Analisis Kesediaan Membayar Biaya Operasional-Pemeliharaan Infrastruktur Permukiman pada Masyarakat di Kawasan Kumuh (Studi Kasus : Permukiman Pampang dan Lette, Makassar) Willingness To Pay (WTP) Analysis for the Settlement Infrastructure Operation-Maintenance Cost of Communities in Slum Area (Case Study : Pampang and Lette Settlements, Makassar) Arvian Zanuardi1 dan Reinita Afif Aulia2 Satuan Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Penerapan Teknologi III Jl. Raya Waru No.20 Sidoarjo, Jawa Timur 61256 1 Email :
[email protected] 2 Email :
[email protected] Tanggal diterima: 2 Februari 2016; Tanggal disetujui: 30 Maret 2016 ABSTRACT Indonesian effort on slum-free realization is still constrained by many cases of unsustainable slum treatment programs. Slum area that has been handled can be potentially back to slum because of the infrastructures that are not optimally functionate or damaged. Community participation on supporting the operational-maintenance (OM) cost is necessary to ensure the sustainability of the infrastructure services. This study aimed to analyze the communities willingness to participate on the infrastructure OM cost and its influencing factors. The case study are conducted in Pampang and Lette slum areas, in the city of Makassar. The method used is descriptive statistics and regression analysis. The results showed that the Willingness To Pay (WTP) value is still lacking with average of Rp. 9.404,75/KK (Pampang) and Rp. 6.634,62/KK (Lette). Factors that affecting the WTP are the income (koef. +924,127), the ownership of capital and economic support (koef, -2.377,269), and the awareness of living in slum area (koef. +1.754,219). Even though ten predictor variables were analyzed and only three of them have significant influence, the level of colinearity in the analysis model is tolerated. Keywords: slum treatment, sustainability, Willingness To Pay (WTP), operational-maintenance cost, regression analysis, predictor variables
ABSTRAK Upaya merealisasikan Indonesia bebas kumuh masih terkendala oleh banyak tidak terpenuhinya keberlangsungan program penanganan. Kawasan yang telah ditata berpotensi kumuh kembali akibat infrastruktur yang tidak berfungsi optimal atau rusak. Partisipasi masyarakat dalam mendukung biaya operasional-pemeliharaan (OP) dirasakan perlu guna menjamin keberlanjutan pelayanan sarana prasarana permukiman yang ada. Penelitian ini bertujuan menganalisis kesediaan masyarakat dan faktor prediktor yang mempengaruhinya dalam partisipasi iuran bulanan biaya OP infrastruktur permukiman. Studi kasus dilakukan di kawasan kumuh Pampang dan Lette yang ada di kota Makassar. Metode yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesediaan membayar (WTP) masyarakat masih kurang dengan rata-rata nilai WTP hanya sebesar Rp. 9.404,75/KK (Pampang) dan Rp. 6.634,62/KK (Lette). Faktor yang mempengaruhi tingkat kesediaan membayar tersebut adalah pendapatan (koef. +924,127), kepemilikan modal dan penunjang ekonomi (koef, -2.377,269), serta kesadaran masyarakat tinggal di permukiman kumuh (koef. +1.754,219). Meski dari sepuluh variabel pediktor yang dianalisis hanya tiga yang signifikan pengaruhnya, tingkat kolinearitas dalam model analisis masih ditoleransi. Kata Kunci : penanganan kumuh, keberlanjutan, kesediaan membayar (WTP), biaya operasional-pemeliharaan, analisis regresi, variabel prediktor
37
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 37 - 49
PENDAHULUAN Derasnya pengaruh perkembangan urban berdampak pada sulitnya penanganan permukiman kumuh di wilayah perkotaan. Target Indonesia bebas kumuh (cities without slum) di tahun 2020 pun menjadi tugas yang berat bagi pemerintah. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya kasus penanganan permukiman kumuh yang tidak optimal. Hasil program peningkatan kualitas permukiman hanya dirasakan dalam jangka waktu singkat, dan kawasan berpotensi menuju kumuh kembali. Salah satu faktor penyebab tidak terjadinya keberlanjutan (sustainability) dalam penanganan kumuh adalah penentuan penanganan yang tidak didasari pada keterjangkauan (affordability) dari masyarakat maupun pemerintah daerah dalam menjamin keberlangsungan program (Hadriyanto, 1996). Hal ini menyebabkan seringnya ditemuinya program penanganan yang tidak memiliki kemampuan cost recovery. Idealnya penanganan kumuh di suatu kawasan permukiman tidaklah menjadi proyek berkala. Pembangunan infrastruktur guna peningkatan kualitas permukiman harus dilanjutkan ke kawasan lainnya secara bergilir. Oleh karena itu, penting adanya penyiapan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan program, khususnya dengan partisipasi menjaga, merawat atau pun mengembangkan infrastruktur yang telah dibangun.
Partisipasi masyarakat merupakan hal penting dalam kegiatan pembangunan agar hasilnya lebih terarah dan bermanfaat optimal bagi warga (Noegroho, 2012). Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam proses operasional dan pemeliharaan (OP) agar mampu menjamin keberlangsungan fungsi dan pelayanan saranaprasarana permukiman yang telah diinvestasikan pemerintah. Hutagalung (2013) menyatakan bahwa bentuk partisipasi pada tahap pelaksanaan didominasi oleh tenaga sedangkan dalam tahap pelestarian yaitu berupa uang (iuran). Selain luasan kawasan permukiman kumuh yang besar, kawasan permukiman kumuh ini pun rata-rata dihuni oleh warga miskin (Hasanuddin, 2014), yang tidak mampu mengakses perumahan yang layak (Musthofa, 2011). Meminta masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk uang iuran bulanan adalah masalah yang cukup sulit, meskipun sudah dilakukan penyadaran bahwa kontribusi tersebut adalah untuk keberlangsungan fasilitas yang mereka pakai sendiri.
