BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (ANATOMI TUMBUHAN) Penyusun : EVIKA SANDI SAVITRI, MP RURI SITI RESMISARI, M.Si SHINTA, M.Si
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016
2
TATA TERTIB 1. Mahasiswa harus bon/ijin alat dan bahan sebelum praktikum (sesuai dengan peraturan laboraturium) 2. Mahasiswa harus datang 5 menit sebelum praktikum untuk menyiapkan alat dan bahan yang telah disetujui 3. Di dalam ruang praktikum (laboratorium) mahasiswa harus memakai jas praktikum (jas laboraturium) 4. Setiap kali praktikum mahasiswa harus membawa perlengkapan seperti silet baru, lap/tissue ( untuk gelas benda dan gelas penutup), pensil 2B atau HB, penghapus, mistar, bolpoin dan buku praktikum 5. Mahasiswa tidak diperbolehkan membawa laporan praktikum dari offering lain atau angkatan sebelumnya di ruang praktikum 6. Mahasiswa harus mengikuti seluruh kegiatan praktikum, jika tidak dapat hadir atau mengikuti seluruh kegiatan praktikum pada hari itu harus memberitahu dengan surat dan memberikan keterangan atas ketidakhadiran 7. Sebelum dan/atau sesudah praktikum akan diadakan tes dan nilainya akan diperhitungkan untuk kesimpulan nilai akhir 8. Bahan praktikum yang disediakan oleh mahasiswa harus tersedia pada waktu praktikum, jika tidak ada bahan praktikum dianggap selesai 9. Berhubung padatnya jadwal dan pengguna mikroskop tidak ada praktikum susulan 10. Semua yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian
3
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUAT DAN MENGAMATI PREPARAT Peralatan yang harus selalu disediakan setiap kali melaksanakan praktikum dan dikembalikan dalam keadaan bersih. Adapun alat-alat tersebut adalah : 1. Kobokan, diperlukan untuk tempat air bersih yang akan digunakan untuk medium preparat 2. Pipet tes, pendek dan panjang diperlukan untuk mengambil air atau reagensia yang diperlukan, perlu diingat setiap reagen harus disediakan satu pipet tersendiri supaya reagen tidak saling tercampur 3. Kuas kecil, digunakan untuk mengambil preparat atau air. Ingat kuas tidak boleh untuk mengambil reagen 4. Jarum preparat, untuk mengambil preparat seperti serbuk sari, spora dan sebagainya 5. Pinset, ada dua jenis pinset yaitu yang berujung tumpul dan runcing. Pinset dengan ujung tumpul nuntuk memegang gelas benda pada waktu pemanasan, sedang yang berujung runcing untuk mengambil sayatan epidermis yang akan dijadikan preparat 6. Alat pemotong, ada dua macam yang dapat digunakan, yaitu pisau cukur dan silet. Keduanya dapat digunakan untuk mengiris preparat dengan ketebalan yang memadai untuk pengamatan mikroskopik 7. Gelas arloji, alat ini digunakan untuk menampung preparat yang akan dipilih sesuai dengan ketebalannya. 8. Alat pembantu untuk memegang bahan yang akan dibuat preparat yaitu empulur ketela pohon yang dikeringkan 9. Gelas benda dan gelas penutup, keduanya selalu dipakai berpasangan, gelas benda lebih lebih tebal dan besar mempunyai ukuran standar 25 x 75 mm (1x 3 inchi), sedangkan gelas penutup tipis dan lebih kecil, ukurannya bermacam-macam : 22x22 mm, 22x40 mm atau berbentuk lingkaran dengan diameter 18 mm atau 22 mm 10. Kertas penghisap, digunakan potongan kertas saring atau kertas merang untuk mengisap cairan dari gelas benda dan membersihkan sisa medium yang berasal di luar gelas penutup 11. Lap flanel untuk membersihkan tubuh tubuh mikroskop 12. Lap biasa untuk mengeringkan gelas benda dan gelas penutup 13. Kertas lensa untuk mengeringkan gelas benda dan gelas penutup 14. Alat pokok yang digunakan dalam pengamatan preparat adalah mikroskop
4
I. SEL A. TUJUAN 1. Mengamati bentuk-bentuk sel dan komponen-komponen sel seperti dinding sel dan lumen sel. 2. Mengamati isi sel terutama komponen protoplasmic seperti inti, kloroplas dan plastida lain, aliran sitoplasma. 3. Mengamati komponan non-protoplasmik penyusun sel antara lain vakuola dan isinya, benda-benda ergastik misal macam-macam bentuk kristal kalsium oksalat, butir amilum, lendir, minyak, butir aleuron. 4. Membedakan sel hidup dan sel mati. B. WAKTU 1 kali pertemuan. C. TINJAUAN TEORI Sel merupakan unit dasr umum dari struktur organic. Se tumbuhan diartikan sebagai suatu kehidupan kecil yang mempunyai batas nyata atau dinding sel, di dalamnya terjadi reaksi-reaksi kimia yang rumit (Pandey, 1980). Sel juga dikatakan sebagai kesatuan struktur fisiologi yang terkecil dari organisme hidup. Pada dasarnya sel tumbuhan terdiri dari protoplas yang dikelilingi dinding sel. Biasanya dinding sel dianggap bagian mati sedangkan protoplas adalah bagian hidup dari sel. Protoplas terdiri dari komponen protoplasmik dan non-protoplasmik. Komponen protoplasmic ada yang bersifat cair yaitu sitoplasma. Sitoplasma merupakan substansi setengah cair lebih pekat (viscous) dari air dan bening (tembus cahaya; translucent) sehingga sukar dilihat oleh mata meskipun telah menggunakan mikroskop. Untuk melihat adanya sitoplasma dapat digunakan sebagai indikator adalah aliran plasma pada sel hidup. Aliran plasma dalam sitoplasma memenuhi ruang sel hidup dan di dalamnya terdapat organel serta vakuola. Bagian lain (organel) yang terdapat di dalam sitoplasma dan dapat terlihat dengan mikroskop majemuk (cahaya) diantaranya inti sel, kloroplas, leukoplas, kromoplas. Bagian lain seperti reticulum endoplasma, mitokondria, diktiosom, ribosom, sterosom sukar dilihat dengan mikroskop majemuk biasa. Dengan mikroskop majemuk (cahaya), komponen non protoplasmic yang dapat dilihat adalah vakuola dan kadang-kadang juga zat warna. Di dalam cairan vakuola bisa terlarut berbagai zat seperti gula, berbagai garam, protein, alkaloid, zat penyamak dan zat warna. Zat ergastik lain tang bersifat padat dan dapat terlihat antara lain butir aleuron, butir amilum yang juga bermacam-macam bentuknya ( Gambar 1.1 ) dan kristal kalsium oksalat dengan beberapa bentuik. Dengan menggunakan reagen tertentu dapat dilihat benda ergastik yang lain seperti lender, tetes minyak, tannin, dsb.
5
Gambar 1.1 Macam Butir Amilum Berdasarkan Banyaknya Hilum : 1. Setengah majemuk 2. Majemuk 3. Tunggal
Gambar 1.2. Beberapa Macam Kristal Kalsium Oksalat Berdasar Bentuk
D. ALAT DAN BAHAN 1. 2. 3. 4.
Mikroskop majemuk (cahaya) Gelas benda dan penutup Kuas Pinset kecil
6
5. Jarum preparat 6. Pipet tetes 7. Silet 8. Empulur ketela pohon 9. Umbi Solanum tuberosum 10. Ubi kayu (Manihot utilissima) 11. Akar pena Daucus carota (wortel) 12. Batang Amaranthus sp. (bayam) 13. Daun Kaktus (Opuntia sp) E. KEGIATAN PRAKTIKUM 1. Buatlah irisan melintang empulur ketela pohon setipis mungkin letakkan pada gelas benda bersih yang telah ditetesi air kemudian ditutup dengan gelas penutup. Preparat ini disebut dengan preparat segaar atau preparat basah. Amatilah di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, jika kurang besar pergunakan perbesaran 10 x 45. Buatlah gambarnya. Tunjukkan dinding sel dan ruang selnya. 2. Buatlah preparat kerokan dengan menggunakan silet atau preparat tusukan dengan menggunakan jarum preparat, pada bagian dalam umbi kentang (Solanum tuberosum) dalam air. Amati dengan mikroskop, perhatikan butirbutir amilum dengan berbagai letak dan jumlah hilum, amati lamelannya! Gambar butir-butir amilumnya! 3. Buatlah preparat kerokan (dengan silet) bagian dalam ubi kayu/singkong (Manihot utillisima) dalam air. Amati dibawah mikroskop. Gambarlah butirbutir amilum yang tampak, perhatikan bentuk, letak hilum dan jumlah hilum setiap butir amilum!
4. Buatlah preparat irisan melintang akar pena wortel dalam air. Amatilah bagian-bagian sel yang tampak. Perhatikan adanya kromoplas, warna dan bentuknya. Kromoplas terdapat dalam bagian mana dari sel? 5. Buatlah irisan melintang batang bayam (Amaranthus spinosus) setipis mungkin letakkan pada gelas benda bersih yang telah ditetesi air kemudian ditutup dengan gelas penutup. Amatilah di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, jika kurang besar pergunakan perbesaran 10 x 45. Buatlah gambarnya. Tunjukkan adanya kristal-kristal pasir!
6. Buatlah irisan melintang daun kaktus (Opuntia) setipis mungkin letakkan pada gelas benda bersih yang telah ditetesi air kemudian ditutup dengan gelas penutup. Amatilah di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, jika kurang besar pergunakan perbesaran 10 x 45. Buatlah gambarnya. Tunjukkan adanya kristal-kristal drus!
7
II. EPIDERMIS DAN DERIVATNYA A. TUJUAN 1. Mengamati penampang melintang dan membujur bentuk sel penyusun epidermis. 2. Mengamaati macam-macam bentuk sel penutup stomata berdasarkan penampang membujurnya. 3. Mengamati berbagai tipe stomata pada daun. 4. Mengamati berbagi macam bentuk trikomata. 5. Mengamati derivate epidermis yang lain selain stomata dan trikomata misalnya; sel-sel silica, sel-sel kipas dan litosit serta sel gabus. B. WAKTU 1 Kali pertemuan C.
