STUDI KASUS PENERAPAN PSAK 55 PADA CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PT. BANK VINT Stevany Susiyo Armanto Witjaksono, S.E., Ak., M.M., CA Universitas Bina Nusantara, Jalan Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat 11530, (021) 535-0660,
[email protected]
ABSTRACT Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) 55 is the standard that is used in the recognition and measurement, which is issued by the IAI (Institute of Accountants Indonesia) as guidance in the preparation of the financial statements, for purposes of reporting for the users of the financial statements. This study aims to look at the extent to which companies implement and apply the application of SFAS 55 on allowance for impairment losses. The method used is the comparative method, by comparing the application is in companies with established standards. The analysis aimed at calculating LLP KPR portfolio and PRK portfolio, per December 31, 2014, by migrating 3 years back, used to migrate data from December 31, 2011 until December 31, 2014. The results achieved, there are differences between the way the formation of the company with the standard did, so LLP set up to December 31, 2014 to be too high. The conclusion is in the policy, the Bank VINT is in accordance with SFAS 55, but in practice the Bank VINT not yet fully apply SFAS 55. (SS). Key Words : SFAS 55, LLP, credit, KPR, PRK.
ABSTRAK Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 55 adalah standar yang dipakai dalam pengakuan dan pengukuran, yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan, untuk tujuan pelaporan bagi pengguna laporan keuangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana perusahaan menerapkan dan mengaplikasikan penerapan PSAK 55 atas cadangan kerugian penurunan nilai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode komparatif, yaitu dengan membandingkan penerapan yang ada di dalam perusahaan dengan standar yang ditetapkan. Analisis ditujukan untuk penghitungan CKPN portofolio KPR dan PRK, per 31 Desember 2014, dengan melakukan migrasi 3 tahun kebelakang, untuk migrasi dipakai data dari 31 Desember 2011 sampai dengan 31 Desember 2014. Hasil yang dicapai adalah terdapat perbedaan cara pembentukan CKPN antara yang dilakukan perusahaan dengan yang ditetapkan oleh standar, sehingga CKPN yang dibentuk untuk 31 Desember 2014 menjadi terlalu tinggi. Simpulannya adalah dalam kebijakan, Bank VINT sudah sesuai dengan PSAK 55, tetapi dalam penerapannya Bank VINT belum menerapkan sepenuhnya PSAK 55. (SS). Kata Kunci : PSAK 55, cadangan kerugian penurunan nilai, kredit, KPR, PRK.
1
PENDAHULUAN Latar belakang Melalui surat edaran no 11/4/DPNP yang diterbitkan oleh Bank Indonesia per 1 Januari 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia mewajibkan semua perusahaan perbankan untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK 55 (2006) tentang instrumen keuangan. Kemudian sebagai bentuk penyempurnaan dari adopsi IAS, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan PSAK 55 (2011) yang merupakan adopsi dari IAS 39 (2009). Memperkuat surat edaran tersebut, dalam Harian Bisnis Indonesia yang diterbitkan pada Jumat, 23 Oktober 2009 menjelaskan konsekuensi Indonesia sebagai satu-satunya negara kawasan Asia Tenggara yang masuk ke dalam G-20. Yaitu salah satu butir kesepakatan G-20-nya adalah program konvergensi standar akuntansi internasional (IFRS) ke dalam standar akuntansi lokal setiap negara.Salah satu contoh proses konvergensi