Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 Batam, 4-5 Agustus 2016
ISSN: 2355-7524
STUDI AWAL OPTIMASI BURNUP HTR-PM 150 MWT DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR U-TH 1
1
2
Faisal Fuad Nursyahid , Topan Setiadipura , Alexander Agung
1
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika No.2, Yogyakarta, 55281 2 Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir Batan, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15310
email:
[email protected] ABSTRAK STUDI AWAL OPTIMASI BURNUP HTR-PM 150MWTH DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR U-TH. HTR-PM adalah reaktor generasi IV milik Tiongkok yang akan beroperasi dan tersambung ke grid pada akhir tahun 2017. HTR-PM menggunakan dua modul teras dengan daya termal masing-masing modul 250 MWt dan mampu menghasilkan daya elektrik sebesar 210 MWe. Pada penelitian kali ini daya termal HTR-PM diubah menjadi 150 MWt. Studi awal optimasi burnup HTR-PM dilakukan pada kondisi kritis dan ekuilibirum dengan melakukan variasi loading heavy metal, pengayaan uranium dan konsentrasi Th/U. Selanjutnya dilakukan modularisasi terhadap geometri reaktor akibat pengubahan daya termal teras. Dari hasil studi didapatkan nilai burnup optimal pada kondisi variasi loading heavy metal 9 g/pebble, pengayaan uranium sebesar 15% w/t, dan konsentrasi Th/U sebesar 15% w/t. Setelah dilakukan descalisation ukuran geometri teras berubah menjadi, radius 150 cm dan tinggi 660 cm. Selain itu juga dilakukan perbandingan jumlah multipass yang optimal untuk mendapatkan power peaking factor yang optimum. Pada studi kali ini simulasi HTR-PM menggunakan program pebbed6 code. Kata kunci: burn up, optimasi, pebbed6, thorium, HTR-PM. ABSTRACT PRELIMINARY STUDY BURNUP OPTIMIZATION OF HTR-PM 150 MWTH WITH U-TH FUEL . HTR-PM is a gen IV nuclear reactor power plant from China and will be operated and connected to grid at the end of 2017. HTR-PM used two modular cores with each of module has 150 MWt power. Preliminary study burn up optimization of HTR-PM was performed at critical and equilibrium condition by varying of heavy metal loading, uranium enrichment, Th/U concentration. Then, modularization was performed toward reactor geometry due to change of core thermal power. From this study we obtain value of optimal burn up at condition of heavy metal loading 9 g/pebble, uranium enrichment 15% w/t, and Th/U concentration 15% w/t. After modularization, core geometry was about radius 150 cm and height 660 cm. Besides, study of optimal number of multipass was performed to obtain value of optimum power peaking factor. For this experiment, pebbed6 code was used to simulated HTR-PM. Keyword: burn up, optimization, pebbed6, thorium, HTR-PM
897
Studi Awal Optimasi Burnup HTR-PM ... Faisal Fuad Nursyahid, dkk
ISSN: 2355-7524
PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dan dalam waktu 15 tahun mendatang diproyeksikan akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke tujuh di dunia. Pertumbuhan ekonomi ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya kegiatan industrialisasi di Indonesia. Sehingga dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang meningkat maka kegiatan sektor industri juga di proyeksikan akan meningkat. Kegiatan industri merupakan kegiatan yang padat energi sehingga membutuhkan pasokan energi yang mencukupi. Kebutuhan energi di Indoensia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, baik dari meningkatnya industrialisasi maupun dari bertambahnya jumlah penduduk, perlu diimbangi dengan pemenuhan dan pemerataan energi yang baik agar ketahanan energi tetap terjaga. Berdasarkan data PLN, Pada periode tahun 2015 - 2024, kebutuhan tenaga listrik Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 219,1 TWh menjadi 464,2 TWh dengan pertumbuhan rata-rata 8,7% per tahun.