STRUKTUR CERITA MISTERI ALAMING LELEMBUT PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2010
SKRIPSI Disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Nama
: Deddy Dwi Wijaya
NIM
: 2102407095
Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Satra Jawa
Jurusan
: Bahasa dan Sastra Jawa
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun 2010 telah disetujui untuk diuji dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang.
Semarang, Agustus 2011 Pembimbing I
Pembimbing II
Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum.
Drs. Sukadaryanto, M.Hum.
NIP. 19651225 199402 1 001
NIP. 19561217 198803 1 003
ii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi dengan judul Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun 2010 telah dipertahankan dihadapan sidang panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pada hari
: Senin
Tanggal
: 15 Agustus 2011
Panitia Ujian Skripsi Ketua Panitia,
Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum NIP 196008031989011001
Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd. NIP 19681215 199303 1003
Penguji I,
Dr. Teguh Supriyanto, M.Hum NIP. 19610107199002 1001 Penguji II,
Penguji III,
Drs. Sukadaryanto, M.Hum. NIP. 19561217 198803 1003
Yusro Edi Nugroho, S.S, M.Hum. NIP. 19651225 199402 1001
iii
iv
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Panjebar Semangat Tahun 2010 ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2011
Deddy Dwi Wijaya NIM. 2102407095
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak pernah melakukan apa-apa. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatannya) yang dikerjakannya. (QS.Al Baqarah: 286).
Persembahan Rasa syukur atas karya sederhana ini, sebagai wujud baktiku kepada: Bapak dan Ibuku atas segala doa, kasih sayang, cinta kasih, bimbingan dan dukungannya, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa dan mengasihi mereka. Kakakku terimakasih atas motivasi dan indahnya tali persaudaraan kita, Kekasihku terimakasih atas dorongan, semangat dan kasih sayangnya. Generasi penerus dan almamaterku Universitas Negeri Semarang.
v
vi
PRAKATA Alhamdulillahirabbil „alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan anugerah kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas menyusun skripsi yang berjudul Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun 2010. Penulis meyakini bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-
besarnya kepada: 1. Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum., sebagai pembimbing I dan Drs. Sukadaryanto, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan ide, arahan, dan bimbingan dengan penuh kesabaran, serta besarnya perhatian dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis demi selesainya skripsi ini. 2. Rektor Universitas Negeri Semarang selaku pimpinan Universitas Negeri Semarang. 3. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, yang telah memberi izin dalam pembuatan skripsi ini. 4. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, yang telah memberi kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, yang telah membekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.
v
vii
6. Staf perpustakaan Universitas Negeri Semarang atas peminjaman buku-buku referensi. 7.
Ayah dan Ibu atas kasih sayang dan doa yang tak henti-hentinya untuk keberhasilanku.
8. Kakakku Wahyu Aji Wijaya yang telah memberi semangat dalam kehidupanku. 9. Munika Indra Rachmahwati (atas motivasi, perhatian, kesabaran, kasih sayang dan ketulusan sehingga membentuk kepribadianku yang menjadikanku dewasa dan tegar dalam menghadapi hidup). 10. Teman-teman kos “Ar-Rohman” Aan, Faris, Yudi, Ajik, yang selalu membantuku dan saat-saat yang menyenangkan di kos. 11. Arjuna-Arjuna dan Srikandhi-Srikandhi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa 2007. 12. Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun material kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. Semoga semua bimbingan, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan mendapat karunia dan kemuliaan dari Allah SWT. Harapan dan doa selalu penulis panjatkan semoga dengan diselesaikannya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya. Semarang, Agustus 2011
Penulis
vii
viii
ABSTRAK Wijaya, Deddy Dwi. 2011. Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Majalah “Panjebar Semangat” pada tahun 2010. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum, pembimbing II : Drs. Sukadaryanto, M.Hum. Kata kunci: Struktur cerita, cerita misteri. Cerita misteri diciptakan bertujuan agar karya itu dibaca oleh orang lain, kemudian orang lain yang membaca cerita misteri tersebut dapat memahami maksud dari isi pesan yang disampaikannya. Banyak hal-hal positif yang terdapat pada cerita misteri. Isi dari sebuah cerita misteri mudah dipahami oleh pembacanya, karena berbentuk cerita yang cukup pendek yang bahasanya sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya dan kebanyakan menceritakan pengalaman yang pernah dialami. Cerita misteri dapat dibedah isinya melalui unsur pembangun sebuah karya sastra, di mana unsur-unsur intrinsiknya dapat diketahui. Unsur intrinsik tersebut meliputi adanya tokoh dan penokohan, alur, setting atau latar, tema, sudut pandang, dan juga gaya bahasa. Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalah yang muncul dalam skripsi ini adalah bagaimana struktur cerita yang terdapat dalam cerita mistei dalam majalah “Panjebar Semangat” pada tahun 2010? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap struktur yang terdapat pada cerita misteri dalam majalah “Panjebar Semangat” pada tahun 2010. Teori yang digunakan adalah teori struktural dengan menggunakan pendekatan objektif, yaitu agar mudah dalam membedah suatu teks yang berupa cerita misteri untuk unsur-unsur intrinsik pada cerita misteri dalam majalah “Panjebar Semangat” pada tahun 2010. Unsur-unsur intrinsik tersebut dikemas dalam struktur cerita yang berupa fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan data mengenai fakta cerita, tema, dan sarana cerita, untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dari cerita misteri dalam majalah “Panjebar Semangat” pada tahun 2010. Sasaran penelitian adalah unsur-unsur pembangun cerita misteri alaming lelembut tahun 2010. Data yang diperoleh dari sebelas teks cerita misteri yaitu “Thuyul”, “Balekna Dhuwitku” “Siluman Asu”, “Menungsa Tekek”, “Selingkuh karo Lelembut”, “Yuyu Sawah”, “Ula Siluman”, “Misteri Golek Kencana”, “Tikungan Maut”, “Gamelan Nyalawadi”, “ Arwah Gentayangan” pada tahun 2010. Sumber data yang digunakan berasal dari majalah “Panjebar Semangat” tahun 2010.
viii
ix
Hasil penelitian ini dapat ditunjukkan tokoh dan penokohan, alur atau plot, seting atau latar yang terdapat dalam fakta cerita, kemudian diketahui juga tema serta sudut pandang, dan gaya bahasa yang terdapat pada sarana cerita. Hasil yang ditemukan mengenai tokoh dan penokohan adalah terdapat tokoh misteri, tokoh protagonis (tokoh yang baik) dan tokoh antagonis (tokoh yang jahat). Tokoh misteri diantaranya terdapat pada tokoh tuyul, arwah Sriyanti, siluman asu, Indri, gendruwo, yuyu sawah, ula siluman, golek kencana, arwah wanita cantik, bocah-bocah kecil, Kho Jiu Lan. Tokoh protagonis diantaranya terdapat pada tokoh Wisnu, Panut, Pak Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Muhammad Amru, Kho Jiu Lan (Lany), Pardi, Kyai Saleh, Yanto gering, Jono, Wahyu, Mbok Iyem, Susila, Pak Kyai Ngalim, Mbah Kyai, Pak Mukani, Supangat, Suhernala. Tokoh antagonis antara lain Lik Warigo Blantik, Bagyo, Jarwa, Pak Pancawirya, Sriyanti, Tukiran, Indri, Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul, Srikandhi, Pak Godheg, Pak Mardi, Priyamantingan, Pancadrajat, Pak Suraji, David, Muis. Dilihat dari alur, alur yang digunakan dalam cerita misteri alaming lelembut adalah alur lurus dan campuran. Aspek ruang atau lokasi tempat kejadian dalam cerita misteri ini antara lain di pasar Wonosari, warungnya Panut, Nglimpar, rumahnya Wisnu, rumah sakit, di senthong (kamar) Sriyanti, dan di senthong (kamar) Tukiran, di wilayah RT 21, gardhu rondha, pinggir kali luk ula, gang emprit, gumuk Tegal Gunung, di dalam dan di sekitar rumah kontrakan (Indri dan Wisnu), pabrik kaos, kamar tidur, kamar mandi, pos satpam, sawah Pak Mardi, Puskesmas, Kedhung Blangah, rumahnya Pak Suhernala, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kamar Priyamantingan, tikungan, losmen Dewi Sri, rumah Pak Kyai Amru, kamar Supangat, Jalan Diponegoro 52 Salatiga, gedung balairung, belakang gedung balairung, kantor, gerdhu, warung belakang rumah sakit, dan belakang Polres. Aspek waktu cerita (fable time) dalam cerita misteri alaming lelembut kebanyakan menggunakan waktu di malam hari karena di malam hari merupakan waktu makhluk halus muncul di sekitar tahun 2010an. Tema cerita misteri alaming lelembut adalah bercerita tentang kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, di mana kemanusiaan tersebut bersangkutan dengan tanggung jawab, kepedulian, percintaan, perselingkuhan, dan usaha. Sudut pandang yang digunakan adalah kata ganti orang pertama “aku” dan menggunakan kata ganti orang ketiga “dia”, atau menyebut nama orang lain dalam cerita. Gaya bahasa yang digunakan, bahasa Jawa ngoko, krama, ada yang menggunakan bahasa Indonesia, ada yang bermakna sebenarnya dan ada juga yang bermakna tidak sebenarnya. Berdasarkan temuan tersebut di atas, saran yang dapat diberikan yaitu agar penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan teori struktur yang meliputi fakta cerita, tema, dan sarana cerita terhadap penelitian karya sastra Jawa lainnya dalam membedah suatu karya sastra yang berupa cerita misteri.
ix
x
SARI Wijaya, Deddy Dwi. 2011. Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Majalah “Panjebar Semangat” pada tahun 2010. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum, pembimbing II : Drs. Sukadaryanto, M.Hum: Tembung Pangrunut: Struktur cerita, cerita misteri. Cerita misteri diciptakake kanthi duweni ancas supaya karya iku bisa diwaca karo wong liya terus wong liya sing maca cerita misteri kasebut bisa mangerteni maksud saka wosing cerita sing di kandhakake. Akeh babagan positif sing ana sajroning crita misteri. Wosing crita misteri gampang dimangerteni dening sing maca, amarga awujud crita sing rada cekak lan basane lumrah digunakake dening masyarakat saka umume lan akeh-akehe nyritakake lakuning sing tau di rasake. Crita misteri bisa dibabarake wosing migunakake unsur pembangun karya sastra, kang bisa dimangerteni unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik kasebut yaiku anane tokoh lan penokohan, alur, setting utawa latar, sudur pandang, lan gaya bahasa. Adhedhasar mula bukane kasebut, prekara kang arep diandharake ana skripsi iki yaiku: kepriye struktur cerita misteri ing kalawarti “Panjebar Semangat” taun 2010? Ancase kang pengin digayuh ing panaliten iki yaiku nudhuhake struktur cerita misteri ing kalawarti “Panjebar Semangat” taun 2010. Teori kang digunakake yaiku teori struktural kanthi migunakake pendekatan objektif, yaiku supaya gampang olehe mbedhah teks cerita misteri kanggo nudhuhake struktur cerita misteri ing kalawarti “Panjebar Semangat” taun 2010. Struktur crita kang ditudhuhake struktur crita kang arupa fakta cerita, tema, lan sarana crita.. Data kasebut dianalisis migunakake analisis deskriptif, yaiku kanthi cara ndheskripsikake data kanthi lewat fakta cerita, tema, lan sarana cerita, kanggo mangerteni unsur-unsur intrinsik crita misteri ing kalawarti “Panjebar Semangat” ing taun 2010. Sasaran panaliten yaiku unsur-unsur sing ngadhekake cerita misteri alaming lelembut tahun 2010. Data dijipuk saka sewelas teks crita misteri yaiku “Thuyul”, “Balekna Dhuwitku” “Siluman Asu”, “Menungsa Tekek”, “Selingkuh karo Lelembut”, “Yuyu Sawah”, “Ula Siluman”, “Misteri Golek Kencana”, “Tikungan Maut”, “Gamelan Nyalawadi”, “ Arwah Gentayangan” ing taun 2010. Sumber data sing dugunakake saka kalawarti “Panjebar Semangat” taun 2010. Saka kasil panaliten iki bisa nudhuhake tokoh penokohan, alur cerita, latar crita kang ana sajroning fakta crita, tema, sarta sudut pandang lan gaya basa kang ana sajroning sarana crita. Kasil sing ditemokake babagan paraga lan penokohan anane paraga memedi, paraga protagonis (paraga sing apik) lan paraga antagonis (paraga sing ala). Paraga memedi antarane ana ing paraga tuyul, arwahe Sriyanti, siluman asu, Indri, gendruwo, yuyu sawah, ula siluman, golek kencana, arwah wong x
xi
ayu, bocah-bocah cilik, Kho Jiu Lan. Paraga protagonis antarane ana ing paraga Wisnu, Panut, Pak Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Muhammad Amru, Kho Jiu Lan (Lany), Pardi, Kyai Saleh, Yanto gering, Jono, Wahyu, Mbok Iyem, Susila, Pak Kyai Ngalim, Mbah Kyai, Pak Mukani, Supangat, Suhernala. paraga antagonis antarane ana ing paraga Lik Warigo Blantik, Bagyo, Jarwa, Pak Pancawirya, Sriyanti, Tukiran, Indri, Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul, Srikandhi, Pak Godheg, Pak Mardi, Priyamantingan, Pancadrajat, Pak Suraji, David, Muis. Dingeti saka alure sing digunakake ing crita misteri alaming lelembut yaiku alur lurus lan alur campuran. Aspek ruang utawa panggonan kedadean ana ing crita misteri yaiku ing pasar Wonosari, warungnya Panut, Nglimpar, rumahnya Wisnu, rumah sakit, di senthong (kamar) Sriyanti, dan di senthong (kamar) Tukiran, di wilayah RT 21, gardhu rondha, pinggir kali luk ula, gang emprit, gumuk Tegal Gunung, di dalam dan di sekitar rumah kontrakan (Indri dan Wisnu), pabrik kaos, kamar tidur, kamar mandi, pos satpam, sawah Pak Mardi, Puskesmas, Kedhung Blangah, rumahnya Pak Suhernala, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kamar Priyamantingan, tikungan, losmen Dewi Sri, rumah Pak Kyai Amru, kamar Supangat, Jalan Diponegoro 52 Salatiga, gedung balairung, belakang gedung balairung, kantor, gerdhu, warung belakang rumah sakit, dan belakang Polres. Aspek waktu crita (fable time) ing crita misteri alaming lelembut akeh-akehe gunakake wektu ing wayah wengi amarga ing wayah wengi memedi pada ngetokake wujude ing sekitar taun 2010an. Tema crita misteri alaming lelembut yaiku crita babagan kemanungsaan ing keuripan sedinadina, ing ngendi kemanungsan kasebut gegayutan karo tanggung jawab, kepedulian, percintaan, perselingkuhan lan usaha. Sudut pandang sing digunakake yaiku tembung ganti uwong kapisan “aku” lan gunakake tenbung ganting uwong katelu “dia”, utawa ngundang jeneng wong liya ing sajroning crita. Gaya bahasa sing digunake, basa Jawa Ngoko, Krama, ana uga sing gunake basa Indonesia, ana sing duweni teges sebenere, lan ana uga sing duweni teges ora sebenere. Adhedhasar kasebut, pituduh kang bisa diwenehake yaiku supaya panaliten iki bisa digunakake kanggo ngembangake teori struktural kanggo panaliten karya sastra sing liya sajroning mbedhah karya sastra arupa crita misteri.
xi
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
iii
PERNYATAAN ............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................
v
PRAKATA .....................................................................................................
vi
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
SARI (Bahasa Jawa) ....................................................................................
x
DAFTAR ISI .................................................................................................
xii
DAFTAR SINGKATAN................................................................. ..............
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................
7
2.2 Strukturalisme ..........................................................................................
8
xii
xiii
2.2.1 Fakta Cerita ...........................................................................................
12
2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan .........................................................................
13
2.2.1.1.1 Tokoh ............................................................... .............................
13
2.2.1.1.2 Penokohan................................................................. .....................
17
2.2.1.2 Plot atau Alur .....................................................................................
20
2.2.1.3 Setting atau Latar ...............................................................................
23
2.2.2 Tema.......................................................................................................
27
2.2.3 Sarana Cerita ..........................................................................................
30
2.2.3.1 Sudut Pandang.....................................................................................
30
2.2.3.2 Gaya Bahasa ........................................................................................
33
2.3. Kerangka Berpikir ....................................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ..............................................................................
37
3.2 Sasaran Penelitian ....................................................................................
37
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................
38
3.4 Teknik Analisis Data ................................................ ................................
39
BAB IV FAKTA CERITA, TEMA DAN SARANA CERITA MISTERI ALAMING LELEMBUT 4.1 Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut ..............................................
41
4.1.1 Fakta Cerita.............................................................................................
42
xiii
xiv
4.1.1.1 Tokoh dan Penokohan......... ................................................................
42
4.1.1.2 Alur atau Plot......................................................................... .............
60
4.1.1.3Setting atau Latar ......................................................................... .......
86
4.1.2. Tema Cerita......................................................................... ..................
114
4.1.3 Sarana Cerita ......................................................................... ...............
119
4.1.3.1. Sudut Pandang ...................................................................................
119
4.1.3.2.Gaya Bahasa Cerita ......................................................................... ...
123
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ...................................................................................................
131
5.2 Saran ..........................................................................................................
132
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
133
LAMPIRAN
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita diciptakan oleh pengarang dengan menggunakan unsur-unsur atau struktur. Unsur-unsur pembangun sebuah cerita yang kemudian secara bersama membentuk sebuah kesatuan. Secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walaupun pembagian ini tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering dibicarakan maupun dibahas dalam rangka mengkaji atau membicarakan cerita misteri atau karya sastra pada umumnya. Pengkajian struktur dalam sebuah cerita dimaksudkan agar para pembaca lebih mudah memahami maksud atau pesan dari pengarang, karena pengarang menulis suatu cerita jelas bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur secara nyata akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah cerita adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Keterpaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat cerita berwujud atau hidup. Segi intrinsik karya fiksi itu sendiri mencakup berbagai unsur, yang antara satu dengan yang lain saling berjalin secara koherensif dan mesra sehingga
1
2
membentuk satu kesatuan yang harmonis. Sebuah karya sastra yang jadi adalah sebuah totalitas, sebuah kesatupaduan yang jauh lebih bermakna daripada unsurunsur pembentuknya secara sendiri dan terpisah. Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap kesatuan bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah cerita haruslah tetap dipandang sebagai suatu yang penting. Cerita dituliskan oleh pengarang menggunakan unsur-unsur cerita baik itu tema, tokoh dan penokohan, plot, latar, sudut pandang, maupun pesan sehingga menjadi suatu karangan yang indah dan menarik untuk dibaca. Setelah dicoba dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antar unsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu, misalnya bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh dan penokohan, dengan latar dan sebagainya. Karya sastra merupakan suatu rekaan pada hakikatnya adalah suatu struktur. Pengertian struktur berarti, bahwa karya sastra menjadi suatu keseluruhan sebuah unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra itu sendiri. Teeuw (1984:38)
3
menegaskan bahwa kesatuan struktural mencakup setiap bagian dan sebaliknya bahwa setiap bagian menunjukan kepada keseluruhan dan bukan yang lain. Struktur karya sastra itu dibangun oleh unsur-unsur yang membangun karya sastra sehingga merupakan satu kesatuan, di mana unsur-unsur tersebut terbagi menjadi tiga yaitu, fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh penokohan, alur, dan setting atau tempat, sedangkan sarana cerita meliputi adanya sudut pandang dan gaya bahasa. Karya sastra bersifat dulce et utile yang mempunyai arti menyenangkan dan bermanfaat. Didalam karya sastra harus menarik dan merangsang rasa keingin tahuan. Pembaca bukan hanya ingin tahu kelanjutan cerita, tetapi mungkin juga ingin tahu sarana yang digunakan pengarang untuk membuat cerita menjadi hidup dan bermanfaat. Sarana itu sendiri dapat ditemukan didalam setiap cerita jika kita ingin membaca karya sastra dengan cermat dan teliti. Dengan memperhatikan siapa tokoh yang terdapat dalam cerita, apa saja peristiwa yang dialaminya, dimana peristiwa itu terjadi, bagaimana terjadinya peristiwa tersebut, dan sebagainya. Penulis membaca sambil mengkaji dan menganalisis cerita, melalui analisis. Penulis menjadi tahu dan paham tentang permasalahan dalam cerita tersebut, tentu saja cerita misteri tersebut tidak cukup dibaca satu kali melainkan harus berulang-ulang. Pengkajian cerita juga membantu pembaca memahami bagaimana cara pengarang mengungkapkan batinnya secara kreatif, sebaliknya pengkajian juga membantu pengarang mengembangkan kreatifitas mengarang.
4
Dalam konteks khasanah kesusastraan Jawa tedapat sebuah jenis cerita yang umunnya berupa cerita misteri, “Alaming Lelembut” sebagai karya fiksi, maka cerita tersebut bisa dilihat dari berbagai aspek atau unsurnya. Selain menempatkan cerita ini sebagai karya fiksi cerita misteri juga merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berupa rekaan, yang berasal dari imajinasi pengarangnya yang kemudian dituangkan dalam bentuk cerita-cerita. Seorang pengarang menulis dengan tujuan agar tulisannya itu dibaca oleh orang lain, yang kemudian dari pembaca tersebut dapat mengetahui dan memahami isi pesan yang disampaikan oleh pengarang. Selain itu juga dapat menambah pengetahuaannya tentang struktur dalam suatu cerita, dan juga tentang pola kehidupan suatu masyarakat yang disampaikan pengarang melalui cerita. Di antara majalah berbahasa Jawa yang hingga sekarang masih terbit adalah majalah Panjebar Semangat. Majalah Panjebar Semangat terbit mingguan di Surabaya, Jawa Timur. Terbit setiap satu minggu sekali, yaitu khusus hari sabtu. Panjebar Semangat diterbitkan pertama kali tahun 1933 oleh dr. Soetomo, pendiri Boedi Oetomo. Cerita misteri Alaming Lelembut merupakan salah satu rubrik di majalah Panjebar Semangat. Rubrik ini berupa tulisan yang menceritakan kisah-kisah yang misterius atau biasa disebut dengan kisah yang menyeramkan. Cerita misteri lebih mengarah pada kejadian-kejadian gaib yang terjadi di suatu tempat. Biasanya di dalam cerita misteri muncul keanehan, setan, hal gaib atau makhluk halus lainnya. Alaming Lelembut “khas”, berada antara fiksi dan nonfiksi. Sering benar-benar terjaga atau nyata. Di majalah lain, ada rubrik seperti Alaming Lelembut yaitu pada majalah Djaka Lodang
5
yang disebut dengan Jagading Lelembut dan pada majalah Jaya Baya yang disebut dengan Cerita Misteri. Penulis memilih sebelas cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Panjebar Semangat, sebagai bahan penelitian didasari atas beberapa alasan, yaitu: cerita yang terkumpul dari majalah Jawa Panjebar Semangat menggunakan bahasa Jawa yang bahasanya mudah dipahami, khususnya oleh para pecinta cerita-cerita misteri, jika dilihat dari struktur ceritanya, cerita misteri Alaming Lelembut sangat kompleks dan beragam, secara umum bahasa yang digunakan oleh pengarang adalah bahasa Jawa ngoko, terdapat nilai-nilai atau amanat dalam setiap cerita yang dapat diambil hikmahnya dan dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari, cerita yang terkumpul pengarangnya berbeda-beda, sehingga dapat mengetahui perbedaan dalam penggunaan struktur cerita dari masing-masing pengarang. Dengan mengangkat cerita misteri Alaming Lelembut yang termuat pada majalah Panjebar Semangat sebagai bahan penelitian diharapkan para pembaca nantinya dapat menggunakan sebagai bahan renungan dalam mengambil sikap jika mendapati kejadian sebagaimana yang dipaparkan dalam cerita misteri Alaming Lelembut yang termuat pada majalah Panjebar Semangat. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul “Struktur Dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut pada Majalah Panjebar Semangat”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini adalah bagaimanakah struktur dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa
6
Panjebar Semangat tahun 2010 yang mencakup tema, plot atau alur cerita, latar, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang penceritaan dalam cerita Misteri Alaming Lelembut.
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan yaitu untuk mengungkap struktur dalam cerita Misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 yang mencakup tema, plot atau alur cerita, latar, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang penceritaan dalam cerita Misteri Alaming Lelembut.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya di bidang sastra. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman kepada pembaca terhadap cerita yang berhubungan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam cerita misteri Alaming Lelembut.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS Bab ini terdiri atas kajian pustaka, landasan teoretis, dan kerangka berpikir. Kajian pustaka yang dapat dijadikan rujukan dalam penelitian diambil dari penelitian yang relevan dengan topik penelitian. Dalam landasan teoretis dinyatakan teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan untuk landasan kerja penelitian. Kerangka berpikir dalam penelitian ini merupakan konsep yang menjiwai penelitian.
2.1 Kajian Pustaka Kajian mengenai Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut sementara ini diduga belum pernah dilakukan. Penelitian yang dapat dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ira Wukti Sayekti (2010) yang berhubungan dengan Alaming Lelembut. Ira Wukti Sayekti (2010), melakukan penelitian dengan judul Tokoh dan Penokohan dalam cerita Misteri Alaming Lelembut pada Majalah Panjebar Semangat. Hasil penelitian ini adalah dilihat dari segi tokoh dan penokohannya. Berdasarkan analisis, tokoh dan penokohan dalam cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Panjebar Semangat, dari sepuluh cerita misteri yang diteliti sebagian besar tokoh-tokohnya protagonis. Tokoh simple character terdapat dalam enam cerita misteri Alaming Lelembut, tokoh complex character terdapat dalam empat cerita misteri Alaming Lelembut. Penokohan cerita misteri Alaming Lelembut digambarkan
7
8
secara acak. Penggambaran secara acak tersebut yaitu selingkuh, tegas, penggoda, perilaku kasar, penyayang, dan sabar, bertanggung jawab, rajin, baik hari, ramah dan sopan, pandai, jatuh cinta, rasa ingin tahu, suka menolong, tidak mudah putus asa, perasaan kaget dan curiga, perasaan kasihan, berusaha, pengertian, perasaan simpati, rahasia, percaya pada teman, penurut, pemberani, tergoda, buruk sangka, perayu, bingung, jahat, rasa bersalah, karma, perasaan sayang terhadap orang tua, pelupa, perilaku menyimpang, sayang kepada istri, minta tolong, takut, tobat, suka berhutang, bohong, sedih, semangat, memberikan penjelasan, dianiaya, pemuja pesugihan, emosi, sombong, dan pemarah. Penokohan dalam cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Panjebar Semangat dapat diungkapkan secara dramatik (secara tidak langsung).
2.2 Strukturalisme Struktur secara etimologi berasal dari kata structura dari bahasa latin yang berarti bentuk atau bangunan (Kutha Ratna, 2004:88). Lebih lanjut Ratna menyatakan definisi strukuturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak hubungan antarunsur yang satu dengan unsur yang lainnya, di pihak lain hubungan antarunsur (unsur) dengan totalitasnya. Hubungan antarunsur tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian dan kesepahaman, tetapi juga negatif seperti konflik dan pertentangan.
9
Teori strukturalisme memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya saling berjalin erat, saling menentukan keseluruhan. Bagi setiap penelitian sastra, analisis strukturalisme karya sastra yang akan diteliti merupakan suatu prioritas, pekerjaan pendahuluan, sebab karya sastra sebagai “dunia dalam kata” (Desden dalam Teeuw, 1983:60). Berarti bahwa analisis struktur adalah suatu tahap dalam penelitian sastra yang sukar dihindari, sebab setelah analisis semacam itu baik memungkinkan diungkap pengertian yang lebih mendalam. Sebuah karya sastra merupakan sarana komunikasi dari pengarang atau pujangga kepada penikmat sastra. Karya sastra bukanlah komunikasi yang biasa bahkan memiliki banyak segi aneh dan tidak biasa kalau dibandingkan dengan tindak komunikasi lain, tetapi pemahaman tentang gejala ini sesuai dan tepat tidak mungkin tanpa dengan memperhatikan aspek komunikatifnya atau bisa dikatakan dengan istilah lain tanpa mendekati sastra sebagai suatu tanda, sign atau yang sekarang dikenal dengan gejala semiotik. Ini menunjukkan bahwa sastra merupakan sebuh aktivitas bahasa yang di dalamnya membicarakan tentang sebuah hal akan tetapi justru mempunyai maksud tertentu. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2000:36) sebuah karya sastra fiksi, atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di pihak lain, sebuah struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Berpijak pada pemahaman tersebut, penelitian dalam skripsi ini akan menitikberatkan
10
pada fakta cerita (alur, tokoh dan penokohan, latar), tema, dan sarana cerita (sudut pandang dan gaya bahasa). Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan dasar penelitian struktural sebagai cara untuk membedah cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa Panjebar Semangat. Strukturalisme sendiri pada dasarnya merupakan sebuah cara berfikir tentang dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur. Menurut pikiran kaum strukturalisme, dunia sastra merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang, merupakan sebuah susunan hubungan sehingga unsur penyusunannya tidak mempunyai makna, melainkan ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam unsur itu sendiri Hawkes (dalam Pradopo 2002:119120). Karya sastra sebagai sebuah struktur memiliki arti bahwa karya sastra merupakan sebuah susunan unsur-unsur yang bersistem, terjadi hubungan timbalbalik dan saling menentukan antarunsurnya. Kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra tidak hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang tersendiri, melainkan hal-hal tersebut akan saling berkait, saling terkait, dan saling bergantung (Pradopo, 2002:118-119). Untuk mengungkap struktur sesuai dengan teori strukturalisme amaka dilakukan beberapa tahapan-tahapan. Analisis secara struktural menurut Hartoko (dalam Nurgiyantoro, 2000:38) dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks, satu keseluruhan wacana dan relasi intertekstual. Analisis unsur-unsur teks itu asalnya berupa analisis kata-kata dalam kalimat atau kalimat-kalimat dalam alenia atau konteks wacana yang lebih besar.
11
Namun juga dapat berupa analisa fungsi dan hubungan antara unsur latar, waktu, tempat dan sosial budaya dalam analisa latar. Terkait dengan hal tersebut, analisis struktural karya sastra, dalam hal ini adalah cerita fiksi misteri dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yakni, dengan mengindentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan hubungan fungsi antarunsur intrinsik cerita misteri yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasikan bagaimana tema, alur, latar, dan unsur-unsur intrinsik lainnya dalam cerita, kemudian dicari hubungan antarunsur tersebut. Secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu. Dengan begitu, pada dasarnya analisis struktural mempunyai tujuan memaparkan secara cermat fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro, 2000:36-37) Lebih lanjut, Nurgiyantoro (2000:37) juga menyatakan bahwa analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi keterkaitan antarunsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu dari sebuah karya fiksi, namun yang lebih penting adalah menunjukan bagaimana hubungan antarunsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik serta makna keseluruhan yang ingin dicapai. Terkait dengan hal tersebut, unsur yang menonjol yang menjadi dasar terciptanya sebuah cerita adalah latar, penokohan dan alur. Namun, unsur dasar dalam sebuah cerita tidak boleh dilupakan dan sangat menentukan adalah keberadaan tema.
