Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
STRUKTUR KOMUNITAS DAN KOMPOSISI JENIS SERANGGA AIR DI RAWA LEBAK DELING KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN Suhaibah Aslamiyah1) , dan Syamsul Rizal2) e-mail:
[email protected] Alumni Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang1) Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang2) ABSTRACT This study aims to determine the structure comunity and composition of insects in the swamp water of Deling Ogan Ilir on South Sumatera province, in September to November 2012. Identification of aquatic insects in the Laboratory of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences University of PGRI Palembang. The results showed the relative density , relative frequency , relative dominance at station 1 ( Kumpai Padi ) and station 2 ( Lotus ) is Belostoma flumineum. Insects are the most dominant with the highest importance value index station 1 and station 2 Belostoma flumineum. While the insect species diversity index of water at station 1 of 1,54, at station 2 of 1,96 and index between stations by 17 %. Key words : Insects water , lebak swamp deling , structure , composition and communitas. ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang struktur kuminitas dan kompisisi serangga air di Rawa Lebak Deling Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan, pada bulan September sampai November 2012. Identifikasi serangga air di lakukan Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas PGRI Palembang. Hasil penelitian di dapatkan kepadatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif pada stasiun 1 (Kumpai Padi) dan stasiun 2 (Teratai) adalah Belostoma flumineum. Sedangkan Indeks Keanekaragaman jenis serangga air pada stasiun 1 sebesar 1,54, sedangkan pada stasiun 2 sebesar 1,96 dan Indeks Kesamaan antar stasiun sebesar 17%. Kata kunci : Serangga air, rawa lebak deling, struktur, komposisi and komunitas. PENDAHULUAN Rawa lebak merupakan wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang tahun lebih kurang ISSN 1829. 586x
selama tiga bulan dengan tinggi genangan kurang dari 50 cm. Indonesia memiliki rawa lebak cukup luas sekitar 13,27 juta hektar dan baru 19
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
sebagian kecil atau kurang dari satu juta hektar yang berhasil dimanfaatkan. Rawa lebak umumnya tersebar di tiga pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Pemanfaatan lahan rawa lebak oleh masyarakat setempat umumnya untuk pengembangan pertanian, perikanan dan peternakan. Berbagai jenis tanaman pangan, palawija, sayuran sampai dengan tanaman perkebunan mempunyai peluang untuk dikembangkan di lahan rawa lebak (Waluyo et al., 1997). Salah satu rawa lebak yang terdapat di Sumatera Selatan adalah rawa lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Kebanyakan masyarakat di daerah ini memanfaatkan potensi rawa lebak tersebut untuk persawahan, peternakan dan perikanan. Kesuburan suatu perairan antara lain dapat dilihat dari keberadaan organisme, karena dalam suatu perairan dapat menggambarkan tingkat produktifitas perairan tersebut. Dalam sistem trofik ekosistem perairan, organisme serangga sangat berperan sebagai konsumen dan berada pada tingkat dasar, yaitu menentukan organisme pada jenjang berikutnya (Sachlan, 1980). Serangga air adalah salah satu organisme yang terdapat di perairan rawa lebak. Serangga air adalah organisme yang hidupnya mengapung atau berenang di permukaan air serta bertempat pada permukaan perairan (Odum, 1996). Larva serangga air biasanya menempel pada akar tanaman air diantaranya adalah jenis rerumputan yang merupakan habitat dari larva ikan ISSN 1829. 586x
