Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior Pada Pegawai Negeri Sipil Di Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud)
Arief Wahyudi
ABSTRAK Sektor pertahanan Negara Indonesia merupakan sektor yang penting untuk menjaga kedaulatan Negara Indonesia terhadap ancaman yang datangnya baik dari dalam maupun dari luar negar, oleh karena itu dibutuhkan suatu badan pertahanan negara. Badan pertahanan negara yang ada di Indonesia saat ini adalah TNI (Tentara Nasional Indonesia). TNI itu sendiri di dalamnya terdapat anggota militer dan Pegawai Negeri Sipil. PNS dalam TNI telah diatur dalam No 34 Tahun 2004, Pasal 46, Ayat 1, yaitu jabatan tertentu dalam struktur di lingkungan TNI dapat diduduki oleh pegawai negeri sipil. Organisasi dapat berjalan efektif jika seluruh elemen di dalamnya dapat membentuk sinergi yang optimal guna tercapainya tujuan organisasi. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian bertujuan untuk melihat gambaran Organizational Citizenship Behavior pada PNS TNI-AD di Pussenarhanud. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara cermat mengenai karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti. Penelitian dilakukan pada sampel dari populasi PNS TNI-AD di Pussenarhanud yang berjumlah 34 partisipan. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan 82% responden berada pada tingkat Organizational Citizenship Behavioryang tinggi, dan sisanya yaitu sebesar 16% berada pada tingkat cenderung tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa mayoritas PNS TNI-AD di Pussenarhanud memiliki tingkat Organizational Citizenship Behavior yang tinggi. Hal tersebut berarti bahwa PNS TNIAD di Pussenarahnud selalu
menampilkan perilaku sukarela diluar job requirement yang
mampu menguntungkan organisasi.
Kata Kunci : Pegawai Negeri Sipil, Organizational Citizenship Behavior, Pussenarhanud
itu sendiri, namun terdapat pula anggota
PENDAHULUAN Sektor pertahanan Negara Indonesia
PNS pula di dalamnya yaitu PNS yang
merupakan sektor yang penting untuk
tergabung dalam Korpri TNI-AD, antar
menjaga
anggota TNI-AD dan PNS di kesatuan TNI-
kedaulatan
Negara
Indonesia
terhadap ancaman yang datangnya baik dari
AD
dalam maupun dari luar negar, oleh karena
tercapainya efektifitas dan efisiensi dari
itu dibutuhkan suatu badan pertahanan
kesatuan TNI-AD itu sendiri. Undang-
negara. Badan pertahanan negara yang ada
undang No 34 Tahun 2004, Pasal 46, Ayat 1
di Indonesia saat ini adalah TNI (Tentara
mengatur jabatan tertentu dalam struktur di
Nasional Indonesia).
lingkungan
TNI-AD pun
memiliki
berbagai
tersebut
harus
TNI
bersinergi
dapat
guna
diduduki
oleh
pegawai negeri sipil.
kesatuan di dalamnya, salah satu kesatuan
Berdasarkan
wawancara
yang
yang ada dalam tubuh TNI-AD adalah
dilakukan oleh peneliti pada Senin, 6 April
Artileri Pertahanan Udara, yaitu pasukan
2014 Pukul 18.30 WIB terhadap Ketua
anti serangan udara dengan menggunakan
Korpri Pussesnarhanud yang memimpin
rudal
seluruh
darat
serta
berfungsi
sebagai
anggota
PNS
TNI-AD
di
penangkis serangan udara dan membantu
Pussenarhanud tersebut menilai adanya rasa
mengamankan objek darat dari perusakan-
kekeluargaan dan gotong royong yang sudah
perusakan yang dilakukan oleh kelompok
membudaya di Pussenarhanud, hal tersebut
yang yang mengancam keutuhan negara
terjadi
baik yang datangnya dari internal maupun
Pussenarhaud sering membantu pekerjaan
eksternal. Artileri Pertahanan Udara atau
rekan kerja yang lain diluar pekerjaan yang
Arhanud berada dibawah Pusat Kesenjataan
seharusnya
Artileri
Pusat
pekerjaannya telah selesai dilaksanakan
Kesenjataan Arhanud melaksanakan peran,
serta apabila terdapat anggota PNS yang
tugas dan fungsinya membina satuan-satuan
tidak masuk kerja, anggota PNS yang
Arhanud
pokok
lainnya pun senantiasa membantu pekerjaan
memberikan perlindungan udara terhadap
PNS yang tidak masuk kerja tersebut tanpa
obyek
rawan.