TINJAUAN TEORI Pada dasarnya sel-sel dengan.struktur khusus yang berfungsi sebagai jaringan pelindung adalah sel-sel epidermis beserta derivatnya. Jaringan pelindung berperan untuk mencegah air, kerusakan mekanis, melindungi perubahan suhu yang ekstrim, dan menjaga kehilangan zat-zat makanan dari tumbuhan. Sel-sel epidermis beserta derivatnya terletak pada seluruh bagian tubuh tumbuhan paling luar, sehingga membentuk suatu sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit. Jaringan kulit terdiri dari epidermis, stomata, trikomata, litosis, sel-sel kipas, sel-sel silika, dll Epidermis merupakan perkembangan dar dermatogen, dengan demikian jaringan epidermis merupakan jaringan primer. Sel-sel epidermis biasanya terdiri atas satu lapis sel (epidermis ganda, multiple epidermis), misalnya akar tumbuhan yang termasuk suku Orchidacaae, daun dari marga Ficus dan masih banyak yang lainnya. Permukaan luar epidermis biasanya mempunyai lapisan kutikula. Lapisan ini berguna untuk menahan penguapan air, serta menambah kekuatan. Sesuai dengan Pandey (1980), epidermis mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk melindungi kerusakan mekanis pada jaringan lunak yang berada disebelah dalam jaringan epidermis, mencegah penguapan air yang berlebihan dari jaringan dalam, dapat sebagai tempat menyimpan air pada beberapa tumbuhan xerofit, beberapa sel epidermis dapat berkembang menjadi jaringan sekretorik dan jaringan nectar, stomata pada batang dan daun buku penyerap pada akar Stomata (jamak:stomata)adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup. Stomata terdapat diantara sel-sel epidermis suatu tumbuhan. Sel penutup mempunyai bentuk seperti ginjal atau halter. Sel yang berbatasan langsung dengan sel penutup disebut sel tetangga. Stomata dapat ditemukan pada seluruh tubuh tumbuhan yang berwarna hijau kecuali pada akar. Fungsi stomata sebagai pengatur penguapan, pengatur masuknya gas O2 ke udara selama fotosintesis berlangsung dan arah sebaliknya pada waktu respirasi berlangsung. Trikoma (jamak : trikomata) juga merupakan salah satu derivate epidermis yang nampak menojol dan mempunyai bentuk khusus. Trikomata dapat berupa sebuahsel sederhana atau terdiri atas beberapa sel, dapat berupa satu deretan sel atau beberapa deretan sel atau beberapa deret. Trikoma pada batang dan daun umumnya untuk mengurangi penguapan atau menghasilkan zat-zat tertentu. Trikomata pada
8
akar disebut bulu akar. Berdasar pada ada tidaknya fungsi sekresi, trikomata dapat dibedakan menjadi trikoma glandular, jika salah satu mempunyai fungsi sekresi (rambut penutup), jika tidak ada sel penyusunnya yang berfungsi untuk sekresi. Berdasr hasil pengamatan didapatkan beberapa ragam bentuk trikomata, misalnya berbentuk sisik, bercabang, berbentuk bintang, berupa satu sel berbentuk T, dll Selain stomata dan trikoma dikenal derivate epidermis lainnya yang disebut sel kipas pada epidermis daun suku Graminae (rumput-rumputan) yang berfungsi untuk menggulung daun sehingga mengurangi penguapan. Sel silika dan gabus diduga sebagai penguat, misalnya pada epidermis batang tebu.
D.
ALAT DAN BAHAN
1. Mikroskop cahaya 2. Gelas benda dan penutup 3. kuas 4. Pinset kecil 5. Jarum preparat 6. Pipet tetes 7. Silet 8. Kobokan 9. Lap 10. Air 11. Daun Rhodeoscalar 12. Preparat awetan Zea mays (jagung) 13. Daun Canna indica 14. Daun Terong (Solanum melongena) 15. Daun Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) 16. Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) 17. Preparat aweten irisan melintang daun Ficus elastica (ki karet) E. KEGIATAN PRAKTIKUM 1. Ambil preparat awetan irisan melintang daun Cymbopogon nordus (sere) atau oryza sativa (padi) amati di bawah mikroskop. Carilah epidermis atas atau bawah dengan perbesaran 10 x 10, jika kurang besar perunakan perbesaran 10 x 45, kemudian gambarlah dan beri keterangan. Dapatkah anda menunjukkan stomata? 2. Ambil preparat awetan irisan melintang daun Ficus elastica dan amati di bawah mikroskop. Perhatikan litosit dan sistolit dengan menggunakan perbesaran 10 x 10, jika kurang jelas maka pergunakan perbesaran 10 x 45. perhatikan lapisan 1-4 mulai dari luar! Apakah mempunyai bentuk dan ukuran yang sama? Pada lapisan sel itu ada satu sampai beberapa sel yang mempunyai ukuran lebih besar dari yang lain dan di dalamnya ada bentukan seperti sarang labah. Gambarlah terutama lapisan sel 1-4 tersebut. Sel yang lebih besar tadi dinamakan litosit dan bentukan seperti sarang lebah itu dinamakan sistolit, gambar juga litosit dan sistolit !
9
3. Ambil daun Rhodeoscalar, buatlah preparat sayatan daun seperti kegiatan 2. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Perhatikan stomata dan trikomatanya. Gambarlah bagaimana bentuk sel penutupnya! Jika kurang jelas maka pergunakan perbesaran 10 x 45. Gambarlah dan beri keterangan! 4. Ambil daun Canna indica (bunga kana), buatlah preparat sayatan daun seperti kegiatan 2. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Perhatikan stomata dan trikomatanya. Gambarlah bagaimana bentuk sel penutupnya! Jika kurang jelas maka pergunakan perbesaran 10 x 45. Gambarlah dan beri keterangan! 5. Ambil daun Solanum melongena (terong),, buatlah preparat sayatan daun seperti kegiatan 2. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Perhatikan stomata dan trikomatanya. Gambarlah bagaimana bentuk sel penutupnya! Jika kurang jelas maka pergunakan perbesaran 10 x 45. Gambarlah dan beri keterangan!
6. Ambil daun Hibiscus rosasinensis (bunga sepatu), buatlah preparat sayatan daun seperti kegiatan 2. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Perhatikan stomata dan trikomatanya. Gambarlah bagaimana bentuk sel penutupnya! Jika kurang jelas maka pergunakan perbesaran 10 x 45. Gambarlah dan beri keterangan! 7. Ambil daun Hibiscus tiliaceuss (waru),, buatlah preparat sayatan daun seperti kegiatan 2. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Perhatikan adanya trikomata!. Gambarlah bagaimana bentuk trikomata! Jika kurang jelas maka pergunakan perbesaran 10 x 45. Gambarlah dan beri keterangan!
10
III. PARENKIM
A. TUJUAN 1. Mengamati dan menggambar berbagai macam bentuk jaringan parenkim menurut bentuk dan fungsinya. 2. Mengidentifikasikan zat penyusun penebalan dinding sel parenkim 3. Mengamati letak parenkim pada organ tumbuhan B. WAKTU 1 Kali pertemuan C. TINJAUAN TEORI Parenkim merupakan bagian utam sistem jaringan dasar dan terdapat pula pada berbagai organ sebagai jaringan yang bersinambungan seperti pada korteks dan empulur batang, korteks akar, jaringan dasar pada tangkai daun, mesofil daun, bagian buah yang berdaging, serta juga terdapat floem dan xylem. Pada tubuh primer, parenkim berkembang dari meristem dasar. Disamping itu ada pula parenkim yang menjadi bagian dari jaringan pembuluh dan berkembang dan berkembang dari prokambium, pada tubuh sekunder parenkim berkembang dari kambium pembuluh serta kambium gabus (felogen) Parenkim terdiri dari sel hidup yang bermacam-macam bentuk sesuai dengan fungsinya yang berbeda-beda pula. Parenkim umumnya berupa jaringan yang selnya tidak banyak menunjukkan spesialisasi dan dapat terlibat dalam berbagai fungsi fisiologi tumbuhan. Karena merupakan sel hidup, sel parenkim dapat membelah meskipun telah membelah meskipun telah dewasa sehingga dapat berfungsi sebagai jaringan meristematik. Sebab itu, sel parenkim berperan penting dalam penyembuhan luka regenerasi. Banyak sel parenkim bersegi banyak dan garis tengahnya dalam berbagai arah bidang hampir sama (isodiametris). Akan tetapi ada juga bentuk-bentuk lain; prismatis memanjang, bentuk tidak teratur, bercabang-cabang berbentuk bnintang (aktinenkim), dindingnya berlekuk-lekuk (parenkim lipatan). Dinding sel parenkim biasanya berdinding tipis, bervakuola besar dengan protoplas hidup. Kadang-kadang dijumpai ruang antar sel, bahkan pada organ tertentu ruang antar antar selnya sangat luas sehingga dapat diisi udara dan menyebabkan organ menjadi ringan misal pada alat pengapung tumbuhan hidrofit. Pada biji tertentu, misalnya parenkim endosperm kurma dan kopi, penebalan dinding selnya sangat tebal karena dinding sel digunakan sebagai simpanan cadangan makanan untuk embrio pada waktu berkecambah. Parenkim dalam empulur atau jaringan kayu sering mengalami penebalan sekunder yang tersusun atas zat lignin sehingga sukar dibedakan dengan sklereida. Isi sel parenkim tergantung pada aktivitas selnya, selain dapat berisi kloroplas mungkin juga berisi kristal, tanin, minyak dan hasil sekresi lainnya, amilum dan aleuron. Pada beberapa tempat tertentu sel parenkim mengandung kloroplas sehingga dapat berasimilasi, parenkim yang demikian itu disebut kolenkim. Pada daun dijumpai klorenkim yang selnya memanjang ke arah radial dan tersusun rapat seperti pagar maka dinamai jaringan tiang (parenkim palisade). Di samping itu ada parenkim
11
yang membentuk ruang antar sel kecil-kecil sehingga seperti sponsa dinamakan jaringan batu karang. Perenkim ada yang mempunyai ruang antar sel luas dan berfungsi untuk menyimpan udara disebut aerenkim. Sel penyusun aerenkim ada yang berbentuk seperti bintang dan ada yang isodiametris. Pada beberapa tumbuhan ada sel penyusun parenkim yang dinding selnya berlekukuk-lekuk dan dinamakan parenkim lipatan. Parenkim ada yang berfungsi menyimpan cadangan makanan seperti tepung, lemak (minyak), dan aleuron, parenkim ini disebut parenkim panimbun. Gambar tipe parenkim dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1
Tipe-tipe parenkim A. Parenkim udara dengan sel penyusun bercabang seperti bintang dengan ruang antar sel besar. B. Parenkim udara dengan dengan sel penyusun yang isodiametris. C. Parenkim dengan butir-butir tepung. D. Parenkim pada endosperm yang dindingnya sangat tebal, terlihat adanya plasmodesmata yang menghubungkan lumen E. Parenkim palisade F. Parenkim bunga karang G. Parenkim lipatan.
