Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
STUDI FREKUENSI SIFAT KUALITATIF AYAM KAMPUNG DI DESA MENAMING KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU (The Study of Native Chicken Qualitative Frequency in Menaming Village Rambah Subdistrict Rokan Hulu Regency of Riau Province) Sadarman1, Elfawati1, Sadriadi2 1
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2 Alumni Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
ABSTRACT This research was purposed to know the Penotype frequency of the qualitative traits of native chicken which are type and color comb, type and color wattle, feather color and shank color in Menaming village, Rambah subdistrict Rokan Hulu regency Riau province. Samples of this research were male and female native chicken over 6 months old, amount to 100 chickens that were 50 male and 50 female raised in Menaming village. The method of this study was survey. Taking of data was done by purposive sampling. Parameter of this research were type and color comb, wattle, color feathers and shank. Fenotipe frequency was measured by using analysis qualitative. The result indicated that male and female native chicken in Menaming village only have one type of comb with red was dominant color of comb. Type of male and female native chicken wattle was dominated by short wattle with red was dominant. The feather of male and female native chicken colored which was multicolor in male native chicken and black in female native chicken, has motif color in male native chicken and female was stripe with gold the dominant flickering color. The shank color of male and female native chicken was dominated by yellow and white. Key Words: Qualitative Variety, Native Chicken, Menaming Village ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi sifat kualitatif Ayam Kampung di Desa Menaming Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Bahan penelitian adalah ayam kampung jantan dan betina umur di atas 6 bulan sebanyak 100 ekor yang terdiri atas 50 ekor jantan dan 50 ekor betina. Penelitian ini menggunakan metode survei. Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi bentuk dan warna jengger, bentuk dan warna pial, warna bulu dan warna shank. Frekuensi fenotipik diukur menggunakan analisis sifat kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ayam kampung jantan dan betina pengamatan memiliki bentuk jengger dominan tunggal dengan warna jengger didominasi warna merah. Bentuk pial pada ayam kampung jantan dan betina didominasi oleh bentuk pial pendek dengan warna pial dominan adalah merah. Bulu ayam kampung jantan dan betina berwarna, pola warna tipe liar pada ayam kampung jantan dan betina tipe hitam, corak warna pada ayam kampung jantan dan betina lurik dengan kerlip warna dominan adalah emas. Warna shank ayam kampung jantan dan betina didominasi oleh warna kuning atau putih. Kata Kunci: Keragaman Kualitatif, Ayam Kampung, Desa Menaming
PENDAHULUAN Usaha identifikasi dan karakterisasi jenisjenis Ayam Kampung penting dilakukan. Hal ini mengingat kegunaannya untuk keperluan koleksi plasma nutfah Indonesia dan membantu dalam program pemuliaan.
Identifikasi dan karakterisasi dapat dilakukan terutama pada ciri-ciri fenotipik, baik secara kualitatif (warna bulu, kulit, shank (metatarsus), paruh, pial atau pun bentuk jengger) maupun secara kuantitatif dalam bentuk morfometrik komponen utama (panjang shank, tibia, femur, sternum dan panjang
571
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