38
Dari dasar tersebut, peneliti mencoba mengkaji
partisipasi masyarakat dalam mendukung biaya OP infrastruktur di kawasan permukiman kumuh. Permukiman Pampang dan Lette sebagai dua kawasan prioritas penanganan kumuh di Kota Makassar dipilih sebagai lokasi studi kasus. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kesediaan masyarakat dalam mendukung biaya OP infrastruktur dengan model iuran bulanan. Analisis dikaitkan dengan faktor prediktor yang dimungkinkan mempengaruhi tingkat Willingness To Pay (WTP). Topik studi tersebut dipilih karena masih sangat terbatas studi WTP tentang operasional pemeliharaan infrastruktur permukiman dalam rangka penanganan kawasan kumuh. Selain untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat secara finansial, studi WTP ini juga ingin menggambarkan preferensi masyarakat terhadap jenis infrastruktur permukiman yang diprioritaskan serta tingkat layanan sesuai dengan kebutuhannya. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan kebijakan khususnya dalam hal perencanaan program penanganan kumuh yang lebih optimal serta menjadi dasar dalam penyiapan masyarakat pra pelaksanaan program penanganan kumuh agar didapatkan dukungan tingkat kesediaan membayar (WTP) masyarakat yang lebih baik. KAJIAN PUSTAKA
Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Kemauan untuk membayar (Willingness To Pay) merupakan sebuah konsep ekonomi yang mempunyai fungsi untuk menentukan jumlah uang yang akan dibayarkan konsumen untuk penyediaan suatu barang dan jasa. WTP mempunyai peranan pada berbagai riset untuk menemukenali kemauan membayar paling tinggi masyarakat terhadap suatu barang dan jasa (Randy, 2013). Selain itu, pendekatan WTP juga dapat digunakan untuk menentukan harga dari suatu produk/jasa (Tania dkk, 2011). Metode penilaian WTP dikategorisasikan menjadi 2 pendekatan utama. Pertama, dengan observasi yang dilakukan terhadap data pasar atau eksperimen. Kedua, pendekatan berbasis survei yang dilakukan secara langsung (direct methods) ataupun tidak langsung (indirect methods) (Gil, 2014). Model Stated Preference dinyatakan Sunarjito dan Wibowo (2014) sebagai teknik valuasi yang didasarkan pada survei di mana keinginan membayar diperoleh langsung dari responden, yang diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Metode
Analisis Kesediaan membayar Biaya Operasional - Pemeliharaan Infrastruktur Permukiman Pada Masyarakat di Kawasan kumuh Arvian Zanuardi dan Reinita Afif Aulia pertanyaan terbuka (open-ended) adalah metode paling sederhana untuk elisitasi WTP dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan akibat perubahan kualitas lingkungan. Faktor yang mempengaruhi WTP
Dalam konteks kesediaan membayar (WTP) masyarakat untuk mendapatkan pelayanan suatu sarana prasarana atau lingkungan, terdapat beberapa faktor yang ditemukan mempengaruhi tingkat kesediaan membayar (WTP) : - pendapatan, pengetahuan mengenai tarif dan persepsi serta penilaian tentang pelayanan yang diterima (Rianti dkk, 2012); - tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, tarif air bulanan, status kepemilikan pipa, kuantitas, dan kualitas air (Apriliyana, 2013);
- pendapatan total keluarga, pendidikan responden, pekerjaan responden, dan akses terhadap tempat kerja (Randy, 2013); - usia, pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga (Prasetyo, 2012); - luas lahan usaha, produktivitas lahan, pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, pengetahuan tentang manfaat, dan jarak rumah (Prasmatiwi dkk, 2011); - pendapatan, persepsi pentingnya konservasi dan gender responden (Afifah, 2013);
- karakteristik sosial ekonomi (usia, gender, jumlah keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, kesehatan), karakteristik permukiman (kepemilikan rumah, lama tinggal, jarak tempat tinggal), karakteristik prasarana (jenis dan tingkat kepuasan), karakteristik pemahaman (fungsi, tarif, pencemaran lingkungan), dan karakteristik pelayanan (dimensi dan frekuensi pengecekan) (Hidayat dan Maryati, 2015).
METODE PENELITIAN
Untuk kebutuhan analisis dipilih 2 (dua) lokasi studi kasus yang merupakan kawasan kumuh perkotaan, yakni Pampang dan Lette. Keduanya merupakan kawasan permukiman dengan kategori kumuh berat yang terletak di pusat kota Makassar. Berdasarkan asumsi karakteristik tipologi kumuh yang hampir sama, maka dilakukan penyatuan data dari kedua lokasi untuk analisis faktor prediktor yang mempengaruhi WTP.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 (enam) bulan, yaitu Juli s.d Desember 2015. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif statistik dan analisis regresi. Pengukuran Kesediaan Membayar (WTP)
Nilai kesediaan membayar (WTP) adalah besaran iuran bulanan dalam rupiah (Rp) yang mau dibayarkan oleh responden (mewakili setiap satu KK) untuk mendukung biaya OP infrastruktur permukiman di wilayahnya. Pengukuran kesediaan membayar masyarakat menggunakan metode direct survey (survei langsung), dimana responden diberikan model kuesioner bersifat close-ended yang berisi pertanyaan pilihan dikotomi.
