Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
STUDI AKTIVITAS DAN ANALISIS KANDUNGAN SENYAWA ANTIOKSIDAN BATANG Jatropha multifida L. Annisa Fitria*, Suparmi, Dina Nur Upziah, Satria Lakna Widya Lestari
Program Studi Farmasi Universitas Islam Indonesia
*email:
[email protected] ABSTRAK
peroksida sebesar 39,69%. Ekstrak tersebut juga menghasilkan kadar flavonoid dan fenol tertinggi dengan nilai 121,8 µg RE/g dan 86,5 µg. Hasil kromatogram KLT-DPPH menunjukkan beberapa senyawa yang bersifat antioksidan tersebut termasuk dalam golongan fenol, flavonoid, terpenoid dan alkaloid.
Proses penyembuhan luka melibatkan berbagai mekanisme yang kompleks, salah satu diantaranya adalah inflamasi yang menstimulus pelepasan radikal bebas untuk memusnahkan mikroorganisme patogen yang sekaligus berdampak pada kerusakan sel kulit. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai suplai antioksidan untuk mengurangi kerusakan sel tersebut adalah Jatropha multifida L. yang secara tradisional getah pada batangnya digunakan untuk mengobati luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan, kadar fenol total dan kadar flavonoid total serta melakukan skrining senyawa antioksidan yang terkandung dalam ekstrak batang Jatropha multifida L. Ekstraksi dilakukan dengan secara bertahap menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol dengan metode sokhletasi. Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode penangkapan radikal bebas DPPH dan linoleat-isotiosianat, sedangkan skrining senyawa antioksidan dilakukan dengan metode KLT-DPPH. Hasil menunjukkan bahwa senyawa antioksidan paling efektif diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Hal tersebut didasarkan pada hasil pengujian terhadap ekstrak etil asetat yang menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan ekstrak n-heksan dan etanol, dengan nilai IC50 201,61 ppm dan presentase penghambatan pembentukan
Kata Kunci : Jatropha multifida antioksidan, DPPH, linoleat isotiosianat
L.,
ABSTRACT Wound healing process involves a variety of complex mechanisms, one of them is the inflammation that stimulate the release of free radicals to destroy pathogenic microorganisms which also affects the skin cell damage. One of the plants that can be used as a supply of antioxidants to reduce cell damage is Jatropha multifida L. .Latex from its stem is traditionally used to treat wounds. The purpose of this study was to determine the antioxidant activity, total phenol content and total flavonoid content and antioxidant screening compounds contained in extracts of Jatropha multifida L. stem bark. Extraction is done by gradually using the solvent n-hexane, ethyl acetate and ethanol by the sokhletation method. Test of antioxidant activity using DPPH free radical scavenging methods and linoleicisothiocyanate, while the antioxidant compound screening was conducted using TLC-DPPH. The results showed that the most effective antioxidant compounds
15
16 | Annisa Fitria
extracted using ethyl acetate solvent. Ethyl acetate extract showed the highest antioxidant activity than extracts n-hexane and ethanol, with IC50 value of 201.61 ppm and percentage inhibition of peroxide formation amounted to 39.69%. The extract also resulted in the highest levels of flavonoids and phenols with a value of 121.8 g RE / g and 86.5 g. Results chromatogram TLC-DPPH showed some antioxidant compounds that are included in phenols, flavonoids, terpenoids and alkaloids group. Key word : Jatropha multifida antioxidant, DPPH, linoleat isotiocyanat
L.,
kulit
serta
sehingga
membantu dapat
regenerasi
mempercepat
sel
proses
penyembuhan luka. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan
sekaligus
dapat
digunakan
untuk pengobatan luka adalah Jatropha multifida L. Jatropha multifida L. atau telah lama
dikenal
sebagai
tumbuhan
yang
memiliki khasiat untuk menyembuhkan luka. Aktivitas penyembuhan luka
diperantarai
oleh berbagai kandungan senyawa yang PENDAHULUAN
terdapat pada bagian-bagian pada tanaman
Peradangan merupakan bebas.
atau
salah
satu
Terjadinya
inflamasi
tersebut.
