perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010 (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali)
Skripsi Oleh: ADRIANTO PUTRO PAMUNGKAS K.5606001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010 (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali)
Oleh : ADRIANTO PUTRO PAMUNGKAS K.5606001
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Pembimbing II
Hendrig Joko Prasetyo, S.Pd., M.Or. NIP. 19800805 200801 1 021
Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. NIP. 130 206 394
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Pada hari : Rabu Tanggal
: 1 Desember 2010
Tim Penguji Skripsi : (Nama Terang)
(Tanda Tangan)
Ketua
: Drs. H. Agus Margono, M. Kes.
Sekretaris
: Fadilah Umar, S. Pd, M. Or.
Anggota I : Prof. Dr. H. Sudjarwo, M. Pd. Anggota II : Hendrig Joko Prasetyo, S. Pd, M. Or.
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Adrianto Putro P. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010. (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh metode latihan massed practice dan distributed parctice terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (2) Perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (3) Ada tidaknya pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 berjumlah 54 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive random sampling. Dari jumlah 54 orang selanjutnya dilakukan tes dan pengukuran panjang tungkai dengan mengukur dari trochanter sampai telapak kaki. Dari hasil tes dan pengukuran panjang tungkai diklasifikasikan menjadi dua yaitu: kategori tungkai panjang dan kategori tungkai pendek. Sampel yang digunakan adalah 20 siswa yang memiliki kategori tungkai panjang dan 20 siswa dengan kategori tungkai pendek. Metode latihan yang digunakan adalah metode latihan massed practice dan distributed practice. Teknik pengumpulan data yaitu pengukuran panjang tungkai dari trochanter sampai telapak kaki dan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians 2 X 2 dilanjutkan dengan Newman-Keuls.Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu: variabel independent (manipulatif/bebas), variabel atributif dan variabel dependent (terikat). Variabel independent terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok metode massed practice dan kelompok distributed practice. Variabel atributif terdiri dari dua kelompok usia yaitu, kelompok tungkai panjang dan kelompok tungkai pendek. Sedangkan variabel dependent yaitu ketepatan tendangan lambung dalam permainan sepakbola. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagi berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan menendang bola pada siswa commit toketepatan user usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10.83 > Ft 4.11). (2) Ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang bola yang signifikan antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 5.44 > Ft 4.11). (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 16.93 > Ft 4.11). (a) Metode latihan massed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai panjang. (b) Metode latihan distributed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai pendek.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO ADRIANTO Adrianto Putro P. Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke Negeri Cina dan sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat yang tak tahu arah menjadi terarah. (Al Imam Al Mawardi)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada : Bapak dan ibu tercinta Lope Dima tersayang Kedua kakak ku tercinta Teman-teman angkatan 2006 Almamater
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ................................………………………………………………… i PENGAJUAN ...............................………………………………………….
ii
PERSETUJUAN .........................………………………………………….. iii PENGESAHAN ..............................………………………………………… iv ABSTRAK .................……………………………………………………….
v
MOTTO .....................………………………………………………………. vii PERSEMBAHAN .............................………………………………………..viii DAFTAR ISI ......................................………………………………………. ix KATA PENGANTAR ..................................……………………………….. x DAFTAR TABEL ...................………………………………………………xiv DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….. xv DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................………………………………… vix BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… vi A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
1
B. Perumusan Masalah ......………………………………………
1
C. Tujuan Penelitian .....……………………………………………
6
D. Manfaat Penelitian .....…………………………………………..
7
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
7
A. Tinjauan Pustaka ...……………………………………………… 8 1. Permainan Sepakbola………………………………………… 8 a. Hal-Hal yang Harus Dikuasai dalam Permainan Sepak Bola………………………………………………………
8
b. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Sepakbola……… 10 2. Teknik Dasar Menendang Bola……………………………… 11 a. Tujuan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola…. 12 b. Jenis-Jenis Tendangan dalam Permainan Sepakbola……. 12 c. Bagian-Bagian kaki untuk Menendang Bola……………. 13 commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola….. 14 e. Teknik Tendangan Melambung…………………………. 16 3. Latihan………………………………………………………. 18 a. Tujuan Latihan…………………………………………… 20 b. Metode Latihan………………………………………….. 21 c. Prinsip-Prinsip Latihan…………………………………… 22 d. Komponen-Komponen Latihan………………………….. 23 4. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Practice……………………………………………………… 27 a. Metode Massed Practice………………………………… 30 b. Pelaksanaan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Practice…………………………………………. 30 c. Kelebihan dan Kelemahan
Latihan
Tendangan
Melambung dengan Metode Massed Practice………….. 30 5. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice……………………………………………………… 33 a. Metode Distributed Practice……………………………. 34 b. Pelaksanaan Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice……………………………. 34 c. Kelebihan dan Kelemahan
Latihan
Tendangan
Melambung dengan Metode Distributed Practice……… 35 6. Panjang Tungkai…………………………………………….. 37 a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai….. 38 b. Peranan Panjang Tungkai
terhadap
Ketepatan
40
Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola….. 41 B. Penelitian yang Relevan…………………………………………. 42 C. Kerangka Pemikiran .......………………………………………
43
D. Perumusan Hipotesis…………………………………………..
47
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN .............……………………………… 48 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……………………………….. 48 B. Metode dan Rancangan penelitian….………………………….
48
C. Variabel Penelitian…….……………………………………….
51
D. Populasi Dan Sampel Penelitian……………………………….
52
E. Teknik Pengumpulan Data..……………………………………
52
F. Definisi Operasional Variabel…………………………...……
53
G. Teknik Analisis Data…………………………………………...
54
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………. 60 A. Deskripsi Data ...............………………………………………. 62 B. Mencari Reliabilitas……………………………………………. 63 C. Pengujian Persyaratan Analisis………………………………… 63 1. Uji Normalitas………………………………………………. 64 2. Uji Homogenitas…………………………………………… 64 D. Pengujian Hipotesis…………………………………………….. 64 1. Pengujian Hipotesis Pertama………………………………. 66 2. Pengujian Hipotesis Kedua………………………………… 66 3. Pengujian Hipotesis Ketiga………………………………… 66 E. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………… 67 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………. ……… 71 A. Simpulan..................…………………………………………… 71 B. Implikasi ....................………………………………………… 72 C. Saran .........................………………………………………….. 73 DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………… 74 LAMPIRAN.........................………………………………………………… 77
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs.Bambang Wijanarko, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. Hendrig Joko Prasetyo, S.Pd., M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik. 6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis. 7. Pembina dan Pelatih SSB Pandanaran Boyolali yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SSB yang dipimpinnya. 8. Siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2010 APP
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rancangan Penelitian Anava Dua Jalur dengan Design Rancangan Faktorial 2 X 2…………………………………..
52
Tabel 2. Ringkasan Anava Dua Jalur…………………………………
56
Tabel 3. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Hasil Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola Menurut Kelompok Penelitian…………….………………… Tabel 4. Ringkasan
60
Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Ketepatan
Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola………………
63
Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas………………………………….
63
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors……………………..
63
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet…………………..
64
Tabel 8. Ringkasan Nilai Berdasarkan
Rerata
Metode
Ketepatan Menendang
Latihan dan
Bola
Panjang Tungkai
Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan…………………….
65
Tabel 9. Ringkasan Analisis Anava Faktorial 2 X 2………………….
65
Tabel 10 Hasil Uji Rentang Newman Keuls setelah Anava…………..
65
Tabel 11 Pengaruh
Sederhana, Pengaruh
Utama dan Interaksi
Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola………………………………………………………….
commit to user xiv
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skematis Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola…….
15
Gambar 2. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola………………
16
Gambar 3. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Practice……………………………………………
32
Gambar 4. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice…………………………………………
36
Gambar 5. Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai………………………
101
Gambar 6. Lapangan Tes Ketepatan Tendangan Lambung…………….
103
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1. Nilai Rata-Rata Ketepatan Menendang Bola Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Panjang Tungkai…………….
61
Grafik 2. Nilai Rata-Rata Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola antara Kelompok Perlakuan….. Grafik 3. Interaksi antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai………
commit to user xvi
62 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Tes Pengukuran Panjang Tungkai…………………
78
Lampiran 2. Data Tes Awal Ketepatan Tendangan Lambung dalam Permainan Sepakbola Berdasarkan Kelompok Sampel Penelitian…………………………………………………
80
Lampiran 3. Data Tes Awal Ketepatan Tendangan Lambung dalam Permainan Sepakbola Berdasarkan Kelompok Sampel Penelitian dengan Penilaian Belah Ganjil dan Genap……
81
Lampiran 4.Uji Reliabilitas Data Tes Awal………………………….
82
Lampiran 5.Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 1 (A1B1) dan Kelompok 2 (A1B2)……………………………………..
84
Lampiran 6.Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 2 (A2B1) dan Kelompok 2 (A2B2)……………………………………..
85
Lampiran 7. Uji Homogenitas Data Tes Awal…………………………
86
Lampiran 8. Data Tes Akhir Ketepatan Tendangan Lambung dalam Permainan Sepakbola……………………………………
87
Lampiran 9. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Ketepatan Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola……………….
88
Lampiran 10.Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan Tendangan Lambung Sepakbola Kelompok 1 dan Kelompok 2…………………………………………….
90
Lampiran 11.Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan Tendangan Lambung Sepakbola Kelompok 3 dan Kelompok 4…………………………………………….
91
Lampiran 12.Deskripsi Data Hasil Peningkatan Rata - Rata antar Kelompok Sampel sebagai Persiapan Analisis Anava Faktorial 2 X 2…………………………………………. Lampiran 13 Hasil Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls…………… commit to user xvii
92 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 14. Program Latihan Tendangan Lambung dengan Metode Massed Practice dan Distributed Practice……………..
97
Lampiran 15. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai………………………………………………….
101
Lampiran 16. Petunjuk Pelaksanaan Tes Ketepatan Tendangan Lambung…………………………………………………
102
Lampiran 17. Program Latihan Siswa SSB Pandanaran Boyolali Menurut Prinsip Individual……………………………….
