Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
STRUKTUR DAN KOMPOSISI SERANGGA AIR DI RAWA LEBAK JUNGKAL KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN Syamsul Rizal1, dan Deptalia2 e-mail:
[email protected] Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang 1 Alumni Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang2 ABSTRACT This study aims to determine the structure and composition of insects in the swamp water of Jungkal Ogan Ilir on South Sumatera province, in June to September 2012. Identification of aquatic insects in the Laboratory of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences University of PGRI Palembang. The results showed the relative density , relative frequency , relative dominance at station 1 ( Kumpai copper ) is Pelocoris femoratus and station 2 ( Lotus ) is Parapoyonx sp. Insects are the most dominant with the highest importance value index station 1 is Pelocoris femoratus, station 2 Parapoyonx sp . While the insect species diversity index of water at station 1 of 2.02, at station 2 of 1.25 and index between stations by 46 %. Key words : Insects water , lebak swamp deling, structure , composition ABSTRAK Penelitian tentang struktur dan komposisi serangga air di rawa lebak jungkal di Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan, dilakukan pada bulan Juni hingga September 2012. Identifikasi serangga air di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas PGRI Palembang. Hasil penelitian didapatkan kepadatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif pada stasiun 1 (Kumpai tembaga) adalah Pelocoris femoratus dan stasiun 2 (Teratai) adalah Parapoyonx sp. Serangga yang paling dominan dengan Indeks Nilai Penting tertinggi pada stasiun 1 adalah Pelocoris femoratus, pada stasiun 2 Parapoyonx sp. Sedangkan Indeks Keanekaragaman jenis serangga air pada stasiun 1 sebesar 2,02, sedangkan pada stasiun 2 sebesar 1,25 dan Indeks Kesamaan antar stasiun sebesar 46% . Kata Kunci: Serangga air, rawa lebak, struktur, komposisi PENDAHULUAN Rawa dibedakan menjadi rawa pasang surut dan rawa non pasang surut. Rawa pasang surut adalah lahan rendah yang badan airnya dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut. ISSN. 1829 586x
Rawa pasang surut berhubungan langsung dengan sungai sehingga keasamannya akan berkurang. Sedangkan rawa non pasang surut atau disebut lebak merupakan lahan rendah yang memiliki kepekaan tergenang air 10
Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
yang berasal dari curah hujan atau luapan banjir di hulu dengan tingkat keasaman yang tinggi sehingga hanya organisme yang tahan terhadap keasaman tinggi saja yang dapat hidup. Rawa non pasang surut atau rawa lebak adalah lahan genangan air secara alamiah terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta merupakan lahan rendah dan memiliki kepekaan terhadap air yang berasal dari curah hujan atau luapan air. Rawa lebak merupakan rawa yang dimanfaatkan untuk pertanian, perikanan dan peternakan. Ekosistem rawa lebak berair asam dengan kandungan oksigen yang rendah, hanya dapat didiami oleh organisme yang tahan terhadap keasaman tinggi. Rawa lebak mempunyai lahan genangan air hampir sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan mencapai 50 cm. Keberadaan fauna avertebrata dipengaruhi oleh ketersediaan komponen-komponen lain yang ada pada lingkungan rawa. Salah satu komponen yang berperan penting adalah tumbuhan air sebagai sumber makanan, tempat berlindung dan tempat memijah. Eceng gondok berperan dalam penyediaan makanan dan perlindungan bagi crustacea, serangga, ikan, dan amfibi. Bagi serangga, tumbuhan air yang hidup di tepi air yang mengalir dapat menahan aliran air dan menyediakan kondisi yang sama dengan air yang tidak mengalir. Akar tumbuhan menyediakan makanan bagi moluska, serangga dan beberapa jenis ikan dan sekaligus tempat berlindung (Djajasasmita et al., 1983 dalam Monk, 2002). Menurut Odum (1996), serangga air adalah salah satu ISSN. 1829 586x
