Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0253 pp. 60- 69
10 Pages
STUDI EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG PADA SIMPANG BERSINYAL BERLENGAN EMPAT DI KOTA BANDA ACEH (Studi Kasus Simpang Surabaya dan Simpang Jambo Tape)
Ika Yusra1, Renni Anggraini 2, Irin Caisarina3 1)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
[email protected]
Abstract: On a road network intersection is an important part to flow and distribute vehicles passing at intersections, thereby reducing the potential for conflict and the flows concentration. In classifying traffic flow required a conversion factor so that the various types of vehicle (veh/h) in the stream of traffic flow equivalent light vehicles or passenger cars unit (pcu) per hour. Factor to convert units of traffic flow is known as passenger car equivalence (PCE). This study aimed to determine the equivalence value of motorcycle (MC), heavy vehicle (HV), and rickshaw (RS) at the four-armed intersection in Banda Aceh (Surabaya and Jambo Tape intersection) and comparing the results with the PCE value of Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM) 1997. The regression approach so called as synchronous regression method employed in this study. The result showed that the new passenger car equivalent factors for motorcycle (MC) is 0.22, heavy vehicle (HV) is 2.6, and rickshaw (RS) is 0.8. The PCE value validate results of IHCM 1997 showed that the greatest deviation occurs in the type of heavy vehicle (HV), which reached 100%, while the deviation on the type of motorcycle (MC) is 10%. The validation of PCE values for rickshaw (RS) also compare to the PCE value of Hadiuzzaman (2008) research at signalized intersection in Dhaka city. The validation results obtained deviation value emp rickshaw (RS) is 11%. Keywords : Passenger car unit, passenger car equivalent, synchronous regression, saturation flow rate, signalized intersections. Abstrak: Simpang merupakan bagian penting dari suatu jaringan jalan yang berfungsi mengalirkan dan mendistribusikan kendaraan yang lewat di simpang sehingga mengurangi potensi konflik dan konsentrasi arus. Dalam mengklasifikasikan arus lalu lintas diperlukan sebuah faktor konversi sehingga berbagai jenis kendaraan (kend/jam) di dalam arus arus lalu lintas setara dengan kendaraan ringan atau mobil penumpang (smp/jam). Faktor untuk mengkonversikan satuan arus lalu lintas ini dikenal dengan ekivalensi mobil penumpang (emp). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekivalensi sepeda motor (MC), kendaraan berat (HV), dan becak mesin (RS) pada simpang bersinyal berlengan empat di Kota Banda Aceh (Simpang Surabaya dan Simpang Jambo Tape) serta membandingkan nilai emp hasil analisis dengan nilai emp dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan manipulasi data secara statistik yang dikenal dengan synchronous regression method. Dari hasil penelitian diperoleh nilai emp baru untuk jenis sepeda motor (MC) 0,22; kendaraan berat (HV) 2,6 dan becak mesin (RS) sebesar 0,8. Hasil validasi dengan nilai emp dari MKJI 1997 memperlihatkan bahwa deviasi paling besar terjadi pada jenis kendaraan berat (HV) yang mencapai 100 %, sedangkan deviasi pada jenis sepeda motor (MC) sebesar 20 %. Validasi nilai emp becak mesin (RS) juga dilakukan terhadap nilai emp hasil penelitian Hadiuzzaman (2008) pada simpang bersinyal di Kota Dhaka. Hasil validasi diperoleh deviasi nilai emp becak mesin (RS) sebesar 11 %. Kata Kunci : Satuan mobil penumpang, ekivalensi mobil penumpang, synchronous regression method, arus jenuh dasar, simpang bersinyal.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 60
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala termasuk fasilitas jalan dan sisi jalan untuk
PENDAHULUAN Simpang merupakan bagian penting dari
pergerakan lalu lintas pada daerah tersebut.
suatu jaringan jalan yang berfungsi mengalirkan
Lalu
dan mendistribusikan kendaraan yang lewat di
persimpangan bergerak secara bersama-sama
simpang sehingga mengurangi potensi konflik
dengan
dan
Pada
pembuatan persimpangan adalah mengurangi
kendaraan
yang
potensi konflik diantara kendaraan (termasuk
diatur
secara
pejalan kaki) dan sekaligus menyediakan
konsentrasi
simpang
arus
bersinyal,
memasuki
(breakdown).