12
Tema sebuah karya sastra juga masih mempunyai unsur pembangun yang lain, berdasar pemahaman di atas, tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam keterkaitan dengan unsur lainnya yang disebut sebagai fakta cerita dan sarana cerita. Menurut Teeuw (1988:135-136) bahwa pada prinsipnya analisis struktural adalah bertujuan untuk membongkar dan memaparkan apa yang ada dianalisis dengan cermat, teliti dan sedail mungkin dan mendalam, mungkin keterkaitan dan keterjalinan dari semua anasir dan aspek dari karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh karena tugas dan tujuan dari analisis struktur yakni mengupas mendalam dari keseluruhan makna yang telah terpadu, oleh karena itu dalam mengkaji dan menganalisis cerita misteri Alaming Lelembut ini digunakan teori struktural agar mengungkap struktur dan makna di dalamnya. Berdasarkan teori-teori tentang struktural di atas dapat disimpulkan bahwa teori struktural merupakan analisis dari unsur-unsur pembangun karya sastra yang telah terjalin sehingga diperoleh suatu makna yang terpadu dari karya tersebut. Kemudian tahapan dalam anlisisnya dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan.
2.2.1 Fakta Cerita Menurut Nurgiyantoro (2000:25) fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita dan penokohan), plot, dan setting. Ketiga unsur tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan dalam rangkaian keseluruhan cerita, bukan sebagai
13
sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah satu dengan yang lain. Ketiga unsur yang meliputi fakta cerita seperti karakter (tokoh), plot dan setting akan dijelaskan seperti di bawah ini.
2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Sebuah cerita misteri Alaming Lelembut tanpa tokoh dan penokohan nyaris mustahil, karena daya tarik cerita misteri Alaming Lelembut terpancar lewat imajinasi kretif si pengarang. Lewat imajinasi pengarang itulah, pembaca dapat berkenalan dengan sejumlah variasi tipe manusia berikut masalah-masalah yang terdapat di dalamnya, serta cara penyelesaiannya yang ada (Rahmanto, 2000:71). Istilah tokoh lebih menunjuk kepada orangnya dan istilah penokohan lebih menuju kepada perwatakan dari tokoh tersebut. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian tokoh dan penokohan.
2.2.1.1.1
Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa ata berkelakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita, Greimes (1975) tidak menggunakan istilah tokoh (character) melainkan partisipan (participant) sedangkan shahnon Ahmad dalam bukunya gubahan novel (1979) menggunakan istilah watak. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang
14
diinsankan. Berdasarkan fungsi, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh sentral (central character) dan tokoh bawahan (periperal character). Berdasarkan fungsi peranannya, tokoh terdiri atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang salah satu jenisnya popular disebut hero. Tokoh ini juga menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita. Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik cerita itu terjadi. Kebanyakan tokoh antagonis tidak disukai oleh pembaca Altenbernd (dalam Nurgiyantoro 2000:178-179) Tokoh yang memegang peranan penting disebut tokoh utama atau protagonis (Sudjiman, 1986:61). Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama (Grimes, 1975:43-44), selain itu tokoh tambahan juga dapat diartikan tokoh yang diperlukan dalam kesempurnaan cerita. Secara garis besar, teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra meliputi berbagai cara seperti pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh (Abrams dalam Nurgiyantoro 2000:194). Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu.
15
Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbedabeda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Adapun tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu (Aminuddin 2002:79). Dalam menentukan tokoh utama, pembaca dapat menentukannya dengan jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya (Aminuddin 2002:80). Menurut Nurgiyantoro (2000:177) tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopsisnya, yaitu dalam kegiatan pembuatan sinopsis, sedang tokoh tambahan biasanya diabaikan. Berdasarkan perwatakannya, tokoh terdiri atas tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya
16
memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-sifat watak yang tertentu saja. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton yang hanya mencerminkan satu watak saja. Tokoh bulat, kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya, dan jati dirinya. Tokoh ini menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga. Dibandingkan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan Abrams dalam Nurgiyantoro 2000:181-183). Berdasrkan kriteria berkembang atau tidaknya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokok statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang secara awal sampai akhir cerita. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan. Sikap dan watak tokoh berkembang akan mengalami perkembangan dan perubahan dari, tengan, dan akhir cerita, sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan Altenbernd (dalam Nurgiyantoro:188) Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari kehidupan nyatanya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh tipikal da tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
17
individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan. Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukkan terhadap orang, atau sekelompok orang yang terikat yang ada di dunia nyata. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Tokoh ini benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi Altenbernd (dalam Nurgiyantoro 2000:190-191). Ragam tokoh atau pelaku di dalam karya sastra menurut Aminuddin (1987:79-83) dibedakan menjadi delapan yaitu: 1) pelaku utama atau pelaku inti yaitu tokoh yang memiliki peranan penting dalam sebuah cerita, 2) pelaku tambahan atau pelaku pembantu yaitu tokoh yang memiliki peranan tidak penting, karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama, 3) pelaku protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi oleh pembaca, 4) pelaku antagonis yaitu pelaku yang tidak disukai pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkam, 5) simple character yaitu pelaku yang tidak banyak menunjukkan adanya kompleksitas masalah, pemunculannya hanya dihadapkan pada suatu permasalahan tertentu yang tidak banyak menimbulkan adanya obsesi-obsesi batin yang kompleks, 6) complex character yaitu pelaku yang kemunculannya banyak dibebani permasalahan yang juga ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi-obsesi batin yang cukup kompleks, 7) pelaku dinamis yaitu pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan batin dalam keseluruhan penampilannya, 8) pelaku statis yaitu pelaku
18
yang tidak menunjukkan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul sampai akhir cerita.
2.2.1.1.2
Penokohan Istilah penokohan lebih luas pengertiannya dibandingkan dengan tokoh dan
perwatakan,
karena
penokohan
mencakup
siapa
tokoh
cerita,
bagaimana
perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya sehingga pembaca dapat menerima gamabaran yang jelas. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh cerita (Nurgiyantoro 2000:166). Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watakk tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro 2000:165). Jones (dalam Nurgiyantoro 2000:165) juga mengatakan arti dari penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Sebuah cerita tanpa penokohan nyaris mustahil, karena daya tarik cerita terpancar lewat imajinasi kreatif si pengarang. Lewat imajinasi pengarang itulah, pembaca dapat berkenalan dengan sejumlah variasi tipe manusia berikut masalahmasalah yang terdapat di dalamnya, serta cara penyelesaian yang ada (Rahmanto 2000:71). Masalah-masalah dan cara penyelesaiannya dikemas dengan sangat menarik oleh pengarang, sehingga pembaca dapat merasakan secara langsung bagaimana manfaat membaca cerita misteri Alaming Lelembut. Dengan adanya penokohan, akan sangat menentukan alur cerita dan jalan cerita. Penokohan juga
19
berperan untuk mewujudkan tema, menyampaikan pesan atau amanat. Oleh karena itu, penokohan mempunyai peranan sangat penting. Aminuddin (2002:79) mengartikan penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Penokohan atau perwatakan merupakan pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa: pandangan hidup, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagaimanya (Suharianto 2005:20). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diselaraskan arti dari penokohan yaitu cara pengarang untuk melukiskan atau menggambarkan seorang tokoh dalam cerita yang mempunyai watak-watak tertentu baik lahir maupun batinnya. Dalam penokohan terkandung dua aspek sekaligus yaitu isi dan bentuk. Apa dan siapa tokoh cerita itu sebenarnya tidak begitu penting, selama pembaca dapat mengidentifikasi diri tokoh-tokoh tersebut dikatakan oleh Jones (dalam Nurgiyantoro 1994:166), atau pembaca dapat memahami dan menafsirkan tokoh-tokoh itu sesuai dengan logika cerita dan persepsinya. Penggambaran tokoh dalam karya sastra ada dua macam yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik Abrams (dalam Nurgiyantoro 2000:194). Teknik ekspositori adalah penggambaran watak tokoh secara langsung. Dalam hal ini pengarang menyebutkan secara langsung watak tokoh dalam sebuah cerita. Teknik dramatik adalah penggambaran watak tokoh secara tidak langsung, sehingga pembaca harus menyimpulkan sendiri watak tokoh di dalam sebuah cerita.
20
Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik, yaitu a) teknik cakapan, diketahui sifat tokoh yang bersangkutan melalui percakapan yang dilakukan para tokoh cerita, b) teknik tingkah laku, mengarah pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan oleh orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat dirinya, c) teknik pikiran dan perasaan, dapat diketahui pada jalan pikiran serta perasaan yang melintas dan dirasakan oleh para tokoh, d) teknik arus kesadaran, merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak, e) eknik reaksi tokoh, dimaksudkan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan tingkah laku orang lain yang berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan, f) teknik reaksi tokoh lain, dimaksudkan sebagai reaksi tokoh lain terhadap tokoh utama, g) teknik pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan tokoh, dan h) teknik pelukisan fisik, keadaan fisik berkaitan dengan keadaan kejiwaan.
2.2.1.2 Plot / Alur Plot memang mengandung jalan cerita yang artinya peristiwa-peristiwa yang susul menyusul namun ia lebih dari sekedar jaln cerita itu sendiri dari rangkaian peristiwa (Nurgiyantoro 2000:111). Suharianto (2005:18) juga berpendapat alur atau sering disebut plot adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun
21
dengan memperhatikan sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alur adalah kontruksi mengenai sesuatu deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku dalam cerita
tersebut
(Sayuti 1996:27). Kenny (dalam Nurgiyantoro 2000:113), mengartikan plot adalah sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa tertentu itu berkaitan dengan sebabakibat. Sedangkan menurut Forster (dalam Nurgiyantoro 2000:113), plot merupakan peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kasualitas. Lebih lanjut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2000:113), mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa plot atau latar merupakan urutan atau rangkaian sebuah cerita dimana kejadian-kejadian cerita diperlihatkan secara urut. Unsur-unsur penting dalam alur adalah konflik. Alur dipengaruhi oleh konflik dan bangunan konflik yang dikemukakan. Konflik menyaran pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang dialami oleh tokoh cerita. Konflik yang mencapai intensitas tinggi disebut klimaks. Klimaks merupakan pertemuan antara dua hal yang saling bertentangan dan saat menentukan bagaimana oposisi akan diselesaikan Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000:122). Alur dalam sebuah cerita dibedakan menjadi beberapa macam. Dilihat dari aspek tokonya alur dibagi menjadi dua yaitu, alur erat dan alur longgar. Alur erat
22
berarti hubungan antar pelaku antar pelaku erat. Alur erat dijumpai pada cerita yang memiliki pelaku sedikit. Sedangkan alur longgar berarti hubungan antar pelaku sedikit longgar. Alur ini kita jumpai pada cerita yang jumlah pelakunya banyak (Sayuti 1996:27) Menurut Nurgiyantoro (2005:153-154) Plot Lurus, Progesif. Plot sebuah novel dikatakan progesif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Jika dituliskan dalam bentuk skema, secara garis besar plot progesif tersebut akan berwujud sebagai berikut. A
B
C
D
E
Simbol A melambangkan tahap awal cerita, B-C-D melambangkan kejadiankejadian berikutnya, tahap tengah, yang merupakan inti cerita, dan E merupakan tahap penyelesaian cerita. Oleh karena kejadian-kejadian yang dikisahkan bersifat kronologis – yang secara istilah berarti sesuai dengan urutan waktu – plot yang demikian disebut juga sebagai plot maju, progesif. Plot progesif biasanya menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan, tidak berbelit-belit, dan mudah diikuti. Berdasarkan segi urutan waktu, alur dibedakan menjadi alur lurus dan alur balik. Cerita beralur lurus apabila peristiwa-peristiwa dilukiskan secara beruntun dari awal hingga akhir cerita, sedangkan cerita beralur balik apabila peristiwa-
23
peristiwanya dilukiskan secara tidak beruntun. Alur balik dapat menggunakan teknik gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campuran. Berdasarkan kriteria jumlah, alur dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda, alur tunggal hanya mengikuti perjalanan hidup seorang tokoh utama protagonis yang berupa super hero. Alur ganda terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konfliknya. Setelah diuraikan mengenai plot atau alur tersebut di atas, maka selanjutnya akan dibahas mengenai setting/ latar. 2.2.1.3 Setting / Latar Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan dikenai sesuatu kejadian. Latar bersifat memberikan “aturan” permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir tokoh, dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema (Nurgiyantoro 2000:75). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), menyatakan arti latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan di karya sastra. Suharianto (2005:22) menyatakan hal yang sama bahwa latar adalah tempat atau waktu terjadinya cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain adalah gambaran peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa oran tokoh pada suatu waktu di suatu tempat. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
24
peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams (dalam Nurgiyantoro 2000:216). Stanton (2007:35) mengartikan latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Stanton (dalam Nurgiyantoro 2000:216) mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan diimajinasikan oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau, ketiga hal inilah yang secara konkret dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, di mana dan kapan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca yang demikian, merasa dipermudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasinya, di samping dimungkingkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar (Nurgiyantoro 2000:217). Latar tempat, berhubung secara jelas menyaran pada lokasi tertentu, dapat disebut sebagai latar fisik (pshysical setting). Latar yang berhubungan dengan waktu, walau orang mungkin keberatan, tampaknya juga dapat dikategorikan sebagai latar fisik sebab ia juga dapat menyaran pada saat tertentu secara jelas
25
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diselaraskan arti setting atau latar yaitu waktu ataupun tempat yang terjadi dalm sebuah cerita yang merupakan lukisan peristiwa yang menimpa tokoh. Menurut Nurgiyantoro (2000:227-236) mengenai pembagian Latar. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. 1. Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupatempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan
latar
tempat
dengan
nama-nama
tertentu
haruslah
mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Untuk dapat mendeskripsikan suatu tempat secara meyakinkan, pengarang perlu menguasai medan. Pengarang haruslah menguasai situasi geografis lokasi yang bersangkutan lengkap dengan karakteristik dan sifat khasnya. Tempat-tempat yang berupa desa, kota, jalan, sungai, laut, gubug reot, rumah, hotel, dan lain-lain tentu memiliki ciri-ciri khas yang menandainya.
26
2. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Maslah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan. Adanya persamaan perkembangan dan atau kesejalanan waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sebagai sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika digarap secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah. Namun, hal itu membawa juga sebuah konsekuensi, sesuatu yang diceritakan harus sesuai dengan perkembangan sejarah. 3. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial menyaran di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
27
keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa latar sosial bersangkutan dengan kehidupan masyarakat yang diceritakan yang berhubungan denagn status sosial tokoh yang dimana suasana kedaerahan tentang kehidupan sosial masyarakat terlihat dalam sebuah cerita. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa setting atau latar merupakan keterangan yang menunjukkan suatu tempat, waktu dan suasana yang terjadi dalam sebuah cerita yang meliputi fakta di atas, kemudian akan dijelaskan mengenai tema.
2.2.2 Tema Tema dalam sebuah karya sastra sastra, fiksi, hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan. Bahkan sebenarnya, eksistensi tema itu sendiri amat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan tema yang notabene “hanya” berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita, tak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Tema sebuah cerita tidak mungkin disampaikan secara langsung, melainkan “hanya” secara implisit melalui cerita (Nurgiyantoro, 2000:74).
28
Kejelasan pengertian tema akan membantu usaha penafsiran dan pendeskripsian pernyataan tema sebuah karya fiksi. Tema (theme), menurur Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro 2000:67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita itu, maka masalahnya adalah makna khusus yang mana yang dapat yang dapat dinyatakan sebagai tema itu. Atau, jika berbagai makna itu dianggap sebagai bagianbagian tema, sub-tema atau tema-tema tambahan. Menurut Scharbach (dalam Aminuddin 1987:91) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Untuk menentukan makna pokok sebuah cerita, kita memiliki kejelasan pengertian tentang makna pokok, atau tersendiri. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan Hartoko & Rahmanto (dalam Nurgiyantoro, 2000:68). Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya sastra yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa konflik-konflik situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak.
29
Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, deng sendirinya ia akan “tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya (Nurgiyantoro 2000:68) Pertimbangan penentuan tema utama seperti yang telah dikemukakan diatas juga didasarkan pada pengertian tema menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro 2000:70) yaitu yang mengartikan tema sebagai “makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana:. Tema, menurutnya, kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose). Istilah tema berasal dari bahasa inggris “thema” yang berarti ide yang menjadi pokok suatu pembicaraan atau ide pokok suatu tulisan (Sayuti 1997:25). Selanjutnya, Suharianto (2005:17) juga mengemukakan bahwa “tema sering disebut juga dasar cerita yakni pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Tema akan terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir”. Hakikat tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya. Tema dalam sebuah karya sastra dapat tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan
30
jelas dinyatakan oleh pengarangnya. Disebut tersirat apabila tidak secara tegas dinyatakan, tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang. Tema sering disebut juga dasar cerita, yakni pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Tema merupakan aspek sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaanpersamaan atau perbedaan-perbedaan Hartoko (dalam Nurgiyantoro 2002:68). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan atau ide pikiran utama yang mendasari adanya sebuah cerita dalam karya sastra, dimana sebuah tema merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita. Suharianto (2005:17-18) membedakan tema menurut jenisnya menjadi dua macam yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayaor adalah tema pokok, yaitu permasalahan yang paling dominan menjiwai suatu karya sastra. Sedangkan, tema minor adalah permasalahan yang merupakan cabang dari tema mayor.
2.2.3
Sarana Cerita Sarana cerita adalah tehknik yang dipergunakan oleh pengaran untuk
memilih dan menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang bermakna. Tujuan penggunaan sarana kesastraan adalah untuk memungkinkan
31
pembaca melihat fakta sebagaimana yang dilihat pengarang dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang (Nurgiyantoro 2000:25). Penelitian ini akan digunakan sarana cerita yang mengangkut sudut pandang, gaya/bahasa seperti apa yang akan diuraikan di bawah ini.
2.2.3.1 Sudut Pandang Sudut pandang atau pusat pengisahan dalam karya fiksi mempersoalkan siapa yang menceritakan, atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Demikian pemilihan bentuk persona yang dipergunakan, disamping perkembangan cerita dan masalah yang diceritakan, juga kebebasan dan keterbatasan, ketajaman,
ketelitian,
dan
keobjektifan
terhadap
hal-hal
yang
diceritakan
(Nurgiyantoro, 2000:146). Menurut Aminudin (1987:90), sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Sudut pandang diartikan posisi pengarang dalam suatu cerita, atau cara pengarang memandang suatu cerita (Hayati 1990:12). Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:248) menyatakan bahwa sudut pandang menyaran pada sebuah cerita yang dikisahkan. Merupakan cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara langsung dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
32
Menurut Suharianto (2005:25) suatu cerita hakikatnya adalah lukisan perikehidupan manusia yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh tertentu. Untuk menampilkan cerita tentang perikehidupan tokoh itu, pengarang akan menentukan siapa orangnya dan berkedudukan sebagai apa pengarang dalam cerita tersebut. Siapa yang bercerita itulah yang disebut pusat pengisahan atau sudut pandang. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diselaraskan bahwa sudut pandang merupakan suatu cara pengarang untuk menyampaikan atau menyajikan tokoh. Melalui sudut pandang pengarang menyampaikan makna karya artistiknya agar selalu berhubungan dengan pembacanya. Ada beberapa jenis sudut pandang atau pusat pengisahan, Suharianto (2005: 25-26) membagi pusat pengisahan menjadi empat, yaitu sebagai berikut: 1. Pengarang sebagai pelaku utama cerita, dalam cerita dengan jenis pusat pengisahan ini, tokoh akan menyebutkan dirinya sebagai “aku”. Seakan-akan cerita tersebut merupakan kisah atau pengalaman diri pengarang. 2. Pengarang ikut bermain tetapi bukan sebagai pelaku utama. Dapat dikatakan sebenarnya cerita tersebut merupakan kisah orang lain tetapi pengarang terlibat di dalamnya. 3. Pengarang serba hadir. Terkait hal itu, dalam cerita dengan pusat pengisahan jenis ini pengarang tidak berperan apa-apa pelaku utama cerita tersebut orang lain, dapat “dia” atau kadang-kadang disebut namanya, tetapi pengarang serba tahu apa yang akan dilakukan atau bahkan apa yang ada dalam pikiran pelaku cerita.
33
4. Pengarang peninjau. Pusat pengisahan jenis ini hampir sama dengan jenis pengarang serba tahu. Bedanya pad cerita dengan pusat pengisahan jenis ini, pengarang seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita atau apa yang ada dalam pikirannya. Pengarang sepenuhnya hanya mengatakan atau menceritakan apa yang dilihat saja. Sudut pandang atau point of view dalam praktiknya, sering dijumpai karya fiksi yang menggunakan lebih dari sebuah sudut pandang campuran, bahkan ada pula yang menggunakan lebih dari sebuah sudut pandang. Terkait dengan hal tersebut, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, ataupun siasat yang sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Nurgiyantoro (2000:256), mengemukakan pembedaan sudut pandang berdasarkan pembeda umum yang dilakukan orang, yaitu persona tokoh cerita, persona orang ketiga “dia” dan persona orang pertama “aku”. Pengisahan cerita yang menggunakan persona orang ketiga “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Pengisahan cerita yang mempergunakan sudaut pandang persona pertama “aku”, pengarang ikut terlibat dalam cerita (Nurgiyantoro, 2000:262). Tokoh “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadarannya diri sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain kepada pembaca. Meredith dan Fitzgerald (dalam Nurgiyantoro
34
2000:262) mengungkapkan bahwa persona pertama adalah sudut pandang yang bersifat internal, maka jangkauannya terbatas. Sudut pandang campuran digunakan pengarang yang menggabungkan antara persona pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus. Campuran “aku” dan “dia” terjadi secara bergantian, mula-mula cerita dikisahkan dari sudut “aku” terjadi pergantian ke “dia”, namun kemudian kembali lagi ke “aku” (Nurgiyantoro, 2000:268). Sudut pandang di dalam sarana cerita telah diuraikan seperti yang ada di atas, kemudian akan dibahas tentang Gaya/Bahasa.
2.2.3.2 Gaya Bahasa Gaya dalam istilah sastra yaitu cara pengarang untuk menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intertektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2002:72). Keraf (2010:112-113) menjelaskan stile atau gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Peran bahasa dalam suatu cerita sangat penting. Bisa dikatakan pula bahwa bahan bahku sastra adalah bahasa. Semua unsur cerita dapat dipahami apabila telah disampaikan dengan bahasa. Bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat penyampai maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampai perasaannya (Suharianto 2005:26). Menurut Wijayanyo (2005:84) dijelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara pengarang mempergunakan bahasa untuk menghasilkan karya sastra. Cara pengarang
35
mempergunakan bahasa dalam sastra bermacam-macam, misal dengan majas, diksi, dan tindak ujar yang tersirat dalam dialog antar tokoh, dll. Cara khas yang dilakukan oleh pengarang semata-mata untuk membamgkitkan suasana atau menimbulkan perasaan tertentu, sehingga pembaca akan memberikan tanggapan dalam pikiran pembacanya. Semua cara khas yang dilakukan oleh pengarang menjadi salah satu karya sastra indah dan bernilai seni. Sejalan dengan uraian pengertian gaya tersebut, Scharbach (dalam Aminuddin 1987:72) menyebutkan bahwa “gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai, serta segi perwujudan mansuia itu sendiri”. sementara itu menurut Aminuddin (1987:72) gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuasakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intertektuali dan emosi pembaca. Terkait dengan pendapat di atas, gaya bahasa tidak hanya menginformasikan kepada pembaca mengenai keadaan tokoh tetapi juga mengajak pembaca untuk merasakan seperti apa yang dirasakan oleh tokoh. Pengarang akan senatiasa berusaha mempergunakan kata-kata yang tepat. Artinya pengarang akan selektif terhadap setiap kata yang akan dipergunakan dalam menyusun kalimat sehingga menghasilkan kalimat yang mampu mewadahi apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh pelaku cerita. Gaya bahasa adalah cara membentuk atau menciptakan bahasa sastra dengan menggunkan ungkapan-ungkapan, dan imaji-imaji yang tepat untuk memperoleh kesan estetik. Gaya bahasa juga merupakan alat yang digunakan pengarang dalam
36
mencapai tujuan. Jika ingin menganalisis gaya dalam cerita rekaan berarti kita menganalisis bentuk verbal cerita rekaan tersebut , seperti bagaimana pengarang memilih diksi, imaji, susunan kata, dan kalimatnya. Gaya bahasa termasuk pembawaan pribadi pengarang yang bersangkutan sehingga gaya pengarang yang satu tidak akan sama dengan pengarang yang lainnya. Lebih lanjut, Keraf (2010:140) memilah dan menggolongkan gaya bahasa di dalam sebuah karya sastra menjadi seperti berikut: 1. Personifikasi yaitu gaya bahasa kias yang menggambarkan benda-enda mati yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. 2. Perumpamaan yaitu gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlainan dianggap sama. Majas ini biasanya menggunakan kata seperti, bagaikan, laksana, bak, dan sebagainya. 3. Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Biasanya mengandung acuan yang menyatakan kepahitan dan celaan yang getir. Sebagai contoh adalah “menggigit bibir karena marah”. 4. Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Misalnya: bunga bangsa, buaya darat, cindera mata, buah hati, dll. 5. Alusio adalah gaya bahasa semacam acuan yang menyugestikan atau menghubungkan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. 6. Hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
37
7. Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi di yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
2.3 Kerangka Berpikir Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana struktur cerita misteri Alaming Lelembut yang ada di majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010. Alasan mengambil penelitian karena ingin tahu bagaimanakah struktur cerita misteri di majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme, teori ini memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya saling berjalin erat, saling menentukan keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif dalam metode struktural, pendekatan objektif adalah pendekatan yang erat kaitannya dengan teori sastra yang menggunakan konsep dasar struktur. Kerangka berfikir pada penelitian ini akan menganalisis struktur cerita misteri Alaming Lelembut yang mempunyai unsur fakta, tema, dan sarana cerita.
38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian pada Cerita Misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 ini adalah pendekatan objektif dalam metode struktural, dimana pendekatan objektif adalah pendekatan yang erat kaitannya dengan teori sastra yang menggunakan konsep dasar struktur. Struktur dalam penelitian ini merupakan penyajian fakta cerita, tema, dan sarana cerita Pendekatan objektif adalah pendekatan yang bertumpu atas karya itu sendiri. Pendekatan objektif memusatkan perhatian hanya pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik (Ratna: 2004:73). Pendekatan objektif digunakan dalam penelitian ini karena cerita merupakan jenis karya sastra yang unsur-unsur instrinsiknya dapat diteliti. Unsur-unsur pembangun yang digunakan dalam penelitian ini adanya fakta cerita, tema, dan sarana cerita yang terdapat dalam cerita.
3.2 Sasaran Penelitian Sasaran penelitian dalam skripsi ini adalah struktur di dalam cerita misteri Alaming Lelembut yang berupa teks cerita dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010. Data dalam penelitian ini berupa sebelas cerita misteri Alaming Lelembut yang terdapat dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010, penulis
38
39
menganalisis sebelas cerita misteri yang menjadi pusat penelitian. Kesebelas cerita itu digunakan sebagai data penelitian karena dari kesebelas cerita tersebut sudah bermacam-macam strukturnya. Kesebelas cerita misteri dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 yang dimaksud tersebut di atas yaitu sebagai berikut: “Thuyul” karya Gaib Wisnu Prasetya edisi 2 tanggal 9 Januari 2010, “Balekna Dhuwitku” karya Sriyono edisi 5 tanggal 30 Januari 2010, “Siluman Asu” karya Slamet Suroso edisi 9 tanggal 27 Februari 2010, “Menungsa Tekek” karya Pakne Puri edisi 10 tanggal 6 Maret 2010, “Selingkuh karo Lelembut” karya Soegiyono MS edisi 13 tanggal 27 Maret 2010, “Yuyu Sawah” karya Wak Gus edisi 18 tanggal 1 mei 2010, “Ula Siluman” karya Masdi MSD edisi 29 tanggal 17 Juli 2010, “Misteri Golek Kencana” karya Pakne Novie edisi 32 tanggal 7 Agustus 2010, “Tikungan Maut” karya Budiono Dayak edisi 33 tanggal 14 Agustus 2010, “Gamelan Nyalawadi” karya Widi AR edisi 36 tanggal 4 September 2010, “ Arwah Gentayangan” karya Soedarto edisi 40 tanggal 2 Oktober 2010. Sumber data dalam penelitian ini yang digunakan yaitu majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010
3.3 Teknik Pengumpulan Data Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
40
1). Membaca Cerita Misteri Alaming Lelembut secara heuristik dan hermeneutik. Membaca heuristik dilakukan untuk menangkap makna secara harfiah yang berupa kode bahasa, melalui pembacaan heuristik dapat diketahui bagaimana jalan ceritanya dan isi secara garis besar. Sedangkan melalui pembacaan hermeneutik penulis mencoba menangkap makna dari Cerita Misteri Alaming Lelembut secara lebih mendalam dan mengungkapkan makna-makna tersirat. 2). Setelah melakukan tahap membaca, diteruskan dengan teknik mencatat atas data yang sebenarnya, yang sesuai dengan objek dan tujuan penelitian seperti yang tertulis pada kartu data atau kolom data. 3). Kartu data ini nantinya dipergunakan untuk menulis semua data yang berhubungan dengan objek penelitian yang ditemukan dalam pembacaan.
3.4 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis kumpulan cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 adalah berdasarkan teori struktural yang dipadupadankan dengan teknik deskriptif. teknik analisis deskriptif ini dipilih karena dalam penelitian ini akan mendeskripsikan fakta cerita, tema, dan sarana cerita yang kemudian disusul dengan analisis unsurunsur intrinsik dalam cerita misteri Alaming Lelembut yang diterbitkan majalah majalah Jawa “Panjebar Semangat”. Fakta cerita dapat diketahui dengan menganalisis tokoh, alur, dan latar, sarana cerita dapat dianalisis melalui sudut pandang, dan gaya bahasa.
41
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini seperti yang diuraikan sebagai berikut : 1.
Memahami pengertian-pengertian dasar mengenai unsur pembangun dalam sebuah karya sastra.
2.
Membaca teks dalam kumpulan cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010 secara teliti dan paham dan mengerti isinya.
3.
Menganalisis unsur pembangun karya sastra dalam cerita misteri Alaming Lelembut pada penelitian ini.
4.
Menganalisis struktur cerita melalui fakta, tema, dan sarana yang terdapat pada kumpulan cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010.
5.
Mencatat semua fakta, tema, dan sarana ke dalam catatan berdasarkan judul cerita dalam cerita Alaming Lelembut dalam majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2010.
6.
Mengumpulkan hasil analisis struktur yang terdapat pada cerita Alaming Lelembut dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” tahun 2010.
7.
Dengan demikian, akan diketahui unsur-unsur intrinsik cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” pada tahun 2010, yaitu tokoh penokohan, alur, seting atau latar yang terdapat pada fakta cerita, serta sudut pandang dan gaya bahasa yang terdapat pada sarana cerita.
8.
Menarik simpulan struktur cerita misteri Alaming Lelembut.