mengeluh. Setiap anggota PNS TNI-AD pun
(www.pussenarhanud.mil.id). Elemen utama
memperlakukan semua orang khususnya di
dari kesatuan TNI-AD adalah anggota TNI
lingkungan kerja dengan saling menghargai
Pertahanan
yang
vital
Udara.
memiliki
maupun
tugas
titik
karena
dia
PNS
yang
lakukan,
ada
di
apabila
dan menghormati satu sama lain. PNS di
dicapai dengan optimal. Hal tersebut dapat
Pussenarahud ini pun mengambil cuti kerja
memperkuat adanya perilaku Organizational
untuk alasan-alasan yang penting saja.
Citizanship Behavior dimana PNS TNI-AD
Pada dilakukan
tanggal
Maret
Pussenarhanud, didapatkan hasil bahwa
dimasukan ke dalam sistem reward formal,
sebagian besar PNS merasa menjadi bagian
serta tingkah laku tersebut dapat mendukung
dalam satu sistem yang saling bersinergi.
kinerja
PNS memiliki pekerjaan masing-masing,
Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku
namun tetap membantu pekerjaan rekan
pegawai dalam lingkungan kerja yang
kerja yang lain tanpa diminta oleh siapapun
dilakukan secara sukarela, tidak secara
dalam organisasi agar target pekerjaan dapat
langsung dimasukan ke dalam sistem reward
terselesaikan. Sebagian besar PNS pun
formal dari kebijakan yang ada dalam
selalu mementingkan organisasi,
dimana
sebuah organisasi, dan tingkah laku tersebut
sesuai
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
mengambil
PNS
melakukan tingkah laku tersebut diluar job requirenment nya yang formal dan tidak
hanya
dengan
2015, di
mereka
interview
3
cuti
organisasi.
keperluannya saja dan lebih mengutamakan
fungsi
pekerjaan
Podsakoff, & MacKenzie, 2006).
mereka,
misalnya
terdapat
pekerjaan yang mendadak dan harus segera
dari
sebuah
Organizational
Berdasarkan bermaksud
organisasi
penjabaran untuk
(Organ,
tersebut,
diselesaikan, maka responden akan menunda
peneliti
melakukan
cutinya dan memilih untuk menyelesaikan
penelitian yang tujuannya untuk melihat
pekerjaan tersebut terlebih dahulu. Selain
gambaran OCB pada PNS TNI-AD di
itu, mereka memiliki kesadaran untuk
Pussenarhanud.
menjaga keharmonisan dalam lingkungan kerja
yang
diimplementasikan
dengan
METODE PENELITIAN
menjaga hubungan yang baik antar rekan
Metode penelitian yang digunakan
kerja, atasan, dan bawahan, selain itu agar
dalam penelitian ini adalah deskriptif.
setiap orang dapat merasa nyaman apabila
Metode
penelitian
deskriptif
berada dalam lingkungan kerja. Tentunya
adalah
berupaya
untuk
perilaku-perilaku tersebut dapat memberikan
deskripsi
keuntungan bagi organisasi itu sendiri agar
mengenai situasi atau fenomena tertentu
tujuan dari organisasi itu sendiri dapat
atau untuk mendeskripsikan besar dan arah
atau
gambaran
tujuannya memberikan
yang
tepat
hubungan
antar
variabel(Christensen,
Johnson, & Turner, 2011). Penelitian
ini
conscientiousness, sportsmanship, courtesy, dan civic virtue.Variabel penelitian tersebut
berusaha
untuk
menggambarkan Organizational Citizenship
diukur melalui kuisioner, dimana kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
Behavior pada Pegawai Negeri Sipil di Pussenarhanud konsep
dan
dengan
mengembangkan
menghimpun
fakta
tanpa
dengan
cara
memberikan
sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2006). Tipe kuisioner yang digunakan adalah Self Administrated Questionnaire,
melakukan
pengujian
hipotesis.