arus
persimpangan
lintas
lalu
pada
lintas
masing-masing
lainnya.
maksimum
Tujuan
dan
kaki
dari
bergantian untuk mendapatkan prioritas dengan
kenyamanan
kemudahan
berjalan terlebih dahulu yang dikendalikan oleh
pergerakan bagi kendaraan (Khisty dan Lall,
lampu lalu lintas.
2005:274).
Di Kota Banda Aceh pengoperasian simpang yang
umumnya
digunakan
adalah
simpang
Arus Jenuh
bersinyal. Lalu lintas di Kota Banda Aceh tidak
Kendaraan yang bergerak melewati garis
bergerak dalam satu baris (lane indiscipline),
henti di sebuah persimpangan menunjukkan
bahkan
yang
bahwa ketika lampu hijau mulai menyala,
melakukan perpindahan antar lajur (lane changing)
kendaraan membutuhkan waktu beberapa saat
atau mendahului kendaraan lain (overtaking).
untuk
Kondisi arus lalu lintas di Kota Banda Aceh
percepatan menuju kecepatan normal, tetapi
tergolong
dimana
setelah beberapa detik, antrian kendaraan mulai
didominasi oleh sepeda motor dan bahkan banyak
bergerak pada kecepatan yang relatif konstan,
dijumpai pula moda transportasi becak. Manual
disebut arus jenuh (Khisty dan Lall, 2005:293).
Kapasitas
sering
dijumpai
campuran
Jalan
(mixed
Indonesia
pengemudi
traffic)
(MKJI)
1997
mulai
bergerak
dan
melakukan
Arus jenuh sangat dipengaruhi oleh
mengkonversi nilai satuan mobil penumpang
karakteristik
pada
dengan menggunakan nilai emp. Dengan kondisi
kendaraan di stop line, reaksi pengemudi dan
lalu lintas Kota Banda Aceh yang heterogen
karakter pengemudi. Dari Gambar 1 dapat
(heterogenous traffic) dimana proporsi becak
dilihat bahwa tingkat arus rata-rata lebih rendah
memberikan kontribusi dalam arus jenuh di sebuah
pada awal fase hijau (ketika pengemudi
persimpangan, maka perlu dihitung nilai emp untuk
memerlukan
simpang bersinyal di Kota Banda Aceh.
mempercepat kendaraan menuju kecepatan
waktu
saat
untuk
pelepasan
bereaksi
arus
dan
normal). Tingkat aliran arus lalu lintas mulai KAJIAN KEPUSTAKAAN Simpang
puncak setelah antara 10-15 detik kemudian.
Persimpangan adalah lokasi dimana dua ruas jalan atau lebih bertemu atau berpotongan, 61 -
dari nol pada permulaan hijau dan mencapai
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Hal ini sering diperhitungkan sebagai waktu hilang awal (start lag). Selanjutnya tingkat
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala aliran lalu lintas masih berlanjut selama waktu
dampaknya pada perilaku lalu lintas (untuk
kuning dan waktu sinyal semua merah hingga
mobil
turun
lainnya, emp = 1,0) (Anonim, 1997:1-6) .
sama
dengan
nol,
yang
biasanya
penumpang
dan
ringan
memakan waktu 5-10 detik setelah permulaan
MKJI
sinyal merah. Pada akhir fase hijau hingga
ekivalensi mobil
menjelang
simpang bersinyal seperti yang terlihat dalam
merah,
pengemudi
menambah
kecepatannya agar dapat terevakuasi dari stop
Tabel 1 :
line lengan simpang, hal ini menyebabkan
Tabel 1.
1997
kendaraan
memberikan
angka
penumpang (emp)
pada
Nilai emp pada simpang bersinyal menurut MKJI 1997
terjadinya tambahan waktu akhir (end lag).
