Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI OGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN Endri Junaidi, Zazili Hanapiah, Sefty Agustina Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya Abstrak. Penelittian tentang ― Komunitas Plankton di Perairan Sungai Ogan Kabupaten Ogan Komering UIu Sumatera Selatan‖ telah dilaksanakan pada bulan April - Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas plankton dan kualitas perairan. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling, yaitu berdasarkan perbedaan rona lingkungan sekitar. Identifikasi sampel plankton dilakukan di Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Hasil penelitian didapatkan 81 spesies plankton yang terdiri dari 14 Kelas yaitu Bacillariophyceae, Chloropyceae, Ciliatea, Coleochaetophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Eurotatoria, Euglenoidea, Noctiluciphyceae, Trebouxiophyceae, Tubulinea, Ulvophyceae, Xanthophyceae, dan Zygnematophyceae. Kelimpahan Plankton pada perairan Sungai Ogan tergolong rendah tinggi yaitu berkisar antara 80 individu/liter - 325 individu/liter. Indeks keanekaragaman jenis tergolong kategori sedang – tinggi yaitu berkisar antara 1,4 - 3,1. Indeks Dominansi berkisar antara 0,05 - 0,4, yang menunjukan tidak adanya spesies plankton yang melimpah dan berdasarkan nilai Indeks Kesamaan menunjukan bahwa antar stasiun penelitian memiliki kesamaan yang rendah yaitu berkisar antara 12,86% - 60,46%.. Kata Kunci: Struktur komunitas, Plankton, Sungai Ogan
PENDAHULUAN Sungai Ogan merupakan sungai yang yang sangat penting bagi masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu, karena perairan ini digunakan untuk mendukung aktivitas sehari-hari mereka seperti kegiatan MCK, perikanan dan kegiatan lainnya. Meningkatnya aktivitas masyarakat di sepanjang sungai Ogan ini dapat memperburuk kondisi perairan, terutama aktivitas rumah tangga, industri dan Rumah Sakit yang menghasilkan limbah cair, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan dan perubahan pada kualitas sungai tersebut yang akhirnya akan menimbulkan pencemaran dan berdampak terhadap kehidupan biota perairannya terutama plankton yang merupakan komponen utama dalam rantai makanan di perairan.
Plankton merupakan organisme melayang yang hidupnya dipengaruhi oleh arus dan umum digunakan sebagai indikator perubahan biologis suatu perairan, karena kelompok biota perairan ini umumnya sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan siklus hidupnya relatif singkat. Plankton juga merupakan komponen utama dalam rantai makanan di perairan. Menurut Barus (2002: 25), Plankton dibagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok mampu melakukan fotosintesis. Fitoplankton ini merupakan sumber nutrisi utama bagi kelompok organisma lainnya yang berperan sebagai konsumen, dimulai dari zooplankton dan diikuti oleh organisme lainnya sehingga membentuk rantai makanan. Semirata 2013 FMIPA Unila |265
Endri Junaidi, dkk: KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI OGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Survei pendahuluan telah dilakukan pada bulan Februari 2012, dilanjutkan dengan pengambilan sampel pada bulan April- Juni 2012 yang berlokasi di Perairan Sungai Ogan, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Pengamatan dan identifikasi Plankton dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Pengukuran parameter fisika dilakukan secara langsung saat pengambilan sampel di lapangan, sedangkan pengukuran parameter kimia dilakukan di Laboratoriun Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Lokasi Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan metode Purposive Sampling yaitu berdasarkan perbedaan rona lingkiungan di sekitar bantaran sungai, yaitu Stasiun I (vegetasi alami), Stasiun II ( outlet limbah cair PT Semen Baturaja, aktivitas MCK, dan pembuangan sampah), Stasiun III (kawasan Rumah Sakit Umum dan Taman Kota, serta kawasan padat penduduk), Stasiun IV( aktivitas penduduk dan usaha pencucian motor dan mobil.) dan Stasiun V(kawasan padat penduduk dengan berbagai aktivitas MCK). Pengambilan Sampel Plankton Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dalam waktu 3 bulan. Masing-masing stasiun diambil 3 titik secara purposive. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menyaring air sebanyak 50 liter dengan plankton net No 25.