organisme yang terdapat di perairan rawa lebak. Serangga air adalah organisme yang hidupnya mengapung atau berenang di permukaan air serta bertempat pada permukaan perairan. Larva serangga air biasanya menempel pada akar tanaman air diantaranya adalah jenis rerumputan yang merupakan habitat dari larva ikan dan larva serangga air yang menggantungkan hidupnya dari pakan alami yang berupa komunitas plankton. Perairan rawa lebak jungkal merupakan bagian dari rawa lebak yang terletak pada wilayah pantai timur Pulau Sumatera Selatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Kawasan ini dikenal mempunyai potensi perikanan. Perlu penelitian berkelanjutan untuk mengetahui biota yang terdapat di suatu ekosistem perairan, dalam hal ini serangga air yang hidup di rawa lebak jungkal kecamatan Pampangan kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2012 di rawa Lebak Jungkal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Identifikasi di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang. 1. Penentuan Plot Plot yang akan diteliti ditentukan secara purposive sampling. Plot dibuat dengan menggunakan pipa ukuran 1 m x 1 m (persegi) sebanyak 20 plot. Sepuluh plot digunakan untuk pengambilan sampel serangga air pada 11
Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
tanaman teratai (Nymphaea) dan 10 plot lagi di tanaman kumpai tembaga dan jarak antar plot adalah 5 meter. Pengambilan sampel serangga air dilakukan dengan menggunakan insecting-net, lalu masing-masing sampel dimasukan kedalam botol sampel. 2.Identifikasi Sampel di Laboratorium Botol yang berisi sampel serangga air dibawa ke laboratorium untuk diamati dan diidentifikasi dengan menggunakan kaca pembesar
dan mikroskop. Sebagai pedoman identifikasi digunakan rujukan kunci identifikasi serangga (Borror, 1992) dan (Cafferty, 1983). HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari hasil penelitian tentang struktur dan komposisi serangga air yang dilakukan di Rawa Lebak Jungkal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Serangga Air di Perairan Rawa Lebak Jungkal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Odonata
Aeshnidae Coenagrionidae Naucoridae Nepidae Mesoveliidae Pyralidae Chironomidae
Aeshna Ischanura Pelocoris Ranatra Mesovelia Parapoyonx Chironomus
Aeshna sp Ischanura cervula Pelocoris femoratus Ranatra nigra Mesovelia mulsanti Parapoyonx sp Chironomus attenuatus
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
Empididae Hydrophilidae Carabidae
Chelifera Amphimallon Carabus
Chelifera sp Amphimallon ochraceus Carabus problematicus
√ √ √
-
Hemiptera
Lepidoptera Diptera Coleoptera
Daerah Pengamatan Stasiun 1 Stasiun 2
Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting suatu spesies pada kedua stasiun disajikan pada tabel 2 dan 3. Tabel 2. Kepadatan (K), Frekuensi (F), dan Dominansi di 2 stasiun penelitian No
Spesies
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aeshna sp Ischanura cervula Pelocoris femoratus Ranatra nigra Mesovelia mulsanti Parapoyonx sp Chironomus attenuatus Chelifera sp Amphimallon ochraceus Carabus problematicus Total
ISSN. 1829 586x
Kepadatan (K) (Individu/m2) Stasiun 1 Stasiun 2 0,70 0,00 0,40 0,40 0,90 0,00 0,30 0,00 0,00 0,40 0,30 1,00 0,10 0,30 0,10 0,00 0,50 0,00 0,60 0,00 3,9
2,1
Frekuensi (F)
Dominansi (D)
Stasiun 1 0,30 0,30 0,60 0,30 0,00 0,20 0,10 0,10 0,40 0,50
Stasiun 2 0,00 0,40 0,00 0,00 0,40 0,60 0,30 0,00 0,00 0,00
Stasiun 2 0,03 0,01 0,05 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00 0,02 0,02
Stasiun 2 0,00 0,04 0,00 0,00 0,04 0,23 0,02 0,00 0,00 0,00
2,8
1,7
0,15
0,33
12
Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
Tabel 3. Nilai Kepadatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP) di kedua stasiun No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Spesies
Aeshna sp Ischanura cervula Pelocoris femoratus Ranatra nigra Mesovelia mulsanti Parapoyonx sp Chironomus attenuatus Chelifera sp Amphimallon ochraceus Carabus problematicus Total
KR (%) S.1 17,95 10,26 23,08 7,69 0,00 7,69 2,56 2,56 12,82 15,38 100%
S.2 0,00 19,05 0,00 0,00 19,05 47,62 14,29 0,00 0,00 0,00 100%
FR (%) S.1 10,71 10,71 21,43 10,71 0,00 7,14 3,57 3,57 14,29 17,86 100%
DR( %)
S.2 0,00 23,53 0,00 0,00 23,53 35,29 17,65 0,00 0,00 0,00 100%
S.1 20 6,67 33,33 6,67 0,00 6,67 0,00 0,00 13,33 13,33 100%
INP( %)
S.2 0,00 12,12 0,00 0,00 12,12 69,70 6,06 0,00 0,00 0,00 100%
S.1 48,66 27,64 77,81 25,07 0,00 21,50 6,31 6,31 40,44 46,57 300,00
S.2 0,00 54,70 0,00 0,00 54,70 152,61 38,00 0,00 0,00 0,00 300,00
Untuk mengetahui Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kesamaan (IS), dan Indeks Ketidaksamaan (ISS) disajikan pada tabel 4. Tabel 4.