Emp Pendekat Pendekat terlindung terlawan LV 1,0 1,0 HV 1,3 1,3 MC 0,2 0,4 Sumber : Anonim (1997)
Tipe kendaraan
Konsep waktu hijau efektif kemudian dijadikan acuan untuk menentukan besarnya arus jenuh simpang pada simpang bersinyal (Anonim, 1997:2-12). Jadi besarnya waktu hijau efektif dapat dihitung sebagai :
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Waktu hijau efektif = tampilan waktu hijau – nilai
kehilangan awal + tambahan akhir
ekivalensi
kendaraan
(Hadiuzzaman,
2008:44), antara lain : 1.
Karakteristik kendaraan : fisik dan mekanik seperti dimensi panjang, lebar, tenaga mesin, kemampuan akselerasi dalam
bergerak,
dan
karakteristik
kendaraan; 2.
Karakteristik arus lalu lintas : a. Distribusi arus sesuai luas ruang jalan
Gambar 1 . Model Dasar untuk Arus Jenuh
yang diizinkan; Arus jenuh dasar (S0) adalah jumlah
b. Karakteristik kecepatan aliran lalu lintas;
kendaraan maksimum yang dapat melewati
c. Persentase komposisi kelas kendaraan
garis henti simpang pada saat waktu hijau efektif.
yang berbeda; 3.
Karakteristik jalan : a. Alinyemen horizontal, kelandaian dan
Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP) Ekivalensi
mobil
penumpang
lokasi; (emp)
b. Pengendalian
simpang
adalah faktor konversi berbagai jenis kendaraan
roundabout,
dibandingkan dengan mobil penumpang atau
simpang bersinyal;
jalinan,
:
priority,
blok
tengah,
kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 62
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala c. Kondisi permukaan perkerasan, jenis perkerasan, lebar perkerasan;
kendaraan terjadi selama kuning dan setelah lampu merah termasuk dalam periode ini).
d. Kondisi lingkungan : hambatan samping, radius lengkung untuk belok kiri;
Akhir dari perhitungan periode siklus jenuh sepenuhnya tetap ketika perubahan lampu
e. Kondisi iklim;
kuning, tetapi periode pertama dan menengah
f. Kondisi sinyal;
dapat dipilih antara :
4.
Kondisi geometik simpang
1.
Kondisi geometrik juga mempengaruhi
Pengamatan disembarang titik dalam satuan waktu (perhitungan dihentikan
nilai emp diantaranya panjang landai jalur
ditengah-tengah
pendekat, kondisi simpang (simetris atau
kendaraan berturut-turut), disebut sebagai
asimetris), jumlah lajur dan lebar lengan
perhitungan asynchronous dan;
simpang efektif, lebar per lajur lalu lintas, jarak
2.
Pengamatan
antara
keberangkatan
saat tertentu,
keberangkatan
garis henti dari area konflik, dimensi area
kendaraan
disebut
konflik simpang, dan keberadaan jalur kiri
perhitungan synchronous.
sebagai
langsung. Synchronous Multiple Regression Dalam metode ini jumlah setiap jenis
Penentuan EMP Model regresi linier diperkenalkan oleh
keberangkatan
kendaraan
dicatat
selama
peneliti dari Inggris dan Belanda (Branson and
periode waktu mulai dan berakhir dengan cepat
Zuylen, 1978, Branson and Gipps, 1981).
