JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
274
STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN ARUS KAS SEBAGAI PENENTU KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN DI INDONESIA MUHAMMAD HUSEIN AZHARI1, M. SHABRI2 1,2)
Prodi Manajemen, Fakulltas Ekonomi dan Bisnis, Univesitas Syiah Kuala
ABSTRACT Dividend Policy is among the widely addressed topics in modern financial literature. The inconclusiveness of the theories on importance of dividend in determining firm’s value has made it one of the most debatable topics for the researchers (see for example, Ramcharan, 2001; Frankfurter et. al 2002; AlMalkawi, 2007; Talat Afza, 2010). The present study investigates the impact of firm specific characteristics on corporate dividend behavior in emerging economy of Indonesia. Five years data (2010-2014) of 54 companies listed at Indonesian Stock Exchange (IDX) has been analyzed using Multiple regression linear. The results show that institutional ownership, managerial ownership and free cash flow are positively and significant on dividend policy. Therefore, it can be concluded institutional ownership, managerial ownership and free cash flow has significant effect on dividend policy companies listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) . Keywords: Dividen Policy, Institusional Ownership, Manajerial Ownership, Free Cash Flow.
PENDAHULUAN Kebijakan dividen adalah salah satu kasus yang dibahas dalam literatur keuangan dalam era modern saat ini. Terbatasnya teori yang baku tentang pentingnya kebijakan dividen dalam menentukan nilai perusahaan telah membuatnya menjadi salah satu kasus yang sangat sering menjadi perdebatan diantara para ilmuwan. Modigliani dan Miller (1961, dalam Afza dan Mirza; 2010) kembali memperdebatkan kasus ini, di mana mereka memperdebatkan kepercayaan secara umum bahwa pembayaran dividen meningkatkan nilai perusahaan dan berpendapat bahwa di pasar modal yang sempurna keputusan dividen perusahaan tidak mempengaruhi nilai. Di sisi lain, Lintner (1962) dan Gordon (1963) didukung oleh teori Bird-in the-hand" berpendapat bahwa dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian dan informasi yang tidak sempurna, pembayaran dividen yang tinggi dikaitkan dengan nilai yang tinggi dari sebuah perusahaan. Biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout Ratio rendah karena investor lebih suka menerima dividen
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
275
dibanding capital gain, dividend yield dianggap lebih pasti dan lebih aman. Perdebatan di atas kini telah berubah menjadi literatur keuangan yang luas, tetapi masalah ini tampaknya menjadi stagnan pada titik yang sama di mana Black (1976) menyebutnya sebagai "Puzzle" yang potongan tidak cocok bersama. Ada konsensus bahwa tidak ada faktor tunggal saja dapat menjelaskan perilaku dividen (Anil dan Sujata; 2008). Beberapa teori lain menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh (irrelevant) terhadap nilai perusahaan (yang dicerminkan pada harga saham) atau biaya modalnya (cost of capital) (Miller and Modigliani; 1961). Modigliani dan Miller juga menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan, secara rinci adalah dari profitabilitas aset perusahaan dan kompetensi manajemen perusahaan. Teori tentang kebijakan dividen yang lain yaitu tax preference yang dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979). Pandangan yang dikemukakannya bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah. Berkaitan dengan clientile effect, terdapat dua kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk pembagian dividen, namun ada pula investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. La Porta et al. (1999) menemukan bahwa sebagian besar perusahaan di Asia Tenggara mempunyai pemegang saham pengendali yang bertindak sesuai dengan kepentingannya dan kepentingan pemegang saham lainnya. Claessnes et al. (2000) dalam Laporan Studi Badan Pengawas Pasar Modal (2011) menyatakan bahwa sebagaimana negara-negara lain di Asia Timur dan Asia Tenggara, emiten di pasar modal Indonesia memiliki struktur kepemilikan yang cenderung terkonsentrasi pada satu atau sedikit pemegang saham. Kedua penelitian tersebut menunjukkan struktur kepemilikan negara-negara di Asia berbeda dengan di Amerika dan Eropa, sehingga akan berpengaruh terhadap keputusan yang ditentukan pada saat RUPS dimana salah satunya adalah dividen. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan prinsipal, sehingga manajer harus memberikan
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
276
informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (earning management) (Richardson, 1998 dalam Wardhana, 2009). Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen (agent) dengan pemilik (prinsipal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu demi memperoleh keuntungan pribadi (Ujiyanto, 2007). Asimetri informasi inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya praktik manajemen laba di perusahaan. Asimetri informasi ini dapat dikurangi dengan cara transparansi dalam penyampaian laporan keuangan terhadap prinsipal. Praktik manajemen laba yang memunculkan kasus skandal pelaporan akuntansi telah banyak terjadi di Indonesia seperti kasus yang terjadi pada PT. Lippo Tbk. dan PT. Kimia Farma Tbk. yang melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang diawali dengan deteksi adanya praktik manipulasi (Gideon, 2005). Salah satu penyebab terjadinya kasuskasus ini adalah karena lemahnya penerapan praktik corporate governance di Indonesia. Corporate governance sendiri adalah sebuah konsep yang didasarkan pada teori keagenan, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai suatu alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Struktur kepemilikan merupakan faktor yang berpengaruh pada kebijakan perusahaan. Salah satu kebijakan tersebut adalah kebijakan dividen. Menurut Shleifer dan Vishny (1986), kepemilikan institusional terkonsentrasi menciptakan insentif untuk memantau manajemen, yang mengatasi masalah free rider yang terkait dengan kepemilikan yang tersebar dimana pemegang saham kecil belum cukup insentif untuk mengeluarkan biaya monitoring untuk kepentingan pemegang saham lainnya. Oleh karena itu, banyak investor institusi memilih untuk secara efektif memonitor manajer perilaku untuk meningkatkan kinerja saham daripada menjual kepemilikan mereka pada kerugian. Akibatnya, investor institusi secara
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
277
aktif bekerja untuk mempengaruhi keputusan kebijakan perusahaan. Hubungan antara kepemilikan dan dividen bisa positif atau negatif. Wewenang yang diberikan pemilik kepada manajer dalam mengelola perusahaan terkadang disalahgunakan oleh manajer yang bertindak sesuka hati untuk kepentingan sendiri (individu) dan tidak sesuai dengan keinginan prinsipal yaitu meningkatkan kesejahteraan pemilik yang berujung pada munculnya konflik agency. Mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan antara lain meningkatkan kepemilikan manajerial (manajerial ownership) sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer (Indahningrum, 2009 yang dikutip dari penelitian Jensen dan Meckling, 1976). Jika manajer juga sebagai pemilik perusahaan maka konflik keagenan akan dapat diminimalkan atau bisa juga dengan sebaliknya pemilik sebagai manajer. Manajer akan mementingkan kepentingan perusahaan jika manajer berlaku sekaligus sebagai pemilik perusahaan, sehingga manajer akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham. Perilaku Manajemen perusahaan dapat dikatakan sebagai keterbatasan rasional dan manajer akan cenderung tidak menyukai resiko jika manajemen perusahaan kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya dari pihak lain. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Masalah keagenan juga muncul karena perusahaan menghasilkan arus kas bebas (free cash flow) yang sangat besar. Yang dimaksud dengan arus kas bebas adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham, yang tidak diperlukan untuk modal kerja menurut Ross et al. (2000). Konflik ini timbul karena manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasikan kembali pada proyek-proyek yang dapat menghasilkan keuntungan. Di sisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan, sehingga dapat menambah kesejahteraan mereka. Penelitian mengenai pengaruh agency cost terhadap kebijakan dividen juga telah dilakukan oleh Jensen (1986), Dini Rosdini (2009), hasil penelitiannya menyebutkan bahwa free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
278
kebijakan dividen. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ross et al. (2000) yang mengemukakan bahwa free cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian tersebut, terdapat perbedaan hasil penelitian pada setiap negara. Negara-negara di Asia memiliki struktur kepemilikan yang berbeda dengan negara-negara di Eropa dan Amerika. Perbedaan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap keputusan dividen yang ditetapkan. Selain itu terdapat ketidakkonsistenan pandangan manajer terhadap pembayaran dividen dengan konsistensi pembayaran dividen perusahaan setiap tahunnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan kebijakan dividen “Struktur Kepemilikan dan Arus Kas sebagai Penentu Kebijakan Dividen”.