IFRS di Indonesia bisa dilihat pada upaya DSAK untuk menerapkan PSAK 55 mengenai instrumen keuangan yang diterbitkan tahun 2008 tetapi penerapannya baru ditangguhkan ke 1 Januari 2010. Namun program konvergensi ini tidak berjalan sepenuhnya di Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Deputi Direktur Pengawasan Bank II BI Duddy Iskandar, dalam acara diskusi BI, yang dilansir pada www.antaranews.com (2010), bahwa yang sudah secara penuh mengimplementasikan PSAK 50 55 adalah beberapa bank asing, sedangkan bank lokal sudah menerapkan tetapi belum bisa sepenuhnya. Dalam berita yang dikutip dari www.iaiglobal.or.id (2012) , efektif 1 Januari 2012 industri perbankan Indonesia tidak dapat lagi menggunakan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) dalam perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) secara kolektif, dan harus mengacu pada penggunaan data historis. Akibat dari perubahan ini, terdapat selisih CKPN yang dibentuk berdasar PPAP dan data historis. Masalah lain yang timbul dengan diterapkannya PSAK 55 ini adalah mengenai penyisihan kerugian kredit (cadangan kerugian penurunan nilai), penerapan PSAK 55 yang membutuhkan sistem dan persiapan yang lama, serta sumber daya manusia yang terbatas yang menguasai tentang PSAK ini, (Ekaputri, 2013:208). Senada dengan itu, seperti dilansir dalam www.forum.detik.com (2012), salah satu masalah akibat berlakunya PSAK 55 dalam industri perbankan ialah mengenai cadangan kerugian penurunan nilai. Karena sebelum mengacu ke PSAK 55, penentuan cadangan memakai konsep ekspektasi kerugian kredit (expectation loss) sehingga bank bisa menumpuk cadangan sebesar - besarnya kalau bankir merasa default kreditnya besar. Celah ini yang banyak dimanfaatkan perusahaan untuk merekayasa laporan keuangannya dan melakukan window dressing. Oleh karena itu penyisihan kerugian ini penting dilakukan sehingga laporan keuangan bank tersebut mencerminkan keadaan yang sebenarnya (representation faithfullness). Dari latar belakang masalah tersebut, terdapat satu masalah utama yang ada pada industri perbankan yaitu pada cadangan kerugian penurunan nilai, atau yang dikenal CKPN. Pembentukkan nilai CKPN ini dipakai perusahaan dalam melakukan manajemen laba. Dengan adanya standar (PSAK 55) diharapkan dapat meminimalisasikan manajemen laba yang terjadi di perusahaan, tetapi dari penelitian - penelitian terdahulu masih terdapat pro dan kontra apakah dengan adanya PSAK 55 dapat menekan manajemen laba atau tidak. Oleh karena itu dilakukannya studi kasus pada Bank VINT untuk menganalisis bagaimana perusahaan dalam mengimplementasikan PSAK 55 pada pembentukkan nilai CKPN dengan membuat judul “STUDI KASUS PENERAPAN PSAK 55 PADA CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PT. BANK VINT”. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka perumusan masalah yang dibentuk diantaranya : 1. Bagaimana pembentukkan nilai CKPN portofolio Kredit Pemilikan Rumah untuk 31 Desember 2014 yang sesuai kebijakan Bank VINT dengan yang sesuai standar?
2
2. 3.
4.
Bagaimana pembentukkan nilai CKPN portofolio Pinjaman Rekening Koran untuk 31 Desember 2014 yang sesuai kebijakan Bank VINT dengan yang sesuai standar? Apakah ada perbedaan nilai dalam pembentukkan CKPN yang sesuai dengan kebijakan Bank VINT dengan yang sesuai standar untuk 31 Desember 2014? Jika ada, apa perbedaan mendasar yang menyebabkan perbedaan nilai tersebut? Bagaimana cara memperbaiki perbedaan nilai dalam pembentukkan CKPN 31 Desember 2014 tersebut?