12
D. ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop majemuk 2. Gelas benda dan penutup 3. Kuas 4. Pinset kecil 5. Jarum preparat 6. Pipet tetes 7. Jarum preparat 8. Kobokan 9. Lap 10. Kertas hisap 11. Empulur ketela pohon 12. Tangkai daun bunga Kana (Canna indica) 13. Tangkai enceng gondok (Eichornia crassipes) 14. Daun Kaktus (Opuntia) 15. Daun Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) 13. Kulit buah Pisang ( Musa paradisiaca) 14. Kacang tanah (Arachis hypogae) / kacang-kacangan 15. Preparat awetan irisan melintang daun.
F. KEGIATAN PRAKTIKUM 1. Siapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya. Buatlah preparat irisan melintang tangkai daun Kana, letakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan tutup dengan gelas penutup. Amati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam. Bedasar bentuknya termasuk parenkim apa? Dari fungsinya disebut parenkim apa? Gambarlah bentuk parenkimnya! 2. Siapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya. Buatlah preparat irisan melintang tangkai daun enceng gondok (Eichornia crassipes), letakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan tutup dengan gelas penutup. Amati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam. Bedasar bentuknya termasuk parenkim apa? Dari fungsinya disebut parenkim apa? Gambarlah bentuk parenkimnya! 3. Siapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya. Buatlah preparat irisan melintang tangkai daun Kaktus, letakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan tutup dengan gelas penutup. Amati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam. Bedasar bentuknya termasuk parenkim apa? Dari fungsinya disebut parenkim apa? Gambarlah bentuk parenkimnya!
4. Siapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya. Buatlah preparat irisan melintang daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), letakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan tutup dengan gelas penutup. Amati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam. Bedasar bentuknya termasuk
13
parenkim apa? Dari fungsinya disebut parenkim apa? Gambarlah bentuk parenkimnya! 5. Siapkan gelas benda yang ditetesi air, keroklah bagian dalam kulit pisang (yang berwarna putih) yang belum terlalu masak (masih tebal) dengan jarum preparat, kemudian letakkan pada gelas benda tersebut. Amati di bawah mikroskop, perhatikan bentuk sel yang nampak serta susunannya 6. Siapkan kaca benda bersih yang ditetesi air diatasnya. Buatlah preparat irisan melintang biji kacang tanah / kacang-kacangan, letakkan pada tetesan air di atas gelas obyek dan tutup dengan gelas penutup. Amati sel-sel penyusun jaringan yang letaknya paling dalam. Bedasar bentuknya termasuk parenkim apa? Dari fungsinya disebut parenkim apa? Gambarlah bentuk parenkimnya!
7. Ambilah preparat awetan melintang penampang melintang daun. Amati di bawah mikroskop jaringan yang berbentuk pagar dan di bawahnya. Gambarlah serta beri nama parenkim yang ditemukan berdasar bentuknya!
14
IV. JARINGAN PENGUAT A. TUJUAN 1. Mengenal jaringan penguat pada tumbuhan 2. Mengamati letak jaringan penguat pada tumbuhan 3. Mengamati penampang melintang dan membujur sel-sel penyusun jaringan kolenkim 4. Mengamati penampang melintang dan membujur sel-sel penyusun jaringan sklerenkim 5. Membedakn kolenkim dan skleenkim 6. menjelaskan macam-macam struktur, fungsi, serta letak jaringan kolenkim dan sklerenkim dalam tubuh tumbuhan B. WAKTU 1 Kali pertemuan C. TINJAUAN TEORI Jaringan khusus yang bertugas memberikan pengokohan atau kekeuatan pada tubuh tumbuhan tinggi dinamakan mekanik atau penguat. Jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas kolenkim yang umumnya memberikan pengokohan pada bagian tumbuhan yang masih muda dan sklerenkim pada tumbuhan muda atau tua. 1. Jaringan Kolenkim Kolenkim terbentuk oleh sejumlah sel memanjang menurut sumbu panjang organ tumbuhan dari sel-sel memanjang serupa prokambium terbentuk pada awal differensiasi jaringan dasar. Sel-sel kolenkim merupakan sel hidup, bentuknya memanjang, dan pada umumnya memilki dinding yang tidak merata penebalannya. Ujung-ujung selnya mungkin siku, serong atau meruncing. Dinding kolenkim hanya memiliki dinding primer yang mengandung selulose, hemiselulose, pektin, dan air dengan kadar air tinggi. Dinding sel umunya tak mengandung zat kayu dan memanjang organ dan dapat merenggang secara permanen bersama dengan pertumbuhan organ tempatnya berada. Sel-sel kolenkim dapat mengandung kloroplas sehingga mampu melakukan proses fotosintesis, dan dapat mengandung tanin. Jaringan ini berfungsi sebagai penguat pada organ muda dan tua (terutama pada tumbuhan lunak). Jaringan kolenkim umumnya terdapat di daerah perifer, misalnya langsung berada di sebelah dalam epidermis atau di daerah korteks yang dipisahkan dari epidermis oleh beberapa lapis parenkim. Bila epidermis langsung berbatasan dengan kolenkim, dinding selnya akan menebal seperti kolenkim itu. Klenkim ada yang membentuk lingkaran tertutup pada batang atau berkelompokkelompok, terutama pada rigi-rigi tangakai daun atau batang, misalnya pada tangkai daun seledri (Apium graveolens). Jaringan penguat ini terdapat dihampir semua bagian tumbuhan (batang, daun, bagian-bagian bunga, buah), sedangkan pada akar terutama pada akar ayang terkena cahaya matahari. Sebaran jaringan kolenkim dapat dilihat pada Gambar 4.1.
15
Gambar 4.1. Bagan sayatan melintang yang memperlihatkan penyebaran kolenkim dan jaringan pembuluh pada beberapa bagian tanaman
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Sel dapat berupa prisma atau bisa pula panjang seerti serat dengan ujung meruncing, namun antara kedua bentuk tersebut terdapat bentuk peralihan. Menurut penebalan dindingnya ada beberapa tipe kolenkim (Gambar 4.2.) a. Kolenkim tipe angular (kolenkim sudut); penebalan dinding sel terdapat pada sudut sel yang memanjang mengikuti sumbu sel. Pada penampang melintang, penebalan sudut terlihat di tempat pertemuan 3 sel atau lebih. Contoh pada batang Dahlia, tangkai daun dan batang kecubung, batang Cucurbita moscata, batang Aster sp., tangkai daun selederi (Apium graveolens). b. Kolenkim tipe lamelar (kolenkim lempeng, kolenkim papan), penebalan dinding sel terutama pada dinding tangensial (sejajar permukaan organ), dinding radial relatif tidak menebal, susunan sel teratur menurut deretan tangensial, dan tidak terdapat ruang antar sel. Pada penampang melintang terlihat seperti papan berderet-deret. Contohnya pada batang Sambucus javanica, tangkai daun selada air (Lactuca sativa), tangkai daun Tithonia diversifolia (paitan), batang Alamanda cathartica (bunga Alamanda).
16
c. Kolenkim tipe lamelar (kolenkim lempeng, kolenkim papan), penebalan dinding sel terutama pada dinding tangensial (sejajar permukaan organ), dinding radial relatif tidak menebal, susunan sel taratur menurut deretan tangensial, dan tidak terdapat ruang antar sel. Pada penampang melintang terlihat seperti papan berderet-deret. Contohnya pada batang Sambucus javanica, tangkai daun selada air (Lactuca sativa), tangkai daun Tithonia diversifolia (paitan), batang Alamanda cathartica (bunga Alamanda). d. Kolenkim tipe Lakunar atau tubuler, mirip dengan kolenkim susut, namun banyak mengandung ruang antar sel. Penebalan dinding terjadi di sekitar ruang antar sel itu. Contohnya pada batang Lactuca sp., daun Rheum sp., batang Ambrosia, batang Aster sp., tangkai daun dan batang Ipomoea batatas (ketela rambat). e. Kolenkim tipe anular, penebalan dinding merata sehingga merata sehingga ruang sel (lumen) menjadi bentuk pipa. Contohnya pada tangkai daun Alamanda cathartica, tangkai daun batang Nerium oleander (bunga mentega). 2. Jaringan Sklerenkim Sklerenkim merupakan jaringan yang terdiri dari sel dengan dinding yang mengalami penebalan primer dan penebalan sekunder yang tebal dan keras, berlignin atau senyawa lain (selulosa) dan menunjukkan sifat elastis (kenyal). Dinding sel umumnya mengalami penebalan merata dan tebal. Pada sel-sel yang telah dewasa biasanya tidak terdapat protoplasma. Bentuk sel penyusun sklerenkim bermacam-macam karena asal dan perkembangannya berbeda-beda, tetapi pada dasarnya dapat dibagi atas dua kelompok yaitu serabut atau serat dan sklereid. Serabut atau serat terdiri dari sel yang panjang, sedang sklereid adalah sel pendek, meskipun bentuk sebalinya juga ditemukan. Dengan demikian ukuran sel tidak cukup digunakan sebagai pembeda. Sklereid dibentuk dari sel parenkim yang dindingnya mengalami penebalan sekunder sedangkan serabut sklerenkim berkembang dari sel-sel meristem. A. Serabut Sklerenkim a. Serabut sklrenkim terdapatdi berbagai bagian tubuh tumbuhan, dapat berupa sel tunggal diantara jaringan dasar, tetapi umumnya bergerombol membentuk pita, anyaman, atau anyaman padat berbentuk silinder sejajar permukaan tubuh. Sel-sel serabut sklerenkim memanjang dengan ujung meruncing. Ruang sel atau lumenya sempit dan letaknya di tengah serabut. Noktah-noktah biasanya kecil, berbentuk bulat atau seperti celah. Jika sel telah dewasa dan tidak mengandung protoplas, noktahnoktah itu tidak berfungsi lagi. Noktah mungkin banyak, tetapi umumnya sedikit. Pada serabut yang didndingnya sangat rebal, mungkin noktah sudah tidak nyata lagi Asal serabut sklerenkim dapat primer dan sekunder. Pada perkembangan serabut, protoplas biasanya jadi berinti banyak. Jika telah dewasa, pada umumnya protoplas hilang, sel mati dan lumennya kosong. Serabut sklerenkim terdapat di akar, batang, daun dan buah, terdapat dalam berbagai jaringan yang lain. Mungkin serabut terdapat diantara xilem dan floem sebagai berkas atau sebagai sarung yang menyelubungi
17
berkas pengangkut, tetapi terutama terdapat di daun atau jaringanjaringan yang bersifat seperti parenkim di daerah empulur dan korteks. Pada daun tumbuhan monokotil, serabut sklerenkim tidak hanya terdapat terdapt sebagai selubung berkas pengankut, tetapi juga mengelempok diantara berkas pengankut dengan epidermis atas maupun bawah dari tulang daunnya. b.