KAJIAN KEPUSTAKAAN Kebijakan Deviden Kebijakan dividen adalah kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan (dividen) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan). Terdapat dampak kebijakan dividen di perusahaan dalam teori kebijakan dividen. Terdapat dua pendapat mengenai preferensi investor atas dividen. Pendapat pertama menyatakan bahwa dividen tidak relevan terhadap kemakmuran pemegang saham sedangkan yang kedua dividen relevan terhadap kemakmuran pemegang saham.
Struktur Kepemilikan Jensen dan Meckling (1976) dalam Faisal (2005) menyatakan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial adalah dua mekanisme corporate governance yang dapat mengendalikan masalah keagenan. a.
Struktur Kepemilikan Institusional Menurut Wening (2007), kepemilikan institusional merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
279
kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. b.
Struktur Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial dapat mengurangi konflik agensi, karena tindakan
manajer akan sesuai dengan keinginan pemegang saham dan memberikan kesempatan manajer untuk terlibat dalam kepemilikan saham untuk membuat manajer bertindak lebih berhati-hati karena akan ikut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya (Demsetz dan Lehn, 1985). Adanya kepemilikan manajerial diharapkan dapat memenuhi masing-masing kepentingan manager dan pemilik saham.
Arus Kas Bebas Jensen (1986) mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Free cash flow ini lah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Penelitian ini menggunakan 3 variabel yang mengarah pada variabel kebijakan dividen sebagai variabel dependen. Variabel struktur kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan arus kas bebas diwakili oleh garis lurus menandakan adanya pengaruh dan membentuk hipotesis dalam penelitian ini. H1
: terdapat pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap kebijakan dividen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2
: terdapat pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap kebijakan dividen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3
: terdapat pengaruh Arus Kas terhadap kebijakan dividen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H4
: terdapat pengaruh Struktur Kepemilikan dan Arus Kas secara simultan terhadap kebijakan dividen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
280
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan balanced panel data (data panel berimbang) selama tahun 2010-2014. Metode yang digunakan dalam pemilihan pemilihan sampel ini adalah purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Data dari perusahaan yang mewakili semua sektor utama dari BEI telah dikumpulkan dari 2010-2014, dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: a.
Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 berturut-turut.
b.
Perusahaan non Badan Usaha Milik Negara.
c.
Data kepemilikan tersedia untuk semua tahun di bawah studi.
d.
Tidak boleh dalam kerugian selama masa studi keseluruhan karena pada umumnya dividen berasal dari laba bersih.
e.
Perusahaan yang membayar dividen minimal satu tahun dari 2010-2014. Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah sebanyak 54 perusahaan dalam 5 tahun dan memiliki data dengan total 270 data.
Teknik Pengumpulan Data Data utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan selama hari-hari pengamatan yaitu periode 2010-2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder didapat dari: 1.
Situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
2.
Situs www.finance.yahoo.com dan www.Sahamok.com.
3.
Perpustakaan berupa buku-buku teori yang mendukung perhitungan dan penganalisaan. Data utama dalam penelitian ini adalah sejumlah aktiva yang tercatat dalam
laporan keuangan yang terdaftar ke dalam Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian tahun 2010-2014.
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
281
Operasional Variabel a. Kebijakan Deviden Menurut Arshad et al. (2013), DPS dihitung dengan rumus:
b. Struktur Kepemilikan Rumus dari struktur kepemilikan institusional dan manajerial adalah sebagai berikut:
Keterangan: KI : Kepemilikan institusional SI : Jumlah lembar saham yang dimiliki institusional SB : Jumlah lembar saham perusahaan yang beredar
Keterangan: KM : Kepemilikan Manajerial SI : Jumlah lembar saham yang dimiliki manajerial SB : Jumlah lembar saham perusahaan yang beredar c.