Tujuan
utama dari penelitian deskriptif ini adalah
yaitu kuisioner yang diisi sendiri oleh responden. Kuesioner
membuat deskripsi mengenai suatu keadaan peneliti yaitu Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Pegawai Negeri Sipil TNI-AD
disusun
dimensi
digunakan
berdasarkan
Organizational
oleh
dimensiCitizenship
Behavior (OCB) yang diturunkan Organ, Podsakoff,
di Pussenarhanud.
yang
dan
MacKenzie
(2006),
kemudian dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan kondisi Pusat Kesenjataan Artileri Partisipan
Pertahanan Udara (Pussesarhanud). Alat
Partisipan
penelitian
merupakan
sampel dari populasi PNS TNI-AD di Pussenarhanud. Sampling dilakukan dengan teknik simple random sampling. Jumlah populasi
partisipan penelitian ini adalah
sebanyak 34 partisipan.
ukur ini terdiri dari 26 item yang mencakup lima
Selain itu terdapat data penunjang yang digunakan yang berbentuk isian mengenai
karakteristik
tugasdan
perilaku
pemimpin. Pertanyaan lainnya merupakan
Alat ukur yang digunakan dalam ini
adalah
Organizational
Citizenship Behavior (OCB) yang terdiri lima
membangun
Organizational Citizenship Behavior (OCB).
yaitu:
atas
yang
faktor-faktor yang mempengaruhi OCB,
Pengukuran
penelitian
dimensi
dimensi
yaitu
altruism,
pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan inti dari setiap dimensi Organizational Citizenship Behavior. lainnya
adalah
data
Data penunjang yang
demografis
responden, yaitu nama responden, usia, jenis
Organizational Citizenship Behavior yang
kelamin, dan golongan PNS.
tinggi, dan sebanyak 18% (6 orang) PNS di Pussenarhanud
memiliki
tingkat
Organizational Citizenship Behavioryang
HASIL Responden atau subjek penelitian ini
cenderung
tinggi.
Data
demografis
adalah 34 reponden, dimana terdiri dari 19
responden, yaitu jenis kelamin, usia, dan
responden laki-laki (56%) dan 15 responden
golongan PNS partisipan akan diolah secara
perempuan (44%). Dari hasil persentase
statistik
dapat terlihat bahwa responden laki-laki
Organizational
lebih
sendiri dengan menggunakan bantuan SPSS
banyak
dibandingkan
dengan
perempuan. laki-laki dibandingkan dengan
yaitu
uji
beda
Citizenship
dengan
Behavioritu
v.20.
perempuan. Usia reponden berkisar antara
Untuk
melihat
terdapat
jenis
kelamin
28-35 tahun berjumlah 2 orang, 36-41 tahun
perbedaan
berjumlah 1 orang, 42-49 tahun berjumlah
responden penelitian, maka dilakukan uji
24 orang, dan diatas 49 tahun berjumlah 7
beda yaitu uji Mann Whitney. Dengan p-
orang. PNS di Pussenarhanud yang menjadi
value 0.94, dimana p-valuelebih besar dari
partisipan terdiri dari berbagai macam
alpha, 0.94> 0.05, maka Ho diterima.Hal
golongan, diantaranya adalah PNS golongan
tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat
II dan golongan III, dimana responden
perbedaan signifikan antara jenis kelamin
penelitian ini terdiri dari PNS Golongan II-
dengan
A, II-C, II-D, II-E, serta PNS Golongan III-
Behaviorpada PNS di Pussenarhanud. Hal
A, III-B, III-C, dan III-D.
ini menjelaskan bahwa responden penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai Behavior
Organizational pada
Organizational
Citizenship
menunjukan perilaku sukarela di luar job requirement
yang
menguntungkan
organisasi dengan intensitas yang cenderung
Pussenarhanud, maka mendapatkan hasil
sama meskipun terdapat perbedaan jenis
bahwa tingkat Organizational Citizenship
kelamin diantaranya.
PNS
di
TNI-AD
pada
di
Behaviorpada
PNS
Citizenship
OCB
apakah
Pussenarhanud
Untuk
melihat
perbedaan
Sebanyak
di
penelitian, maka dilakukan uji beda yaitu uji
tingkat
Kruskal Wallis. Dengan p-value 0.029,
Pussenarhanud
(28
orang)
memiliki
PNS
pada
usia
terdapat
tergolong tinggi dan cenderung tinggi. 82%
OCB
apakah
responden
dimana lebih kecil dari alpha yang besarnya
dimana perilaku tersebut tidak termasuk ke
0.05, 0.029>0.05, maka didapatkan hasil
dalam sistem reward formal, namun dapat
bahwa Ho ditolak, hal tersebut menunjukan
meningkatkan
bahwa terdapat
antara usia
organisasi (Organ, et all, 2006). Hasil
Citizenship
penelitian ini menunjukan bahwa tingkat
perbedaan
dengan
Organizational
Behavior.