Sklereid Sklereid terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Sering sklereid berhimpun menjadi kelompok sel keras diantara sel parenkim sekelilingnya, misalnya pada parenkim korteks, empulur batang dan tangkai daun, parenkim akar, mesofil daun, daging buah dan kulit biji. Letak sklereid di dalam jaringan dapat tersebar di sembarang tempat atau pada kedudukan tertentu, misalnya di ujung-ujung urat daun (sklereid terminal) atau d tepi daun. Sklereid umumnya berbentuk lebih pendek dibanding serabut sklerenkim atau membulat.
Berdasar bentuk sel sklereid dapat digolongkan atas beberapa tipe : 1. Brakhisklereid (sel batu) : bentuknya membulat dapat seperti sel parenkim atau batu, biasanya terdapat di floem, korteks dan kulit batang serta daging buah beberapa tumbuhan. Misalnya terdapt di daging buah Pyrus communis, pada aerenkim atau diantara floem batang Cinnamomum sp, batang Muntingia sp., endokarpium Cocos nucifera. 2. Makrosklereid (sel tongkat) : bentuknya memanjang, silindris, sering membentuk deretan tegak lurus permukaan biji. Sel tongkat menyusun jaringan seperti pagar pada beberapa macam biji, buah, dan serofit. Misalnya pada kulit kcang-kacangan; kulit biji, Phaseolus vulgaris, Pisum sativum. 3. Osteosklereid (sel tulang) : bentuknya memanjang dengan bagian ujungujungnya membesar seperti tulang paha atau tong, kadang-kadang bercabang. Sel tulang terdapat pada lapisan hipodermal beberapa kulit biji, buah, dan daun serofit. Misalnya pada kulit kacang-kacangan. 4. Asterosklereid (sel bintang): bentuk bercabang-cabang atau seperti bintang, umumnya ditemukan pada ruang antar sel daun, dan batang serofit. Misalnya terdapat pada tangkai dan mesofit daun Camellia sinensis (teh) 5. Trikosklereid : bentuk bercabang-cabang sangat panjang, berujung runcing dengan jari-jari yang masuk dalam ruang-ruang antar sel, seperti trikoma. Trikosklereid terdapat pada daun, batang, akar tumbuhan hidrofit. Misalnya pada akar Nyamphaeae, alat pengapung Eichornia crassipes, tangkai daun Pistia stratiotes.
18
Gambar 4.2 Kolenkim dengan tipenya 1. Kolenkim angular 2. Kolenkim lamelar 3. Kolenkim lakunar
a. b. c. d. e. f.
brakhiskelereid makrosklereid osteosklereid brakhisklereid asterosklereid trikoskklereid
Gambar 4.3. Beberapa bentuk sklereid
D.ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop majemuk (cahaya) 2. Gelas benda dan penutup 3. Kuas 4. Pinset kecil 5. Jarum preparat 6.Pipet tetes 7. Silet 8. Kobokan 9. Tangkai daun seledri (Apium graveolens) 10. Batang dan tangkai daun selada air (Nustritium officinale)
19
11. Tangkai daun kangkung (Convolvulaceae) atau ketela rambat (Ipomea batatas) 12. Tangkai daun Alamanda cathartica 13. Daun Ki Apu (Pistia stratiotes)
E. KEGIATAN PRAKTIKUM 1. Buat preparat irisan melintang tangkai daun seledri, amati di bawah mikroskop. Perhatikan lapisan sel dibawah epidermis pada bagian rigi-riginya (yang menojol). Lihatlah bagian dinding sel yang menebal. Gambarlah dan tentukan bentuk kolenkimnya menurut penebalan dinding sel penyusunnya! 2. Buat preparat irisan melintang tangkai daun selada air, amati di bawah mikroskop. Perhatikan lapisan sel dibawah epidermis pada bagian rigi-riginya (yang menojol). Lihatlah bagian dinding sel yang menebal. Gambarlah dan tentukan bentuk kolenkimnya menurut penebalan dinding sel penyusunnya! 3. Buatlah preparat segar irisan melintang batang atau tangkai daun kangkung atau ketela rambat setipis mungkin dalam air. Kemudian amatilah di bawah mikroskop. Carilah macam kolenkim yang tampak! 4. Buatlah preparat segar irisan melintang tangkai daun alamanda setipis mungkin dalam air. Kemudian amatilah di bawah mikroskop. Carilah macam kolenkim yang tampak! 5. Buatlah preparat segar irisan melintang daun Pistia stratiotes setipis mungkin dalam air. Kemudian amatilah di bawah ikroskop. Carilah macam kolenkim yang tampak!
20
V. JARINGAN ANGKUT A. TUJUAN 1. Mengamati komponen-kmponen jaringan angkut xilem (unsur-unsur vasal) 2. Mengamati komponen-kmponen jaringan angkut floem (unsur-unsur kibral) 3. Mengamati susunan berkas pengangkut dalam organ tumbuhan 4. Mengamati macam-macam tipe berkas pengangkut B. WAKTU 1 kali pertemuan C. TINJAUAN TEORI Pada tumbuhan berpembuluh, pengangkuta air serta garam-garam mineral maupun hasil fotosintesis dilakukan oleh jaringan pembuluh atau jaringan angkut yang terdiri dari dua kelompok sel yang asalnya sama, namun berbeda bentuk, struktur dinding, serta isi selnya. Kedua kelompok sel itu adalah : Xilem = fungsi utamanya mengangkut air tanah serta zat yang terlarut didalamnya Floem = fungsi utamanya mengangkut zat makanan hasil fotosintesis Baik kelompok xilem maupun kelompok sel floem membentuk berkas atau untai dalam tubuh tumbuhan dan biasanya sejajar dengan sumbu organ yang menjadi tempatnya. Pada batang, berkas xilem umumnya bergabung dengan berkas floem dalam suatu ikatan berkas pembuluh. Kombinasi xilem dan floem itu membentuk sistem jaringan pembuluh yang sinambung di seluruh tubuh tumbuhan, termasuk semua cabang, batang dan akar. Menurut perkembangannya, pada Xilem maupun floem dapat dibedakan bagian primer (xilem primer, floem primer) dan bagian sekunder (xilem sekunder, floem sekunder). Bagian jaringan pembuluh primer berdifferensiasi ketika tubuh primer dibentuk, dan jaringan yang menghasilkannya adalah prokambium. Bagian jaringan pembuluh sekunder merupakan hasil aktivitas kambium pembuluh. Xilem terdiri atas beberapa tipe sel yang berbeda dan masing-masing juga disebut sebagai elemen xilem atau unsur xilem. Bagian elemen xilem adalah unsur vasal (trakea/pembuluh kayu trakeid), serabut xilem (serat trakeid, serabut kayu), dan parenkim xilem (parenkim kayu). Sel-sel trakeid umumnya pendek dan diameternya lebih sempit, trakeid yang merupakan buluh yang lebih panjang dan lebar dan mempunyai penebalan yang bermacam-macam misal : cincin, spiral, tangga, jala, dan noktah. Fungsi trakeid dan trakea untuk menyalurkan air. Selain itu dalam xilem masih dijumpai adanya serabut trakeid, parenkim xilem yang berfungsi untuk penguat dan kadang-kadang untuk menyimpan cadangan makanan. Sel parenkim jari-jari empulur dan trakeid pada beberapa konifera berfungsi untuk penyimpanan cadangan makanan dan translokasi benda ergastik. Dinding sel-sel parenkim penyusun xilem ini umumnya menebal dan mempunyai noktah. Jenis sel pada xilem sekunder dan jenis penebalan dinding sekunder pada unsur trakeal dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2. Floem terdiri atas beberapa tipe sel yang berbeda dan masing-masing juga disebut sebagai elemen floem. Bagian floem adalah unsur kibral/unsur tapis (sel tapis
21
dan pembuluh tapis), sel pengiring/sel pengantar, serabut floem (serat floem, serabut sklerenkim) dansklereid parenkim floem. Sel tapis dan buluh tapis serta sel pengiring yang berfungsi untuk penguat, dan parenkim floem berfungsi sebagai cadangan makanan. Gambaran penampang melintang dan membujur floem dapat dilihat pada Gambar 5.3. Xilem dan floem di dalam organ tumbuhan selalu berdekatan, bahkan membentuk suatu ikatan pembuluh atau berkas pengangkut. Berkas pengangkut (ikatan pembuluh) tipe radial : pada akar, letak berkas xilem dan berkas floem bergantian dan berdampingan dan berada pada jari-jari tubuh yang berbeda. Di dalam batang dapat dijumpai berkas pengangkut kolateral, yaitu berkas pengangkut yang mengandung unsur xilem dan floem bersama-sama. Jika letak xilem dan floem berdampingan, umumnya floem di sebelah luas xilem maka disebut tipe kolateral, bila antara xilem dan floem berdampingan langsung tanpa adanya kambium disebut kolateral terbuka. Jika Xilem diapit oleh floem disebut tipe biklateral, susunannya dari luar bisa menjadi floem luar, kambium, xilem, floem dalam, jika xilem dikelilingi oleh floem atau sebaliknya disebut tipe konsentris, bila floem mengelilingi xilem disebut kosentris amfikribal, misalnya pada batang tumbuhan Pterodophyta, sedangkan bila xilem mengelilingi floem disebut konsentris amfikribal, misalnya pada batang tumbuhan Pteridophyta, sedangkan bila xilem mengelilingi floem disebut konsentris amfivasal, misalnya ditemukan pada beberapa dikotil seperti pada ikatan pembuluh medula pada Begonis dan pada monokotil berkambium seperti Agave, Aloe, Liliaceae. Susunan berkas pembuluh dapat dilihat pada Gambar 5.4. Kadang-kadang dijumpai berkas pengankut yang dikelilingi sklerenkim, berkas yang demikian disebut berkas pengangkut fibrovaskuler.
22
Gambar 5.1. Jenis sel pada Xilem Sekunder. Berbagai noktah tampak pada dinding sel. A-C Komponen pembuluh kayu yang lebar; D-F Komponen pembuluh kayu yang sempit; G. Trakeid; H. Serat Trakeid; I. Serat libriform; J. Sel parenkim jari-jari empulur; K. Berkas parenkim (aksial)
23
24
25
Gambar 5.4. bagan yang memperlihatkan berbagai jenis susunan antara xilem dan floem (xilem bergaris, floem tidak bergaris) A. Berkas (ikatan pebuluh) kolateral; B. Berkas bikolateral; C. Berkas amfikribal; D. Berkas amfivasal; E. Susunan radial
D. ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop majemuk (cahaya) 2. Gelas benda dan penutup 3. kuas 4. pinset kecil 5. Jarum preprat 6. Pipet tetes 7. Silet 8. Kobokan 9. Pipet tetes 10. Empulur ketela pohon 11. Preparat awetan irisan melintang daun Zea mays (daun jagung) 12. Preparat awetan irisan melintang batang Zea mays (jagung) 13. Preparat awetan irisan melintang batang Capsium frustecens (cabe)
E. KEGIATAN PRAKTIKUM a. Ambil preparat awetan irisan melintang daun Zea mays (daun jagung). Perhatikan bagian tengah, amatilah unsur-unsur penyusun floem yang nampak jelas. Gambarlah penampang melintang sel pengiring, pembuluh tapis sel, dan parenkim floem. Berilah keterangan lengkap! b. Ambil preparat awetan irisan melintang batang jagung. Amati di bawah mikroskop, perhatikan susunan xilem dan floemnya. Gambarlah unsur-unsur penyusun floem! Gambar pula susunan xilem dan floemnya. Tipe berkas pengankut apakah itu?