Lateks
Jatropha
diketahui
mengandung
multifida
cyclic
L.
peptide,
sumber
radikal
phenolics, dan glucosides (Kosasi, 1989; A.
inflamasi
akan
J. J. van den Berg, 1995). Batang Jatropha
menstimulus pelepasan radikal bebas untuk
multifida
memusnahkan
senyawa seperti Multifidone, Japodagrone,
mikroorganisme
patogen
L.
mengandung
sebagai salah satu mekanisme pertahanan
Multidione,
tubuh melawan infeksi, seperti halnya yang
Jatrogrossidentadione (B.Das, 2008) dan
terjadi jika terdapat luka pada jaringan kulit.
makrosiklik diterpenoid (Kanth, dkk., 2011).
Namun demikian, keberadaan radikal bebas
Batang Jatropha multifida
yang berlebihan dapat berdampak pada
memiliki
kerusakan
dapat
beberapa bakteri Gram positif (Abidoun,
memperlama proses penyembuhan luka
dkk., 2014; Fahriya, 2011; Rampadarath, S,
seperti yang terjadi pada luka kronis.
2014). Lateks Jatropha multifida L. diketahui
Peningkatan stress oksidatif diketahui dapat
dapat menghasilkan aktivitas penyembuhan
menjadi
kronis
luka dan efek hemostatik (Dewi C., 2014;
diabetik
Victorien, 2012; Syarfati, 2011). Telah
(Soneja, A., Drews, M., dan Malinski, T.,
banyak penelitian yang dilakukan terhadap
2005). Oleh karena itu dibutuhkan suplai
akar dan daun Jatropha multifida L. akan
antioksidan dari luar tubuh untuk dapat
tetapi
mencegah terjadinya kerusakan jaringan
dilakukan
seperti
sel
pemicu luka
kulit
sehingga
terjadinya
bakar
atau
luka luka
Multifolone
beberapa
aktivitas
belum
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
2009),
L.
diketahui
antibakteri
terhadap
banyak
terhadap
(B.Das,
penelitian batang
yang
tanaman
17 | Annisa Fitria
tersebut terutama pada analisis kandungan
berbeda. Pelarut yang digunakan adalah n-
fitokimia serta aktivitas antioksidannya.
heksan sebagai pelarut non polar, etil asetat
Pada
penelitian
dibuktikan
sebagai pelarut semi polar, dan etanol 96 %
bahwa terdapat hubungan yang positif
sebagai pelarut polar. Sebanyak 20 g
antara kadar tinggi flavonoid dan fenol
serbuk
dengan aktivitasnya sebagai antioksidan
menggunakan soxhlet hingga jernih dengan
(Ghasemzadeh,
dan
masing-masing pelarut sebanyak 200 mL.
Rahmat, A., 2010). Dengan kata lain,
Ekstrak yang diperoleh dari masing-masing
flavonoid dan fenol dapat dimanfaatkan
tahap ekstraksi dipekatkan menggunakan
sebagai senyawa fitokimia yang dapat
rotary evaporator. Ekstrak yang dihasilkan
diaplikasikan saat terjadi inflamasi dalam
dihitung rendemennya(26).
A,
lain,
Jaafar,
HZE,
sampel
kering
diekstraksi
tubuh guna mencegah terjadinya kerusakan sel. Oleh karena itu, diperlukan analisis
Pengujian Aktivitas Antioksidan
kandungan fitokimia senyawa antioksidan
Dibuat larutan stok uji dan standar
yang terkandung dalam batang Jatropha
(vitamin C) dengan menimbang sebanyak
multifida L., agar dapat diperoleh informasi
10 mg dari masing-masing ekstrak dan
secara
dilarutkan dengan metanol hingga 10 mL
menyeluruh
mengenai
potensi
tanaman tersebut sebagai obat luka.
(1000 ppm). Kemudian dibuat variasi kadar dari masing-masing larutan ekstrak menjadi
METODE PENELITIAN
larutan dengan konsentrasi 20, 40, 80, 160, dan 320 ppm dan lautan standar (vitamin C)
Koleksi Simplisia dan Determinasi Serbuk
L.
Diambil 2 mL dari masing-masing larutan uji
Herbal,
yang sudah dibuat, ditambah 2 mL DPPH
Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Kemudian
0,5 mM dan ditambahkan metanol hingga
dilakukn determinasi tanaman
Jatropha
tanda batas dalam labu takar 10 mL.
multifida L di Laboratorium Biologi Farmasi
Kemudian divortex dan disimpan dalam
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
inkubator pada suhu 37oC selama 30 menit.