No
1 2
Keanekaragaman (H’), Indeks Kesamaan (IS), dan Indeks Ketidaksamaan (ISS) Serangga Air di Rawa Lebak Jungkal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Nama Stasiun
Indeks Keanekaragaman (H')
Stasiun 1 (Kumpai Tembaga) Stasiun 2 (Teratai)
2,02 (Tinggi)
Indeks Ketidaksamaan (ISS)
46%
54%
1,25 (Sedang)
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Komposisi Spesies
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan di dua stasiun pengambilan sampel di perairan Rawa Lebak Jungkal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan, dapat dilihat pada Tabel 1. Pada stasiun 1 ditemukan 6 spesies yang hanya terdapat pada tanaman kumpai tembaga, hal ini dimungkinkan karena jenis tumbuhan rerumputan seperti kumpai tembaga sangat cocok sebagai habitat dan mencari makan dari masing-masing spesies tersebut. Sedangkan pada stasiun 2 terdapat 1
ISSN. 1829 586x
Indeks Kesamaan (IS)
spesies yang berbeda yang hanya terdapat pada tanaman teratai. Menurut Borror (1992), spesies yang berasal dari Ordo Hemiptera seperti Mesovelia mulsanti ini biasanya sering ditemukan merayap diatas tumbuh-tumbuhan yang mengambang pada tepi-tepi kolam atau genangan air dan pada kayu-kayu yang menonjol dari air. Tiga spesies yang sama dan terdapat di kedua stasiun yaitu Ischanura cervula, Parapoyonx sp, dan Chironomus attenuatus dimana ketiganya berasal dari Ordo yang berbeda yaitu Odonata, Lepidoptera, dan Diptera. Ketiga spesies ini menempati habitat yang sama karena 13
Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
ketiga spesies ini mengalami masa pradewasa di habitat akuatik dan yang dewasa biasanya terdapat dekat air yang bersifat pemangsa dan pemakan berbagai serangga kecil akuatik, tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan organisme akuatik yang kecil. Biasanya mereka tinggal menunggu mangsanya serta kebanyakan larva tinggal di dalam air, batu-batuan, dalam tanah, dan tumbuhan atau dalam lumpur diantaranya rerumputan seperti kumpai tembaga yang merupakan habitat yang baik bagi kehidupan masing-masing spesies ini (Monk, 2002). 2 Nilai Penting Spesies 2.1. Kepadatan dan Kepadatan Relatif Berdasarkan tabel 3, kepadatan relatif serangga air tertinggi didapatkan pada stasiun 1 (Kumpai Tembaga) adalah Pelocoris femoratus dari Ordo Hemiptera. Sedangkan yang memiliki kepadatan relatif paling rendah yaitu Chironomus attenuatus dan Chelifera sp, dimana keduanya berasal dari Ordo Diptera. Pada stasiun 2 (Teratai) spesies Parapoyonx sp dari Ordo Lepidoptera merupakan jenis yang paling tinggi kepadatannya relatifnya. Sedangkan kepadatan relatif yang paling rendah yaitu Chironomus attenuatus dari Ordo Diptera. Spesies Parapoyonx sp lebih banyak ditemukan pada lokasi penelitian dikarenakan larva dari spesies ini kebanyakan pemakan tumbuh-tumbuhan seperti tanaman teratai. Sedangkan kepadatan relatif terendah terdapat di stasiun 1 (Kumpai Tembaga) yaitu spesies dari Chironomus attenuatus dan dan Chelifera sp dibandingkan pada stasiun 2 (Teratai) pada stasiun 1 ISSN. 1829 586x
kepadatan relatifnya rendah dikarenakan kebanyakan dari mereka memiliki sumber makanan yang terbatas dan hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah atau tempat dimana ketersedian makanan tertentu yang juga mencermikan aspek kualitas lingkungan, komunitas serangga air, serta mencerminkan tingkatan dan struktur habitatnya (Tarumingkeng, 2001). 