26
c. Ambilah preparat awetan irisan melintang batang lombok. Amati di bawah mikroskop. Perhatikan susunan berkas pengangkutnya, bagaiman tipenya? Gambarlah dan berikan keterangan yang lengkap! d. Buatlah preparat segar irisan melintang batang lidah buaya dalam air. Kemudian amatilah di bawah mikroskop. Perhatikanlah susunan berkas pengangkutnya! Gambarlah dengan jelas dan sebutkan tipe berkas pengangkutnya!
VI. AKAR
27
A. TUJUAN 1. Mengamati, mengidentifikasi macam jaringan penyusun akar primer dan sekunder 2. Mengamati dan membandingkan macam jaringan penyusun akar dikotil dan monokotil 3. Mengamati tipe berkas pengangkut, tipe stele, periderm, dan struktur anomali pertumbuhan sekunder pada akar B. WAKTU 1 kali pertemuan C. TINJAUAN TEORI Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan umumnya berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks di ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Akar embrio dinamakan radikula. Pada Gymnospermae dan dikotil, akar tersebut berkembang dan membesar menjadi akar primer dengan cabang yang berukuran lebih kecil. Sistem akar tersebut dinamakan akar tunggang. Pada monokotil, akar primer tidak lama bertahan dalam kehidupan tumbuhan dan segera mengering. Dari dekat pangkalnya atau di dekatnya akan muncul akar baru yang disebut akar tambahan atau akar adventif. Keseluruhan akar adventif seperti itu dinamakan susunan sistem akar serabut. Dengan demikian berdasarkan asalnya dikenal dua macam akar yaitu : 1. akar primer, yang berasal dari embrio dan akan tetap bertahan sepanjang hidupnya. 2. akar liar (adventious root), berasal dari batang, daun. Akar tersebut dapat bersifat permanen dan sementara. Peranan akar adalah untuk menyerap air dan garam-garam dari dalam tanah serta menambatkan tumbuhan pada tanah atau substrat. Selain itu akar juga dapat merupakan organ untuk menyimpan cadangan makanan seperti Daucus, manihot, Dioscorea dan Ipomoea. Peranan akar liar bervariasi, sesuai dengan peranan akarnya, akar liar dapat berfungsi sebagai akar tunjang, akar gantung, akar nifas, akar pelekat, akar pembelit dan sebagai penunjang. Irisan memanjang ujung akar muda menunjukkan 4 daerah pertumbuhan yang batasnya tidak terlalu jelas yaitu : 1. tudung akar, 2. daerah pembelahan sel. 3. daerah pemanjangan (pembentangan sel) 4. daerah differensiasi sel. Daerah-daerah pertumbuhan ini dapat berhimpitan karena dipengaruhi oleh jenis tumbuhnya serta keadaan lingkungan yang menentukan aktivitasnya. Bila kita perhatikan irisan melintang akar primer (lihat Gambar 6.1) akan tampak tiga sisten jaringan pokok, yaitu dari luar ke dalam : sistem jaringan kulit (epidermis), sistem-sistem jaringan dasar (korteks) dan sistem jaringan pengangkut. Penampang menbujur ujung akar dapat dilihat pada Gambar 6.2. a. Epidermis Lapisan terluar akar tersusun dari sel-sel yang rapat satu sama lain tanpa antar sel, berdinding tipis. Namun kadang-kadang dinding sel paling luar berkutikula. Pad akar yang terdedah pada udara dan pada bagian akar dalam tanah yang mempertahankan epidermisnya, dinding luar menebal, dapat berisi lignin dan zat lain. Tebal epidermis biasanya satu lapisan sel, tetapi terdapat perkecualian
28
misalnya akar udara tumbuhan anggota Orchidaceae dan Araceae yang bersifat epifit, epidermisnya berlapis banyak dan terspesialisasi membentuk jaringan khusus disebut velamen. Rambut akar berkembang dari sel epidermis yang khusus, dan sel tersebut mempunyai ukuran yang berbeda dengan sel epidermis, dinamakan trikoblas. Rambut akar merupakan sel epidermis yang memanjang ke luar, tegak lurus permukaan akar, dan membentuk tabung, selnya biasa terdapat dekat di belakang apeks akar sepanjang satu sampai beberapa cm. b. Korteks akar Pada umumnya korteks akar teridir dari sel-sel parenkim. Sel-sel korteks akar sering mengandung tepung, kadang-kadang kristal kalsium oksalat. Pada sejumlah besar monokotil sering membentuk serabut sklerenkim dan berbagai sel yang berdinding tebal sebagai penguat. Lapisan terluar korteks yang langsung berbatasan dengan epidermis, dapat mengadakan diffrensiasi menjadi hipodermis yang dinding-dindingnya mengandung suberin atau lignin yang disebut eksodermis. Eksodermis dapat terdiri dari selapis sel atau lebih, terdiri dari sel panjang dan sel pendek bergantian atau hanya semacam saja. Sedangkan lapisan paling dalam korteks akar berkembang dan berdifferensiasi menjadi endodermis. Endodermis merupakan selpais sel dan struktur anatominya berbeda dengan jaringan di sebelah luar maupun sebelah dalamnya. Sel endodermis selain mengalami penebalan dinding yang tersusun dari selulose dan lignin. Pada awal perkembangannya, sel-sel endodermis membentuk pita Caspary, yaitu penebalan dari suberin dan lignin pada sisi radial dan tranversal. Ada tiga tipe endodermis, yaitu 1. tipe pertama, selnya berdinding tipis yang pada dinding radial dan transversalnya mengalami penebalan pita dari zat gabus. 2. tipe kedua, disamping dinding primer, dinding juga dilapisi dengan gabus dan selulose. 3. tipe ketiga, penebalan dindingnya yang berlignin. Pada tipe ketiga, penebalan dinding dapat terjadi pada dinding radial, transversal dan tangensial bagian dalam dan atau luar. Dengan demikian, pada irisan melintang akar dapat terlihat penebalan endodermis berbentuk U atau O. Pada endodermis dapat dijumpai sel-sel yang dindingnya tidak mengalami penebalan, sel ini disebut dengan sel peresap(sel pelalu).
29
Gambar 6.1. Diffrensiasi jaringan pembuluh pada akar Ranunculus yang bersifat tetrakh dalam sayatan melintang A. Seluruh akar pada tahap dewasa; B-D. Gambar terinci dari silinder pusat dengan lapisan kortekan di dekatnya, pasa tiga tahap perkembangan.
Gambar 6.2. Irisan membujur ujung akar. A. Akar dikotil, meristem dapat terbagi jelas atau tidak. A. Tudung akar, b. Kolumela, c. Kaliptrogen, d. Daerah pemanjangan, e. Butir tepung statolit
30
c. Sistem jaringan pengangkut Bagian terluar dan berbatasan langsung dengan endodermis, selapis sel atau mungkin beberapa lapis sel berupa lapisan sel parenkim yang berasal dari inisial yang sama dari xilem dan floem, lapisan ini disebut periskel atau perikambium. Periskel jkdang-kadang berdinding tebal. Perisikel ini mampu menghasilkan primordia akar lateral ( akar cabang), sebagian felogen dan sebagian dari kambiumpembuluh. Selain periskel adalagi jaringan yang bersifat parenkimatis terletak di pusat silinder akar, yaitu parenkim empulur, jika bagian tengah ini tidak ditempat jaringan pembuluh. Di bagian dala periskel langsung berbatasan dengan protofloem dan protoxilem. Biasanya xilem dan floem akar tersusun secara radiasi. Bila berkas pembuluh tidak banyak, maka sering xilem bersatu di bagian tengah akar sehingga akar tidak berempulur. Berdasarkan jumlah protoxilem atau jumlah lengan (jari-jari) xilem, akar dikenal dengan xilem diarkh, triakh, tetrakh, pentrakh, poliarkh (masingmasing artinya 2,3,4,5, banyak kelompok protoxilem atau berkas xilem) (lihat gambar 6.3.). selain itu xilem primer dengan arah pendewasaan dari luar ke dalam eksarkh. Arah pendewasaan sel dalam floem juga dari luar ke dalam.
Gambar 6.3. Beberapa pola yang dibentuk oleh xilem primer pada penampang melintang akar, dan posisi lateral terhadap xilem dan floem pada akar. Pola A-C khas bagi dikotil; terdapat pada sejumlah besar monokotil.