Desain kuesioner WTP memuat pilihan jawaban untuk tidak mau membayar dan empat pilihan besaran iuran bulanan. Penyajian kuesioner diberi gambar konkrit infrastruktur untuk setiap tingkat iuran tertentu. Besarnya nilai iuran sebanding dengan peningkatan kualitas infrastruktur yang akan dibangun (lihat Tabel 1). Peningkatan kualitas layanan dimaksudkan agar dapat merekam preferensi masyarakat terkait tingkatan kualitas prasarana yang sebenarnya mereka butuhkan dan kesanggupan mereka mendukung biaya OP-nya. Diharapkan dengan begitu, pemerintah mendapatan informasi mengenai pilihan teknologi permukiman yang sesuai dengan affordability masyarakat di kawasan kumuh. Nilai kesediaan membayar merupakan jumlah uang yang mau dibayarkan oleh setiap KK dalam satu bulan sebagai iuran bulanan penunjang OP infrastruktur. Nilai kesediaan membayar per-KK ini (WTPi) diperoleh dengan penjumlahan nilai WTP seluruh jenis pelayanan infrastruktur permukiman (WTP1 s.d WTP7). Nilai WTPi digunakan untuk analisis prediktor, guna melihat faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat kesediaan membayar dan besar signifikansinya.
Sedangkan nilai kesediaan membayar masyarakat di kawasan permukiman (WTPa) didapat dari jumlah nilai WTPi di kawasan permukiman dibagi dengan jumlah sampel/responden yang diambil. Nilai WTPa ini juga dapat diartikan sebagai ratarata besaran nilai iuran yang sanggup dibayar perKK per-bulan untuk keseluruhan jenis layanan. 7
WTPi
∑ WTP 1
WTPa
1 n
n
∑ WTPi
n=1
39
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 37 - 49
Tabel 1. Desain kuesioner WTP untuk iuran bulanan OP infrastruktur permukiman kode
Jenis pelayanan
WTP1
Drainase
WTP4 WTP5
Jalan lingkungan Proteksi kebakaran
WTP2 WTP3 WTP6 WTP7
Rp.0
Sanitasi
Persampahan
Masyarakat tidak mau membayar. WTP = 0
MCK umum
Rp.1.000
Rp.2.000
Rp.2.500
Analisis dari model Kuesioner WTP ini :
Air Minum (SPAM)
Identifikasi lebih lanjut mengenai variabelvariabel yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan masyarakat untuk bersedia atau tidak bersedia membayar dilakukan dengan analisis prediktor WTP. Metode yang digunakan adalah
Rp.1.500
Peningkatan besaran iuran sebanding peningkatan teknologi infrastruktur permukiman/kualitas layanan
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Analisis Prediktor WTP
besaran iuran bulanan per-KK
- Besar iuran yang bersedia dikeluarkan masyarakat setiap bulan masyarakat akan tingkat pelayanan - Preferensi infrastruktur sesuai kebutuhan dan kemampuan
analisis regresi yang dilakukan dengan bantuan aplikasi pengolah data statistik SPSS versi 22.
Berdasarkan teori yang dikemukakan, berikut beberapa variabel yang akan dikaji sebagai prediktor yang mempengaruhi tingkat WTP masyarakat (lihat Tabel 2) :
Tabel 2. Variabel yang akan dianalisis sebagai prediktor
Faktor
kode X1 X2
X3 Umum dan sosial
40
Jenis kelamin Usia
Pendidikan terakhir
X4
Pekerjaan
X5
Lama tinggal di permukiman
X6
Ekonomi
Variabel
X7
Pendapatan bulanan diterima
Modal dan sarpras penunjang ekonomi
Pilihan data kuesioner 1. Laki-laki
2. Perempuan
1. 0 s.d 25 thn
2. diatas 25 thn s.d 40 thn 3. diatas 40 thn s.d 55 thn 4. diatas 55 thn
1. Tidak sekolah 2. SD
3. SMP
4. SMA dan diatasnya
1. PNS / Karyawan swasta 2. Pedagang
3. Buruh/Petani/Nelayan 4. Wirausaha lainnya 1. 0 s.d 10 thn
2. diatas 10 thn s.d 20 thn 3. diatas 20 thn s.d 30 thn 4. diatas 30 thn
1. ≤ Rp. 2.200.000
2. Rp. 2.200.000 s.d Rp. 2.700.000
3. > Rp. 2.700.000 s.d Rp. 3.100.000 4. > Rp. 3.100.000 s.d Rp. 3.600.000 5. > Rp. 3.600.000
1. Tidak ada modal dan tidak ada penunjang ekonomi 2. Tidak ada modal, tetapi ada penunjang ekonomi 3. Ada modal, tetapi tidak ada penunjang ekonomi 4. Ada modal dan ada penunjang ekonomi
Analisis Kesediaan membayar Biaya Operasional - Pemeliharaan Infrastruktur Permukiman Pada Masyarakat di Kawasan kumuh Arvian Zanuardi dan Reinita Afif Aulia Faktor
Pengetahuan dan persepsi
kode
Variabel
X8
Kesadaran (opini tinggal di kawasan kumuh)
X9
Persepsi terhadap program*
X10
Persepsi manfaat program*
*) Program penanganan kumuh (peningkatan kualitas permukiman) Sumber : Hasil Analisis, 2016
Penarikan Sampel Responden Responden yang diambil pada proses pengumpulan data merupakan masyarakat Pampang dan Lette yang menempati wilayah kumuh. Justifikasi sebaran target responden pada RW tertentu dilakukan karena tidak seluruh area di Kelurahan Pampang dan Lette termasuk dalam kategori kumuh. Tabel 3 menunjukkan rincian informasi yang berkaitan dengan penarikan sampel responden untuk kajian ini. Metode pemilihan responden dilakukan secara acak (random). Tabel 3. Sampel responden kajian
Kriteria
Pampang
Lette