sayap). Identifikasi fenotipik secara deskriptif diperlukan untuk mengetahui ciri khas tampilan atau performans Ayam Kampung. Hal ini ditujukan untuk memudahkan dalam pembedaan secara visual antara ayam kampung yang satu dengan Ayam Kampung yang lainnya (Sartika 2007). Peningkatan produktivitas Ayam Kampung dapat dilakukan melalui perbaikan mutu genetik dengan program pemuliaan. Perbaikan mutu genetik tersebut memerlukan informasi keragaman sifat genetik. Keragaman genetik meliputi keragaman sifat genetik kualitatif dan kuantitatif. Keragaman sifat-sifat genetik diawali dengan identifikasi, karakterisasi dan frekuensi dari sifat-sifat genetik dimaksud. Informasi terkait keragaman karakteristik bentuk dan warna jengger, bentuk dan warna pial, warna bulu dan warna shank Ayam Kampung di Provinsi Riau belum dilaporkan. Padahal kajian tersebut perlu dilakukan mengingat kondisi Provinsi Riau yang sampai saat ini belum memiliki Ayam Kampung spesifik sebagai kekayaan hayati. Hal inilah yang mendasari dilakukan studi frekuensi sifat kualitatif Ayam Kampung meliputi bentuk dan warna jengger, bentuk dan warna pial, warna bulu dan warna shank yang dipelihara di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi sifat kualitatif Ayam Kampung di Desa Menaming Kecamatan Rambah
Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau, meliputi bentuk dan warna jengger, bentuk dan warna pial, warna bulu dan warna shank. MATERI DAN METODE Bahan penelitian adalah ayam kampung jantan dan betina umur di atas 6 bulan sebanyak 100 ekor yang terdiri atas 50 ekor jantan dan 50 ekor betina yang dipelihara di Desa Menaming. Dalam penelitian ini digunakan metode survei. Pengambilan data dilakukan dengan secara purposive sampling. Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi bentuk dan warna jengger, bentuk dan warna pial, warna bulu dan warna shank. Frekuensi fenotipik diukur menggunakan analisis sifat kualitatif (Minkema 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk dan warna jengger Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ayam kampung jantan dan betina yang dipelihara di Desa Menaming memiliki bentuk jengger dominan tunggal dengan warna jengger didominasi warna merah. Frekuensi fenotipik bentuk, warna dan gambar jengger Ayam Kampung jantan dan betina yang dipelihara di Desa Menaming disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Frekuensi fenotipik bentuk dan warna jengger hasil pengamatan pada ayam Kampung jantan dan betina di Desa Menaming Jenis kelamin Jantan
Sifat kualitatif Bentuk jengger Cushion Pea (rrPP) Rose (RRpp) Single (rrpp) Strawbery Warna jengger Merah Merah kehitaman Hitam
572
Betina
n = 50
Frekuensi fenotipik
n = 50
Frekuensi fenotipik
9 4 8 25 4
0,18 0,08 0,16 0,50 0,08
8 11 1 28 2
0,16 0,22 0,02 0,56 0,04
43 6 1
0,86 0,12 0,02
46 2 2
0,92 0,04 0,04
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
a
b
c
d
e
f
Gambar 1. Bentuk jengger ayam Kampung Desa Menaming, jantan: jengger tunggal (a), pea (b) dan rose (c), betina: tunggal (d), pea (e) dan rose (f)
Dalam penelitian ini, bentuk jengger tunggal lebih tinggi frekuensi fenotipiknya jika dibandingkan dengan bentuk jengger lainnya. Hal ini diduga sudah terjadinya perkawinan silang antara berbagai macam jenis Ayam Kampung, sehingga interaksi atau saling memengaruhi antara gen-gen yang dimiliki muncul (Mulyono et al. 2009). Disamping itu, variasi bentuk jengger tersebut menunjukkan adanya keragaman genetik pada Ayam Kampung, sehingga pemurniaan untuk sifat kualitatif masih sulit dilakukan (Sartika 2000). Jengger ayam pada umumnya berwarna merah dan bervariasi dari abu-abu terang sampai biru gelap. Warna merah pada jengger ayam karena umumnya pada bagian epidermis kulitnya terdapat banyak pembuluh darah (Susanti et al. 2006). Pertumbuhan jengger pada ayam jantan merupakan salah satu karakter maskulinisasi
oleh aktivitas androgen yang menonjol dan paling mudah diamati. Sedangkan warna jengger pada betina sering dikaitkan dengan produktivitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mercia (2001), jengger dengan warna merah dan bertekstur tebal dan kenyal merupakan karakter ayam dalam kondisi masa produksi Scanes et al. (2003). Bentuk dan warna pial Bentuk pial pada ayam kampung jantan dan betina didominasi oleh bentuk pial pendek dengan warna pial dominan adalah merah. Frekuensi fenotipik bentuk, warna dan gambar pial Ayam Kampung jantan dan betina yang dipelihara di Desa Menaming disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2.