104
Lampiran 18. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian……………………
107
Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta………………………………………………… Lampiran 20. Surat
110
Keterangan Penelitian dari SSB Pandanaran
Boyolali…………………………………………………
commit to user xviii
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan olahraga yang cukup memasyarakat dan digemari seluruh lapisan dunia. Banyak kejuaraan yang telah diselenggarakan diberbagai event dunia seperti Piala Champion, Piala Dunia, Piala Eropa dan lain sebagainya. Dari event-event sepakbola tersebut mampu menghipnotis semua masyarakat di dunia untuk menyaksikan pertandingan sepakbola. Banyak negara-negara Eropa permainan sepakbola dijadikan olahraga Nasional. Seperti dikemukakan Beltasar Tarigan (2001: 1) bahwa, “Sepakbola merupakan permainan beregu yang paling populer di dunia dan bahkan telah menjadi permainan Nasional bagi setiap negara di Eropa, Amerika Selatan, Asia, Afrika dan bahkan pada saat ini permainan itu digemari di Amerika Serikat”. Di Indonesia permainan sepakbola mengalami perkembangan yang cukup pesat. Munculnya klub-klub sepakbola, Lembaga Pendidikan Sepakbola, Sekolah sepakbola di berbagai daerah menunjukkan perkembangan sepakbola di Indonesia yang cukup baik. Diadakannya pertandingan resmi yang diselenggarakan PSSI yaitu Liga Sepakbola Indonesia merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap sepakbola Indonesia. Maraknya Sekolah Sepakbola di berbagai daerah merupakan wahana untuk membina dan melatih anak-anak pemula yang memiliki bakat bermain sepakbola. Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan sejak usia dini merupakan suatu usaha untuk mencetak pemain-pemain sepakbola yang terampil dan diharapkan ke depannya menjadi pemain sepakbola yang berprestasi. Hal ini seperti dikemukakan M. Furqon H. (2003: 3) bahwa, “Bila dikaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, pemassalan sangat baik jika dimulai sejak masa kanak-kanak, terutama pada masa akhir kanak-kanak (6-12 tahun). Pada masa ini merupakan tahap perkembangan keterampilan gerak dasar”. Sedangkan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin commit to(1996: user 37) berpendapat, “Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
dalam pemassalan olahraga yang ditujukan kepada para pelajar merupakan langkah awal dalam usaha untuk menemukan bibit-bibit atlet atau olahragawan yang berbakat sehat fisik dan mental, bentuk tubuh yang predominan terhadap cabang olahraga dan intelegensi”. Upaya meningkatkan keterampilan bermain sepakbola harus menguasai macam-macam teknik dasar bermain sepakbola. Kemampuan seorang pemain sepakbola menguasai teknik dasar bermain sepakbola dapat mendukung penampilannya dalam bermain sepakbola baik secara individu maupun secara kolektif. Pentingnya peranan penguasaan teknik dasar bermain sepakbola, maka bagi para pemain pemula harus dilatih secara baik dan benar. Menendang bola merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola yang memiliki kontribusi besar dalam permainan sepakbola. Hampir seluruh permainan sepakbola dilakukan dengan menendang bola. Besarnya kontribusi menendang bola terhadap permainan sepakbola secara kolektif, maka perlu dilatihkan kepada siswa pemula. Wahjoedi (1999: 120) menyatakan, “Menendang bola merupakan keterampilan paling penting dan mendasar yang harus dikuasai dalam permainan sepakbola. Oleh karena itu yang pertama kali harus dikuasai oleh setiap pemain adalah teknik dasar menendang bola”. Menendang bola merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola yang paling sering dan banyak dilakukan dalam permainan sepakbola. Hampir seluruh permainan sepakbola dilakukan dengan menendang bola. Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang memiliki kontribusi besar dalam permainan sepakbola. Teknik dasar menendang bola memiliki beberapa fungsi di antaranya: untuk memberikan operan (passing), menembak (shooting) bola ke gawang, membersihkan (clearing) dan tendangan-tendangan khusus. Dari fungsi menendang bola tersebut, tentunya setiap tendangan yang dilakukan seorang pemain sepakbola memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda menurut kebutuhannya. Sebagai contoh menendang bola di daerah pertahanan biasanya sebagai umpan atau membersihkan (menyelamatkan gawang) dari lawan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
menendang bola di daerah pertahanan lawan sebagai umpan atau melakukan shooting ke gawang lawan. Melakukan tendangan atau operan jarak jauh yang tepat pada sasaran yang diinginkan tidaklah mudah. Banyak faktor yang mempengaruhinya misalnya akurasi (ketepatan), lawan yang selalu menghalang-halangi, konsentrasi, feeling dan lain sebagainya. Ditinjau dari fungsinya, tendangan jarak jauh (melambung) memiliki kontribusi besar yaitu, untuk memberikan umpan-umpan jarak jauh atau umpan ke daerah gawang lawan. Umpan-umpan yang tepat dan akurat akan memudahkan teman seregunya untuk menerimanya atau menyelesaikannya mencetak gol ke gawang lawan. Selain itu, tendangan melambung memiliki efektivitas yang cukup baik, karena bola di atas sangat kecil kemungkinan untuk digagalkan oleh lawan. Pentingnya peranan menendang bola melambung, maka harus dilatih dan dikembangkan secara sistematis dan kontinyu. Latihan secara sistematis dan kontinyu merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan kemampuan tendangan melambung bagi pemain sepakbola pemula. Dalam pelaksanaan latihan tendangan melambung bagi siswa pemula dibutuhkan metode latihan yang tepat. Banyaknya macam-macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan menuntut seorang pelatih harus cermat dan tepat dalam menerapkan metode latihan. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.56) bahwa, “Metode latihan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan teknik di antaranya dengan massed practice dan distributed practice”. Metode latihan massed practice dan distributed practice merupkan metode latihan yang menekankan pada pengulangan giliran praktik. Dari kedua metode latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui efektivitasnya terhadap peningkatan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Disisi lain, keterampilan tendangan melambung seorang pemain sepakbola tidak hanya dipengaruhi oleh metode latihan yang diterapkan seorang pelatih. Faktor individu (pemain/siswa) sangat menentukan terhadap penguasaan keterampilan yang dipelajari. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 70) berpendapat, “… commit dalam to userbidang olahraga, sumbangan yang untuk tercapainya suatu puncak prestasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
terbesar bersumber dari atlet, meskipun ada faktor-faktor lain yang menjadi pendukung mempunyai peran yang penting juga. Diperkirakan sumbangan yang bersumber dari atlet adalah 60-70% dan faktor penunjang lainnya 30-40%”. Faktor yang terdapat pada individu atau siswa ini sangat kompleks, seperti kemampuan fisik, mental, semangat latihan, postur tubuh dan lain sebagainya. Postur tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga, termasuk ketepatan tendangan lambung dalam permainan sepakbola. M. Sajoto (1995: 11) menyatakan, “Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”. Setiap cabang olahraga pada umumnya menuntut postur tubuh yang ideal sesuai tuntutan dari cabang olahraga yang dipelajari agar mampu meraih prestasi yang tinggi. Demikian halnya dalam permainan sepakbola, pemain sepakbola yang ideal harus memiliki postur tubuh yang tinggi, atletis disertai otot-otot yang kuat. Postur tubuh yang tinggi sudah barang tentu disertai segmen-segmen tubuh yang panjang seperti tungkai dan lengannya. Segmen-segmen tubuh yang panjang seperti tungkai dan lengan dapat mendukung penampilan seorang atlet yang membutuhkan segmen-segmen tersebut seperti, melompat, meloncat, menendang, memukul, menolak, melempar dan lain-lain. Ditinjau dari analisa tendangan melambung sepakbola, proporsi tungkai yang dimiliki seorang pemain sepakbola harus dimanfaatkan seoptimal mungkin pada teknik yang benar agar tendangan yang dilakukan sesuai yang diharapkan. Apakah benar tungkai yang panjang memiliki pengaruh terhadap ketepatan tendangan melambung dalam sepakbola yang lebih baik, jika dibandingkan dengan pemain yang tungkainya panjang. Untuk mengetahui hal ini, maka perlu dibuktikan kebenarannya, karena ketepatan tendangan melambung sepakbola tidak hanya dipengaruhi proporsi tungkai, namun masih ada faktor lainnya seperti penguasaan teknik menendang yang benar, mental, feeling, kemampuan fisik dan lain sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Untuk mengetahui metode latihan mana yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan massed practice dan metode latihan distributed practice, serta pengaruh panjang tungkai terhadap ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupun praktik melalui penelitian eksperimen. Siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 adalah sampel yang digunakan dalam penelitian. Salah satu sisi menarik untuk mengambil sampel penelitian pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yaitu, Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tersebut cukup eksis dan latihan dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan kenyataannya, siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 beberapa kali mengikuti tournament atau pertandingan antara Sekolah Sepakbola berdasarkan kelompok umur di berbagai daerah. Dari pertandingan yang telah diikuti prestasi yang dicapai belum maksimal. Kondisi yang demikian perlu ditelusuri faktor penyebabnya dari semua aspek baik, pelatih, atlet, metode latihan dan lain sebagainya. Prestasi yang belum maksimal dari siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 tersebut merupakan masalah yang harus dipecahkan dan perlu latihan yang lebih intensif. Pelatihan fisik, teknik, taktik dan mental harus ditingkatkan. Melatih macam-macam teknik dasar bermain sepakbola merupakan faktor yang mendasar dan harus dikuasai oleh setiap siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Salah satu latihan yang terus ditingkatkan pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yaitu, kemampuan tendangan melambung. Disisi lain dalam memilih atau siswa yang masuk pada Sekolah Sepakbola Padanaran Boyolali hendaknya memiliki postur tubuh yang ideal (tinggi, atletis). Selama ini belum pernah dilakukan seleksi siswa yang masuk atau ikut latihan pada Sekolah Sepakbola Padanaran Boyolali, sehingga proporsi tubuhnya termasuk panjang tungkainya belum diketahui. Memberikan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan ketepatan to user tendangan melambung dalam commit permainan sepakbola sangat penting untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
mendukung kerjasama tim yang kompak. Selain metode latihan yang tepat, memanfaatkan segmen tubuh (panjang tungkai) dalam melakukan tendangan melambung juga sangat penting. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode latihan massed practice dan distributed practice serta pengaruh panjang tungkai terhadap ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola, perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Panjang Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola pada Siswa Usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali Tahun 2010 (Studi Ekperimen tentang Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali Tahun 2010)”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Adakah perbedaan pengaruh antara metode latihan menggunakan massed practice dan distributed parctice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010?
2.
Adakah perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010?
3.
Adakah interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap ketepatan menendang bola siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: 1.
Perbedaan pengaruh metode latihan massed practice dan distributed parctice terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
2.
Perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
3.
Ada tidaknya pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap ketepatan tendangan melambung pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. D. Manfaat Penelitian Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain: 1.
Dapat membantu siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola menjadi lebih baik.
2.
Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi pembina dan pelatih Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali pentingnya metode latihan yang baik dan tepat untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola.
3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan dan memilih metode latihan yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola untuk siswanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Sepakbola Sepakbola berkembang pesat di tengah masyarakat karena olahraga ini cukup fleksible, artinya sepakbola dapat diterima oleh masyarakat karena bisa dimainkan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Oleh karena itu permainan sepakbola menjadi olahraga yang sangat diminati oleh sebagian besar masyarakat. Perkembangan sepakbola diharapkan dapat ikut meningkatkan minat masyarakat terhadap olahraga. Secara sederhana sepakbola merupakan olahraga yang hampir keseluruhan permainannya menggunakan tungkai. Sekilas penyajian permainan itu menjadi hal yang mudah dilakukan. Namun sepakbola merupakan salah satu olahraga permainan yang kompleks. Karena untuk dapat melakukan setiap gerakan dengan benar dibutuhkan koordinasi antara organ-organ tubuh. Soekatamsi (1988: 11) menyatakan bahwa, “Pandai bermain sepakbola adalah memahami, memiliki pengetahuan, dan terampil melaksanakan dasar-dasar untuk pembinaan dan bermain sepak bola untuk meningkatkan dan mencapai prestasi maksimum”. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa dapat bermain sepakbola saja belum tentu pandai bermain sepakbola. Berdasarkan gambaran mengenai sepakbola di atas, beberapa pendapat yang mengemukakan pengertian serpakbola secara umum. Menurut Sucipto, Sutiyono. Bambang, Thohir. Indra M, dan Nurhadi (2000: 7) mengatakan bahwa, “Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”. Sedangkan Soekatamsi, (1988: 11-12) mengemukakan bahwa : “Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan team, maka suatu kesebelasan yang baik, kuat, tangguh adalah kesebelasan yang terdiri commitatas to userpemain-pemain yang mampu menyelenggarakan permainan yang kompak, artinya mempunyai
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