Kelurahan Lokasi Penarikan Sampel Responden Kelurahan Lette Pampang Responden yang diambil pada proses Distrik/Kec. Panakkukang Mariso pengumpulan data merupakan masyarakat Pampang dan Lette yang menempati Populasi kumuh 166 KK 315wilayah KK kumuh. Justifikasi sebaran target responden RW 01, 02, 06, 07, tidak Target pada sebaranRW tertentu dilakukan karena RW 01 dan 05 dan 08 Pampang dan Lette seluruh area di Kelurahan kumuh. Tabel 3 Sampeltermasuk Minimal * dalam kategori 104 147 rincian 130 informasi yang berkaitan Sampelmenunjukkan diambil 160 dengan penarikan sampel responden untuk Sampelkajian valid (untuk ini. Metode pemilihan responden 126 156 dilakukan secara acak (random). analisis)
Tabel 3. Sampel responden *) untuk memenuhi : - Confidence levelkajian : 90% Kriteria- Confidence interval : 5 Pampang Lette Sumber : Hasil Analisis, 2016 Kelurahan Kelurahan Lokasi Pampang Lette Distrik/Kec. Panakkukang Mariso Unit analisis yang digunakan adalah KK, sehingga Populasi kumuh 166 KK responden 315 KK yang kuesioner disebarkan pada RW 01, 02, 06, RW 01 dan merupakan Targetindividu sebaran yang dapat mewakili suara 07, dan 08 05 dalam suatu KK, misalnya bapak, ibu, paman, bibi, Sampel Minimal * 104 147 kakek, nenek atau anak yang dewasa. Apabila dalam Sampel diambil 130 160 satu rumah sudah Sampel valid diambil salah satu anggotanya 126 156 analisis) maka tidak boleh ada lagi sebagai (untuk responden, *) untuk memenuhi : - Confidence level : 90% - Confidence interval : 5 Sumber : Penulis. Unit analisis yang digunakan adalah KK, sehingga kuesioner disebarkan pada responden yang merupakan individu yang dapat mewakili
Pilihan data kuesioner 1. Nyaman dan tidak mau ditata/dipindah 2. Nyaman tetapi mau ditata/dipindah
3. Tidak nyaman tetapi tidak mau ditata/dipindah 4. Tidak nyaman dan mau ditata/dipindah 1. Tidak setuju dan menolak
2. Kurang setuju tetapi tidak menolak
3. Setuju tetapi tidak mau terlibat langsung 4. Setuju dan mau berpartisipasi
1. Tidak bermanfaat dan hanya pemborosan dana 2. Masyarakat tidak memanfaatkannya
3. Bermanfaat untuk masyarakat, tetapi saya tidak 4. Bermanfaat untuk masyarakat termasuk saya
anggota serumah yang dijadikan responden. Lingkup dan Tahapan Analisis
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data WTP dan data faktor-faktor Prediktor WTP. Hasil pemetaan terhadap faktor prediktor sekaligus akan digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari kedua lokasi studi kasus (Pampang dan Lette).
Untuk analisis pengukuran nilai WTP, data dari kedua lokasi digabungkan, begitu pula dengan data faktor prediktornya. Analisis regresi digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari masingmasing prediktor. Secara berurutan lingkup dan tahan analisis digambarkan oleh Gambar 1.
Gambar1.1.Tahapan Tahapananalisis analisis dalam kajian Gambar dalam kajian
Sumber : Hasil Analisis, 2016 Sumber : Penulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Nilai WTP Tabel 4 menunjukkan nilai kesediaan membayar (WTP) masyarakat terhadap iuran bulanan untuk OP infrastruktur permukiman di
41
15 KK W 01 dan 05 147 160
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 37 - 49 Gambar 1. Tahapan analisis dalam kajian Sumber : Penulis.
156
0% l:5
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan NilaiWTP WTP Perhitungan Nilai Tabel 4 menunjukkan nilai kesediaan Tabel 4 menunjukkan nilai kesediaan membayar membayar (WTP) masyarakat terhadap iuran (WTP) terhadap iuran bulanan bulananmasyarakat untuk OP infrastruktur permukiman di untuk OP infrastruktur permukiman kawasan Pampang kawasan Pampang dan Lette. diKedua lokasi dan Lette. Kedua lokasi permukiman permukiman menghasilkan nilai WTPmenghasilkan yang nilai yang cukup Rata-rata nilai cukupWTP berbeda. Rata-rataberbeda. nilai kesediaan kesediaan membayar individu individu setiap (mewakili membayar (WTP a) setiap(WTPa) (mewakili untuk jenis layanan di KK) untuk KK) seluruh jenis seluruh layanan di kawasan kawasan adalah sebesar Rp. 9.404,76 PampangPampang adalah sebesar Rp. 9.404,76 per- perbulan. Sedangkan Sedangkan nilai bulan. nilai WTP WTPa dikawasan kawasanLette Lette lebih a di lebih rendah 6.634,62 per-bulan.Dengan rendah pada pada nilainilai Rp. Rp. 6.634,62 per-bulan. Denganbahwa dasarnilai bahwa nilaiterendah WTPa terendah dasar WTPa adalah Rp. 0,adalah Rp. 0,dan tertinggi Rp. 17.500,per-KK maka dan tertinggi Rp. 17.500,- per-KK per-bulan, di Pampang dan Lette per-bulan, maka WTP a WTPa di Pampang dan Lette berada pada kategori berada pada kategori pilihan kualitas layanan pilihan kualitas layanan bawah (Gambar 2). bawah (Gambar 2).
dalah KK, esponden mewakili pak, ibu, ak yang h sudah sebagai anggota
ilakukan or-faktor ap faktor n untuk kedua . ai WTP, gitu pula Analisis nifikansi r. Secara analisis
Pampang dan Lette Gambar 2. Grafik WTPaWTPa Gambar 2. Grafik Pampang dan Lette
sumber analisis. Sumber :: analisis.