Arus Kas Rumus yang digunakan dalam mengukur arus kas bebas sebagaimana
merujuk kepada Ross et al. (2000) adalah:
NOPAT = EBIT ( 1 – Tax Rate ) Gross Investment in Operating Asset= Net Investment +Depreciation Keterangan: FCF = Free cash flow OCF = Operating cash flow
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
282
NOPAT= Non-operating profit after taxes EBIT = Earnings before Interest and taxes Untuk penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik analisis data secara statistik dengan menggunakan regresi berganda. Analisis linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat dan dapat dinyatakan dengan fungsi persamaan linier sebagai berikut: Y = ß0 + ß1KI + ß2KM + ß3FCF
Keterangan: Y
= Kebijakan Dividen
KI
= Kepemilikan Institusional
KM
= Kepemilikan Manajerial
FCF
= Free Cash Flow β0 = Konstanta
ß1, ß2, ß3 = Koefisien Regresi
Pembahasan dan Implikasi Statistik
deskriptif
diperlukan
guna
mengetahui
gambaran
dari
variabelvariabel yang diteliti, yakni kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, arus kas bebas, dan dividen per lembar saham. Hasil olahan statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian (n=246) N Minimum Maximum Mean KI 246 0,123 0,986 0,693 KM 246 0,000 0,240 0,022 FCF (Rp 246 5977 83051920 5056425,484 Jutaan) DPS (per lbr 246 0,952 4334,960 229,349 saham) Sumber: Hasil Output SPSS
Std. Deviation 0,162 0,048 10628236,049 503,714
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
283
Uji Normalitas Dari proses trimming terdapat 24 observasi yang dibuang karena menjadi outlier. Sehingga jumlah observasi menjadi 246 dari jumlah awal sebanyak 270 observasi. Berdasarkan Tabel 2 hasil uji normalitas setelah melakukan metode trimming diperoleh nilai Asymp. Sig = 0,200. Tabel 2. Uji Normalitas Setelah Trimming Unstandardized Residual N Normal Parameters
246 0,000 1,344
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
0,051 0,051 -0,037 0,051 0,200
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) Uji Multikolinearitas
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai Tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model (Constant) KI KM FCF
t
Sig. 1,978
0,049
6,099 -1,430 9,935
0,000 0,154 0,000
Tolerance
VIF
0,938 0,945 0,990
1,066 1,059 1,010
Dapat diketahui bahwa semua variabel independen memiliki nilai Tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Hal ini menunjukkan dalam model ini tidak terjadi multikolinearitas.
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
284
Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4. Diperoleh nilai hitung Durbin-Watson sebesar 1,848; Sedangkan besarnya DW-tabel dengan n = 246 dan k = 4; dl (batas luar) = 1.768; du (batas dalam) = 1,817; 4 – dl= 2,232 dan 4 – du = 2,183; Tabel 4. Hasil Uji Durbin-Watson R
R Square 0,599
0,359
Adjusted R Square 0,351
Std. Error of the Estimate 1,352
DurbinWatson 1,848
Maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW-test terletak pada daerah tidak ada autokorelasi, maka dapat disimpulkan pada model ini tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas Signifikansi uji heteroskedastisitas untuk variable Kepemilikan Institusional sebesar 0,492. Untuk variabel Kepemilikan Manajerial sebesar 0,055. Dan untuk variabel Free Cash Flow nilai signifikansi sebesar 0,092. Setelah ketiga variabel tersebut telah di treatment, nilai signifikansinya > 0,05 sehingga pada model tersebut sudah tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Tabel 5. Uji Heterokedastisitas Unstandardized Coefficients Model B Std. Error (Constant) 0,806 0,231 KI 0,208 0,302 KM -1,943 1,008 FCF 0,002 0,001
Standardized Coefficients Beta 0,045 -0,127 0,109
t
Sig.