kerjasama team yang baik. Untuk mencapai kerjasama team yang baik diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai semua bagian-bagian dan macam-macam teknik dasar dan keterampilan sepakbola, sehingga dapat memainkan bola dalam segala posisi dan situasi dengan cepat, tepat, dan cermat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu”. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sepakbola merupakan permainan beregu yang terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Oleh karena itu kekompakan dan kerjasama tim yang baik di antara para pemain sangat dibutuhkan. Karena dimainkan di atas lapangan yang luas, maka seorang pemain harus memiliki keterampilan mengolah bola dan juga kondisi kesegaran tubuh yang baik. Oleh karena itu, untuk dapat bermain sepakbola dengan baik dibutuhkan latihan sesuai dengan prosedur yang telah ada. Permainan sepakbola merupakan cabang olahraga yang cukup populer dan memasyarakat di seluruh dunia. Hampir setiap orang di seluruh dunia mengenal dan menggemari permainan sepakbola. Jika dibandingkan dengan olahraga permainan lain, permainan sepakbola lebih populer. Timo Scheunemann (2005: 15) bahwa, “Sepakbola pada saat ini adalah olahraga yang paling populer di dunia, jauh lebih populer dibandingkan olahraga populer lainnya seperti basket, volleyball, atau pun tenis”. Kepopuleran permainan sepakbola karena memiliki daya tarik yang berbeda dengan olahraga permainan lainnya. Beltasar Tarigan (2001:2) menyatakan,
“Daya
tarik
permainan
sepak
bola
adalah
keterampilan
memperagakan kemampuan dalam mengolah bola, penampilan usaha yang sungguh-sungguh penuh perjuangan, gerakan yang dinamis, disertai dengan kejutan-kejutan taktik, yang membuat penonton kagum melihatnya”. Pendapat lain dikemukakan Joseph A. Luxbacher (1997: 1) bahwa, Alasan dari daya tarik sepakbola terletak pada kealamian permainan tersebut. Sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental. Anda harus melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan. Anda harus mampu berlari beberapa mil dalam satu pertandingan, hampir menyamai kecepatan sprinter dan menanggapi berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat dan harus memahami taktik permainan individu, kelompok commit to user dan beregu. Kemampuan untuk memenuhi semua tantangan ini menentukan penampilan anda di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Pendapat
tersebut
menunjukkan,
sepakbola
merupakan
olahraga
permainan yang di dalam pelaksanaan permainannya memiliki karakteristik tersendiri. Penampilan seorang pemain sangat bergantung pada kemampuannya memecahkan masalah yang terjadi dalam permainan yaitu, bagaimana memperagakan sebuah teknik yang serasi, ditinjau dari posisi lawan dan kawan, kemampuan fisik dan mental yang baik, kemampuan memperagakan taktik dan strategi permainan baik individu, kelompok maupun tim, usaha yang sungguhsungguh dan kerjasama yang kompak untuk memenangkan pertandingan. a. Hal Mendasar yang Harus Dikuasai dalam Permainan Sepakbola Sepakbola merupakan olahraga permainan yang memiliki gerakan yang cukup kompleks, sehingga setiap pemain harus memiliki skill yang baik untuk memenangkan suatu pertandingan. Kemenangan suatu tim tercipta melalui kerjasama yang kompak dalam satu tim. Beltasar Tarigan (2001: 3) menyatakan, “Dalam permainan sepakbola, keterampilan-keterampilan yang dimiliki pemain tidak biasa dipisahkan dari satu kesatuan tim dan tidak pernah ia akan menggunakannya sendiri. Artinya, keterampilan-keterampilan yang dimiliki seorang pemain, tidak pernah merupakan tujuan tersendiri”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kualitas individu atau tim suatu kesebelasan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknik dasar sepakbola oleh para pemainnya. Ini artinya, faktor yang mendasar dan harus dikuasai seorang pemain sepakbola adalah menguasai teknik dasar bermain sepakbola. A. Sarumpaet dkk., (1992: 47) menyatakan, “Dalam usaha meningkatkan mutu permainan ke arah prestasi, maka masalah teknik merupakan salah satu persyaratan yang menentukan”. Menurut Soekatamsi (1995: 20) bahwa, “Pemain pertama-tama (permulaan) harus menguasai macam-macam teknik dasar bermain sepakbola. Seorang pemain sepakbola yang tidak menguasai keterampilan teknik dasar bermain sepakbola tidaklah mungkin akan menjadi pemain yang baik”. Hal senada dikemukakan Remmy Muchtar (1992: 27) bahwa: Untuk dapat bermain sepakbola dengan baik perlu menguasai teknik dengan baik pula. Tanpacommit penguasaan to userteknik yang baik tidak mungkin dapat menguasai atau mengontrol bola dengan baik. Dan tanpa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
kemampuan menguasai bola dengan baik, tidak mungkin dapat menciptakan kerjasama dengan pemain lain. Sedangkan kerjasama adalah inti dari permainan sepakbola. Menguasai teknik dasar bermain sepakbola merupakan faktor yang mendasar dan harus dilatihkan sejak awal berlatih sepakbola. Dengan menguasai teknik dasar bermain sepakbola dengan baik, maka memberi peluang yang besar untuk memenangkan pertandingan dan meraih prestasi yang optimal. Strategi atau taktik permainan sebaik apapun, jika pemainnya tidak menguasai teknik dasar sepakbola dengan baik, taktik atau strategi tersebut tidak ada manfaatnya. Seperti dikemukakan Josef Sneyers (1990: 24) bahwa, “Dilihat dari segi taktis, mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar. Semakin terampil seorang pemain dengan bola, dan semakin mudah ia dapat (tanpa kehilangan bola) meloloskan diri dari suatu situasi, semakin baik jalannya pertandingan bagi kesebelasannya”. Dengan menguasai teknik dasar bermain sepakbola akan dapat mendukung penampilannya baik secara individu maupun tim. Semakin baik seorang pemain menguasai teknik dasar bermain sepakbola, maka ia akan memiliki keterampilan teknik bermain sepakbola yang baik. b. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Sepakbola Ditinjau dari pelaksanaan permainan sepakbola bahwa, gerakan-gerakan yang terjadi dalam permainan adalah gerakan-gerakan dari badan dan macammacam cara memainkan bola. Gerakan badan dan cara memainkan bola adalah dua komponen yang saling berkaitan dalam pelaksanaan permainan sepakbola. Remmy Muchtar (1992: 27) menyatakan, “Berdasarkan gerakan-gerakan yang terjadi dalam permainan sepakbola, teknik sepakbola dibagi atas teknik badan dan teknik bola. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bermain sepakbola dikelompokkan menjadi dua macam yaitu teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik badan atau teknik tanpa bola pada dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan untuk mencapai kesegaran jasmani commit fisik to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
(physical fitness) agar dapat bermain sepakbola dengan baik. Unsur-unsur teknik tanpa bola menurut Remmy Muchtar (1992: 28) terdiri atas “(1) cara berlari, (2) cara melompat, (3) gerak tipu badan”. Teknik dengan bola merupakan cara-cara memainkan bola, untuk mendukung keterampilan bermain sepakbola. Kemampuan seorang pemain dalam memainkan bola akan membantu penampilannya baik secara individu maupun kolektif, sehingga memberi peluang untuk memenangkan pertandingan. Lebih lanjut Remmy Muchtar (1992: 29) menyatakan bahwa unsur-unsur teknik dengan bola meliputi : 1) Teknik menendang bola. 2) Teknik menahan bola (trapping). 3) Teknik menggiring bola (dribble). 4) Gerak tipu. 5) Teknik menyundul bola (heading). 6) Teknik merebut bola (tackling). 7) Teknik lemparan ke dalam (throw-in). 8) Teknik penjaga gawang. Pada prinsipnya unsur teknik tanpa bola dan unsur teknik dengan bola memiliki keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan bermain sepakbola. Kedua teknik dasar tersebut harus mampu diperagakan atau dikombinasikan di dalam situasi permainan menurut kebutuhannya dan situasi yang dihadapi dalam permainan. Kualitas dan kemampuan teknik yang baik akan mendukung penampilan seorang pemain. Semakin baik penguasaan teknik yang dimiliki, semakin efektif dan efisien dalam memperagakan teknik-teknik sepakbola dengan baik dan terampil. 2. Teknik Dasar Menendang Bola a. Tujuan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola Menendang bola pada prinsipnya bertujuan memindahkan bola dari satu tempat ke tempat lain sebagai umpan atau mencatak gol ke gawang lawan. Berkaitan dengan menendang bola A. Sarumpaet dkk. (1992: 20) menyatakan, commit to user “Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari sutau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaki. Menendang bola dapat dilakukan dalam keadaan bola diam, menggelinding maupun melayang di udara”. Joseph A. Luxbacher (1997: 12) menyatakan, “Keterampilan untuk mengoper dan menerima bola membentuk jalan vital yang menghubungkan kesebelasan pemain ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik daripada bagian-bagiannya”. Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 37) berpendapat, “Sepakbola merupakan permainan tim. Oleh karena itu, operan bola merupakan alat penghubung antara pemain yang satu dengan lainnya”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, menendang bola merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola yang paling sering dilakukan dalam permainan sepakbola. Melalui tendangan yang cermat dan akurat, maka akan terjalin kerjasama yang kompak dalam satu tim. A. Sarumpaet dkk., (1992: 20) menyatakan tujuan menendang bola yaitu: 1) Untuk memberikan bola kepada teman atau mengoper bola. 2) Dalam usaha memasukkan bola ke gawang lawan. 3) Untuk menghidupkan bola kembali setelah terjadi suatu pelanggaran seperti tendangan bebas, tendangan penjuru, tendangan hukuman, tendangan gawang dan sebagainya. 4) Usaha melakukan clearing atau pembersihan dengan jalan menyapu bola yang berbahaya di daerah sendiri atau dalam usaha membendung serangan lawan pada daerah pertahanan sendiri. Menendang bola mempunyai peran penting dalam permainan sepakbola, baik sebagai umpan, mencetak gol ke gawang lawan, menghidupkan kembali permainan dan untuk clearing atau menyapu bola dari daerah pertahanan. Untuk mencapai kualitas tim yang baik, maka setiap pemain sepakbola harus menguasai teknik menendang bola yang baik dan benar. b. Jenis-Jenis Tendangan dalam Permainan Sepakbola Menendang bola merupakan ciri khas yang dominan dalam permainan sepakbola. Agar menjadi pemain sepakbola yang berkualitas, seorang pemain perlu mengembangkan kemahirannya dalam menendang bola. Menendang bola pada dasanya mempunyai tujuan yang berbeda-beda menurut situasi yang dihadapi dalam permainan. Menurut Agus Mukholid (2004: 24) tujuan commit to user menendang bola adalah, “Untuk mengumpan, menembak ke gawang agar terjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
gol, dan untuk menghalau atau menyapu dalam rangka menggagalkan serangan atau permainan lawan”. Menendang bola dengan cermat dan akurat adalah salah satu sisi menarik dari permainan sepakbola. Melalui tendangan yang cermat dan akurat akan terjalin kerjasama yang baik, bahkan melalui tendangan dapat tercipta gol yang indah dan spetakuler. Tendangan dalam permainan sepakbola dapat bermacammacam bentuknya. Adakalanya tendangan bola keras menyusur tanah, tendangan lurus (setengah melambung) dan keras, tendangan melambung tinggi dan melengkung. Soekatamsi (1988: 48-49) membedakan jenis tendangan sebagai berikut: 1) Berdasarkan atas tinggi rendahnya lambungan bola, tendangan dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) Tendangan bola rendah, bola menggulir datar di atas tanah sampai setinggi lutut. (2) Tendangan bola melambung lurus atau melambung sedang, bola melambung paling rendah setinggi lutut dan paling tinggi setinggi kepala. (3) Tendangan bola melambung tinggi, bola melambung paling rendah setinggi kepala. 2) Berdasarkan atas putaran dan jalannya bola yaitu: (1) Tendangan lurus (langsung), bola setelah ditendang tidak berputar sehingga bola melambung lurus dan jalannya kencang. Tenaga tendangan melalui titik pusat bola. (2) Tendangan melengkung, bola setelah ditendang berputar ke arah yang berlawanan dengan tendangan dan arah bola. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, jenis tendangan dalam sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu, berdasarkan tinggi rendahnya lambungan bola dan berdasarkan putaran jalannya bola. Kemampuan seorang pemain melakukan jenisjenis tendangan tersebut didasarkan pada kebutuhan dalam permainan. Untuk menjadi pemain yang baik, maka jenis-jenis tendangan tersebut harus dikuasai melalu latihan yang sistematis dan kontinyu. c. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola Menendang bola merupakan teknik sepakbola yang memiliki konstribusi besar dalam permainan sepakbola.commit Oleh karenanya, seorang pemain harus mampu to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
menendang bola dengan baik dan benar. Untuk memperoleh kemampuan menendang bola yang baik, maka setiap pemain sepakbola harus mampu menggunakan bagian-bagian kaki untuk menendang bola dengan efektif. Menurut Remmy Muchtar (1992: 29-30) bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola yaitu “(1) Kaki bagian dalam (inside-foot), (2) Punggung kaki (instep-foot), (3) Punggung kaki bagian dalam (inside-instep), (4) Punggung kaki bagian luar (Outside-instep)”. Menurut hasil penelitian Wahjoedi (1999: 120) bahwa, “Menendang bola pada prinsipnya dapat dilakukan dengan menggunakan kaki kanan maupun kaki kiri, pada (1) bagian dalam kaki, (2) bagian punggung kaki, (3) bagian luar kaki”. Menurut Bisanz (1982) yang dikutip A. Sarumpaet dkk., (1992: 20) menggambarkan skematis cara menendang bola sebagai berikut: Dengan kaki bagian dalam
Kura-kura kaki bagian dalam Tendangan efek Memberikan bola Menendang bola Membuang bola
Kura-kura kaki bagian luar Dropkick Kura-kura kaki bagian atas Tendangan berputar Dengan kepala Tendangan salto
Gambar 1. Skematis Bagian-Bagian kaki untuk Menendang Bola (A. Sarumpaet dkk., 1992: 20) Menendang bola pada dasarnya dapat dilakukan dengan empat bagian kaki yaitu kaki bagian dalam (inside-foot), punggung kaki (instep-foot), punggung kaki bagian dalam (inside-instep) dan punggung kaki bagian luar (outside-instep). Bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola harus mampu dimanfaatkan secara optimal menurut kebutuhannya. Hal ini karena, setiap bagian kaki memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan tendangan commit to user tendangan harus diperhitungkan sepakbola. Oleh karena itu, dalam melakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
dengan cermat bagian kaki mana yang harus digunakan untuk menendang bola agar menghasilkan tendangan yang benar dan tepat pada sasaran yang diinginkan. Berikut ini disajikan ilustrasi gambar bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola sebagai berikut:
Gambar 2. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola (Soekatamsi, 1988:47) d. Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola Tendangan melambung pada prinsipnya bertujuan untuk mengoperkan bola kepada teman seregunya. Tendangan melambung ini sebagai operan, karena jarak penendang dan penerima cukup jauh. Melalui tendangan melambung tinggi akan lebih efektif sebagai operan, sehingga akan lebih cepat menghubungkan pemain satu dengan lainnya. Selain itu, tendangan melambung tinggi akan sulit digagalkan lawan. Sebagai contoh bila seorang pemain akan memberikan umpan kepada teman seregunya dan di depannya banyak lawan, maka alternatif untuk memberikan
umpan
yaitu,
dengan
umpan
melambung
tinggi.