Alam Universitas Islam Indonesia.
Blanko uji dibuat dengan mengukur 2 mL
diperoleh
Jatropha
sebesar 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm.
dari
Merapi
multifida Farma
DPPH Ekstraksi Tanaman Jatropha multifida L. Serbuk batang Jatropha multifida L. diekstraksi
dengan
cara
soxhletasi
bertingkat menggunakan tiga pelarut yang
0,5
mM,
ditambahkan
metanol
hingga tanda batas dalam labu takar 10 mL dan diperlakukan sama dengan larutan uji. Setelah 30 menit diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
pada panjang
18 | Annisa Fitria
gelombang 515,5 nm. Selanjutnya dihitung
tanda batas 10 mL. Larutan blanko dibuat
persen
dan
dengan mencampurkan pereaksi etanol p.a
dibuat persamaan linier antara konsentrasi
3 mL, 0,2 mL AlCl3 10%, 0,2 mL natrium
contoh (sumbu x) dan persen inhibisi
asetat
(sumbu
hingga tanda batas 10 mL. Didiamkan pada
inhibisi
y).
setiap
Persen
konsentrasi
inhibisi
ditentukan
dengan persamaan :
1M,
dan
ditambahkan
akuades
suhu kamar selama 30 menit dan dibaca absorbansi pada panjang gelombang 419 nm. Penentuan kadar flavonoid dalam ) ekstrak dilakukan dengan membuat larutan
(
ekstrak menjadi konsentrasi 1000 ppm, IC50 adalah konsentrasi yang dibutuhkan
dengan cara menimbang 10 mg
untuk mereduksi DPPH sebesar 50 %. IC50
masing-masing
dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear, konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan % inhibisi sebagai sumbu y, dari persamaan y = bx + a dapat dihitung nilai dari IC50 dengan menggunakan rumus : y
= bx + a
50
= bx + a
(x)IC50 = (
)
ekstrak
dan
dari
dilarutkan
dengan metanol hingga tanda batas 10 mL. Sebanyak
1
mL
ekstrak
kemudian
dipreparasi dan diukur dengan cara yang sama seperti yang dilakukan terhadap standar.
Penentuan Kadar Fenol Total Ekstrak Sebelum
dilakukan
pengukuran
kadar fenol total, dilakukan penentuan kurva Penentuan Kadar Flavonoid Total
baku standar dengan asam galat sebagai
pengukuran
senyawa standar. Ditimbang 10 mg asam
kadar fenol total, dilakukan penentuan kurva
galat kemudian dilarutkan dengan akuades
baku standar dengan asam galat sebagai
hingga 10 mL (1.000 ppm). Dibuat variasi
senyawa standar. Sebanyak 10 mg rutin
kadar menjadi 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm.
ditimbang dan dilarutkan dengan etanol p.a
Masing-masing
hingga 10 mL (1.000 ppm). Kemudian
ditambah 2,5 mL reagen Folin Ciocalteu,
dibuat variasi kadar yaitu 100, 120, 140,
2,5 mL natrium karbonat 7,5 % dan
160, dan 180 ppm. Masing-masing kadar
ditambahkan akuades hingga tanda batas
diambil 1 mL dimasukkan dalam labu 10
10 mL pada labu takar. Larutan blanko
mL. Tambahkan pereaksi etanol p.a 3 mL,
dibuat dengan mencampurkan 2,5 mL
0,2 mL AlCl3 10%, 0,2 mL natrium asetat
reagen Folin Ciocalteu, 2,5 mL natrium
1M, dan ditambahkan akuades hingga
karbonat 7,5 % dan ditambahkan akuades
Sebelum
dilakukan
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
kadar
dipipet
1
mL,
19 | Annisa Fitria
hingga tanda batas 10 mL pada labu takar.
adalah 4,1 mL asam linoleat dalam
Didiamkan pada suhu kamar selama 30
etanol 96%, 8 ml buffer fosfat 0,05 M
menit dan dibaca absorbansi pada panjang
dan
gelombang 750 nm. Penentuan kadar fenol
penambahan BHT. Setiap 24 jam
dalam ekstrak dilakukan dengan membuat
sekali selama 5 hari, diambil 100 ul
larutan ekstrak menjadi konsentrasi 1000
larutan uji dan dimasukkan ke dalam
ppm, dengan cara menimbang 10 mg dari
labu takar 10,0 ml, ditambah 100 ul
masing-masing
dilarutkan
ammonium tiosianat 30%, 9,7 ml
dengan metanol hingga tanda batas 10 mL.