keberangkatan
Dengan menggunakan manipulasi data secara
pertama disebabkan oleh kehilangan waktu
statistik,
(1981)
ketika pengemudi memerlukan waktu untuk
memperkenalkan 2 (dua) metode yang dikenal
bereaksi menuju kecepatan normal) dan periode
sebagai asynchronous dan synchronous multiple
perhitungan didefinisikan sebagai :
Branson
and
Gipps
kendaraan
(beberapa
detik
regression. Dalam dua metode ini, periode waktu hijau dibagi dalam tiga periode waktu. Periode
pertama
dimulai
pada
saat
T = a0 + a1x1 + a2x2 + a3x3 + a4x4 + a5x5.... (1) dimana :
menunjukkan lampu hijau dan berakhir pada saat
tingkat
keberangkatan
arus
jenuh
a0 : intercept;
(kendaraan berangkat sebelum lampu hijau
T : waktu hijau jenuh;
termasuk dalam periode ini), selanjutnya
a1 : koefisien untuk jenis mobil penumpang;
periode
tingkat
a2, a3, a4, a5 : koefisien untuk jenis bus besar,
keberangkatan konstan dan dalam keadaan
mini bus, becak, dan sepeda motor;
tengah
ketika
waktu
jenuh, dan periode terakhir berakhir ketika menunjukkan lampu kuning (keberangkatan 63 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
x1, x2, x3, x4, x5 : jumlah
kendaraan
untuk
masing-masing jenis dalam
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala interval waktu T; Kemudian
nilai
emp
bersinyal terhadap lamanya waktu jenuh yang
untuk
jenis
kendaraan i diperoleh dengan menggunakan
teramati di lapangan. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
persamaan berikut :
empi =
𝑎𝑖 𝑎1
.............................................. (2)
(2.7)
dimana : a i = koefisien regresi untuk jenis kendaraan i; a 1 = koefisien regresi untuk kendaraan ringan (LV). Metode regresi lebih mudah digunakan untuk kondisi lalu lintas campuran yang pergerakan lalu lintasnya sembarang dan tidak mengikuti sistem aliran platooning.
METODE PENELITIAN Metode
penelitian
yang
dilakukan
dimulai dengan langkah identifikasi masalah, studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data primer, yaitu data jumlah pergerakan kendaraan untuk sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), dan becak mesin (RS) yang bergerak dari arah lurus dan belok kanan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada
Gambar 2 : Bagan Alir Penelitian
hasil rekaman video arus jenuh dasar teramati yang telah dikumpulkan dilakukan selama 30
Lokasi penelitian ini adalah dua simpang
siklus waktu hijau efektif (effective green time)
bersinyal yang sebidang tanpa bundaran di kota
pada setiap lengan simpang. Penelitian ini
Banda Aceh. Kedua simpang tersebut adalah
menggunakan metode regresi linier berganda
Simpang Surabaya dan Simpang Jambo Tape
dengan synchronous regression method. Metode
dengan asumsi bahwa simpang-simpang tersebut
ini mengacu pada perhitungan jumlah setiap
memiliki kondisi arus lalu lintas jenuh hingga
kendaraan yang lepas dari stop line simpang
sangat jenuh dengan lebar lengan simpang efektif Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 64
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang bervariasi. Secara visual lokasi kedua persimpangan yang dipilih tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
untuk memudahkan pengamatan kondisi arus jenuh adalah 4 detik. Sistematika pengolahan dan reduksi data untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 3 : Layout Simpang Surabaya
Gambar 5: Bagan alir pengolahan dan reduksi data Gambar 4 : Layout Simpang Jambo Tape
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses ekstrak data dilakukan dengan menghitung jumlah kendaraan yang melewati
Komposisi Arus Lalu Lintas Rekapitulasi
data
arus
jenuh
dasar
stop line saat waktu hijau efektif. Komposisi
lapangan untuk kedua simpang pengamatan
pergerakan kendaraan yang melewati stop line
yaitu Simpang Surabaya dan Simpang Jambo
dihitung dan dicatat berdasarkan klasifikasi
Tape dapat dilihat dalam Tabel 2 dan Tabel 3
sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV),
berikut ini :
kendaraan berat (HV), dan becak mesin (RS). Potongan waktu (time slices) yang digunakan
65 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
2 1,570
Selatan
2,541
166
2,707
Barat
1,041
753
1,794
Timur
1,113
1,524
2,637
Pendekat
Tabel 3
TH+RT (kend/jam hijau) 4 =(2)+(3) 3,384
Pendekat Simpang
Rekapitulasi data arus jenuh dasar lapangan Simpang Jambo Tape
Pendekat
1 Utara
Arus lurus (TH) (kend/jam hijau)
Arus belok kanan (RT) (kend/jam hijau)
2
3
Jambo Tape-B
1 Utara
Arus belok kanan (RT) (kend/jam hijau) 3 1,814
Arus lurus (TH) (kend/jam hijau)
85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 1050 Surabaya-U Surabaya-B Jambo Tape-U
Rekapitulasi data arus jenuh dasar lapangan Simpang Surabaya
Komposisi Arus Lalu Lintas (%)
Tabel 2
Gambar 6 :
Komposisi lalu lintas pada 2 simpang penelitian
Hasil
TH+RT (kend/jam hijau)
perhitungan
menunjukkan
arus
bahwa persentase
lalu
lintas
kendaraan
sepeda motor (MC) pada kedua simpang 4 =( 2)+(3) 1,020
mencapai 73,59 % dari arus lalu lintas total
771
249
Selatan
886
2,640
3,098
yang melewati simpang pengamatan seperti
Barat
1,404
800
2,204
terlihat Gambar 7 berikut.