Seperti
dikemukakan Joseph A. Luxbacher (1997: 21) bahwa, “Walaupun dalam hampir semua situasi permainan, anda harus mengoperkan bola di atas permukaan lapangan, terkadang ada saatnya tertentu dimana operan tinggi menjadi pilihan terbaik”. Pendapat tersebut menunjukkan, tendangan melambung tinggi merupakan alternatif pilihan yang tepat untukcommit memberi umpan kepada teman seregunya, jika to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
di depannya banyak pemain lawan. Ditinjau fungsi dan manfaatnya, tendangan melambung tinggi mempunyai konstribusi besar mendukung serangan untuk mencetak gol ke gawang lawan melalui umpan-umpan bola crossing. Tidak menutup kemungkinan gol tercipta melalui tendangan penjuru yang melambung tinggi yang diarahkan pada daerah gawang lawan sebagai umpan untuk diselesaikan teman seregunya agar tercipta gol ke gawang lawan. Richard Widdows & Paul Buckle (1981: 30) menyatakan bahwa, “Dalam pertandingan masa-masa ini, tendangan-tedangan silang yang mengasilkan hampir separoh dari gol yang dicetak diperoleh dari pemain-pemain tengah (midfiled players), backback yang maju dan para penyerang yang lari melebar yang semuanya memberi dukungan”. Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 116) menyatakan, “Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam tendangan penjuru, usahakan agar bola yang diumpan ke tengah lapangan masuk daerah bahaya”. Salah satu upaya untuk membantu penyerangan dapat dilakukan dengan umpan-umpan bola melambung tinggi yang dilakukan pemain-pemain tengah atau pemain belakang (back) yang berusaha mendukung penyerangan melalui tendangan melambung tinggi. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam melakukan tendangan melambung adalah ketepatan tendangan, sehingga mudah diselesaikan oleh pemain penyerang untuk menciptakan gol ke gawan lawan. Selain itu, tidak menutup kemungkinkan tendangan bola melambung tinggi dapat mengelabuhi penjaga gawang dan sulit untuk ditangkap kiper. Seperti dikemukakan Richard Widdows & Paul Buckle (1981: 33) bahwa, “Tendangan tinggi itu cara efektif untuk menendang bola melewati kiper yang maju mendekat”. Sedangkan Soedjono (1985: 64) menyatakan, “Tembakan yang diarahkan jauh dari jangkauan penjaga gawang, misalnya tembakan ke arah tiang jauh, biasanya lebih sulit untuk diselamatkan daripada tembakan yang diarahkan ke tiang dekat”. Tendangan melambung tinggi mempunyai peran penting dalam permainan sepakbola. Tendangan melambung tinggi dapat dijadikan sebagai umpan atau mencetak gol ke gawang lawan. Hal ini sering dijumpai dalam permainan, sering commit to user kali tendangan bola-bola mati dekat dengan daerah gawang dilakukan melambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
tinggi untuk melewati tembok pagar hidup agar masuk ke dalam gawang. Beltasar Tarigan (2001: 123) berpendapat, “Tembakan langsung ke gawang seyogyanya tinggi agar dapat melewati tembok yang kokoh dari pihak pemain bertahan, arah bola cukup rendah untuk menerobos daerah di bawah mistar gawang, dan penjaga gawang”. Sangat besar peranan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Sebaik apapun pertahanan suatu tim seringkali masih bisa diciptakan gol melalui tendangan melambung dari jarak jauh. Seperti dikemukakan Eric C. Batty (2003: 1) bahwa, “Pertahanan yang bagaimanapun ketatnya masih bisa ditembus oleh tendangan-tendangan dari luar daerah pinalti…”. Upaya meningkatkan ketepatan tendangan jarak jauh seorang pemain sepakbola harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. e. Teknik Tendangan Melambung Menendang bola dengan baik dan tepat pada sasaran adalah bagian penting dalam permainan sepakbola. Agar seorang pemain sepakbola mampu melakukan tendangan dengan baik dan tepat pada sasaran yang diinginkan harus menguasai teknik menendang bola. Untuk mendapatkan ketepatan tendangan yang baik, maka harus mampu memanfaatkan bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola. Namun pada dasarnya semua bagian kaki dapat digunakan untuk menendang bola. Menurut Remmy Muchtar (1992: 29-30) bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola yaitu: “(1) Kaki bagian dalam (insidefoot), (2) Punggung kaki (instep-foot), (3) Punggung kaki bagian dalam (insideinstep), (4) Punggung kaki bagian luar (Outside-instep)”. Menurut hasil penelitian Wahjoedi (1999: 120) bahwa, “Menendang bola pada prinsipnya dapat dilakukan dengan menggunakan kaki kanan maupun kaki kiri, pada (1) bagian dalam kaki, (2) bagian punggung kaki, (3) bagian luar kaki”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, menendang bola pada dasarnya dapat dilakukan dengan empat bagian kaki. Tetapi untuk tendangan jarak jauh atau tendangan melambung tinggi biasanya menggunakan kura-kura commit (1988: to user123-124) tendangan dengan kurakaki bagian dalam. Menurut Soekatamsi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
kura kaki bagian dalam memiliki fungsi antara lain: “(1) untuk operan jarak jauh, (2) untuk operan melambung ke atas, (3) memasukkan bola tepat ke mulut gawang, (4) tendangan bola melengkung”. Beltasar Tarigan (2001: 50) bahwa, “Umpan jauh atau panjang menggunakan sisi atas kaki bagian dalam”. Sedangkan Clive Gifford (2007: 16) menyatakan, “Mengumpan dengan kura-kura kaki adalah umpan paling umum untuk menendang bola pada jarak yang lebih jauh”. Teknik pelaksanaan menendang bola dengan kura-kura kaki bagian dalam menurut Soekatamsi (1988: 117-119) sebagai berikut: 1) Letak kaki tumpu: a) Kaki tumpu diletakkan di belakang samping bola, ± 25 - 30 cm. b) Arah kaki tumpu membuat sudut ± 400 dengan garis lurus arah bola (garis di belakang bola). 2) Kaki yang menendang: a) Kaki yang menendang bola diangkat ke belakang, kemudian diayunkan ke depan ke arah sasaran. b) Hingga kura-kura kaki bagian dalam tepat mengenai tengah-tengah di bawah bola. c) Gerakan kaki yang menendang dilanjutkan ke depan (gerak lanjut ke depan). 3) Sikap badan a) Pada waktu kaki menendang bola diayunkan ke belakang, badan condong ke depan. b) Pada waktu menendang bola karena posisi kaki tumpu berada di samping belakang bola, sikap badan condong ke belakang. c) Kedua lengan terbuka ke samping badan untuk menjaga keseimbangan. 4) Pandangan mata Pada waktu menendang bola, mata melihat pada bola dan ke arah sasaran. 5) Bagian bola yang ditendang a) Bola ditendang tepat ditengah-tengah bawah bola, akan melambung tinggi. b) Dilakukan dengan ancang-ancang, bola dalam keadaan berhenti, pemain berdiri 3 - 5 langkah di belakang samping bola, sehingga letak pemain membuat sudut kurang lebih 400 dengan garis lurus arah sasaran bola di belakang bola. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Berikut ini disajikan ilustrasi teknik pelaksanaan menendang bola dengan kura-kura kaki bagian dalam sebagai berikut:
Gambar 3. Teknik Menendang Bola dengan Kura-Kura Kaki Bagian Dalam (Soeketamsi, 1988: 117) 3. Latihan Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan latihan Suharno HP. (1993: 1) dalam seri bahan penataran pelatih tingkat muda/madya dikatakan, “Berlatih atau latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat, berkesinambungan dan berulangulang waktunya”. Menurut Sudjarwo (1993: 14) bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999: 3.4) berpendapat, “Latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin meningkat”. Hakikat latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks. Latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan. Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan tidak harus dilakukan pada setiap kali latihan, namun tambahan beban harus segara dilakukan ketika atlet merasakan latihan yang dilaksanakan terasa ringan. a. Tujuan Latihan Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan dalam waktu yang lama dan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Russel R. Pate., BruceMc. Clenaghan & Robert Rotella (1993: 317) tujuan akhir latihan yaitu, “Untuk meningkatkan penampilan olahraga”. Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 126) bahwa, “Tujuan utama latihan adalah untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin”. Sedangkan Bompa (1990: 4) menyatakan tujuan umum latihan yaitu: 1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multiralteral. 2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni. 3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan. 5) Untuk mengelola kualitas kemauan. 6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal. 7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlet. 8) Untuk pencegahan cidera. 9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori. Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlet yang berlatih.Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “(1) Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental (Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin, 1996: 12-127). Dari keempat aspek tersebut saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya.Untuk mencapai tujuan latihan, maka perlu diterapkan metode latihan yang tepat. b. Metode Latihan Tujuan utama dari olahraga prestasi adalah pencapaian prestasi setinggi mungkin. Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi pencapaian prestasi dalam olahraga adalah penerapan metode latihan yang ilmiah. Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan metode latihan, Noseck (1982: 15) menyatakan, “Metode latihan merupakan prosedur dan cara-cara pemilihan jenis-jenis latihan dan penataannya menurut kadar kesulitan, kompleksitas dan beratnya beban”. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 142) “metode mengajar atau melatih adalah suatu cara tertentu, sistem kerja seorang pelatih, atau olahragawan, sehubungan dengan pengetahuan dan kemampuannya yang cukup”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999: 3.53) bahwa, “Meode latihan adalah suatu cara sistematis dan terencana, yang berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan fungsi fisiologis, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
psikologis dan keterampilan gerak, agar memiliki keterampilan yang lebih baik pada suatu penampilan khusus”. Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang pembina atau pelatih berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan bagi atlet yang dilatih. Seorang pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang efektif. Hal ini karena, keberhasilan dari suatu latihan dapat dipengaruhi oleh metode latihan yang diterapkan oleh pelatih. c. Prinsip-Prinsip Latihan Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang dengan meningkatkan beban latihan secara periodik. Dalam pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993: 21) bahwa, “Pinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Dalam pemberian beban latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang sesuai dengan tujuan latihan. Menurut Sudjarwo (1993: 21-23) prinsip-prinsip latihan di antaranya: “(1) Prinsip individu, (2) Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan sepanjang tahun”. Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan diuraikan sebagai berikut: 1) Prinsip Individu Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan commit to user didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan, "Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai”. Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet. Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran jasmani serta psychologis”. 2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle) Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7) menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat: Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan commit to user meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban lebih
bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan kemampuan
tubuh.
Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet menjadi sakit.
3) Prinsip Interval Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu(interval). Faktor istirahat (interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat latihan.” Istirahat atau interval merupakan factor yang harus diperhatikan dalam latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya kondisinya akan lebih baik.
4) Prinsip Penekanan Beban (Stress) Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atlet stress. Penekanan beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik to user dan rokhani atlet. Dengan waktu kelelahan lokal maupun kelelahancommit total jasmani
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya kelelahan lokal yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total disebabkan adanya beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban (stress) diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.
5) Prinsip Makanan Baik Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan. Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Untuk seorang atlet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang maksimal.
6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan terprogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan prinsip interval”. Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui periodeperiode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
d. Komponen-Komponen Latihan Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak menentukan
keterampilan
yang
tinggi
termasuk
tenis
lapangan,
maka
kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu latihan meliputi: “(1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3) density atau kekerapan latihan dan, (4) kompleksitas latihan”. Komponen-komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan olahraga prestasi. Komponen-komponen latihan tersebut berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Volume Latihan Volume latihan merupakan syarat yang sangat penting untuk mencapai kemampuan fisik yang yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan Depdiknas (2000: 106) menyatakan, “Unsur-unsur latihancommit meliputi: (1) waktu atau lama latihan, (2) jarak to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
tempuh atau berat beban yang diangkut setiap waktu dan (3) jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan. Untuk meningkatkan kemampuan fisik, maka volume latihan harus ditingkatkan secara berangsur-angsur (progresif). Peningkatan beban latihan harus disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai. Hal ini karena, semakin tinggi kemampuan seseorang makin besar volume latihannya, karena terdapat korelasi antara volume latihan dan prestasi.
2) Intensitas Latihan Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”. Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan) syaraf dalam latihan. Kuatnya rangsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan variasi interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume latihan sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas dan kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera. 3) Densitas Latihan Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dalam melakukan serangkaian commit to user stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu istirahat atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antara lain: intensitas latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang ditingkatkan. 4) Kompleksitas Latihan Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Hal ini sesuai penapat Depdiknas (2000: 108) bahwa, “Kompleksitas latihan menunjukkann tingkat keragaman unsur yang dilakukan dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat
menjadi
penyebab
penting
dalam
menambah
intensitas
latihan.
Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa (1983: 28) “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
4. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Practice a. Metode Massed Practice Keterampilan suatu cabang olahraga dapat dicapai dengan baik, maka dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan pengaturan giliran latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat. Berkaitan dengan metode massed practice Rusli Lutan (1988: 113) menyatakan, “Massed practice adalah kegiatan latihan yang dilakukan dalam satu rangkaian dengan selang waktu istirahat yang amat kecil diantara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto (1996: 62) bahwa, “Massed practice adalah mempraktikkan gerakan yang dipelajari secara terus menerus tanpa waktu istirahat atau sangat pendek waktu istirahatnya”. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.58) “Massed practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana atlet melakukan gerakan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat”. Hal senada dikemukakan Adang Suherman dan Agus Mahendra (2001: 165) bahwa, “Metode massed practice atau latihan padat yaitu, latihan suatu keterampilan olahraga dari waktu yang tersedia dimanfaatkan secara keseluruhan tanpa istirahat”. Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan keempat ahli tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan giliran praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara terus menerus tanpa istirahat. Keterampilan yang dipelajari dilatih atau dilaksanakan secara berulang-ulang sampai batas waktu atau program yang dijadwalkan selesai tanpa diselingi istirahat.
b.
Pelaksanaan Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Parctice Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu, melakukan latihan
atau pengulangan gerakan secara terus menerus tanpa istirahat. Bertolak dari commit to user pengertian metode massed practice di atas, maka pelaksanaan latihan tendangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
melambung sepakbola dengan metode massed practice yaitu, pelatih menjelaskan tenik tendangan melambung yang benar dari letak kaki tumpu, bagian kaki yang digunakan untuk menendang bola, sikap badan, pandangan mata dan bagian bola yang ditendang. Setelah teknik tendangan lambung dijelaskan, selanjutnya pelatih mendemontrasikan atau memberi contoh tendangan melambung. Tugas pelatih selanjutnya mengorganisasi latihan dengan menata siswa sedemikian rupa yaitu, tendangan melambung dilakukan secara berpasangan. Jarak antara siswa satu dengan pasangannya antara 20-30 meter. Siswa melakukan tendangan melambung yang diarahkan kepada pasangannya dan pasangannya berusaha mengontrol bola. Setelah bola dapat dikontrol dengan baik, selanjutnya ditendang melambung ke arah pasangannya, demikian seterusnya dilakukan secara bergantian. Dalam metode massed practice siswa berusaha melakukan tendangan melambung sebanyak-banyaknya selama waktu latihan tanpa istirahat. Andi Suhendro (1999: 3.58) bahwa, “Metode massed practice setiap atlet diberi instruksi mempraktikkan secara terus menerus selama waktu latihan”. Prinsip dari latihan tendangan melambung dengan metode massed practice yaitu, bola harus melambung setinggi mungkin (minimal tidak dapat dijangkau dengan lompatan). Melalui pengulangan tendangan melambung sebanyak-banyaknya akan diperoleh keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa melakukan pengulangan gerakan keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai. Seperti dikemukakan Suharno HP. (1993: 22) bahwa, “Untuk mengotomatiskan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”. Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus menerus atau sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara terus menerus akan menguatkan respon. Hal ini sesuai pendapat Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998: 3) bahwa, “Hubungan stimulus respon diperkuat melalui pengulangan-pengulangan. Selama pengulangan, hubungan stimulus respon commit to usermeningkat”. diperkuatdan respon yang dikehendaki menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Metode latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Dalam hal ini siswa melakukan tendangan melambung sepakbola secara terus menerus sesuai dengan program yang telah dijadwalkan. Dengan melakukan tendangan melambung secara berulang-ulang, maka akan menguatkan respon. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi latihan tendangan melambung sepakbola dengan metode massed practice sebagai berikut:
X
arak antara 20-30 meter
X
Gambar 3. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dangan Metode Massed Practice Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan ketepatan tendangan melambung dengan metode massed practice termasuk sistem memori jangka panjang atau long term memory. Rusli Lutan (1988: 170) menyatakan: Tujuan latihan teknik dalam olahraga ialah untuk menguasai keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktu tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan konsep memori jangka panjang, karena dalam banyak hal pengembangan memori jangka panjang merupakan tujuan akhir dari proses mengajar atau belajar dalam keterampilan meotorik. Dalam keadaan informasi itu melekat, maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu melemah yang berarti informasi dalam memeori jangka panjang itu semakin hilang. Selain itu, dengan latihan atau pengulangan, maka semakin meningkat jumlah asosiasi dalam informasi yang telah dipelajari (misalnya semakin meningkat kebermaknaannya). Pendapat tersebut menunjukkan, latihan latihan ketepatan tendangan melambung yang dilakukan secara terus menerus, maka suatu keterampilan akan dikuasai dengan baik. Gerakan keterampilan yang dilakukan secara terus menerus akan tersimpan didalam memori, sehingga siswa akan memiliki konsep gerakan tendangan melambung yang konsisten. Pada waktu yang lain, keterampilan yang telah dikuasai tidak akan mudah hilang. Jika tidak ditunjang dengan latihan secara commit to user teratur lambat laun keterampilan yang dimiliki akan menurun.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
c.
Kelebihan dan Kelemahan Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Practice Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus menerus tanpa
diselingi istirahat merupakan ciri dari metode massed practice. Latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat akan berpengaruh terhadap kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik di dalam tubuh. Junusul Hairy (1989: 203) menyatakan, “Latihan terus menerus dapat mempertinggi kapasitas aerobik, karena bentuk latihan tersebut memberikan pembebanan yang cukup berat terhadap sistem aerobik, sehingga bisa dipergunakan
untuk
meningkatkan
kesegaran
aerobik”.
Pendapat
lain
dikemukakan Yusuf Adisasmitas dan Aip Syarifuddin (1996: 142) bahwa, "Metode terus menerus dapat meningkatkan daya tahan keseluruhan dan peningkatan perlawanan terhadap kelelahan". Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, metode massed practice pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan. Di samping itu, latihan secara terus menerus akan meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan pada waktu melakukan latihan dan akan merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk membantu mencapai prestasi yang lebih baik. Lebih lanjut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 142) menyatakan, “Metode terus menerus meningkatkan self control atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang melelahkan, dan kemampuannya untuk merangsang kelompok-kelompok otot yang memegang peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga”. Berdasarkan pelaksanaan latihan latihan ketepatan tendangan melambung dengan metode massed practice dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan passing dengan metode massed practice antara lain: 1)
Penguasaan terhadap pola teknik gerakan tendangan melambung akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus menerus dapat membentuk pola gerakan tendangan melambung yang lebih cepat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
2) Dapat
meningkatkan
daya
tahan
fisik,
sehingga
akan
mendukung
penampilannya dalam bermain sepakbola. Selain kelebihan di atas, latihan ketepatan tendangan melambung dengan metode massed practice memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan tendangan melambung dengan metode massed pracitce antara lain: 1) Gerakan tendangan melambung yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan teknik tendangan melambung. 2) Pengontrolan dan perbaikan teknik tendangan melambung sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat. 3) Akan sering terjadi kesalahan teknik karena terlalu lelah. 5. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice a. Metode Distributed Practice Metode distributed practice merupakan kebalikan dari metode massed practice. Metode distributed practice merupakan prinsip pengaturan giliran praktik keterampilan yang pelaksanaannya diselingi dengan waktu istirahat di antara waktu latihan. Rusli Lutan (1988:113) menyatakan “Distributed practice adalah serangkaian kegiatan latihan melibatkan kegiatan istirahat yang cukup diantara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992: 358) bahwa, “Distributed practice adalah mempraktikkan gerakan yang dipelajari dengan mengatur secara selang-seling antara waktu praktik dan waktu istirahat”. Hal senada dikemukakan Adang Suherman dan Agus Mahendra (2001: 166) bahwa, “Metode distributed practice atau latihan distribusi adalah suatu latihan yang diselingi dengan waktu istirahat”. Metode
latihan
distributed
practice
pada
prinsipnya
merupakan
pengaturan giliran praktik latihan, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara berselang-seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Waktu istirahat merupakan faktor penting dan harus diperhitungkan dalam metode distributed commit to user practice. Andi Suhendro (1999: 3.58) menyatakan, “Penggunaan waktu istirahat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
secara memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian bagian penting di dalam proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang cukup”. Pendapat lain dikemukakan Sugiyanto & Sudjarwo (1992: 284) bahwa, "Waktu istirahat yang diberikan tidak perlu menunggu sampai mencapai kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering. Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap sistem-sistem yang menghasilkan gerakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak kurang atau tidak berlebihan". Metode latihan distributed practice merupakan metode latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk praktik (latihan). Waktu untuk istirahat bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian penting di dalam proses latihan keterampilan. Waktu istirahat di antara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Dengan istirahat yang cukup di antara waktu latihan memungkinkan kondisi atlet pulih dan lebih siap untuk melakukan kerja atau latihan berikutnya. b. Pelaksanaan Latihan Tendangan Lambung dengan Metode Distributed Practice Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran praktik keterampilan yang dilakukan secara berselang seling di antara waktu latihan dan waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode latihan distributed practice tersebut, maka maka pelaksanaan latihan tendangan melambung sepakbola dengan metode distyributed practice yaitu, pelatih menjelaskan tenik tendangan melambung yang benar dari letak kaki tumpu, bagian kaki yang digunakan untuk menendang bola, sikap badan, pandangan mata dan bagian bola yang ditendang. Setelah
teknik
tendangan
lambung
dijelaskan,
selanjutnya
pelatih
mendemontrasikan atau memberi contoh tendangan melambung. Tugas pelatih selanjutnya mengorganisasi latihan dengan menata siswa sedemikian rupa yaitu, tendangan melambung dilakukan berpasangan secara kelompok. Jarak kelompok 1 dan kelompok 2 antara 20-30 meter. Siswa pada kelompok 1 (siswa paling depan) melakukan tendangan melambung yang diarahkan kepada kelompok commit to user 2) berusaha mengontrol bola. pasangannya (pemain paling depan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Setelah melakukan tendangan melambung ke posisi barisan paling belakang. Pemain depan pada kelompok 2 berusaha mengontrol bola, selanjutnya menendang bola melambung ke pemain 2 kelompok 1, demikian seterusnya dilakukan secara bergantian. Setelah siswa menendang bola melambung masuk ke baris paling belakang dimaksudkan, memberi kesempatan untuk istirahat sesuai dengan program yang telah dijadwalkan. Istirahat yang diberikan tersebut dapat digunakan untuk relaksasi atau pemulihan. Dengan demikian kondisi atlet akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati kesalahan pada saat melakukan latihan, sehingga pada kesempatan berikutnya kesalahan tidak diulang lagi. Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara berselang-seling. Ini artinya, setelah melakukan gerakan diberi waktu istirahat. Latihan yang dilakukan secara berselang-seling tersebut akan berdampak keterampilan yang dipelajari tersimpan dalam memori sangat singkat. Pengulangan gerakan yang diberi waktu interval (istirahat), maka keterampilan yang dipelajari akan lebih lama dikuasai. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi latihan tendangan melambung dengan metode distributed practice sebagai berikut:
X X Xo
jarak 20-30 meter
X X X
Gambar 4. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan tendangan melambung dengan metode distributed practice termasuk sistem memori jangka pendek atau short term memory. Short term memory merupakan suatu pemrosesan informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula karena lamanya waktu. Menurut hasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli Lutan (1988: 164) bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
1) Penyimpanan sensori jangka pendek mampu untuk menyimpan semua informasi yang dihadirkan ke dalamnya (karena subjek dapat mengingatkan kembali huruf jika suara dibunyikan dengan segera). 2) Penyimpanan sensori jangka pendek itu kehilangan informasi dengan cepat seiring dengan lamanya waktu. Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan, latihan tendangan melambung sepakbola dengan metode distributed practice yaitu, pemain akan mengingat gerakan tendangan melambung pada saat melakukan gerakan tersebut. Namun setelah melakukan gerakan tendangan melambung diberi waktu istirahat atau diselingi oleh pemain lainnya. Pemberian waktu istirahat atau gerakan dilakukan pemain lainnya tersebut akan berdampak penurunan keterampilan yang dipelajari. Oleh karena itu, dalam pemberian waktu istirahat harus diperhatikan sebaik mungkin, karena pemberian waktu istirahat yang terlalu lama, maka keterampilan akan cepat hilang. c.