Dengan ruang lingkup yang membatasi masalahnya adalah : 1. Asset keuangan yang dimaksud dalam PSAK 55 ada 4 kelompok, tapi yang dibahas hanya untuk kredit yang diberikan oleh Bank VINT kepada debitur - debiturnya. 2. Nilai CKPN yang dipakai dalam perhitungan migrasi adalah CKPN untuk bulan Desember tahun 2011, bulan Desember tahun 2012, bulan Desember tahun 2013, dan bulan Desember tahun 2014. 3. CKPN yang dibahas adalah asset keuangan Bank VINT yang termasuk dalam portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Pinjaman Rekening Koran (PRK). 4. Kelompok kredit yang dibahas hanya untuk kelompok kredit yang mengalami penurunan secara kolektif dan yang memiliki plafond awal dibawah Rp 5 miliar. 5. Studi kasus ini membahas cara pembentukkan nilai CKPN untuk 31 Desember 2014, untuk portofolio KPR dan PRK, baik sesuai kebijakan Bank VINT dan yang sesuai standar. 6. Dalam melakukan analisis migrasi CKPN, perhitungan probability of default, dan perhitungan loss given default penulis menggunakan microsoft excel. Tujuan yang ingin dicapai dari studi kasus ini adalah : 1. Mengetahui cara pembentukkan nilai CKPN portofolio Kredit Pemilikan Rumah untuk 31 Desember 2014 yang sesuai kebijakan Bank VINT dengan yang sesuai standar. 2. Mengetahui cara pembentukkan nilai CKPN portofolio Pinjaman Rekening Koran untuk 31 Desember 2014 yang sesuai kebijakan Bank VINT dengan yang sesuai standar. 3. Menganalisis perbedaan nilai dalam pembentukkan CKPN yang dibentuk berdasarkan kebijakan Bank VINT dengan yang sesuai standar, dan untuk mengetahui yang menjadi dasar penyebab perbedaannya. 4. Mengetahui cara memperbaiki perbedaan nilai dalam pembentukkan CKPN yang dibentuk sesuai kebijakan Bank VINT dengan yang sesuai standar. Kajian pustaka yang dipakai adalah : 1. Judul : Dampak PSAK no. 50 dan 55 (revisi 2006) terhadap Pembentukan Penyisihan Aktiva (PPA) pada Bank Antar Daerah Kantor Pusat Penulis, tahun : Istri Ayu Q, 2010 Pembahasan : Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan pembentukkan penyisihan aktiva pada Bank Antar Daerah sebelum dan sesudah penerapan PSAK 50 dan 55. Penelitian ini memakai data pinjaman debitur dari 2008 sampai dengan 2010. Sebelum penerapan PSAK 50 dan 55, manajemen bank memakai peraturan dari Bank Indonesia. Sedangkan sesudah penerapan menggunakan probability of default. Hasil dari penelitian ini adalah lebih menguntungkan setelah penerapan PSAK 50 dan 55 karena nilai yang dicadangkan menjadi lebih kecil dan menandakan bahwa resiko dihadapi oleh bank pun lebih kecil. 2. Judul : Analisis Penerapan PSAK 50 : Penyajian dan PSAK 55 : Pengakuan dan Pengukuran : Atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pada PT. Bank Central Asia (persero) tbk Penulis, tahun : Deisye C. P, Jullie J. S, Anneke W, 2014 Pembahasan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan PSAK 50 dan 55 atas cadangan kerugian penurunan nilai pada PT. Bank Central Asia Tbk. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses penyajian, pengakuan, pengukuran dan penentuan cadangan kerugian penurunan
3
nilai PT. Bank Central Asia Tbk telah mengacu pada PSAK 50 dan PSAK 55. Pimpinan PT. Bank Central Asia Tbk diharapkan agar standar akuntansi yang telah diterapkan tetap dipertahankan dengan baik dan konsisten agar PT. Bank Central Asia Tbk dapat menghasilkan laporan keuangan yang akurat dan terpercaya Dari penelitian terdahulu diatas, studi kasus ini juga meneliti untuk perusahaan perbankan dan sama-sama menggunakan PSAK 55, serta menggunakan metode komparatif. Tetapi yang membedakan adalah penelitian ini menggunakan perusahaan yang berbeda dan dengan objek yang dianalisis berbeda pula, yaitu dengan menggunakan data KPR dan PRK. Data kredit yang dipakai pun adalah data kredit terbaru, yaitu diambil dari tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014.