5
Apabila nilai WTP dianalisis secara parsial pada masing-masing jenis pelayanan (lihat Gambar 3), maka diketahui terdapat perbedaan cukup signifikan pada WTP aspek MCK Umum dan pelayanan Air Minum (SPAM). Di permukiman Pampang, kedua aspek tersebut memiliki nilai ratarata WTP yang cenderung lebih tinggi dibandingkan aspek lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Pampang lebih memprioritaskan tersedianya pelayanan air bersih. Kondisi sebaliknya ditunjukkan masyarakat Lette yang menunjukkan penurunan nilai WTP pada kedua aspek tersebut. Padahal air merupakan salah satu komponen yang paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia, sehingga harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai (Tambunan, 2014). Ketersediaan MCK umum juga memberikan proteksi dari perilaku masyarakat membuang limbah rumah tangga ke sungai atau saluran drainase yang berakibat kepada kekumuhan. Perbedaan nilai dari WTPa Pampang dengan WTPa Lette ini dimungkinkan terjadi akibat perbedaan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan permukiman tersebut. Oleh karena itu karakteristik faktor sosial, ekonomi, serta pengetahuan dan persepsi di kedua lokasi akan dibahas pada materi selanjutnya.
Tabel 4. Hasil nilai WTP di Kawasan dan Lette Tabel 4. Hasil perhitungan nilaiperhitungan WTP di Kawasan Pampang dan Pampang Lette
Sumber : analisis. Sumber : Hasil Analisis, 2016
Apabila nilai WTP dianalisis secara
42 parsial pada masing-masing jenis pelayanan
(lihat Gambar 3), maka diketahui terdapat perbedaan cukup signifikan pada WTP aspek MCK Umum dan pelayanan Air Minum (SPAM). Di permukiman Pampang, kedua aspek tersebut
yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia, sehingga harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai (Tambunan, 2014). Ketersediaan MCK umum juga memberikan proteksi dari perilaku masyarakat membuang
mengindikasikan bahwa masyarakat Pampang Perbedaan nilai dari WTPa Pampang lebih memprioritaskan tersedianya pelayanan dengan WTPa Lette ini dimungkinkan terjadi air bersih. Kondisi sebaliknya ditunjukkan akibat perbedaan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Lette yang menunjukkan masyarakat di kawasan permukiman tersebut. Operasional - Pemeliharaan Infrastruktur penurunan nilai WTP pada Analisis keduaKesediaan aspek membayar Oleh Biaya karena itu karakteristik faktor sosial, Permukiman Masyarakatdan di Kawasan tersebut. ekonomi, serta Pada pengetahuan persepsikumuh di Reinita materi Afif Aulia kedua lokasi Arvian akan Zanuardi dibahasdanpada Padahal air merupakan salah satu komponen yang paling dekat dengan manusia selanjutnya.
Gambar 3. Grafik rata-rata kesediaan membayar (WTP) danLette Lette Gambar 3. Grafik rata-rata kesediaan membayar (WTP)masyarakat masyarakat Pampang Pampang dan sumber : analisis. Sumber : Hasil Analisis, 2016
Pada karakteristik faktor sosial dan umum (Gambar 3) diketahui bahwa komposisi jenis Data variabel prediktor yang secara hipotesis 6 kelamin responden cukup seimbang di Pampang dianggap mempengaruhi tingkat kesediaan maupun Lette dengan prosentase kedua kawasan membayar, pada dasarnya dapat dianalisis untuk mendekati nilai 50% (lima puluh persen). menunjukkan karakteristik kawasan Pampang dan Karakteristik Variabel Prediktor WTP
Tabel 5. Karakteristik data prediktor WTP di Kawasan Pampang dan Lette
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Lette. Analisis karakteristik ini dilihat dari faktor sosial dan umum, ekonomi, serta pengetahuan dan persepsi. Secara statistik, sebaran dan karakteristik data prediktor WTP terlihat pada tabel 5.
Ê Dalam hal usia, pendidikan dan pekerjaan, terdapat kecenderungan data yang serupa antara Pampang dan Lette. Mayoritas responden berada pada kategori usia 25 s.d 55 tahun. Tingkat pendidikan responden didominasi tamatan SMA
43
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 37 - 49
atau pendidikan diatasnya (Pampang 48,4% dan Lette 42,8%). Dengan tingkat pendidikan tersebut, sudah seharusnya masyarakat di Pampang dan Lette mengetahui akan pentingnya kualitas sarana prasarana lingkungan dalam menunjang kehidupan dan kesehatan. Sekitar tujuh puluh persen responden di kedua lokasi bekerja sebagai wirausaha mandiri. Ini menyiratkan bahwa penghasilan masyarakat bersifat tidak tetap dan sangat bergantung pada kondisi bisnis usaha mandiri yang mereka jalankan. Pendapatan yang tidak tetap tentu akan mempengaruhi kesediaan membayar iuran bulanan yang bersifat rutin.
Gambar 4. Karakteristik sosial dan umum.
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Untuk variabel lama tinggal, masyarakat Lette cenderung menempati lokasi permukiman lebih lama daripada Pampang. Sebagian besar masyarakat Lette telah bermukim diatas 30 tahun. Hal ini dikarenakan permukiman Lette termasuk salah satu kampung lama di Kota Makassar. Sebagian wilayah Lette yang berimpit langsung dengan pesisir laut, telah dihuni oleh masyarakat nelayan tradisional sejak dari dulu. Karakteristik ekonomi masyarakat Pampang dan Lette (Gambar 4) didominasi masyarakat yang berpenghasilan di bawah UMK (Upah Minimum Kota). Kondisi ini dipastikan akan mengurangi kesediaan membayar masyarakat karena untuk membiayai hidup sehari-hari pun mereka sering merasa belum cukup.
Namun, meskipun bertempat tinggal di kawasan permukiman kumuh, sebagian besar dari masyarakat (Pampang 66,7% dan Lette 69,1%) masih memiliki modal dan usaha penunjang ekonomi. Ini berarti bahwa ekonomi masyarakat tidak bergantung pada pihak luar. Oleh karena itu, kondisi ekonomi masyarakat ditentukan oleh kerja keras dan kesuksesan usaha mandirinya. Bila kondisi ekonomi sedang baik, maka tentu kesediaan membayar akan cenderung tinggi dan begitu pun sebaliknya.
44
Analisis Kesediaan membayar Biaya Operasional - Pemeliharaan Infrastruktur Permukiman Pada Masyarakat di Kawasan kumuh Arvian Zanuardi dan Reinita Afif Aulia
Gambar 5. Karakteristik ekonomi.