[3] Indonesia masih bergantung pada energi fosil sebagai sumber energi fosil sebagai sumber energi utama dan jumlah pemakaiannya meningkat dari tahun ke tahun. Bahan bakar fosil merupakan energi yang tidak terbarukan, oleh sebab itu perlu dipertimbangkan penggunaan energi alternatif untuk mensubstitusi pemakaian energi fosil yang jumlahnya semakin sedikit. Ada 2 sumber energi alternative yang dapat dipertimbangkan pemakaiannya di Indonesia yaitu energi nuklir dan energi terbarukan. Potensi energi terbarukan di Indonesia cukup besar mengingat letak geografis yang berada di garis khatulistiwa dan cincin api sehingga potensi tenaga surya dan panas bumi yang melimpah. Sedangkan untuk energi nuklir, Indonesia memiliki potensi cadangan (spekulatif) uranium di Indonesia tercatat sebesar 59.200 ton atau ekuivalen dengan 6,5 GWe. Sedangkan total cadangan (spekulatif) thorium tercatat sebesar 1.500 ton atau ekuivalen dengan 1.850 MWe untuk 30 tahun operasi. [7] Energi nuklir merupakan salah satu energi potensial masa depan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat. Salah satu masalah yang dihadapi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) konvensional adalah kekhawatiran akan sistem keselamatan dan keamanannya serta ketersediaan bahan bakar nuklir fisil yang semakin terbatas. Sehingga dikembangan PLTN generasi IV yang mampu mengatasi masalah tersebut. PLTN generasi IV perlu memenuhi empat persyaratan utama yaitu kesinambungan (sustainability), keekonomian (economics), keamanan dan keandalan (safety and reliability) serta resistansi proliferasi dan proteksi fisik (proliferation resistance and physical protection).[9] Terdapat banyak jenis reaktor generasi IV, antara lain: Very High Temperature Reactor (VHTR), Sodium Fast Reactor (SFR), Super-critical Water cooled reactor (SCWR), Lead Cooled Fast Reactor (LFR), dan Molten Salt Reactor (MSR). Saat ini ada berbagai prototype VHTR yang dikembangkan semisal HTR-PM yang dikembangkan di Tiongkok, NGNP yang dikembangkan di USA, GT-MHR dan GTHTR300C yang dikembangkan oleh USA dan Rusia, serta PBMR yang dikembangkan di Afrika Selatan. [2] HTR-PM adalah reaktor generasi IV yang perkembangannya paling pesat diantara reaktor yang lain. HTR-PM disebut-sebut akan menjadi HTGR pertama di dunia yang akan beroperasi di tahun 2017. HTR-PM adalah pengembangan lebih lanjut dari HTR-10 yang beroperasi pada tahun 2000. HTR-PM menawarkan keselamatan pasif dan melekat yang lebih handal daripada reaktor generasi sebelumnya. Salah satu fitur keselamatan yang diunggulkan dari HTR-PM adalah kemampuannya untuk memindahkan panas peluruhan (decay heat) dari dalam teras reaktor hanya dengan konduksi dan radiasi, tanpa menggunakan konveksi. Dengan fitur ini kecelakaan nuklir yang berakibat pada kehilangan pendingin, seperti yang terjadi pada fukushima, akan mampu diatasi dengan baik tanpa menyebabkan reaktor overheat dan selanjutnya terjadi melt down. [5] TEORI DAN PEMODELAN Secara umum, saat ini desain dari HTGR sebagian besar diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu menggunakan elemen bahan bakar tipe pebble dan blok/prismatik dimana keduanya memanfaatkan teknologi bahan bakar partikel berlapis (TRISO). Kedua jenis tipe elemen bahan bakar ini memiliki skema/skenario pembakaran bahan bakar yang berbeda. Untuk HTGR tipe elemen bahan bakar pebble, minimal ada tiga skema pembakaran bahan
898
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 Batam, 4-5 Agustus 2016
ISSN: 2355-7524