etanol 75%. Tepat 3 menit setelah
Sebanyak
penambahan 100 ul FeSO4 (20 mM
ekstrak
1
mL
dan
ekstrak
kemudian
3,9
ml
akuades
dipreparasi dan diukur dengan cara yang
dalam
3,5%
sama seperti yang dilakukan terhadap
absorbansinya
standar.
gelombang 500 nm. b. Penentuan
tanpa
HCl) pada
Aktivitas
dibaca panjang
Antioksidan
Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode
Ekstrak Etil Asetat Batang Jatropha
Linoleat-Tiosianat
multifida L.
a. Pembuatan
Kontrol
Positif
dan
Blanko Uji
Larutan konsentrasi
Kontrol
uji
dibuat
0,01%,
dalam
0,025%
dan
positif
yang
0,05%. Diambil sebanyak 0,01 g,
Butil
hidroksi
0,025 g dan 0,05 g ekstrak n-
toluena (BHT) dengan konsentrasi
heksan, etil asetat, dan etanol jarak
0,01%,
cina
digunakan
yaitu
0,025%
dan
0,05%.
(Jatropha
multifida
L.).
Sebanyak 0,01 g, 0,025 g dan 0,05
Kemudian masing-masing ekstrak
g BHT ditimbang dan dilarutkan
dilarutkan dengan etanol 96% dan di
dalam labu ukur 100 ml dengan
ad dalam labu ukur 100 ml. Dipipet
etanol
sebanyak
96%,
kemudian
dipipet
4
ml
masing-masing
sebanyak 4 ml dan dimasukkan ke
larutan uji dan dimasukkan ke dalam
dalam
vial
vial
tertutup. Setelah itu
tertutup.
Setelah
itu
ditambahkan 4,1 ml asam linoleat
ditambahkan 4,1 ml asam linoleat
dalam etanol 96%, 8 ml buffer fosfat
dalam etanol 96%, 8 ml buffer fosfat
0,05
akuades.
0,05 M dan 3,9 ml akuades. Larutan
Kemudian diimasukkan ke dalam
uji kemudian dimasukkan ke dalam
oven
oven
M
dan
dengan
3,9
ml
suhu
40°C,
dan
didiamkan selama 24 jam. Blanko uji
dengan
suhu
40°C,
dan
didiamkan selama 24 jam. Setiap 24
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
20 | Annisa Fitria
jam sekali selama 5 hari, diambil 100 ul larutan uji dan dimasukkan ke
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam labu takar 10,0 ml, ditambah 100 ul ammonium tiosianat 30%, 9,7
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
ml etanol 75%. Tepat 3 menit
Batang Jatropha multifida L. dengan
setelah penambahan 100 ul FeSO4
Metode DPPH
(20 mM dalam 3,5% HCl) dibaca absorbansinya
pada
panjang
gelombang 500 nm.
Etil Asetat Batang Jatropha multifida L. dengan KLT-DPPH dilakukan
menggunakan
secara
Kromatografi
kualitatif
Lapis
Tipis
(KLT) dengan merendam lempeng silika gel 60 F254 dalam chamber yang telah dijenuhi dengan fase gerak kloroform p.a sebanyak 20 mL. Ekstrak yang telah dilarutkan dengan
pelarutnya
masing-masing
ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254 menggunakan linomat. Selanjutya dielusi, dikeringkan,
dibaca
nilai
Rf
dengan
densitometer, dan disemprot dengan AlCl3 untuk mendeteksi senyawa flavonoid, FeCl3 untuk mendeteksi fenol, Draggendorf untuk mendeteksi
alkaloid,
anisaldehid-asam
sulfat untuk mendeteksi terpenoid, dan DPPH untuk mendeteksi senyawa yang berperan sebagai antioksidan. Kemudian diamati bercaknya pada sinar UV254 nm dan UV 365 nm.