Kelebihan dan Kelemahan Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang
diselingi dengan istirahat di antara waktu latihan. Berdasarkan hal tersebut, metode latihan distributed practice ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pelatih maupun atlet. Menurut Suharno HP. (1993: 17) bahwa kegunaan prinsip interval dalam latihan yaitu: “(1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan dan (3) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”. Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat memberi kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara pengulangan gerakan. Ditinjau dari pelaksanaan latihan tendangan melambung dengan metode distributed practice dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain: 1) Dapat meminimalkan kesalahan teknik tendangan melambung, karena setiap kesalahan dapat segera dibetulkan. 2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan commit to user (overtraining).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan sesion atau latihan berikutnya dengan baik. Latihan tendangan melambung dengan metode distributed practice juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan tendangan melambung dengan metode distributed practice antara lain: 1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu gilirannya. 2) Siswa yang aktif adalah atlet yang sedang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran. 3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. 4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan. 6. Panjang Tungkai Setiap cabang olahraga memiliki karakteristik masing-masing. Dengan demikian setiap cabang olahraga membutuhkan kesesuaian bentuk tubuh agar dapat mendukung tercapainya prestasi yang tinggi. Watson (1984) yang dikutip Andi Suhendro (1999: 2.15) menyatakan “Keberhasilan atlet dalam mencapai prestasi puncak turut ditentukan oleh sifat-sifat seperti tinggi badan dan berat badan”. Depdiknas. (2002: 26) menjelaskan, “Unsur-unsur yang dominan dalam permainan sepakbola di antaranya tubuh tinggi”. Sedangkan Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, “Orang yang tinggi umumnya anggota badannya seperti lengan dan tungkainya juga panjang. Bentuk tubuh serta anggota badan yang demikian akan memberikan keuntungan bagi cabang olahraga yang spesifikasinya memerlukan tubuh yang demikian”. Tungkai merupakan bagian tubuh yang mempunyai peran penting untuk aktivitas olahraga. Tungkai berperan untuk menopang tubuh untuk berdiri dan commit to user berlari, melangkah, melompat, melakukan gerakan-gerakan seperti berjalan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
meloncat, menendang dan aktivitas lainnya yang melibatkan tungkai. Dalam permainan sepakbola, tungkai merupakan bagian tubuh yang dominan dalam melakukan tendangan. Untuk memperoleh kualitas tendangan yang baik, maka kemampuan serta proporsi tungkai harus dimanfaatkan secara maksimal pada teknik yang benar. Panjang tungkai merupakan ukuran atau proporsi tungkai dari pangkal paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki. Tungkai tersebut dapat dibagi dua macam yaitu tungkai atas dan tungkai bawah. Panjang tungkai atas yaitu panjang tungkai pada paha sedangkan panjang tungkai bawah adalah panjang tungkai pada betis. Berkaitan dengan panjang tungkai Depdiknas (2000: 49) menjelaskan, “Panjang tungkai adalah jarak antara SIAS (Spina Illioca Anterior Superior ) dan (mata kaki) moleolus”. Seangkan Ismaryati (2006: 100) menyatakan, “Pengukuran panjang tungkai dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai”. Berdasarkan pengertian panjang tungkai yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan, panjang tungkai merupakan proporsi tungkai yang diukur dari trochanter sampai lantai (tidak memakai alas kaki/sepatu). Keberadaan panjang tungkai dalam permainan sepakbola mempunyai peran penting untuk mendukung kualitas tendangan. Tungkai yang panjang mempunyai jangkauan yang lebih panjang atau jauh dibandingkan dengan orang yang tungkainya pendek. Tungkai yang panjang memiliki langkah yang lebar dan ayunan kaki yang lebih panjang. Untuk mencapai tendangan melambung yang baik, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar saat menendang bola. a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai Karakteristik fisik, ukuran tubuh seseorang akan berpengaruh dalam menentukan keberhasilan suatu pencapaian prestasi olahraga. Hal ini karena, olahraga bersifat universal, artinya dapat diikuti oleh orang-orang dari berbagai user yang dapat diraih tidak akan ukuran tubuh untuk berprestasi. commit Namuntoprestasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
sebaik yang bisa diraih oleh orang-orang yang mempunyai ukuran tubuh ideal sesuai dengan cabang olahraga yang bersangkutan. M. Sajoto (1995: 11) menyatakan, “Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yang meliputi ukuran tinggi, panjang tungkai, panjang lengan, ukuran besar, lebar, berat badan dan tipe tubuh merupakan faktor yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga. Keberadaan struktur maupun postur tubuh seseorang
dipengaruhi oleg perkembangan dan pertumbuhan.
Perkembangan dan pertumbuhan ukuran tubuh seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam seseorang. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar seseorang. Sugiyanto (1998: 37) menyatakan, “Terhadap sifat dan pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruh yang nyata adalah terhadap ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan”. Sedangkan Sarwoto dan Bambang Soetedjo (1993: 231) menyatakan, “Keadaan fisik seseorang sebagian besar tergantung pada kualitas makanan kita sehari-hari, yang mengandung nilai gizi yang baik”. Keturunan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keadaan seseorang. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi, maka anak-anaknya cenderung tinggi pula. Namun sebaliknya, jika kedua orang tuanya pendek maka anakanaknya juga pendek. Selain itu, makanan yang bergizi yang dikonsumsi setiap hari akan mempengaruhi pertumbuhan baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Sugiyanto (1998: 37) menyatakan, “Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan fisik dibedakan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2) ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan (4) komposisi jaringan tubuh”. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan seseorang menunjukkan bahwa, ukuran tubuh seseorang dipengaruhi commit to user oleh faktor keturunan dan gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini maksudnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
kondisi atau segmen tubuh seseorang (termasuk panjang tungkai) dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor makanan atau gizi. Postur tubuh yang tinggi umumnya disertai tungkai dan lengan yang panjang. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan dengan normal baik postur tubuh maupun bagain-bagian tubuh lainnya jika makanan yang dikonsumsi sehari-hari mempunyai nilai gizi yang tinggi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, maka perkembangan dan pertumbuhan menjadi normal yaitu pertumbuhan menjadi cepat, ukuran tubuh normal baik tinggi badan maupun segmen tubuh lainnya. b. Peranan Panjang Tungkai terhadap Ketepatan Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola Menguasai teknik menendang bola melambung dengan baik dan benar sangat penting agar memiliki kemampuan tendangan melambung yang baik. Selain menguasai teknik menendang melambung yang benar, memanfaatkan proporsi tungkai pada teknik yang benar akan dapat membantu kualitas tendangan melambung menjadi lebih baik. Untuk menghasilkan ketepatan tendangan melambung yang baik, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar. Ditinjau dari biomekanika gerak, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang jauh atau panjang. Dengan demikian, tungkai yang panjang memiliki ayunan kaki yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapat dimanfaatkan atau membantu kemampuan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, “Keuntungan kaki yang panjang adalah dimungkinkan bertambahnya panjang langkah”. Sedangkan Sudarminto (1995: 40) menyatakan, “Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan untuk mengayun”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, tungkai yang panjang memiliki ayunan kaki yang lebih panjang, sehingga hal ini akan mempangaruhi kualitas tendangan lambung dalam permainan sepakbola. Dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
ayunan tungkai yang panjang dapat membantu hasil tendangan melambung menjadi lebih jauh, sehingga bermanfaat untuk operan-operan yang jauh. Namun sebaliknya,
bagi pemain
sepakbola tungkainya
pendek, jangkauan dan
ayunannya pendek pula. Jangkauan atau ayunan kaki tendang yang pendek dapat memberi dampak tendangan melambung yang dilakukan (jaraknya) tidak maksimal, jika dibandingkan dengan pemain yang tungkainya panjang.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang terkait dengan metode latihan massed practice dan distributed practice dengan hasil yang masih bervariasi atau beragam. Penelitian Deni Tribuana Dirgantara dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan Distributed Practice terhadap Prestasi Lay Up Shoot Bola Basket pada Siswa Putra Peserta Ekstrakurikuler SLTP Kastria Solo Baru Tahun 2003/2004” menunjukkan: ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode massed practice dan distributed practice terhadap prestasi lay up bola basket thitung = 2,610 > ttabel = 2,145).
Metode distributed practice memiliki
pengaruh yang lebih baik dari pada metode massed practice. Peningkatan metode massed practice12.034% sedangkan metode distributed practice 14.992%. Dari penelitian Ari Basuki dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan Distributed Practice terhadap Kemampuan Pukulan Forehand Tenis Meja Pemain Putera Klub Tenis Meja Dwi Bengawan Sukoahrjo Tahun 2006”, menunjukkan, (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja pemain putera klub tenis meja Dwi Bengawan Sukoharjo tahun 2006, (thit 3.361 > ttabel5%
2.160). (2) Metode latihan massed practice lebih baik
pengaruhnya daripada metode latihan distributed practice terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja pemain putera klub tenis meja Dwi Bengawan Sukoharjo tahun 2006. Metode commit latihan to massed user practice memiliki peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
30.171% lebih besar daripada metode latihan distributed practice yaitu 21.305%. Sedangkan dari hasil penelitian Oky Wahyu Wibowo dengan judul, “Hubungan antara Power Otot Tungkai, panjang Tungkai dan Koordinasi Mata-Kaki dengan Ketepatan Tendangan Jarak Jauh dalam Permainan sepakbola pada Siswa Usia 15 Tahun Sekolah Sepakbola Soedramodjo Gemolong Taun 2009” menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan ketepatan tendangan jarak jauh dalam permainan sepakbola pada siswa usia 15 tahun Sekolah Sepakbola Soedarmodjo 1952 Gemolong tahun 2009. Dari hasil penghitungan korelasi antara panjang tungkai dengan ketepatan tendangan jarak jauh dalam permainan sepakbola diperoleh nilai rhitung = 0.5864 > rtabel 5% = 0.361. C. Kerangka Pemikiran Tendangan melambung merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola yang memiliki kontribusi besar dalam permainan sepakbola. Untuk memberikan operan-operan jarak jauh dapat dilakukan dengan tendangan melambung. Untuk memperoleh kualitas tendangan melambung yang baik harus didukung penguasaan teknik yang benar, kemampuan fisik yang baik dan dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Dalam pelaksanaan latihan tendangan melambung dapat diterapkan metode latihan massed practice dan distributed practice.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Berdasarkan kajian teori yang mendasari dari variabel penelitian, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut: Ketepatan tendangan lambung
Tungkai panjang
Tungkai panjang Proporsi tungkai
Tungkai pendek
Tungkai pendek
Metode Massed practice
Metode Distributed practice
Latihan ketepatan tendangan lambung Berdasarkan kerangka konseptual yang digambarkan tersebut dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Massed Practice dan Distributed Practice terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola Metode latihan massed practice merupakan bentuk latihan keterampilan yang tidak diselingi waktu istirahat pada saat latihan berlangsung. Sedangkan metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan keterampilan yang diselingi dengan waktu istirahat di antara waktu latihan. Metode massed practice menitik beratkan pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyakbanyaknya tanpa memperhitungkan waktu istirahat, sedangkan metode latihan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
distributed practice merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat juga sama pentingnya dengan waktu pengulangan gerakan. Berdasarkan karakteristik metode latihan massed practice menunjukkan, latihan tendangan melambung sepakbola dengan metode massed practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap pola gerakan tendangan melambung akan lebih cepat tercapai, dapat meningkatkan keterampilan sekaligus meningkatkan daya tahan fisik. Kelemahan latihan tendangan melambung sepakbola dengan metode massed practice antara lain:
penguasaan teknik
tendangan melambung sulit dikuasai karena kondisi yang lelah, penampilan siswa tidak stabil karena kondisi yang lelah, pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik tendangan melambung sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat. Sedangkan latihan tendangan melambung dengan metode distributed practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap teknik tendangan melambung akan lebih baik, perbaikan terhadap kesalahan teknik dapat dilakukan lebih dini, akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, penampilan kondisinya selalu stabil karena adanya istirahat yang cukup. Kelemahan latihan tendangan melambung dengan metode distributed practice antara lain: seringnya waktu istirahat mengakibatkan penguasaan teknik menjadi agak berkurang. Hal ini disebabkan pola gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. Metode ini prioritasnya hanya untuk peningkatan penguasaan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan, siswa akan bosan atau jenuh karena sering istirahat dan menunggu giliran. Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan dari metode latihan massed practice dan distributed practice tersebut sudah jelas bahwa, kedua bentuk latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Dengan demikian diduga bahwa, metode latihan massed practice dan distributed practice memiliki perbedaan pengaruh terhadap ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
2. Perbedaan Peningkatan Ketepatan Menendang Bola antara Siswa yang Memiliki Tungkai Panjang dengan Siswa yang Memiliki Tungkai Pendek Tungkai merupakan bagian tubuh yang dominan dalam gerakan menendang dalam permainan sepakbola. Proporsi dan kemampuan tungkai seorang pemain sepakbola harus mampu dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam melakukan tendangan melambung. Dengan memanfaatkan panjang tungkai pada teknik yang benar, maka tendangan dapat dilakukan dengan melambung jauh sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan operan-operan jarak jauh. Panjang tungkai dapat mendukung kemampuan tendangan melambung dalam permainan sepakbola karena, tungkai yang panjang memiliki jangkauan atau ayunan yang panjang. Secara biomekanika, ayunan kaki yang panjang akan membantu gerakan tendangan lebih maksimal. Jika dibandingkan dengan pemain yang tungkai pendek, maka jangkauan dan ayunan kaki pendek pula, sehingga hasil tendangannya juga tidak maksimal. Untuk memperoleh ketepatan tendangan melambung yang baik (jauh), maka seorang pemain sepakbola harus mampu memanfaatkan tungkainya semaksimal mungkin pada teknik yang benar, sehingga hasil tendangannya lebih maksimal (lebih jauh). Dengan demikian diduga, tungkai panjang dan tungkai pendek memiliki perbedaan pengaruh terhadap ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola.