Identifikasi Sampel Plankton Identifikasi plankton dilakukan di laboratorium sampai tingkat genus, botol yang berisi sampel plankton di kocok secara perlahan dengan cara membalikkan botol sampai 3 sampai 4 kali sampai homogen. Diambil larutan sampel dengan menggunakan pipet, kemudian diteteskan ke dalam Sedgwick Rafter Counting Cell kapasitas 1 ml untuk diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan dengan menggunakan buku identifikasi yang sudah standar. Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Pengukuran faktor fisika kimia perairan dilakukan pada saat pengambilan sampel pada masing-masing stasiun dengan alatalat sebagai berikut: Tabel 1. Faktor Fisika dan Kimia perairan No
Parameter
Satuan
Alat
1
pH
Unit
pH meter
2
Kecerahan
cm
Secchi disk
3
Suhu
o
termometer
4
Oksigen
mg/L
DO meter
cm/dt
stopwatch
mg/L
spektrofoto
C
terlarut 5
Kecepatan arus
6
Fosfat
meter 7
Nitrat
mg/L
spektrofoto meter
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Perhitungan dan Analaisis Data a) Kelimpahan Plankton Kelimpahan Plankton dinyatakan dalam individu per liter. Rumus yang digunakan dalam perhitungan kelimpahan plankton (APHA (1980) dalam Adrianistin (2002: 39) yaitu :
Keterangan: N = Kelimpahan plankton per liter air contoh (ind./l). ns = Jumlah Plankton pada Sedgwick Rafter Counting Cell (individu). va = Volume air terkonsentrasi dalam botol contoh (ml). vs = Volume air pada Sedgwick Rafter Counting Cell (ml). vc = Volume air contoh yang tersaring (L). b) Indeks Keanekaragaman Jenis
Dimana pi = ni/N Keterangan : H‘= Indeks Keanekaragaman Spesies atau Indeks Shanon. N = Jumlah total individu dalam komunitas. ni = Jumlah individu tiap spesies.
c) Indeks Dominansi Indeks dominansi Simpson persamaan sebagai berikut :
dengan
2
Dimana, pi = ni/N Keterangan: C = Indeks Dominansi. ni = Jumlah individu tiap spesies. N = Jumlah total individu dalam komunitas. Kriteria : Nilai C antara 0-1, yaitu : Bila C mendekati 0 (< 0,5), maka tidak terdapat spesies yang mendominasi. Bila C mendekati 1 (> 0,5), maka dijumpai adanya spesies yang mendominasi. d) Indeks Kesamaan antar Stasiun e) Indeks kesamaan dihitung dengan menggunakan Indeks of Sorenson menurut Smith (1986) dalam Septiyani (2009: 23), yaitu :
komunitas biota tidak
Keterangan: S = Indeks Kesamaan. C = Jumlah Spesies yang sama-sama ditemukan di lokasi A dan B. A = Jumlah spesies yang ditemukan di lokasi A. B = Jumlah spesies yang ditemukan di lokasi B.
= Stabilitas komunitas biota sedang. H‘ >3 = Stabilitas komunitas biota dalam kondisi prima (stabil).
Kriteria : Dimana: Jika > 50% berarti komunitas mendekati sama. Jika < 50% berarti komunitas berbeda.