Hal
ini
berarti
responden
OCB
di
efektfitas
dan
Pussenarhanud
efisiensi
sebesar
menampilkan perilaku sukarela diluar job
memiliki
requirement yang mampu menguntungkan
Behavior yang tinggi, dan sebesar 18% PNS
organisasi dengan intensitas yang cenderung
di
berbeda sesuai dengan usianya.
Organizational Citizenship Behavior yang
Untuk perbedaan
melihat
OCB
apakah
pada
terdapat
golongan
PNS
Organizational
82%
Pussenarhanud
cenderung
Citizenship
memiliki
tinggi.
tingkat
Hal
tersebut
mencerminkan bahwa tingkat OCB di
responden penelitian, maka dilakukan uji
Pussenarhanud
beda yaitu uji Kruskal Wallis. Dengan p-
kategori tinggi. Hal tersebut menunjukan
value 0.872, dimana p-valuelebih besar dari
bahwa
alpha, 0.872> 0.05, maka Ho diterima.Hal
Pussenarhanud
tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat
membantu yang ditujukan kepada pegawai
perbedaan signifikan antara golongan PNSdi
lain dalam organisasi, contohnya adalah
Pussenarhanud
dengan membantu pekerjaan rekan kerja
dengan
Organizational
mayoritas
sebagian
besar
PNS
menampilkan
perilaku
bahwa responden penelitian menunjukan
membantu
perilaku sukarela di luar job requirement
mengalami
yang menguntungkan organisasi dengan
pekerjaannya,
intensitas yang cenderung sama meskipun
pekerjaan rekan kerja apabila pekerjaan
terdapat
rekan kerjanya belum selesai, dan membantu
PNS
diantaranya.
rekan
atau
di
yang
golongan
masuk
pada
Citizenship Behavior. Hal ini menjelaskan
perbedaan
tidak
berada
kerja
kesulitan membantu
sedang yang
terkait
cuti, sedang
dengan
menyelesaikan
pegawai baru dalam masa orietasi kerja, seperti memberikan pengetahuan mengenai Pussenarhanud dan memberikan penjelasan
PEMBAHASAN Organizational Citizenship Behavior merupakan
perilaku
ditampilkan
pegawai
sukarela dalam
yang
organisasi,
mengenai
pekerjaannya
bersangkutan
belum
apabila
yang
mengerti
akan
tugasnya. Selain itu sebagian besar PNS di
Pussenarhanud menerima dan menjalankan
masyarakat.
Semua
semua kebijakan yang terdapat di dalam
mencerminkan prinsip dari OCB itu sendiri,
organisasi dengan ikhlas, mementingkan
dimana semua perilaku tersebut dilakukan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus
diluar job description PNS di Pussenarhanud
diselesaikan terlebih dahulu dibandingkan
namun dapat memberikan dampak yang
dengan cuti yang dapat diambil, dan selalu
positif
bekerja maksimal agar target pencapaian
organisasi.
kepada
hal
keberlangsungan
tersebut
hidup
yang direncanakan dapat dicapai. PNS di
Perilaku yang ditampilkan oleh PNS
Pussenarhanud memiliki toleransi yang baik
di Pussenarhanud tersebut diluar dari job
di lingkungan kantor, hal tersebut ditunjukan
description yang sudah ditetapkan. Dapat
dengan menerima setiap perbedaan dan
dikatakan bahwa job description merupakan
kekurangan pegawai lain, tanpa mengeluh
in-role pegawai dalam organisasi, dimana
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
hal tersebut wajib ditunjukan oleh pegawai
di kantor, dan apabila terjadi masalah maka
agar sistem dalam organisasi dapat berjalan
akan
dan
dengan baik. Perilaku diluar job description
Rasa
pegawai dalam organisasi dapat dikatan
berusaha
menyelesaikan
memahami
masalah
tersebut.
toleransi tersebut menunjukan pula adanya
extra
rasa menghargai akan hak dan kebutuhan
organisasi. Hal tersebut tentunya berkaitan
pegawai
lain
dengan performa kerja yang ditampilkan
sehingga
sebagian
dalam
besar
Pussenarhanud tindakannya
ditampilkan
dalam
di
pegawai dalam organisasi. Menurut Borman
mempertimbangkan
dan Motowidlo dalam Organ (2006), extrarole performance merpuakan tingkah laku
lainnya
dan
yang tidak secara formal dibutuhkan dalam
meminta maaf apabila telah melakukan
setiap pekerjaan, namun dapat membantu
kesalahan kepada pegawai lain di kantor.