Timur
1,487
320
1,807
0,53
2,81
Dari tabel di atas, terlihat bahwa simpang
23,07
yang didominasi oleh pergerakan lalu lintas bergerak
lurus
kecuali
pendekat
73,59
Selatan
Simpang Jambo Tape yang sebagian besar arus
L V M C
kendaraan berbelok ke arah kanan. Hal ini dikarenakan pada jam pengamatan jumlah arus lalu lintas banyak melewati pendekat tersebut untuk
melakukan
aktivitas
sekolah
kendaraan
Komposisi lalu lintas pada 2 simpang penelitian
dan
berangkat menuju tempat bekerja.
Komposisi
Gambar 7:
Dari hasil pengamatan di lapangan pada
di
delapan
semua pendekat persentase kendaraan berat jenis
pendekat pada Simpang Surabaya dan
bus dan truk tergolong sangat kecil. Hal ini
Simpang Jambo Tape didominasi oleh
disebabkan karena saat pengambilan data dilakukan
pengguna kendaraan jenis sepeda motor
pada jam 7.00 – 9.00 WIB, kendaraan berat tidak
(MC) dengan persentase rata-rata sebesar 72,79% seperti ditunjukkan Gambar 6.
diperbolehkan melewati jalan arteri perkotaan khususnya pada saat jam puncak pagi.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 66
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Penentuan Nilai Emp dengan Synchronous
metode synchronous regression karena sangat sulit
Regression Method
untuk menghitung prediksi
headway secara
Hasil analisis yang dilakukan dengan
langsung di lapangan karena kondisi arus lalu lintas
bantuan software SPSS akan diperoleh koefisien
Kota Banda Aceh yang tergolong campuran (mixed
regresi dari masing-masing kendaraan. Dari hasil
traffic).
analisis regresi linear berganda dibuat dalam bentuk
Pada Simpang Surabaya setiap penambahan
model persamaan regresi linier sesuai dengan
1 unit kendaraan ringan (LV) akan menaikkan 0,55
bentuk persamaan 1 untuk Simpang Surabaya dan
detik waktu jenuh. Setiap penambahan 1 unit
Simpang Jambo Tape sebagai berikut :
sepeda motor (MC) akan menaikkan 0,05 detik
Y =14,6+0,55X1+0,05X2+0,74X3+0,27X4... (3)
waktu jenuh. Setiap penambahan 1 unit kendaraan
Y =14,72+0,3X1+0,12X2+1,17X3+0,2X4 ..... (4)
berat jenis bus dan truk (HV) akan menaikkan 0,74
Nilai a0 sebagai intercept dalam persamaan
detik waktu jenuh. Setiap penambahan 1 unit becak
di atas mewakili kondisi paling ideal untuk waktu
mesin (RS) akan menaikkan 0,27 detik waktu jenuh.
jenuh masing-masing simpang. Dengan variasi dari
Sedangkan pada Simpang Jambo Tape untuk setiap
jumlah sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV),
penambahan 1 unit kendaraan ringan (LV) akan
kendaraan berat (HV), dan becak mesin (RS), maka
menaikkan
kondisi paling ideal waktu jenuh dalam 120 siklus
penambahan 1 unit sepeda motor (MC) akan
untuk Simpang Surabaya terjadi rata-rata selama
menaikkan 0,12 detik waktu jenuh. Setiap
14,6 detik. Demikian juga kondisi paling ideal
penambahan 1 unit kendaraan berat jenis bus dan
waktu jenuh dalam 120 siklus untuk Simpang
truk (HV) akan menaikkan 1,17 detik waktu jenuh.