Kriteria : H‘ < 1 stabil. 1< H‘< 3
=
Semirata 2013 FMIPA Unila |267
Endri Junaidi, dkk: KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI OGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN
Koefisien Saprobik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan (sungai atau danau) dapat ditentukan dengan menggunakan Koefisien Saprobik (X), modifikasi Dresscher dan Van der Mark (Basmi 2000: 34) dengan persamaan sebagai berikut :
Keterangan: X = Koefisien Saprobik (berkisar antara -3,0s/d 3,0) A = Jumlah Spesies dari Cyanophyta B = Jumlah Spesies dari Euglenophyta C = Jumlah Spesies dari Chrysophyta D = Jumlah Spesies dari Chlorophyta Tabel 2. Hubungan antara Koefisien Saprobik (X) tingkat pencemaran, bahan pencemar, dan fase saprobik. Bahan pencemar
Bahan organik
Tingkat pencem aran
Fase saprobik
Koef. Saprobik (X)
Sangat berat
Polisaprobik Poli/mesosapr obik αmeso/polisapr obik αmesosaprobik α/βmesosaprobik β/αmesosaprobik βmesosaprobik βmeso/oligosap robik Oligo/mesosa probik Oligosaprobi k
-3,0 - -2,0 -2,0 - -1,5
Cukup berat
Sedang Bahan organik dan anorganik
Bahan organik dan anorganik
Ringan
Sangat ringan
-1,5 - 1,0
-1,0 - 0,5 -0,5 - 0,0 0,0 - 0,5 0,5 - 1,0 1,0 - 1,5
1,5 - 2,0 2,0 - 3,0
Sumber : Dresscher & Van der Mark (1976)
Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton yang dilakukan selama bulan April - Juni 2012 yang berada di Perairan Sungai Ogan terdiri dari 81 spesies plankton dari 14 Kelas yaitu Bacillariophyceae, Chloropyceae, Ciliatea, Cyanophyceae, Dinophyceae, Eurotatoria, Euglenoidea, Coleochaetophyceae, Noctiluciphyceae, Trebouxiophyceae, Tubulinea, Ulvophyceae, Xanthophyceae, dan Zygnematophyceae. Komposisi komunitas plankton di Perairan Sungai Ogan pada bulan April Juni yang tertinggi adalah spesies dari kelas Bacillariophyceae yang terdiri dari 36 spesies dengan persentase kelimpahan sebesar 44%. Kelas Chlorophyceae dan Cyanophyceae masing-masing mempunyai persentae kelimpahan sebesar 16% dan 14%, sedangkan komposisi plankton yang lainnya mempunyai nilai persentase yang hampir rata-rata sama rendahnya berkisar dari 8,6% - 1,2%. Tingginya persentase komposisi pada kelas Bacillariophyceae ini disebabkan karena adanya faktor fisika dan kimia yang dapat mempengaruhinya, diantaranya yaitu pH, cahaya dan nutrien. Menurut Barus (2002: 43), bagi organisme air intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang mendukung kehidupan organisme dalam habitatny. Ketersediaan jenis nutrien tertentu dapat mendukung kehidupan spesies dari kelompok Bacillariophyceae (Diatom) ini. Hal ini dijelaskan oleh Goldman dan Horne (1983) dalam Wijaya (2009), pada perairan sungai yang memiliki kandungan nutrien (nutrien silika) yang cukup memadai, keberadaan kelompok Bacillariophyceae sering mendominasi dengan komposisi sangat besar.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
beradaptasi dengan baik dengan faktor fisika-kimia lingkungan yang memiliki kandungan zat-zat organik yang cukup tinggi. Indeks Keanekaragaman Plankton
Gambar 1. Kelimpahan Total Plankton di Perairan Sungai Ogan Selama Penelitian
Melimpahnya spesies dari anggota kelas Bacillariophyceae ini juga disebabkan karena adanya pengaruh dari keadaan pH perairan yang bersifat netral bahkan basa. Weizel (1979) menjelaskan bahwa nilai pH sangat menentukan dominansi fitoplankton di perairan. Pada umumnya kelas Diatom atau Bacillariophyceae memiliki kisaran pH yang netral atau bahkan basa yang akan mendukung kelimpahan jenisnya. Pada Gambar 1. dapat dilihat bahwa kelimpahan total plankton tertinggi terdapat pada bulan Juni yaitu sebesar 842 ind/liter, sedangkan kelimpahan total plankton terendah terdapat pada bulan April yaitu 80 ind/liter. Genus yang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan yang lain yaitu Synedra, dengan spesifikasi spesiesnya adalah Synedra acus, Synedra ulna, Synedra affinis, Synedra tabulata, Synedra fludgens yang berasal dari kelas Bacillariophyceae. Adanya aktivitas metabolisme yang dilakukan oleh kelompok plankton yang dibantu oleh sumber cahaya matahari, dapat menghasilkan senyawa yang bersifat nutrisi untuk menunjang kehidupan plankton. Menurut Yazwar (2008: 69), tingginya nilai kelimpahan suatu Genus di perairan disebabkan karena genus tersebut dapat
Indeks keanekaragaman plankton selama penelitan diperoleh dengan kisaran antara 1,4 - 3,1 dan berdasarkan kriteria indeks keanekaragaman tergolong keanekaragaman sedang, yang berarti bahwa komunitas plankton berada dalam kondisi stabil. Besanya nilai indeks keanekaragaman sangat ditentukan oleh jumlah jenis dan meratanya kelimpahan masing-masing jenis. Makin tinggi jumlah jenis dan kemelimpahan masing-masing jenis juga merata, maka nilai indeks keanekaragaman jenis akan tinggi, atau sebaliknya. Indeks Keanekaragaman yang ditunjukkan pada Gambar 2. Dibawah menunjukkan bahwa perairan Sungai Ogan tergolong stabilitas komunitas biota sedang. Basmi (2000: 11) menjelaskan bahwa kondisi komunitas sedang dimaksudkan dengan kondisi komunitas yang mudah berubah hanya dengan mengalami pengaruh lingkungan yang relatif kecil. Perairan Sungai Ogan juga tergolong sebagai perairan mesotrofik.