573
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 2. Frekuensi fenotipik bentuk dan warna pial hasil pengamatan pada ayam Kampung jantan dan betina di Desa Menaming Jenis kelamin Sifat kualitatif
Jantan n = 50
Betina
Frekuensi fenotipik
n = 50
Frekuensi fenotipik
Bentuk pial Panjang
12
0,24
1
0,02
Pendek
27
0,54
27
0,54
Sangat pendek
11
0,22
22
0,44
Merah
43
0,86
46
0,92
Merah kehitaman
6
0,12
2
0,04
Hitam
1
0,02
2
0,04
Warna pial
a
b
c
d
Gambar 2. Bentuk pial ayam kampung Desa Menaming, jantan: panjang (a), pendek (b), betina: panjang (c), pendek (d)
Bentuk dan warna pial menurut (Susanti et al. 2006) bervariasi sesuai dengan bangsa dari masing-masing ayam. Sama halnya dengan jengger, bentuk dan warna pial dalam beberapa hal memiliki peranan dalam seleksi bibit untuk menentukan produktivitas seekor ayam betina. Menurut Scanes et al. (2003), jengger dan pial yang tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukkan kinerja produksi dan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang memiliki jengger kecil. Warna bulu Bulu ayam kampung jantan dan betina berwarna, pola warna tipe liar pada ayam
574
kampung jantan dan betina tipe hitam, corak warna pada ayam kampung jantan dan betina lurik dengan kerlip warna dominan adalah emas. Frekuensi fenotipik warna bulu Ayam Kampung jantan dan betina yang dipelihara di Desa Menaming disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 3. Warna bulu ayam dipengaruhi oleh adanya pigmen melanoblast yang dibentuk saat awal embrio sekitar 8 jam inkubasi Scanes et al. (2003). Pada ayam terdapat warna dan pola warna bulu. Keragaman warna bulu pada banyak situasi bergantung pada letak bulu di tubuh ayam. Pola warna bulu adalah hasil interaksi genetik serta adanya pengaruh dari hormon kelamin jantan dan betina (North dan Bell 1990). Karakteristik pola bulu terkait
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 3. Frekuensi fenotipik warna bulu hasil pengamatan pada ayam Kampung jantan dan betina di Desa Menaming Jenis kelamin Jantan
Sifat kualitatif Warna bulu Berwarna (ii) Tidak berwarna (I) Pola warna bulu Hitam (E-) Tipe liar (e+) Columbian (ee) Corak warna bulu Lurik (B-) Polos (bb) Kerlip bulu Perak (S-) Emas (ss)
Betina
n = 50
Frekuensi fenotipik
n = 50
Frekuensi fenotipik
46 4
0,92 0,08
47 3
0,94 0,06
8 30 12
0,16 0,60 0,24
28 6 16
0,56 0,12 0,32
29 21
0,58 0,42
27 23
0,54 0,46
17 33
0,34 0,66
19 31
0,38 0,62
a
b
c
d
e
f
Gambar 3. Warna bulu ayam Kampung Desa Menaming, Jantan: hitam pola berwarna dengan kerlip bulu emas (a); Columbian pola berwarna dengan kerlip bulu emas (b); Columbian pola berwarna dengan kerlip bulu emas sedang bagian dada dihiasi oleh warna hitam (c); Betina: hitam polos (d); Tipe liar pola berwarna dengan kerlip bulu emas (e); Columbian pola berwarna dengan kerlip bulu emas (f)
575
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
jenis kelamin, yaitu pola bulu lurik (B-), pola bulu keperakan (S-) dan pola bulu keemasan (ss). Gen pola bulu lurik (B-) bersifat dominan tidak lengkap dan penampilannya bervariasi yang disebabkan oleh faktor jenis kelamin dan pertumbuhan bulu. Pada betina gen terkaitnya bersifat homozigot, sedangkan pada jantan bisa bersifat homozigot atau heterozigot. Genotip hitam dan putih pada ayam dapat memengaruhi alel S dan s yang hanya dapat dibedakan melalui uji perkawinan. Warna buluh putih pada unggas ada juga yang disebabkan oleh tidak adanya pigmentasi pada bulu dan memang tidak memiliki gen warna (C). Ayam tersebut adalah ayam Albino
dan sifat gen buluh putih ini bersifat resesif terhadap gen bulu berwarna. Gen warna bulu keemasan (ss) dan perak (S-) terpaut pada kromosom kelamin, demikian pula pola bulu lurik (Sartika et al. 2006). Warna sisik Warna shank (sisik) ayam kampung jantan dan betina didominasi oleh warna kuning atau putih. Frekuensi fenotipik warna sisik Ayam Kampung jantan dan betina yang dipelihara di Desa Menaming disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 4.