bakar yang telah dikaji sebelumnya yaitu Once-Through-Then-Out (OTTO), multipass dan Peu-A-Peu (PAP).[4]
(a)
(b)
Gambar 1. Ilustrasi TRISO (a); Elemen Bahan Bakar pebble (b) [8] High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR), reactor berpendingin helium dan bermoderator grafit, menunjukkan fitur yang berbeda untuk penggunaan bahan bakar berbasis thorium. Bahan bakar dalam bentuk partikel terlapis Triso yang ditanam di dalam matriks grafit mempunyai potensi untuk mengungkung produk fisi untuk burnup yang lama. Penggunaan bahan bakar thorium di dalam Pebble bed Reactor (PBR), salah satu dari dua jenis teknologi HTGR, telah dimulai lebih dari 50 tahun , seperti dalam pebble uranium berpengayaan tinggi pada AVR 15MWe pada periode 1967 sampai 1988 dan pada 300 MWe THTR di tahun 1980an. Pada pekerjaan sebelumnya yang diselenggarakan pada tahun 1990an, prosedur desain untuk very small dan small-sized Pebble Bed HTGR menggunakan bahan bakar uranium dan thorium diusulkan dan didiskusikan , dan hasilnya menunjukkan bahwa meskipun dalam reactor berukuran kecil ini performa burnup thorium terbilang superior dibandingkan dengan performa burnup uranium.[6] Siklus bahan bakar thorium telah diakui dengan beberapa keuntungan seperti kelimpahan alami, limbah dengan radiotoksisitas yang rendah, senyawa oksidanya (ThO 2) adalah senyawa yang inert secara kimia dan radiasi, konduktivitas termal tinggi, koefisien termal ekspansi rendah dan ketahanan terhadap proliferasi, dst. Thorium alam, kebanyakan 232 dalam bentuk nuklida fertile Th, lebih melimpah sebanyak tiga sampai empat kali dibandingkan uranium. Setelah menyerap satu neutron dan diikuti dengan reaksi peluruhan, 232 233 232 Th bertransmutasi menjadi isotop U. Dikarenakan tampang lintang absorpsi Th (7.4b) 238 232 untuk neutron termal lebih besar tiga kali dibandingkan dengan U (2.7b), maka Th 233 mempunyai konversi rasio yang lebih besar (konversi menjadi U) dibandingkan dengan 238 239 U (konversi menjadi Pu) sehingga mempunyai potensi untuk digunakan sebagai bahan bakar fertile. Itu juga berarti bahwa semakin banyak jumlah termal neutron yang diperlukan 232 untuk mengkonversi Th.[6]
Gambar 2. Layout HTR-PM, (a) Tampak depan; (b) Tampak atas [5]
899
Studi Awal Optimasi Burnup HTR-PM ... Faisal Fuad Nursyahid, dkk
ISSN: 2355-7524
METODOLOGI High Temperature Gas-Cooled Reactor Pebble Bed Modular (HTR-PM) adalah salah satu jenis dari VHTR yang beroperasi pada temperature paling rendah 750 celcius. Sistem itu menggunakan sub critical rankine cycle dengan intermediet heat exchanger. HTRPM termasuk ke dalam salah satu dari enam jenis reaktor maju generasi IV. Dua core sebesar 250 MWth adalah penghasil daya termalnya. Instalasi pembangkit nuklir tersebut menghasilkan 210 MWe dengan sebuah turbin uap.[2] Tabel.1 Parameter Desain Utama dari HTR-PM [10] Parameter Satuan Nilai Daya elektrik MWe 210 Total daya termal MWth 2 x 250 Jangka hidup rancangan a 40 3 Distribusi daya rerata MW/m 3,22 Efisiensi elektrik % 42 Tekanan helium primer MPa 7 0 Suhu helium di dalam reaktor inlet/outlet C 250/750 Tipe bahan bakar TRISO (UO2) Loading heavy metal tiap elemen bahan g 7 bakar Pengayaan elemen bahan bakar baru % 8,9 Diameter teras aktif m 3 Tinggi ekuivalen teras aktif m 11 Jumlah elemen bahan bakar di dalam 420000 satu teras Burn-up rerata GWd/tU 90 Tipe steam generator Once through helical coil Tekanan steam utama MPa 13,24 0 Suhu steam utama C 566 0 Suhu feed-water utama C 205 Laju aliran steam utama di inlet turbin t/h 673 Tipe steam turbin Super high-pressure condensing bleeder turbine Penelitian dan simulasi dalam paper ini menggunakan program pebbed6 dengan alat yang digunakan