d. Pertumbuhan Sekunder Akar Akar tumbuhan monokotil, akar dikotil dibentuk herba atau akar cabang dikotil pohon, dan kriptogam biasanya tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Sedang akar kebanyakan tumbuhan dikotil dan akar Gymnospermae mengalami pertumbuhan sekunder. Kambium pembuluh membelah ke arah dalam menghasilkan xilem dan ke arah luar menghasilkan floem sekunder. Sehingga jaringan pada akar bertambah (kambium gabus) dibentuk dan menghasilkan perider. Felogen ke arah luar memnentuk felem (gabus) dan ke arah dalam membentuk feloderm. Periderm merupakan jaringan sekunder yang dihasilkan oelh kambium gabus sebagai
31
pengganti epidermis, biasanya akar yang membentuk periderm akan melengkpai akarnya dengan lentisel. Pada umumnya tumbuhan memiliki susunan berkas pengangkut dengan tipetipe normal, tetapi beberapa tumbuhan memiliki bentuk penyimpangan susunan berkas pengankut setelah mengalami pertumbuhan sekunder. Peristiwa penyimpangan ini disebit anomali. Pada akar yang berfungsi menyimpan cadangan, sejumlah sel-sel parenkim terdapat pada xilem dan floem, tetapi penyimpangan sekunder terjadi normal, misalnya pada Daucus carota. Pada Beta vulgaris (bit) kambium tambahan dibentuk dari periskel dan floem, kambium tersusun konsentris, dan menghasilkan xilem dan floem. Pada Ipomea batatas (ubi jalar), kambium terletak seperti pada umumnya, tetapi ada kambium tambahan yang berbentuk di sekitar xilem. D. ALAT DAN BAHAN 1. mikroskop majemuk 2. gelas benda dan penutup 3. Kuas 4. pinset kecil 5. jarum preparat 6. pipet tees 7. kobokan 8. lap 9. Akar Jagung (Zea mays) 10. Akar Kacang tanah (Arachis hypogae) 11. Preparat awetan irisan melintang akar Zea mays (jagung) 12. Preparat awetan irisan melintang akar kacang tanah (Arachis hypogea) 13. Umbi Ipomea batatas (ubi jalar)
E. KEGIATAN PRAKTIKUM 1. Ambilah preparat awetan melintang akar Zea mays. Amati dibawah mikroskop, perhatikan sel-sel epidermis yang tersusun selapis! Pada bagian korteks tunjukkanlah adanya bebearapa lapis sel yang bersifat parenkimatis maupun sklerenkimatis! Pada sistem jaringan pengangkut, amatilah lapisan sel terluar yang berbatasan langsung dengan endodermis! Perhatikan letak xilem dan floem, amatilah tipe berkas pengangkutnya! Perhatikan letak xilem dan floem, amatilah tipe berkas pengangkutnya! Perhatikan tipe stelenya apakah aktinostele? Buatlah skema an berilah keterangan. 2. Potonglah umbi Ipomea batatas satu sektor saja. Buatlah preparat segar melintang umbi bakar Ipomea batatas setipis mungkin dalam air dengan bantuan empulur ketela pohon. Jika perlu tetesilah dengan larutan floroglusin dan laruan HCL 25 % sama banyak. Amatilah dibawah mikroskop. Perhatikan jaringan-jaringan yang menyusun umbi tersebut. Amati jaringan terluar yang terdiri dari beberapa sel gabus. Pada bagian korteks tersusun beberapa sel yang memiliki ruang antar sel yang nampak jelas dan sel getah. Perhatikanlah sistem jaringan pengangkutnya, amatlah
32
struktur anomali kambium sekunder yang berbentuk cincin melingkari xilem. Perhatikan benda ergastik selain amilum dan getah yang terdapat di dalam selnya! Bagaiman tipe berkas pengangkutnya? Gambarlah satu sektor saja untuk epidermis dan korteks dan berkas pengangkut yang lengkap dan berikanlah keterangan yang rinci!
3. Potonglah akar Zea mays satu sektor saja. Buatlah preparat segar melintang akar tersebut. Jika perlu tetesilah dengan larutan floroglusin dan laruan HCL 25 % sama banyak. Amatilah dibawah mikroskop. Perhatikan jaringan-jaringan yang menyusun akar tersebut. Perhatikanlah sistem jaringan pengangkutnya. Bagaiman tipe berkas pengangkutnya? Gambarlah satu sektor saja untuk epidermis dan korteks dan berkas pengangkut yang lengkap dan berikanlah keterangan yang rinci!
4. Potonglah akar Arachis hypogea satu sektor saja. Buatlah preparat segar melintang akar tersebut. Jika perlu tetesilah dengan larutan floroglusin dan laruan HCL 25 % sama banyak. Amatilah dibawah mikroskop. Perhatikan jaringan-jaringan yang menyusun akar tersebut. Perhatikanlah sistem jaringan pengangkutnya. Bagaiman tipe berkas pengangkutnya? Gambarlah satu sektor saja untuk epidermis dan korteks dan berkas pengangkut yang lengkap dan berikanlah keterangan yang rinci!
33
VII. BATANG
A. TUJUAN 1. Mengamati, mengidentifikasi macam jaringan penyusun batang primer dan sekunder 2. Mengamati dan membandingkan macam jaringan penyusun batang dikotil dan monokotil 3. Mengamati tipe berkas pengangkut, tipe stele, periderm, lentisel dan struktur anomali pertumbuhan sekunder pada batang. B. WAKTU 1 kali pertemuan C. TINJAUAN TEORI Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Batang berperan untuk mendukung bagian tumbuhan diatas tanah, selain itu juga sebagai alat transportasi yaitu jalan pengangkutan aur dan zat makanan dari akar ke daun dan jalan pengangkutan hasil asimilasi dari daun ke bagian lain, baik yang ada di bawah maupun di tas tanah. Batang sebagian besar tumbuhan terletak di atas tanah, namun tidak sedikit pula yang batangnya terdapat di dalam tanah. Struktur batang tumbuhan berpembuluh sangat bervariasi. Pada dasarnya pada irisan melintang batang akan tampak tiga daerah pokok atau tiga sistem jaringan adalah epidermis, korteks, dan stele (silinder pusat). Bagian sayatan melintang batang dapat dilihat pada Gambar 7.1. 1. Epidermis Jaringan ini umumnya terdiri dari selapis sel yang menyelubungi batang. Seringkali ditutupi oleh kutikula. Pada batang yang melakukan proses fotosintesis mungkin pada lapisan epidermis ditemukan stomata. Pada beberapa jenis tumbuhan, epidermis dapat lebih dari satu lebih dari satu lapis sel (epidermis ganda, multiple epidermis). Lapisan epidermis kedua dan seterusnya dapat disebut sebagai hipodermis, bila ditinjua dari perkembangannya berasal dari meristem jaringan dasar. Pada epidermis batang dapat ditemukan derivat epidermis misalnya : trikoma, sering dijumpai pada batang muda, sel silika dan gabus (pada batang Poaceae) Sel epidermis adalah sel hidup dan mampu bermitosis. Hal ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Respon sel epidermis terhadap tekanan itu adalah dengan melebar tangensial dan membelah antiklinal. 2. Korteks Korteks merupakan daerah diantara epidermis dan silinder pembuluh paling luar. Korteks batang sebagian besar terdiri dari parenkim yang dapat berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim atau sklerenkim. Kolenkim sering dijumpai pada bagian tepi korteks membentuk lingkaran penuh atau seperti rusuk-rusuk. Lapisan paling dalam dari korteks adalah endodermis biasanya terdpat butir-butir amilum,
34
oleh krena itu jaringan itu disebut sarung tepung atau seludang pati, misalnya pada batang muda Ricinus communis. Amilum tampak nyata pada batang yang masih muda. Akan tetapi beberapa dikotil membentuk pita Caspary pada sel lapisan korteks paling dalam dan beberapa tumbuhan paku menunjukkna endodermis yang jelas. Diantara sel endodermis tak ada ruang natar sel. Pada pita Caspary, suberin yang bersifat hidrofob menembus dinding primer dan tak hany amlekat saja. Walaupun dari segi morfologi tak terlihat endodermis, telah dibuktikan bahwa lapisan korteks yang paling dalam memiliki sifat kimiawi dan fisiologi yang serupa. Dengan demikian ada batas fisiologis antara korteks dan silinder jaringan pembuluh. 3. Stele (silinder pusat) Sistem jaringan primer yang terdiri atas satuan berkas pengankut beserta jaringan dasar pendukungnya (misalnya empulur, periskel, jaringan interfaskuler), baik tersusun sederhana maupun kompleks. Pada batang tumbuhan dikotil, stele tersusun atas perisikel (perikambium), berkas pengankut dan empulur. Berkas pengangkut letaknya dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh deretan sel-sel parenkim yang tersusun radial disebut jari-jari empulur, sedangkan pusat dari organ batang yang tersusun dari sel-sel parenkim disebut empulur. Pada tumbuhan monokotil, korteks dan empulur tidak dapat dibedakan dengan jelas sehingga disebut jaringan dasar saja. Berkas pengangkut bervariasi dalam ukuran da susunannya. Letak floem terhadap xilem bervariasi. Tipe stele yang dikenal dapat dibagi menjadi 2 kelompok dasar yaitu protostele, dengan sumbu xilem padat tanpa empulur, dikelilingi floem dan sifonostrele dengan xilem tidak padat, melainkan memiliki silinder parenkim di tengah. Perhatikan Gambar 7.3 a. Protostele; 1) haplostele, dengan xilem pusat bundar pada penampang melintang, dikelilingi oleh floem, contoh batang Selaginella; 2) aktinostele, bagian xilem pusat dengan tepi tidak rata, melainkan berbentuk bintang, contoh batang Lycopodium, dan Psilotum, umumnya akar 3). Plektostele, bagian tengah xilem terbelah menjadi seri papan dan silinder kecil, sedang floem ada di sela-selanya, contoh batang Lycopodium annotinum b. Sifonostele; 1) sifonostele ektofloik, empulur dikelilingi oleh xilem yang konsentris, dan xilem dikelilingi oleh floem yang konsentria, contoh pada batang Selaginella; 2) sifonostele amfifloik, dengan floem konsentris sebelah luar dan floem konsentris sebelah dalam silinder xilem, mengelilingi empulur, contoh batang Adiantum dan Marsilea; 3) diktiostele, merupakan tipe sifonostele dengan banyak jendela daun. Ikatan pembuluh terpisah dan mempunyai tipe konsentris amfikribal, secara individu ikatan pembuluh yang demikian disebuty meristele; 4) eustele, modifikasi sifonostele dimana ikatan pembuluhnya kolateral dan bikolateral; 5) ataktostele, letak ikatan pembuluh tersebar, umumnya terdapat pada batang monokotil.
35
Gambar 7.1. A. Bagan sayatan melintang batang dikotil muda. B. Bagan sayatan batang monokotil ( dari Trollo, 1948, dalam Fahn, 1989)
Gambar 7.2. A-C bagan tiga dimensi beberapa jenis protostele. Bagan menunjukkan stele tanpa korteks dan epidermis. Tonjolan menunjukkan tempat mikrofil di permukaan stele. A. Haplostele,B aktinostele, C. Plaktostele, D-H bagan penampang melintang sifonostele yang memperlihatkan stadium perkembangan evolusi yang berbeda. D. Sifonostele amfifloik (solanostele) E. Sifonostele ektofloik G. Eustele H. Ataktostele. Xilem (bergaris silang), floem (bertitik-titik) (dari Fahn, 1989)
36
Pertumbuhan Sekunder Batang Batang tumbuhan dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambahnya sistem jaringan pengangkut. Selain membentuk jaringan pengangkut, sebagian prokambium tetap bersifat meristematik dan disebut kambium interfaskuler. Kedua jenis kambium ini terletak diantara floem sekunder dan xilem sekunder. Epidermis pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder, akan rusak dan digantikan oleh jaringan periderm (jaringan gabus) . Periderm merupakan jaringan pelindung yang dihasilkan oleh felogen (kambium gabus) dan sebagai pengganti epidermis akar dan batang yang mengalami pertumbuhan sekunder. Periderm pada dasarnya meliputi tiga jaringan yaitu dari luar berturut-turut felem, felogen, dan feloderm, biasanya batang yang membentuk periderm akan melengkapi batangnya dengan lentisel. Pada umumnya tumbuhan mempunyai susunan ikatan pembuluh (berkas pengangkut) dengan tipe yang normal yaitu kolateral, tetapi beberapa tumbuhan memiliki suatu penyimpangan susunan ikatan pembuluh setelah mengalami pertumbuhan sekunder, peristiwa semacam ini disebut anomali. D. ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop majemuk (cahaya) 2. Gelas benda dan penutup 3. Kuas 4. pinset kecil 5. jarum preparat 6. pipet tetes 7. kobokan 8. lap/tissue 9. preparat awetan irisan melintang batang. 10. Batang Amaranthus (bayam) 11. Batang Hibiscus rosasinensis (bunga sepatu) E. KEGIATA N PRAKTIKUM 1. Ambilah preparat awetan irisan melintang batang. Amati di bawah mikroskop, perhatikan sel-sel epidermis, berpa lapiskah? Perhatikan jaringan hipodermis yang bersifat sklerenkimatis. Dapatkah saudara bedakan daerah korteks dan daerah empulur? Perhatikan letak berkas pengankut yang tersebar! Apakah tipe berkas pengangkutnya dan tipe stelenya? Buatlah skema penampang batang secara keseluruhan! Gambarlah satu sektor dan beri keterangan secara rinci! 2. Buatlah preparat irisan melintang batang bayam setipis mungkin dalam air. Amati di bawah mikroskop. Perhatikan jaringan-jaringan penyusunnya. Perhatikan sel-sel epidermis yang tersusun selapis sel tanpa ruang antar sel. Pada bagian korteks, selain tersusun parenkim juga tersusun dari jaringan kolenkim, dapatkah saudara mengamati lapisan endodermis? Amati tipe berkas pengangkut dan tipe stele-nya? Perhatikan adanya struktur anomali
37
yang ditandai dengan adanya floem internal! Amati empulurnya, berupa apa? Buatlah bagan penampang batang secara keseluruhan! Gambarlah satu sektor dengan rinci!