42
BAB IV FAKTA CERITA, TEMA DAN SARANA CERITA MISTERI ALAMING LELEMBUT PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2010 Pada bab empat ini akan dibicarakan mengenai struktur cerita misteri Alaming Lelembut yang terdapat pada majalah Jawa Panjebar Semangat yang berjudul “Thuyul” edisi 2 tanggal 9 Januari 2010, “Balekna Dhuwitku” edisi 5 tanggal 30 Januari 2010, “Siluman Asu” edisi 9 tanggal 27 Februari 2010, “Menungsa Tekek” edisi 10 tanggal 6 Maret 2010, “Selingkuh karo Lelembut” edisi 13 tanggal 27 Maret 2010, “Yuyu Sawah” edisi 18 tanggal 1 mei 2010, “Ula Siluman” edisi 29 tanggal 17 Juli 2010, “Misteri Golek Kencana” edisi 32 tanggal 7 Agustus 2010, “Tikungan Maut” edisi 33 tanggal 14 Agustus 2010, “Gamelan Nyalawadi” edisi 36 tanggal 4 September 2010, “Arwah Gentayangan” edisi 40 tanggal 2 Oktober 2010. Struktur cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis unsur-unsur pembangun cerita misteri tersebut berdasarkan adanya fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Melalui analisis fakta cerita, tema, dan sarana cerita maka akan diketahui nilai-nilai yang terkandung dalam cerita misteri Alaming Lelembut.
4.1 Struktur Cerita Misteri Alaming Lelembut Struktur cerita misteri yang digunakan dalam penelitian ini menganalisis unsur-unsur pembangun berdasarkan adanya fakta cerita, tema, dan sarana cerita.
42
43
Fakta cerita meliputi karakter (tokoh), plot dan setting. Sarana cerita meliputi sudut pandang, gaya bahasa.
4.1.1 Fakta Cerita Fakta cerita dalam penelitian ini meliputi tiga unsur yaitu tokoh dan penokohan, plot dan setting yang akan dibahas seperti di bawah ini.
4.1.1.1 Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah orang atau individu rekaan yang mempunyai karakter tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa tertentu dalam sebuah cerita, sedangkan penokohan merupakan cara pengarang untuk menggambarkan atau melukiskan seorang tokoh dalam cerita yang mempunyai watak-watak tertentu baik lahir maupun batinnya. Adapun tokoh yang digambarkan oleh para pengarang mempunyai karakterkarakter tertentu, terdapa tokoh central atau utama yaitu tokoh misteri itu sendiri, selain itu terdapat juga tokoh antagonis da protagonis, tokoh antagonis merupakan tokoh yang dibenci oleh pembaca, dan terdapat tokoh protagonis yang merupakan tokoh yang dikagumi. Hasil yang ditemukan mengenai tokoh dan penokohan adalah terdapat tokoh misteri, tokoh protagonis (tokoh yang baik) dan tokoh antagonis (tokoh yang jahat). Tokoh misteri diantaranya: thuyul, arwah Sriyanti, siluman asu, manusia tekek, gendruwo, yuyu siluman, ula siluman, boneka kencana, arwah di tikungan, anak kecil
44
yang bermain gamelan, dan arwah gentayangan, Tokoh protagonis diantaranya terdapat pada tokoh Wisnu yang berwatak pantang menyerah, Panut, Pak Kyai Ngalim, Mbah Kyai, yang berwatak memberi nasihat kepada orang lain, Pak Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Muhammad Amru, Kho Jiu Lan (Lany) yang berwatak baik hati, Pardi yang berwatak tidak ingin membuat orang sakit hati, Kyai Saleh yang berwatak suka menolong, Yanto gering yang berwatak jujur, Jono yang berwatak tidak mudah percaya, Wahyu yang berwatak pemaaf, Mbok Iyem yang berwatak berbakti, Susila, Aku, Supangat, yang berwatak pekerja keras, Pak Mukani yang berwatak peduli terhadap orang lain, Suhernala yang berwatak suka berikhtiar, Aku yang berwatak penasaran. a. Tokoh Misteri “Tuyul” Tokoh Tuyul ditunjukkan dengan kutipan: “Lagi udakara jam 1 wengi katon ana bocah cilik-cilik cacah telu mlebu ana omahku. Ndaske melos-melos. Matane mendolo lan cangkeme katon lucu banget. Yen nyuwara lambene mengat mengot ngiwa nengen”. (PS,-2010 no 2 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Baru antara jam 1 malam terlihat ada anak kecil-kecil berjumlah tiga masuk ke dalam rumahku. Kepalanya botak. Matanya melolok dan mulutnya terlihat sangat lucu. Jika berbicara mulutnya komat-kamit kiri kanan” Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa wujud tuyul itu mempunyai wujud anak kecil kepalanya botak, matanya melolok dan mulutnya terlihat sangat lucu. Sedangkan sifat dari tuyul terlihat dari kutipan:
45
“...kesel anggone dolanan, thuyul telu iku ketoke wiwit kelingan tanggung jawabe nggolek dhuwit. Thuyul telu iku marani lemari sandhangan, papane bojoku nyimpen dhuwit.” (PS,-2010 no 2 hlm 30)
Terjemahan kutipan: “capek karena bermain, tiga tuyul itu mulai ingat tanggung jawabnya mencari uang. Tuyul tiga itu menuju lemari pakaian, tempatnya istriku menyimpang uang” Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa sifat dari tuyul itu sudah jelas yaitu suka mengambil uang. “Arwah Sriyanti” Tokoh Sriyanti ditunjukkan dengan kutipan: “Mripat melek cekikal tangi. Disawang ngarepe ana blegere wong wadon nggendhong anak. Bleger wadon mau nganggo sandhangan sarwa putih, rambut diore, kaya wujude paraga sundel bolong neng film kae. Sanadyan katon pucet, nanging cetha rupane wong wadon mau persis Sriyanti”. (PS,-2010 no 5 hlm 44) Terjemahan kutipan: “Mata terbuka cepat-cepat bangun. Dilihat di depan wujud seorang wanita menggendong anak, wujud wanita tadi memakai pakaian serba putih, rambut diurai, seperti tokoh sundel bolong di film itu. Walaupun terlihat pucat, tetapi jelas wajahnya wanita tadi mirip Sriyanti”. Dari kutipan di atas dapat diketahui wujud dari arwah Sriyanti yaitu mirip sundel bolong yang memakai pakaian serba putih, rambut diurai. Sedangkan sifat dari Sriyanti yaitu ditunjukkan dengan kutipan: “..congkrah mau kedawa-dawa. Wekasane Sriyanti ora kuwat nyangga panandhaning batin nuli gawe keputusan nekat mati nggantung. (PS,-2010 no 5 hlm 42)
46
Terjemahan kutipan: “Masalah tadi menjadi panjang. Akhirnya Sriyanti tidak kuat menahan perasaannya terus membuat keputusan bunuh diri dengan cara menggantungkan diri”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Sriyanti mempunyai karakter cepat putus asa, hal itu ditunjukkan dengan keputusan untuk mengakhiri hidupnya dengan menggantungkan diri karena tidak kuat atas tuduhan suaminya yang menuduh Sriyanti selingkuh. “Siluman Asu” Tokoh Siluman Asu ditunjukkan dengan kutipan: “Lha kaya apa rupane?” takonku penasaran “Awake memper wong, ning sirah lan sikile asu,” wangsulane Yanto menehi gambaran” (PS,-2010 no 9 hlm 42) Terjelahan kutipan: “Lha seperti apa wajahnya?” tanyaku penasaran “Badannya seperti orang, tetapi kepala dan kakinya anjing,” jawaban Yanto memberi keterangan”. Dari kutipan di atas dapat diketahui bentuk dari siluman asu tersebut badannya seperti orang, tetapi kepala dan kakinya anjing, sedangkan sifat dari siluman anjing yaitu ditunjukkan dengan kutipan: “Walah, kok ora digebug bae asu sialan kuwi? Siluman kuwi wis ngrugekake wong akeh lho! Kelingan kowe, wedhuse Pak Jayus, Mbah Minta, lan Kang Kimin padha mati misterius ing wektu seminggu iku”. (PS,-2010 no 9 hlm 43) Terjemahan kutipan:
47
“Walah, kok tidak dipukul saja anjing sialan ity? Siluman itu sudah merugikan orang banyak lho! Ingat tidak kamu kambingnya Pak Jayus, Mbah Minta, dan Mas Kimin mati misterius di waktu seminggu itu”. Dari Kutipan di atas dapat diketahui sifat atau karakter dari siluman asu yaitu suka memakan ternak warga, terlihat dari ternak warga yang mati akhir-akhir minggu ini.
“Indri (Manusia Tekek)” Tokoh Indri si manusia tekek ditunjukkan dengan kutipan: “Bubar ngomong kaya mangkono dumadakan kulite Indri pating dlemok kaya kulite tekek. Wisnu bisane mung njeger, ora ngerti apa sing bakal ditindakake. Sauntara ing ndhuwur plafon suwarane tekek tansaya ngganter saut-sautan rame kaya-kaya ora ana pedhote. (PS-2010, No 10 hlm 43) Terjemahan kutipan: “Setelah berbicara seperti itu tiba-tiba kulitnya Indri belang-belang seperti kulit tekek. Wisnu hanya bisa diam, tidak tahu apa yang akan dikerjakannya. Sementara di atas plafon suara tekek semakin keras saut-sautan ramai seperti tidak ada hentinya. Dari kutipan di atas dapat diketahui sosok Indri si siluman tekek yaitu belangbelang seperti kulit tekek. Sedangkan sifat dari Indri si siluman tekek yaitu ditunjukkan dengan kutipan: “Ya lagi bengi iki mas Wisnu pirsa dhewe wadi kang sasuwene iki dak simpen rapet-rapet paribasan godhong aja nganti ana sing nyurupi.” (PS,-2010 No 10 hlm 43) Terjemahan kutipan:
48
“Ya baru malam ini mas Wisnu tahu sendiri hal rahasia yang selama ini aku simpan rapat-rapat peribahasanya “godhong aja nganthi ana sing nyurupi”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Indri mempunyai karakter pembohong, hal itu ditunjukkan dengan rahasia yang disembunyikan selama ini ke Wisnu tentang wujud asli Indri yang sebenarnya adalah manusia tekek. “Gendruwo” (Selingkuh karo Lelembut) Tokoh Gendruwo ditunjukkan dengan kutipan: “Dedeg piyadegipun??” “Gagah, dhepah, radi cemeng.” “Pasuryanipun??” “Mboten pati cetha, soalipun ngagem topi.” (PS,-2010 No 14 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Bagaimana orangnya??” “Gagah, tinggi, agak hitam.” “Wajahnya??” “Tidak begitu terlihat, katena pakai topi.” Secara tidak langsung dapat diketahui sosok Gendruwo itu gagah, tinggi, dan agak hitam. Gendruwo menyamar untuk mengelabuhi Susila agar Susila mau ke pabrik. Sedangkan sifat dari Gendruwo terlihat dari kutipan: “Kyai Ngalim banjur crita, yen yektine Srikandhi wus suwe nyulam benang katresnan karo lelembt. Srikandi luwih grengseng sambung raga karo lelembut mau katimbang karo Susila. Gene ambu kang nyalawadi kang dumunung ana omahe iku ora liya gandane lelembut mau, kaya wong-wong padha ngarani jeneng gendruwo utawa gembros.” (PS,-2010 No 14 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Kyai Ngalim lalu bercerita, jika sejatinya Srikandhi sudah lama menyulam benang cinta dengan lelembut. Srikandhi lebih senang berhubungan badan
49
dengan lelembut tadi daripada dengan Susila. Sedangkan bau yang menakutkan yang berasal dari rumah itu tidak lain baunya lelembut tadi, seperti orang-orang menyebutnya gendrowo atau gembros.” Dari kutipan di atas dapat dilihat sifat dari gendruwo itu sendiri yaitu suka menggauli istri orang lain, atau suka berhubungan badan dengan manusia. “Yuyu Sawah (Siluman Yuyu)” Tokoh Yuyu (siluman Yuyu) ditunjukkan dengan kutipan: “Sesawangan sing ora bisa ditampa akal sehat, sebab Pak Mardi meruhi maneh, yuyu sing dhek wingi dikum ana njero timba sing diwenehi obat lan wis mati lan dibuwang menyang kali, lha kok jebule sakiki urip maneh lan panggah mrugesi pari.” (PS,-2010 No 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: Pandangan yang tidak bisa diterima akal sehat, sebab Pak Mardi melihat lagi, yuyu yang kemarin direndam di dalam ember yang dikasih obat dan sudah mati dan dibuang ke sungai, lha kok tiba-tiba sekarang hidup lagi dan memakan padi. Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa wujud dari siluman yuyu itu kebal dan tidak mati mati, walaupun sudah di rendam dalam ember. Sedangkan sifat dari yuyu itu ditunjukkan dengan kutipan: “Kanthi ora sengaja Pak Mardi weruh yuyu sing lagi enak-enak mrugesi parine sing lagi wiwit urip mau. Pak Mardi banjur nyekel yuyu mau karo celathu. “wah-wah jebule yuyu elek iki ta sing kumawani mrugesi pariku.” (PS,-2010 No 18 hlm 29) Terjemahan kutipan: Dengan tidak sengaja Pak Mardi melihat yuyu yang sedang enak-enak memakan padinya yang baru hidup tadi. Pak Mardi lalu memegang yuyu tadi sambil berbicara, “wah-wah ternyata yuyu jelek ini ya yang berani memakan padiku.
50
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa sifat dari siluman yuyu yaitu suka memakan padi milik Pak Mardi. Ula Siluman Wujud ula siluman ditunjukkan dengan kutipan: “Ing ngarepku, ing antarane suket-suket sing ketel ijo ledhung-ledhung, katon ana ula loro lagi untel-untelan. Sajake lagi padha kawin. Sirahe loro manglung madhep munggah, mripate nyawang aku tanpa kedhep. (PS,-2010 No 29 hlm 43) Terjemahan kutipan; Di depanku, di antara rumput-rumput yang runggut hijau royo-royo, terlihat ada dua ular sedang berduaan. Kelihatannya sedang lagi kawin. Dua kepalanya mangguk-mangguk melihat ke atas, matanya melihat aku tanpa berkedip. Dari kutipan di ats dapat dikeathui bahwa sifat dari ular siluman yaitu berwujud besar, sedang kawin dan sifatnya sifatnya suka menggigit. Golek Kencana Tokoh misteri golek kencana ditunjukkan dengan kutipan: “Lho lho lho....anak kadhal, kowe wong ayu iki sapa? Kowe kok kaya golek kencana sing dak colong mau? Lho...saiki kowe kok malih dadi kaya manungsa sawantah?” Priyamantingan tuding-tuding si wanita mau karo mbingungi. (PS,-2010 No 32 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Lho lho lho....anak kadal, kamu wanita cantik ini siapa? Kamu kok seperti boneka kencana yang aku curi tadi? Lho.....sekarang kamu kok jadi seperti manusia seketika?” Priyamantingan menunjuk-nunjuk si wanita tadi dengan bingungnya.
51
Dari kutipan di atas dapat diketahui wujud dari boneka kencana yang menjelma menjadi wanita cantik, sedangkan sifat dari boneka itu sendiri mempunyai kekuatan sakti yang bisa membunuh orang dengan sekali pukul. “Arwah Wanita Cantik (Tikungan Maut)” Tokoh wanita cantik ditunjukkan dengan kutipan: “Aku ora weruh, sapa kowe sebenere lan saka ngendi asalmu, Dhik? Apa maksud tekamu mrene?” pitakone Supangat marang prawan iku. “Kowe ora perlu ngerti sapa aku. Merga asalku ora adoh saka kene. Pase tikungan dalan. Ing kono omahku...Hi....hi....hi......!” (PS,-2010 No 33 hal 43) Terjemahan kutipan: Aku tidak tahu, siapa kamu sebenarnya dan dari mana asalmu, Dhik? Apa maksud kedatanganmu kesini?” tanya Supangat kepada perawan itu. Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Karena asalku tidak jauh dari sini. Tepatnya tikungan jalan. Di situ rumahku....Hi...hi...hi...!” Dari kutipan di atas dapat diketahuti bahwa sebenarnya wujud dari arwah yang menunggu pohon di tikungan yaitu wanita cantik yang suka menggoda dan memakan korban ketika melewati tikungan yang sering disebut tikungan maut. Bocah-bocah kecil (Gamelan nyalawadi) Tokoh bocah-bocal ditunjukkan dengan kutipan: “Dak sawang bocah cilik-cilik iku kabeh rambute gondrong sak pundhak lan ing bathuke antarane alis katon ana tandha werna-werna, ana sing kaya gambar cakra, ana sing kaya trisula lan liya-liyane sing aku ora ngerti kuwi gambar apa. (PS,-2010 No 36 hlm 30) Terjemahan kutipan: Aku lihat bocah kecil-kecil itu semua rambutnya gondrong sebahu dan di kepalanya antara alis kelihatan ada tanda macam-macam, ada yang seperti
52
gambar cakra, ada yang seperti trisula dan lain-lainnya yang aku tidak tahu itu gambar apa. Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa wujud dari anak-anak kecil yang bermain gamelan yaitu rambutnya gondrong sebahu dan di kepalanya antara alis kelihatan ada tanda macam-macam, ada yang seperti gambar cakra, ada yang seperti trisula dan lain-lain, sedangkan sifat dari anak-anak kecil itu suka mengganggu. Kho Jiu Lan (Arwah Gentayangan) Tokoh Kho Jiu Lan atau Lany ditunjukkan dengan kutipan: “Lha asmane sapa”; “Nami kula Kho Jiu Lan, parabanipun Lany” Wah omongane alus lungguhe mepet aku kathik ambune wangi. Sapa wonge dipepeti wong ayu kok ora mrinding. (PS,-2010 No 40 hlm 30)
Terjemahan kutipan: Lha namanya siapa Nama saya Kho Jiu Lan, panggilannya Lany. Wah bicaranya halus duduknya mepet aku dengan bau yang harum. Siapa orangnya yang didekati wanita cantik kok tidak mrinding. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan sosok wanita penasaran yang menjelma menjadi wanita cantik dengan bau yang harum. Sedangkan sifatnya ditunjukkan dengan kutipan: “Ateges aku nemokake cewek idhamanku kaya sing tak kandhake marang Muis, ayu, legan, sugih tur blaba.” (PS,-2010 no 40 hlm 29) Terjemahan kutipan:
53
“Artinya aku menemukan wanita idamanku seperti apa yang aku beritahukan kepada Muis, cantik, masih sendiri, kaya, dan baik hati”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Kho Jiu Lan (Lany) mempunyai karakter baik hati, disini terlihat dengan kalimat yang menyebutkan Kho Jiu Lan mempunyai sifat cantik, masih sendiri, kaya dan baik hati yang merupakan wanita idaman.
b. Tokoh Protagonis Tokoh Wisnu yang pantang menyerah ditunjukkan dengan kutipan: “aku lan Lik Warigo pandeng-pandengan. Sajake Lik Warigo ora saguh. Nanging gandheng aku rumangsa mangkel banget lan kepengein nyekel thuyul iku mula aku mathuk” (PS,-2010 no 2 hlm 30) Terjemahan kutipan : “Aku dan Lik Warigo liat-liatan. Kayaknya Lik Warigo tidak sanggup. Tapi aku merasa sangat jengkel dan ingin menangkap thuyul itu maka aku mengangguk”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Wisnu mempunyai karakter pantang menyerah karena jengkel terhadap thuyul yang mencuri uang warga, bagaimanapun syarat yang diberikan Wisnu menyanggupinya. Tokoh Panut, Pak Kyai Ngalim, Mbah Kyai yang kesemuanya mempunyai karakter memberi nasihat kepada orang lain ditunjukkan dengan kutipan: “Aaah aja-aja mung dijupuk bojomu Ga, mosok dhuwit ilang dhewe,...? (PS,-2010 no 2 hlm 29) Terjemahan kutipan : “Aaah jangan-jangan hanya diambil istrimu ga, masak uang hilang sendiri.
54
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Panut mempunyai karakter memberi nasihat kepada orang lain, disini terlihat Panut belum percaya dan memberi nasihat kepada Lik Warigo tentang uangnya yang hilang. “Awake dhewe niki ya gadhah potensi kafir lho. Lha nak mangke putrane njenengan dadi bocah sing ora duwe agama pripun?? (PS,-2010 no 14 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Diri kita ini ya punya potensi kafir lho. Lha jika nanti putra anda jadi anak yang tidak punya agama bagaimana?” Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Kyai Ngalim mempunyai karakter memberi nasihat, disini terlihat Pak Kyai Ngalim menjelaskan kepada Susila jika anak kita tidak memiliki agama maka anak kita mempunyai potensi untuk menjadi kafir. “Ya dienteni wae, apa sing bakal kedadeyan. Mengko awakmu rak weruh dhewe ta le”. (PS,-2010 no 18 hlm 30)
Terjemahan kutipan : “Ya ditunggu saja, apa yang akan terjadi. Nanti kamu akan mengetahuinya sendiri”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Mbah Kyai mempunyai karakter memberi nasihat, disini terlihat Mbah Kyai menjelaskan kepada Pak Mukani tentang hal yang akan terjadi tentang Pak Mardi.
55
Tokoh Pak Slamet, Pak Dhadhang, Kyai Amru, yang kesemuanya mempunyai karakter baik hati ditunjukkan dengan kutipan: “Hhhhm,.. neng ndonya urip mung sedhela kok ana menungsa sing kegiwang kepengin mukti tanpa rekasa. Nggih niki mekaten Pak Warigo, kula namung saderma manungsa limrah. Saksaged-seged kula namung paring mbiyantu arupi jurung donga” (PS,-2010 no 2 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Hhhhm,.. di dunia hidup hanya sebentar kok ada manusia yang kepengin hidup tanpa susah. Ya begini Pak Warigo, saya hanya manusia biasa. Sebisabisanya saya hanya bisa memberi bantuan berupa doa”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Slamet mempunyai karakter memberi baik hati, disini terlihat Pak Slamet menjelaskan kepada Wahyu dan Pak Warigo tentang apa yang sedang terjadi di kampungnya, Pak Slamet membantu Wahyu dan Pak Warigo dengan memberikan doa. “Nyuwun pangapunten mas Sus. Panjenengan dalu menika dipun sowan dhateng pabrik” (PS,-2010 no 14 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Mohon maaf mas Sus. Anda malam ini disuruh datang ke pabrik”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Dhadhang mempunyai karakter baik hati, disini terlihat Pak Dhadahang meminta maaf sebelum berbicara kepada Susila yang disuruh ke pabrik malam-malam. “Pak Kyai kondhang duwe ngelmu agama pinunjul. Kyai Amru uga asring diundang menyang panggonan kang kramat.” (PS,-2010 no 33 hlm 42) Terjemahan kutipan:
56
“Pak Kyai terkenal punya ilmu agama lebih. Kyai Amru juga sering dipanggil ke tempat yang kramat”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Kyai Muhammad Amru mempunyai karakter baik hati, disini terlihat Kyai Muhammad Amru sering dipanggil ke tempat-tempat keramat karena mempunyai ilmu agama yang lebih. Tokoh Pardi yang mempunyai karakter tidak ingin membuat orang sakit hati ditunjukkan dengan kutipan: “Mangkok duweke wong wadon mau kahanane reget gupak lemah abang, nanging Pardi ya ora wani semanta mundhak gawe serike sing duwe.” (PS,-2010 no 5 hlm 43) Terjemahan kutipan: “Mangkok punyaknya perempuan tadi keadaanya kotor bekas tanah merah, tetapi Pardi ya tidak berani karena takut membuat orang lain sakit hati yang punya”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pardi mempunyai sifat tidak ingin membuat orang sakit hati. Walaupun ada pembeli baksonya dengan membawa mangkok yang kotor bekas tanah Pardi tidak berani menegurnya atau bertanya karena tidak ingin membuat orang sakit hati. Tokoh Kyai Saleh yang mempunyai karakter suka menolong ditunjukkan dengan kutipan: “Muga-muga bisa disarati lan disarani, supaya bisa sampurna, antuk sih palimarmaning Gusti Maha Kuwasa.” (PS,-2010 no 5 hlm 44) Terjemahan kutipan:
57
“Semoga bisa disarati dan disarani, supaya bisa sempurna mendapat diberi ampun oleh Gusti Maha Kuasa”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Kyai Saleh mempunyai sifat suka menolong. Kyai Saleh bersedia mengusir arwah yang berada di tikungan agar tidak mengganggu pengendara yang lewat. Tokoh Yanto Gering yang mempunyai karakter jujur ditunjukkan dengan kutipan: “Awake memper wong, ning sirah lan sikile asu,” walungsane Yanto menehi gambaran” (PS,-2010 no 9 hlm 42) Terjemahan kutipan: “Badanya seperti orang, tapi kepala dan kakinya anjing, jawabannya Yanto memberi gambaran”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Yanto Gering mempunyai sifat jujur. Yanto Gering dengan benar dan jujur mendeskripsikan sosok siluman asu yang sedang meresahkan para warga. Tokoh Jono yang mempunyai karakter tidak mudah percaya ditunjukkan dengan kutipan: “Kowe aja percaya bab tahayul ngono. Kejaba yen kowe meruhi dhewe lagi kena ngandel. Yen manut panemuku genah kuwi asu tenan, dudu asu siluman kaya sing diarani wong akeh,” Jono omong akeh-akeh...,” (PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan:
58
“Kamu jangan percaya bab tahayul seperti itu. Kecuali kamu melihat sendiri baru boleh percaya. Menurutku memang itu anjing sungguhan, bukan anjing jadi-jadian seperti apa yang disebutkan kebanyakan orang,” Jono bicara banyak sekali”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Jono mempunyai karakter tidak mudah percaya. Jono tidak mudah percaya dengan isu yang menyebutkan bahwa ada siluman asu, dia hanya percaya jika sudah melihatnya sendiri. Tokoh Wahyu yang mempunyai karakter pemaaf ditunjukkan dengan kutipan: “Nggih pun, mumpung tangga-tangga mboten wonten sing nyumerapi tumindake sampeyan kekalih, sampeyan enggal wangsul mawon. Lan andhane niku enggal sampeyan beta wangsul.” (PS,-2010 no 10 hlm 43) Terjemahan kutipan: “Ya sudah, beruntung tetangga tidak ada yang mengetahui tindakan kaliyan berdua, kaliyan berdua cepat-cepat pulang saja. Dan tangganya itu cepat kaliyan bawa pulang”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Wahyu mempunyai karakter pemaaf. Ketika Wahyu memergoki ada orang yang sedang mencuri dirumahnya tetapi Wahyu tidak melaporkan kejadian itu ke pihak berwajib dan memaafkannya. Tokoh Mbok Iyem yang mempunyai karakter berbakti ditunjukkan dengan kutipan: “Kang mangkono mau bot-repote rumah tanggane bisa dibantu karo mbok Iyem sing bener-bener ngawula marang kulawargane Wahyu” (PS,-2010 no 10 hlm 30)
Terjemahan kutipan:
59
“Seperti itu tadi repotnya rumah tangga bisa dibantu oleh mbok Iyem yang benar-benar berbakti terhadap keluarganya Wahyu”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Mbok Iyem mempunyai karakter berbakti. Keluarga Wahyu sangat terbantu dengan adanya Mbok Iyem yang benarbenar berbakti dan membantu. Tokoh Susila, Supangat yang mempunyai karakter Pekerja Keras ditunjukkan dengan kutipan: “Luwih-luwih Susila sinampiran jejibahan minangka asisten montir. Dadi yen pinuju ana salah sijine mesin kang rusak, dheweke nganti “over-work” (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: “Lebih-lebih Susila juga menjadi asisten montir. Jadi jika ada salah satu mesin yang rusak dia sampai “over-work”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Susila mempunyai karakter pekerja keras. Susila yang mempunyai profesi sebagai asisten montir harus selalu siap jika ada mesin yang rusak dan dia haru bekerja sampai “over-work” atau tidak mengenal waktu. “Dheweke sengaja nglumpukake data-data iku mung saderma kanggo cathetan, setaune tikungan iku mangan nyawa pira” (PS,-2010 no 33 hlm 42) Terjemahan kutipan: “Dia sengaja mengumpulkan data-data itu hanya demi dibuat catatan, setahunnya tikungan itu memakan nyawa berapa”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Supangat mempunyai karakter pekerja keras. Susila yang mempunyai profesi sebagai pencari data tentang tikungan
60
yang sering memakan korban. Dalam waktu satu tahun ada berapa korban yang meninggal dunia. Tokoh Pak Mukani yang mempunyai karakter peduli terhadap orang lain ditunjukkan dengan kutipan: “Di, Mardi, nyiksa kewan iku mbok aja nemen-nemen. Elinga Di, papan iki ngono papan kang wingit”. (PS,-2010 no 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Di, Mardi, meyiksa binatang itu jangan terlalu berlebihan. Ingat Di, tempat ini tempat yang angker. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Mukani mempunyai karakter peduli terhadap orang lain, disini ditunjukkan dengan adiknya yang menyiksa kepiting itu jangan berlebihan karena disini tempatnya juga angker. Tokoh Suhernala yang mempunyai karakter berikhtiar ditunjukkan dengan kutipan: “Apa kowe sakloron padha ora mangerteni sejatine aku mono klebu salah sijining pusaka kagungane kang ramane Bapak Suhernala, sawenehing priyantun kang remen tarak brata. (PS,-2010 no 32 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Apa kamu berdua tidak mengerti sebenarnya aku itu termasuk salah satu pusaka miliknya Bapak Suhernala, dia adalah lelaki yang suka berikhtiar”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Suhernala mempunyai karakter suka berikhtiar, disini ditunjukkan dengan boneka kencana yang menjelma
61
jadi wanita dan berkata bahwa dia adalah miliknya Pak Suhernala lelaki yang suka berikhtiar. Tokoh antagonis di antaranya adalah terdapat pada tokoh Lik Warigo Blantik yang berwatak pemarah, Bagyo, Jarwa yang berwatak suka menuduh, Pak Pancawirya yang berwatak tidak mau bekerja keras, Tukiran, Indri yang berwatak pembohong, Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul yang berwatak pencuri, Srikandhi yang berwatak selingkuh, Pak Godheg yang berwatak kejam, Pak Mardi yang berwatak suka menyakiti binatang, Priyamantingan yang berwatak mengambil secara paksa, Pancadrajat yang berwatak memaksa, Pak Suraji yang berwatak suka menyuruh, David yang mempunyai watak egois, Muis yang mempunyai watak sesukanya.
c. Tokoh Antagonis Tokoh Lik Warigo Blantik yang mempunyai karakter pemarah ditunjukkan dengan kutipan: “Bajingan tenan kok. Mosok dhuwit bisa ilang dhewe,...? (PS,-2010 no 2 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Memang bajingan benar. Masak uang bisa hilang sendiri”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Lik Warigo Blantik mempunyai karakter pemarah, disini ditunjukkan dengan kata-kata umpatan yang keluar berupa „bajingan‟.