dan larva serangga air yang menggantungkan hidupnya dari pakan alami yang berupa komunitas plankton. Larva dan dewasa dari Serangga air mendominasi tingkat tropik antara produsen utama dan ikan yang hidup di rawa, danau dan sungai. Diantara serangga air, capung adalah jenis serangga yang sering dijumpai di lingkungan rawa, danau dan sungai. Capung menyimpan telur yang sudah dibuahi di air atau pada bagian makrofita air, menetas dan berkembang menjadi nympa yang hidupnya diair dan fase dewasa hidupnya di darat (Monk, 2002). Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air, yang berfungsi sebagai produsen penghasil energi. Tumbuhan air dapat dikelompokkan menjadi terrestrial plants adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya belum tertutup oleh air, emerged plants adalah tumbuhan air yang akarnya berada dalam air dan bagian lainnya berada dipermukaan air, floating plants adalah tumbuhan air yang bagian akar dan batangnya berada dalam air, sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya berada dalam air (Odum, 1993). Rawa Lebak Deling merupakan salah satu daerah perairan di Kecamatan Pangkalan lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan yang mempunyai potensi perikanan yang tinggi. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis serangga air yang terdapat dalam ekosistem di 20
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
Rawa Lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Untuk mengetahui biota di rawa lebak deling perlu dilakukan penelitian karena kawasan ini dikenal mempunyai potensi perikanan. Penelitian secara berkelanjutan yang bertujuan untuk mengetahui biota yang terdapat di suatu ekosistem perairan, dalam hal ini serangga air yang hidup di rawa lebak deling kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat Penelitian
3. Penentuan Plot di Lapangan Plot yang akan diteliti ditentukan secara purposive sampling. Plot dibuat dengan menggunakan pipa ukuran 1 m x 1 m (persegi) sebanyak 20 plot. Sepuluh plot digunakan untuk pengambilan sampel serangga air pada tanaman teratai (Nymphaea) dan 10 plot lagi di tanaman kumpai padi dan jarak antar plot adalah 5 meter. Pengambilan sampel serangga air dilakukan dengan menggunakan insecting net, lalu masing-masing sampel dimasukan kedalam botol sampel. 4. Identifikasi Laboratorium
Sampel
di
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan November 2012 di rawa Lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang.
Botol yang berisi sampel serangga air dibawa ke laboratorium untuk diamati dan diidentifikasi dengan menggunakan kaca pembesar dan mikroskop. Sebagai pedoman identifikasi digunakan rujukan kunci identifikasi serangga (Borror, 1992) dan (Cafferty, 1983).
2. Alat dan Bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, botol sampel ukuran 100 ml, ember ukuran 5ml, insecting net, kaca pembesar, kamera digital, pipa plot (1m x 1m), mikroskop, tali. Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah air rawa yang berisi larva serangga dan formalin 10%.
1. Komposisi Spesies
ISSN 1829. 586x
Dari hasil penelitian tentang struktur komunitas dan komposisi serangga air yang dilakukan di Rawa Lebak Deling Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel 1.
21
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
Tabel 1. Komposisi Jenis Serangga Air di rawa lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provisni Sumatera Selatan No
Ordo
1
Hemiptera
2
Celeoptera
3
Diptera
4 5
Lepidoptera Odonata
Familia
Belostomatidae Nepidae Gerridae Carabidae Dytiscidae Cincidelidae Hydreanidae Culicidae Simulidae Nymphalidae Aeshnidae
Genus
Belostoma Ranatra Gerris Chlaenius Dytiscus Cincidela Hydreana Culex Simulium Acraea Aeshna
Spesies
Belostoma flumineum Ranatra sp Geriis sp Chlaenius sp Dytiscus sp Cincidela sp Hydreana ambiflagellata Culex pipiens Simulium domnosum Acrae violea Aeshna sp
Stasiun pengamatan S1 S2 √ √ − √ √ − − √ − √ √ − √ − − √ √ − − √ − √
Keterangan : √ = Ditemukan - = Tidak ditemukan
S1 S2