3. Buatlah irisan melintang batang Hibiscus rosasinensis dan terlihat bintikbintik pada batang, setipis mungkin dalam air, amati di bawah mikroskop. Perhatikan adakah epidermisnya. Perhatikan jaringan periderm yang terletak di bagian terluar sebagai pengganti epidermis, tunjukkanlah adanya felem, felogen dan feloderm. Adakah lentiselnya? Amatilah sel-sel yang bersifat sklerenkimatis maupun parenkimatis di bagian korteks. Pada bagian stele, perhatikan susunan berkas pengangkutnya? Adakah jari-jari empulurnya? Buatlah bagan penampang batang secara keseluruhan! Gambarlah satu sektor saja dengan rinci!
38
VIII. DAUN A. 1. 2. 3.
TUJUAN Mengamati, mengidentifikasi macam jaringan penyusun monokotil Menamati, mengidentifikasi macam jaringan penyusun daun dikotil Membandingkan ciri-ciri khusus yang terdapat pad jaringan penyusun daun dikotil dan monokotil 4. Mengamati anatomi jaringan penyusun daun yang dihubungkan dengan adaptasi lingkungan tumbuhan B. WAKTU 1 kali pertemuan C. TINJAUAN TEORI Daun merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan, sebab disitu terjadi proses fotosintesis yang akan menghasilkan makanan bagi tumbuhan. Hasil fotosintesis akan didistribusikan ke seluruh organ untuk pertumbuhan dan perkembangan. Daun tidak seperti organ lain dari tumbuhan karena umumnya bersifat sementara. Untuk fotosintesis diperlukan sinar dan klorofil serta CO2 dan H2O sebagai bahan baku, dengan demikian posisi daun mempengaruhi strukturnya. Selain itu pengaruh lingkungan yang lain seperti ketersediaan air, adanya kadar garam yang tinggi dalam air di sekitar tumbuhan juga berpengaruh terhadap struktur luar dan dalam dari daun. Daun yang lengkap terdiri atas helai daun ( lamina), tangkai daun (petiolus), dan pelepah daun (vagina). Bentuk dan ukuran daun tumbuhan berbiji sangat bervariasi. Seperti halnya batang dan akar, daun juga tersusun atas beberapa sistem jaringan yaitu jaringan pelindung, jaringa dasar yang menyusun mesofil daun, jaringan pengangkut. Gambaran penampang melintang beberapa daun yang menunjukkan struktur yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8.1. 1. Epidermis dan Derivatnya Epidermis daun terdapat di permukaan atas disebut epidermis atas (epidermis adaksial atau epidermis ventral) maupun di permukaan bawah disebut epidermis bawah (epidermis abaksial atau epidermis dorsal). Umumnya epidermis terdiri dari 1 lapis sel, tetapi adapula yang terdiri dari beberapa lapis sel (epidermis ganda, multiple epidermis), misalnya pada Ficus, Nerium, dan Piper sebagai hasil pembelahan periklinal protoderm. Jumlah lapisan sel epidermis bagian atas biasanya lebih banyak daripada permukaan bawah. Jumlah epidermis bawah berlapis banyak maka akan terdapat ruang substomata yang besar antara sel penutup dengan jaringan mesofil. Dinding sel epidermis mengalami penebalan yang tidak merata. Dinding sel yang menghadap keluar umumnya berdinding lebih tebal, dapat terdiri dari lignin, tetapi penebalan itu umumnya terdiri dari kutin. Penebalan kutin ini membentuk lapisan kutikula yang tipis atau tebal. Tumbuhan Xerofit umumnya berkutikula tebal. Pada beberapa jenis tumbuhan selain kutikula masih terdapat lapisan lilin diatasnya. Stomata sebagai derivat epidermis bisa terdapat di kedua lapisan daun (disebut daun Amfistotik) atau salah satu permukaan saja, umumnya di bagian bawah (daun Epistomatik). Letak stomata dapat sejajar dengan epidermis lainnya (stomata
39
faneropour), tenggelam dibandingkan deretan epidermis (stomata Kriptofor) atau kadang-kadang berada diatas permukaan epidermis seperti pada daun terapung. Sel-sel epidermis daun tidak mengandung kloroplas kecuali pada sel penutup dan epidermis daun tumbuhan yangh hidup tenggelam dalam air. Stomata berguna sebagai jalan pertukaran gas pada tumbuhan dan sebagai pengatur besarnya transpirasi. Derivat epidermis terdpat di kedua permukaan daun atau salah satu permukaannya yaitu stomata, trikomata, sel litosisi dan sel kipas. 2. Mesofil Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yan terletak antara epidermis atas dan epidermis bawah dan diantara berkas pengakut. Mesofil dapat tersusun atas parenkim yang relatif homogen, atau berdifferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang), jaringan pagar dan parenkim sponsa (jaringan bunga karang). Sesuai dengan fungsinya, parenkim mesofil merupakan daerah fotosintesis terutama karena mengandung kloroplas. Parenkim palisade merupakan sel-sel yang bentuknya silindris, tersusun rapat berjajar seperti pagar. Parenkim palisade umumnya dijumpai pada lapisan atas daun, menempati sampai ½ hingga 2/3 mesofil tetapi dapat pula dijumpai pada kedua sisi permukaan daun. Jumlah lapisan palisade dapat 1 lapis atau lebih. Daun yang memiliki parenkim palisade di lapisan atas dan parenkim spongiosa di lapisan bwahnya disebut daun dorsiventral atau bifasial. Apabila parenkim palisade terdapat di kedua sisi atau tidak dijumpai parenkim palisade pada kedua sisinya disebut daun isobilateral atau isolateral atau unifasial. Parenkim sponsa tersusun oleh sel-sel yang bentuknya bervariasi, umumnya tidak teratur, bercabang-cabang, berisi kloroplas dan tersusun sedemikian rupa sehngga membentuk jaringan seperti bunga karang (sponsa) Pada beberapa jenis tumbuhan, misalnya anggota rumput-rumputan dan anggota monokotil yang lain mesofilnya tidak mengalami differensiasi menjadi parenkim palisade dan sponsa, tetapi, tersusun oleh sel-sel parenkim yang struktur dan ukurannya relatif seragam. 3. Sistem Jaringan Pengangkut Pada daun terletak di dalam tulang daun beserta vena-venanya. Pada penampang melintang daun, berkas pengangkut ini terdiri dari 1 ikatan pembuluh, yang xilemnya terletak menghadap ke permukaan atas daun dan floemnya ke permukaan bawah daun. Pada tulang daun yang lebih kecil atau vena daun, berkas pengangkutnya dapat lebih sederhana dan kadang-kadang tidak sempurna terdiri atas xilem saja (misalnya berkas pengnagkut yang menuju hidatoda) atau floem saja.
40
Gambar 8.1. Penampang melintang daun berbagai jenis tumbuhan, menunjukkan struktur yang berbeda-beda. A. Daun Quercus, B. Daun Malus purnila C. Daun Avena sativa D. Daun Zea mays E. Daun Pinus sp. Dengan parenkim berbentuk lipatan. Ket. Jb= jaringan bunga karang, Jt=Jaringan tiang, Jp= jaringan pembuluh, Sk=Sel kipas, Tr=Trikoma (A-D dikutip dari Eames & MacDaniels, 1953 dari Vashista, 1983)
Jaringan Tambahan Seperti halnya pada batang, di dalam daun terdapat jaringan atau sel khusus pada tumbuhan tertentu, misalnya kelenjar minyak, saluran getah, sel-sel kristal dll. Umumnya jaringan atau sel itu terletak di dalam mesofil dan dapat merupakan idioblas. Struktur Anatomi Daun dalam Lingkungan Khusus Tumbuhan yang hidup di suatu lingkungan tertentu menunjukkan tipe struktur tertentu pula, sebagai akibat adanya adaptasi terhadap lingkungan khusus tersebut. Daun merupakan organ yang paling terlihat perubahan strukturnya. Oleh karena itu, ada beberapa sifat daun yang perlu diketahui. Tumbuhan beradaptasi terutama pada ketersediaan air. Pada dasarnya tumbuhan xerofit (yang menyesuaikan diri dengan keadaan kekurangan air). Mesofit dan Hidrofit (tumbuhan yang hidup di air, baik yang mengapung maupun yang terendam dalam air). 1. Daun tumbuhan Xerofit A. Epidermis dapat terssusun atas lebih dari 1 lapis sel B. Stomata tersembunyi dalam suatu cekungan, tipe kriptophor C. Palisade ada pada kedua sisi permukaan daun (isobilateral) dengan kata lain parenkim palisade lebih berkembang daripada parenkim bunga karang, dan bahkan parenkim bunga karang dapat tidak ada. D. Pada epidermis sering tumbuh trikomata E. Sel-sel epidermis mengalami kutinisasi/lignifikasi yang tebal 2. Daun Tumbuhan Mesofit A. Palisade biasanya adaxial, dan parenkim bunga karang adaxial (daun dorsiventral) B. Stomata terletak sama tinggi dengan epidermis yang lain.