Tabel 4. Frekuensi fenotipik warna sisik hasil pengamatan pada ayam Kampung jantan dan betina di Desa Menaming Jenis kelamin Jantan
Sifat kualitatif
Betina
n = 50
Frekuensi fenotipik
n = 50
Frekuensi fenotipik
Kuning atau putih (Id-)
32
0,64
26
0,52
Hitam atau abu-abu (idid)
18
0,36
24
0,48
Warna sisik
a
b
d
e
c
f
Gambar 4. Warna sisik ayam kampung Desa Menaming, jantan: abu-abu (a); hitam (b); kuning (c); betina: kuning (d); hitam (e); abu-abu (f)
576
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Menurut Scanes et al. (2003), beberapa warna cakar berbeda ditemukan pada ayam dari kombinasi pigmen yang berbeda di lapisan atas dan bawah kulit. Warna cakar kuning dipengaruhi oleh adanya pigmen karotenoid pada epidermis dan tidak adanya pigmen melanin. Warna cakar hitam dipengaruhi oleh adanya pigmen melanin pada epidermis. Bila kedua pigmen tersebut tidak ada maka cakar berwarna putih. Karakteristik warna cakar kuning atau putih (id) disebabkan oleh kurangnya kandungan melanin pada jaringan kulit (dermis). Kandungan melanin dalam lapisan kulit (dermis) dikontrol oleh gen resesif terkait kelamin (id) dalam keadaan homozigot atau heterozigot. Warna cakar hitam Id (inhibitor dari melanin dermis) bersifat dominan tidak lengkap terhadap id. Pada ayam yang memiliki warna kulit putih dan mengandung gen resesif (idid), warna cakarnya biru gelap dan pada ayam berwarna kulit kuning memiliki warna cakar hijau tua atau abu-abu (Sartika et al. 2006). KESIMPULAN Ayam kampung jantan dan betina yang dipelihara di Desa Menaming memiliki bentuk jengger dominan tunggal dengan warna jengger didominasi warna merah. Bentuk pial pada ayam kampung jantan dan betina didominasi oleh bentuk pial pendek dengan warna pial dominan adalah merah. Bulu ayam kampung jantan dan betina berwarna, pola warna tipe liar pada ayam kampung jantan dan betina tipe hitam, corak warna pada ayam kampung jantan dan betina lurik dengan kerlip warna dominan adalah emas. Warna shank ayam kampung jantan dan betina didominasi oleh warna kuning atau putih. Perlu kajian lebih lanjut terkait dengan sifat kualitatif Ayam Kampung di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau dengan daerah yang lebih luas lagi sehingga didapat data dasar frekuensi sifat kualitatif ayam kampung yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Mercia LS. 2001. Storey’s Guide to Raising Poultry. North Adams. Massachusetts. Minkema. 1993. pembudidayaan Jakarta.
Dasar ternak.
genetik dalam Penerbit Bharata.
Mulyono RH, Sartika T, Nugraha RD. 2009. A study of morphometric-phenotipic characteristic of Indonesian chicken: Kampong, Sentul and Wareng-Tangerang, Based on Discriminant Analysis, WaldAnderson Criteria and Mahalanobis Minimum Distance. Prosiding The 1st International Seminar on Animal Industry 2009. Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University. Bogor. North OM, Bell DD. 1990. Commercial chicken production manual. 4th Ed. Westport, Connecticut: The Avian Publishing Company, Inc. New York. Sartika T, Sulandari S, Zein MSA, Paryanti S. 2006. Karakter fenotipe/genetic eksternal ayam lokal Indonesia. Laporan Akhir Penelitian Kompetitif Riset Karakterisasi molekuler– LIPI. 16 hlm. Sartika T. 2000. Studi keragaman fenotipik dan genetik ayam kampung (Gallus gallus domesticus) pada populasi dasar seleksi. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sartika T. 2007. Pembibitan dan peningkatan mutu genetik ayam lokal. In: Keanekaragaman sumber daya hayati ayam lokal Indonesia: manfaat dan potensi. Diwyanto. K, Prijono SN, penyunting. Puslit Biologi LIPI. LIPI Press, Bogor. Hlm. Scanes CG, Brant G, Ensminger Deceased Me. 2003. Poultry Science. 4th Edition. Prentice Hall (2003-07-17) Publisher, Inc. Danville. Susanti T, Iskandar S, Sopiyana S. 2006. Karakteristik kualitatif dan ukuran-ukuran tubuh ayam Wareng. Mathius IW, Sendow I, Nurhayati, Murdiati TB, Thalib A, Beriajaya, Suparyanto A, Prasetyo LH, Darmono, Wina E, penyunting. Prosiding Seminar Ilmu dan Teknologi Peternakan. 5-6 September 2006. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 680-686.
577
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
DISKUSI Pertanyaan: Ayam kampung jika sakit apa bisa dijadikan materi percobaan? Ini merupakan identifikasi atau breeding? Jawaban: Tidak. Ayam yang digunakan sehat umur diatas 6 bulan. Penelitian ini ingin membentuk galur baru, tahap awal dilakukan identifikasi sebagai penelitian dasar untuk menilai ciri-ciri yang spesifik.
578