METODE PENELITIAN Objek penelitian adalah salah satu perusahaan perbankan di Indonesia. Dalam pengambilan data untuk penelitian ini digunakan data primer, yaitu data diperoleh langsung dari perusahaan melalui proses magang selama satu minggu. Dengan dimensi waktu dalam pengambilan data yaitu selama empat periode, yaitu 2011, 2012, 2013, dan 2014. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data : 1. Wawancara Wawancara yang utama ditujukan kepada kepala divisi kredit, dengan harapan dapat memperoleh SOP yang berlaku di dalam perusahaan. Lalu dilanjutkan wawancara dengan salah satu karyawan di divisi kredit, dengan harapan dapat mengetahui cara pembentukkan nilai cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Studi dokumentasi Setelah SOP sudah diperoleh dan sudah dijelaskan mengenai cara pembentukkan nilai cadangan kerugian penurunan nilai, lalu dilanjutkan dengan dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan laporan kredit yang dimiliki oleh perusahaan, dimulai tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan membandingkan pengukuran CKPN yang diimplementasikan pada perusahaan dengan pengukuran CKPN yang ditetapkan oleh standar. Analisi dimulai dengan : 1. Menghitung pembentukkan nilai cadangan kerugian penurunan nilai portofolio KPR sesuai prosedur perusahaan. ( CKPN = % berdasarkan kualitas kredit x OS kredit ) 2. Menghitung pembentukkan nilai cadangan kerugian penurunan nilai portofolio KPR sesuai standar yang berlaku umum. Dimulai dengan menggunakan Migration Analysis, lalu mencari Probility of Default dan Loss Given Default. 3. Menghitung pembentukkan nilai cadangan kerugian penurunan nilai portofolio PRK sesuai prosedur perusahaan. ( CKPN = % berdasarkan kualitas kredit x OS kredit ) 4. Menghitung pembentukkan nilai cadangan kerugian penurunan nilai portofolio PRK sesuai standar yang berlaku umum. Dimulai dengan menggunakan Migration Analysis, lalu mencari Probility of Default dan Loss Given Default. 5. Membandingkan pembentukkan nilai cadangan kerugian penurunan nilai portofolio KPR dan PRK, antara yang dibentuk sesuai prosedur dengan yang dibentuk sesuai standar yang berlaku umum.
4
HASIL DAN BAHASAN Pembentukkan nilai CKPN sesuai dengan kebijakan perusahaan Sebelum melakukan perhitungan CKPN, dikumpulkan terlebih dahulu untuk data kredit dari setiap kelompok kreditnya. Tabel 1 Posisi Saldo KPR 31 Desember 2014 Tunggakan (hari) Saldo Komposisi (%) 0
425,988,605,016.00
91.99
1 s/d 90
13,417,756,496.00
2.90
91 s/d 120
7,756,387,418.00
1.67
121 s/d 180
2,088,738,545.00
0.45
13,838,969,192.00
2.99
463,090,456,667.00
100
180
TOTAL
Cadangan yang dibentuk oleh perusahaan dengan melihat dari kelompok kreditnya lalu dikalikan dengan persentase dari setiap kelompok kreditnya. Tabel 2 Persentase dari Kelompok Kredit Tunggakan Kelompok (hari) Lancar
% CKPN (perusahaan)
0
1
1 s/d 90
5
Kurang Lancar
91 s/d 120
15
Diragukan
121 s/d 180