dalam penilitian ini adalah seperangkat komputer dengan spesifikasi: processor intel core i3- 2350m (2,3 GHz), RAM 6 GB, harddisk 715404 MB dengan menggunakan sistem operasi windows 7 ultimate 64 bit. Pebbed6 adalah program simulator reactor nuklir jenis pebble bed yang dikembangkan oleh para peneliti Idaho National Laboratory (INL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui burnup optimal dari HTR-PM 150 MWth dengan memvariasikan nilai loading heavy metal, pengayaan uranium, konsentrasi Th/U, variasi geometri dan multipass. Batasan nilai maksimum yang ditetapkan dalam studi ini yaitu discharge burnup tidak melebihi 150 MWth dan max power fuel kurang dari 4,5 kW/pebble.[1] Desain yang optimal adalah yang memiliki discharge burnup tertinggi dan max power fuel yang rendah dengan nilai discharge burnup dan max power fuel tidak melebihi batas yang sudah ditetapkan. Penelitian diawali dengan variasi loading heavy metal 5 g/pebble, 7g/pebble, 9 g/pebble dengan tiap variasi loading heavy metal dilakukan variasi pengayaan uranium sebesar 8,5% ; 10% ; 12,5% ; dan 15%. Selain itu, juga dilakukan variasi konsentrasi Th/U sebesar 5%; 7,5%; 10% ; 12,5% ; dan 15% untuk tiap-tiap variasi pengayaan uranium. Sehingga didapatkan total 60 variasi. Selanjutnya tiap-tiap variasi dibandingkan satu dengan yang lain untuk nilai burnup dan max power fuelnya. Kemudian diambil kesimpulan salah satu nilai variasi yang memiliki burnup optimal sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Nilai variasi loading heavy metal, pengayaan uranium, dan konsentrasi Th/U yang memiliki nilai burnup optimal tersebut selanjutnya digunakan untuk mencari geometri teras optimum. Pencarian geometri teras optimum diperlukan karena nilai daya termal HTR-PM yang semula 250 MWth diturunkan menjadi 150 MWth. Metode yang digunakan yaitu dengan memvariasi geometri baik radius maupun tinggi teras aktif dalam beberapa nilai average power density yang sudah ditentukan. Sehingga dapat dipilih ukuran geometri yang
900
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 Batam, 4-5 Agustus 2016
ISSN: 2355-7524
optimal untuk HTR-PM 150 MWth, karena semakin kecil geometri HTR-PM maka pebble yang digunakan juga semakin sedikit sehingga lebih ekonomis. Dari nilai-nilai variasi optimal yang didapatkan sebelumnya, dilakukan variasi multipass untuk mengetahui power peaking factor optimal. Selain itu juga dilakukan perbandingan power peaking factor antara skema pembakaran OTTO dengan multipass. Kemudian, diambil nilai multipass yang memiliki nilai power peaking factor yang mendekati 1 sebagai multipass optimal. HASIL DAN PEMBAHASAN 235 232 Hubungan antara loading heavy metal, pengayaan U, konsentrasi Th/U dengan nilai burnup dan max power fuel dapat dilihat pada gambar 3, gambar 4, dan gambar 5.
Gambar 3. Grafik Loading Heavy Metal 5g/Pebble
Gambar 4. Grafik Loading Heavy Metal 7g/Pebble
Gambar 5. Grafik Loading Heavy Metal 9g/Pebble
901
Studi Awal Optimasi Burnup HTR-PM ... Faisal Fuad Nursyahid, dkk
ISSN: 2355-7524
Dari ketiga grafik dengan loading heavy metal yang berbeda diketahui bahwa dengan semakin meningkatnya loading heavy metal maka semakin tinggi pula nilai discharge burnupnya. Discharge Burnup tertinggi adalah ketika loading heavy metal 9 gram/pebble, dan terus menurun untuk loading heavy metal 7 gram/pebble dan 5 gram/ pebble. Hal ini dapat terjadi karena dengan semakin meningkatnya loading heavy metal, untuk pengayaan uranium yang sama, maka semakin banyak pula nuklida fissil di dalam pebble sehingga jumlah reaksi fisi akan meningkat dan menyebabkan nilai burnup meningkat. Sedangkan dengan semakin banyaknya loading heavy metal, max