3,483 0,688 -1,928 1,693
0,001 0,492 0,055 0,092
Hasil Analisis Regresi Berikut ini adalah hasil dari analisis regresi: Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Unstandardized Standardized Coefficients Model Coefficients Beta B Std. Error (Constant) 1,296 0,464 KI 2,850 0,599 0,261 KM -12,875 4,190 -0,171 FCF 0,017 0,002 0,490
t 2,792 4,760 -3,073 8,823
Sig. 0,006 0,000 0,002 0,000
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
285
Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 1,296 + 2,850KI - 12,875KM + 0,017FCF Adapun penjelasan dari hasil estimasi persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut: 1.
Nilai konstanta 1,296, dapat diartikan bahwa jika semua variabel independen dalam penelitian ini nol atau menunjukkan bahwa variabel dianggap tetap, maka Dividend per Share (DPS) akan tetap dibayarkan sebesar 1,296.
2.
Koefisien regresi variabel independen dari kepemilikan institusional adalah sebesar 2,850. Artinya jika kepemilikan institusional mengalami peningkatan sebesar 1% dengan asumsi variabel independen konstan, maka akan meningkatkan Dividend per Share (DPS) sebesar 2,850.
3.
Koefisien regresi variabel independen dari kepemilikan manajerial adalah sebesar -12,875. Artinya jika kepemilikan manajerial mengalami peningkatan sebesar 1% dengan asumsi variabel independen konstan maka, akan menurunkan Dividend per Share (DPS) sebesar -12,875.
4.
Koefisien regresi variabel independen dari arus kas bebas adalah sebesar 0,017. Artinya jika arus kas bebas mengalami peningkatan sebesar 1% dengan asumsi variabel independen konstan, maka akan meningkatkan Dividend per Share (DPS) sebesar 0,017. Berdasarkan Tabel 6 tersebut, tampak bahwa seluruh variabel independen
yaitu variabel struktur kepemilikan dan arus kas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen yang diukur dengan dividend per share, dengan tingkat signifikansi struktur kepemilikan institusional dan manajerial sebesar 0,000 dan 0,002, dan tingkat signifikansi arus kas bebas sebesar 0,000. Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya lebih kecil daripada tingkat signifikansi 5% (α = 0,05). Tabel 7. Uji F
Sum of Mean df F Sig. Squares Square Regression 226,885 3 75,628 40,989 0,000 Residual 411,459 223 1,845 Total 638,343 226 Berdasarkan Tabel 7 tersebut, melalui quick look dapat dilihat bahwa secara Model
bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
286
variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 40,989 yaitu lebih besar dari 4 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena signifikansi jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5% (α = 0,05), maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi arus kas bebas atau dapat dikatakan bahwa variabel yang meliputi struktur kepemilikan dan arus kas secara bersamasama atau simultan berpengaruh terhadap DPS.
Koefisien Determinasi Berikut ini adalah koefisien determinasi yang diperoleh: Tabel 7. Koefisien Determinasi Adjusted R R R Square Square 0,599
0,359
Std. Error of the Estimate
0,351
Sig.
1,352
0,000
Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai R square (R2) 0,359. Hal ini berarti bahwa 35,9% Kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh variabel independen, yaitu struktur kepemilikan dan arus kas. Sedangkan sisanya 64,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model yang dianalisis. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa variabel struktur kepemilikan dan arus kas memiliki pengaruh positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Dengan demikian maka Hipotesis yang menyatakan bahwa, “Terdapat pengaruh struktur kepemilikan dan arus kas terhadap kebijakan dividen perusahaan di Indonesia” diterima.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Secara parsial, struktur kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan dividend per share (DPS) perusahaan Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
287
kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kebijakan dividen. 2.
Secara parsial, struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan dividend per share (DPS) perusahaan Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Kepemilikan manajerial dapat mengurangi konflik agensi, karena tindakan manajer akan sesuai dengan keinginan pemegang saham dan memberikan kesempatan manajer untuk terlibat dalam kepemilikan saham untuk membuat manajer bertindak lebih berhati-hati karena akan ikut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya. Akan tetapi kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan pada pemegang saham rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya, apabila terjadi kesamaan preferensi antara pemegang saham dan manajer maka tidak diperlukan peningkatan dividen.