uji
yang
memiliki
aktivitas
antioksidan dapat dilihat dengan penurunan intensitas warna ungu dari DPPH. Hal
Deteksi Senyawa Antioksidan Ekstrak
Uji
Sampel
tersebut terjadi karena adanya peristiwa donor
atom
hidrogen
oleh
senyawa
antioksidan kepada radikal DPPH sehingga akan terbentuk DPPH non radikal yang lebih stabil dan ditandai dengan warna kuning. Absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimal DPPH yaitu 515,5 nm dengan
menggunakan
spektrofotometer
UV-Vis. Absorbansi yang diukur adalah absorbansi dari DPPH sisa yang tidak bereaksi
dengan
Terjadinya
senyawa
penurunan
antioksidan. absorbansi
menandakan adanya aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol batang Jatropha multifida L. yang selanjutnya dapat dihitung sebagai persen inhibisi dari masing-masing ekstrak. Persen inhibisi yang didapatkan kemudian dapat dihitung dalam persamaan kurva baku sehingga akan didapatkan nilai IC50 yang tersaji pada table 1. Berikut adalah grafik dari persen inhibisi yang dihasilkan
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
21 | Annisa Fitria
Tabel 1. Nilai IC50 Sampel Ekstrak n-heksan Ekstrak etil asetat Ekstrak etanol Vitamin C Vitamin C sebagai kontrol positif memberikan nilai IC50 paling kecil yaitu
IC50 (ppm) 1.439,99 201,61 333,28 27,24 Metode
Penghambatan
Linoleat-
isotiosianat
27,24 ppm, diikuti ekstrak etil asetat 201,61
Radikal
bebas
dapat
terbentuk
ppm, ekstrak etanol dengan nilai 333,28
melalui proses oksidasi asam lemak. Asam
ppm, dan ekstrak n-heksan dengan nilai
linoleat merupakan asam lemak tidak jenuh
1.439,99 ppm. Semakin kecil nilai IC50 maka
yang
aktivitas antioksidannya semakin baik. Dari
Radikal pada penelitian ini adalah asam
data tersebut ekstrak etil asetat memiliki
linoleat yang akan mengoksidasi ion fero
aktivitas
baik
menjadi ferri yang dengan adanya ion
dibandingkan dengan ekstrak n-heksan dan
tiosianat akan menghasilkan kompleks ferri-
ekstrak etanol.
tiosianat yang berwarna merah dan dapat
antioksidan
yang
paling
Belum terdapat penelitian mengenai uji
aktivitas
Jatropha
antioksidan
multifida
dibandingkan sebelumnya
L.,
mempunyai
dua
ikatan
rangkap.
diukur pada panjang gelombang 500 nm.
dari
batang
Setelah dilakukan uji aktivitas antioksidan
namun
apabila
dengan metode linoleat-tiosianat selama 5
penelitian
hari didapatkan hasil bahwa kontrol positif
dengan mengenai
uji
aktivitas
dan
larutan
uji
dapat
menghambat
antioksidan dari bagian tanaman yang
pembentukan peroksida akibat oksidasi
berbeda maka aktivitas antioksidan ekstrak
radikal. Aktivitas menghambat laju oksidasi
metanol buah Jatropha multifida L. (IC50
ditandai dengan menurunnya absorbansi
135,1 ppm), ekstrak metanol daun Jatropha
sampel
multifida L. (IC50 46,9 ppm) dan ekstrak n-
dibandingkan
heksan (IC50 59,2 ppm) daun Jatropha
perlakuan.
multifida L.
larutan
uji
dan
dengan
kontrol sampel
positif tanpa
lebih baik dibanding dengan
Pada grafik dan tabel 2. di atas
ekstrak n-heksan, etil asetat, maupun etanol
dapat dilihat bahwa larutan uji (ekstrak n
batang Jatropha multifida L.
heksana, etil asetat dan etanol) dengan konsentrasi 0,01%, 0,025%, dan 0,05% dan
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
kontrol positif dibandingkan dengan sampel
Batang Jatropha multifida L. dengan
tanpa
perlakuan
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
menunjukkan
22 | Annisa Fitria
penghambatan
pembentukan
peroksida
yaitu
berturut-turut
sebesar
14,60%,
yang ditandai dengan menurunnya nilai
25,24%, dan 27,01%
absorbansi.
ekstrak etil asetat dan etanol. Hasil uji
Jika
dilihat
dari
tabel
jika dibandingkan
persentase penghambatan pembentukan
aktivitas
antioksidan
peroksida pada hari kelima, ekstrak etil
memperlihatkan
asetat pada konsentrasi 0,01%, 0,025%,
konsentrasi pada ekstrak dan kontrol positif
dan 0,05% memiliki aktivitas antioksidan
dapat meningkatkan aktivitas antioksidan.
