dikaitkan. Bagian Tigapuluhdelapan, menceritakan sosok Chairul Tanjung yang mengembangkan perekonomian dengan meningkatkan sektor bisnis suatu perusahaan. Bagian Tigapuluhsembilan, menceritakan awal perjalanan Chairul Tanjung memulai bisnisnya yang dimulai dari bisnis formal pada tahun 1987 sampai akhirnya sekarang yang telah diberi jalan dan kemampuan oleh Tuhan
5
Yang Maha Esa untuk membangun industri besar di berbagai lini yang fokus pada bidang consumers. Bagian Empatpuluh, Pada bagian ini berisi epilog singkat sejarah sosok Chairul Tanjung yang dulunya disekolahkan oleh neneknya di sekolah Belanda, SD dan SMP Van Lith, Jakarta, yang sangat disiplin, yang mengajarkan pertama kali tentang bisnis, kejujuran, kedisplinan, dan tanggung jawab. Secara keseluruhan tulisan ini menceritakan pencitraan diri secara kronologis sosok Chairul Tanjung mulai dari awal ia memasuki sekolah SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Awalnya ia memulai usaha kecil, menjadi seorang enterpreneurship, pebisnis sampai akhirnya menguasai sebagian besar perusahaan ritel terbesar di Indonesia yaitu Carrefour. Peneliti juga memberikan informasi atas apa yang diberitakan media pada saat itu, sekaligus menceritakan kisahnya sesuai dengan apa yang dialami langsung oleh Chairul Tanjung mulai dari kehidupannya yang pahit sampai ia mempunyai kehidupan yang bagus hingga sekarang ini. Selain itu peneliti juga menjabarkan semua pihak-pihak yang terlibat di dalam cerita ini baik itu keluarga, rekan bisnis, maupun orang-orang penting yang mendukung dalam penulisan cerita ini. Tulisan ini memang mengisahkan tentang pencitraan diri sosok Chairul Tanjung yang bijaksana, peduli akan sekitar serta memperlakukan umat manusia secara sama, selain itu Chairul Tanjung juga tidak membeda-bedakan siapapun yang berhubungan langsung dengannya karena ia merupakan sosok yang selalu memperhatikan rakyat kecil dan berusaha untuk meningkatkan perekonomian rakyat agar menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia. Pemaparan-pemaparan seperti ini mengesankan pencitraan diri Chairul Tanjung oleh wartawan, tanpa diketahui latar belakang yang mendasari tentang pembuatan buku biografi tersebut. Wartawan memang tidak secara rinci menceritakan kisah yang dialami Chairul Tanjung, namun cerita singkat dapat dijelaskan oleh peneliti bahwa buku biografi yang menceritakan pengalaman hidup Chairul Tanjung merupakan pencitraan diri dari seorang Chairul Tanjung dalam bidang kesuksesannya. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing yang terdiri dari empat struktur yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur retoris. Hasil penelitian menunjukkan wartawan lebih fokus terhadap biografi sosok Chairul Tanjung. Analisis yang dilakukan terhadap Buku Biografi yang berjudul Chairul Tanjung “Si Anak Singkong” menunjukkan bahwa cerita yang mengambil sudut pandang kisah perjalanan kehidupan serta pencitraan diri Chairul Tanjung yang disebut “Anak Singkong” menjadi pengusaha yang diperhitungkan dalam dunia bisnis. 2. Konstruksi yang dibangun penulis dalam naskah pencitraan diri dalam Buku Biografi adalah menceritakan tentang kisah kehidupan maupun pencitraan diri Chairul Tanjung dalam Buku Biografi tersebut. Tokoh mengatakan bahwa kesuksesan yang diraih oleh tokoh bukan sebuah kesuksesan dadakan melainkan diperoleh dari kerja keras bertahun-tahun yang dimulai saat tokoh
6
3.
menginjakkan kaki diperguruan tinggi yang dimulai dari usaha fotokopi, industri alas kaki, keuangan, lantas menguritai kerberbagai usaha, mengakuisi perusahaan asing (carrefour) dan payung perusahaan Para Group yang saat ini telah dirubah menjadi CT Corp (Chairul Tanjung Corpora). Tulisan panjang yang dikemas dalam bentuk pencitraan diri dalam Buku Biografi mempunyai kekuatan untuk mengupas cerita dalam Buku Biografi tersebut secara deskriptif kualitatif sehingga pembaca dapat memahami dan mengerti isi Buku Biografi tersebut. Dalam tulisan ini penulis mengonstruksikan pencintraan diri berbagai realitas atas kejadian yang dialami tokoh dalam kehidupannya. Terlebih dengan pembuatan cerita dalam Buku Biografi. Pencitraan diri merupakan penyusunan realitas-realitas sehingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna dan keberadaan bahasa yang tidak terlepas sebagai alat semata untuk menggambarkan realitas, melainkan dapat juga menentukan gambaran (makna citra) mengenai tokoh dengan menggunakan 5W 1H sehingga lebih mudah untuk mencari konstruksi cerita terhadap Buku Biografi.
DAFTAR REFRENSI Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Prenada Media Group. __________. 2008. Sosiologi Komunikasi : Teori Paradigma, dan Dikursus Teknologi Masyarakat. Jakarta : Kencana. Entman, Robert M. 1993. Framing : Toward classification of a Fractured Paradigma, dalam Journal of Communication vol. 43 No. 4/1993. Eriyanto, 2001. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:LKIS. __________. 2002. Analisis Framing : Konstruksi Politik, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta LKIS. Gusta, Firdha Yuni. 2011. Konstruksi Harian Media Indonesia Terhadap Partai Golkar dalam Berita Hak Angket Kasus Mafia Pajak. Medan : Universitas Sumatera Utara. Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2006. Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta : Yayasan Pantau. Kriyanto, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana. Mulyana. Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosiologi. Yogyakarta : UGM Press. Naruddin, 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur. Pan, Zhongdong and Gerald M. Kosicki, “Framing Analysis : An Approach to News Discours” dalam Political Communication Vol 10/1991. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. remaja Rosdakarya. Rizkiyab, Yuliani. 2012. Studi Analisis Framing, Pemberitaan Jatuhnya Rezim Muammar Qadhafi di Majalah Tempo. Medan. : Universitas Sumatera Utara. Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.Bandung : PT. Karya Offset. Cetakan Ketiga.
7
__________. 2004. Analisis Teks Media. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode penelitian survey. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia. __________, 2011. Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan keputusan Konsumen serta Kritik terhadap L. berger dan Thomas Luckman. Jakarta : Kencana
8