dalam menciptakan hubungan sosial di
Selain
dalam
dengan
itu
tidak
PNS
yang
menimbulkan
masalah
agar
Pussenarhanud,
role
pegawai
sebagian
besar
PNS
di
pekerjaan,
yag
natinya
akan
Pussenarhanud senantiasa ikut melibatkan
memfasilitasi efektivitas organisasi. Hal
diri pada kegiatan-kegiatan kantor meskipun
tersebut
sifatnya
menolong
tidak
wajib,
selalu
memiliki
tercermin
dari
antar
adanya
pegawai
tolong dalam
perhatian kepada organisasi dan selalu
Pussenarhanud terkait dengan pekerjaan.
menjaga nama baik organisasi di lingkungan
Perilaku
extra
role
tersebut
dapat
ditampilkan
apabila
dalam
positive affectivity (Organ et all, 2006). PNS
organisasi dapat menunjukan in-role nya
di Pussenarhanud sendiri memiliki sikap
dengan
ramah, toleransi antar sesama pegawai,
baik,
pegawai
sehingga
apabila
in-role
performance dan extra role performance
disiplin
dapat dengan baik ditunjukan pegawai
tujuan pekerjaan agar dapat diselesaikan,
dalam
akan
dan memiliki perasaan yang positif antar
efektifitas
pegawai di kantor. Menurut Zhang Dew
organisasi
mempermudah
tentunya
tercapainya
organisasi.
dalam
bekerja,
mementingkan
(2011) dalam Vemdia (2014), semakin
Setelah PNS telah melaksanakan in-
positif
sikap
seseorang
dalam
setting
role nya dengan baik, PNS tersebut dapat
pekerjaan, maka akan semakin positif pula
menampilkan extra role nya di kantor
perilakunya terhadap produktifitas kerja, dan
dengan membantu pekerjaan pegawai lain di
hal ini mempengaruhi ada atau tidaknya
kantor, melakukan usaha lebih terhadap apa
OCB
yang ditugaskan, menaati segala peraturan
pegawai inilah yang menjadi salah satu
dan kebijakan meskipun tidak ada yang
faktor munculnya OCB di Pussenarhanud.
dalam
organisasi.
Karakteristik
mengawasinya, toleransi terhadap semua
Karakteristik tugas pun menjadi
yang terjadi di Pussenarhanud, senantiasa
faktor yang mempengaruhi munculnya OCB
menjaga perilaku agar dapat mencegah
dalam organisasi. Faktor-faktor karakteristik
timbulnya masalah di kantor dan merasa
tugas yang mempengaruhi OCB adalah task
menjadi bagian dalam satu sistem yang
feedback dan instrically satisfting task
bersinergi dalam bekerja di Pussenarhanud.
(Organ et all, 2006). Task feedback yaitu
Pegawai
yang
umpan balik yang didapatkan oleh pegawai
oleh
dari
dalam
menampilkan
OCB
organisasi disebabkan
suatu
organisasi
pelaksanaan
karakteristik tugas, karakteristik organisasi,
diberikan pujian dari atasan ketika pekerjaan
dan perilaku pemimpin (Organ et all, 2006).
yang dilakukan oleh pegawai tersebut baik, ataupun
sikap pegawai yang ditampilkan dalam sebuah organisasi. Sikap pegawai yang dapat
mempengaruhi
agreeableness,
OCB
conscientiousness,
adalah dan
masukan
dari
seperti
dengan
berbagai factor, yaitu karakteristik individu,
Karakteristik individu merupakan
tugasnya,
terkait
misalnya
atasan
apabila
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dari sebuah perusahaan tersebut belum cukup baik.
Melalui
data
penunjang
yang
didapatkan melalui hasil penelitian ini,
menunjukan bahwa PNS di Pussenarhanud
semua pekerjaan telah dirancang secara jelas
mendapatkan apresiasi dari atasan atau
untuk
pimpinan di Pussenarhanud apabila telah
organisasi dapat berjalan dengan optimal.
selesai mengerjakan tugasnya dengan baik.