power fuel memiliki kecenderungan semakin turun. max power fuel tertinggi untuk loading heavy metal 5 gram/pebble dan terus menurun untuk loading heavy metal 7 gram/pebble dan 9 gram/pebble. Kecenderungan ini terjadi karena dengan semakin meningkatnya loading 235 heavy metal selain meningkatkan jumlah nuklida fisil dalam pebble (yaitu U) juga 238 meningkatkan jumlah nuklida fertil, dalam hal ini U. Sehingga jumlah neutron di dalam teras akan semakin menurun seiring meningkatnya nuklida fertil yang akan menyebabkan max power fuel akan berkurang nilainya. Dari pembacaan grafik dapat diketahui bahwa discharge burnup tertinggi adalah ketika pengayaan uranium sebanyak 15 % w/t dan kemudian terus menurun untuk 235 pengayaan 12.5% w/t; 10%w/t, dan 8.5%w/t. Semakin banyaknya U yang ditambahkan dalam bahan bakar (pebble) maka semakin tinggi pula discharge burnupnya, hal ini 235 dikarenakan U merupakan nuklida fissil yang memiliki tampang lintang fisi yang sangat baik terhadap neutron termal sehingga akan menghasilkan sejumlah banyak neutron di dalam teras reaktor yang menyebabkan discharge burnup akan semakin tinggi pula. Discharge burnup untuk setiap pengayaan uranium memiliki tren yang semakin turun dengan semakin banyaknya/ditambahkannya thorium, hal ini dapat disebabkan oleh 232 232 sifat Th itu sendiri yang merupakan nuklida fertil. Th akan menyerap sejumlah neutron 233 233 (epitermal) di dalam teras reaktor untuk dapat bertransmutasi menjadi Pa, kemudian Pa 233 akan meluruh dan dalam waktu 27 hari akan berubah menjadi U yang merupakan nuklida 232 fissil. Oleh karena populasi neutron di dalam teras menurun (akibat serapan oleh Th) maka discharge burnup akan menurun pula. Dari ketiga variasi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pebble dengan loading heavy metal 9 gram, pengayaan uranium 15% dan konsentrasi Th/U 15% adalah yang paling optimum karena memiliki nilai burnup tertinggi diantara variasi yang lainnya yaitu 147,72 MWd/kgHM dan belum melewati batas keselamatan discharge burnup. Selanjutnya dengan menggunakan nilai loading heavy metal, pengayaan uranium, dan konsentrasi Th/U dengan nilai burnup optimum dilakukan variasi geometri teras aktif HTR-PM. Berikut tabel variasi geometri untuk tiap power density yang sama: Tabel 3. Daftar variasi geometri Radius (cm)
Power Density 3.2 W/cc
Tinggi (cm) Power Density 2.68 W/cc
Power Density 2.91 W/cc
100
1485.00
1782.00
1638.56
110
1227.27
1472.73
1354.18
120
1031.25
1237.50
1137.89
130
878.70
1054.44
969.56
140
757.65
909.18
836.00
150
660.00
792.00
728.25
Gambar 6. Hubungan variasi geometri dengan Max Power Fuel dan Discharge Burnup 902
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 Batam, 4-5 Agustus 2016
ISSN: 2355-7524
Untuk variasi H/D konstan (average power density tetap), terlihat bahwa semakin tinggi teras atau semakin kecil radius maka semakin besar max power fuelnya dan semakin kecil radius dan semakin tinggi teras maka semakin besar pula discharge burnupnya. Selain itu, semakin besar average power density akan mengakibatkan discharge burnup juga semakin besar dan tentunya juga akan mengakibatkan max power fuel semakin besar. Dari hasil variasi geometri didapatkan nilai geometri optimum adalah radius 150 cm dan tinggi 660 cm karena memiliki nilai burnup tertinggi dan max power fuel terendah. Tabel 4. Hubungan variasi multipass dengan power peaking factor aksial Multipass
Power Peaking Factor (axial)
1
3.790322998
3
1.870497134
5
1.618449119
7
1.501398939
10
1.421225217
13
1.388265671
15
1.371568745