Berdasarkan Tabel 1., dapat dilihat jenis serangga yang di dapatkan pada tanaman Kumpai padi dan tanaman teratai di Rawa Lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan, sebanyak 11 jenis, 10 familia dan 5 ordo Pada stasiun 1 (tanaman teratai) ditemukan 5 jenis serangga air (Tabel 1). Seperti diketahui stasiun 1 tergolong dalam rawa lebak berarus lambat, subtrat pasir dan lumpur (pool). Kondisi lebak ini umumnya terdapat di hilir dan dataran rendah yang menyediakan sedikit habitat bagi spesies yang ditemukan pada stasiun 1, sehingga keragaman jenisnya cenderung rendah. Sebagian jenis serangga air hidup menempel pada tumbuhan air di sekitar perairan ini. Pada stasiun 2 ditemukan 7 spesies lebih banyak dari stasiun 1 ini disebabkan karena stasiun 2 tergolong kedalam rawa lebak yang ditumbuhi tumbuhan air, sehingga habitat ini
memiliki keragaman jenis serangga air yang cukup tinggi terutama di daerah yang terlindung dan menyediakan makanan yang cukup. Komposisi jenis serangga air di habitat ini berbeda dengan komposisi jenis serangga air di habitat berbatu atau berarus deras dan banyak serasah yang mengandung unsur-unsur mineral organik, sehingga mampu menunjang kehidupan makrobentos salah satu nya dalam proses dekomposer. Dekomposer awalnya akan mencacah substansi sisasisa bagian daun dan akar sehingga hasil dekomposisi tersebut mendapatkan zat yang penting bagi kehidupan organisme perairan terutama dalam peristiwa rantai makanan (Handayanto, 1996 dalam Arief, 2003). Pada stasiun 1 dan stasiun 2 ditemukan 1 spesies yang sama yang berasal dari familia Belostomatidae yaitu Belostoma flumineum dari Ordo Hemiptera. Dimana Belostoma flumineum merupakan jenis serangga yang hidupnya berenang, nimphanya
ISSN 1829. 586x
= teratai = Kumpai padi
22
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
hidup di air sebagai predator pemakan tanaman. Pada stasiun 1 tidak ditemukan Culex pipiens, Acrae violea, Aeshna sp di sebabkan oleh habitat dari nimphanya hidup di air dan yang dewasa hidup di darat dan udara bebas dengan makanan yang berbeda antara nimpha dan yang dewasa. Larva serangga banyak ditemukan pada tanaman kumpai padi disebabkan karena merupakan jenis tumbuhan rerumputan dimana habitat dari larva
serangga air ini menggantungkan hidupnya dari pakan alami yang berupa komunitas plankton (Odum, 1996). 2. Kepadatan Relatif Selanjutnya untuk mengetahui Kepadatan, Frekuensi, Dominansi Serangga Air pada tanaman Teratai dan Kumpai padi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kepadatan, Frekuensi, Dominansi Serangga Air pada tanaman Teratai dan Kumpai padi di rawa lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Spesies
Belostoma flumineum Ranatra sp Chlaenius sp Dytiscus sp Culex pipiens Acrae violea Aeshna sp Geriis sp Cincidela sp Hydreana ambiflagellata Simulium domnosum Total
Kepadatan (K)
Dominansi (D)
S1
S2
S1
S2
S1
S2
0.70 0.20 0.30 0.40 0.10 0.20 0.20 2,1
0.70 0.30 0.30 0.40 0.30 2
0.50 0.30 0.30 0.30 0.20 1,6
0.50 0.20 0.20 0.30 0.10 0.20 0.20 1,7
0.12 0.20 0.20 0.40 0.20 1,12
0.11 0.10 0.20 0.40 0.00 0.10 0.10 1,01
Dari Tabel 2, dapat dilihat serangga air yang ditemukan pada stasiun 1 yaitu Belostoma flumineum merupakan jenis yang paling tinggi kepadatannya. Hal ini di pengaruhi karena substrat yang berpasir halus dengan sedikit serasah maupun batuan sebagai tempat perlekatan dan persembunyian organisme tersebut. Faktor-faktor yang mempngaruhi kepadatan suatu populasi dapat terjadi ISSN 1829. 586x
Frekuensi (F)
karena perubahan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme. Selain itu kekurangan makanan dan faktor iklim menyebabkan populasinya berkurang (Oka, 1995). Sedangkan pada stasiun 2 total kepadatan tertinggi sama seperti di stasiun 1 di dominasi oleh spesies Belostoma flumineum. Kondisi lingkungan tertentu menyebabkan spesies lainnya tidak dapat bertahan 23
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