Dengan
Selain itu PNS mendapatkan saran dari
organisasi
atasan ataupun pimpinan di kantor untuk
infleksibel. Infleksibilitas mengacu pada
dapat meningkatkan kinerjnya. Sedangkan
sejauh mana organisasi secara kaku dapat
instrically
melaksanakan
satisfting
task
merupakan
dikerjakan oleh pegawainya agar
kondisi
seperti
yang
itu
membuat
cenderung
bersifat
peraturan-peraturan
kepuasan kerja instrinsik yang didapatkan
prosedur-prosedur
oleh pegawai, bentuknya dapat berupa
Wilandini, 2009). Dengan kejelasan seperti
kompensasi dan benefit yang diberikan
itu
organisasi ataupun perasaan puas ketika
mengetahui adanya keadilan dan procedural
sudah membantu mencapai target organisasi
justice, karena peraturan-peraturan formal
dengan membantu pekerjan rekan kerja
membuat harapan pegawai dalam organisasi
dalam organisasi. Melalui data penunjang
menjadi
yang didapatkan melalui hasil penelitian ini,
ambiguitas peran dan konflik, sehingga
menunjukan bahwa sebagian besar PNS di
dapat meningkatkan kepuasan karyawan,
Pussenarhanud
terhadap
komitmen,
dan
diselesaikannya,
organisasi,
dimana
pekerjaan
yang
merasa telah
puas
membuat
(Hall
PNS
jelas
yang
di
1991,
dan
Pussenarhanud
dapat
mengurangi
kepercayaan hal
dalam
terhadap
tersebut
karena dapat membuat organisasi berjalan
mempengaruhi
dengan efektif.
(Podasakoff, 1996, dalam Wilandani, 2009).
Faktor lainnya yang mempengaruhi OCB
adalah
OCB
Faktor terakhir yang mempengaruhi
organisasi.
OCB adalah perilaku pemimpin. Pemimpin
Pussenarhanud merupakan instansi militer
yang efektif merupakan pemimpin yang
yang memiliki struktur organisasi yang jelas,
memotivasi dengan memberikan arahan
pegawainya merupakan sipil dan anggota
yang jelas, sehingga anggota dapat mencapai
militer dimana semua pemimpinnya dijabat
target
oleh
steelah
anggota
karakteristik
munculnya
dapat
militer.
Instansi
militer
serta target
mengapresiasi tercapai
anggotanya
(Organ,
2006).
tentunya memiliki formalisasi organisasi
Hubungan timbal balik antara atasan dan
dimana instansi ini memiliki peraturan-
bawahan didasari atas kepercayaan dan rasa
peraturan dan prosedur yang jelas, sehingga
suka, sehingga kedua belah pihak dapat
memunculkan perilaku altrusitik dan sopan
PNS di Pussenarhanud menilai bahwa
santun, hal tersebut itu dapat memfasilitasi
pemimpinnya dapat menjadi contoh yang
munculnya OCB dalam organisasi. Melalui
baik, karena disiplin, loyal dan peduli
data penunjang yang didapatkan melalui
kepada bawahannya, tegas, berwibawa, dan
hasil penelitian ini menunjukan pemimpin di
bijaksana. Hal tersebut menjadi faktor PNS
Pussenarhanud selalu memberikan motivasi
di
kepada
Organizational Citizenship Behavior.
bawahannya,
selalu
menjaga
Pussenarhanud
untuk
menampilkan
hubungan baik dengan bawahannya, dan
DAFTAR PUSTAKA Organ, D.W., Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B. 2006. Organizational Citizenship Behavior. Thousand Oaks, California : Sage Publication. Inc. Wexley, K.N. & Yukl, Gary, A. 1977. Organizational Behavior and Personel Psychology. Illionors : Richard Irwin, Inc. Christensen, L. B., Johnson, R. B., & Turner, L. A. (2011). Research Methods, Design, and Analysis Eleventh Edition . Boston: Pearson Education, Inc. Sugiyono.2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Novianti, Sari. 2009. Organizational Citizenship Behavior Pada Pegawai Balai Besar Pelatihan Lembang. Jatinangor : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran – Skripsi Sarjana Yang Tidak Dipublikasikan Dwi, Septia. 2013. Organizational Citizenship Behavior Pada Petugas Bidang Pengendalian Operasi Pemadam Dinas Kebakaran Kota Bandung. Jatinangor : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran – Skripsi Sarjana Yang Tidak Dipublikasikan Vemdia, 2014. Organizational Citizenship Behavior Pada AISEC Bandung. Jatinangor : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran – Skripsi Sarjana Yang Tidak Dipublikasikan Wilandini, 2009. Peran Organizational Value Terhadap Organizational Citizenship Behavior. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran – Tesis Program Pasca Sarjana Magister Psikologi Yang Tidak Dipublikasikan www.tniad.mil.id yang diunggah pada 9 April 2014 Pukul 17.30 WIB