50
Dalam Perhatian Khusus
Macet
180
100
TOTAL Maka cadangan yang terbentuk adalah sebagai berikut : Tabel 3 CKPN (perusahaan) KPR31 Desember 2014 % CKPN Kelompok
Saldo
(perusahaa n)
Lancar
CKPN
(Perusahaan)
425,988,605,016.00
1
4,259,886,050.16
13,417,756,496.00
5
670,887,824.80
7,756,387,418.00
15
1,163,458,112.70
2,088,738,545.00
50
1,044,369,272.50
Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan
5
Macet
13,838,969,192.00
TOTAL
463,090,456,667.00
100
13,838,969,192.00 20,977,570,452.16
Pembentukkan nilai CKPN sesuai dengan standar yang berlaku umum. Perhitungan CKPN kolektif dilakukan untuk kategori kredit yang perhitungan CKPN-nya belum atau tidak diperlakukan secara individual. Langkah awal dalam menghitung dengan menggunakan standar, adalah dengan melakukan migration analysis untuk setiap tahunnya dari 2011 ke 2012, 2012 ke 2013, 2013 ke 2014. Lalu perhitungan pembentukan CKPN kolektif berdasarkan kemungkinan kerugian penurunan nilai yang akan timbul dengan formula sebagai berikut :
% PD-LGD
x
EAD
Dimana : - %PD-LGD (Probability of Default and Loss Given Default Adalah tingkat kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajiban dikalikan dengan besarnya tingkat kerugian yang diakibatkan kegagalan debitur memenuhi kewajiban berdasarkan data historis. Dalam menghitung kewajaran %PD-LGD diperlukan data historis minimal 3 (tiga) tahun dengan menggunakan metode Migration Analysis. - EAD (Exposure At Default) Adalah besarnya nilai outstanding kredit (gross) pada saat perhitungan CKPN. Perhitungan PD-LGD dilakukan dengan memperhitungkan kolektibilitas 5 (lima) terlebih dahulu, kemudian mundur sampai PD-LGD untuk kolektibilitas 1 (satu). PD-LGD 5
=
WO 5
PD-LGD 4
=
WO 4
+ (Kol.4 dan 5
x PD-LGD 5)
PD-LGD 3
=
WO 3 + (Kol.3 dan 5
x PD-LGD 5)
+ (Kol.3 dan 4 x PD-LGD 4)
PD-LGD 2
=
WO 2 + (Kol.2 dan 5
x PD-LGD 5)
+ (Kol.2 dan 4 x PD-LGD 4)
+ (Kol.2 dan 3
x PD-LGD 3)
WO 1 + (Kol.1 dan 5
x PD-LGD 5)
+ (Kol.1 dan 4 x PD-LGD 4)
+ (Kol.1 dan 3
x PD-LGD 3)
+ (Kol.1 dan 2 x PD-LGD 2)
PD-LGD 1
=
Setelah dilakukan perhitungan Probablity of Default dari tahun 2011-2012, 20122013, dan 2013-2014, maka dilanjutkan dengan menghitung Loss Given Default, dengan hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 4 % Loss Given Default 2011-2013 No 1 1 2 3
Tahun Hapus buku 2 KPR 2011 2012 2013 Jumlah Rata-rata LGD
Saldo Hapus Buku 3 1,322,729,488 6,728,254,040 15,352,027 8,066,335,555
Des'11 6
Penerimaan Hapus Buku Des'12 7
522,769,533
502,568,133 -
Des'13 8 2,576,909
Total Recovery 9 522,769,533 502,568,133 2,576,909 1,027,914,575
Rate 10 11.65% 11.74% 12.25%
NPV dari Recovery 11 468,221,704 449,765,646 2,045,156 920,032,506
Recovery Rate 12 35.40% 6.68% 13.32% 55.40% 18.47% 81.53%
6
Berikut adalah hasil keseluruhan dari Probability of Default dan Loss Given Default, dengan nilai CKPN yang dihitung dari perkalian antara persentase PD dikalikan dengan persentase LGD.