hidup, sedangkan Belostoma flumineum memiliki toleransi untuk dapat bertahan hidup pada perubahan lingkungan dengan rentang yang terbatas. Oleh karena itu, perubahan lingkungan mempengaruhi komunitas serangga air diantaranya menurunkan keanekaragaman jenis dan jumlah individu akibat punahnya jenis dan organisme yang tidak toleran terhadap perubahan lingkungan (Arief , 2006). Menurut Voshell (2003), serangga air dapat hidup di habitat yang beragam, mampu hidup di perairan dengan habitat yang sempit, dengan suhu yang ekstrem dingin atau panas, keruh atau berlumpur, dengan kadar oksigen yang rendah, arus yang deras, atau lingkungan perairan yang tercemar. Menurut Odum (1993), pada umumnya hewan avertebrata banyak mendiami subtrat dasar batu-batuan pipih dan kerikil, sehingga kerapataan dan keanekaragamannya tinggi, pada subtrat berpasir atau berlumpur halus merupakan tipe dasar yang tidak sesuai dalam mendukung jumlah, jenis dan individu tanaman dan hewan bentik. Sedangkan avertebrata yang hidup pada sedimem lunak di dominansi oleh molusca dan pada subtrat berbatuan kerikil akan di dominansi oleh siput dan beberapa larva serangga. Kepadatan populasi selain bervariasi pada suatu tempat, juga bervariasi secara temporal. Jumlah organisme di dalam populasi mengalami perubahan sepanjang waktu sebagai hasil dari berbagai faktor yang berkaitan seperti: kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi (Norris, 2003). Serangga air dapat dijadikan sebagai bioindikator berhubungan dengan kondisi fisik dan kimia yang ISSN 1829. 586x
terdapat dalam habitat. Ketika lingkungan habitatnya bersih atau tercemar, keanekaragaman dan kelimpahan serangga air di dalamnya dapat menjelaskan hal tersebut. Beberapa spesies diketahui memiliki kebutuhan khusus berhubungan dengan nutrisi atau kadar oksigen. Dapat dijelaskan bahwa kehadiran spesiesspesies tertentu dalam suatu habitat mengindikasikan bahwa parameter fisik-kimia tersebut berada pada batas toleransi untuk setiap spesies di dalamnya (Noor, 2007). Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim (Subahar, 2004). Kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Bila sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan terjadi. Persaingan antara anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan inter spesifik) atau antara anggota spesies yang sama (persaingan intraspesifik). Selanjutnya untuk mengetahui Kepadatan relatif (KR), Frekuensi relatif (FR), Dominansi relatif (DR) 24
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
dan Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Air pada tanaman Teratai dan
Kumpai padi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kepadatan relatif (KR), Frekuensi relatif (FR), Dominansi relatif (DR) dan Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Air pada tanaman Teratai dan Kumpai padi di rawa lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kerapatan relatif (%)
Frekuensi relatif (%)
Dominansi relatif (%)
S1
S2
S1
S2
S1
S2
S1
S2
Belostoma flumineum Ranatra sp Chlaenius sp Dytiscus sp Culex pipiens Acrae violea Aeshna sp Geriis sp Cincidela sp Hydreana ambiflagellata Simulium domnosum
35 15
3.33 9.52 14.29 19.05 4.76 9.52 9.52 -
31.25 18.75
29.41 11.76 11.76 17.65 5.88 11.76 11.76 -
12.25 2.25
11.11 0.91 2.04 3.63 0.23 0.91 0.91 -
78.5 36
43.85 22.20 28.09 40.32 10.87 22.20 22.20 -
15 20
-
18.75 18.75
-
2.25 4
-
36 42.75
-
15
-
12.5
-
2.25
-
29.57
-
Total
100
100
100
100
100
100
300
300
Spesies
3.Frekuensi Relatif Dari Tabel 3., dapat dilihat baik pada satasiun 1 maupun stasiun 2, spesies Belostoma flumineum memiliki frekuensi relatif tertinggi, sedangkan pada stasiun 1 spesies Simulium domnosum memiliki Frekuensi relatif terendah. Hal ini disebabkan kondisi perairan pada stasiun 1 tidak memungkinkan serangga tersebut dapat hidup dengan baik dan kondisi lingkungan seperti ini didominansi oleh tumbuhan air dan populasi biota air seperti ikan rawa, yaitu jenis ikan yang tahan terhadap keasaman dan kandungan oksigen yang rendah, seperti ikan sepat dan ikan lele (Raharjo, 2008).