Selanjutnya, dengan menggunakan nilai variasi yang dianggap optimum sebelumnya dilakukan variasi multipass. Dari variasi multipass terlihat bahwa untuk siklus OTTO memiliki nilai power peaking faktor tertinggi. Selanjutnya power peaking faktor akan semakin turun seiring bertambahnya multipass dan discharge burnup semakin bertambah dengan semakin bertambahnya multipass. Power peaking factor adalah rasio antara power density tertinggi dengan power density rerata. Sehingga, dari tabel hubungan variasi multipass dengan power peaking factor aksial didapatkan hasil bahwa power density rerata untuk skema pembakaran multipass secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan OTTO dan semakin banyak jumlah multipass akan membuat nilai power peaking factor semakin kecil. Dari hasil tersebut diambil kesimpulan bahwa multipass lima adalah multipass yang paling optimal karena memiliki nilai power peaking factor yang relatif kecil meskipun dengan semakin bertambah multipass power peaking factor memiliki tren menurun akan tetapi perubahannya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan multipass lima. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan diatas didapatkan kesimpulan bahwa HTR-PM 150MWth dengan loading heavy metal 9 gram/pebble, pengayaan uranium 15%, konsentrasi Th/U 15%, dengan radius 150 cm dan tinggi 660 cm serta menggunakan skenario pembakaran multipass sejumlah lima kali memiliki desain yang paling optimal. Desain ini memiliki nilai discharge burnup 140,99 MWd/kgHM, power density rerata 3,21 W/cc, power peaking factor 1,62 dan fuel residence 4304 hari. HTR-PM dengan studi optimasi awal ini perlu diteliti lebih lanjut mengenai aspek termalhidraulik dan optimasi corenya. Selanjutnya, HTR-PM dapat menjadi salah satu pertimbangan teknologi reaktor nuklir yang dapat digunakan di Indonesia baik untuk pembangkitan listrik maupun kogenerasi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada teman-teman di PTKRN-BATAN dan teman-teman di Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika atas bantuan, masukan, dan kerja sama yang telah diberikan. DAFTAR PUSTAKA 1. T.SETIADIPURA, D.IRWANTO dan ZUHAIR, “Preliminary Neutronic Design of High Burnup OTTO Cycle Pebble Bed Reactor”, Atom Indonesia, Vol. 41 No. 1, Hal. 7 – 15 (2015). 2. GIORGIO LACOTELLI, MAURO MANCINI, dan NICOLA TODESCHINI, “Generation IV nuclear reactors: Current status and future prospects”, Energi Policy 61, Hal. 1503 – 1520 (2013).
903
Studi Awal Optimasi Burnup HTR-PM ... Faisal Fuad Nursyahid, dkk
ISSN: 2355-7524
3. PLN, “Ringkasan Eksekutif: Rencana Usaha Penyedian Tenaga Listrik PT. PLN (persero) 2014-2024 ”, PLN, Jakarta (2014). 4. P.H. LIM, H.N. TRAN, H.SEKIMOTO, “Burnup performance of small-sized long-life CANDLE High Temperature Gas-Cooled Reactors with U-Th-Pa fuel”, Annals of Nuclear Energi, Hal. 36-47 (2016). 5. Z.ZANG, DKK, “The Shandong Shidao Bay 200 MWe High-Temperature Gas-Cooled Reactor Pebble-Bed Module (HTR-PM) Demonstration Power Plant: An Engineering and Technological Innovation”, Engineering, Hal. 112 – 118, China (2016). 6. P.H. LIM, H.N. TRAN, “Neutronic Feasibility Study of U-Th-Pa Based High Burnup Fuel for Pebble Bed Reactors”, Progress in Nuclear Energy, Hal. 17-23 (2015). 7. BPPT, “Outlook Energi Indonesia 2014: Pengembangan Energi untuk Mendukung Program Substitusi BBM”, BPPT, Jakarta (2014). 8. H.D GOUGAR, DKK, “Evaluation of The Initial Critical Configuration of The HTR-10 Pebble-Bed Reactor”, INL (2006). 9. ZUHAIR, SUWOTO, P.I ZAYID, “Investigasi Parameter Bahan Bakar Pebble dalam Perhitungan Teras Thorium RGTT200K”, Hal. 65-78 (2013). 10. ZOUYI ZHANG, DKK, “Current status and technical description of Chinese 2×250MWth HTR-PM demonstration plant”, Nuclear Engineering and Design, Hal 1212-1219 (2009).
904