Umur Tunggakan PD-LGD 1 PD-LGD 2 PD-LGD 3 PD-LGD 4 PD-LGD 5
Saldo 2011 223,574,447,412.00 90,990,542,243.00 3,084,774,981.00 1,053,337,325.00 18,489,370,719.00
Tabel 5 Summary dari PD dan LGD PD TO HB PD TO HB PD TO HB Saldo 2012 Saldo 2013 2011-2012 2012-2013 2013-2014 235,499,060,772.00 387,828,838,213.00 0.05% 0.00% 0.002% 3,440,699,705.00 2,303,285,213.00 0.21% 0.00% 0.05% 362,131,579.00 0.00 7.15% 0.00% 0.00% 3,198,390,085.00 0.00 7.15% 32.49% 0.00% 20,650,378,121.00 13,193,364,975.00 7.15% 32.58% 0.12%
PD
LGD
0.02% 0.09% 2.38% 13.21% 13.28%
81.53% 81.53% 81.53% 81.53% 81.53%
CKPN 0.02% 0.07% 1.94% 10.77% 10.83%
Setelah persentase CKPN sudah didapat, maka nilai CKPN bisa dihitung dengan mengalikan antara persentase CKPN dengan saldo dari kredit tersebut. Tabel 6 CKPN (standar) KPR 31 Desember 2014 Kelompok
Lancar
Tunggakan (hari)
Saldo
% CKPN (PSAK)
Nilai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
0
425,988,605,016.00
0.015
64,410,794.47
1 s/d 90
13,417,756,496.00
0.072
9,598,726.57
91 s/d 120
7,756,387,418.00
1.944
150,804,451.90
121 s/d 180
2,088,738,545.00
10.773
225,023,945.95
13,838,969,192.00
10.831
1,498,859,111.02
Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet TOTAL
180
463,090,456,667.00
1,948,697,029.92
Analisis perbedaan Dari hasil perbandingan terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara CKPN (perusahaan) dengan CKPN (standar). CKPN (perusahaan) terlihat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan CKPN (standar). Ini disebabkan karena pada CKPN (perusahaan), pembentukkannya hanya berdasarkan pada ketentuan kolektibilitasnya saja. Jika termasuk kolektibilitas satu akan dicadangkan sebesar 1%, jika kolektibilitas dua akan dicadangkan sebesar 5%, jika kolektibilitas tiga akan dicadangkan sebesar 15%, jika kolektibilitas empat akan dicadangkan sebesar 50%, dan jika kolektibilitas lima akan dicadangkan sebesar 100%. Sedangkan dalam membentuk CKPN (standar) besarnya CKPN didasarkan pada data kerugian kredit dan performa historis kolektibilitas debitur yang telah terjadi secara keseluruhan. Jadi dengan melihat data historis (tiga tahun kebelakang) yang ada, bank bisa melihat berapa besar kerugian yang sudah ditanggung bank pada tahun - tahun kemarin, dan itu lah yang menjadi dasar bank untuk tahun ini harus membentuk cadangan seberapa besar. Yang tentunya CKPN ini tidak akan menghasilkan nominal rate yang sama untuk setiap tahunnya walaupun dalam satu kelompok kolektibilitas yang sama. Karena resiko yang dihadapi oleh masing - masing kredit, seperti antara KPR dan PRK tentu ada perbedaan. Dan perbedaan resiko inilah yang menyebabkan nominal rate akan berbeda. Walaupun sama - sama kolektibilitas satu di KPR dengan yang di PRK, akan berbeda nominal ratenya. Dengan melihat historis tiga tahun kebelakang yang dialami oleh bank,
7
pencadangan yang dibentuk akan lebih memberikan insentif kepada bank, karena pencadangan yang dibentuk adalah benar - benar cerminan resiko yang sudah dialami bank, dan menjadi perkiraan untuk bank harus membentuk cadangan seberapa besar pada tahun ini. Dengan kata lain, CKPN(standar) dibentuk berdasarkan pada data kerugian kredit yang telah terjadi (incurred loss) yang diambil dari tiga tahun sebelumnya, sedangkan untuk CKPN yang dihitung berdasarkan PPAP hanya menggunakan ekspektasi kerugian kredit (expectation loss) yang “mungkin” akan terjadi. Usulan atas perbedaan yang terjadi Dari CKPN yang dibentuk pada portofolio KPR untuk 31 Desember 2014, antara yang dibentuk oleh perusahaan dengan yang dibentuk berdasar standar, terdapat perbedaan sebesar Rp 19,028,873,422.Tentu ini adalah