ISSN 1829. 586x
INP
Pada stasiun 2 frekuensi relatif paling rendah adalah Culex pipiens. Hal ini diakibatkan kualitas perairan semakin menurun dan penyebarannya sedikit sehingga menyebabkan organisme tertentu yang bisa beradaptasi pada lingkungan tersebut dan penyebaran terbesar di miliki oleh Belostoma flumineum. Hal ini diakibatkan karena serangga tersebut dapat hidup pada semua tipe perairan yang berlumpur. Penyebaran organisme tersebut meningkat disebabkan karena pada daerah di sekitar rawa banyak mengandung zatzat organik kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme yang berperan sebagai konsumen. Proses makan dan dimakan di dalam ekosistem akan membentuk rantai 25
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
makanan bahkan jaring-jaring makanan (Brower dan Zar, 1997). Keadaan ekosistem yang stabil menyebabkan populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan seimbang dengan populasi lainnya dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya umpan balik antara tingkat spesises lain (Untung , 1996). 4. Dominansi Relatif Berdasarkan Tabel 3., Dominansi tertinggi baik pada stasiun 1 maupun stasiun 2 yang didominasi oleh spesies Belostoma flumineum. Hal ini di sebabkan kondisi perairan pada stasiun dan stasiun 2 sangat mendukung kehidupan organisme tesebut. Hal ini menunjukan spesies ini menduduki posisi yang paling penting karena selalu di temukan baik pada setiap stasiun 1 maupun pada stasiun 2. Serangga air hidup dalam air habitat aquatik dimana dapat digolongkan berdasarkan ukurannya yaitu, aquatik makro habitat merupakan area yang luas, area yang kompleks seperti danau, laut atau pun kolam. Sedangkan aquatik mikrohabitat, merupakan area yang lebih sempit, seperti sehelai daun yang berada di bawah permukaan air. Mikrohabitat merupakan tempat spesifik dimana individu dari suatu spesies atau kelompok yang hidup di sana (De la Rosa, 2001). Distribusi jenis invertebrata air dalam ekosistem air tidak tersebar luas dan tidak juga seragam. Kebanyakan dari mereka memiliki kebutuhan khusus dan hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah atau tempat dimana kebutuhanISSN 1829. 586x
kebutuhan khusus tersebut dapat terpenuhi. Dengan demikian, distribusi spesies-spesies yang hidup di lingkungan pasti mencerminkan aspek kualitas lingkungan tersebut. Komunitas serangga juga mencerminkan tingkatan dan struktur habitatnya (Tarumingkeng, 2001). Tingginya tingkat dominasi di suatu ekosistem berarti terjadi dominasi yang sangat tinggi oleh spesies tertentu dibandingkan dengan spesies yang lain. karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan. Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadikompetisi/persaingan dan perubahan lingkungan serta ketersedian sumber makanan (Pu rwanta, 1997). 5 Indeks Nilai Penting (INP) Berdasarkan tabel 3., dapat dilihat bahwa struktur komunitas serangga air yang terdapat pada stasiun 1 dan stasiun 2 sangat berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pada stasiun 1 INP Belostoma flumineum sebesar 78,5% dan pada stasiun 2 INP Belostoma flumineum sebesar 43,86%. Sehingga meskipun INP salah satu spesies pada stasiun 1 dan stasiun 2 yang paling tinggi yang membedakannya adalah tingkat dominasi suatu spesies tergantung pada kemampuan spesies tersebut dalam bereproduksi serta kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan perairan dan faktor-faktor tertentu dalam suatu lingkungan (Oka, 1995). Pada stasiun 1 dan stasiun 2, ada beberapa serangga yang mampu beradaptasi dengan baik sehingga jumlahnya hampir sama pada stasiun yang berbeda. Stasiun 1 yang 26
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