3. Pengaruh Interaksi antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai terhadap Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola Metode latihan massed practice dan distributed practice merupakan bentuk latihan keterampilan yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Dari kedua metode latihan tersebut memiliki penekanan yang berbeda, sehingga dari kedua metode latihan tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Kemampuan seorang pemain sepakbola melakukan tendangan melambung tidak terlepas dari dukungan proporsi tubuhnya (panjang tungkai). Hal ini karena, commit to user proporsi tubuh yang ideal akan membantu penampilannya dalam bermain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
sepakbola, termasuk tendangan melambung. Ditinjau dari pelaksanaan metode massed practice yaitu, latihan yang dilakukan secara terus menerus. Berdasarkan hal inilah, siswa yang memiliki tungkai panjang lebih cocok diberi metode latihan massed practice. Karena metode massed practice pada latihan tendangan melambung lebih menekankan hasil yaitu, tendangannya agar melambung setinggi mungkin, sehingga tungkai yang panjang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sedangkan siswa yang memiliki tungkai pendek cocok diberi metode latihan distributed practice. Karena siswa yang tungkainya pendek lebih ditekankan pada penguasaan teknik menendang melambung yang benar. Dengan penguasaan teknik menendang yang benar, sehingga tendangannya dapat melambung tinggi sesuai yang diharapkan. Dengan demikian diduga antara metode latihan dan panjang tungkai memiliki interaksi di antara keduanya. D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.
Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan menggunakan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
2.
Ada perbedaan pengaruh peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
3.
Ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di lapangan sepakbola Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali (Stadion Pandan Arang Boyolali) . Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan dengan tiga kali latihan dalam satu minggu. Penelitian dilaksanakan dari bulan 20 Mei sampai dengan bulan 8 Juli 2010. Jadwal penelitian menyesuaikan jadwal dari Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali.
B. Metode Dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dasar penggunaan penelitian eksperimen yaitu kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Dalam hal ini Sugiyanto (1995: 21) menyatakan, “Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakukan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok yang tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan yang berbeda”. Sedangkan rancangan yang digunakan yaitu Pretest-Postest. Dengan demikian rancangan penelitian yang tepat adalah anava faktorial 2 X 2. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian anava faktorial 2 X 2 menurut Sugiyanto ( 1995:31 ) sebagai berikut: Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2 Atributif Manipulatif Metode massed practice (a1) Metode distributed practice (a2)
Keterangan:
Kelompok
Kelompok
Tungkai panjang
Tungkai pendek
(b1)
(b2) a1b1 a1b2
commit to user
a2b1 a2b2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
a1b1: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang a1b2: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai pendek a2b1: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang a2b2: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai pendek Untuk mendapatkan keyakinan bahwa ketepatan tendangan melambung sepakbola merupakan hasil perlakuan dapat digeneralisasikan ke populasi yang ada,
maka
dilakukan
pengontrolan
terhadap
kemungkinan
yang
dapat
mempengaruhi hasil penelitian yaitu, validitas internal dan eksternal. Merujuk pada pendapat Thomas, Nelson (2001: 311), validitas internal dan validitas eksternal yang dikontrol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Validitas Internal Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variabelvariabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain. Variabel-variabel yang dikontrol meliputi : a. Pengaruh sejarah Selama mengikuti program pelatihan sampel tidak diperbolehkan mengikuti aktivitas permainan sepakbola diluar jadwal eksperimen. Hal ini dilakukan dengan tidak memberikan materi pada saat kegiatan intra kurikuler, dan siswa ditekankan untuk tidak melakukan aktifitas bermain sepakbola pada waktu senggang. b. Pengaruh pertumbuhan, perkembangan dan kematangan Untuk menghindari adanya pengaruh proses pertumbuhan, dan kematangan motorik, perlakuan diberikan dalam waktu yang tidak terlalu lama selama 18 kali pertemuan. c. Testing Hasil dari sebuah percobaan berurutan dengan pengambilan dari tes yang sama.
d. Pengaruh instrumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji tingkat keajegannya. Tes yang valid dan reliable yang digunakan sebagai instrumen. e. Pengaruh pemilihan subjek Dikontrol dengan penempatan subjek yang memiliki kemampuan awal yang sama secara berimbang terhadap kelompok eksperimen. f. Pengaruh kehilangan peserta eksperimen Dikontrol terus menerus, memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak awal dan akhir eksperimen. g. Pengaruh perlakuan Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama pada kelompok eksperimen. h. Penurunan statistik Suatu kenyataan bahwa group yang terpilih berdasarkan skor yang tinggi sebenarnya tidak mempunyai tinggi skor yang sama dalam percobaan selanjutnya. i. Dugaan / Harapan Dikontrol dengan cara mengantisipasi pelaku percobaan terhadap penampilan partisipan-partisipan tertentu yang mungkin akan lebih bagus. 2. Validitas Eksternal Pengontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Campbell dan Stanley (1963) dalam Thomas, Nelson (2001: 314), mengidentifikasi 4 perlakuan dalam validitas eksternal yaitu : a. Pengaktifan kembali atau efek balik dari percobaan Pre tes mungkin akan membuat partisipan lebih waspada atau sensitive dengan percobaan yang akan datang sehingga perlakuan tidak efektif tanpa tes awal. commit user b. Interaksi terhadap prasangka dantoperlakuan percobaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Ketika group diplih berdasarkan beberapa karakteristik percobaan mungkin hanya berlaku pada group yang mempunyai karakteristik tersebut. c. Efek balik dari penyusunan percobaan Perlakuan yang efektif dalam situasi yang bebas dan dalam setting yang leluasa seperti kenyataanya. d. Gangguan percobaan yang berlipat Ketika para partisipan menerima lebih dari satu percobaan efek dari percobaan yang lebih dulu mungkin mempengaruhi percobaan selanjutnya.
C. Variabel Penelitian Dalam Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu : 1)
Variabel
independent
(
bebas
)
yaitu
variabel
yang
mempengaruhi variabel lain. Variable independent ( bebas ) dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok metode massed practice dan kelompok distributed practice. 2)
Variabel dependent ( terikat ) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variable lain. Variable dependent ( terikat ) dalam penelitian ini yaitu ketepatan tendangan lambung dalam permainan sepakbola
3)
Variabel atributif yaitu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel atributif dalam penelitian ini terdiri dari dua taraf yaitu, kelompok tungkai panjang dan kelompok tungkai pendek..
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
D. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yang berjumlah 54 siswa.
2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 berjumlah 40 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive random sampling. Mastur AW. (1992: 61) menyatakan, “Teknik purposive sampling mendasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya”. Sampel yang digunakan berdasarkan ciri panjang tungkai. Panjang tungkai diperoleh dari tes dan pengukuran panjang tungkai dari trochanter sampai telapak kaki. Dari hasil tes dan pengukuran panjang tungkai diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 27 siswa dengan kategori tungkai panjang, 27 siswa kategori tungkai pendek. Sampel yang digunakan adalah 20 siswa yang memiliki kategori tungkai panjang dan 20 siswa dengan kategori tungkai pendek. Selanjutnya penentuan kelompok latihan dilakukan secara random. E. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan dilakukan tes dan pengukuran meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
1) Pengukuran panjang tungkai dari Ismaryati (2006: 100). Petunjuk pelaksanaan tes dan pengukuran terlampir. 2) Tes dan pengukuran ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola dari Frank M. Verducci (1980: 335). Petunjuk pelaksanaan tes dan pengukuran terlampir. 3) Untuk mengetahui keajegan alat ukur ketepatan menendang bola lambung dilakukan uji reliabilitas menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B. (2001: 42), dengan rumus sebagai berikut: MSA – MSW R= MSA Keterangan : R
= Koefisien reliabilitas
MSA
= Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW= Jumlah rata-rata antar kelompok
F. Definisi Operasional Variabel 1. Metode Latihan Massed Practice Metode latihan massed practice merupakan pengaturan giliran praktik yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi waktu istirahat, sampai batas waktu yang telah ditentukan atau program latihan yang telah dijadwalkan.
2. Metode Latihan Distributed Practice Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran praktik yang dilakukan dengan diselingi dengan interval-interval berupa istirahat diantara waktu latihan.
3. Panjang Tungkai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Panjang tungkai merupakan ukuran atau proporsi tungkai dari pangkal paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki. 4. Peningkatan Kemampuan Menendang Bola Peningkatan kemampuan menendang bola merupakan kemampuan menendang bola lambung yang diarahkan pada sasaran berdasarkan alat ukur yang telah ditentukan dengan membandingkan antara tes awal sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan anava dua jalur dan uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Langkah-langkah teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai berikut: a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors) Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Langkah-langkah: 1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,Z3,……….. Zn, dengan menggunakan rumus : Zi = { Xi – X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku. 2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi. 3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi commit to user normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu : S(Zi) = i/n. 5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya. 6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo. Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum. Kreteria : Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlet ) Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut : 1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom–kolom kelompok sampel: dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2. 2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel. Rumusnya : SD = 2
( ( n − 1) Sd
2 i
)
...............1 ( n − 1)
B = Log Sdi2 ( n − 1) 3) Menghitung X2 Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2) Dengan (Ln 10) = 2,3026 Hasilnya ( X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).
4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima. Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
2. Uji Hipotesis a. ANAVA Dua Jalur Metode AB untuk perhitungan ANAVA dua Faktor Tabel 2. Ringkasan ANAVA Dua Jalur Sumber
dk
JK
RJK
1
Ry
R
A B AB
a-1
Ay
A
A/E
b-1
By
B
B/E
(a-1) (b-1)
ABy
AB
AB/E
Kekeliruan
ab(n-1)
Ey
E
Variasi Rata – rata
Fo
Perlakuan
Keterangan : A = Taraf faktorial A
N = Jumlah sampel
B = Taraf faktorial B Langkah- langkah perhitungan: a)
∑
Υ
2
a
b
i− 1
j− 1
∑ ∑
=
a
b)
Ry =
c) Jab = d) Α
y
=
Υ ij2 b
∑
∑
i −1
j −1
abn
∑ ∑ (J ) − a
b
i− 1
j− 1
∑ (Α a
i− 1
2 i
2 ij
)
Ry
/ bn − R y
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
e) Β
y
=
∑ (Β b
2 i
)
/ an − R y
j− 1
f) Α b y = J ab − Α g) Ε
y
y
− Β
y
= Υ 2 − R y − Α y − (Β y + Α Β y )
2) Kreteria Pengujian Hipotesis Jika F ≥ F (1 − α
) (V1 − V2 ) , maka hipotesis nol ditolak.
Jika F < F (1 − α
) (V1 − V2 ) , maka hipotesis nol di terima dengan : dk pembilang
Vi ( Κ − 1) dan dk penyebut V2 = ( n1 + .............nk − k )α = taraf signifikan untuk pengujian hipotesis. Keterangan: ∑Y2 : Jumlah kuadrat data Ry : Rata-rata peningkatan karena perlakuan Ay : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan metode latihan massed practice dan distributed practice. By : Jumlah peningkatan berdasarkan panjang tungkai Aby: Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah peningkatan kelompok perlakuan dan panjang tungkai Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan. b. Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANAVA Menurut Sudjana (1994: 36) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman-Keuls adalah sebagai berikut: 1)
Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil sampai ke yang terbesar.
2)
Dari rangkaian ANAVA, diambil haarga RJK disertai dk-nya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
3)
Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus: Sy =
RJK E ( Kekeliruan) N
RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil
rangkuman ANAVA. 4)
Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK ( Kekeliruan ) dan P = 2,3…,k. Harga – harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P supaya dicatat.
5)
Kalikan harga-harga yang didapat di titik…….. di atas masing – masing S y dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan terkecil (RST).