yang lebih tinggi yaitu berturut-turut sebesar
BHT
32,60%, 38,06%, dan 39,69% dibandingkan
aktivitas antioksidan paling besar. Hal ini
dengan ekstrak etanol pada konsentrasi
berhubungan dengan BHT yang merupakan
yang sama yaitu berturut -turut sebesar
antioksidan sintetis dan memiliki tingkat
32,06%, 36,97%, dan 38,06%. Ekstrak n-
kemurnian senyawa antioksidan lebih tinggi
heksana dengan konsentrasi 0,01%, 0,25%,
dari ekstrak, sehingga pada konsentrasi
dan 0,05% relatif lemah dalam menghambat
yang
pembentukan peroksida dilihat dari aktivitas
antioksidan BHT lebih besar dari ekstrak.
sebagai
tersebut
bahwa
kontrol
sama
penambahan
positif
memiliki
kandungan
senyawa
1
0.5
Grafik Hari vs Absorbansi
Absorbansi
Grafik Hari vs Absorbansi
Absorbansi
Absorbansi
antioksidan yang didapat pada hari kelima
1
0.5
0 2
3 Hari
4
5
0 1
a
Grafik Hari vs Absorbansi
0.5
0 1
1
2
3 Hari
4
5
b
Keterangan : a. Konsentrasi 0,01% b. Konsentrasi 0,025% c. Konsentrasi 0,05%
Gambar 2. Grafik hari vs absorbansi
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
1
2
3 Hari
c
juga
4
5
23 | Annisa Fitria
Tabel 2. Persen penghambatan pembentukan peroksida ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol batang Jatropha multifida L.
Hari 1. 2. 3. 4. 5.
0,01 14,20 35,85 52,35 55,33 44,20
BHT 0,025 15,62 43,90 58,51 61,09 52,25
% Penghambatan Pembentukan Peroksida N heksana Etil asetat 0,01 0,025 0,050 0,01 0,025 0,050 9,09 -7,6 -48,2 8,24 13,07 5,96 24,63 23,41 4,15 20,24 29,02 24,39 28,98 45,11 41,12 44,93 43,84 45,83 29,10 34,72 33,86 46,68 43,08 48,41 14,60 25,24 27,01 32,60 38,06 39,69
0,05 8,24 41,22 55,80 55,62 52,52
0,01 9,09 30 36,05 48,27 32,06
Etanol 0,025 1,70 20,73 31,16 43,95 36,97
0,050 7,67 15,85 30,25 42,36 38,06
Hasil Penentuan Kadar Flavonoid Total
diketahui bahwa kandungan fenol tertinggi
dan Kadar Fenol Total Ekstrak Batang
terdapat dalam ekstrak etil asetat yaitu
Jatropha multifida L.
sebesar
Hasil perhitungan penentuan kadar flavonoid dan fenol total ekstrak batang tanaman
tersebut,
kandungan
flavonoid
diketahui
bahwa
tertinggi
terdapat
dalam ekstrak etil asetat yaitu sebesar 121,8 µg RE/g ekstrak.. Sedangkan hasil perhitungan
penentuan
kadar
fenol
86,5
tersebut
µg
GAE/g
ekstrak.
berbanding
lurus
sebagai
antioksidan.
aktivitasnya
Hal
dengan Hasil
tersebut disajikan pada tabel 3. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa pelarut etil asetat memiliki efektivitas yang paling tinggi jika dibandingkan dengan n-heksan maupun etanol.
Tabel 3. Kadar flavonoid dan fenol total ekstrak batang Jatropha multifida L. Ekstrak N-heksan Etil asetat Etanol Hasil
Deteksi
Kadar (µg RE/g ekstrak) 77,13 121,8 19,8 Senyawa
Antioksidan
Kadar (µg GAE/g ekstrak) 25,7 86,5 29,8
yang mengalami perubahan warna menjadi
Ekstrak Etil Asetat Batang Jatropha
hitam.