merupakan rawa yang tergolong tipe menggenang dan mengalir, dapat dilihat indeks nilai penting pada salah satu spesies. Jenis larva serangga air yang mendominasi dari stasiun 1 dan stasiun 2 adalah Belostoma flumineum. Hal ini menunjukkan bahwa serangga ini memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada kedua stasiun dan ketersedian makanan cukup (Cox, 2001). Tingginya INP Belostoma flumineum. yang ditemukan pada kedua stasiun penelitian tersebut dikarenakan jenis yang termasuk ke dalam Ordo Hemiptera mampu
beradaptasi terhadap faktor lingkungan dan mampu berkembang biak dengan cepat. Suatu organisme mampu beradaptasi dan cocok pada lingkungan tempat tinggal mempunyai daerah penyebaran yang luas maka spesies tersebut akan ditemukan dalam jumlah yang banyak dan dominan (Odum, 1993). 6 Indeks Keanekaragaman Jenis Dari data di atas diketahui nilai keanekaragaman jenis serangga air dari indeks keanekaragaman jenis yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Indeks Keanekaragaman jenis serangga air pada tanaman Teratai dan Kumpai padi di rawa lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan
No 1 2
Nama tanaman Teratai Kumpai padi
Indeks keanekaragaman adalah suatu penggambaran secara matematik untuk mempermudah dalam menganalisis informasi tentang jumlah individu dan spesies organisme serta beberapa banyak jumlah jenis yang ada dalam suatu area (Odum, 1993). Indeks keanekaragaman jenis di suatu kawasan menggambarkan adanya kekayaan jenis dalam komunitas maupun juga memperlihatkan keseimbangan dalam pembagian jumlah individu tiap jenis. Nilai Indeks keanekaragaman bervariasi jumlah individu tiap spesies, maka keanekaragaman suatu ekosistem akan semakin kecil, demikian juga sebaliknya nilai indeks makin tinggi berarti komunitas di perairan tersebut ISSN 1829. 586x
Indeks Keanekaragaman (H’) 1,54 1,96
Kriteria Sedang Tinggi
akan beragam dan tidak didominansi oleh satu atau lebih. Indeks keanekaragaman (H’) menurut Shannon (Odum, 1993) terdiri dari beberapa kriteria dimana. Bila nilai H diatas 3,0 menunjukkan keanekaragaman sangat tinggi. Bila nilai H 1,6 di antara 3,0 menunjukkan keanekaragaman tinggi. Sedangkan bila nilai H 1 dan 1,5 menunjukkan keanekaragaman sedang dan bila nilai H dibawah 1 menunjukkan keanekaragaman rendah. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan indeks Shannon diperoleh nilai Indeks keanekaragaman jenis di stasiun 1sebesar 1,54 dan stasiun 2 sebesar 1,96. Dari keselurahan nilai indeks pada stasiun 1 27
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
adalah 1,54 dapat dikategorikan sedang dan pada stasiun 2 adalah 1,96 termasuk kategori tinggi. Berdasarkan tabel 1, pada stasiun 1 ditemukan 5 spesies dengan indeks keanekaragaman 1,54 jenis yang ditemukan berasal dari ordo Hemiptera dari familia (Belostomatidae, Gerridae) sedangkan pada ordo Celeoptera terdiri dari familia (Cincidae, Hydraenidae) kemudian yang terakhir berasal dari ordo Diptera terdiri dari familia (Simulidae), sedangkan pada stasiun 2 ditemukan 6 spesies dengan indeks keanekaragaman 1,96 jenis yang ditemukan berasal dari ordo hemiptera dari familia (Belostomatidae, Nepidae) sedangkan pada ordo Celeoptera terdiri dari familia (Carabidae,Dystiscidae) ordo Diptera terdiri dari familia (Culicidae) ordo Lepidoptera terdiri dari familia (Nymphalidae) dan terakhir berasal dari ordo Odonata terdiri dari familia (Aehnidae) keberadaan serasah di dasar perairan pada stasiun 1 dapat menjadi media menempelkan perlindungan dan tempat rantai makanan bagi organisme yang ada di habitat tersebut. Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagian jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada dinyatakan dalam indeks keragaman jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampak bertambah bila komunitas menjadi semakin stabil, keragaman yang besar juga mencirikan ketersedian makanan dalam jumlah besar (Michael, 1995).