Gambar 2. Grafik Indeks Keanekaragaman Setiap Stasiun Selama Penelitian
Semirata 2013 FMIPA Unila |269
Endri Junaidi, dkk: KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI OGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN
Indeks Dominansi
Gambar 3. Grafik Indeks Dominansi Setiap
Stasiun Selama Penelitian Indeks Dominansi Komunitas Plankton di perairan Sungai Ogan pada April – Juni 2012 berkisar antara 0,05 sampai 0,4. Indeks Dominansi tertinggi terdapat pada bulan Juni di Stasiun 3 (0,4). Indeks Dominansi ini menunjukkan bahwa tidak terdapat spesies yang mendominansi di perairan Sungai Ogan karena nilai C mendekati 0 (<0,5) dan dapat di lihat bahwa perairan ini masih dalam kondisi yang baik karena tidak adanya salah satu spesies yang paling mendominansi di perairan ini. Menurut Basmi (2000: 13) jika C mendekati 0 (nol) berarti di dalam struktur komunitas biota yang kita amati tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi struktur komunitas dalam keadaan stabil, kondisi lingkungan cukup prima, dan tidak terjadi tekanan ekologis (stress) terhadap biota di habitat bersangkutan. Indeks Kesamaan antar Stasiun
(>50%) terdapat pada stasiun 5 pada bulan Juni dengan nilai indeks 60,46%. Nilai indeks kesamaan antar stasiun bernilai tinggi mungkin disebabkan karena kandungan nutrien yang cukup yang terdapat di perairan tersebut sehingga mendukung pertumbuhan plankton sehingga antar stasiun sampling dapat dijumpai spesies yang sama. Menurut Barus (2002: 127) adanya kesamaan unsur hara atau nutrien yang terkandung di perairan ini juga berpengaruh terhadap kesamaan spesies antar area sampling. Tabel 3. Indeks Kesamaan Komunitas Plankton antar Stasiun. No Bulan April 2 1
12,86 26,67
2
38,46
3
4
5
16
19,04
19,04
23,52
52,17
31,58
4
28,57
5 No Bulan Mei 2 1
3
38,46 38,46
2
50
3
4
5
38,46
36
40,90
38,09
45,45
33,33
4
42,86
5 No Bulan Juni 2 1 2 3
Dari hasil perhitungan indeks kesamaan antar stasiun pada bulan April – Juni didapatkan indeks berkisar antara 12,86% 60,46%. Indeks kesamaan plankton antar stasiun tergolong mendekati sama yaitu
3
4 5
3
41,67 34,48 40
4
5
50
30,77
50
54,54
30
44,44 60,46
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Koefisien Saprobik
No 1 2 3 4 5
No 1 2 3 4 5
No 1 2 3 4 5
Bulan Sampling April 0,6 0,1 0,1 0,7 0,2 Mei 0,6 0,8 1 0,6 0,7 Juni 1,7 1 1,6 1,4 0,9
Fase Saprobik April β-mesosaprobik (Ringan) β/α-mesosaprobik (sedang) β/α-mesosaprobik (sedang) β-mesosaprobik (Ringan) β/α-mesosaprobik (sedang) Mei β-mesosaprobik (Ringan) β-mesosaprobik (Ringan) β-mesosaprobik (Ringan) β-mesosaprobik (Ringan) β-mesosaprobik (Ringan) Juni Oligosaprobik (Sangat Ringan) β-mesosaprobik (Ringan) Oligosaprobik (Sangat Ringan) β-mesosaprobik (Ringan) β-mesosaprobik (Ringan)
Menurut Basmi (2000: 27) konsep Sistem Saprobik yang diterapkan oleh Kolkwitz dan Marsson membagi sungai menjadi tiga zona yaitu Zona yang mengalami proses reduksi komunitas yang disebut Polisaprobik; Zona tingkat Mesosaprobik adalah zona yang tercemar