Pada
ekstrak
etil
asetat
juga
multifida L. dengan KLT-DPPH
mengandung flavonoid yang terlihat dari
Hasil KLT ekstrak etil asetat batang
spot nomor 1 dan 9 yang mengalami
Jatropha multifida L. menunjukkan ada 11
perubahan warna menjadi kuning. Hal ini
spot. Pada identifikasi menggunakan FeCl3
menunjukkan bahwa senyawa fenol yang
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat
terkandung di dalam ekstrak etil asetat
mengandung fenol terlihat dari spot nomor 1
batang Jatropha multifida L. pada nomor 1
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
24 | Annisa Fitria
adalah flavonoid, sedangkan pada nomor 9
coklat.
adalah tanin. Selain itu ekstrak etil asetat
berperan sebagai antioksidan adalah fenol,
juga mengandung terpenoid yang terlihat
flavonoid, terpenoid, dan alkaloid terlihat
dari spot nomor 4 dan 7 yang mengalami
dari spot 1, 3, 4, dan 10 yang berubah
perubahan warna menjadi ungu. Ekstrak etil
warna menjadi kuning setelah disemprot
asetat juga mengandung alkaloid yang
dengan
terlihat dari spot nomor 2 dan 10 yang
kromatogram diperlihatkan pada tabel 4.
mengalami
perubahan
warna
Pada ekstrak etil asetat
DPPH.
Pembacaan
yang
spot
menjadi
Tabel 4. Hasil uji KLT ekstrak etil asetat batang Jatropha multifida L.
Pereaksi Semprot Bercak
hRf
UV 366
Senyawa
1
5
berpendar
kuning
Hitam
kuning
Anisaldehid asam sulfat -
2 3 4
8 15 24
berpendar berpendar berpendar
kuning kuning
-
-
ungu
coklat -
5 6 7 8 9 10
32 43 47 50 62 78
berpendar berpendar berpendar berpendar berpendar berpendar
kuning
-
kuning -
ungu -
coklat
11
93
berpendar
-
-
-
-
-
DPPH
FeCl3
AlCl3
KESIMPULAN
dengan
nilai
Dragendorff -
IC50
201,61
antioksidan, fenol, flavonoid alkaloid antioksidan antioksidan terpenoid terpenoid flavonoid antioksidan, alkaloid -
ppm
dan
presentase penghambatan pembentukan Hasil menunjukkan bahwa senyawa antioksidan
paling
menggunakan
efektif
fenol tertinggi dengan nilai 121,8 µg RE/g
tersebut didasarkan pada hasil pengujian
dan 86,5 µg. Hasil kromatogram KLT-DPPH
terhadap
menunjukkan
ekstrak
menunjukkan
etil
bahwa
aktivitas
etil
asetat.
juga menghasilkan kadar flavonoid dan
Hal
memiliki
pelarut
diekstraksi
peroksida sebesar 39,69%. Ekstrak tersebut
asetat
yang
beberapa
tersebut
bersifat
antioksidan
tertinggi
dalam golongan fenol, flavonoid, terpenoid dan alkaloid.
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
tersebut
yang
ekstrak
dibandingkan ekstrak n-heksan dan etanol,
antioksidan
senyawa
termasuk
25 | Annisa Fitria
DAFTAR PUSTAKA
Alba-Loureiro, T.C., Hirabara, S.M., Mendonca, J.R., Curi, R., Pithon-Curi, T.C. (2006). Diabetes Causes Marked Changes in Function and Metabolism of Rat Neutrophils. J.Endocrinol. 188, 295-303. Beer, H.D., Longaker, M.T., Werner, S. (1997). Reduced Expression of PDGF and PDGF Receptors During Impaired Wound Healing. J. Invest. Dermatol. 109, 132-138.Das, B. (2008). Diterpenoids from Jatropha multifida. Phytochemistry, 69, 2639. Brem, H., Jacobs, T., Vileikyte, L.,, Weidenber, S., Gibber, M., Gill, K., Tarnovskaya, A., Entero, H., Boulton, A.J. (2003). Wound Healing Protocols For Diabetic Foot and Pressure Ulcers. Surg. Technol. Int. 11, 85-92. Das, B., Laxminarayana, K., Krishnaiah, M., Srinivas, Y., Raju, T. V. (2009). Multidone: A Novel Diterpenoid From Jatropha multifida. Tetrahedron Lett., 50, 4885-7. Das, B., Ravikanth, B., Laxminarayana, K., Ramarao, B., Raju, T. V. (2009). New Macrocyclic Diterpenoids From Jatropha multifida. Chem. Pharm. Bull., 57, 318-20. Das, B., Ravikanth B., Reddy, K.R., Thirupathi, P., Raju, T. V., Sridhar, B. (2008). Diterpenoids from Jatropha multifida. Phytochemistry, 69, 263941. Das, B., Reddy, K.R., Ravikanth, B., Raju, T.V., Sridhar, B., Khan, P. U., Rao, J.V. (2009). Mulfidone: A Novel Cytotoxic Lathyrane-type Diterpene Having An Unusual Six-Membered A Ring From Jatropha multifida. Bioorg. Med. Chem. Lett., 19, 77-9. Dewi, C. (2014) Perbedaan Efek Perawatan Luka dengan Menggunakan Getah Pohon Yodium dibandingkan dengan Menggunakan Povidon Iodine 10 % dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Bersih pada Marmut (Cavia porcellus). Jurnal Wiyata, 1, 235-246.