ISSN 1829. 586x
Pada stasiun 1 merupakan zona littoral bagian perairan dangkal dengan penetrasi cahaya matahari efektif menembus sampai ke dasar perairan. Secara alami zona ini biasanya dihuni oleh tumbuh-tumbuhan berakar. Konsumen zona ini hampir mencakup semua filum hewan perairan seperti kelompok larva Diptera,Coleoptera, dan Hemiptera (Odum, 1993). Secara tidak langsung cahaya akan mempengaruhi pertumbuhan serangga air yang hidup didalamnya. Disamping itu kedalaman suatu perairan akan membatasi kelarutan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi. Interaksi antara faktor kekeruhan perairan dengan kedalaman perairan akan mempengaruhi penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan, sehingga berpengaruh langsung pada kecerahan, selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan organisme didalamnya (Odum, 1993). Pada stasiun 2 merupakan ekosistem air tawar Lotik yang mempunyai ciri-ciri airnya tidak mengalir yang merupakan rawa gambut yaitu tanah yang jenuh air, tersusun dari bahan tanah organik berupa sisasisa tanaman dan jaringan tanaman yang telah melapuk. Sehingga memiliki keragaman jenis serangga air yang cukup tinggi terutama di daerah yang terlindungi dan menyediakan makanan yang cukup (Odum, 1993). Keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh hubungan fungsional tingkat-tingkat tropik, misalnya jumlah pemangsaan sangat mempengaruhi keanekaragaman dari komunitas yang dimangsa. Komunitas dalam lingkungan yang mantap mempunyai jenis yang lebih tinggi dari pada komunitas yang 28
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia atau alam. Pada komunitas yang baru terbentuk keanekaragamannya cenderung rendah karena organisme yang terbentuk baru sedikit dan tahap suksesi belum begitu sempurna (Odum, 1993). Suatu komunitas akan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh spesies dengan jumlah yang banyak dan kelimpahan spesies sama atau hampir sama, sebaliknya jika suatu komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies dan dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah. Keanekaragaman jenis cenderung akan rendah dalam ekosistem yang secara fisik terkendali
dan memiliki faktor pembatas yang kuat dan akan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara alami (Odum, 1996). 5. Indeks Kesamaan Jenis Menurut Odum (1993), Indeks kesamaan jenis dihitung untuk mengetahui kesamaan komunitas di dua lokasi atau habitat yang berbeda. Sebaliknya indeks ketidaksamaan jenis dapat diketahui dari hasil indeks kesamaan yaitu jika IS < 0,74 berarti nilai kesamaan rendah dan tidak ada kesamaan antar kedua habitat, namun jika IS > 0,75 berarti nilai kesamaan tinggi dan kedua habitat pengamatan hampir sama. Disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Indeks Kesamaan jenis dan Indeks ketidak samaan jeins Stasiun 1 (Teratai) dan Stasiun 2 (Kumpai padi) Serangga Air di Rawa Lebak Deling Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. No
1
Nama stasiun
Stasiun 1 dan Stasiun 2
Nilai indeks kesamaan yang tinggi menunjukkan bahwa jenis-jenis serangga air pada dua habitat yang dibandingkan mempunyai kesamaan jenis. Nilai kesamaan jenis digunakan untuk menentukan ukuran komunitas, sehingga kelompok komunitas yang mempunyai nilai kesamaan yang sama pada kedua habitat, atau kesamaan komunitas lebih besar dari habitat lainnya. Perbedaan terdapat pada individu-individu tersebut walaupun berada dalam satu spesies. Variasi ISSN 1829. 586x
Indeks Kesamaan (IS)
Indeks ketidak samaan (ISS)
0.17
0.83
organisme ini terjadi karena adanya beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berupa sinar matahari, cahaya, makanan, kelembaban. Sedangkan Faktor internal berupa adanya pengaruh lingkungan (Odum, 1993). Berdasarkan tabel 5, pada kedua stasiun menunjukkan indeks kesamaan komunitas sebesar 17% dengan indeks ketidak samaan jenis sebesar 83% menunjukkan nilai kesamaannya rendah. Hal ini diduga karena berhubungan dengan kondisi 29
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