sedang; dan Zona tingkat Oligosaprobik yaitu zona yang hanya terjadi proses oksidasi dan disini hanya terjadi tingkat pencemaran ringan sampai dengan bersih. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Hasil dari analisa parameter fisika perairan sungai ogan pada bulan April – Juni yang meliputi analisa kecerahan, suhu, dan kecepatan arus yaitu pada analisa Kecerahan nilainya berkisar antara 17cm – 74cm; suhu yang terukur meliputi 25oC – 29oC; dan nilai kecepatan arus yaitu berkisar antara 6 cm/detik-50 cm/detik. Hasil analisa pada parameter kecerahan berbeda-beda pada Bulan April – Juni karena disebabkan oleh tingkat kekeruhan dari perairan tersebut yang berbeda dan tentunya dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya terlarutya partikel-partikel yang dapat menyebabkan endapan di perarian tersebut hingga membuat perairan itu menjadi keruh. Menurut Michael (1994: 140), kekeruhan air disebabkan oleh beberapa komponen seperti lumpur, partikel tanah, potongan tanaman atau fitoplankton. Penembusan sinar berkurang dalam air yang keruh dan dapat mempengaruhi kedalaman tempat tumbuh-tumbuhan perairan dan dengan demikian kekeruhan dapat membatasi pertumbuhan organisme yang menyesuaikan pada keadaan air yang jernih. Analisa suhu pada perairan Sungai Ogan di bulan April – Juni menunjukkan hasil berkisar 25oC-29oC. Hal ini dapat dikarenakan karena temperatur perairan dipengaruhi juga oleh intensitas cahaya matahari dan adanya aktivitas pertukaran panas antara air dan udara di sekelilingnya. Isnansetyo dan Kurniastuty (1995: _) mengungkapkan bahwa suhu yang optimum bagi kehidupan plankton adalah 22oC – 30oC. Suhu suatu perairan dapat mempengaruhi kehidupan organisme yang berada di dalamnya termasuk plankton.
Semirata 2013 FMIPA Unila |271
Endri Junaidi, dkk: KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI OGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN
Hasil analisa kecepatan arus berkisar antara 6cm/detik-50cm/detik dan berdasarkan Mason (1981) dalam Wijaya (2009) yang mengklasifikasikan sungai berdasarkan kecepatan arusnya, bahwa Sungai Ogan tergolong dalam arus sangat lambat-sedang. Cepat atau lambatnya arus perairan Sungai Ogan dipengaruhi oleh beragam faktor seperti frekuensi curah hujan yang terjadi. Menurut Barus (2002: 40) arus air mempunyai peranan yang sangat penting baik pada perairan lotik maupun lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Pada perairan lotik arus mempunyai peranan penting, umumnya kecepatan arus di perairan ini relatif tinggi bisa mencapai 6 m/det, tetapi pada umunya kecepatan arus berkisar 3m/det. Berdasarkan hasil analisa DO (Dissolved Oxygen) yang dilakukan, didapatkan nilai DO yang berbeda-beda antar stasiun pengamatan. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya faktor limbah yang mempengaruhi dan juga faktor aktivitas metabolisme di perairan oleh organisme air. Menurut Yazwar (2008: 57), oksigen yang terdapat di dalam perairan berasal dari hasil fotosintesis organisme akuatik berklorofil dan juga difusi dari atmosfir. Peningkatan difusi oksigen yang berasal dari atmosfir ke dalam perairan juga dibantu oleh angin. Barus (2002: 56) menambahkan bahwa pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme air terutama adalah dalam proses respirasi. Nilai pH yang tercatat di bulan April – Juni 2012 menunjukkan bahwa pH perairan Sungai Ogan tergolong dalam pH basa. Nilai pH ini dipengaruhi oleh berbagai aktivitas di perairan seperti fotosintesis dan metabolisme. Organisme air memiliki nilai toleransi pH yang berbeda-beda. Nilai pH sendiri sangat menentukan adanya dominansi fitoplankton di perairan. Menurut Effendi (2003: 73), batas toleransi