Jambo Tape terjadi rata-rata selama 14,72 detik.
Setiap penambahan 1 unit becak mesin (RS) akan
Koefisien a1, a2, a3, dan a4 merupakan prediksi nilai
menaikkan 0,2 detik waktu jenuh. Tabel 4
headway. Prediksi nilai headway ini didapatkan dari
memperlihatkan
hasil analisis regresi linier dengan menggunakan
menggunakan metode regresi linier.
Tabel 4
Jambo Tape
LV
MC
HV
RS
emp
1
0,08
1,34
0,5
% kendaraan
74,18
22,42
0,57
2,83
t-value
8,64
2,92
1,67
1,42
emp
1
0,40
3,86
0,65
% kendaraan
72,84
23,90
0,47
2,79
t-value
8,12
11,60
2,74
0,06
Besarnya nilai Adjusted R Square yang 67 -
detik
waktu
hasil
jenuh.
analisis
Setiap
dengan
Koefisien regresi hasil analisis menggunakan regresi linier
Simpang
Surabaya
0,3
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Adjust d R square
F
0,56
39,05
0,74
87,34
diperoleh pada kedua model persamaan hasil
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala analisis regresi linier adalah 0,56 untuk Simpang
hitung
> F tabel, dimana F tabel = 2,45. Dengan kata
Surabaya, dan 0,74 untuk Simpang Jambo Tape.
lain terdapat hubungan linear antara variabel
Hal ini berarti 56% varians tiap sampel pada
bebas jumlah dan tipe kendaraan yang teramati
variabel terikat (waktu jenuh) bisa diprediksi atau
dengan variabel terikat waktu jenuh yang
dijelaskan oleh variabel-variabel bebas. Sedangkan
teramati di lapangan.
sisanya 44% dijelaskan dengan varians lainnya seperti kondisi geometrik simpang, karakteristik perilaku pengemudi dan ketelitian dalam proses
Validasi Nilai EMP Nilai emp yang didapatkan dari hasil
ekstraksi data. Demikian juga untuk Simpang
analisis
menggunakan
Jambo Tape, dimana 74% varians tiap sampel pada
divalidasi dengan nilai emp yang terdapat pada
variabel terikat (waktu jenuh) bisa diprediksi atau
MKJI 1997. Validasi juga dilakukan dengan
dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dan sisanya
nilai emp hasil penelitian Hadiuzzaman (2008)
26% dengan varians lainnya. Dari kedua model
yang mengambil studi kasus pada 5 (lima)
tersebut dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square
simpang bersinyal di Kota Dhaka seperti
pada Simpang Jambo Tape merupakan yang paling
diperlihatkan pada Gambar 8 berikut.
besar dibandingkan dengan simpang Surabaya.
variabel-variabel bebas berpengaruh (signifikan)
2.60 0.24 1.00 0.58 0.29 2,68 1,00 0.20 0,52 1.00 1.30
4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
emp
Uji t digunakan untuk melihat apakah
regresi linier akan
secara parsial (terpisah atau individual) terhadap variabel terikat. Hasil analisis regresi linier juga memperlihatkan bahwa nilai uji t > 2 kecuali untuk jenis kendaraan berat (HV) pada Simpang Surabaya dan becak mesin (RS) pada kedua simpang, dikarenakan jumlah kendaraan yang melewati
emp… Gambar 8:
Jenis Kendaraan
Validasi nilai emp hasil analisis dengan emp MKJI 1997 dan emp Hadiuzzaman (2008)
kedua persimpangan lokasi penelitian sangat sedikit.. Dengan demikian terdapat hubungan yang
Terjadinya deviasi nilai emp dikarenakan
kuat (signifikan) antara variabel bebas dengan
oleh adanya perbedaan ukuran dimensi kendaraan
variabel terikat.