62
Tokoh Bagyo, Jarwo yang keduanya mempunyai karakter suka menuduh ditunjukkan dengan kutipan: “....Mbok nek niyat maling kuwi ning kampunge liya, ora gawe kisruh neng kampunge dhewe,....!” komentare Bagyo. (PS,-2010 no 2 hlm 29) Terjemahan kutipan: “..kalau berniat mencuri itu ya di desa lain, jangan membuat kisruh di kampungnya kita”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Bagyo mempunyai karakter suka menuduh, tanpa ada bukti yang jelas Bagyo bilang kalau mau mencuri itu di desa lain, jangan mencuri di kampung sendiri. “kabar kaya mangkono mau ora njalari Jarwa seneng la bombong, nanging malah muring-muring ndakwa bojone laku sedheng karo wong lanang liya.” (PS,-2010 no 5 hlm 42) Terjemahan kutipan: “Kabar seperti itu tadi tidak membuat Jarwa senang dang besar hati, tapi malah marah-marah menuduh istrinya selingkuh dengan lelaki lain”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Jarwa mempunyai karakter suka menuduh, telah lama hidup bersama Sriyanti belum juga dikaruniai anak, tiba-tiba Sriyanti hamil, hal tersebut membuat Bagyo menuduh Sriyanti selingkuh dengan lakilaki lain. Tokoh Pak Pancawirya yang mempunyai karakter tidak mau bekerja keras ditunjukkan dengan kutipan: “..hiii,...hiii,...iiih edi pak aku wedii,...! Yoh bapakku Pak Panca kulon plapatan kae paaak,... wis aku aja dipulasala paaak. Aku wedi tuwii,...!” (PS,-2010 no 2 hlm 43)
63
Terjemahan kutipan: “...hiiii,...hiii...iiih takut Pak aku takut,...! Ya bapakke Pak Panca barat perempatan itu Pak,.. sudah aku jangan disakiti Paaak. Aku takut Pak”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Pancawirya mempunyai karakter tidak mau bekerja keras, hal itu ditunjukkan dengan memelihara thuyul untuk mengambil uang para warga. Tokoh Tukiran, Indri yang keduanya mempunyai karakter pembohong ditunjukkan dengan kutipan: “Tukiran ngrumang sani, menawa sejatine nalika nagih utang dhuwit limang atus ewu menyang Jarwa kanthi pawadan utange Sriyanti dhek emben kae, ya mung apus-apus. Sabenere wae Sriyanti ora duwe utang. (PS,-2010 no 5 hlm 43) Terjemahan kutipan: “Tukiran merasa jika dahulu menagih hutang uang lima ratus ribu terhadap Jarwa dengan alasan hutangnya Sriyanti, ya hanya bohongan. Sebenarnya Sriyanti tidak punya hutang”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Tukiran mempunyai karakter pembohong, hal itu ditunjukkan dengan meminta uang kepada Jarwa dengan alasan hutang Sriyanti dulu, padahal Sriyanti tidak pernah hutang kepada Tukiran. Tokoh Pak Wangsa, Pak Kabul, Sastragandhul yang ketiganya mempunyai karakter pencuri ditunjukkan dengan kutipan: “Kaya ngapa kagete Wisnu bareng disenteri jebul Pak Wangsa lan tanggane sebelahe maneh sing jeneng Pak Kabul sing bendinane dadi kuli bangunan. Wong loro sing isih brangkangan ana ndhuwur gendheng mau nuli gegancangan mudhun kanthi awak wel-welan.” (PS,-2010 no 10 hlm 30)
64
Terjemahan kutipan: “Seperti apa kagetnya Wisnu setelah melihat dengan lampu senter ternyata Pak Wangsa dan tetangganya yang bernama Pak Kabul yang sehariannya jadi kuli bangunan. Dua orang yang masih berada di atas atap tadi baru turun dengan badan kotor”.
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Wangsa mempunyai karakter pencuri, hal itu ditunjukkan dengan berada di rumah Wisnu untuk mencuri tekek dan berencana akan menjualnya. “Kaya ngapa kagete Wisnu bareng disenteri jebul Pak Wangsa lan tanggane sebelahe maneh sing jeneng Pak Kabul sing bendinane dadi kuli bangunan. Wong loro sing isih brangkangan ana ndhuwur gendheng mau nuli gegancangan mudhun kanthi awak wel-welan.” (PS,-2010 no 10 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Seperti apa kagetnya Wisnu setelah melihat dengan lampu senter ternyata Pak Wangsa dan tetangganya yang bernama Pak Kabul yang sehariannya jadi kuli bangunan. Dua orang yang masih berada di atas atap tadi kemudian turun dengan badan kotor”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Kabul mempunyai karakter pencuri, hal itu ditunjukkan dengan berada di rumah Wisnu bersama Pak Wangsa untuk mencuri tekek dan berencana akan menjualnya. “Rikala jaman semana kekarone ditawan gara-gara nekad mbobol toko emas” (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Waktu jaman dahulu keduanya ditahan gara-gara nekad membobol toko emas”.
65
Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Sastragandul mempunyai karakter pencuri, hal itu ditunjukkan dengan nekad mencuri toko emas. Tokoh Srikandhi yang mempunyai karakter selingkuh ditunjukkan dengan kutipan: Kyai Ngalim banjur crita, yen yektine Srikandhi wus suwe nyulam benang katresnan karo lelembut. Srikandhi luwih grengseng sambung raga karo lelembut mau katimbang karo Susila. (PS,-2010 No 14 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Kyai Ngalim lalu cerita, jika sejatinya Srikandhi sudah lama berhubungan dengan lelembut. Srikandhi lebih senang berhubungan badan dengan lelembut tadi daripada dengan Susila”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Srikandhi mempunyai karakter selingkuh, hal itu ditunjukkan dengan berhubungan badan atau selingkuh dengan lelembut daripada dengan Susila suaminya. Tokoh Godheg yang mempunyai karakter kejam ditunjukkan dengan kutipan: “Gek pengawase, ndilalah oleh Pak Godheng wong Batak kang pancen kaloka kejem, mlarat rasa kamanungsane, larang guyu-eseme.” (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: “Jika pengawasnya, kebenaran oleh Pak Godheg orang Batak yang memang terkenal kejam, miskin rasa kemanusiaannya, mahal tertawanya”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Godheg mempunyai karakter kejam, hal itu ditunjukkan dengan kata-kata miskin rasa kemanusiaannya, mahal tertawanya karena orang Batak terkenal dengan kejam.
66
Tokoh Pak Mardi yang mempunyai karakter menyakiti binatang ditunjukkan dengan kutipan: “Wah-wah jebule yuyu elek iki ta sing kumawani mrugesi pariku. Nyoh iki ganjaramu leh kurang ajar”. Yuyu mau banjur diidak nganggo sikile lan didelep-delepake lendhut karo ngomong,“wis aja takon dosa”. (PS,-2010 no 18 hlm29) Terjemahan kutipan: “Wah-wah ternyata kepiting sawah ini ya yang berani memakan padiku. Ini ganjaranmu karena kurang ajar”. Kepiting tadi lalu diinjak pakai kaki dan dicelup-celupkan lumpur dengan bicara “sudah jangan tanya dosa”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Mardi mempunyai karakter suka menyakiti binatang, hal itu ditunjukkan dengan sikap yang membunuh kepiting tanpa ampun, dengan berbagai cara, ada yang diputus capitnya, ada yang di injak, dan ada juga yang diracun supaya mati. Tokoh Priyamantingan yang mempunyai karakter suka mengambil secara paksa ditunjukkan dengan kutipan: “Hmm...dudu mobil tharik-tharik iku sing dak incer, nanging golek kencana sing ana kamare bendaramu iku...” (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Hmm..bukan mobil itu yang aku incar, tapi boneka kencana yang ada di kamar tuanmu itu...”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Priyamntingan mempunyai karakter mengambil secara paksa, hal itu ditunjukkan dengan sikap yang ingin mengambil boneka kencana yang berada di kamar Pak Suhernala.
67
Tokoh Pancadrajat yang mempunyai karakter memaksa ditunjukkan dengan kutipan: “Wis bola-bali aku ngrimuk Pak Suhernala supaya gelem menehake aku senajan di regani larang. Nanging panjenengane tetep puguh anggone nggondheli. (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Sudah berulang kali aku menggoda Pak Suhernala agar mau memberikan kepada aku sekalipun dengan harga mahal”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pancadrajat mempunyai karakter memaksa, hal itu ditunjukkan dengan sikap yang memaksa Pak Suhernala untuk menjual boneka kencananya walaupun dengan harga mahal sekalipun. Tokoh Pak Suraji yang mempunyai karakter suka menyuruh ditunjukkan dengan kutipan: “Kanggo Nak Pangat, tulung golekna papan kanggo ngaso prawan kang nggawa kertas iki. Prawan iki teka saka adoh lan dheweke ora duwe dulur ing kene.” (PS,-2010 no 33 hlm 43) Terjemahan kutipan : “Buat Nak Pangat, tolong carikan tempat buata istirahat wanita yang membawa kertas ini. Wanita ini dari jauh dan dirinya tidak punya saudara di sini”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Pak Suraji mempunyai karakter menyuruh, hal itu ditunjukkan dengan menyuruh wanita yang datang ke rumahnya untuk mencarikan tempat karena wanita itu dari jauh dan tidak punya saudara.
68
Tokoh David yang mempunyai karakter egois menuduh ditunjukkan dengan kutipan: “David mlayu nrabas parkiran dene aku mlayu menyang ngarep liwat dalan ngarep gedhong fakultas ekonomi.” (PS,-2010 no 36 hlm 30) Terjemahan kutipan: “David lari menerobos parkiran sedangkan aku lari ke depan melewati jalan depan fakultas ekonomi”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh David mempunyai karakter egois, hal itu ditunjukkan dengan dia lari sendiri meninggalkan temannya di belakang. Tokoh Muis yang mempunyai karakter sesukanya ditunjukkan dengan kutipan: “Arep metu golek mangan Muis durung teka. Aku rada ngresula dupeh manggon kantor tekane sakpenake dhewe.” (PS,-2010 no 40 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Mau keluar cari makan Muis belum datang. Aku agak mengeluh mentangmentang bertempat di kantor datangnya seinginnya sendiri”. Dari kutipan di atas dapat ditunjukkan tokoh Muis mempunyai karakter sesukanya sendiri, mentang-mentang bertempat tinggal di kantor datang ke kantor seenaknya sendiri.
4.1.1.2 Alur / Plot
69
Alur atau plot merupakan urutan atau rangkaian sebuah cerita dimana kejadian-kejadian cerita diperlihatkan secara urut, runtut, dari awal cerita sampai akhir cerita. Alur dalam cerita mister ini bermacam-macam. Pada dasarnya terdapat alur lurus dan alur sorot balik atau campuran. Alur lurus merupakan alur dimana peristiwa dalam cerita diceritakan secara urut. Alur dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa yang di alami oleh tokoh dalam cerita secara runtut. Tidak terdapat sisipan cerita yang berasal dari waktu sebelum atau sesudahnya. Terdapat peristiwa dimana ada pendahuluan atau awal cerita, kemudian adanya kemunculan konflik, klimaks atau konflik yang memuncak, dan ada peleraian atau akhir cerita. Alur balik atau alur campuran merupakan alur dimana peristiwa dalam cerita diceritakan tidak secara urut. Alur dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam cerita yang tidak runtut. Terdapat sisipan cerita yang berasal dari waktu sebelum atau sesudahnya. Analisis alur atau plot cerita misteri sebagai berikut. Dapat diketahui bahwa dalam cerita misteri Alaming Lelembut tersebut semuanya mempunyai alur lurus atau maju karena merupakan cerita rekaan. Kutipan-kutipan alur lurus dalam cerita misteri Alaming Lelembut dapat ditunjukkan seperti di bawah ini. a. Cerita misteri “Selingkuh karo lelembut”
70
Cerita misteri “Selingkuh Karo Lelembut” diawali atau pendahuluan cerita dengan adanya pasangan suami istri yang dikaruniai satu orang anak yang bernama Puput. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini. Bebrayan antarane Susila lan Srikandhi atut-runtut. Malah anake wedok kang tinegeran jeneng Puput, wis umur wolung taun. Susila makarya ana pabrik kaos, kang kagolong gedhe dhewe sakutha kono, tinimbang pabrik-pabrik liyane. (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: (Kehidupan antara Susila dan Srikandi bahagia. Malah anaknya perempuan yang di beri nama Puput, sudah umur delapan tahun. Susila bekerja di pabrik kaos, yang tergolong sangat besar di kota tersebut, daripada pabrik-pabrik lainnya). Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan pasangan suami istri yang dikaruniai atau orang putri yang bernama Puput. Susila bekerja di pabrik kaos yang cukup besar dikotanya dan bekerja tidak mengenal waktu. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini Srikandhi selingkuh dengan makhluk gaib. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Nanging, nalika wus bisa turu angler, Sri krasa awake ana kang nggrayang. Nanging ora kumawa arep nduwa. Mbokmenawa pancen lagi wae mak les turune, apa sebab liya. Tangan mau saya suwe nglangsiri perangan badane Sri, panggonan-panggonan kang pengaji. Embuh saka kekuwatan apa, Sri nganti ora krasa yen sandhang penganggone wis padha udhar lan uwal. (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: (Tetapi, waktu sudah tidur lelap, Sri merasa badannya ada yang meraba. Tetapi tidak kuwasa mau bangun. Apabila memang baru saja sebentar tidurnya, apa sebab lainnya. Tangan tadi semakin lama meraba seluruh
71
badannya Sri, tempat-tempat yang berharga. Entah dari kekuatan pa, Sri sampai tidak merasa jika pakaiannya sudah lepas dan terbuka). Kutipan diatas adalah peristiwa dimana Srikandhi selingkuh dengan makhluk gaib sewaktu ditinggal kerja malam oleh Susila, sewaktu ditinggal kerja oleh Susila, Srikandhi selingkuh dengan makhluk gaib. Cerita selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana Susila mengetahui bahwa Srikandhi selingkuh. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Sri gedheg. Tumrap panyawange Susila, ing praenane Sri kaya mratelake yen dheweke ndhelikake wewadi kang mligi. Nanging dening susila mung ditahan. Nalika Susila lagi nyawang raine bojone kanthi tajem, dumadakan ana suwara sepedha motor mandheg ana ngarepan omahe. (PS,-2010 no 14 hlm 29) Terjemahan kutipan: (Sri menggelengkan kepala. Melihat Susila, di wajahnya Sri seperti memperlihatkan jika dirinya menyembunyikan hal buruk. Tetapi Susila hanya ditahan. Sewaktu Susila baru melihat wajahnya istrinya dengan tajam, tibatiba ada bunyi sepedha motor berhenti ada di depan rumahnya).
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Srikandhi menyembunyikan sesuatu kepada Susila, Susila menaruh curiga kepada Srikandhi dan berfikir kalau Srikandhi selingkuh. Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir cerita, dimana Susila meminta saran kepada Kyai Ngalim atas masalah yang sedang dialaminya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Ganti wektu, Susila sowan marang pak Kyai Ngalim, kang kaloka bisa mangerteni lakuning lelembut. Kepara malah bisa nundhung, yen sekirane mbandakalani. Susila njlentrehake bab kang manempuh marang kulawargane kanthi tlesih. (PS,-2010 no 14 hlm 30)
72
Terjemahan kutipan: (Waktu berganti, Susila berkunjung ke Pak Kyai Ngalim, yang terkenal bisa mengetahi tingkah laku makhuk gaib. Sapa tahu bisa langsung membendungnya jika melawan. Susila menjelaskan masalah yang dihadapi keluarganya dengan jelas). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana Susila yang curiga dengan sikap Srikandhi meminta saran kepada Kyai Ngalim, setelah itu Kyai Ngalim menceritakan semua perihal yang disembunyikan oleh Srikandhi kepada Susila dan memberi saran agar lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar mempunyai keluarga yang Sakinah Mawwaddah Wa Rahmah. b. Cerita misteri “Yuyu Sawah” Cerita misteri “Yuyu Sawah” diawali atau pendahuluan cerita dengan adanya seorang laki-laki yang bernama Pak Mardi, dia mempunyai sawah dan menaminya dengan padi. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini. Semono uga tanggaku sing jenenge Pak Mardi. Nalika kawitan nggarap sawahe nganti rampung ora ana kedadeyan apa-apa. Ning bareng seminggu anggone nandur ndadak ana kedadeyan sing banget manasake atine Pak Mardi. (PS,-2010 no 18 hlm 29) Terjemahan kutipan: (Begitu juga tetangga saya yang bernama Pak Mardi. Sewaktu awal mengerjakan sawahnya sampai selesai tidak ada kejadian apa-apa. Tetapi setelah seminggu menanam tiba-tiba ada kejadian yang membuat sangat panas hatinya Pak Mardi). Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan petani yang sedang menanam padi dan mempunyai masalah yang bernama Pak Mardi. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini
73
sawah Pak Mardi yang sedang ditananami padi dimakan oleh yuyu (kepiting) dan membuat Pak Mardi jengkel. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Kanthi ora sengaja Pak Mardi weruh yuyu sing lagi enak-enak mrugesi parine sing lagi wiwit urip mau. Pak Mardi banjur nyekel yuyu elek iki ta sing kumawani mrugesi pariku. Nyoh iki ganjaranmu leh kurang ajar”. (PS,-2010 no 18 hlm 29) Terjemahan kutipan: (Dengan tidak sengaja Pak Mardi melihat kepiting yang baru enak-enak makan padi yang baru tumbuh tadi. Pak Mardi lalu menangkap kepiting jelek tersebut yang berani memakan padiku. Ini balasan karena kurang ajar). Kutipan diatas adalah peristiwa dimana Pak Mardi yang jengkel karena padinya dimakan yuyu (kepiting). Sehingga Pak Mardi dengan kejam membunuh yuyu (kepiting) itu. Cerita selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana Pak Mardi mengetahui bahwa padinya dimakan oleh yuyu (kepiting) yang telah dia bunuh, sehingga membuat Pak Mardi tambah marah dan membunuh dengan sadih yuyu-yuyu tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Sesawangan sing ora bisa ditampa akal sehat, sebab Pak Mardi meruhi maneh, yuyu sing dhek wingi dikum ana njero timba sing diwenehi obat lan wis mati lan dibuwang menyang kali, lha jebule saiki urip maneh lan panggah mruesi pari. (PS,-2010 no 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Penglihatan yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, karena Pak Mardi melihat lagi, kepiting yang kemarin di rendam di dalam ember yang doiberi obat dan sudah mati dan dibuang ke kali, tiba-tiba sekarang hidup lagi dan makan padi). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Pak Mardi mengetahui bahwa yuyu yang telah dibunuh kemarin hidup lagi, hal itu semakin membuat Pak Mardi marah
74
dan dengan lebih kejam membunuh yuyu tersebut. Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir cerita, dimana kakak dari Pak Mardi yang bernama Pak Mukani memberi saran atau nasihat agar jangan terlalu kejam membunuh binatang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Rikala Pak Mardi ngekum yuyu mau ana timbane, kakange Pak Mardi sing sawahe nunggal galengan mara lan ngelikake, “Di, Mardi, nyiksa kewan iku mbok aja nemen-nemen. Elinga Di, papan iki ngono papan kang wingit. (PS,-2010 no 18 hlm 30) Terjemahah kutipan: (Sewaktu Pak Mardi merendam kepiting tadi di dalam embernya, kakak dari Pak Mardi yang sawahnya satu tempat datang dan memperingatkan, “Di, Mardi, menyiksa binatang itu jangan berlebihan. Ingat Di, tempat ini tempat yang angker). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana kakak dari Pak Mardi yang bernama Pak Mukani datang dan memperingati Pak Mardi agar jangan menyiksa binatang terlalu kejam, tetapi Pak Mardi tidak mau mendengarkan malah memarahi kakanya. Akhirnya Pak Mardi meninggal akibat ulahnya sendiri. hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Lan apa sing dingendikakake Mbah Kyai mau jebul kedadeyan temenan. Sesuk bengine watara jam pitu bengi bakda Magrib ana kabar yen Pak Mardi tilar donya nalika enak-enak nonton TV. (PS,-2010 no 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Dan apa yang disampaikan Mbah Kyai tadi tiba-tiba benar kejadian. Besuk malam antara jam tujuh malam setelah Magrib ada kabar jika Pak Mardi meninggal dunia ketika enak-enak melihat TV).
75
Kutipan di atas adalah akibat atau hukuman yang diterima oleh Pak Mardi. Pak Mardi meninggal dengan cara yang tidak wajar. Dia meninggal ketika sedang enak-enak melihat TV, hal tersebut seketika membuat warga menjadi heran dan bertanya-tanya. c. Cerita misteri “Ula Siluman” Cerita misteri “Ula Siluman” diawali atau pendahuluan cerita dengan adanya seorang anak yang mempunyai kewajiban memberi makan kerbau karena sedang kemarau panjang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini. Dening wong tuwaku aku diwenehi kewajiban ngopeni kebo sing mung siji thil ora ana tunggale, kebeneran wektu kuwi lagi ketiga dawa pancen susah ingon-ingon kebo yen lagi ketiga dawa ngene iki. (PS,-2010 no 29 hlm 42) Kutipan terjemahan: (Oleh orang tuaku aku diberi kewajiban memelihara kerba yang hanya satu ekor tidak ada lainnya, kebetulan waktu itu sedang musim panas yang panjang sulit memelihara kerbau ketika sedang musim panas panjang seperti sekarang). Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan seorang anak berumur delapan tahun yang mempunyai tugas atau kewajiban untuk memberi makan kerbau, tetapi kemarau panjang sedang melanda sehingga sulit mencari rumput. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini anak tersebut mencari rumput kemana-mana dan tetapi tidak menemukan dan membuat anak tersebut pasrah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
76
Nanging ora, ketiga ngerak iki kaya-kaya wis nyuresake suket-suket sing ndhek wingenane wis dibabati, durung gelem thukul maneh. Nganti kemput anggonku ngurut galeng aku durung ngudhunake kranjang saka pundhakku. (PS,-2010 no 29 hlm 42) Terjemahan kutipan: (Tetapi tidak, panas ini seperti sudah mematikan rumput-rumput yang kemarin sudah diambil, belum mau tumbuh kembali. Sampai capek aku jalan di pinggir sungai aku belum menurunkan keranjang dari pundhakku). Kutipan diatas adalah peristiwa dimana anak tersebut mulai pasrah dengan keadaan dimana tidak ada rumput sama sekali, kemudian dia melihat di sebelah Kedhung Blangah tampaknya masih ada rumput. Cerita selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana anak tersebut menggangu ular yang sedang “kawin”. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Ing ngarepku, ing antarane suket-suket sing ketel ijo ledhung-ledhung, katon ana ula loro lagi untel-untelan. Sajake lagi padha kawin. Sirahe loro manglung madhep munggah, mripate nyawang aku tanpa kedhep. Aku arep mbabatake arit marang gulune ula kuwi ora wani. (PS,-2010 no 29 hlm 43) Terjemahan kutipan: (Di depannya, di antara rumput-rumput yang runggut hijau royo-royo, kelihatan ada dua lagi bermesraan. Kayaknya sedang “kawin”. Kedua kepalanya melihat ke atas, matanya melihat aku tanpa berkedip. Aku mau membunuh ular tersebut pakai arit tetapi tidak berani). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana anak tersebut melihat ular yang sedang “kawin” dan ingin membunuhnya tetapi iba bercampur rasa takut, tetapi ular tesebut malah ingin menggigit anak tersebut. Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir cerita, dimana anak tersebut menangis karena tidak tahu jalan pulang karena
77
menghindari ular dan juga malam yang telah datang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Aku nangis mingseg-mingseg. Ora wani nyuwara banter, kuwatir narik kawigatene sakehing lelembut kuwi saya nyeraki aku. Dumadakan aku eling marang Gusti sing ngayomi sakabehing titah. Aku banjur ndonga: “Duh Gusti kula nyuwun pangapunten. Mugi tinebihna ing godha rencana lan sambekala”. (PS,-2010 no 29 hlm 44) Terjemahan kutipan: (Aku menangis. Tidak berani berbicara keras, takut menarik perhatian mahkluk halus tersebut mendekati aku. Tiba-tiba aku ingat kepada Gusti yang melindungi segalanya. Aku lalu berdoa “Ya Allah aku minta maaf. Semoga jauh dari hal-hal menakutkan). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana anak tersebut menangis karena tidak tahu jalan pulang dan takut diganggu oleh makhluk gaib, tetapi anak tersebut berdoa kepada Allah SWT agar diberi pertolongan. Tidak lama kemudian terdengar dari jauh suara orang-orang yang sedang mencari anak tersebut. d. Cerita misteri “Misteri Golek Kencana” Cerita misteri “Misteri Golek Kencana” diawali atau pendahuluan cerita dengan adanya dua orang yang bersahabat yang dulunya pernah dipenjara bersamasama. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini. Ana rancangan wigati antarane Priyamantingan lan Sastragandhul. Rikala jaman semana kekarone ditawan gara-gara nekad mbobol toko emas. Esuk iki kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul sakkidule benten pendhem. (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan:
78
(Ada rencana penting antara Priyamantingan dan Sastragandhul. Dahulu keduanuya ditahan gar-gara berniat mencuri toko emas. Pagi ini keduanya berjanji bertemu di jembatan besi selatan benteng pendhem). Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan dua orang sahabat yang sama-sama pernah dipenjara gara-gara mencuri toko emas. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini Pancadrajad menyuruh Priyamantingan untuk mencuri boneka kencana milik Pak Suhernala. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. “Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana cakrik serimpi Ngayogyakarta Hadiningrat kagungane Pak Suhernala”, kandhane Pancadrajat, kolektor barang-barang antik marang Priyamantingan sing sengaja ditekakake menyang omahe. (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: (Wah...aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana cakrik serimpi Ngayogyakarta Hadiningrat miliknya Pak Suhernala”, kata Pancadrajat, kolektor benda-benda antik kepada Priyamantingan yang sengaja didatangkan ke rumahnya). Kutipan
di
atas
adalah
peristiwa
dimana
Pancadrajat
menyuruh
Priyamantingan untuk mencuri boneka kencana milik Pak Suhernala. Cerita selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana Priyamantingan berhasil mencuri boneka kencana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Sabanjure kanthi cepet Priyamantingan enggal-enggal ngetokake kain putih. Golek kencana sing wis ana regemane nuli dibungkus nganggo kain mori. “Barange wis kecandhak, ayo gek enggal bali, selak keburu esuk” pangajake Priyamantingan marang Sastragandhl sing bisane mung sendika dhawuh. (PS,-2010 no 32 hlm 30) Terjemahan kutipan:
79
(Setelah itu dengan cepat Priyamantingan cepat-cepat mengeluarkan kain putih. Boneka kencana yang sudah ada di genggaman lalu dibungkus pakai kain mori. “Bendanya sudah terpegang, ayo cepat pulang, keburu pagi” ajak dari Priyamantingan ke Sastragandhul yang bisanya hanya bilang iya). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Priyamantingan berhasil mencuri boneka kencana dari rumah Pak Suhernala, setelah itu boneka tersebut menjelma menjadi manusia dan berkelahi dengan Priyamantingan. Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir cerita, dimana akhirnya Priyamantingan dapat dikalahkan dan meninggal ditangan boneka kencana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Weruh kedadeyan kang kaya mangkono mau Priyamantingan nedya oncat, nanging keselak wis kedhisikan sampur sing dibabitake sakayange kapernah sirahe. Priyamantingan nggembor kelaran terus tiba glangsaran kejet-kejet ngemasi. Loro-lorone padha pating gloso koncatan nyawa. (PS,-2010 no 32 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Melihat kejadian yang seperti tersebut tadi Priyamantingan lalu meloncat, tetapi keburu kedahuluan selendang yang dilepaskan mengenai kepalanya. Priyamantingan berteriak kesakitan lalu tiba-tiba sekarat. Keduanya meninggal dunia). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana Priyamantingan dan Sastragandhul berkelahi dengan boneka kencana milik Pak Suhernala, akhirnya Priyamantingan dan Sastragandhul dapat dikalahkan dan mati ditangan boneka kencana. e. Cerita misteri “Gamelan Nyalawadi”
80
Cerita misteri “Gamelan Nyalawadi” diawali atau pendahuluan cerita dengan adanya sekumpulan mahasiswa yang mempunyai kegiatan ekstra di kampus. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini. Sore iku kaya biyasane saben dina Setu aku mangkat latihan wushu ing kampus kang dumunung ig Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulaine jam lima nganti jam pitu, latihane ing sak mburine gedhong balairung. (PS,-2010 no 36 hlm 29) Terjemahan kutipan: (Sore itu seperti biasanya setiap Sabtu berangkat latihan wushu di kampus yang bertempat di Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulainya jam lima sampai jam tujuh, latihannya di belakang gedung balairung). Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan sekumpulan mahasiswa yang mempunyai kegiatan ekstra di kampus. Kegiatan ekstra di kampus meliputi latihan wushu, pecinta alam dan lain-lain. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini gamelan yang berada di gedung balairung terdengar padahal hari sabtu tidak ada jadwal latihan gamelan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Dak toleh kiwa tengen wis sepi mamring saka ruwang gamelan lamat-lamat keprungu swara gamelan ditabuh, aku ora patia nggatekake. “Malem minggu ngene penake ngapa ya, Wid?”pitakone David marang aku.. (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: (Saya tengok kiri kanan sudah sepi senyap dari ruang gamelan lama kelamaan kedengaran suara gamelan ditabuh, saya tidak terlalu memperhatikan. “Malam minggu begini enaknya ngapain ya, Wid?” tanya David kepada aku...) Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Widi penasaran dengan gamelan yang ada di gedung balairung padahal hari sabtu tidak ada jadwal latihan gamelan. Cerita
81
selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana Widi dan David melihat hal yang aneh dan menakutkan di ruang gamelan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Aku lan David mung pandheng-pandhengan. Dumadakan, “Guunggg...”gong kang ana sisih kiwa muni tanpa ngerti sapa sing nabuh. Nalika dak tamatake gong iku katon obah-obah. Ora krasa aku dadi mrinding, David mung ndlongop sajak ora percaya marang apa kang disawang. (PS,-2010 no 36 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Saya dan David hanya lihat-lihatan. Tiba-tiba, “Guunggg...”gong yang berada di sebelah kiri bergerak tanpa tahu siapa yang menabuh. Ketika saya lihat gong tersebut kelihatan gerak-gerak. Tidak kerasa Saya jadi merinding, David hanya melamun seperti tidak percaya pada apa yang dilihat). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Widi dan David melihat hal aneh dan menakutkan, ketika gamelan bunyi tanpa ada orang didalamnya, dan lampu nyala mati tanpa ada orang di dalamnyaa . Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir cerita, dimana Widi dan David pada lari karena takut akan hal yang baru saja ditemuinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Aku lan David njeng-girat, lagi eling yen kedadeyan iki mau ora lumrah. Sanalika aku lan David mlayu kamigilanen. David mlayu menyang ngarep liwat dalan ngarep gedhong fakultas ekonomi. Walah....jebul tenan kandhane kancaku sing melu karawitan, gamelan iku dudu sak baene gamelan. (PS,-2010 no 36 hlm30) Terjemahan kutipan: (Saya dan David berdiri, baru ingat jika kejadian ini tadi tidak wajar. Seketika Saya dan David lari ketakutan. David lari ke depan melewati depan jalan gedung fakultas ekonomi. Ternyata... memang benar kata temanku yang ikut gamelan, gamelan tersebut bukan sembarang gamelan).