2.2. Frekuensi dan Frekuensi Relatif Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada stasiun 1 (Kumpai Tembaga) frekuensi tertinggi ditempati oleh spesies Pelocoris femoratus dari Ordo Hemiptera dengan. Sedangkan frekuensi relatif terendah ditempati oleh Chironomus attenuatus dan Chelifera sp kedunya dari Ordo yang sama yaitu Diptera. Pada stasiun 2 (Teratai) frekuensi relatif tertinggi ditempati oleh spesies Parapoyonx sp dari Ordo Lepidoptera. Sedangkan frekuensi dan frekuensi relatif terendah ditempati oleh spesies Chironomus attenuatus dari Ordo Diptera. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa frekuensi relatif serangga air tertinggi yang terdapat pada tanaman kumpai tembaga (stasiun 1) adalah pelocoris femoratus dimana serangga air ini merupakan serangga yang termasuk ke dalam Ordo Hemiptera dan merupakan Familia dari Naucoridae yang menghuni bagian permukaan air. Serangga tersebut biasanya di temukan pada tumbuhantumbuhan terbenam dan kebanyakan tempat hidupnya berada pada akar-akar tanaman jenis rerumputan (Graminae). Sedangkan frekuensi relatif terendah ditempati oleh Chironomus attenuatus 14
Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
dan Chelifera sp yang keduanya termasuk ke dalam Ordo Diptera. Sedangkan frekuensi relatif serangga air tertinggi yang terdapat pada tanaman teratai (stasiun 2) adalah Parapoyonx sp yang termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera, larva serangga air ini banyak terdapat di dalam air terutama di dekat tumbuhtumbuhan. Hal ini dikarenakan kebanyakan spesies Parapoyonx sp ini pemakan dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan frekuensi relatif terendah ditempati oleh Chironomus attenuatus. Berdasarkan hasil dari kedua stasiun penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi relatif tertinggi ditempati oleh spesies Parapoyonx sp. Hal ini dikarenakan stasiun 2 (Teratai) merupakan habitat yang cocok sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya larva dari serangga air ini dan spesies yang menempati frekuensi relatif terendah adalah Chelifera sp (lalat penari) karena serangga yang termasuk ke dalam Familia Empididae ini biasanya terdapat di tempat-tempat lembab dan ditempat itu banyak terdapat tumbuh-tumbuhan seperti tanaman teratai dan lili air, mereka juga bersifat pemangsa pada seranggaserangga yang lebih kecil dan beberapa adalah pemangsa yang penting dari nyamuk. 2.3. Dominansi Relatif
dan Dominansi
Dominansi spesies mencerminkan aspek kualitas lingkungan serta komunitas serangga air dan juga mencerminkan tingkatan dan struktur habitatnya. Spesies yang paling dominan pada stasiun 1 dan stasiun 2 adalah Ischanura cervula dan Parapayonx sp. Hal ini disebabkan kondisi perairan dan vegetasi dari ISSN. 1829 586x
tumbuhan-tumbuhan yang terdapat pada stasiun 1 (Kumpai Tembaga) dan stasiun 2 (Teratai) sangat mempengaruhi kehidupan masingmasing organisme tersebut. Tingkat dominansi suatu spesies tergantung pada kemampuan spesies tersebut dalam bereproduksi serta kemampuan spesies menyesuaikan diri terhadap lingkungan perairan dan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi lingkunganya. Tingginya dominansi pada spesies ini disebabkan spesies Parapoyonx sp mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan sumber makanan yang tersedia disekitar tanaman teratai dan yang berupa organisme kecil dan serasah dari tumbuhan teratai tersebut. Begitu pula sebaliknya pada tanaman kumpai tembaga spesies Pelocoris femoratus juga lebih mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan sumber makanan yang tersedia disekitar tanaman kumpai tembaga. Sedangkan dominansi relatif terendah pada stasiun 1 di tempati oleh 3 spesies yang berasal dari ordo yang berbeda yaitu Ischanura cervula, Ranatra nigra, dan Parapoyonx sp. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan dan sumber makanan serta terjadinya proses makan dan dimakan dalam suatu ekosistem yang akan membentuk rantai makanan (Irwan, 1992). Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan dominansi relatif terendah yang ada di stasiun 2 yang ditempati oleh spesies Chironomus attenuatus. 2.4. Indeks Nilai Penting (INP) Indeks nilai penting tertinggi pada stasiun 1 (Kumpai Tembaga) ditempati oleh spesies Pelocoris femoratus dan indeks nilai penting 15
Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
terendahnya ditempati oleh spesies Chironomus attenuatus dan Chelifera sp yang berasal dari Ordo yang sama yaitu Diptera. Hal ini disebabkan spesies Pelocoris femoratus yang berada di stasiun 1 (Kumpai Tembaga) biasanya meletakkan telur-telurnya di dalam tumbuh-tumbuhan dan dicelahcelah tumbuhan seperti rerumputan (Graminae) yang merupakan habitat yang sangat cocok bagi spesies Pelocoris femoratus ini. Berbeda dengan spesies Pelocoris femoratus, spesies Chironomus attenuatus dan Chelifera sp yang berasal dari Ordo Diptera. Kedua spesies ini memiliki indeks nilai penting yang sangat rendah dibandingkan dengan spesies-spesies lainnya yang berasal dari Ordo lainnya. Hal ini disebabkan habitat, kualitas air, dan substrat yang dibutuhkan oleh spesies Chironomus attenuatus dan Chelifera sp sangat mempengaruhi komposisi dan kepadatan organisme ini. Larva Chironomus attenuatus dan Chelifera sp hidup dengan memanfaatkan bahan organik terlarut, alga perifitik, bahkan organisme lain yang lebih kecil ukurannya sebagai bahan makannya. Faktor yang turut berperan dalam perkembangan populasi larva Chironomus attenuatus dan Chelifera sp ini adalah substrat tempat menempelnya. Berbagai jenis benda yang tenggelam di dalam air juga dapat menjadi substrat bagi larva serangga air ini, diantaranya batu, sedimen halus, kayu tenggelam, dan tumbuhan air. Bahkan ada yang epizoik atau menempel pada hewan lain, kebanyakan Chironomus attenuatus hidup membentuk tabung pada substrat yang berperan penting sebagai habitat atau rumah dan tempat berlindung dari kondisi lingkungan ISSN. 1829 586x
yang tidak nyaman bagi spesies Chironomus attenuatus (Cafferty, 1983). Pada stasiun 2 (Teratai), indeks nilai penting tertinggi ditempati oleh spesies Parapoyonx sp yang berasal dari Ordo Lepidotera. Hal ini dikarenakan larva dari spesies Parapoyonx sp ini merupakan pemakan tumbuhan yang sangat rakus, pada fase larva inilah Parapoyonx sp atau kupu-kupu ini mengalami proses pertumbuhan. Apabila kulit dari tubuh Parapoyonx sp mengetat maka kulitnya akan berganti mengikuti pertumbuhan tubuhnya. Spesies dari familia ini dapat terbang dengan cepat, menyukai sinar matahari dan sesuatu yang berbau busuk. Pada daerah perairan, larva dari Parapoyonx sp ini banyak ditemukan disekitar tumbuhan air, selain memakan tumbuhan larva Parapoyonx sp juga sering memangsa organisme akuatik kecil lainnya seperti larva dari Chironomus attenuatus (Syahputra, 2011). Indeks nilai penting terendah ditempati oleh spesies Chironomus attenuatus dibandingkan dengan stasiun 1 (Kumpai Tembaga). Hal ini dikarenakan larva Chironomus attenuatus lebih cocok tumbuh dan berkembang di perairan di sekitar tumbuhan teratai dibandingan dengan tumbuhan kumpai tembaga. Spesies Chironomus attenuatus merupakan komponen penting pada ekosistem perairan karena populasinya yang melimpah dan peran sertanya dalam rantai makan pada ekosistem perairan sebagai makanan bagi makro avertebrata yang lebih besar dan ikan. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa kesemua stasiun di dominansi oleh spesies Parapoyonx sp. Parapoyonx sp yang berasal dari Ordo Lepidoptera mempunyai kisaran 16
Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