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Data faktor pengetahuan dan persepsi (Gambar 5) menunjukkan masyarakat Pampang maupun Lette belum memiliki kesadaran bahwa mereka tinggal di kawasan yang berkategori kumuh. Terdapat 77% (Pampang) dan 80,9% (Lette) masyarakat yang sudah merasa nyaman dengan tempat tinggal saat ini, dan tidak mau menerima program penataan maupun relokasi. Masyarakat merasa sudah puas dengan kondisi prasarana permukiman yang ada dan akan cenderung menolak pembangunan infrastruktur baru, apalagi bila kemudian mereka diharuskan membayar biaya lagi untuk operasional dan pemeliharaannya. Di sisi lain, persepsi positif masyarakat cukup tinggi terhadap program peningkatan kualitas permukiman. Sebagian besar (66,9% Pampang dan 75,7% Lette) memberikan respon setuju dan mau ikut berpartisipasi dalam program. Kondisi ini bertentangan dengan tingkat WTP masyarakat yang menunjukkan nilai yang masih kurang. Temuan ini dapat mengindikasikan bahwa masyarakat memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam program, namun bukan dalam hal pendanaan, melainkan sumbangan pikiran atau tenaga misalnya.
Gambar 6. Karakteristik pengetahuan & persepsi
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Persepsi akan manfaat program juga mendapat respon positif di mata masyarakat. Sebesar 66,9% (Pampang) dan 75% (Lette) setuju bahwasanya program peningkatan kualitas permukiman akan memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh. Persepsi baik ini dapat mendukung kesediaan membayar karena ada kesadaran timbal balik manfaat yang akan diterima masyarakat dengan terpeliharanya kelangsungan infrastruktur permukiman di lingkungan tempat tinggal mereka. Analisis Variabel Prediktor WTP
Berdasarkan teori dan kajian lain terkait, terdapat beberapa faktor prediktor yang ditengarai berpengaruh terhadap tingkat kesediaan membayar (WTP) masyarakat. Oleh karena itu pada kajian ini dihipotesiskan bahwa variabel prediktor (X1 s.d X10) berpengaruh terhadap besarnya tingkat kesediaan membayar (WTPi) masyarakat di kawasan Pampang dan Lette. Data variabel prediktor dan WTPi dari Pampang dan Lette digabungkan dalam proses analisis prediktor ini sehingga jumlah data yang dianalisis sebanyak 282 sampel/responden. Analisis prediktor dilakukan dengan metode regresi yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 6
Nilai R pada hasil analisis sebesar 0,454a menunjukkan adanya korelasi ganda antara variabel prediktor (X1 s.d X10) dengan variabel dependent yakni nilai WTPi. Nilai Adjusted R Square pada 0.177 mengandung pengertian bahwa peran atau kontribusi variabel prediktor mampu menjelaskan variabel nilai WTPi sebesar 17,7%. Nilai Adjusted R Square dipilih karena telah mempertimbangkan varian dari variabel prediktor serta jumlah sampel sehingga hasil analisis lebih akurat. Pada hasil ANOVA, nilai probabilitas F (F-hitung) dalam analisis regresi menunjukkan nilai 0,000b (Sig. < 0,005) yang mengartikan bahwa hipotesis diterima. Hal ini sesuai dengan teori dan kajian WTP lain yang telah dilakukan, bahwa terdapat variabel
45
regresi regresiyang yanghasilnya hasilnyaditunjukkan ditunjukkanpada padaTabel Tabel6.6.
Gambar Gambar5.5.Karakteristik Karakteristikpengetahuan pengetahuan&& persepsi persepsi Sumber : analisis. Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 37 - 49 Sumber : analisis.
Tabel regresi antara nilai (Y) variabel prediktor (X1 s.d X10) Tabel6.6.Hasil Hasilanalisis regresiregresi antaraantara nilaiWTP WTP (Y)dengan dengan variabel prediktor (X1 Tabel 6.analisis Hasil analisis nilai WTP (Y) dengan variabel prediktor (X1s.d s.dX10) X10)
99
Sumber analisis Sumber : Hasil :Analisis, 2016
Nilai R pada hasil analisis sebesar 0,454a menunjukkan adanya korelasi ganda antara prediktor yang ditemukan akan mempengaruhi variabel (X1demikian, s.d X10) dengan nilai WTP.prediktor Meskipun hasil variabel analisis Adjusted R dependent yakni WTPi. 3Nilai menyatakan hanya nilai terdapat (tiga) variabel Square yang pada secara 0.177 signifikan mengandung pengertian prediktor mempengaruhi bahwa atauSig. kontribusi variabel prediktor nilai WTPiperan (dengan < 005), yaitu : mampu menjelaskan variabel nilai WTPi • sebesar X6 (Pendapatan) : Adjusted R Square dipilih 17,7%. Nilai karena telah mempertimbangkan varian dari koefisien prediktor +924,127 dengan 0.00354sampel variabel serta Sig. jumlah hasil analisis lebih ekonomi) akurat. : • sehingga X7 (Modal dan penunjang Pada hasil ANOVA, nilai probabilitas F (Fhitung) dalam analisis regresi menunjukkan koefisien -2377,269 dengan Sig. 0.00001 nilai 0,000b (Sig. < 0,005) yang mengartikan • bahwa X8 (Kesadaran) : hipotesis diterima. Hal ini sesuai dengan teori dan kajian WTP lain yang telah dilakukan, koefisien +1754,219 dengan Sig. 0.00004 bahwa terdapat variabel prediktor yang ditemukan akan mempengaruhi nilai bahwa WTP. Dari nilai koefisien tersebut, terlihat Meskipun demikian, hasil analisis menyatakan variabel pendapatan dan kesadaran masyarakat hanya terdapat 3 (tiga) prediktor yang berpengaruh terhadap nilaivariabel WTPi secara berbanding secara signifikan mempengaruhi nilai WTP lurus. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, makai (dengan Sig. < 005), yaitu kesediaan membayar akan: semakin tinggi. Hal X6 (Pendapatan) : koefisien +924,127 dengan Sig. 0.00354 46 X7 (Modal dan penunjang ekonomi) : koefisien -2377,269 dengan Sig. 0.00001 X8 (Kesadaran) : koefisien +1754,219 dengan Sig. 0.00004