jumlah yang signifikan mempengaruhi pelaporan keuangan bank. Karena dalam hal laporan keuangan, tanggung jawab atas semua yang dilaporkan didalam laporan keuangan adalah sepenuhnya di manajemen. Untuk itu dalam hal ini, dikembalikan lagi kepada pihak manajemen, nilai CKPN mana yang menurut manajemen “confort” bagi dia. ”confort” dalam arti manajemen dapat bertanggung jawab atas nilai CKPN yang Ia laporkan dalam laporan keuangan. Dan untuk perbedaan CKPN yang terlalu signifikan, manajemen dapat menguranginya pencadangannya sedikit demi sedikit untuk tahun berikutnya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah dilakukan studi kasus mengenai penerapan PSAK 55 pada cadangan kerugian penurunan nilai PT. Bank VINT, maka dapat ditarik beberapa simpulan, diantaranya : 1. Pembentukan nilai CKPN portofolio KPR untuk 31 Desember 2014 yang dihitung oleh perusahaan adalah sebesar 1% untuk kol.1, 5% untuk kol.2, 15% untuk kol.3, 50% untuk kol.4, dan 100% untuk kol.5. Sedangkan yang dihitung dengan menggunakan standar adalah sebesar 0.015% untuk kol.1, 0.072% untuk kol.2, 1.944% untuk kol.3, 10.773% untuk kol.4, dan 10.831% untuk kol.5. 2. Pembentukan nilai CKPN portofolio PRK untuk 31 Desember 2014 yang dihitung oleh perusahaan adalah sebesar 1% untuk kol.1, 5% untuk kol.2, 15% untuk kol.3, 50% untuk kol.4, dan 100% untuk kol.5. Sedangkan yang dihitung dengan menggunakan standar adalah sebesar 0.994% untuk kol.1, 9.447% untuk kol.2, 25.979% untuk kol.3, 38.339% untuk kol.4, dan 45.134% untuk kol.5. 3. Adanya perbedaan nilai dalam pembentukkan CKPN yang dibentuk oleh perusahaan dengan yang ditetapkan standar. Perbedaan mendasarnya adalah terletak pada cara perhitungannya. Perusahaan dalam pembentukkan nilai CKPN berdasarkan pada kelompok kolektibilitasnya. Bila kelompok 1 CKPN dibentuk sebesar 1%, bila kelompok 2 sebesar 5%, bila kelompok 3 sebesar 15%, bila kelompok 4 sebesar 50%, bila kelompok 5 sebesar 100%. Sedangkan pembentukkan nilai CKPN yang sesuai standar berdasarkan pada data historis kerugian kredit terkait yang dilihat dari tiga tahun kebelakang dengan menggunakan migration analysis. Sehingga rate yang dihasilkan tidak akan statis (selalu berubah-ubah tergantung dengan kerugian historinya). 4. Cara memperbaiki atas pembentukkan CKPN yang terlalu besar, perusahaan dapat mengurangi pembentukkannya pada tahun mendatang.
8
Saran Dari pembahasan mengenai penerapan PSAK 55 pada perusahaan, ada beberapa saran yang penulis usulkan, diantaranya : 1. Bagi perusahaan : - Bila dilihat dari segi kebijakan perusahaan, perusahaan sudah sesuai dengan PSAK 55, maka perhitungan bisa mengikuti apa yang sudah tertulis dalam kebijakan perusahaan. - Bila perusahaan merasa ragu akan studi kasus ini, perusahaan dapat meminta second opinion dengan meminta saran kepada DSAK apakah perhitungan sudah betul atau masih ada yang harus diperbaiki kembali. - Dan untuk pencadangan yang terlampau jauh, manajemen bank bisa mulai mengurangi pembentukkan cadangannya untuk tahun depan. Agar cadangan yang dibentuk tidak terlampau jauh signifikan. 2. Bagi peneliti selanjutnya : - Karena keterbatasan data yang dianalisis, maka migrasi yang bisa dilihat hanya untuk portofolio KPR dan PRK saja. Untuk peneliti selanjutnya, portofolio bisa ditambah dengan yang lainnya. Karena metode migrasi ini akan berbeda pada masing-masing portofolio, migrasi ini akan melihat karakteristik setiap portofolio dan resiko masing-masing portofolionya. - Peneliti selanjutnya juga diharapkan bisa meneliti untuk kelompok kredit yang mengalami penurunan tidak hanya yang secara kolektif, melainkan juga yang secara individual.