41
3. Daun Tumbuhan Hidrofit A. Stomata sering menonjol keluar (lebih keluar dari epidermis) B. Memiliki ruang-ruang udara yang besar atau saluran udara C. Epidermis tanpa kutikula dan berisi kloroplas
D. ALAT & BAHAN 1. Miksroskop cahaya 2. Gelas benda dan penutup 3. Kuas 4. Pinset kecil 5. Jarum preparat 6. Pipet tetes 7. Silet tajam 11. Empulur ketela pohon 12. Preparat awetan irisan melintang daun 13. Daun kacang-kacangan 14. Daun jagung (Zea mays) 14. Daun Colocasia (talas) E. KEGIATAN PRAKTIKUM 1. Ambillah preparat awetan irisan melintang daun. Amati di bawah mikroskop, perhatikan sel-sel epidermisnya, ada berapa lapiskah? Amati di bawah mikroskop, perhatikan sel-sel epidermisnya, ada berapa lapisan ? Amati lapisan yang tebal. Perhatikan stomatanya! Tunjukkan berkas pengangkut yang terletak di bagian pusat, sebutkan tipenya. Perhatikan juga jaringan endodermis yang membatasi korteks dan stele. Berapa lapiskah endodermisnya? Gambarlah sebagin secara rinci dengan melibatkan berkas pengangkutnya yang lengkap! 2. Buatlah irisan melintang daun kacang-kacangan setipis mungkin dalam air, amatilah di bawah mikroskop! Perhatikan sel epidermis yang dilapisi kutikula! Apakah tipe daunnya? Apakah tipe berkas pengangkutnya? Buatlah bagan penampang daun secara keseluruhan ! 3. Buatlah irisan melintang daun talas (Colocasia) atau daun kacang-kacangan setipis mungkin dalam air, amatilah di bawah mikroskop! Perhatikan sel epidermis yang dilapisi kutikula! Apakah tipe daunnya? Apakah tipe berkas pengangkutnya? Buatlah bagan penampang daun secara keseluruhan !
42
IX. BUNGA
A. TUJUAN Untuk mengetahui struktur anatomi bagian-bagian bunga seperti : sepalum, petalum, benang sari, dan putik. B. WAKTU 1 Kali pertemuan C. TINJAUAN TEORI Bunga sari dianggap merupakan modifikasi dari daun. Bagian-bagian bunga adalah: tangkai bunga, dasar bunga, kelopak buga yang tersusun dari satu atau lebih daun kelopak (sepalum), mahkota bunga tersusun dari satu atau lebih daun mahkota (petalum) serta alat reproduksi yang terdiri atas benang sari (jantan) dan putik (betina). Struktur anatomi tangkai bunga menyerupai batang, lapisan terluar epidermis yang biasanya satu lapis, diikuti jaringan parenkimatis dan di sebelah dalamnya ditemukan berkas jaringan pengangkut. Struktur daun kelopak atau sepalum dan petalum mirip dengan daun, yaitu: epidermis atas dan bawah diantaranya ditemukan jaringan parenkimatis yang disebut mesofil. Pada daerah tertentu (tulang daun) terdapat berkas pengangkut. Pada epidermis biasanya terdapat tonjolan-tonjolan yang berupa papila sehingga kalau diraba terasa halus. Dalam epidermis atau mesofil mungkinn juga ditemukan adanya kelenjar minyak aeteris yang menyebabkan bunga mempunyai bau yang khas. Struktur filamentum juga mirip tangkai bunga, sedang struktur kepala sarinya meliputi dinding antera, likulus, dan di dalam lokulus terdapat serbuk sari. Dinding antena terdiri dari 2 lapis. Lapisan luar (eksotesium) dan lapisan dalam (edotesium). Pada eksotosium ditemukan sel-sel yang berbentuk khusus yang disebut stomium, yang merupakan tempat keluarnya serbuk sari setelah masak. Putik terdiri atas kepala putik, tangkai kepala putik, dan bakal buah. Tangkai kepala putik juga terdiri dari jaringan parenkimatis. Pada kepala putik kadang dijumpai papila pada epidermisnya. Bakal buah meliputi dinding bakal buah dan ruang ruang ovarium (bakal buah). Untuk bakal buah yan ruang ovariumnya lebih dari satu dapat dapat ditemukan septum. Dinding bakal buah juga punya epidermis luar dan epidermis dalam, diantaranya terdapat jaringan parenkimatis dan di dalamnya terdapat berkas pengangkut. Berkas pengangkut juga dapat dijumpai dalam septum. Di dalam ruang bakal buah ditemukan juga bakal biji yang tersusun dari jaringan parenkimatis.
D. ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop cahaya 2. Gelas benda dan penutup 3. Pinset kecil 4. Jarum preparat 5. Silet 6. Larutan HCL 25 %
43
7. Larutan floroglusin 8. Benang sari Lilium sp (bunga leli) 9. Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) 10. Bakal buah kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis)
E. KEGIATAN PRAKTIKUM 1. Buatlah irisan melintang dari tangkai sari bunga Lilium, perhatikan strukturnya. Dapatkah ditemukan epidermis, parenkim, dan berkas pengangkut. Tetesilah preparat dengan larutan floroglusin dan HCL 25 % dan perhatikan berkas pengangkutnya! 2. Buatlah irisan melintang dari tangkai sari, putik dan benang sari, perhatikan strukturnya. Dapatkah ditemukan epidermis, parenkim, dan berkas pengangkut. Perhatikan berkas pengangkutnya! 3. Ambil bakal buah kembang sepatu, irislah setipis mungkin amati di bawh mikroskop. Perhatikan dinding ovariumnya yang terdiri epidermis dan parenkim. Adakah berkas pengangkutnya? Berapa ruang ovariumnya? Perhatikanlah letak bakal bijinya. Perhatikan trikoma pada epidermisnya dan struktur septumnya. Gambar dan berilah keterangan!
44
X. BUAH DAN BIJI
A. TUJUAN 1. Mengamati jaringan penyusun buah kering dan buah berdaging. 2. Membedakan dengan gambar struktur anatomi buah kering dan berdaging 3. Mengamati jaringan penyusun biji yang menpunyai cadangan makanan dalam endosperma dan bukan dalam endosperma. 4. Membedakan dengan gambar struktur anatomi kedua biji tersebut di atas. B. WAKTU 1 kali pertemuan C. TINJAUAN TEORI Setelah terjadi pembuahan, bakal buah akan berkembang menjadi buah dan bakal biji menjadi biji. Namun ada pula peristiwa pembentukan buah yang tidak didahului dengan pembuahan. Peristiwa itu disebut partenokarpi. Pada dasarnya jaringan penyusun buah berasal dai perkembangan jaringan penyusun bakal buah. Seharusnya dinamakan kulit buah (perikarpium) adalah perkembangan dari dinding ovarium, tetapi pada prakteknya kadang-kadang kulit buah tidak hanya berasal dari dinding ovarium saja. Buah semu tidak dibentuk dari bakal buah saja tetapi mungkin dari bagian bunga lain. Berdasar struktur kulit buahnya dapat dibedakan buah kering dan buah berdaging. Buah berdaging adalah byah yang mempunyai kulit buah tebal dan bedaging.sedangkan buah kering mempunyai kulit buah yang tipis. Perikarp dapat mengalam differensiasi menjadi 2 bagian, yang luar disebut ektokarp dan bagian dalam menjadi endokarp. Pada beberapa jenis buah, perikarp berdifferensiasi menjadi 3 bagian, yaitu eksokarp, mesokarp dan endokarp. Buah terkadang hanya mempunyai satu ruangan berisi satu biji atau beberapa biji. Adapula buah yang mempunyai lebih dari satu ruang dan setiap ruang dapat berisi satu biji atau lebih. Biji merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan Angiospermae (Magnoliophyta) karena di dalam biji tersebut ditemukan embrio yang merupakan calon tumbuhan baru. Untuk berkecambah biji memerlukan tenaga yang diperoleh dari pemecahan cadangan makanan. Berdasarkan letak cadangan makanannya dibedakan menjadi dua macam biji, yaitu biji yang albuminus dan eksalbuminus. Dalam endoseprm. Adapula biji yang endospermnya telah habis untuk perkembangan embrio, sehingga cadangan makanannya terdapat dalam kotilnya (bagian dari embrio). Biji ini disebut “exendosperm seed”. Selain cadangan makanan kulit biji juga mempunyai struktur yang bermacam-macam. Kulit biji seharusnya merupakan perkembangan integumen tetapi kadang-kadang tidak hanya hanya integumen saja. Jaringan yang mungkin membentuk kulit biji adalah kalaza, raphe dan sebagian jaringan nuselus, sel tanin, sel sklerenkim, dsb. Jaringan yang mungkin tampak pada penampang melintang biji diantaranya: jaringan kulit biji yang tersusun dari lapisan sel makrosklereida atau osteosklereida,
45
hilum, endospermae yang berisi butir amilum atau bahkan mungkin aleuron, embrio dab.
D. ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop cahaya 2. Gelas benda dan penutup 3. Pinset kecil 4. Jarum preparat 5. Pipet tetes 6. Silet 7. Empulur ketela pohon 8. Biji buncis (Phaseolus vulgaris) 9. Biji jagung (Zea mays) 10. Biji kacang hijau (Vigna radiata) E. KEGIATAN 1. Buatlah irisan melintang buah buncis. Letakkan pada gelas benda yang telah disediakan, tutuplah dengan kaca penutup. Amatilah preparat tersebut dengan mikroskop, perhatikan jaringan yang menyusun buah tersebut, tunjikkanlah dengan gambar epidermis luar yang berkutikula, kolenkim, klorenkim, paremkim luar, serabut sklerenkim, parenkim dalam. Tunjukkan pula jaringan penyusun bijinya. Dimanakah dapat dijumpai bekas pengangkutnya? Gambarlah! 2. Rendamlah biji kacang hijau beberapa menit, potonglah melintang melalui hilus. Buatlah penampang melintang setipis mungkin. Letakkan diatas gelas benda yang sudah disediakan dan tutuplah dengan gelas benda penutup. Amatilah preparat tersebut dengan mikroskop, gambarlah! Tunjukkanlah makrosklereid dan osteosklereid yang menyusun kulit bijinya. Tunjukkan pula hilus pada jaringan parenkim disekelilingnya. Ada beberapa kotiledon? Didalam kotiledon terdapat apa? Dapatkah anda melihat epidermis, kotiledon? Mungkin masih menemukan plasentanya, Gambarlah ! 3. Buatlah irisan melintang biji jagung. Letakkan pada gelas benda yang telah disediakan, tutuplah dengan kaca penutup. Amatilah preparat tersebut dengan mikroskop, tunjukkan jaringan penyusun bijinya. Dimanakah dapat dijumpai bekas pengangkutnya? Gambarlah!
46