3.
Secara parsial, arus kas bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan dividend per share (DPS) perusahaan Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Besar kecilnya arus kas bebas perusahaan sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen ke pemegang saham perusahaan. Sehingga jika arus kas bebas suatu perusahaan besar, maka besar pula dividen perusahaan tersebut.
4.
Secara simultan, struktur kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan arus kas bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan dividend per share (DPS) perusahaan Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan
penelitian ini adalah: 1.
Bagi perusahaan untuk meningkatkan arus kas bebas perusahaan agar manajerial dapat membagi dividen kepada pemegang saham dan tidak lupa dalam berinvestasi untuk masa depan perusahaan tersebut. Sehingga tidak
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
288
terjadi konflik keagenan pada perusahaan tersebut dan memberikan sinyal positif kepada calon investor. 2.
Bagi para Investor yang ingin menginvestasikan sahamnya pada suatu perusahaan agar lebih cermat dalam memilih dengan melihat jumlah saham institusional, manajerial dan arus kas bebas. Saham institusional yang besar mencerminkan perusahaan tersebut dalam kontrol yang baik. Saham manajerial yangg tinggi atau lebih tinggi dibandingkan dengan saham institusional cenderung menginvestasikan laba perusahaan ketimbang membayar dividen ke pemegang saham. Tetapi saham institusional yang lebih tinggi dibandingkan manajerial menunjukkan para manajer tidak keberatan untuk membayar dividen karena juga mendapat bagian dari hasil dividen tersebut. Jika arus kas bebas perusahaan tinggi maka perusahaan sangat mampu untuk membayar dividen ke pemegang saham perusahaan.
3.
Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah periode penelitian yang lebih lama agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna dan tentunya akan lebih bermanfaat bagi banyak pihak yang memiliki kepentingan.
REFERENSI Afza, T. & Mirza, H.H. (2010). Ownership Structure and Cash Flows As Determinants of Corporate Dividend Policy in Pakistan. International Business Research. Vol. 3 (3), 210 – 221. Agus, Sartono (2005) Manajemen Yogyakarta: BPFE
Keuangan:
Teori dan
Aplikasi.
Al-Malkawi, H. A. N (2007) Determinants of Dividend Policy in Jordan, An application of Tobit Model. Journal of Economic and Administrative Sciences, Vol. 23 (2) 44-70. Almeida, H., Campello, M., & Weisbach, M. (2004). The cash flow sensitivity of cash. The Journal of Finance, 59 (4), 1777-1804. Anil, K. dan K. Sujata. (2008). Determinants of Dividend Payout Ratio-A Study of Indian Information Technology Sector, International Research Journal of Finance and Economics, Vol. 15, 63-71.
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
289
Asnawi, Said Kelana, C. Wijaya (2005) Riset Keuangan : Pengujian-pengujian Empiris”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Bacon, Kania (2005) What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision?, ASBBS E-Journal, Vol. 1 (1) Bhattacharya, S. (1979). Imperfect information, dividend policy and the bird in the hand fallacy, Bell Journal of Economics Vol. 10, 259-27. Black, F. (1976). The Dividend Puzzle, Journal of Portfolio Management Vol. 2, 5-8. Demsetz, H., dan Lehn, K. 1985. The structure of corporate ownership: Causes and consequences. The Journal of Political Economy, 1155-1177. Easterbrook dan H. Frank. (1984). Two Agency- Cost Explanations of Dividends,” American Economic Review, Vol. 74, 650- 659. Eckbo, B.E., Verma, S., (1994). Managerial shareownership, voting power, and cash dividend policy. Journal of Corporate Finance 1, 33– 62. Faisal, (2005). Pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial dan Institusional pada Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.7 (2) 190-203. Ghozali, Imam (2006) Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ke 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gordon, M. J, (1963). ‘Optimal Investment and Financing Policy’, Journal of Finance, Vol. 18 (2), 264-72. Grinstein, Y. dan R. Michaely, (2005). “Institutional Holdings and Payout Policy”, The Journal of Finance, Vol. 60 (3) 1389-1426. Gujarati, Damodar (1999) Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Ak. Sumarno Zain, Drs., MBA. Jakarta: Erlangga Han, K.C., S.H. Lee, dan D.Y. Suk, (1999). Institutional Shareholders and Dividends, Journal of Financial and Strategic Decision, Spring, Vol. 12, 5362. Iturriaga, Lopez, Felix J., Rodriguez Sanz, dan Juan Antonio. (2001). Ownership Structure, Corporate Value, and Firm Investment: A Simultaneous Equations Analysis of Spanish Companies. Journal of Management & Governance, Vol. 5 (2) 179-204. Jensen dan C. Michael. (1986). Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers, The American Economic Review, Vol. 76, 323-329.