kedua habitat yang jauh berbeda. Struktur vegetasinya lebih beraneka ragam, sehingga ketersediaan air yang umumnya diperoleh serangga melalui makanan yang mengandung air dan berpengaruh oleh faktor eksternal di dalam kedua habitat tersebut (Soerianegara dan Indrawan, 1998). Indeks kesamaan jenis adalah perbandingan antara nilai jenis-jenis serangga tertentu dihabitat tertentu dibandingkan dengan pada habitat lain. Nilai suatu indeks kesamaan yang tinggi menunjukkan bahwa jenis-jenis hewan yang terdapat pada 2 (dua) habitat yang dibandingkan, banyak yang sama. Rumus indeks kesamaan jenis yang digunakan menurut Sorensen (Odum, 1993). Kendeigh (1980), mengemukakan jika indeks kesamaan dari dua komunitas yang dibandingkan lebih besar dari 50%, maka kedua komunitas yang dibandingkan itu masih dapat dipandang sebagai satu komunitas. Sebaliknya bilamana di bawah 50%, maka kedua komunitas yang dibandingkan itu dapat dianggap sebagai dua komunitas. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diimpulkan sebagai berikut : 1. Serangga Air yang ditemukan pada stasiun 1 (Teratai) sebanyak 5 spesies dan pada stasiun 2 (Kumpai padi ) sebanyak 7 spesies 2. Spesies serangga air yang mendominansi di rawa lebak deling adalah Belostoma flumineum dengan INP sebesar 78,5% pada stasiun 1 (teratai) dan 43,85% pada stasiun 2 (Kumpai padi)
ISSN 1829. 586x
3. Indeks keanekaragaman (H’) pada stasiun 1 sebesar 1,54% Indeks Keanekaragaman tergolong sedang dan pada stasiun 2 sebesar 1,96% Indeks Keanekaragaman tergolong tinggi. 4. Indeks Kesamaan komunitas sebesar 17% sedangkan indeks ketidak samaan sebesar 83% menunjukkan bahwa nilai kesamaan komunitasnya tergolong rendah. DAFTAR PUSTAKA Arif, A. 2003. Hutan Mangrove, Fungsi dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius. Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan Johson. N.F. 1992. Pengenalan Serangga Diterjemahkan oleh Partosoejono. S dan M. Notowidjoya. Gajah Mada Univesity Press. Yogyakarta. Brower , J.E., J .H, Zar., dan Carl N. Von Ende, (1997), "Field and Laboratory Methods for General Ecology", 4th ed., Mc Graw-Hill Companies Inc., Boston, Massachusetts. Cafferty, W. P. 1983. Aquatic Entomology with Illustrations by Arwin V. Provonsha. The fishermen’s and ecologists illustrated guide to insects and their relatives. Jones and bartlett publishers. Boston London. Cox,
G.W. 2001. Conservation Biology. McGraw-Hill Companies. New York 30
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
De la Rosa, C. L. De la Rosa, C. A. 2001. The Guide to The Common Aquatic Invertebrates of The Loxahatches Basin. Project Oseanography. Canada Kendeigh, S.C. 1980. Ecology With Special Reference to Animals and Man, Prentice Hall of India, New Delhi. Michael , P, 1995. Ecology The Experimental Analysis Distribution And Abundance Third Edition. Harper and Row Publisher, New york. Monk, K.A. 2002. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku: Buku Kelima. Prenhallindo. Jakarta. 951 hlm. Noor, M. 2007. Rawa Lebak: Eksologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Norris, RF., Chen, BPU., dan Kogam, M. 2003.Conecept in Intergrated pest management. New Jersey: Prentice Hall. Odum, E. HLM. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Odum,
E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkan Tjahjono, S. dan Srigandono,B) Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada.
ISSN 1829. 586x
Oka , I, N., 1995. Pengendalian Hama Terpandu dan Implementasinya di Indonesia. UGM- Press, Yogyakarta. Purwana, FX. 1997. Pengaruh Aplikasi Insektisida Terhadap Komunitas Artropoda pada Agro Ekosistem Kedelai, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional PHT, Subang. Raharjo, A.S. 2008. Keanekaraganamn Densitas dan Distribusi Bentos di Perairan Sungai Pepe Surakarta (online) http:// digilib.uns.ac.id/ upload dokumen/51121905000908464. Sachlan, M. dan Riyadi. 1982. Planktonologi. Fakultas Perikanan dan Perternakan. UNDIP.Semarang Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Subahar, T. 2004. Keanekaragaman Serangga pada Bentang Alam yang Berbeda di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu. Konferensi Nasional Konservasi Serangga, Bogor 2007 Tarumingkeng, R.C. 2001. Serangga dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 31
Struktur Komunitas,........ Suhaibah …. dan Syamsul Rizal ,.......Sainmatika,.......Volume 11,......No.2,.... Desember 2014,......19-32
Voshell, R. J. 2003. Sustaining America's Aquatic Biodiversity Aquatic Insect Biodiversity and Conservation. Department of Entomology. Virginia Tech New York. Waluyo, Suparwoto, A. Suzana, Muzhar, R. Dewi, I. W. Supartha, T. Arief, Z.Arifin, M. Syarief, dan Suhendi. 1997.
ISSN 1829. 586x
Pengkajian Model Sistem Usaha tani di Lahan Lebak Kayu Agung Sumatera Selatan. Lokal Pengkajian Teknologi Pertanian Puntikayu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Sumatera Selatan, Palembang.
32