82
Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana Widi dan David sama-sama lari karena takut akan hal yang baru saja dialaminya. Widi lari lewat depan gedung fakultas ekonomi, sedangkan David lari menerobos parkiran, dan ternyata benar gamelan tersebut bukan sembarang gamelan. f. Cerita misteri “Arwah Gentayangan” Cerita misteri “Arwah Gentayangan” diawali atau pendahuluan cerita dengan adanya seorang laki-laki yang mempunyai jabatan dan bekerja di Tuban. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bagian kutipan cerita di bawah ini. Satemene pangkatku ki ora endhek-endhek nemen. Penata tingkat I golongan III/d tur sih menyandhang jabatan eselon IVa. Umume kanca-kancaku tunggal instansi utawa liya instansi sing duwe pangkat lan jabatan kaya aku ngono iku paling ora wis duwe kendaraan pribadi rodha papat. (PS,-2010 no 29 hlm 40) Terjemahan kutipan: (Sebenarnya pangkatku ini ya tidak begitu rendah. Penata tingkat I golongan III/d juga masih menyandhang jabatan eselon Iva. Umumnya teman-temanku yang satu kantor atau kantor lain yang punya pangkat dan jabatan seperti aku paling tidak sudah punya kendaraan pribadi roda empat). Kutipan di atas merupakan kutipan pendahuluan atau awal cerita. Kehidupan seorang laki-laki yang mempunyai jabatan dan bekerja di Tuban, bertempat tinggal di kantor karena tidak mempunyai biaya yang cukup untuk mengontrak rumah. Cerita selanjutnya yaitu cerita dimana konflik mulai muncul. Dalam tahap ini laki-laki tersebut bertemu dengan wanita cantik di depan kantor. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Aku metu terus takon karo abang-abang lambe “Mau ketemu siapa Mbak?”.
83
“Badhe ningal pengumuman pasar kerja”. “Ada mbak tapi kerja diluar negeri”. “Wah kleresan Pak kula kepengin dhateng luar negeri”. (PS,-2010 no 40 hlm 29) Terjemahan kutipan: (Aku keluar lalu tanya dengan basa-basi “Mau ketemu siapa Mbak?” “Mau melihat pengumuman pasar kerja”. “Ada mbak tapi kerja di luar negri”. “Wah kebetulan Pak aku ingin ke luar negeri”). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana laki-laki tersebut bertemu dengan wanita yang ada didepan kantor dan ternyata wanita tersebut sedang mencari kerja. Cerita selanjutnya adalah cerita konflik memuncak, dimana laki-laki tersebut memadu kasih dengan wanita tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Lha bareng pacaran karo Lany lagi pirang menit lha kok wis bisa tumindak sakarepku. Nek ngono pancen Lany mono bocah geleman. Bisa digambarake kaya apa polahku bengi kuwi. (PS,-2010 no 40 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Lha ketika pacaran dengan Lany baru beberapa menit lha kok sudah bisa berbuat semauku. Kalau begitu memang Lany itu wanita gampangan. Bisa digambarkan sepertti apa tindakanku malam itu). Aku lagi sadar menawa kesasar neng alaming lelembut. Bareng aku ngingeti kidul kulon aku weruh lampu neng dhuwur panggonane, genah iku lampu antene RKPD kanthi liwat jalan sidhatan aku tumuju lampu mau. (PS,-2010 no 40 hlm43) Terjemahan kutipan: (Aku baru sadar kalau sampai ke alamnya mahkluk halus. Ketika aku melihat selatan barat aku lihat lampu di atas tempatnya, lampu itu antara RKPD dengan melewati jalan kecil aku sampai ke lampu tersebut).
84
Kutipan di atas adalah peristiwa dimana laki-laki tersebut berpacaran dan memadu kasih bersama wanita yang baru dikenalnya, ternyata wanita tersebut adalah wanita cina yang telah lama mati dan menjadi arwah penasaran. Cerita selanjutnya adalah peleraian atau akhir cerita, dimana laki-laki tersebut tiba-tiba sakit setelah kejadian yang dialami tadi malam bersama wanita tersebut dan memutuskan untuk pensiun dini. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Esuk iku awakku panas lambeku abuh. Aku kepeksa pamit ora mlebu banjur mulih neng Bojonegoro. Aku berobat neng dokter tensiku dhuwur nganti 190. Aku diwenehi wektu istirahat seminggu. Kanthi pasarujukan kulawargaku aku njaluk pensiun dini nanging kepalaku ora setuju. (PS,-2010 no 14 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Pagi ini badanku panas bibirku bengkak. Aku terpaksa ijin tidak berangkat laluu pulang ke Bojonegoro. Aku berobat ke dokter tensiku tinggi sampai 190. Aku diberi waktu istirahat satu minggu. Dengan perjanjian keluargaku aku minta pensiun dini tetapi kepalaku tidak setuju). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana lakilaki tersebut tiba-tiba sakit dengan tensi yang sangat tinggi yaitu 190, dan memutuskan untuk pensiun dini tetapi kepala kantor tidak memperbolehkannya. g. Cerita misteri “Thuyul” Terdapat awal cerita dimana uang warga pada hilang entah kemana. Membuat seluruh warga di kampung panik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Ana warunge Panut kok ngepasi wong rasan-rasan bab akehe dhuwit ilang lan kendran ora karuan dununge. “Bajingan tenan kok. Mosok dhuwit arep
85
nggo mbayar wedhus wae kok ya ilang. Iki yen dudu polahe thuyul ora mungkin...”. (PS,-2010 no 2 hlm 29) Terjemahan kutipan: (Di warungnya Panut pas kebetulan orang membicarakan masalah banyaknya uang hilang dan panik tidak tahu arahnya. “Bajingan benar kok. Masak uang mau buat membayar kambing aja kok hilang. Ini jika bukan tingkahnya tuyul tidak mungkin). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana warga kampungnya pada kehilangan uang secara tiba-tiba, mereka membicarakannya di warungnya panut. Cerita selanjutnya adalah cerita munculnya konflik, dimana Wisnu dan Lik Warigo meminta cara kepada Pak Slamet untuk menangkap tuyul tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. “Anu Pak Slamet, kula badhe nyuwun tulung. Kampung kula samangke nembe nemahi musibah. Critane mekaten..” kanthi gamblang Lik Warigo nyitakake kahanan kang lagi nempuh ana kampungku. (PS,-2010 no 2 hlm 29) Terjemahan kutipan: (“Begini Pak Slamet, saya ingin meminta tolong. Kampung saya sekarang sedang mengalami musibah. Ceritanya begini...” dengan jelas Lik Warigo menceritakan keadaan yang sedang terjadi di kampungku). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Bagyo dan Wisnu datang ke Pak Slamet untuk meminta cara bagaimana menangkap tuyul yang ada di kampungnya. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, dimana Wisnu berhasil menangkap tuyul yang meresahkan kampung. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Aku emoh kalah cepet, gage thuyul telu dak rangket terus dak kala nganggo benang lawe saka Pak Slamet. “Adhuhh,...adhu du
86
duuh,...ampun,..amp,...ampuunn Pak? Aku aja dikala,...!” Jerite thuyul telu iku pating blulung, kabeh padha polah kaya patrape kewan kan mlebu njala. (PS,-2010 no 2 hlm 30 dan 43)
Terjemahan kutipan: (Aku tidak mau kalah cepat, tuyul tiga cepat tak peluk trus tak ikat pakai benang lawe dari Pak Slamet. “Aduhh,...adu..du..duuh,...ampun, amp,..ampuuun Pak? Aku jangan diikat,...!” Teriaknya tiga tuyul itu pada takut, semua tingkanya seperti hewan yang masuk perangkap). Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Wisnu akhirnya dapat menangkap tiga tuyul yang meresahkan warga dengan menggunakan alat-alat yang diberikan Pak Slamet. Cerita selanjutnya adalah akhir cerita atau peleraian dimana diketahui pemilik tuyul yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Yoh bapakku Pak Panca kulon plapatan kae paaak,...wis aku aja dipulasara paak. Aku wedi tuwii,...!” Kandhane salah sijine tuyul karo nudingi tai bayi ana ndhuwur godhong gedhang. (PS,-2010 no 2 hlm 43) Terjemahan kutipan: (Ya bapakke Pak Panca barat perempatan sana paaak,..sudah saya jangan disiksa paak. Aku takut itu,...!” Kata salah satu tuyul sambil menunjuk kotoran bayi di atas daun pisang). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana akhirnya tuyul-tuyul tersebut mengakui siapa pemiliknya yaitu Pak Panca yang rumahnya di sebelah barat perempatan, akhirnya Pak Panca dan keluarga pindah dari kampung karena merasa malu. h. Cerita misteri “Balekna Dhuwitku”
87
Terdapat awal cerita dimana ada kabar yang menggemparkan di pagi hari. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Dumadakan keprungu rame-rame gegeran. Opyaking pawarta Sriyanti ngendhat mati nggantung. Gumandhul sikil ora klangsah lemah, gulune kejiret stagen sing ditalekake usuk. Mripate mlolo, ilate melet. (PS,-2010 no 5 hlm 42) Terjemahan kutipan: (Tiba-tiba kedengara ramai-ramai keributan, ada kabar Sriyanti meninggal dunia dengan cara gantung diri. Kakinya tergantung tidak sampai tanah, lehernya terjerat kain yang diikatkan di kayu atap. Matanya terbelalak, lidahnya keluar). Kutipan diatas adalah peristiwa dimana warga kampung tiba-tiba diributkan dengan kabar yang menberitakan bahwa Sriyanti bunuh diri. Cerita selanjutnya adalah cerita munculnya konflik, dimana arwah Sriyanti masih gentanyangan dan menangis . Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Sabubare telung dina saka geblage Sriyanti saben tengah wengi tangga cedhake Jarwa padha krungu suwarane wong wadon nangis mbengungung, asale saka omahe Jarwa. (PS,-2010 no 5 hlm 42-43) Terjemahan kutipan: (Setelah tiga hari dari kematian Sriyanti setiap tengah malam tangga dekatnya Jarwa pada mendengar suara wanita menangis terus, asalnya dari rumahnya Jarwa). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana arwah Sriyanti masih gentayangan dan menangis menghantui warga. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, dimana Sriyanti meminta kembali uangnya kepada Tukiran. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
88
“Lik, lik Tukiran, belekna dhuwitku!. Lik, lik Tukiran, balekna dhuwitku!”. Tukiran njenggirat tangi bukak lawang nyawang njaba ora ana apa-apa. Bali mlebu ngomah kanthi ati goreh. Dieling-eling suwara mau kaya suwarane Sriyanti nalika urip. (PS,-2010 no 5 hlm 43) Terjemahan kutipan: (Lik, lik Tukiran, kembalikan uangku!. Lik, lik Tukiran, kembalikan uangku!” Tukiran tiba-tiba membukak pintu melihat ke luar tidak ada apa-apa. Lalu masuk kerumah dengan hati yang takut. Diingat ingat suara tadi seperti suaranya Sriyanti ketika masih hidup). Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Lik Tukiran dihantui oleh arwahnya Sriyanti yang ingin meminta uang suaminya kembali. Cerita selanjutnya adalah akhir cerita atau peleraian dimana akhirnya Tukiran mengembalikan uang Jarwa, karena dihantui terus oleh arwahnya Sriyanti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Saka pamrayogane wong akeh, Tukiran supaya enggal mbelekake dhuwit menyang Jarwa bojone Sriyanti lan diweling aja mbaleni tumindak ngono maneh menyang sapa wae. Tembung liyane, kudu mertobat. Dene tumrap kumarane Sriyanti sing isih klambrangan lan kerep ngganggu wong akeh bakal disuwunake ikhtiar menyang Kyai Saleh. (PS,-2010 no 5 hlm 44) Terjemahan kutipan: (Dari desakan orang banyak, supaya Tukiran cepat mengembalikan uang kepada Jarwa suaminya Sriyanti dan diberi saran jangan melakukan perbuatan itu kembali kepada siapa pun. Dengan kata lain, harus bertobat. Sedangkang arwahnya Sriyanti yang masih gentanyangan dan sering menggangu orang banyak bakal dimintakan ikhtiar kepada Kyai Saleh.). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana akhirnya Tukiran didesak oleh warga untuk mengembalikan uang kepada Jarwa dan jangan melakukan perbuatan itu kembali kepada siapa pun.
89
i. Cerita misteri “Siluman Asu” Terdapat awal cerita dimana ada kabar yang menggemparkan tentang siluman anjing. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Desaku sing maune ayem tentrem ndadak dadi umyeg merga anane warta sing nyebutake menawa wilayah RT 21 akhir-akhir iki disatroni siluman asu. (PS,-2010 no 9 hlm 42)
Terjemahan kutipan: (Desaku yang tadinya tentram tiba-tiba jadi ribut karena ada berita yang menyebutkan bila wilayah RT 21 akhir-akhir ini didatangi siluman anjing). Kutipan diatas adalah peristiwa dimana warga kampung tiba-tiba diributkan dengan kabar yang menberitakan bahwa ada siluman anjing dikampung mereka. Cerita selanjutnya adalah cerita munculnya konflik, dimana terlihat sosok siluman anjing tersebut . Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Lagi bae mlaku ngilwati rong omah ing omah bacute dumadakan aku dikagetake dening anane wewujudan sing ora lumrah. Aneh, ajaib banget. Wewujudan iku awake rupa manungsa nanging sikil lan sirahe asu!. (PS,-2010 no 5 hlm 43) Terjemahan kutipan: (Baru saja jalan meliwati dua rumah di rumah selanjutnya tiba-tiba aku dikagetkan oleh adanya wujud yang tidak wajar. Aneh, sangat ajaib. Wujud itu badannya berupa manusia tetapi kaki dan kakinya anjing). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana siluman anjing memperlihatkan wujud aslinya. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, dimana Siluman anjing menggigit kaki Jono. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
90
Lagi bae Jono mingkem, asu kuwi ngancap banjur wus...nyrudug lan nyakot kempol sikil kiwane Jono. Jono tetep bisa ngadeg jejeg karo nyepatani asu iku, “Asu keparat, ora urus, awas yen kena sida dakgebugi nganti mati kowe. (PS,-2010 no 9 hlm 43) Terjemahan kutipan: (Baru saja Jono diam, anjing tadi lari lalu menabrak dan menggigit paha kaki kirinya Jono. Jono tetap bisa berdiri tegap dengan berusaha melepaskan anjing itu, “Anjing keparat, tidak urusan, awas jika kena jadi aku pukul kamu sampai mati.). Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Siluman anjing tersebut berkelahi dengan Jono dan menggigit kaki Jono. Cerita selanjutnya adalah akhir cerita atau peleraian dimana Siluman anjing menjelaskan kepada tokoh utama tentang apa yang sedang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Durung rampung anggone dheweke ngomong, aku munggel omongane, “Sepurane bae ya aku sakanca sing gawe gelane atimu.” “Ya, dakapura, nanging kowe kudu dadi sandraku ing kene nganti esuk”. (PS,-2010 no 9 hlm 44) Terjemahan kutipan: (Belum selesai dia berbicara, aku memotong pembicaraannya, “Maafkan aku dan teman-teman yang sudah membuat sakit hatimu.” Ya, saya maafkan, tapi kamu harus menjadi tawananku disini sampai pagi hari). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian dimana akhirnya tokoh utama meminta maaf atas kejadian yang akhir-akhir ini terjadi kepada siluman anjing. j. Cerita misteri “Menungsa Tekek” Terdapat awal cerita dimana diceritakan awal mula kehidupan suami istri. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
91
Wis oleh wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane, manggon ana omah kontrakan sing ora adoh saka daleme budhene Indri kang gedhe magongmagrong lan mapan ing satengahing kutha. (PS,-2010 no 10 hlm 29) Terjemahan kutipan: (Sudah dapat delapan bulan ini Wahyu dan istrinya Indri bertempat tinggal di rumah kontrakan yang tidak jauh dari rumahnya bibinya Indri yang besar sekali dan berada di tengah kota). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana diceritakan awal kehidupan suami istri yang baru delapan bulan mengontrak rumah. Cerita selanjutnya adalah cerita munculnya konflik, dimana Pak Wangsa ingin membeli tekek-tekek yang ada di rumahnya Wahyu . Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. “Lho, Pak Wisnu napa lagi ngertos yen regine tekek-tekek niku dinane niki saweg ngetren, ngantos jutaan rupiah. Kinten-kinten tekek-tekeke Pak Wisnu sing tingale nembe tangkar-tumangkar wau yen disade kenging kangge tumbas griya”. (PS,-2010 no 10 hlm 29) Kutipan terjemahan: (“Lho, Pak Wisnu apa baru tahu jika harganya tekek-tekek itu sekarang ini sedang ngetren, sampai jutaan rupiah. Kira-kira tekeknya Pak Wisnu yang kayaknya sedang kawin tadi jika dijual bisa buat beli rumah). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana Pak Wangsa ingin membeli tekektekek yang ada dirumahnya Wisnu. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, karena Wisnu tidak menjual tekek-tekeknya akhirnya Pak Wangsa terpaksa mencuri tetapi ketahuan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Kaya ngapa kagete Wisnu bareng disenteri jebul Pak Wangsa lan tanggane sebelahe maneh sing jeneng Pak Kabul sing bendinane dadi kuli bangunan. (PS,-2010 no 10 hlm 30)
92
Terjemahan kutipan: (Seperti apa kagetnya Wisnu ketika disenteri ternyata Pak Wangsa dan tetangga sebelahnya yang bernama Pak Kabul yang sehari-harinya jadi kuli bangunan). Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana Wisnu mempergoki Pak Wangsa dan Pak Kabul sedang berada di atap rumahnya untuk mencuri tekek. Cerita selanjutnya adalah akhir cerita atau peleraian Indri memberi tahu kepada Wisnu jika dia adalah manusia tekek. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. “Nyuwun sewu ya mas Wisnu sing banget dak tresnani, aku sejatine kinodrat dadi menungsa tekek. Dulur-dulurku uga padha dadi menungsa tekek. (PS,-2010 no 10 hlm 43) Terjemahan kutipan: (“Mohon maaf ya masa Wisnu yang sangat aku sayangi, aku sejatinya ditakdirkan jadi manusia tekek. Saudara-saudaraku juga sama jadi manusia tekek). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian Indri akhirnya memberi tahu kepada Wisnu jika sebenarnya dia adalah manusia tekek, karena perbuatan almarhumah ibunya. k. Cerita misteri “Tikungan Maut” Terdapat awal cerita tentang tikungan maut yang sering memakan korban. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Embuh nganti kapan tikungan iku njaluk kurban. Wis pirang-pirang dhukun lan wong pinter dijaluki tulung supaya mindhahake sukma klambaran sing tunggu tikungan tersebut. (PS,-2010 no 33 hlm 42) Terjemahan kutipan:
93
(Entah sampai kapan tikungan itu memakan korban. Sudah berkali-kali dukun dan orang pintar dimintai tolong agar memindahkan arwah gentayangan yang tinggal di tikungan tersebut). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana diceritakan tentang tikungan maut yang sering memakan korban. Cerita selanjutnya adalah cerita munculnya konflik, dimana tikungan tersebut memakan korban lagi . Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. “Ya. Mau esuk mentas ana sedhan tabrakan karo trek,” wangsulane Kyai Amru. “Nedhi kurban malih? Pitakone Supangat nugel omongan. (PS,-2010 no 33 hlm 43) Terjemahan kutipan: (“Ya. Tadi baru pagi ada sedan tabrakan sama truk,” jawaban Kyai Amru. “Memakan korban lagi? Pertanyaan Supangat memotong pembicaraan). Kutipan di atas adalah peristiwa dimana terjadi tabrakan lagi antara sedan dan truk meninggal semua. Cerita selanjutnya adalah konflik memuncak, dimana arwah wanita yang penasaran tersebut masuk ke dalam mimpinya Supangat dan menghantuinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Kanthi awak isih setengah wuda, prawan iku ngadeg ing ngarep kamare Supangat. Mripate mandeng Supangat kanthi tajem. “Kowe ora perlu ngerti sapa aku. Merga asalku ora adoh saka kene. Pase ing tikungan dalan. Ing kono omahku. Hi.. Hi.. Hiii...!”. (PS,-2010 no 33 hlm 43) Terjemahan kutipan: (Dengan badan masih setengah telanjang, perawan itu berdiri di depan kamarnya Supangat. Matanya melihat Supangat dengan tajam. “Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Karena asalku tidak jauh dari sini. Tepatnya di tikungan jalan. Di situ rumahku. Hi... Hi... Hi...!”).
94
Kutipan di atas adalah konflik memuncak, dimana arwah gentayangan itu masuk ke dalam mimpinya Supangat dan menghantuinya. Cerita selanjutnya adalah akhir cerita atau peleraian dimana para Kyai dan orang pintar datang ke pohon yang berada di tikungan itu untuk mendoakan arwah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Tujune sewetara dina sawise kuwi para kyai rawuh lan nglumpuk ing ngisor wit asem gedhe kang kondhang angker iku. Lan kanthi bebarengan padha maca Ayat-ayat suci Al Qur‟an supaya kumara sing mbaureksa wit asem ing tikungan dalan iku gelem lunga bali menyang alame. (PS,-2010 no 33 hlm 44) Terjemahan kutipan: (Kebetulan suatu hari setelah itu para Kyai datang dan berkumpul di bawah pohon asam besar yang terkenal angker itu. Dan dengan bersama-sama membaca Aya-ayat suci Al Qur„an agar arwah yang tinggal di pohon asam di tikungan jalan itu mau pulang ke alamnya). Kutipan di atas adalah peleraian atau akhir cerita atau peleraian akhirnya para Kyai berkumpul dan bersama-sama mebaca Ayat-ayat suci Al Qur‟an untuk mendoakan arwah yang tinggal di pohon asam tersebut.
4.1.1.3 Setting / Latar 1. Latar Tempat Latar tempat merupakan tempat yang ditunjukan untuk mengetahui tempat kejadian atau terjadinya peristiwa cerita tersebut. Latar tempat yang digunakan untuk mengacu tempat terjadinya peristiwa yang ditampilkan dalam cerita misteri Alaming Lelembut tahun 2010 terjadi dimacam-macam tempat. Latar tempat yang digunakan akan diuraikan seperti di bawah ini:
95
Latar tempat yang digunakan dalam “Cerita Misteri Alaming Lelembut “Thuyul” Ditunjukan dengan kutipan : Lha kepiye olehe ora jibeg, gaweyanku minangka tukang ojeg ana pasar Wonosari asile ora mingsra. Dhuwit rongatus ewu kuwi kanggoku wis setengah mati olehku nggolek. (PS,-2010 no 2 hlm 29) Terjemahan kutipan: Lha bagaimana tidak pusing, pekerjaanku sebagai tukang ojeg di Pasar Wonosari hasilnya tidak seberapa. Uang dua ratus ribu itu buatku sudah setengah mati aku mencarinya. Aku kluntrung-kluntrung menyang warung angktingane Panut. Sebab yen aku ora nyisih, bisa kelakon padudon karo bojoku. (PS,-2010 no 2 hlm 29) Terjemahan kutipan: Aku kesana-kemari ke warungnya Panut. Jika aku tidak pergi, bisa-bisa bertengkar sama istriku. Diantaranya terjadi di pasar Wonosari, warungnya Panut, Nglimpar, di rumahnya Wisnu, dan di rumah sakit, di mana di pasar Wonosari tempat Wisnu sebagai tukang ojeg, warung Panut merupakan tempat orang-orang pada berkumpul untuk membicarakan masalah yang sedang terjadi di kampung mereka. Nglipar merupakan nama daerah tempat orang pintar (Pak Slamet) yang ingin ditemui oleh Wisnu dan Lik Warigo, rumah Wisnu digunakan untuk menangkap thuyul-thuyul yang meresahkan para warga, rumah sakit merupakan tempat dimana Pak Panca dirawat karena penyakit aneh yang tiba-tiba menimpanya. Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Balekna Dhuwitku”
96
Ditunjukan dengan kutipan: Kenthong titir mecah swasananing esuk. Ora suwe papan kono wis kebak uwong. (PS,-2010 no 5 hlm 42) Terjemahan kutipan: Tabuh kentongan memecah suasanya pagi. Tidak lama tempat tadi sudah penuh dengan orang. Pardi tukang bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng kampung ngiderake baksone, diundang wong wadon ana pinggir dalan. (PS,-2010 no 5 hlm 43) Terjemahan kutipan: Pardi tukang bakso dorongan, ketika waktu malam keliling kampung menawarkan baksonya, dipanggil wanita yang berada di pinggir jalan. Diantaranya terjadi di senthong (kamar) Sriyanti, dan di senthong (kamar) Tukiran, di mana senthong atau kamar Sriyati merupakan tempat meninggalnya Sriyanti dengan cara bunuh diri, senthong Tukiran merupakan tempat di mana arwah Sriyanti menghantui dan mencekik leher Tukiran agar mau mengembalikan uangnya. Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Siluman Asu” Ditunjukkan dengan kutipan: Desaku sing maune ayem tentrem ndadak dadi umyeg merga anane warta sing nyebutake menawa wilayah RT 21 akhir-akhir iki disatroni siluman asu. (PS,-2010 no 9 hlm 42) Terjemahan kutipan: Desaku yang tadinya aman tentram tiba-tiba jadi kisruh karena ada berita yang menybutkan jika wilayah RT 21 akhir-akhir ini didatangi siluman anjing. Tekan gardhu rondha, Jono lagi lungguh dhewekan karo klepas-klepus ngrokok kretek wis meh entek sak eler.
97
(PS,-2010 No 9 hlm 42) Terjemahan kutipan: Sampai pos jaga Jono sedang duduk sendirian dengan kebul-kebul merokok kretek sudah mau habis satu batang. Diantaranya terjadi di wilayah RT 21, gardhu rondha, pinggir kali luk ula, gang emprit, gumuk Tegal Gunung, di mana Wilayah RT 21 merupakan tempat munculnya siluman asu (anjing) yang meresahkan warga, gardhu rondha merupakan sebuah tempat jaga malam yang malam itu giliran Untung, Eko, Joko untuk berondha, pinggir kali luk ula merupakan tempat persembunyian siluman asu dan tempat tokoh utama diajak untuk menemuinya dan bertanya kenapa warga sekitar ingin membunuhnya, gang emprit merupakan salah satu tempat warga mencari siluman asu disebut gang emprit karena gangnya sangat kecil sekali hanya cukup untuk lewat satu orang, gumuk Tegal Gunung merupakan daerah persembunyian siluman asu yang dicari-cari warga.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Menungsa Tekek” Ditunjukkan dengan kutipan: ..manggon ana omah kontrakan sing adoh saka daleme budhene Indri kang gedhe magrong-magrong lan mapan ing satengahing kutha. (PS,-2010 no 10 hlm 29) Terjemahan kutipan: ...bertempat di rumah kontrakan yang jauh dari rumah tantenya Indri yang besar sekali dan berada di tengah-tengah kota. Wisnu sing lagi leyeh-leyeh ing sofa sinambi nyawang tayangan tinju ing teve, dumadakan kaget krungu panjerite Indri saka kamar mandhi.
98
(PS,-2010 no 10 hlm 30) Terjemahan kutipan: Wisnu yang baru duduk-duduk di sofa sambil melihat tayangan tinju di TV, tiba-tiba kaget mendengar teriakan Indri dari kamar mandi. Hanya berada di dalam dan di sekitar rumah kontrakan, di mana rumah kontrakan merupakan sebuah rumah yang ditempati oleh pasangan suami istri (Indri dan Wisnu) dan sebagai tempat terjadinya awal cerita sampai akhir cerita. Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Selingkuh Karo Lelembut” Ditunjukkan dengan kutipan: Susila makarya ana pabrik kaos, kang kagolong gedhe sakutha kono, tinimbang pabrik-pabrik liyane. (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: Susila bekerja di pabrik kaos, yang tergolong besar di kota tersebut dibanding pabrik-pabrik yang lainnya. Kaya padatan, Sri tansah nguntabake kakunge saben arep budhal makarya. Ngadheg ana teras nganti Susila ilang dicaplok enggokan gang. (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: Seperti biasanya, Sri selalu mengantarkan suaminya setiap mau berangkat bekerja. Berdiri di depan teras sampai Susila hilang dimakan tikungan gang. Diantaranya terjadi di pabrik kaos, kamar tidur, kamar mandi, pos satpam, di mana pabrik kaos merupakan pabrik tempat Susila bekerja, kamar tidur merupakan tempat Srikandhi dan lelembut melakukan hubungan badan, kamar mandi merupakan tempat di mana Puput melihat sosok aneh yang kemudian dirahasiakan oleh
99
Srikandhi terhadap Susila suaminya, pos satpam merupakan tempat menunggu orang yang mencari Susila. Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Yuyu Sawah” Ditunjukkan dengan kutipan: Semono uga tanggaku sing jenenge Pak Mardi. Nalika kawitan nggarap sawahe nganti rampung ora ana kedadeyan apa-apa. (PS,-2010 no 18 hlm 29) Terjemahan kutipan: Begitu juga tetanggaku yang bernama Pak Mardi. Waktu awal mengerjakan sawahnya sampai selesai tidak ada kejadian apa-apa. Dening Pak Mukani anggane Pak Mardi digawa mulih. Sakwise diupakari sedhela banjur digawa menyang Puskesmas. Terjemahan kutipan: Oleh Pak Mukani badannya Pak Mardi dibawa pulang. Tidak lama kemudian dibawa ke Puskesmas. Diantaranya terjadi di sawah Pak Mardi, Puskesmas, di mana sawah pak Mardi tempat menanam padi dan munculnya yuyu atau kepiting siluman yang membuat Pak Mardi kesal, puskesmas merupakan tempat di mana Pak Mardi di bawa dan di rawat setelah pingsan di sawah. Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Ula Siluman” Ditunjukkan dengan kutipan: Ing perangan ndhuwur katon Kedhung Blangah sing wingit. Aku ngungun. Aku durung tau ngarit ing sawetane kali gedhe. (PS,-2010 no 29 hlm 42)
100
Terjemahan kutipan: Di bagian atas terlihat Kedhung Blangah yang angker. Aku ragu. Aku belum pernah mencari rumput di sebelah timur sungai yang besa. Nanging kepriye, aku durungr tau ngarit tekan wetan kali. Jare papane wingit, akeh dhemite. Apa meneh kudu ngliwati Kedhung Blangah sing jare ana Onggo-Inggine.Hii... (PS,-2010 no 29 hlm 42) Terjemahan kutipan: Tapi bagaimana lagi, aku belum pernah mencari rumput sampat timur sungai. Katanya tempat tersebut angker, banyak setannya. Apa lagi harus melewati Kedhung Blangah yang katanya ada Onggo-Ingginya.Hiii.... Diantaranya terjadi di Kedhung Blangah, di mana Kedhung Blangah merupakan tempat angker di sebelah timur sungai yang digunakan tokoh utama untuk mencari rumput karena daerah tersebut rumputnya masih banyak dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang rumput-rumputnya sudah kering. Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Misteri Golek Kencana”
Ditunjukkan dengan kutipan: ...kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul sakidule benteng pendhem. Olehe padha semaya diudi aja nganti konangan karo sisihane dhewe-dhewe. (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: ...keduanya berjanji bertemu di jembatan gingsul se selatan benteng pendem. Bertemunya mereka diudi jangan sampai ketahuan oleh isrinya sendirisendiri. ...saka pakunjaran, Sastragandhul banjur nyambut gawe dadi buruh kasar ana pelabuhan Tanjungperak Surabaya. Ana kono nasibe apik. (PS,-2010 no 32 hlm 29)
101
Terjemahan kutipan: ...dari penjara, Sastragandhul lalu bekerja jadi buruh kasar di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Di situ nasibnya baik. Diantaranya terjadi di rumahnya Pak Suhernala, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kamar Priyamantingan, di mana rumah Pak Suhernala merupakan rumah tempat golek kencana bersemayam, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan tempat Sastragandhul bekerja sebagai buruh kasar atau serabutan, kamar Priyamantingan merupakan kamar terjadinya pertikaian antara golek kencana, Priyamantingan dan Sastragandhul akhirnya mereka berdua dapat dikalahkan dan mati di tangan golek kencana.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Tikungan Maut” Ditunjukkan dengan kutipan: ... ana wong telu likur kang tinggal donya merga kacilakan ing tikungan iku. Tikungan kuwi jarak sakilo saka omahe Supangat. (PS,-2010 no 33 hlm 42)
Terjemahan kutipan: ...ada orang dua puluh tiga meninggal dunia karena kecelakaan di tikungan tersebut. Tikungan tersebut jaraknya satu kilo dari rumahnya Supangat. ...pawongan loro seje jenis kasebut terus budhal tumuju menyang sawijining dhaerah kang mligi nyedhiyani papan kanggo ulah salulut. Priya iku milih losmen Dewi Sri kang ora pati rame. (PS, no 33 hlm 42) (PS,-2010 no 33 hlm 42) Terjemahan kutipan:
102
...dua orang beda jenis tersebut terus menuju ke salah satu daerah yang khusus menyediakan tempat buat bertindak yang tidak senonoh. Laki-laki tersebut memilih losmen Dewi Sri yang tidak begitu ramai. Diantaranya terjadi di tikungan, losmen Dewi Sri, rumah Pak Kyai Amru, kamar Supangat, di mana di tikungan yang sering disebut tikungan maut memakan banyak sekali korban dan merupakan tempat tinggal arwah wanita yang penasaran, losmen Dewi Sri digunakan sebagai tempat berbuat yang tidak pantas (maksiat) oleh seorang lelaki dan wanita misterius, rumah Kyai Amru merupakan tempat Supangat meminta nasihat dan petunjuk mengenai tikungan yang sering memakan korban, kamar Supangat merupakan kamar di mana wanita misterius sering muncul di mimpinya Supangat dan menghantuinya.
Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Gamelan Nyalawadi” Ditunjukkan dengan kutipan: ..aku mangkat latihan wushu ing kampus kang dumunung ing Jalan Diponegoro 52, Salatiga. (PS,-2010 no 36 hlm 29)
Terjemahan kutipan: ...aku berangkat latihan wushu di kampus yang berada di Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Gedhong balairung iki gedhe banget lan amba. Ing ruwangan njero, sisihe lawang mlebu ana ruwangan kanggo mapanake sound system yen ana kegiyatan kampus. (PS,-2010 no 36 hlm 29) Terjemahan kutipan:
103
Gedung balairung ini besar sekali dan luas. Di ruangan dalam, sebelah pintu masuk ada ruangan buat menaruh sound system jika ada kegiatan kampus. Diantaranya terjadi di Jalan Diponegoro 52 Salatiga, gedung balairung, belakang gedung balairung, di mana di jalan Diponegoro 52 Salatiga merupakan kampus tempat kuliah, gedung balairung merupakan gedung serbaguna yang di dalamnya terdapat banyak sekali ruangan (tempat sound untuk kegiatan kampus, tempat dandan jika ada pertunjukan drama atau teater), sedangkan di belakangnya digunakan untuk tempat latihan wushu. Latar tempat yang digunakan dalam Cerita Misteri Alaming Lelembut “Arwah Gentayangan” Ditunjukkan dengan kutipan: Nanging kanggone aku aja maneh kok kendaraan rodha papat, selagine arep mboyong kulawargaku saka Bojonegoro-Tuban wae ora kuwat ngontrak omah. (PS,-2010 no 40 hlm 29) Terjemahan kutipan: Tetapi buat aku jangankan kendaraan roda empat, ingin memboyong keluargaku dari Bojonegoro-Tuban aja tidak kuat mengontrak rumah. Sakmeter sakidule Polres ana dalan aspalan ngetan parane, gumunku ora uwis-uwis jalaran mau esuk dalan iku durung ana banjur kapan olehe mbangun. (PS,-2010 no 40 hal 43) Terjemahan kutipan: Satu meter selatan Polres ada jalan aspalan ke timur arahnya, heranku tidak habis-habis karena tadi pagi jalan itu belum ada terus kapan dibangunnya. Diantaranya terjadi di kantor, gerdhu, warung belakang rumah sakit, belakang Polres, di mana di dalam kantor tempat orang bekerja dan melakukan
104
aktivitas dari Muis, Lany, di gerdhu dan warung belakang rumah sakit merupakan tempat tokoh utama mencari makan siang dan malam, belakang Polres merupakan rumah Lany yang kemudian menjadi kuburan cina tua yang sudah lama tidak terawat. 2. Latar Waktu Latar waktu merupakan waktu yang ditunjukan untuk mengetahui kapan terjadinya peristiwa cerita tersebut. Latar waktu yang digunakan untuk mengacu kapan terjadinya peristiwa yang ditampilkan dalam cerita misteri Alaming Lelembut terjadi sekitar tahun 2009-2010 karena menggunakan bahasa dan kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Dapat diketahui bahwa latar waktu yang terjadi pada cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” tahun 2010 mengacu pada peristiwa yang ditampilkan dalam cerita misteri yang terjadi di tahun 2010 karena menggunakan bahasa dan kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Cerita misteri “Thuyul”, “Balekna Dhuwitku”, “Siluman Asu”, “Menungsa Tekek”, “Selingkuh Karo Lelembut”, “Yuyu Sawah”, “Ula Siluman”, “Misteri Golek Kencana”, “Tikungan Maut”, “Gamelan Nyalawadi”, “Arwah Gentayangan”, secara garis besar kesebelas cerita misteri tersebut mempunyai latar waktu di malam hari karena jelas cerita yang dibahas adalah cerita misteri. Kemunculan makhluk-makhluk gaib hanya terjadi pada malam hari. Ditunjukkan dengan kutipan: a. “Thuyul” Nglamat sasi iki telat anggonku ngangsur, yen telat tegese kena dhendha. (PS,-2010 no 2 hlm 29)
105
Terjemahan kutipan: Pertanda bulan ini terlambat mengangsur, jika terlambat artinya terkena denda. Udakara setengah jam candhake Pak Slamet wis metu lan menehi pengarahan marang aku mungguh apa wae kang kudu daksipayake kanggo ngadhepi thuyul iku. (PS,-2010 no 2 hlm 30) Terjemahan kutipan: Kurang lebih setengah jam Pak Slamet sudah keluar dan memberi pengarahan kepada aku apa saja yang harus disiapkan buat menghadapi tuyul tersebut. Jam 12 wengi wis kliwat, parandene thuyul sing tak arep-arep durung katon. Lagi udakara jam 1 wengi katon ana bocah cilik-cilik cacah telu mlebu omahku. (PS,-2010 no 2 hlm 30) Terjemahan kutipan: Jam 12 malam sudah lewat, kayaknya tuyul yang aku harapkan belum kelihatan. Baru kurang lebih jam 1 malam kelihatan ada anak-anak berjumlah tiga masuk rumahku. Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Thuyul” yaitu, malam hari ketika thuyul-thuyul pada keluar dan Wisnu menangkapnya. b. “Balekna Dhuwitku” Wayahe isih esuk umun-umun, wancine wong desa padha metu saka ngomah saperlu miwiti ngayahi pakaryane dhewe-dhewe. (PS,-2010 no 5 hlm 42) Terjemahan kutipan: Waktu masih pagi buta, waktunya orang desa baru keluar dari rumah buat memulai melakukan pekerjaan sendiri-sendiri. Malah sesasi sabubare kuwi, ana lelakon sing nggegirisi. Pardi tukang bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng kampung ngiderake baksone, diundang wong wadon ana pinggir dalan.
106
(PS,-2010 no 5 hlm 43) Terjemahan kutipan: Malah satu bulan setelah itu, ada kejadian yang menakutkan. Pardi tukang bakso keliling, ketika waktu malam mengelilingi kampung menawarkan baksonya, dipanggil wanita yang ada di pinggir jalan. Watara patang sasi sawise patine Sriyanti, upama isih urip ngono kandhutane wis tekan leke. Sawijining lingsir wengi, isih rada adoh saka wayah subuh, tangga sacedhake Jarwa padha krungu suwarane bayi nangis cenger-cenger. (PS,-2010 no 5 hlm 43) Terjemahan kutipan: Antara empat bulan setelah meninggalnya Sriyanti, misal masih hidup kandungannya sudah lahir. Suatu tengah malam, masih agak jauh dari waktu subuh, tangga terdekatnya Jarwa mendengar suara banyi menangis owekowek. Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Balekna Dhuwitku” terjadi di malam hari ketika arwah Sriyanti datang dan menghantui Tukiran untuk meminta uangnya kembali. c. “Siluman Asu” Udakara jam sanga bengi. Anehe wewujudane siluman asu kuwi cat katon cat ora merga kasaput petenge wengi. (PS-2010 no 9 hlm 42) Terjemahan kutipan: Antara jam sembilan malam. Anehnya wujud siluman anjing itu kadang terlihat kadang tidak karena terhalang gelapnya malam.
Udan riwis-riwis ing pungkasaning mangsa rendheng wiwit sore nganti tengah wengi ora ana pedhote. (PS,-2010 no 9 hlm 42) Terjemahan kutipan:
107
Hujan rintik-rintik di akhir musim penghujan dari sore sampai tengah malam tidak ada hentinya. Bengi-bengi, kanthik adhem njekut, ngantuk, sayah, malah kudu metu mubeng desa. (PS,-2010 no 9 hlm 42) Terjemahan kutipan: Malam-malam, dengan dingi, ngantuk, capek, malah harus keluar keliling desa. Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Siluman Asu” terjadi di malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan siluman asu yang hanya keluar di malam hari. d. “Menungsa Tekek” Wis oleh wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane, manggon ana omah kontrakan sing adoh saka daleme budhene Indri kang gedhe magrongmagrong lan mapan ing satengahing kutha. (PS,-2010 no 10 hlm 29) Terjemahan kutipan: Sudah dapat delapan bulan ini Wahyu dan Indri istrinya, bertempat tinggal di rumah kontrakan yang jauh dari rumah budhenya Indri yang besar mewa dan berada di tengah kota. Nanging pirang ndina candhake yen tengah wengi Wisnu tansah klisikan. (PS,-2010 no 10 hlm 29) Terjemahan kutipan: Tapi beberapa hari berikutnya jika tengah malam Wisnu selalu terbangun. Pak Wangsa tanggane sing pensiunan pegawe pabrik kapal kandha marang Wisnu sing sore iku lagi iwut nyirami tanduran. (PS,-2010 no 10 hlm 29) Terjemahan kutipan:
108
Pak Wangsa tetangganya yang pensiunan pegawai pabrik kapal berkata kepada Wisnu yang sore itu sedan ribut menyirami tanduran. Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Menungsa Tekek” terjadi di malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan tekek-tekek di kamar Indri yang hanya keluar di malam hari. e. “Selingkuh Karo Lelembut Mula saben gajian dina Setu, bayare dipantha-pantha, endi kang kanggo calon bayar kontrakan omah, PAM, listrik, klebu kanggo kabutuhan dhapur lan jatah kanggo jajan anake. (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: Maka setiap gajian hari sabtu, bayarannya dibagi-bagi, mana yang buat membayar kontrakan rumah, PAM, listrik, termasuk buat kebutuhan dapur dan jatah buat jajan anaknya. “Dhik, aku mangkat... aja lali ngunci lawang lan nyupet kompor...”ngono pamite Susila nalika budhal makarya udakara tabuh setengah sewelas bengi. (PS,-2010 no 13 hlm 42) Terjemahan kutipan: “Dhik, aku berangkat... jangan lupa mengunci pintu dan mematikan kompor...” begitu pamitnya Susila ketika berangkat bekerja antara waktu setengah sebelas malam. Wektu terus lumaku. Jam ganti dina, dina ganti minggu, minggu gumanti sasi. (PS,-2010 no 13 hlm 43) Terjemahan kutipan: Waktu terus berjalan. Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan.
109
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Selingkuh karo Lelembut” terjadi di malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan “gendruwo” dan Srikandhi melakukan perselingkuah di kamar. f. “Yuyu Sawah” Tumuruning udan awan kuwi nandhakake yen mangsa rendheng sajake bakal tumeka. (PS,-2010 no 18 hlm 29) Terjemahan kutipan: Turunnya hujan siang itu menandakan jika musim penghujan kayaknya akan datang. Ning bareng kira-kira seminggu anggone nadur parine, ndadak ana kedadeyan sing banget manasake atine Pak Mardi. (PS-2010, no 18 hlm 29) Terjemahan kutipan: Tetapi ketika kira-kira satu minggu olehnya menanami pdai, tiba-tiba ada kejadian yang sangat memanaskan hatinya Pak Mardi. Nanging nalika niliki sawahe sesuke maneh, Pak Mardi kaget jalaran nyumurupi yuyu sing dipateni dhek wingi kae lha kok isih waras-wiris. (PS,-2010 no 18 hlm 29) Terjemahan kutipan: Tetapi ketika melihat sawah paginya lagi, Pak Mardi kaget karena mengetahui kepiting yang dibunuh kemarin itu lha kok masih sehat. Sakwise ngeterake adhine menyang Puskesmas bengine Pak Mukani ora bisa turu. (PS,-2010 no 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: Setelah mengantarkan adiknya ke Puskesmas malamnya Pak Mukani tidak bisa tidur.
110
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Yuyu Sawah” terjadi di malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan “yuyu” siluman di rumah Pak Mardi ketika Pak Mardi meninggal dunia. g. “Ula Siluman”, Wektu kuwi aku lagi umur 10 taun, lagi kelas telu SD. (PS,-2010 no 29 hlm 42) Terjemahan kutipan: Waktu itu aku baru berumur 10 tahun, baru kelas tiga SD. Kebeneran wektu kuwi lagi ketiga dawa. Pancen susah ingon-ingon kebo yen lagi ketiga dawa ngene iki. (PS,-2010 no 29 hlm 42) Terjemahan kutipan: Kebetulan waktu itu baru kemarau panjang. Memang sulit memelihara kerbau jika baru kemarau panjang begini. Aku kelingan critane Parjo, jare wis tau meruhi ana nini-nini lagi dhedhe karo dhidhis neng ndhuwur watu gedhe jam rolas awan. (PS,-2010 no 29 hlm 42) Terjemahan kutipan: Aku teringat critanya Parjo, katanya sudah petnah melihat ada nini-nini baru berjemur di atas batu besar jam dua belas siang. Iki isih rada sore, durung surup. Mudhuna, ngarita neng sabrang kali kana, ora apa-apa!”swara pambujuk sajroning atiku. (PS,-2010 no 29 hlm 43) Terjemahan kutipan: Ini masih agak sore, belung gelap. Turunlah, cari rumput di sebelah sungai sana, tidak apa-apa!” suara pembujuk didalam hatiku. Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Ula Sawah” terjadi menjelang sore sampai malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan “ula”
111
siluman ketika “kawin”di sawah ketika seorang anak kecil sedang mencari rumput untuk kerbaunya. h. “Misteri Golek Kencana”, Olehe budhal menyang sawah kapara diisuki beteke supaya bisa enggal ketemu karo Priyamantingan. (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: Pergi berangkat ke sawah sengaja agak padi supay cepat bertemu dengan Priyamantingan. Esuk iki kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul sakidule beteng pendhem. (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: Pagi ini keduanya berjanji bertemu di jembatan gingsul selatannya beten pendhem. Esuk kuwi katon mobil telu sing isih anyar-anyar wiwit Avanza, Innova nganti sing paling gres Fortuner diparkir ana pekarangan daleme kang edi peni. (PS,-2010 no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: Pagi itu kelihatan mobil tiga yang masih baru-baru dari Avanza, Innova sampai yang paling baru Fortuner diparkir di pekarangan dalam yang indah. “Tengah wengi mengko penggaweyan kita wiwiti. Golekan emas kang dikarepake Pak Pancadrajat kudu bisa ana regemanku. Mung yen awan ngene iki durung bisa ucul saka panggonane. (PS,-2010 no 32 hlm 30) Terjemahan kutipan: “Tengah malam nanti pekerjaan kita mulai. Boneka emas yang diinginkan Pak Pancadrajat harus bisa ada di tanganku. Tapi jika siang begini belum bisa lepas dari tempatnya.
112
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Misteri golek kencana” terjadi pada malam hari, ditunjukkan dengan tokoh Priyamantingan dan Sastragandhul yang inin mencuri boneka kencana dari Pak Suhernala. i. “Tikungan Maut” Jroning wektu setahun, ana wong telulikur kang tinggal donya merga kacilakan ing tikungan iku. (PS,-2010 no 33 hlm 42) Terjemahan kutipan: Dalam waktu setahun, ada dua puluh tiga orang yang meninggal dunia karena kecelakaan di tikungan tersebut. Mung ing sasi-sasi kapisan sawise ritual dianakake kurbane suda. (PS,-2010 no 33 hlm 42) Terjemahan kutipan: Hanya di bulan-bulan berikutnya setelah ritual diadakan korbanya semakin berkurang. Nganti pirang-pirang dina kamar kang disewa priya nggantheng iku sepi. Ora keprungu swara babar pisan saka kono. (PS,-2010 no 33 hlm 42) Terjemahan kutipan: Sampai beberapa hari di kamar yang disewa laki-laki tampan itu sepi. Tidak kedengaran suara sama sekali dari situ. “Ya,. Mau esuk mentas ana sedhan tabrakan karo trek,” wangsulane Kyai Amru. (PS,-2010 no 33 hlm 43) Terjemahan kutipan: “Ya,.. tadi pagi baru saja ada sedan tabrakan dengan trek,” jawabannya Kyai Amru.
113
Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Tikungan Maut” terjadi pada malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan arwah wanita yang menunggu pohon di tikungan yang sering memakan korban. j. “Gamelan Nyalawadi” Sore iku kaya biyasane saben dina Setu aku mangkat latihan wushu ing kampus kang dumunung ing Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulaine jam lima nganti jam pitu,.. (PS,-2010 no 36 hlm 29) Terjemahan kutipan: Sore itu seperti biyasanya setiap hari sabtu aku berangkat latihan wushu di kampus yang berada di Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulainya jam lima sampai jam tujuh,.... Kaya dina setu iki uga ora keprungu swara gamelan, sepi. Nalika aku teka, ing kono wis ana kancaku Vita lan Cindy. Ora watara suwe kasusul kancakancaku liyane. (PS,-2010 no 36 hlm 29) Terjemahan kutipan: Seperti hari sabtu ini juga tidak kedengaran suara gamelan, sepi. Ketika aku datang, di situ sudah ada temanku Vita dan Cindy. Tidak lama kemudian terkejar teman-temanku yang lain. Sawise padha teka kabeh, latihan diwiwiti. Saka pemanasan nganti mlebu jurus udakara 30 menit. (PS,-2010 no 36 hlm 29) Terjemahan kutipan: Setelah datang semua. Latihan dimulai. Dari pemanasan sampai masuk jurus kira-kira 30 menit. Ora watara suwe latihan rampung. Sawise padha leren sedhela ngilangi kringet, kanca-kancaku banjur padha bali. Wektu iku wus peteng, antarane jam pitunan kurang utawa punjul sithik. (PS, no 36 hlm 29-30) Terjemahan kutipan:
114
Tidak lama kemudian latihan selesai. Setelah istirahat sebentar menghilangan keringat, teman-temanku lalu pulang. Waktu itu sudah malam, antara jam tujunan kurang atau lebih sedikit. Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Gamealan Nyalawadi” terjadi pada waktu sore menjelang malam hari, ditunjukkan dengan suara gong atau alat-alat karawitan yang lainnya dengan misterius bunyi sendiri tanpa ada orang yang memainkannya. k. “Arwah Gentayangan” Nek sarapan ngiras mangan awan jam 11.00 neng gerdhu laut barengbareng dulur-dulur tukang becak. Mangan sore jam 18.00 neng warung murah cedhak rumah sakit bareng wong-wong sing diopname ing rumah sakit. (PS,-2010 no 40 hlm 29) Terjemahan kutipan: Kalau sarapan sekalian makan siang jam 11.00 di pos laut sama-sama saudara-saudara tukang becak. Makan sore jam 18.00 di warung murah dekat rumah sakit bersama orang-orang yang diopname di rumah sakit. “Ibu kok mboten dipun jak ngriki ta pak?” pitakone Muis ing sawijining sore. (PS,-2010 no 40 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Ibu kok tidak diajak kesini pak?” tanya Muis di suatu sore. Dina Kemis Wage wayah asar kutha Tuban digrujuk udan deres kaya disok saka langit. Wayah Magrib lagi terang. (PS,-2010 no 40 hlm 29) Terjemahan kutipan: Hari Kamis Wage waktu asar kota Tuban diguyur hujan deras seperti ditumpahkan dari langit. Waktu magrib baru reda. Pancen saben sore akeh mudha-mudhi sing teka neng kantorku ndeleng pengumuman pasar kerja. Aku metu terus takon kanggo abang-abang lambe. (PS,-2010 no 40 hlm 29)
115
Terjemahan kutipan: Memang setiap sore banyak pemuda-pemudi yang baru datang di kantorku melihat pengumuman pasar kerja. Aku keluar terus bertanya dengan basabasi. Secara garis besar latar waktu yang terjadi di cerita misteri “Arwah Gentayangan” terjadi pada malam hari, ditunjukkan dengan kemunculan arwah wanita yang datang dan mengganggu seorang laki-laki yang bekerja disebuah kantor. 3. Latar Sosial Latar sosial bersangkutan dengan kehidupan masyarakat yang diceritakan yang berhubungan dengan perjalanan spiritual tokoh dimana suasana horor, misteri tentang kehidupan yang dialami tokoh atau masyarakat terlihat dalam sebuah cerita. Latar sosial yang disajikan dalam cerita misteri yang diteliti adalah masyarakat Jawa. Hal itu terlihat dari pemakaian bahasa jawa yang digunakan dalam kumpulan bahasa dan lingkungan yang ada pada cerita misteri adalah menggunakan tokoh masyarakat Jawa. Dapat diketahui bahwa latar sosial yang terjadi pada cerita misteri Alaming Lelembut dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” tahun 2010 mengacu pada kehidupan sosial masyarakat Jawa. Cerita misteri “Thuyul”, “Balekna Dhuwitku”, “Siluman Asu”, “Menungsa Tekek”, “Selingkuh Karo Lelembut”, “Yuyu Sawah”, “Ula Siluman”, “Misteri Golek Kencana”, “Tikungan Maut”, “Gamelan Nyalawadi”, “Arwah Gentayangan”, secara garis besar kesebelas cerita misteri tersebut mempunyai latar sosial di kalangan masyarakat Jawa bercerita tentang perjalanan spiritual tokoh dimana suasana horor di munculkan.
116
Ditunjukkan dengan kutipan: a. “Thuyul” Sakdurunge tekan papan sing dituju Lik Warigo ngelingake tuku ubarampe. Wujude mung rokok Gudang Garam abang lan menyan sacuwil. Ora lali ngamplop dhuwit sak cukupe minangka tindhih nggo mbah dukun. (PS,-2010 No 2 hlm 29) Terjemahan kutipan: Sebelum sampai tempat yang dituju Lik Warigo mengingatkan beli syaratsyaratnya. Bentuknya hanya rokok Gudang Garam merah dan sedikit menyan. Tidak lupa mengasih uang secukupnya sebagai upah buat mbah dukun. Latar sosial yang ada di cerita misteri “Thuyul” berada di kalangan masyarakat Jawa yang masih mengenal adanya dukun, dan thuyul. b. “Balekna Dhuwitku” Sadurunge layon diangkatake menyang pesareyan ana wara-wara saka sesepuhing lingkungan, sing sapa duwe sangkutan utang-piutang karo almarhumah supaya enggal dirampungake liwat kulawargane, murih alusane Sriyanti anggone bali marang astaning Gusti bisa lestari tanpa pepalang. (PS,-2010 No 5 hlm 42) Terjemahan kutipan: Sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman ada pengumuman dari orang yang dituakan di lingkungan, siapa yang punya hubungan hutangpihutang dengan almarhumah supaya cepat diselesaikan melalui keluarganya, supaya arwahnya Sriyanti kembali ke tangan Gusti bisa lancar tanpa halangan. Latar sosial yang ada di cerita misteri “ Balekna Dhuwitku” menceritakan kehidupan keluarga menengah yang sedang mengalami cobaan, akhirnya Sriyanti memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
117
c. “Siluman Asu” Gregah, aku tangi turu. Kemul kandel werna abang dakkrukebake ing awake bojoke. Sawise njupuk sentolop, nganggo jaket kulit ireng lan weteng dakubed-ubedi sarung, aku jumangkah mbukak lawang. Lawang omah nuli dakkunci saka njaba. (PS,-2010 No 9 hlm42) Terjemahan kutipan: Gregah, aku bangun tidur. Selimut tebal warna merah aku selimutkan di badannya istriku. Setelah itu aku mengambil senter, memakai jaket kulit hitam dan perut aku ikat-ikat pakai sarung, aku berjalan membukak pintu. Pintu rumah lalu tak kunci dari luar. Latar Sosial yang terjadi di cerita misteri “Siluman Asu” menceritakan masyarakat Jawa yang masih kenatal dengan nuansa desa dan masih adanya rondha malam atau menjaga kampung di malam hari. d. “Menungsa Tekek” “Lho, Pak Wisnu napa lagi ngertos yen regine tekek-tekek niku dinten niki saweg ngetren, ngantos jutaan rupiah. Kinten-kinten tekek-tekeke Pak Wisnu sing ketingalae nembe tangkar tumangkar wau yen disade kenging kangge tumbas griya”. (PS,-2010 No 10 hlm 26) Terjemahan kutipan: “Lho, Pak Wisnu apa baru tahu jika harganya tekek-tekek itu hari ini baru ngetren, sampai jutaan rupiah. Kira-kira tekek-tekeknya Pak Wisnu jika dijual bisa buat beli rumah”. Latar sosial yang ada di cerita misteri “Menungsa Tekek” adalah kehidupan sepasang suami istri yang baru beberapa bulan menikah dan mengontrak rumah, ternyata Istri dari Wisnu yang bernama Indri adalah jelmaan manusia tekek. e.
“Selingkuh Karo Lelembut”
118
Mengko yen kepepet ora kuwat ngampet kejune ana sikil, dheweke ethokethok pamit menyang toilet. Gek pengawase, ndilalah oleh Pak Godheg wong Batak kang pancen kaloka yen kejem, mlarat rasa kamanungsane, larang guyu eseme. Luput sithik wae, olehe ndukani kaya nyegotrah durjana kang kapikut. (PS,-2010 No 13 hlm 42). Terjemahan kutipan: Nanti jika terpaksa tidak kuat nyeri di kaki, dia pura-pura pamit ke toilet. Jika pengawasnya pas dapat Pak Godheg orang Batak yang memang terkenal jika kejam, miskin rsa kemanusiaannya, mahal senyumnya. Salah sedikit saja marahnya seperti mengintrogasi penjahat yang tertangkap. Latar sosial yang ada di cerita misteri “ Selingkuh Karo Lelembut” yaitu kehidupan masyarakat Jawa yang menceritakan sepasang suami istri yang mempunyai seorang anak perempuan, ketika ditinggal kerja oleh suaminya, si istri selingkuh dengan lelembut. f. “Yuyu Sawah” Mulane awakmu yen kena tak elikake, dene ora kena ya ora apa-apa. Lan uga manut critane mbah Kyai, kene iki mbiyen tilase kraton apa tilase candhi ngono lho. Sebab tinemu bata kang gedhe-gedhe banget, kaya kang ana ing pinggir sawahe dhewe iki,” kandhane kakange Pak Mardi kang aran Pak Mukani. (PS,-2010 No 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: Makanya kamu jika bisa tak ingatkan, jika tidak bisa ya tidak apa-apa. Dan juga menurut ceritanya mbah Kyai, disini dulu bekasnya keraton apa bekasnya candi gitu lho. Sebab ditemukan batu yang besar-besar sekali, seperti yang ada di pinggir sawah kita,” kata kakaknya Pak Mardi yang bernama Pak Mukani. Latar sosial yang terjadi di cerita misteri “yuyu sawah” menceritakan kehidupan para petani yang baru menanam sawahnya dengan padi tetapi ada banyak sekali yuyu atau kepiting yang memakan padi yang baru tumbuh
119
g. “Ula Siluman” Sakjane mesakake. Kebo sing kulinane diengon, disabakake kon golek pangan dhewe, saiki didhadhung neng njero kandhang. Mangan mung yen didhepi pakan. Ngombe mung yen didhepi banyu, ditimbakake aku apa mbakyuku. (PS,-2010 No 29 hlm 42) Terjemahan kutipan: Sebenarnya kasihan. Kerbau yang biasanya dilepaskan, dibiarkan disuruh makan sendiri, sekarang dikurung di dalam kandhang. Makan jika dikasih makan. Minum hanya jika dikasih air, diambilkan oleh aku atau kakakku. Latar sosial yang terjadi di cerita misteri “Ula Siluman” menceritakan kehidupan seorang anak kecil yang berusia delapan tahun disuruh untuk mencari rumput untuk makan binatang peliharaannya yaitu kerbau. h. “Misteri Golek Kencana” Esuk iku katon mobil telu sing isih anyar-anyar wiwit Avansa, Innova nganti sing paling gres Fortuner diparkir ana pekarangan daleme kang edi peni. Mobil-mobil mau lagi diserbeti dening pembantune. (PS,-2010 No 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: Pagi itu terlihat tiga mobil yang masih baru-baru dari Avanza, Innova sampai yang paling terbaru Fortuner diparkir di halaman rumahnya yang indah sekali. Mobil-mobil tadi dilap oleh pembantunya. Latar sosial yang ada cerita misteri “Miseri Golek kencana” adalah kehidupan seorang lelaki kaya yang memiliki sebuah benda yaitu boneka kencana yang dapat menjdelma menjadi wanita cantik yang menjadi incaran para pencuri. i. “Tikungan Maut” Sawise omong-omongan sedhela, pawongan loro seje jenis kasebut terus budhal tumuju menyang sawijining dhaerah kang mligi nyedhiyani papan
120
kanggo ulah salulut. Priya iku milih losmen Dewi Sri kang ora pati rame. Nganti pirang-pirang dina kamar kang disewa priya nggangheng iku sepi. (PS,-2010 No 33 hlm 42) Terjemahan kutipan: Setalah berbicara sebentar, kedua orang beda jenis tersebut lalu pergi menuju ke suatu daerah yang khusus menyediakan tempat buat perbuatan asusila. Lelaki tersebut memilih losmen Dewi Sri yang tidak begitu ramai. Sampai beberapa hari kamar yang disewa laki-laki tampan itu sepi. Latar sosial yang terjadi di cerita misteri “Tikungan Maut” menceritakan kehidupan masyarakat Jawa yang kental akan suasana mistis di tikungan yang sering memakan korban. j. “Gamelan Nyalawadi” Kanggo nambahi semangat ing pekuliahan supaya ora males utawa bosen aku pancen melu kegiyatan liya, kayata pecinta alam lan seni beladhiri wushu. Sak suwene melu nggabung kegiyatan-kegiyatan iku aku oleh tambah kanca. (PS,-2010 No 36 hlm 29). Terjemahan kutipan: Buat menambah semangat di perkuliahan supaya tidak malas atau bosen aku memang ikut kegiatan lain, seperti pecinta alam dan seni beladiri wushu. Selama ikut bergabung kegiatan-kegiatan itu aku dapat tambah teman. Latar sosial yang terjadi di cerita misteri “ Gamelan Nyalawadi” menceritakan sekumpulan mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan ekstra yang tiba-tiba di kagetkan dengan suara gamelan yang berbunyi sendiri. k. “Arwah Gentayangan” “Nanging bahaya lho pak. Pegawai negeri teng Tuban niku ketok bujang kathah cewek sing ngincer!”. “Halah....ngincer aku sing diincer apane, wong bayaran wae ora tau wutuh kok”. (PS,-2010 No 40 hlm 29)
121
Terjemahan kutipan: “Tetapi bahaya lho Pak. Pegawai negeri di Tuban itu kelihatan lajang banyak wanita yang ingin!” “Halah....pengin aku yang diinginin apanya, orang bayaran saja tidak pernah utuh kok”. Latar Sosial yang ada di dalam cerita misteri “Arwah Gentayangan” menceritakan kehidupan seorang pegawau negeri sipil yang hidup jauh datri orang tuanya dan memilih tinggal di dalam kantor bersama penjaga kantor. Setelah dibahas dan diketahui berbagai macam latar mulai dari latar tempat, latar waktu dan latar sosial dari cerita misteri di atas, kemudian akan dianalisis mengenai tema cerita misteri Alaming Lelembut.