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
290
Jensen, C. Micheal dan W. H. Meckling. (1976). Theory of Firm: Managerial Behavior, agency cost and Capital structure, Journal of Financial Economics Vol. 3, 305-360. John, K. & Williams, J. (1985). Dividends, Dilution, and Taxes: A Signalling Equilibrium. The Journal of Finance, Vol.40 (4), 1053-1070. La Porta, Rafael, Florencio Lopez-de-Silanes, Andrei Shleifer, and Robert Vishny. (1998) Law and finance, Journal of Political Economy, Vol. 106, 1113-1155. Litzenberger, R.H. dan K. Ramaswamy, (1980). Dividends, Short Selling Restrictions, Tax-Induced Investor Clienteles and Market Equilibrium, Journal of Finance, Vol. 35, 469-482 Miller, M.H. dan F. Modigliani. (1961). "Dividend Policy, Growth, and the Valuation of Shares," Journal of Business, 411-433. Mulyono (2000) Peramalan Bisnis dan Ekonometrika Edsi Pertama. Yogyakarta : BPFE Penman, S. (2004). Financial Statement Analysis and Security Valuation, 2nd ed. New York: The McGraw-Hill Companies. Permatasari, Wening. (2007). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Corporate Social Responsibility terhadap return Saham. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 4 (1), 34-86 Rosdini, Dini. (2009). “Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio”. Bandung: Working Paper in Accounting and Finance, Universitas Padjajaran. Ross, S. (1977). The Determinant of Financial Structure: The Incentive Signaling Approach. Bell Journal of Economics. 23-40. Ross, Stephen A., Randolph W., dan Bradford, D. Jordan (2000), Fundamentals of Corporate Finance, Irwin McGraw-Hill, Boston. Vol 5. Rozeff dan Michael S. (1982). Growth, Beta and Agency Costs as Determinants of Dividend Payout Ratios, The Journal of Financial Research Vol. 5, 249-259. Santoso, Singgih (2000) SPSS Statistik Parametrik, Cetakan Pertama, Jakarta: PT Elexmedia Komputindo. Short, H., H. Zhang dan K. Keasey, (2002), The Link between Dividend Policy and Institutional Ownership, Journal of Corporate Finance, Vol. 8, 105-122. Smith, Ruchard L dan Kim, Joo Hyun. (1994). The Combined Effects of Free Cash Flow and Financial Slack of Bidder and Target Stock Returns. Journal of Business. Vol. 17
JIM-EKM. 01(2):274-290 (2017)
291
Sulaiman (2004) Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Yogyakarta: Andi Tandelilin, E. dan Wilberforce, T. (2002). “Can debt and dividend policies substitute insider ownership in controlling equity agency conflict?”. Gadjah Mada International Journal of Business Vol. 4, 31-43. Uyara, Ali Sani dan Askam Tuasikal. (2003). Moderasi Aliran Kas Bebas terhadap Hubungan Rasio Pembayaran Dividen dan Pengeluaran Modal dengan Earnings Response Coefficients. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 6 (2) Weston, Fred, J dan Thomas, E Copeland. (2010). Manajemen Keuangan. Binarupa. Jakarta: Aksara Publisher White, G. I., Sondhi, A. C., and Dov, F. (2003). The Analysis and Use Of Financial Statements. New York: John Wiley and Sons, Inc.