Fahriya, P.S., Shofi, M.S. (2011). Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium (Jatropha multifida Linn) sebagai Bahan Baku Alternatif Antibiotik Alami. Laporan Penelitian. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Falodun, A., Imieje, V., Erharuvi, O., Joy, A., Langer, P., Jacob, M., Khan, S., Abaldry, M., Hamann, M. (2014). Isolation Of Antileishmanial, Antimalarial, And Antimicrobial Metabolism From Jatropha multifida, Asian Pac J Trop Biomed, 4, 374-378. Frank, S., Hubner, G., Breirer, G., Longaker, M.T., Greenhalgh, D.G., Werner, S. (1995). Regulation of Vascular Endothelial Growth Factor Expression In Cultured Keratinocytes. Implication for Normal and Impaired Wound Healing. J. Biol Chem. 270, 12607-13. Ghasemzadeh, A, Jaafar, HZE, Rahmat, A. Antioxidant activities, total Phenolics and flavonoids content in two varieties of Malaysia Young Ginger ( Zingiber officinale Roscoe). Molecules. 2010;15:4324-4333 Kanth, B. S., Kumar, A.S., Shinde, D.B., Babu, K.H., Raju, T.V., Kumar, C.G., Sujitha, P., Das, B. (2011). New bioactive macrocyclic diterpenoids from Jatropha multifida. Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters. 21, 6808-10. Kosasi, S., van der Sluis, W.G., Boelens, R., Hart, L.A., Labadie, R.P. (1989). Labaditin, a novel cyclic decapeptide from the latex of Jatropha multifida L. (Euphorbiaceae), FEBS LETTERS. 256, 91-6. Nwokocha, A.B., Agbagwa, I.O., Okoli, B.E. (2011). Comparative Phytochemical Screening of Jatropha L. Spesies in the Niger Delta. Research Journal of Phytochemistry. 5, 107-14. Rampadarath, S., Puchooa, D., Sanmukhiya, V.M.R. (2014). Antimicrobial, phytochemical and larvicidal properties of Jatropha
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
26 | Annisa Fitria
multifida Linn. Asian Pac J Trop Med. 7, 380-3. Sabandar, C.W., Ahmat, N., Jafar, M.F., Sahidin, I. (2013) Medical Property, Phytochemistry and Pharmacology of Several Jatropha Species (Euphorbiaceae): A Review. Phytochemistry. 85, 7. Soneja, A., Drews, M., Malinski, T. (2005). Role of nitric oxide, nitroxidative and oxidative stress in wound healing. Pharmacol. Rep, 57, 108-119.. Syarfati, Eriani, K., Damhoeri, A. (2011). The Potential of Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Secretion In Healing New-Wounded Mice. Jurnal Natural. 11, 16-9.
Van den berg, A.J.J., Horsten, S.F.A.J., Kettenes-Van Den Bosch, J.J., Kroes, B.H., and Labadie, R.P. (1995). Multifidin A Cyanoglucoside in The Latex of Jatropha multifida. Phytochemistry, 40, 597-598. Victorien, D.T., Robert, K.J., Jacques, D.T., Julien S., Jean-Marc, A., Aleodjodro E.P., Olufunke S., Ferdinand D., Carlos D., Frederic L., Karim, D. (2012). Hemostatic Activity Screening and Skin Toxicity of Sap of Jatropha multifida L., (Euphorbiaceae) Used in Traditional Medicine (Benin). Asian Pasific Journal of Tropical Disease. 2, 927-32.
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 12 No. 2 Tahun 2016