6)
Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata–rata terbesar kedua rata–rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada
1/ 2
K ( k − 1)
pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih–selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-nya masing–masing maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata–rata perlakuan. a. Hipotesa Statistik Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka perlu dirumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA). Rumusan hipotesis yang diajukan untuk uji Range Berganda Duncan disusun sebagai berikut: Hipotesa 1 H 0 = µ
Α1≥ µ
Α
HA = µ
Α1< µ
Α
2
2
to user 2 Hipotesa 2 H 0 = µ Β 1 ≥ µ Β commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
HA = µ Β 1 < µ Β
2
Hipotesa 3 H 0 = Interaksi Α × Β = 0 H A = Interaksi Α × Β ≠ 0 Keterangan µ
= Nilai rata – rata
A1
= Metode massed practice
A2
= Metode distributed practice
B1
= Tungkai panjang
B2
= Tungkai pendek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
BAB IV HASIL PENELITIAN Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap sampel yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi empat sesuai rancangan factorial 2 X 2. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel. A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 3. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Hasil Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan sepakbola Menurut Kelompok Penelitian. Metode Massed Practice A1
Distributed Practice A2
Tungkai Panjang (B1) Pendek (B2) Panjang (B1) Pendek (B2)
Statistik Jumlah Mean SD Jumlah Mean SD Jumlah Mean SD Jumlah Mean SD
Tes Awal 130.00 13.00 9.17 118 11.80 7.18 162.00 16.20 4.47 126.00 12.60 5.54
Tes Akhir 215.00 21.50 8.53 149 14.90 7.29 200.00 20.00 5.54 170.00 17.00 5.89
Peningkatan 85.00 8.50 4.14 31.00 3.10 0.88 38.00 3.80 1.55 44.00 4.40 0.97
1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan metode massed practice dan distributed practice dibandingkan, maka dapat diketahui kelompok metode latihan massed practice lebih besar 1.70 daripada kelompok metode latihan distributed practice.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
2. Jika antara siswa yang memiliki tungkai panjang dan siswa yang memiliki tungkai pendek dibandingkan, dapat diketahui siswa yang memiliki tungkai panjang sebesar 2.40 lebih besar dari siswa yang memiliki tungkai pendek. 3. Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata hasil peningkatan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola sebelum dan sesudah diberi perlakuan maka dapat dibuat grafik perbandingan nilai-nilai sebagai berikut: 25 20 15 10
18.2
18.5
5.8
5
15.95
14.6
14.4
12.4
20.75
4.1
12.2 6.15
T.awal T.akhir
3.75
Pn
0 A1
A2
B1
B2
Grafik 1. Nilai Rata-Rata Ketepatan Menendang Bola Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Panjang Tungkai Keterangan: A1 : Metode massed practice A2 : Metode distributed practice B1 : Tungkai panjang B2 : Tungkai pendek 4. Agar nilai rata-rata peningkatan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan ketepatan menendang bola pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
10
8.5
8 6
3.8
3.1
4.4
4 2 0 A1B1 (1)
A1B2 (2)
A2B1 (3)
A2B2 (4)
Grafik 2. Nilai Rata-Rata Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan sepakbola antara Kelompok Perlakuan Keterangan: a1b1: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang a1b2: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai pendek a2b1: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang a2b2: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai pendek B. Mencari Reliabilitas Tingkat reliabilitas hasil tes ketepatan menendang bola melambung dalam permainan sepakbola diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir ketepatan menendnag bola melambung dalam permainan sepakbola dalam penelitian sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan sepakbola Hasil Tes Tes awal Tes akhir Dalam
Reliabilitas 0.73 0.89
mengartikan
kategori
Kategori Cukup Tinggi
koefisien
reliabilita
tes
tersebut,
menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut: Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas Kategori Tinggi sekali
Validitas 0,80 – 1,0
Reliabilitas 0,90 – 1,0
Obyektivitas 0,95 – 1,0
Tinggi
0,70 – 0,79
0,80 – 0,89
0,85 – 0,94
Cukup
0,50 – 0,69
0,60 – 0,79
0,70 – 0,84
Kurang
0,30 – 0,49
0,40 – 0,59
0,50 – 0,69
Tidak signifikan
0,00 – 0,29
0,00 – 0,39
0,00 – 0,49
C. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok sebagai berikut: Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors. Kelompok A1B1
N 10
Prob 0,05
Lo 0.1863
Lt 0,258
Kesimpulan Distribusi normal
A1B2
10
0,05
0.1898
0,258
Distribusi normal
A2B1
10
0,05
0.1887
0,258
Distribusi normal
A2B2
10
0,05
0.2136
0,258
Distribusi normal
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Lo < Lt. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah terpenuhi. Rincian dan prosedur uji normalitas dapat dilihat pada lampiran. 2. Uji Homogenitas Dengan data yang sama, setelah dianalisis menggunakan uji bartlet, maka diperoleh hasil pengujian homogenitas seperti tabel berikut: Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet. ∑ Kelompok 4
Ni 10
S2 58.407
X2hit 1.349
X2tabel 7.81
Kesimpulan Homogen
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui X2hit lebih kecil dari pada X2tabel. Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan demikian persyaratan homogenitas juga dipenuhi. Mengenai rincian dan prosedur analisis uji homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.
D. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang newman keuls ditempuh sebagai langkah uji rerata setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang newman keuls dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik. Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang newman keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti tabel berikut ini:
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Ketepatan Menendang Bola Berdasarkan Metode Latihan dan Panjang Tungkai Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Variabel penelitian A1
A2
Rerata B1 13.00 21.50 8.50
Sebelum Sesudah Peningkatan
B2 11.80 14.90 3.10
B1 16.20 20.00 3.80
B2 12.60 17.00 4.40
Tabel 9. Ringkasan Analisis Anava dua jalur. Sumber Varians rerata lat A B AB Kekeliruan
dk 1 1 1 1 36
Jk 980.10 57.60 28.90 90.00 191.40 1348.00
RJk 980.10 57.60 28.90 90.00 5.32
Fo 10.83* 5.44* 16.93*
Ft 4.11
Keterangan : * A B AB
: Hasil Analisis F0 ditolak : Metode Latihan (Massed practice dan Distributed practice) : Proprsi tungkai (Tungkai panjang dan Tungkai pendek) : Interaksi antara metode latihan dengan panjang tungkai
Tabel 10. Hasil Uji Rentang Newman Keuls setelah Anava. KP
Rerata
A1B2 3,10
A2B1 3,80 0,70
A2B2 4,40 1,30 0,60
A1B1 8,50 5.40* 4.70* 4.10*
A1B1 8,50 Keterangan : * signifikan pada P < 0,05 Keterangan: a1b1: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang a1b2: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai pendek a2b1: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang a2b2: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai pendek 1. Pengujian Hipotesis commit to user Pertama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Metode latihan massed practice dan distributed practice dari hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 10.83 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan, metode latihan massed practice dan distributed practice terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Dengan selisih perbedaan peningkatan 1.70 lebih besar pada metode latihan massed practice. 2. Pengujian Hipotesis Kedua Berdasarkan panjnag tungkai pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 5.44 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini artinya hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan antara siswa yang memiliki tungkai panjang dan siswa yang memiliki tungkai pendek terdapat perbedaan yang signifikan terhadap ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Siswa yang memiliki tungkai panjang lebih baik daripada siswa yang memiliki tungkai pendek, dengan selisih perbedaan 2.40. 3. Pengujian Hipotesis Ketiga Pengaruh interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua faktor menunjukkan ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F0 = 16.93 ternyata lebih besar dari Ft = 4,11 (F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
disimpulkan, metode latihan dan panjang tungkai memiliki pengaruh interaksi terhadap ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. E. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (2) ada perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (3) ada pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Simpulan analisis tersebut dapat dipaparkan secara rinci sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Massed Practice dan Distributed Practice terhadap Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan, ada perbedaan pengaruh antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Kelompok siswa yang diberi perlakuan metode latihan massed practice mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diberi perlakuan metode latihan distributed practice. Metode massed practice menuntut pengulangan gerakan secara terus menerus. Dengan melakukan pengulangan tendangan secara terus menerus, maka suatu keterampilan akan lebih cepat dikuasai. Semakin banyak melakukan pengulangan commit to user gerakan, maka gerakan keterampilan yang dipelajari dapat dilakukan secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
otomatis dan reflektif. Sedangkan metode latihan distributed practice latihan dilakukan secara berselang seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Hal ini akan berdampak menurunnya keterampilan yang telah dikuasai pada saat istirahat. Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo sebesar 10.83 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 1.70 Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya. 2. Perbedaan Ketepatan Menendang Bola antara Siswa yang Memiliki Tungkai Panjang dan Siswa yang Memiliki Tungkai Pendek Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan, ada perbedaan pengaruh signifikan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Siswa yang memiliki tungkai panjang memiliki ketepatan menendang bola yang lebih baik daripada siswa yang memiliki tungkai pendek. Karena tungkai yang panjang memiliki jangkauan atau ayunan yang panjang. Secara biomekanika, ayunan kaki yang panjang akan membantu gerakan tendangan lebih maksimal. Sedangkan tungkai pendek jangkauan atau ayunan kakinya tidak jauh/panjang, sehingga pada saat menendang bola ayunan kakinya kurang maksimal. Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo 5.44 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 2.40. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
3. Pengaruh Interaksi antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai terhadap Ketepatan Menendang Bola Dari tabel 10 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel sebagai berikut: Tabel 11. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola A1 B1 B2 Rerata B1 - B2
A2 8.50 3.10 5.80 5.40
Rerata 3.80 4.40 4.10 -0.60
A1 - A2 6.15 3.75 4.95 2.40
4.70 -1.30 1.70
10 8.5
8 6
B1
4
4.4 3.8
3.1
2
B2
0 A1
A2
Grafik 3. Interaksi Metode Latihan dan Panjang Tungkai Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, bentuk garis perubahan besarnya nilai peningkatan ketepatan menendang bola yaitu berpotongan, sehingga ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai. Dengan demikian dalam menerapkan metode latihan ketepatan menendang bola perlu mempertimbangkan panjang tungkai yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki tungkai panjang lebih cocok diberi metode latihan massed practice, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tabel Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola yang menunjukkan bahwa A1B1 dengan hasil to 8.50 commit userlebih baik hasinya daripada A2B1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
dengan hasil 3.80. Sedangkan siswa yang memiliki tungkai pendek lebih cocok diberi metode latihan distributed practice, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tabel Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola yang menunjukkan bahwa A2B2 dengan hasil 4.40 lebih baik hasilnya daripada A1B2 dengan hasil 3.10. Karena siswa yang memiliki tungkai panjang memiliki peningkatan ketepatan menendang bola yang lebih besar lebih besar daripada siswa yang memiliki tungkai pendek sebesar 2.40. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 10.83 > Ft 4.11). 2. Ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang bola yang signifikan antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 5.44 > Ft 4.11) 3. Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 1315 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 16.93 > Ft 4.11). a. Metode latihan massed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai panjang. b. Metode latihan distributed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai pendek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
B. Implikasi Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Peningkatan ketepatan menendang bola dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya metode latihan. Metode latihan massed practice dan distributed practice
merupakan
metode
latihan
yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Selain itu, perlu juga memperhatikan proporsi tungkai yang dimiliki siswa. 2. Metode latihan massed practice memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan ketepatan menendang bola bagi siswa yang memiliki tungkai panjang. Oleh karenanya, siswa yang memiliki tungkai panjang sebaiknya diberikan metode latihan massed practice. Untuk siswa yang memiliki tungkai pendek lebih cocok diberi metode latihan distributed practice. 3. Perbedaan proporsi tungkai merupakan variabel yang mempengaruhi peningkatan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Dalam melatih ketepatan menendang bola kepada siswa yang memiliki tungkai panjang, hendaknya menggunakan metode massed practice. Bagi siswa yang memiliki tungkai pendek hendaknya menggunakan metode latihan distributed practice. 4. Metode latihan massed practice akan lebih sering digunakan pada siswa SSB Pandanaran boyolali dikarenakan hasil yang di dapatkan menunjukkan bahwa metode latihan massed practice lebih baik daripada metode latihan distributed practice.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan kepada guru pembina
dan pelatih Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali
sebagai berikut: 1. Kepada para pelatih Sekolah Sepakbola sebaiknya pada saat melatih lebih sering menggunakan metode latihan massed practice dalam upaya meningkatkan ketepatan menendang bola, karena metode latihan massed practice menuntut pengulangan gerakan secara terus menerus, sehingga gerakan keterampilan yang dipelajari dapat dilakukan secara otomatis dan reflektif serta dapat meningkatkan feeling siswa dalam mengarahkan bola pada sasaran. 2. Kepada para pelatih dalam memilih metode latihan yang akan digunakan sebaiknya memperhatikan perbedaan proporsi tubuh para siswanya, agar penggunaan metode latihan agar sesuai dengan kondisi siswa. 3. Diharapkan para pelatih sepakbola senantiasa menambah pengetahuannya dengan membaca buku-buku dan artikel-artikel mengenati metode-metode latihan. 4. Kepada para pelatih sepakbola diharapkan dapat mempelajari, memahami dan menerapkan metode latihan lainnya, tidak hanya monoton menggunakan satu metode latihan saja dengan harapan dapat diperoleh hasil latihan yang maksimal.
commit to user