rendah dan mayoritas berada di bawah UMK, maka tidak salah bila tingkat WTPa kecil. pada umumnya alokasi inimasyarkatnya dimungkinkanpun karena Aspek kesadaran tinggal kawasan dana yang bersedia diberikan dalamdiWTP selalu permukiman kumuh Todan dipengaruhi ATP (Ability Pay).kesediaan untuk ditata/dipindahkan juga berbanding lurus Dengannilai kondisi masyarakat Pampang dan Lette dengan WTP i. Sebagian masyarakat yang yang pendapatannya dapat dibilang masih rendah sadar dengan kekumuhan memiliki semangat dan mayoritas berada di bawah UMK, maka tidak yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas salah bila tingkat WTPa masyarkatnya pun kecil. kehidupannya, sehingga iuran bulanan dianggap sebagai bentuk investasi yang Aspek kesadaran tinggal dinikmati kawasan manfaatnya. permukiman nantinya akan mereka kumuh dan kesediaan untuk ditata/dipindahkan Kurangnya nilai WTPa di Pampang dan Lette juga berbanding lurusoleh dengan nilai WTPi. Sebagian dapat diakibatkan keengganan masyarakat masyarakat yang sadar dengankarena kekumuhan untuk ditata/dipindahkan sudahmemiliki merasa semangat lebih besar untuk meningkatkan nyaman yang dengan kondisi sekarang. kualitas Di kehidupannya, sehingga iuran bulanan sisi lain, kepemilikan masyarakat dianggap sebagai yang nantinya terhadap modalbentuk usaha investasi dan sarana penunjang akan mereka nikmati manfaatnya. Kurangnya nilai ekonomi ditemukan berbanding terbalik WTPa di Pampang dan Lette dapat diakibatkan oleh dengan nilai kesediaan membayar. Berbeda keengganan masyarakat untuk ditata/dipindahkan dengan masyarakat yang bekerja dan digaji oleh karena sudah masyarakat merasa nyaman kondisi perusahaan, dengandengan usaha sendiri sekarang. cenderung lebih susah mengeluarkan uang iuran. Hal ini disebabkan adanya persepsi bahwa semakin banyak uang keluar untuk kebutuhan di luar neraca usaha, maka akan berkurang anggaran untuk kelangsungan usaha atau pun untuk membiaya hidup keluarga. Hasil analisis di atas menunjukkan nilai R2 (R square) yang tinggi pada estimasi model
Analisis Kesediaan membayar Biaya Operasional - Pemeliharaan Infrastruktur Permukiman Pada Masyarakat di Kawasan kumuh Arvian Zanuardi dan Reinita Afif Aulia Di sisi lain, kepemilikan masyarakat terhadap modal usaha dan sarana penunjang ekonomi ditemukan berbanding terbalik dengan nilai kesediaan membayar. Berbeda dengan masyarakat yang bekerja dan digaji oleh perusahaan, masyarakat dengan usaha sendiri cenderung lebih susah mengeluarkan uang iuran. Hal ini disebabkan adanya persepsi bahwa semakin banyak uang keluar untuk kebutuhan di luar neraca usaha, maka akan berkurang anggaran untuk kelangsungan usaha atau pun untuk membiaya hidup keluarga. Hasil analisis di atas menunjukkan nilai R2 (R square) yang tinggi pada estimasi model regresi empiris. Namun, secara individual banyak variabel prediktor yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. Untuk memvalidasi hasil analisis ini, maka perlu dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat Statistic Collinearity menggunakan nilai VIF. Cara ini dilakukan guna melihat kemungkinan terjadinya multikolinearitas (korelasi antar sesama variabel prediktor). Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 7.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, ditemukan nilai VIF pada semua variabel prediktor masih memenuhi VIF < 10, sehingga kolinearitas masih dapat ditoleransi. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas meskipun terdapat korelasi sesama variabel bebas. Nilai eigenvalue pada model 1 bernilai 9.998 (berada jauh di atas 0) menunjukkan bahwa tidak ada pengeluaran variabel prediktor. KESIMPULAN
Kesediaan membayar (WTP) pada masyarakat Pampang dan Lette tergolong masih kurang. Besar iuran yang bersedia dibayar masyarakat untuk mendukung OP infrastruktur permukiman senilai Rp. 9.404,76 (Pampang) dan Rp. 6.634,62 (Lette) per-KK per-bulan. Hasil analisis regresi menunjukkan terdapat 3 (tiga) prediktor yang signifikan mempengaruhi nilai WTP tersebut. Variabel pendapatan responden dan variabel kesadaran masyarakat berbanding lurus terhadap WTP. Sedangkan variabel kepemilikan modal dan penunjang ekonomi berbanding terbalik.