organisme terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu, oksigen terlarut, dan kandungan garam-garam ionik di dalam perairan. Kebanyakan perairan alami mempunyai pH berkisar antara 6-9 dan sebagian besar biota perairan sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Hasil dari uji Nitrat yang dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian menunjukkan nilai dari yang tidak terukur sampai 0,698mg/L. Nilai nitrat yang tidak terukur dimaksdukan bawa nilai nitrat (NO3) tersebut kandungannya begitu kecil di perairan sehingga tidak terukur berapa nilainya. Kandungan NO3 di perairan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan plankton di perairan karena NO3 berkaitan dengan nutrisi bagi plankton. NO3 (nitrat) diperairan juga dipengaruhi oleh beberapa hal seperti limbah yang berasal dari buangan pabrik, sampah, ataupun ledakan pada pabrik. Menurut Wijaya (2009: 18) Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen di perairan alami dan merupaka nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, sedangkan nitrit bersifat tidak stabil terhadap keberadaan oksigen. Fosfat merupakan unsur hara yang penting untuk kehidupan biota di perairan. Dari hasil uji yang dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian nilai fofat yang dihasilkan sama dengan nitrat yaitu mulai dari nilai yang tidak terukur (ttu) hingga 0,610 mg/L. Umumnya kandungan fosfor total di perairan alami tidak lebih dari 0,1mg/L kecuali pada perairan yang menerima limbah rumah tangga dan dari daerah pertanian yang mengalami pemupukan fosfor (Eaton (1995) dalam Wijaya (2009)). KESIMPULAN Struktur Komunitas Plankton di perairan Sungai Ogan terdiri dari 81 spesies dari 14
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Kelas, dengan Kelimpahan tergolong rendah-tinggi dengan nilai berkisar antara 8 ind./l-325 ind./l. Nilai Indeks Keanekaragaman Plankton dengan kriteria keanekaragaman yang tergolong sedang. Berdasarkan Indeks Dominansi Plankton tidak ada spesies yang mendominansi perairan, dan Indeks Kesamaan antar Stasiun tergolong mendekati sama yaitu (>50%), serta kualitas perairan Sungai Ogan berdasarkan Koefisien Saprobik tergolong tercemar sangat ringan-sedang. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2010. Ogan Komering Ulu dalam Angka. Penerbit Badan Pusat Statistik. Baturaja. Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Fakultas MIPA USU. Medan: iii+264 hlm. Basmi, J. 2000. Planktonologi : Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: ii+59 hlm. Dresscher & van der Mark. 1976. A Simplified Method for The Biological Assesment of The Quality of Fresh and Slightly Brackish Water. J. Hydrobiologia. Vol.48, 3. Page 199-201. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta: 258 hlm.
Hutabarat, S. & S.M. Evans. 1985. Kunci Identifikasi Plankton. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta: v+97 hlm. Isnansetyo, A. & Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton. Kanisius, Yogyakarta. Michael. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium (Terjemahan). Universitas Indonesia. Jakarta: XV + 616 hlm. Mizuno, T. 1979. Illustration of The Freshwater Plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co. LTD: 205 hlm. Needham, J.G & Needham, P.R. 1964. A Guide to The Study of Fresh Water Biology. Fifth Edition, Revised and Enlarged. United States of America: 105 hlm. Weizel, R.L. 1979. Methods and Measuremants of Perifiton Communities: A Review American Society for Testing and Materials. Philadelphia. Wijaya, H.K. 2009. Komunitas Perifiton dan Fitoplankton serta Parameter Fisika dan Kimia Perairan sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu Sungai Cisadane Jawa Barat. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB: 97 hlm.
Semirata 2013 FMIPA Unila |273