yang dipakai MKJI 1997 dengan ukuran kendaraan
Untuk
menguji
apakah
serangkaian
yang digunakan masyarakat pada saat ini, kondisi
variabel bebas secara serentak mempengaruhi
geometrik simpang lokasi penelitian, dan juga
variabel terikat pada tingkat kepercayaan 5 %,
faktor komposisi kendaraan dalam arus lalu lintas
maka dilakukan uji F. Nilai F hitung pada
yang melewati persimpangan. Nilai emp untuk jenis
Simpang Surabaya dan Simpang Jambo Tape
kendaraan berat (HV) 2,6 lebih besar jika
diperoleh masing-masing sebesar 39,05 dan
dibandingkan dengan nilai emp sepeda motor (MC)
87,34. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F
0,24. Hal ini dikarenakan semakin besar dimensi Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 62
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kendaraan maka ruang yang diperlukan kendaraan
persimpangan yang berbeda. Semakin
tersebut untuk bergerak semakin besar. Semakin
besar ukuran kendaraan maka semakin
besar ukuran kendaraan, maka kecepatan yang
besar nilai empnya.
diperlukan untuk mulai bergerak lebih kecil jika Saran
dibandingkan dengan sepeda motor (MC). Deviasi juga terlihat jelas dari hasil validasi emp hasil analisis terhadap emp Hadiuzzaman (2008). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan faktor kondisi geometrik simpang lokasi penelitian dengan simpang bersinyal di Kota Dhaka, dimana kondisi geometrik simpang memberikan
Nilai emp baru dapat dijadikan sebagai alternatif,
namun
penelitian
lebih
lanjut
diperlukan untuk tipe simpang bersinyal lainnya yang terdapat di Kota Banda Aceh dengan adanya pengaruh belok kiri langsung dan blocking yang terjadi di lokasi pengamatan.
pengaruh yang cukup besar khususnya pada lebar pendekat
yang
akan
mempengaruhi
sistem
DAFTAR KEPUSTAKAAN
pelepasan arus kendaraan yang akan melewati garis henti dan jumlah lajur yang akan berpengaruh terhadap pendistribusian arus lalu lintas.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Nilai emp pada Simpang Surabaya untuk jenis sepeda motor (MC), kendaraan berat (HV), dan becak mesin (RS) adalah 0,08; 1,34 dan 0,5;
2.
Nilai emp pada Simpang Jambo Tape untuk
jenis
sepeda
motor
(MC),
kendaraan berat (HV), dan becak mesin (RS) adalah 0,4; 3,68 dan 0,65; 3.
Nilai
emp
pada
simpang
bersinyal
berlengan empat di Kota Banda Aceh diperoleh untuk jenis kendaraan sepeda motor (MC) sebesar 0,24; kendaraan berat (HV) sebesar 2,6; dan becak mesin (RS) 0,58; 4.
Nilai emp yang diperoleh untuk setiap jenis kendaraan tidaklah konstan pada
63 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Anonim, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia. Branston, D.M. and Van Zuylen, J.H., 1978. ‘ The Estimation of Saturation Flow, Effective Green Time and Passenger Car Equivalents at Traffic Signals by Multiple Linear Regression’, Journal of Transportation Research, 12:47-33. Branston, D.M. and Gipps, P., 1981. ‘Some Experience With a Multiple Linear Regression Method of Estimating Parameters of the Traffic Signal Departure Process’, Journal of Transportation Research, 6:445-458. Hadiuzzaman, M.D., 2008. Development of Saturation Flow and Delay Models for Signalised Intersection in Dhaka City, Departement of Civil Engineering Bangladesh University of Engineering and Technology, Dhaka. Khisty, C.J. and Lall, B.K., 2003. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi, jilid 1 Ed. 3, Penerbit Erlangga, Jakarta. Khisty, C.J. and Lall, B.K., 2003. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi, jilid 2 Ed. 3, Penerbit Erlangga, Jakarta.