REFERENSI AnggraitaViska. (2012). Dampak penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006) terhadap manajemen laba diperbankan: Peranan Mekanisme Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, dan Kualitas Audit. Skripsi S1. Universitas Indonesia, Depok. Bagus Ida, Naniek. (2014). analisis perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai pt. bank sinar harapan bali tahun 2011. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana. (8) : 102117. Bank Indonesia.29 Januari (2009). Peraturan BI No. 11/2/PBI/2009 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum Bank Indonesia. (2011). Peraturan BI No. 13 / 26 / PBI / 2011 tentang perubahan atas peraturan BI no 8 / 19 / PBI / 2006 Bank Indonesia.1 Januari (2009). Surat edaran no 11/4/DPNP Bank Indonesia. 31 Juli (2013). Surat edaran no. 15/28/DPNP Bank Indonesia.12 November (1998). Surat keputusan direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tentang kualitas aktiva produktif Bank Indonesia. (1998). Surat keputusan direksi Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR tentang pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif Budi, Age Estri. (2012). PPAP menuju CKPN : Dampak terhadap kredit perbankan. Diakses 6 Mei 2015 dari http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/05/29/ppapmenuju-ckpn-dampak-terhadap-kredit-perbankan/ DSAK IAI. (2013). PSAK 55 tentang instrument keuangan : pengakuan dan pengukuran Ekaputri. (2013). Analisis Penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. Jurnal EMBA. 1(3 Juni 2013) : 207-217. Harian Bisnis Indonesia yang diterbitkan padaJumat, 23 Oktober 2009 Handr. (2010). BI : Bank Asing Paling Siap Terapkan PSAK. Diakses 11 Juni 2015, dari http://www.antaranews.com/berita/186352/bi-bank-asing-paling-siap-terapkan-psak InfoIAI. (2012). DSAK IAI : Akuntansi untuk Koreksi CKPN Berdasarkan PPAP dan Data Historis. Diakses 10 mei 2015 dari http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=473 Kasmir. (2011). Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers.
9
Kieso, Kimmel, Weygandt. (2011). Financial Accounting. United States : John Wiley & Sons Inc. Kossim C A. (2012). studi kasus penerapan dan implikasi psak 55 (revisi 2011) pada kredit pemilikan rumah (kpr) pada bank. Skripsi S1. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Pulumbara D C, dkk. (2014). Analisis Penerapan PSAK 50 : Penyajian dan PSAK 55: Pengakuan dan Pengukuran atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pada PT. Bank Central Asia (PERSERO) TBK. Jurnal EMBA. 2(3 September 2014) : 13501358. Qashdina I A. (2010). dampak psak no. 50 dan 55 (revisi 2006) terhadap pembentukan penyisihan aktiva pada bank antar daerah kantor pusat. Skripsi S1. STIE Perbanas, Surabaya. Santy, Prima. (2013). Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Somari.18 Januari (2012). Implikasi Penerapan pada Dunia Perbankan. DetikForum, diakses pada 26 Maret 2015 dari http://forum.detik.com/implikasi-epnerapan-padadunia-perbankan-t336762.html Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Bisnis. (jilid-17). Bandung :Alfabeta. Tim Perumus PAPI. (2008). PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) UU no.7 tahun 1992 tentang perbankan UU no.10 tahun 1998 tentang perbankan Warren, C. S., Reeve, J. M., Fess, P.E.(2006).Accounting.(Edisi ke-21). Jakarta : Salemba Empat.
RIWAYAT PENULIS Stevany Susiyo lahir di Bekasi pada 26 Maret 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada 2015. Penulis aktif di Tax Centre Volunteer yaitu sebagai sekretaris , aktif menjadi Duta Binusian periode 2012 – 2013 dan 2013 – 2014 sebagai mentor akademik, dan bekerja part-time sebagai accounting lecturer-assistant.
10