Tabel 7. 7. Hasil Hasil uji uji multikolinearitas multikolinearitas variabel prediktor (X1 s.d s.dprediktor X10) (X1 s.d X10) Tabel 7. Hasil uji variabel multikolinearitas variabel Tabel prediktor (X1 X10)
Sumber analisis Sumber :: analisis Sumber : Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan hasil hasil uji uji multikolinearitas, multikolinearitas, Berdasarkan ditemukan nilai VIF pada semua variabel variabel ditemukan nilai VIF pada semua prediktor masih memenuhi VIF < 10, sehingga prediktor masih memenuhi VIF < 10, sehingga kolinearitas masih masih dapat dapat ditoleransi. ditoleransi. Oleh Oleh kolinearitas karena itu, disimpulkan bahwa tidak terjadi karena itu, disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas meskipun meskipun terdapat terdapat korelasi korelasi multikolinearitas
sebagian besar besar darinya darinya tidak tidak signifikan signifikan sebagian berpengaruh terhadap WTP, hasil uji47 berpengaruh terhadap WTP, hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tingkat multikolinearitas menunjukkan bahwa tingkat kolinearitas dalam dalam model model yang yang dianalisis dianalisis masih masih kolinearitas dapat ditoleransi. dapat ditoleransi. Temuan hasil hasil kajian kajian mensiratkan mensiratkan bahwa bahwa Temuan
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 37 - 49
Meskipun tidak terdapat pengeluaran variabel prediktor, dan sebagian besar darinya tidak signifikan berpengaruh terhadap WTP, hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tingkat kolinearitas dalam model yang dianalisis masih dapat ditoleransi. Temuan hasil kajian mensiratkan bahwa perencanaan program penanganan kumuh perlu memperhatikan kesiapan masyarakat. Pilihan teknologi infrastruktur permukiman yang memerlukan dukungan masyarakat dalam proses operasional dan pemeliharaannya, selayaknya dapat disesuaikan dengan tingkat pendapatan masyarakat setempat. Kesadaran masyarakat akan masalah kekumuhan dan keinginannya untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman perlu ditumbuhkan agar peran aktif masyarakat tersebut menjadi semakin tinggi. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pakar dan narasumber yang telah membagikan pengetahuan dan arahan sehingga peneliti dapat melaksanakan kajian ini dengan baik. Terima kasih juga disampaikan kepada Pemda Kota Makassar beserta seluruh jajarannya, serta segenap masyarakat di kawasan permukiman Pampang dan Lette yang ikut terlibat dalam proses pengumpulan data penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Kurniasih Nur. 2013. Analisis Willingness To Pay Jasa Lingkungan Air untuk Konservasi di Taman Wisata Alam Kerandangan Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis untuk Gelar di Magister Ilmu Lingkungan. Semarang : Universitas Diponegoro. Apriliana, M. Iqbal dan Heru Purboyo HP. 2013. Analisis Pembiayaan Air Minum Masyarakat yang memanfaatkan Sumber Mata Air dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik di Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, kabupaten Bandung Barat. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK Vol. 2 No. 1 : 65-72. Gil, Jose M. 2014. The Role Experimental Economics in Food Consumer Analysis. Preprint to appear in Smart AgriMatic International Conference. Barcelona, Spain : The Center for Agro-food Economy and Development. Hadriyanto, Dicky. 1996. Peremajaan Permukiman dengan Pendekatan Pembangunan yang Bertumpu pada Masyarakat sebagai Alternatif Penanganan Permukiman Kumuh. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 22 : 58-75.
48
Hasanuddin, Bani P. 2014. Implementasi Revitalisasi Permukiman Kumuh di Kota Makassar. Skripsi untuk Sarjana Fakultas Hukum. Makassar : Universitas Hasanuddin. Hidayat, Dedi dan Sri Maryati. 2015. Willingness To Pay (WTP) Masyarakat terhadap Sistem Pengelolaan Limbah Domestik Terpusat di Kawasan Permukiman Kota Banjarmasin. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK 4 (2) : 273-283. Hutagalung, Suparjo dan Teti Armiati A. 2013. Efektivitas Program Perbaikan Infrastruktur Lingkungan PNPM Mandiri dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Studi Kasus : RW 15 Kelurahan Tamansari. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK 1 (2) : 229-237. Musthofa, Zaini. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman Kumuh, Studi Kasus Program Relokasi Permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Skripsi untuk Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Noegroho, Noegi. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Penataan Permukiman Kumuh di Kawasan Perkotaan : Studi Kasus Kegiatan PLP2K-BK di Kota Medan dan Kota Payakumbuh. Prosiding ComTech 3 (1) : 2333. Prasetyo, Nugroho Joko. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Willingness To Pay Perbaikan Kualitas Lingkungan Desa-Desa Wisata di Kabupaten Sleman Paska Erupsi Merapi. Skripsi untuk Gelar Sarjana Ekonomi. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogayakarta. Prasmatiwi, Fembriarti Erry, Irham, Any Suryantini dan Jamhari. 2011. Kesediaan Membayar Petani Kopi untuk Perbaikan Lingkungan. Jurnal Ekonomi Pembangunan 12 (2): 187199. Randy, Muhammad. 2013. Identifikasi Kemampuan dan Kemauan Membayar Sewa Masyarakat Berpenghasilan Rendah terhadap Rumah Susun Sederhana Sewa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 24 (2): 95-108. Rianti, Afni, Kodrat Wibowo dan Ferry Hadiyanto. 2012. Kemampuan dan Kemauan Membayar Pasien terhadap Pelayanan Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang. E-jurnal koleksi pustaka Unpad. Bandung : Universitas Padjajaran. Sunarjito dan Wibowo, Andreas. 2014. Estimasi Willingness To Pay Pekerja Konstruksi Gedung Membayar Asuransi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Faktor yang
Analisis Kesediaan membayar Biaya Operasional - Pemeliharaan Infrastruktur Permukiman Pada Masyarakat di Kawasan kumuh Arvian Zanuardi dan Reinita Afif Aulia Mempengaruhinya. Jurnal Teknik Sipil 21 (1): 45-56. Tambunan, Ridho Adiputra. 2014. Peran PDAM dalam Pengelolaan Bahan Air Baku Air Minum sebagai Perlindungan Kualitas Air Minum di Kota Yogyakarta. Jurnal Ilmiah di Repositori Universitas Atma Jaya. Tania, Casandra, Marthen Welly, dan Andreas Hari Mulyadi. 2011. Willingness To Pay Study : Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung, Bali. Bali : Pemda Kab. Klungkung dan Coral Triangle Center (CTC).
49