adaptasi yang cukup luas terhadap faktor lingkungan dan mampu berkembang biak dengan cepat, suatu jenis spesies mampu beradaptasi dan cocok pada lingkungan tempat hidupnya serta mempunyai daerah penyebaran yang luas maka spesies tersebut akan ditemukan dalam jumlah yang banyak dan dominan. 3. Struktur Jenis 3.1. Indeks Keanekaragaman (H’) Berdasarkan hasil penelitian yang di analisis dengan indeks Shannon, diperoleh nilai indeks keanekaragaman jenis stasiun 1 (Kumpai Tembaga) sebesar 2,02 dan stasiun 2 (Teratai) sebesar 1,25. Hal ini menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman sebesar 2,02 yang terdapat pada stasiun 1 (Kumpai Tembaga), tergolong tinggi, sedangkan pada stasiun 2 (Teratai) nilai keanekaragaman sebesar 1,25, tergolong sedang. Dari hasil penelitian bahwa tanaman kumpai tembaga atau yang termasuk dalam Familia Graminae ini banyak menyediakan sumber makanan dan merupakan sumber daya hayati yang sangat menentukan kehidupan hewan-hewan air (Irwan, 1992).
ditumbuhi oleh jenis tumbuhan yang berbeda satu sama lain. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Serangga Air yang ditemukan pada stasiun 1 (Kumpai Tembaga) sebanyak 9 spesies dan pada stasiun 2 (Teratai) sebanyak 4 spesies. 2. Spesies serangga air yang paling dominan pada kumpai tembaga adalah Pelocoris femoratus yang terendah Chironomus attenuatus dan Chelifera sp. Sedangkan pada tanaman teratai INP tertinggi ditempai oleh spesies Parapoyonx sp dan yang terendah adalah Chironomus attenuatus. 3. Indeks Keanekaragaman jenis serangga air yang hidup di Ekosistem Perairan Rawa Lebak Jungkal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan berkisar antara 1,25-2,02 yang tergolong sedang dan tinggi. 4. Indeks Kesamaan antar habitat yaitu sebesar 46% dan indeks ketidaksamaan sebesar 54% yang menunjukkan bahwa nilai kesamaanya rendah.
3.2. Indeks Kesamaan (IS) DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan tabel 5, indeks kesamaan komunitas dari kedua stasiun yaitu kumpai tembaga dan teratai menunjukkan kedua komunitas atau stasiun memiliki nilai kesamaan komunitas yang rendah karena bernilai kurang dari 0,74 yaitu sebesar 0,46. Artinya kesamaan antar kedua komunitas atau stasiun yang dibandingkan tersebut rendah, karena dari setiap stasiun pengamatan ISSN. 1829 586x
Borror, D. J, C.A and Triplehorn, N. F.Johnson. 1992. Serangga. Di terjemahkan: Soetiyono Partosoedjono Serta Kunci Indentifikasi Ordo dan Family. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Cafferty, W. Patrick. 1983. Aquatic Entomology with illustrations by 17
Struktur dan Komposisi Serangga Air,......Syamsul R dan Deptalia,.....Sainmatika,.....Volume 10,...No.2 Desember 2013,......10-18
Arwin V. Provonsha. The Fishermen’s and Ecologists. Illustrated Guide to Insects and Their Relatives. Jones and Bartlett Publishers. Boston London. Djajasasmita, M., A. Budiman, dan F. Saber. 1983. Pengamatan Fauna Akar Eceng Gondok (Euchornia crassipes). Zoo Indonesia (Masyarakat Zoologi Indonesia). Jakarta: PT. Prenhallindo. Irwan, Z.D.1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem, Komunitas, dan Lingkungan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Monk, K.A. 2002. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku: Buku
ISSN. 1829 586x
Kelima. Prenhallindo. Jakarta. 951 hlm. Odum, E. HLM. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Syahputra, M. 2011. Pengelolaan dan Penangkaran Kupu-Kupu. Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tarumingkeng, R.C. 2001. Dinamika Populasi : Kajian Ekologi Kuantitatif. Universitas Kristen Krida Wacana. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
18