4.1.2 Tema Cerita Tema adalah gagasan atau ide pikiran utama yang mendasari adanya sebuah cerita dalam karya sastra, dimana sebuah tema merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita. Tema atau ide pokok cerita yang terdapat dalam cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah “Panjebar Semangat” tahun 2010 adalah sebagai berikut. Dimana cerita misteri Alaming Lelembut menceritakan tentang kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, di mana kemanusiaan tersebut bersangkutan dengan tanggung jawab, kepedulian, percintaan, perselingkuhan, dan usaha. Analisis tema akan dijelaskan seperti di bawah ini
122
Dapat diketahui bahwa pada umumnya tema yang terdapat pada cerita misteri Alaming Lelembut dalam Majalah Panjebar Semangat tahun 2010 adalah menceritakan tentang kemanusiaan di sekeliling makhluk halus dalam kehidupan sehari-hari. Tema dalam setiap cerita misteri juga dapat disimpulkan seperti di bawah ini. Tema dalam cerita misteri “Thuyul” menceritakan di mana dapat dilihat bahwa uang warga yang sering hilang dengan tiba-tiba, lalu Wisnu dan Lik Warigo pergi ke rumah Pak Slamet untuk meminta cara menangkap thuyul tersebut. Wektune buka mung pendhak Maghrib mesisan saur kanggo dina candhake. Yen dirasak-rasake pancen abot banget, mosok sedina sewengi memangan lan ngombe mung pendhak Maghrib, iku wae tanpa lawuh babar blas. Nanging gandheng ati karep tur pikiran ya wis manteb nawaitu dak lakoni. (PS, No 2 hlm 30) Waktunya berbuka hanya tiap Maghrib sekalian sahur buat hari berikutnya. Jika dirasakan memang sangat berat masak sehari semalam makan dan minum hanya tiap Maghrib, itu saja tanpa lauk sama sekali. Tetapi karena hati ingin dan pikiran ya sudah mantap niat aku lakukan Tema dalam cerita misteri “Balekna Dhuwitku” menceritakan tentang arwa Sriyanti yang penasaran dan meminta uangnya kembali pada Tukiran. Puluh digetuni Sriyanti wis ora bisa urip maneh. Wekasane ya mung kudu dipupus lan prastawa kuwi kena kanggo kaca benggala, samubarang prakara becike kudu dipikir kanthi wening, aja grusa-grusu wekasane kesluru. (PS, No 5 hlm 42) Terjemahan kutipan: Sesal disesali Sriyanti sudah tidak bisa hidup lagi. Akhirnya ya hanya harus dihilangkan dan peristiwa itu bisa buat contoh, setiap masalah harus dipikirkan dengan benar, jangan terburu-buru akhrinya keliru.
123
Tema dalam cerita misteri “Siluman Asu” menceritakan tentang adanya siluman asu yang berkeliaran di kampung dan meresahkan warga. “Kuwi jeneng ndakwa tanpa bukti sing kuwat lan seksi sing bener, Apa aku thok sing bisa nyakot. Kewan sing dhuwe gadhil kaya aku iki akeh. Dadi ora kena yen mung aku sing dadi sasaran. Apa dumeh aku iki siluman? Aku dadi siluman iki pancen wis tinakdir kaya ngene. Aja banjur...” (PS, No 9 hlm 44) Terjemahan kutipan: “Itu namanya menuduh tanpa bukti yang kuat dan saksi yang benar, Apa aku saja yang bisa menggigit. Hewan yang mempunyai taring seperti aku itu banyak. Jadi tidak benar jika hanya aku yang jadi sasaran. Apa mentangmentang aku ini siluman? Aku jadi siluman itu memang sudah takdir seperti ini. Jangan terus..... Tema dalam cerita misteri “Menungsa Tekek” menceritakan tentang seorang yang ditakdirkan menjadi manusia tekek yaitu Indri. “Nyuwun sewu ya mas Wisnu sing banget dak tresnane, aku sejatine kinodrat dadi menungsa tekek. Dulur-dulurku uga padha dadi menungsa tekek. Aku lan dulur-dulurku sing kabeh putri kang kinodrat dadi menungsa tekek iki amerga saka tumindake suwargi ibuku biyen. (PS, No 10 hlm 43) Terjemahan kutipan: “Mohon maaf ya Mas Wisnu yang sangat aku sayangi, aku sebenarnya ditakdirkan jadi manusia tekek. Saudara-saudaraku juga jadi manusia tekek. Aku dan saudara-saudaraku yang putri ditakdirkan jadi manusia tekek ini karena dari kelakuan almarhumah ibuku dulu. Tema dalam cerita misteri “Selingkuh Karo Lelembut” menceritakan tentang perselingkuhan antara Srikandhi dan makhluk halus. Kyai Ngalim banjur crita, yen yektine Srikandhi wus suwe nyulam benang katresnan karo lelembut. Srikandhi luwih grengseng sambung raga karo lelembut mau katimbang karo Susila. (PS, No 14 hlm 30) Terjemahan kutipan:
124
Kyai Ngalim lalu cerita, jika sejatinya Srikandhi sudah lama berhubungan dengan lelembut. Srikandhi lebih senang berhubungan badan dengan lelembut tadi daripada dengan Susila. Tema dalam cerita misteri “Yuyu Sawah” menceritakan tentang yuyu yang sering muncul di sawah Pak Mardi, walaupun sudah dibunuh yuyu tersebut bisa hidup lagi. Dhasar atine Pak Mardi wis kadhung panas, dheweke njawab, “Alah kang, aku ora percaya karo barang sing wingit-wingit ngono kuwi. Lha wong mandhak yuyu ama tanduran wae kok mbok belani ta kang. Yen ana apaapane tak tanggungane dhewe, ora-ora yen awakmu tak katut-katutake,” kandhane Pak Mardi ora ngepenaki. (PS, No 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: Dasar hatinya Pak Mardi sudah terlanjur panas, dirinya menjawab, “Halah mas, aku tidak percaya dengan barang yang angker-angker kaya itu. Lha kepiting hama tanaman kaya gini aja kamu belain to mas. Jika ada apa-apa tak tanggung sendiri, tidak-tidak jika kamu aku ikut-ikutkan,” kata Pak Mardi tidak mengenakkan. Tema dalam cerita misteri “Ula Siluman” menceritakan seorang anak yang mencari rumput sampai ke seberang sungai untuk diberikan ke kerbaunya tetapi bertemu dengan ular yang sedang kawin. “Nanging elinga, kebomu neng ngomah owang-oweng keluwen merga ora kok pakani. Lan bapakmu mesthi nesu karo kowe, mung kon nggolekake pakan kebo siji wae ora jegos. Apa kowe ora mesakake, kebomu sasore wis ora mangan, arep ditambah sewengi ora mangan maneh? Sawengi kebomu bakal glodhagan. (PS, No 29 hlm 42) Terjemahan kutipan: “Tetapi ingat lah, kerbaumu di rumah kelaparan karena tidak kamu kasih makan. Dan bapakmu pasti marah sama kamu, hanya disuruh mencari makanan kerbau satu saja tidak bisa. Apa kamu tidak kasihan, kerbaumu sejak sore sudah tidak makan, apa mau ditambah semalam tidak makan lagi? Semalam kerbaumu pasti berisik.
125
Tema dalam cerita misteri “Misteri Golek Kencana” menceritakan tentang Pancadrajat yang ingin mengambil boneka kencana milik Pak Suhernala dengan cara kasar (mencuri). “Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana carik srimpi Ngayogyakarta Hadiningrat kagungane Pak Suhernala,” kandhane Pancadrajat, kolektor barang-barang antik marang Priyamantingan sing sengaja ditekakake menyang omahe. (PS, No 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Wah..aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana carik serimpi Ngayogyakarta Hadiningrat punyanya Pak Suhernala,” kata Pancadrajat, kolektor barang-barang antik ke Priyamantingan yang sengaja didatangkan ke rumahnya. Tema dalam cerita misteri “Tikungan Maut” menceritakan tentang tikungan angker yang sering memakan korban. Supangat ora ngerti saka ngendi asale priya apes iku. Sing mesthi dheweke genah ngerti yen tikungan iku kebak misteri. Nanging ing njero utege priya iku anane mung seneng, merga oleh kanca kencan kang ayu rupane. Kejaba ayu rupane, tindak tanduke wanita misterius iku uga nggodha ati lanang. (PS, No 33 hlm 42) Terjemahan kutipan: Supangat tidak tahu dari mana asalnya lelaki sial itu. Yang pasti dirinya benar-benar tahu jika tikungan itu penuh misteri. Tetapi di dalam pikiran lelaki tersebut adanya hanya senang, karena dapat teman kencan cantik wajahnya. Selain cantik wajahnya, kelakuan wanita misterius itu juga menggoda hati lelaki. Tema dalam cerita misteri “Gamelan Nyalawadi” menceritakan tentang sekumpulan anak kuliah yang sedang latihan wushu tiba-tiba dikagetkan dengan suara gamelan yang berbunyi sendiri.
126
Kanggo nambahi semangat ing perkuliahan supaya ora males utawa bosen aku pancen melu kegiyatan liya, kayata pecinta alam lan seni beladhiri wushu. Sak suwene melu nggabung kegiyatan-kegiyatan iku aku oleh tambah kanca. (PS, No 36 hlm 29) Terjemahan kutipan: Buat menambah semangat di perkuliahan agar tidak malas atau bosan aku memang ikut kegiatan lain, seperti pecinta alam dan seni beladiri wushu. Selama ikut bergabung kegiatan-kegiatan itu aku dapat tambah teman. Serta cerita misteri “Arwah Gentayangan” menceritakan tentang seorang wanita cina yang sudah lama mati datang dan mengganggu laki-laki yang berada di kantor. Weruh sikape Lany sing pasrah, aku tambah luwih wani maneh ngelus pipine, nyethot irunge, lambene, janggute, terus tanganku saba ngendingendi. Pokoke bengi iku aku kelakon pepasihan karo Lany, tak sayang pipine bathuke. (PS, No 40 hlm 30) Terjemahan kutipan: Melihat sikapnya Lany yang pasrah, aku jadi lebih berani lagi memegang pipinya, menarik hidungnya, janggutnya, terus tanganku sampai kemanamana. Malam itu aku berbuat kasih-kasihan dengan Lany, tak sayang pipinya dan kepalanya.
Setelah dibahas dan diketahui tema atau ide pokok dari cerita misteri di atas, kemudian akan dianalisis mengenai struktur cerita misteri yang berupa sarana cerita yang meliputi adanya sudut pandang, dan gaya bahasa yang ada dalam cerita misteri.
4.1.3 Sarana Cerita Sarana cerita dalam penelitian ini meliputi dua unsur yaitu sudut pandang dan gaya bahasa yang akan dibahas seperti di bawah ini.
127
4.1.3.1 Sudut Pandang Sudut
pandang
merupakan
cara
yang
digunakan
pengaranguntuk
menyampaikan atau menyajikan tokoh yang tergambar dimana pengarang menyampaikan
makna
karya
artistiknya
agar
selalu
berhubungan
dengan
pembacanya. Dalam cerita misteri alaming lelembut yang termuat dalam kumpulan majalah “Panjebar Semangat” pada tahun 2010 ini menggunakan sudut pandang campuran, dimana para pengarang menggunakan kata ganti orang pertama “aku” dan menggunakan kata ganti orang ketiga “dia”, atau menyebut nama orang lain dalam cerita. Kutipan analisis sudut pandang yang digunakan oleh pengarang akan ditunjukkan sebagai berikut. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sudut pandang yang digunakan dalam sebelas cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Jawa Panjebar Semangat pada tahun 2010 adalah menggunakan sudut pandang campuran. Penampilan tokoh yang disajikan oleh para pengarang menggunakan nama tokoh Jawa yang tentunya sudah diselaraskan dengan keadaan jaman sehingga terdengar dan berkesan sangat baik. a.
“Thuyul” “Anu Pak Slamet, kula badhe nyuwun tulung. Kampung kula samangke nembe nemahi musibah. Critane mekaten...” Kanthi gamblang trawaca Lik Wariga nyritakake kahanan kang lagi nempuh ana kampungku” (PS, no. 2 hlm 29) Terjemahan kutipan:
128
Begini Pak Slamet, saya ingin meminta tolong. Kampung saya sekarang sedang mengalami musibah. Ceritanya begini...” Dengan jelas Lik Wariga menceritakan keadaan yang sedang dialami di kampunku”. Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “kula” dan kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Pak Slamet, Lik Wariga, Mbok Wasinah, Bagyo. b. “Balekna Dhuwitku” Nanging sedina sawise layon disarekake, ana tanggane Jarwa sing jenenge Pak Tukiran, teka ngomah, lan ngaku menawa motangake dhuwit limangatus ewu menyang almarhumah. (PS, no 5 hlm 42) Terjemahan kutipan: Tetapi sehari setelah jasad dimakamkam ada tetangganya Jarwa yang namanya Pak Tukiran, datang kerumah, dan mengaku jika meminjamkan uang ke almarhumah. Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Pak Tukiran, Jarwa, Sriyanti, Pardi.
c. “Siluman Asu” Awakku sing gumletak anteng ing Tegal Gunung ditemu dening Pak Hardi nalika dheweke arep menyang sawahe lan ngliwati gumuk mau. (PS, no 9 hlm 44) Terjemahan kutipan: Badanku yang terkapar diam di Tegal Gumuk ditemukan oleh Pak Hardi ketika beliau mau ke sawahnya yang melewati gumuk tadi. Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan tokoh “aku” dan kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan “Yanto Gering, Jono, Pak Hardi. d. “Menungsa Tekek”
129
Wis wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane manggon ana omah kontrakan.... (PS, no 10 hlm 29) Terjemahan kutipan: Sudah delapan bulan ini Wahyu dan Indri istrinya tinggal di rumah kontrakan. Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Wahyu, Indri, Pak Wangsa, Mbok Iyem, Pak Kabul. e. “Selingkuh Karo Lelembut” Bebrayan antarane Susila lan Srikandhi atut-runtut. Malah anake wedok kang tinegeran jeneng Puput, wis umur wolung taun. (PS, no13 hlm 42) Terjemahan kutipan: Kehidupan antara Susila dan Srikandhi rukun. Malah anaknya yang perempuan yang diberi nama Puput sudah umur delapan bulan. Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Susila, Srikandhi, Puput, Pak Godheg, Pak Digda, Pak Dhadhang, Pak Kyai Ngalim. f. “Yuyu Sawah” Sebab tinemu bata kang gedhe-gedhe banget, kaya kang ana ing pinggir sawahe dhewe iki,”kandhane kakange Pak Mardi kan aran Pak Mukani. (PS, no 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: Sebab ditemukan batu bata yang besar-besar sekali, seperti yang ada di pinggir sawah kita ini,” kata kakanya Pak Mardi yang bernama Pak Mukani. Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “aku” dan kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Pak Mardi, Pak Mukani, Mbah Kyai. g. “Ula Siluman”
130
Aku wiwit ngedunake kranjang. Nanging nalika arite wis arep wiwit takbabatake, dumadakan aku weruh ing sisih kana, rada munggah maneh, katon suket-suket sing luwih ketel lan ijo-io. (PS, no 29 hlm 43) Terjemahan kutipan: Aku mulai menurunkan keranjang. Tetapi ketika sabitnya mau memulai membabat, tiba-tiba aku melihatdi sebelah sana, agak naik lagi, kelihatan rumpu-rumput yang lebih banyak dan hijau-hijau. Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “aku” (Dalam Cerita Misteri Ula Siluman hanya tokoh “aku” yang berperan). h. “Misteri Golek Kencana” “Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana carik srimpi Ngayogyakarta Hadingrat kagungane Pak Suhernala,”kandhane Panca drajt,, kolektor barang-barang antik marang Priyamantingan sing sengaja ditekakake menyang omahe. (PS, no 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: “Wah...aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana carik srimpi Ngayogyakarta Hadiningrat punyaknya Pak Suhernala,” kata Pancadrajat, kolektor benda-benda antik kepada Priyamantingan yang sengaja didatangkan ke rumahnya. Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Pak Suhernala, Pancadrajat, Priyamantingan, Sastragandhul. i. “Tikungan Maut” Swara iku asale saka daleme Pak Kyai Muhammad Amru. Piyayi kondhang ing lingkungane Supangat. (PS, no 33 hlm 42) Terjemahan kutipan: Suara itu asalnya dari rumahnya Pak Kyai Muhammad Amru. Lelaki terkenal di lingkungannya Supangat.
131
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Supangat, Pak Kyai Muhammad Amru, Pak Suraji. j.
“Gamelan Nyalawadi” Sing ana ing kono mung kari aku karo kancaku cah lima: Yessy, Ratih, David, Wingga lan Erik. (PS, no 36 hlm 30) Terjemahan kutipan: Yang ada di situ hanya tinggal aku dan temanku lima orang: Yessy, Ratih, David, Wingga dan Erick. Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “aku” dan kata ganti orang
ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Vita, Cindy, Yessy, Ratih, David, Wingga, dan Erik. k. “Arwah Gentayangan” Nek aku manggon kantor ngono iku sing seneng Muis penjaga malam ana kancane jaga bengi. (PS, no 40 hlm 29) Terjemahan kutipan: Kalau aku tinggal di kantor itu yang senang Muis penjaga malam ada temannya yang berjaga malam. Kata ganti orang pertama ditunjukkan dengan “aku” dan kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan tokoh “Muis, Kho Jiu Lan (Lany).
4.1.3.2 Gaya Bahasa Cerita Suatu bahasa yang digunakan oleh pengarang terhadapa tokoh untuk saling berdialog. Gaya bahasa yang digunakan dalam 11 cerita misteri Alaming Lelembut yang termuat dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” pada tahun 2010, bermacam-macam. Pengarang dalam bercerita di dalam cerita misteri ada yang
132
menggunakan bahasa Jawa ngoko, krama, dan juga ada yang menggunakan bahasa Indonesia, ada yang bermakna sebenarnya dan ada juga yang bermakna tidak sebenarnya. Kutipan-kutipan cerita misteri yang dapat menunjukkan hasil analisis akan ditunjukkan seperti di bawah ini. 1. Berikut ini adalah cerita misteri yang menggunakan bahasa Jawa ngoko yang bermakna denotatif, cerita misteri di bawah ini juga ada yang bermakna konotatif tidak sebenarnya. Hal itu dapat ditunjukkan dalam cerita misteri di bawah ini. a. Cerita Misteri “Thuyul” “Ora mungkin,...! Dhuwit tak simpen ana dhompetku, kamangka dhompet kuwi ora nate ucul saka clana sing dak enggo. Dadi ora mungkin bisa njupuk tanpa sak pangertenku. (PS, No 2 hlm 29 ) Terjemahan kutipan: (“Tidak mungkin,...! Uang saya simpan di dompet, padahal dompet itu tidak pernah lepas dari celana yang tak pakai. Jadi tidak mungkin bisa mengambil tanpa sepengetahuanku). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “ora mungkin”, dan “ora nate ucul”. Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita misteri “Thuyul” kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. b. Cerita Misteri “Balekna Dhuwitku”
133
Sejatine atine Jarwa uga ora percaya menawa Sriyanti nganti utang dhuwit menyang Tukiran. Yen dipikir kaya ora tinemu akal. Nanging Jarwa ya ora nlesih kepiye-piye,. (PS, No 5 hlm 42) Terjemahan kutipan: (Sesungguhnya hatinya Jarwa juga tidak percaya bila Sriyanti sampai hutang uang ke Tukiran. Jika dipikir seperti tidak masuk akal. Tetapi Jarwa tidak mencari info kemana-mana). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya ora tinemu akal” yang mempunyai arti seperti tidak masuk akal. Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita misteri “Balekna Dhuwitku” kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai, dengan ditunjukkan dengan kata “kaya ora tinemu akal”. c. Cerita Misteri “Siluman Asu” “Yen manut panemuku genah kuwi asu tenan, dudu asu siluman kaya sing diarani wong akeh,” (PS, No 9 hlm 42) Terjemahan kutipan: (“Jika menurut pendapatku itu memang benar anjing, bukan siluman anjing seperti yang disebutkan orang banyak). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya sing diarani” yang mempunyai arti seperti yang disebutkan. Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita misteri “Siluman Asu” kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga
134
makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai, dengan ditunjukkan dengan kata “kaya sing diarani”. d. Cerita Misteri “Yuyu Sawah” Sakwise ngeterake adhine menyang Puskesmas bengine Pak Mukani ora bisa turu. Lan ing antarane sadhar lan ora sadhar, dheweke kaya wong lagi ngimpi. (PS, No 18 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Setelah mengantarkan adiknya ke Puskesmas malamnya Pak Mukani tidak bisa tidur. Dan diantara sadar dan tidak sadar, dirinya seperti orang sedang mimpi). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya wong lagi ngimpi” yang mempunyai arti seperti orang yang sedang mimpi. Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita misteri “Yuyu Sawah” kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai, dengan ditunjukkan dengan kata “kaya wong lagi ngimpi”. e. Cerita Misteri “Ula Siluman” Katon ing ngisor mripat luhe dleweran kaya bubar nangis. Atiku kaya didhodhog. (PS, No 29 hlm 42) Terjemahan kutipan: (Terlihat di bawah mata air matanya bercucuran seprti habis menangis. Hatiku seperti diketuk). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya
135
didhodhog” yang mempunyai arti seperti diketuk. Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita misteri “Ula Siluman” kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai, dengan ditunjukkan dengan kata “kaya didhodhog”. f. Cerita Misteri “Gamelan Nyalawadi” Byarr... Kaya ngapa kagetku karo David bareng dumadakan lampu ruwangan iku urip dhewe. (PS, No 36 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Byarr... Seperti apa kagetku dengan David saat tiba-tiba lampu ruangan itu menyala sendiri). Nganti seprene aku isih kelingan kedadeyan iku lan kaya-kaya ora bakal ilang saka pangeling-eling. (PS, No 36 hlm 30) Terjemahan kutipan: (Sampai sekarang aku masih teringat kejadian itu dan seperti tidak akan hilang dari ingatan). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan dengan kata “kaya ngapa kagetku” yang mempunyai arti seperti apa kagetku, dan kata “kaya-kaya ora bakal” yang mempunyai arti seperti tidak akan. Dapat disimpulkan bahwa dalam cerita misteri “Gamelan Nyalawadi” kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi ada juga makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif, yang menyerupai, dengan ditunjukkan dengan kata “kaya ngapa kagetku” dan “kaya-kaya ora bakal”.
136
2. Berikut ini adalah cerita misteri menggunakan bahasa Jawa krama dan Jawa Ngoko, yang mendominasi bahasa dalam cerita misteri ini adalah bahasa Jawa ngoko, dan juga kata-katanya dominan bermakna sebenarnya atau denotatif. a. Cerita Misteri “Manungsa Tekek” “Nuwun sewu nggih Pak Wisnu, pun pinten-pinten ndinten niki daleme Pak Wisnu yen dalu rame kalih suwantene tekek. Batos kula kalih ibune larelare, wah Pak Wisnu calone dadi wong sugih mblegedhu,”. (PS, No 10 hal 29) Terjemahan kutipan: (“Mohon maaf ya Pak Wisnu, sudah beberapa hari ini rumahnya Pak Wisnu jika malam ramai dengan suara tekek. Batin saya sama ibunya anak-anak, wah Pak Wisnu calon jadi orang kaya mendadak). “Dospundi Pak Wisnu, bab tekek, napa nyonyahe tetep puguh tekek-tekeke sing rupi-rupine tambah ndadi napa tetep mboten angsal disade? (PS, No 10 hlm 30) Terjemahan kutipan: (“Bagaimana Pak Wisnu, masalah tekek, apa istrinya tetap bersikeras tekektekenya yang warna-warnanya semakin menjadi apa tetap tidak boleh dijual?). Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengarang dalam cerita misteri ini mengunakan bahasa Jawa ngoko dan Krama. Kata-kata dalam cerita misteri ini dominan bermakna denotatif.
b. Cerita Misteri “Selingkuh Karo Lelembut” “Wis kondur ta mas Sus,...ngunjuk kopi apa teh...? pitakone Sri, karo gloyoran tangi turu. (PS, No 13 hlm 43) Terjemahan kutipan:
137
(“Sudah pulang ta mas Sus....minum kopi atau teh..? tanya Sri, sambil sempoyongan bangun tidur). “Ya Allah, Pak Dhadhang...wonten menapa pak dalu-dalu??” “Nyuwun pangapunten mas Sus. Penjenengan dalu menika dipun suwun dhateng pabrik”. (PS, No, 14 hlm 29) Terjemahan kutipan: (“Ya Allah, Pak Dhadhang...ada apa pak malam-malam??” (“Mohon Maaf mas Sus. Anda malam ini disuruh ke pabrik”). Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan dalam cerita misteri ini menggunakan bahasa Jawa Krama dan ngoko. Kata-katanya bermakna sebenarnya atau bermakna denotasi, sehingga mudah dipahami pembacanya. c. Cerita Misteri “Misteri Golek Kencana” “Kajeng kula barang antik arupi golek kencana wau sampeyan colongne kula mboten ngertos cara sampeyan mendhet barang wau. Bakune ana barang ya ana dhuwit. Pun ngertos ta maksud kula?” (PS, No 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: (“Kayu saya barang antik berupa boneka kencana tadi anda curikan saya tidak tahu cara anda mengambil barang tadi. Intinya ada barang ya ada uang. Sudah tahu kan maksud saya?”). “Nggih pun kula mathuk anggere ndika saget nyentosani nasib kulawarga kula sing sakniki saweg paceklik,” Priyamantingan sumaur manteb karo nglirik sakkeplasan amrang pawongan kang menehi order. (PS, No 32 hlm 29) Terjemahan kutipan: (“Ya sudah saya menggangguk asalkan anda bisa menjamin nasib keluarga saya yang sekarang sedang paceklik,” Priyamantingan menjawab mantap dengan melirik sebentar ke orang yang memberi order).
138
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan dalam cerita misteri ini menggunakan bahasa Jawa Krama dan ngoko. Kata-katanya bermakna sebenarnya atau bermakna denotasi, sehingga mudah dipahami pembacanya. d. Cerita Misteri “Tikungan Maut” “Mireng wicantenipun Pak Kyai kaliyan bapak-bapak ingkang rawuh mriki, kadose nembe wonten kedadosan,”kandhane Supangat bukak omongan. (PS, No 33 hlm 43). Terjemahan kutipan: “Mendengar pembicaraan Pak Kyai dengan bapak-bapak yang datang disini, kayaknya sedang ada kejadian, “ kata Supangat membuka pembicaraan). “Supados kurban mboten tansaya kathah, kados pundi prayogine, Pak Kyai?” (PS, No, 33 hlm 43) Terjemahan kutipan: (“Supaya korban tidak semakin banyak, bagaimana sebaiknya, Pak Kyai?”). Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan dalam cerita misteri ini menggunakan bahasa Jawa Krama dan ngoko. Kata-katanya bermakna sebenarnya atau bermakna denotasi, sehingga mudah dipahami pembacanya.
3. Berikut ini adalah cerita misteri yang menggunakan bahasa Jawa Krama dan bahasa Jawa ngoko dan juga bercampur dengan bahasa Indonesia, yang mendominasi bahasa dalam cerita misteri ini adalah bahasa Jawa ngoko. Kata-kata yang digunakan dominan bermakna denotatif.
139
a. Cerita Misteri “Arwah Gentayangan” “Mau ketemu siapa Mbak?” “Badhe ningali pengumuman pasar kerja.” “Ada Mbak tapi kerja di luar negeri.” (PS, No 40 hal 29) Terjemahan kutipan: (“Mau bertemu siapa Mbak?” “Mau melihat pengumuman pasar kerja.” “Ada Mbak tapi kerja di luar negeri.”). “Coba mbak duduk sini, saya ingin tahu mungkin Mbak punya masalah.” (PS, No 40 hal 30) Terjemahan kutipan: (“Coba mbak duduk sini, saya ingin tahu mungkin Mbak punya masalah”). Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan dalam cerita misteri ini menggunakan bahasa Jawa krama dan ngoko, dan juga bercampur dengan bahasa Indonesia.
140
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan permasalahan kesebelas cerita misteri Alaming Lelembut yang terdapat dalam majalah Jawa “Panjebar Semangat” pada tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa secara garis besar tokoh pada cerita terdapat tokoh protagonis yaitu pantang menyerah, baik hati, pekerja keras, tidak ingin membuat orang sakit hati, memberi nasihat merasa kasihan terhadap orang lain, suka menolong berbakti, tidak mudah percaya, pemaaf, peduli terhadap orang lain, penasaran, suka berikhtiar, dan ada juga tokoh antagonis yaitu pemarah, menuduh, tidak mau bekerja keras, cepat putus asa, pembohong, pencuri, kejam, suka menyakiti binatang, suka menyuruh, selingkuh, egois, sesuka hatinya, dan mengambil secara paksa. Alur yang terdapat pada kesebelas cerita misteri alaming lelembut terdapat alut lurus dan alus campuran.
Secara garis besar latar tempat yang ada, terdapat pada tempat-tempat yang sepi, banyak tempat yang angker, tempat di mana orang saling bertemu, latar waktu yang terdapat pada kesebelas cerita misteri alaming lelembut terjadi sekitar tahun 2010, karena menggunakan bahasa dan kejadian yang sedang terjadi, latar sosial yang
140
141
disajikan dengan adanya bahasa dan lingkungan, serta menggunakan tokoh masyarakat Jawa. Secara garis besar tema dalam kesebelas cerita misteri alaming lelembut adalah mengenai tema kemanusian yang berhubungan dengan misteri (gaib) di mana dalam tema tersebut terdapat sisipan amanat-amanat yang harus dilakukan antara lain, jangan menyerah, saling menghormati, saling menolong, tidak mudah putus asa dan saling memaafkan.
Sudut Pandang yang digunakan pengarang adalah menggunakan sudut pandang campuran, di mana pengarang menggunakan kata ganti orang pertama “aku” dan menggunakan kata ganti orang ketiga “dia” atau menyebut nama orang lain. Gaya bahasa yang terdapat dalam cerita misteri tersebut adalah menggunakan bahasa Jawa ngoko, bahasa Jawa Krama, bahasa Indonesia dan juga terdapat kata-kata yang bermakna denotatif dan juga konotatif.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1.
Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai panduan di dalam memahami cerita misteri.
142
2.
Kesebelas cerita misteri yang telah diteliti tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan terori struktural yang meliputi fakta cerita, tema, dan sarana cerita terdapat penelitian karya sastra Jawa lainnya.
3.
Agar Struktur dalam cerita misteri Alaming Lelembut pada majalah Panjebar Semangat untuk dipertimbangkan sebagai alternatif bahan ajar di dalam dunia pendidikan, juga diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih luas
143
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Agesindo. Baribin, Raminah, 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress. Hartoko, Dick. 1922. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hutomo, Saripan Sadi. 1973. Telaah Kesusastraan Jawa Modern I. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Depdikbud. Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha. Keraf, Gorys, 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Laelasari, Nurlailah. 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 1985. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. _____________________.1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Gramedia Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sayuti, Sumito, A. 1996. Apresiasi Prosa Fiksi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia. Supriyanto, Teguh. 1994. Gaya Bahasa Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari (Tesis) S2. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
143
144
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Flores: Nusa Indah. Teeuw, A. 1984. Sasta dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra Jakarta: Gramedia. ________. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia. Wellek, Rene dan Austi Warren. 1995. Teori Kesusatraan di Indonesiakan oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
145
LAMPIRAN 1. Tabel Tokoh dan Penokohan Cerita Misteri Thuyul
Tokoh Wisnu
Protagonis Pantang menyerah
Lik Warigo Blantik
Panut
Pemarah
Memberi nasihat kepada orang lain
Bagyo
Pak Slamet
Pak Pancawirya
Antagonis
Menuduh
Baik hati
146
Jarwa
Tidak mau bekerja keras Sriyati
Menuduh
Tukiran
147
Cepat putus asa
Balekna Dhuwitku
Pardi
Pembohong
Kyai Saleh
Tidak ingin membuat orang sakit hati
148
Yanto Gering
Suka menolong
Jono
Jujur
Tidak mudah percaya
149
Wahyu
Siluman Asu
Indri Pemaaf
Pak Wangsa
150
Pembohong
Menungsa Tekek
Pak Kabul Pencuri
151
Mbok Iyem Pencuri
Susila
Berbakti
Srikandhi
152
Pekerja keras
Selingkuh Karo Lelembut
Pak Godheg
Selingkuh
Pak Dhadhang
153
Pak Kyai Ngalim
Kejam
Baik hati
Pak Mardi
Memberi nasihat
Pak Mukani
154
Suka menyakiti binatang
Mbah Kyai
Peduli terhadap orang lain Aku
Yuyu Sawah
Suka memberi nasihat
Priyaman
Pekerja keras
155
tingan
Sastragan dhul
Suhernala
Mengambil secara paksa
Ula Siluman
Pancadrajad
Pencuri
156
Suka berikhtiar
Misteri Golek Kencana
Supangat
Memaksa
Kyai Muhammad Amru
Pekerja keras
157
Pak Suraji
Baik hati
Aku
Tikungan Maut
Suka menyuruh
Penasaran
158
David
Aku
Muis Gamelan Nyalawadi
Egois
Pekerja keras
159
Kho Jiu Lan (Lany)
Arwah Gentayangan
Sesukanya
Baik Hati LAMPIRAN 2 Tabel Alur Alur Cerita Misteri Lurus
Campuran
Thuyul
V
Balekna Dhuwitku
V
Siluman Asu
V
Menungsa Tekek
V
Selingkuh Karo Lelembut
V
Yuyu Sawah
V
160
Ula Siluman
V
Misteri Golek Kencana
V
Tikungan Maut
V
Gamelan Nyalawadi
V
Arwah Gentayangan
V
LAMPIRAN 3 Tabel Latar Tempat Cerita Misteri Thuyul
Kutipan Latar Tempat Lha kepiye olehe ora jibeg, gaweyanku minangka tukang ojeg ana pasar Wonosari asile ora mingsra. Dhuwit rongatus ewu kuwi kanggoku wis setengah mati olehku nggolek. (PS, no 2 hal 29) (Lha bagaimana tidak pusing, pekerjaanku sebagai tukang ojeg di Pasar Wonosari hasilnya tidak seberapa. Uang dua ratus ribu itu buatku sudah setengah mati aku mencarinya). Aku kluntrung-kluntrung menyang warung angktingane Panut. Sebab yen aku ora nyisih, bisa kelakon padudon karo bojoku. (PS, no 2 hal 29) (Aku kesana-kemari ke warungnya Panut. Jika aku tidak pergi, bisa-bisa bertengkar sama istriku). Sidane esuk kuwi uga Pak Panca ditambakake menyang rumah sakit. Tangga teparo kang ora ngerti dhodhok selehing perkara nduga yen Pak Panca lara merga pokale saingan bisnise. (PS, no 2 hal 43) (Akhirnya pagi itu juga Pak Panca diberobatkan ke rumah sakit. Tetangganya yang tidak tahu mengenai masalah yang
161
sebenarnya menduga jika Pak Panca sakit karena ulah saingan bisnisnya).
Balekna Dhuwitku
Kenthong titir mecah swasananing esuk. Ora suwe papan kono wis kebak uwong. (PS, no 5 hal 42) (Tabuh kentongan memecah suasanya pagi. Tidak lama tempat tadi sudah penuh dengan orang). Pardi tukang bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng kampung ngiderake baksone, diundang wong wadon ana pinggir dalan. (PS, no 5 hal 43) (Pardi tukang bakso dorongan, ketika waktu malam keliling kampung menawarkan baksonya, dipanggil wanita yang berada di pinggir jalan). Pambengoke Tukiran keprungu bojone sing turu ana senthong seje, diparani lan disawang Tukiran semaput ana ngarep amben. Bojone kontrang-kantring niba tangi, ngundangi anak-anake lan tangga cedhake. (PS, no 5 hal 44) (Teriakan Tukiran kedengaran istrinya yang tidur di kamar sebelah, di datengi dan di lihat Tukiran pingsan di depan tempat tidur. Istrinya kesana-kemari memanggil anakanaknya dan tetangga dekatnya).
Siluman Asu
Desaku sing maune ayem tentrem ndadak dadi umyeg merga anane warta sing nyebutake menawa wilayah RT 21 akhir-akhir iki disatroni siluman asu. (PS, no 9 hal 42) (Desaku yang tadinya aman tentram tiba-tiba jadi kisruh karena ada berita yang menybutkan jika wilayah RT 21 akhir-akhir ini didatangi siluman anjing,) Tekan gardhu rondha, Jono lagi lungguh dhewekan karo klepas-klepus ngrokok kretek wis meh entek sak eler. (PS, No 9 hal 42) Sampai pos jaga Jono sedang duduk sendirian dengan kebul-kebul merokok kretek sudah mau habis satu batang). Aku banjur mlaku ngetan ninggal pos jaga. Lampu-lampu neon saka teras omah aweh pepadhangan dalan sing
162
dakliwati. (PS, No 9 hal 43) (Aku lalu jalan ke timur meninggalkan pos jaga. Lampulampu neon dari teras rumahnya warga memberi penerangan jalan yang aku lewati). Aku lan Jono bareng-bareng nggoleki asu kanthi ngurut gang emprit. Diarani gang emprit amarga gange cilik. (PS, No 9 hal 43 (Aku dan Jono sama-sama mencari anjing melewati gang emprit. Disebut gang emprit karena gangnya kecil).
Menungsa Tekek
..manggon ana omah kontrakan sing adoh saka daleme budhene Indri kang gedhe magrong-magrong lan mapan ing satengahing kutha. (PS, no 10 hal 29) (...bertempat di rumah kontrakan yang jauh dari rumah tantenya Indri yang besar sekali dan berada di tengahtengah kota). Wisnu sing lagi leyeh-leyeh ing sofa sinambi nyawang tayangan tinju ing teve, dumadakan kaget krungu panjerite Indri saka kamar mandhi. (PS, no 10 hal 30) (Wisnu yang baru duduk-duduk di sofa sambil melihat tayangan tinju di TV, tiba-tiba kaget mendengar teriakan Indri dari kamar mandi). Sakala Wahyu girap-girap terus mencolot saka tempat tidur karo ngipat-kipatake sisa-sisane tekek cilik sing isih pating gremet ana saranduning awake.(PS, no 10 hal 43) (Seketika itu juga Wahyu ketakutan terus melompat dari tempat tidur sambil melepaskan sisa-sisa tekek kecil yang masih banyak di seluruh badannya).
Selingkuh Karo Lelembut
Susila makarya ana pabrik kaos, kang kagolong gedhe sakutha kono, tinimbang pabrik-pabrik liyane.(PS, no 13 hal 42) (Susila bekerja di pabrik kaos, yang tergolong besar di kota tersebut dibanding pabrik-pabrik yang lainnya). Kaya padatan, Sri tansah nguntabake kakunge saben arep budhal makarya. Ngadheg ana teras nganti Susila ilang
163
dicaplok enggokan gang. (PS, no 13 hal 42) (Seperti biasanya, Sri selalu mengantarkan suaminya setiap mau berangkat bekerja. Berdiri di depan teras sampai Susila hilang dimakan tikungan gang). Pak Dhadhang kang dadi satpam pabrik banjur kandha yen ing pabrik ana sedulure Susila kang kepengin ketemu. Dheweke nunggu ana pos satpam. (PS, no 14 hal 29) (Pak Dhadhang yang menjadi satpam pabrik lalu berkata jika di pabrik ada saudara Susila yang ingin bertemu. Dia menunggu di pos satpam). Lawang dibukak. Ganda mau isih nggembuleng ana njero omahe. Susila saya suwe saya cubriya marang kahanan mau. Luwih kaget meneh, nalika mlebu kamar. (PS, no 14 hal 30) (Pintu dibuka. Bau tadi masih berasa di dalam rumahnya. Susila semakin lama semakin curiga terhadap keadaan tadi. Lebih kaget lagi, ketika masuk ke kamar).
Yuyu Sawah
Semono uga tanggaku sing jenenge Pak Mardi. Nalika kawitan nggarap sawahe nganti rampung ora ana kedadeyan apa-apa. (PS, no 18 hal 29) (Begitu juga tetanggaku yang bernama Pak Mardi. Waktu awal mengerjakan sawahnya sampai selesai tidak ada kejadian apa-apa). Dening Pak Mukani anggane Pak Mardi digawa mulih. Sakwise diupakari sedhela banjur digawa menyang Puskesmas. (PS, no 18 hal 30) (Oleh Pak Mukani badannya Pak Mardi dibawa pulang. Tidak lama kemudian dibawa ke Puskesmas). Uga ana yuyu ujug-ujug neng kamar mandhi, pawon lan latar. Yuyu-yuyu mau asale saka arahe sawahe Pak Mardi. (PS, no 18 hal 30) (Juga ada kepiting sawah tiba-tiba di kamar mandi, dapur dan teras. Kepiting-kepiting tadi asalnya dari arah sawah Pak Mardi).
164
Ula Siluman
Ing perangan ndhuwur katon Kedhung Blangah sing wingit. Aku ngungun. Aku durung tau ngarit ing sawetane kali gedhe.(PS, no 29 hal 42) (Di bagian atas terlihat Kedhung Blangah yang angker. Aku ragu. Aku belum pernah mencari rumput di sebelah timur sungai yang besar). Nanging kepriye, aku durung tau ngarit tekan wetan kali. Jare papane wingit, akeh dhemite. Apa meneh kudu ngliwati Kedhung Blangah sing jare ana OnggoInggine.Hii...(PS, no 29 hal 42) (Tapi bagaimana lagi, aku belum pernah mencari rumput sampat timur sungai. Katanya tempat tersebut angker, banyak setannya. Apa lagi harus melewati Kedhung Blangah yang katanya ada Onggo-Ingginya.Hiii...). Aku mlaku nyeraki papan kang luwih dhuwur kuwi mau. Nanging bareng wis arep ngedhunake kranjang lan siyap mbabatake arit, mripatku bali meruhi ana grumbul suket sing luwih ledhung-ledhung ijo royo-royo ing pereng kang luwih dhuwur maneh. (PS, no 29 hal 43) (Aku berjalan mendekati tempat yang lebih atas tadi. Tetapi setelah mau menurunkan kranjang dan siap mengambil rumput dengan arit, mataku kembali melihat ada segerombol rumput yang lebih hidau-hijau di pereng yang lebih atas lagi).
Misteri Golek Kencana
...kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul sakidule benteng pendhem. Olehe padha semaya diudi aja nganti konangan karo sisihane dhewe-dhewe. (PS, no 32 hal 29) (...keduanya berjanji bertemu di jembatan gingsul se selatan benteng pendem. Bertemunya mereka diudi jangan sampai ketahuan oleh isrinya sendiri-sendiri). ...saka pakunjaran, Sastragandhul banjur nyambut gawe dadi buruh kasar ana pelabuhan Tanjungperak Surabaya. Ana kono nasibe apik. (PS, no 32 hal 29) (...dari penjara, Sastragandhul lalu bekerja jadi buruh kasar di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Di situ nasibnya baik). Satekane omah, golek kencana kang digawe sangka emas
165
murni 24 karat mau dilebokake menyang lemari sandhangane Priyamantingan. (PS, no 32 hal 30) (Sesampainya di rumah, boneka kencana yang dibuat dari emas murni 24 karat tadi dimasukkan ke dalam lemari pakaiannya Priyamantingan.)
Tikungan Maut
... ana wong telu likur kang tinggal donya merga kacilakan ing tikungan iku. Tikungan kuwi jarak sakilo saka omahe Supangat. (PS, no 33 hal 42) (...ada orang dua puluh tiga meninggal dunia karena kecelakaan di tikungan tersebut. Tikungan tersebut jaraknya satu kilo dari rumahnya Supangat). ...pawongan loro seje jenis kasebut terus budhal tumuju menyang sawijining dhaerah kang mligi nyedhiyani papan kanggo ulah salulut. Priya iku milih losmen Dewi Sri kang ora pati rame. (PS, no 33 hal 42) (...dua orang beda jenis tersebut terus menuju ke salah satu daerah yang khusus menyediakan tempat buat bertindak yang tidak senonoh. Laki-laki tersebut memilih losmen Dewi Sri yang tidak begitu ramai). ...para Kyai rawuh lan nglumpuk ing ngisor wit asem gedhe kang kondhang angker iku. Lan kanthi bebarengan pada maca Ayat-Ayat Suci Al-Qur‟an supaya kumara sing mbaureksa wit asem ing tikungan dalan iku gelem lunga bali menyang alame. (PS, no 33 hal 44) (...para Kyai datang dan berkumpul di bawah pohon asam besar yang terkenal angker itu. Dan dengan bersamaan membaca Ayat-Ayat Suci Al-Qur‟an agar arwah yang mendiami pohon asam di tikungan jalan itu mau pergi pulang ke alamnya).
Gamelan Nyalawadi
..aku mangkat latihan wushu ing kampus kang dumunung ing Jalan Diponegoro 52, Salatiga.(PS, no 36 hal 29) (...aku berangkat latihan wushu di kampus yang berada di Jalan Diponegoro 52, Salatiga). Gedhong balairung iki gedhe banget lan amba. Ing ruwangan njero, sisihe lawang mlebu ana ruwangan
166
kanggo mapanake sound system yen ana kegiyatan kampus. (PS, no 36 hal 29) (Gedung balairung ini besar sekali dan luas. Di ruangan dalam, sebelah pintu masuk ada ruangan buat menaruh sound system jika ada kegiatan kampus). David mlayu nrabas parkiran dene aku mlayu menyang ngarep liwat dalan ngarep gedhong fakultas ekonomi. (PS, no 36 hal 30) (David lari menerobos parkiran sedangkan aku lari ke depan melewati jalan depan gedung fakultas ekonomi).
Arwah Gentayangan
Nanging kanggone aku aja maneh kok kendaraan rodha papat, selagine arep mboyong kulawargaku saka Bojonegoro-Tuban wae ora kuwat ngontrak omah. (PS, no 40 hal 29) (Tetapi buat aku jangankan kendaraan roda empat, ingin memboyong keluargaku dari Bojonegoro-Tuban aja tidak kuat mengontrak rumah). Sakmeter sakidule Polres ana dalan aspalan ngetan parane, gumunku ora uwis-uwis jalaran mau esuk dalan iku durung ana banjur kapan olehe mbangun. (PS, no 40 hal 43) (Satu meter selatan Polres ada jalan aspalan ke timur arahnya, heranku tidak habis-habis karena tadi pagi jalan itu belum ada terus kapan dibangunnya). Sakdurunge pamit aku digeret Lany ampingan pot kembang supaya ora ketok saka njaba. (PS, no 40 hal 43) (Sebelum pamit aku ditarik Lany tutupan pot bunga agar tidak kelihatan siapa-siapa dari luar).
167
168
LAMPIRAN 4 Tabel Latar Waktu Cerita Misteri Thuyul
Kutipan Latar Waktu Nglamat sasi iki telat anggonku ngangsur, yen telat tegese kena dhendha. (PS, no 2 hal 29) (Pertanda bulan ini terlambat mengangsur, jika terlambat artinya terkena denda). Udakara setengah jam candhake Pak Slamet wis metu lan menehi pengarahan marang aku mungguh apa wae kang kudu daksipayake kanggo ngadhepi thuyul iku. (PS, no 2 hal 30) (Kurang lebih setengah jam Pak Slamet sudah keluar dan memberi pengarahan kepada aku apa saja yang harus disiapkan buat menghadapi tuyul tersebut). Sidane semingu iki aku nglakoni pasa mutih.(PS, no 2 hal 30) (Akhirnya satu minggu ini aku melakukan puasa putih). Wektune buka mung pendhak Maghrib mesisan saur kanggo dina candhake.(PS, no 2 hal 30) (Waktunya buka hanya tiap Maghrib sekalian sahur buat hari berikutnya). Jam 12 wengi wis kliwat, parandene thuyul sing tak areparep durung katon. Lagi udakara jam 1 wengi katon ana bocah cilik-cilik cacah telu mlebu omahku. (PS, no 2 hal 30) (Jam 12 malam sudah lewat, kayaknya tuyul yang aku harapkan belum kelihatan. Baru kurang lebih jam 1 malam kelihatan ada anak-anak berjumlah tiga masuk rumahku).
Balekna Dhuwitku
Wayahe isih esuk umun-umun, wancine wong desa padha metu saka ngomah saperlu miwiti ngayahi pakaryane dhewe-dhewe. (PS, no 5 hal 42) (Waktu masih pagi buta, waktunya orang desa baru keluar dari rumah buat memulai melakukan pekerjaan sendiri-
169
sendiri). Malah sesasi sabubare kuwi, ana lelakon sing nggegirisi. Pardi tukang bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng kampung ngiderake baksone, diundang wong wadon ana pinggir dalan. (PS, no 5 hal 43) (Malah satu bulan setelah itu, ada kejadian yang menakutkan. Pardi tukang bakso keliling, ketika waktu malam mengelilingi kampung menawarkan baksonya, dipanggil wanita yang ada di pinggir jalan). Watara patang sasi sawise patine Sriyanti, upama isih urip ngono kandhutane wis tekan leke. Sawijining lingsir wengi, isih rada adoh saka wayah subuh, tangga sacedhake Jarwa padha krungu suwarane bayi nangis cenger-cenger. (PS, no 5 hal 43) (Antara empat bulan setelah meninggalnya Sriyanti, misal masih hidup kandungannya sudah lahir. Suatu tengah malam, masih agak jauh dari waktu subuh, tangga terdekatnya Jarwa mendengar suara banyi menangis owekowek). Sawijining wengi sing lingsir, nalika Tukiran wis turu, saka njaba ana suwarane wong wadon sing undangundang. (PS, no 5 hal 43) (Suatu malam yang sunyi, ketika Tukiran sudah tidur, dari luar ada suara wanita yang memanggil-manggil).
Siluman Asu
Udakara jam sanga bengi. Anehe wewujudane siluman asu kuwi cat katon cat ora merga kasaput petenge wengi,(PS, no 9 hal 42) (Antara jam sembilan malam. Anehnya wujud siluman anjing itu kadang terlihat kadang tidak karena terhalang gelapnya malam). Udan riwis-riwis ing pungkasaning mangsa rendheng wiwit sore nganti tengah wengi ora ana pedhote. (PS, no 9 hal 42) (Hujan rintik-rintik di akhir musim penghujan dari sore sampai tengah malam tidak ada hentinya).
170
Bengi-bengi, kanthik adhem njekut, ngantuk, sayah, malah kudu metu mubeng desa. (PS, no 9 hal 42) (Malam-malam, dengan dingi, ngantuk, capek, malah harus keluar keliling desa). Ing kahanan wengi sing sepi iku aku terus mlaku ngluncug setengah mlayu ngliwati pekarangan nggoleki wewujudan asu siluman sing ngilang mau. (PS, no 9 hal 42) (Di keadaan malam yang sepi ini aku terus jalan cepat setengah lari melewati pekarangan mencari wujud anjing siluman yang menghilang tadi). Aku banjur ora eling apa-apa maneh, semaput nganthi ing wayah esuk udakara jam sanga. (PS, no 9 hal 44) (Aku lalu tidak ingat apa-apa lagi, pingsan sampai di waktu pagi antara jam sembilan).
Menungsa Tekek
Wis oleh wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane, manggon ana omah kontrakan sing adoh saka daleme budhene Indri kang gedhe magrong-magrong lan mapan ing satengahing kutha. (PS, no 10 hal 29) (Sudah dapat delapan bulan ini Wahyu dan Indri istrinya, bertempat tinggal di rumah kontrakan yang jauh dari rumah budhenya Indri yang besar mewa dan berada di tengah kota). Nanging pirang ndina candhake yen tengah wengi Wisnu tansah klisikan. (PS, no 10 hal 29) (Tapi beberapa hari berikutnya jika tengah malam Wisnu selalu terbangun). Pak Wangsa tanggane sing pensiunan pegawe pabrik kapal kandha marang Wisnu sing sore iku lagi iwut nyirami tanduran. (PS, no 10 hal 29) (Pak Wangsa tetangganya yang pensiunan pegawai pabrik kapal berkata kepada Wisnu yang sore itu sedan ribut menyirami tanduran). Ing wayah awan tengange kapinujon dina Minggu, Wisnu sengaja ora lelungan weekend karo si Indri. (PS, no 10 hal 30)
171
(Di waktu siang kebetulan hari minggu, Wisnu sengaja tidak berpergian dengan Indri). Wiwit dina iku senajan yen bengi suwarane si tekek tansah ngganter ora ana enteke, nanging tangga-tanggane kang ana sacedhake kono ora ana sing ngaru biru. (PS, no 10 hal 30) (Mulai hari itu walaupun jika malam suaranya tekek selalu bunyi tidak ada habisnya, tetapi tetangga-tetangganya yang ada dekat situ tidak ada yang marah).
Selingkuh Karo Lelembut
Mula saben gajian dina Setu, bayare dipantha-pantha, endi kang kanggo calon bayar kontrakan omah, PAM, listrik, klebu kanggo kabutuhan dhapur lan jatah kanggo jajan anake.(PS, no 13 hal 42) (Maka setiap gajian hari sabtu, bayarannya dibagi-bagi, mana yang buat membayar kontrakan rumah, PAM, listrik, termasuk buat kebutuhan dapur dan jatah buat jajan anaknya.) “Dhik, aku mangkat... aja lali ngunci lawang lan nyupet kompor...”ngono pamite Susila nalika budhal makarya udakara tabuh setengah sewelas bengi.(PS, no 13 hal 42) (“Dhik, aku berangkat... jangan lupa mengunci pintu dan mematikan kompor...” begitu pamitnya Susila ketika berangkat bekerja antara waktu setengah sebelas malam). Wektu terus lumaku. Jam ganti dina, dina ganti minggu, minggu gumanti sasi. (PS, no 13 hal 43) (Waktu terus berjalan. Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan). Tegese olehe kerja, wiwit jam telu awan nganti jam sewelas bengi. (PS, no 13 hal 43) (Artinya hasil kerja, dari jam tiga siang sampai jam sebelas malam). Udakara tabuh sewelas bengi Susila wus tekan ngomah. Mulih saka papan pagaweyane. (PS, no 13 hal 43) (Antara jam sebelas malam Susila sudah sampai rumah. Pulang dari tempat bekerjanya).
172
Sijining awan, ngepasi dina Minggu, kebeneran Srikanhi lagi lunga arisan kampung. (PS, no 14 hal 30) (Suatu siang, kebetulan hari minggu, kebetulan Srikandhi baru pergi arisan kampung).
Yuyu Sawah
Tumuruning udan awan kuwi nandhakake yen mangsa rendheng sajake bakal tumeka. (PS, no 18 hal 29) (Turunnya hujan siang itu menandakan jika musim penghujan kayaknya akan datang). Ning bareng kira-kira seminggu anggone nadur parine, ndadak ana kedadeyan sing banget manasake atine Pak Mardi. (PS, no 18 hal 29) (Tetapi ketika kira-kira satu minggu olehnya menanami padi, tiba-tiba ada kejadian yang sangat memanaskan hatinya Pak Mardi). Nanging nalika niliki sawahe sesuke maneh, Pak Mardi kaget jalaran nyumurupi yuyu sing dipateni dhek wingi kae lha kok isih waras-wiris.(PS, no 18 hal 29) (Tetapi ketika melihat sawah paginya lagi, Pak Mardi kaget karena mengetahui kepiting yang dibunuh kemarin itu lha kok masih sehat). Sakwise ngeterake adhine menyang Puskesmas bengine Pak Mukani ora bisa turu. (PS, no 18 hal 30) (Setelah mengantarkan adiknya ke Puskesmas malamnya Pak Mukani tidak bisa tidur). Sesuk bengine watara jam pitu bengi bakda Maghrib ana kabar yen Pak Mardi tilar donya nalika enak-enak nonton TV. (PS, no 18 hal 30) (Besuk malamnya antara jam tujuh malam setelah Magrib ada kabar jika Pak Mardi meninggal dunia ketika enakenak melihat TV).
Ula Siluman
Wektu kuwi aku lagi umur 10 taun, lagi kelas telu SD. (PS, no 29 hal 42) (Waktu itu aku baru berumur 10 tahun, baru kelas tiga SD).
173
Kebeneran wektu kuwi lagi ketiga dawa. Pancen susah ingon-ingon kebo yen lagi ketiga dawa ngene iki. (PS, no 29 hal 42) (Kebetulan waktu itu baru kemarau panjang. Memang sulit memelihara kerbau jika baru kemarau panjang begini). Aku kelingan critane Parjo, jare wis tau meruhi ana nininini lagi dhedhe karo dhidhis neng ndhuwur watu gedhe jam rolas awan. (PS, no 29 hal 42) (Aku teringat critanya Parjo, katanya sudah petnah melihat ada nini-nini baru berjemur di atas batu besar jam dua belas siang). Iki isih rada sore, durung surup. Mudhuna, ngarita neng sabrang kali kana, ora apa-apa!”swara pambujuk sajroning atiku. (PS, no 29 hal 43) (Ini masih agak sore, belung gelap. Turunlah, cari rumput di sebelah sungai sana, tidak apa-apa!” suara pembujuk didalam hatiku). Aku mikir: “Iki wis sore, yen aku mung trima neng kene mbabati suket sing ora patiya lemu aku ora ndang bisa ngebaki kranjangku, mangka wektune selak surup. (PS, no 29 hal 43) (Aku berfikir: “Ini sudah sore, jika aku hanya terima di sini mencari rumput yang tidak begitu gemuk aku tidak bisa cepat memenuhi kranjangku, maka waktunya keburu magrib). Sore mlebu ing wayah surup. Sedhela maneh peteng bakal tumurun. (PS, no 29 hal 43) (Sore mau masuk ke malam. Sebentar lagi gelap bakal turun).
Misteri Golek Kencana
Olehe budhal menyang sawah kapara diisuki beteke supaya bisa enggal ketemu karo Priyamantingan. (PS, no 32 hal 29) (Pergi berangkat ke sawah sengaja agak padi supay cepat bertemu dengan Priyamantingan). Esuk iki kekarone semaya ketemu ana kreteg gingsul
174
sakidule beteng pendhem. (PS, no 32 hal 29) (Pagi ini keduanya berjanji bertemu di jembatan gingsul selatannya beten pendhem). Esuk kuwi katon mobil telu sing isih anyar-anyar wiwit Avanza, Innova nganti sing paling gres Fortuner diparkir ana pekarangan daleme kang edi peni.(PS, no 32 hal 29) (Pagi itu kelihatan mobil tiga yang masih baru-baru dari Avanza, Innova sampai yang paling baru Fortuner diparkir di pekarangan dalam yang indah). “Tengah wengi mengko penggaweyan kita wiwiti. Golekan emas kang dikarepake Pak Pancadrajat kudu bisa ana regemanku. Mung yen awan ngene iki durung bisa ucul saka panggonane. (PS, no 32 hal 30) (“Tengah malam nanti pekerjaan kita mulai. Boneka emas yang diinginkan Pak Pancadrajat harus bisa ada di tanganku. Tapi jika siang begini belum bisa lepas dari tempatnya). Wengi tansaya tintrim, lemut sawah kang kemrupyung ngrubung anggane wis ora dirasa. (PS, no 32 hal 30) (Malam semakin larut, hewan sawah yang berisik mengerubuti badannya sudah tidak dirasa). Wengine tansaya mrambat sinartan angin wengi kang njekut semribit. Kanthi ati lega Pryamantingan lan Sastragandhul agahan gegancangan bali. (PS, no 32 hal 30) (Malam semakin menjalar ditambah angin malam yang dingir semilir. Dengan hati lega Priyamantingan dan Sastragandhul berencana cepat-cepat pulang). Kegawa saka kesele awak bengi iku turune wong loro angler, pada banter-banteran ngorok.(PS, no 32 hal 30) (Terbawa dari capeknya badan malam itu tidurnya dua orang lelap, sama serunya mendengkur). Esuke Pak Suhernala sing kagungan golek kencana mau kaget kepati nalika arep ngresiki golek kencana saka njero kamar pusaka mirsani menawa sampure golek mau gudras getih. (PS, no 32 hal 30)
175
(Paginya Pak Suhernala yang mempunyai boneka kencana tadi kaget bukan kepalang ketika mau membersihkan boneka kencana dari dalam lemari pusakanya melihat selendang tadi bekas darah).
Tikungan Maut
Jroning wektu setahun, ana wong telulikur kang tinggal donya merga kacilakan ing tikungan iku.(PS, no 33 hal 42) (Dalam waktu setahun, ada dua puluh tiga orang yang meninggal dunia karena kecelakaan di tikungan tersebut). Mung ing sasi-sasi kapisan sawise ritual dianakake kurbane suda. (PS, no 33 hal 42) (Hanya di bulan-bulan berikutnya setelah ritual diadakan korbanya semakin berkurang). Nganti pirang-pirang dina kamar kang disewa priya nggantheng iku sepi. Ora keprungu swara babar pisan saka kono. (PS, no 33 hal 42) (Sampai beberapa hari di kamar yang disewa laki-laki tampan itu sepi. Tidak kedengaran suara sama sekali dari situ). “Ya,. Mau esuk mentas ana sedhan tabrakan karo trek,” wangsulane Kyai Amru. (PS, no 33 hal 43) (“Ya,.. tadi pagi baru saja ada sedan tabrakan dengan trek,” jawabannya Kyai Amru). Wektune isih jam 10 bengi. Swasana bengi iku tansaya sepi. Supangat jaluk pamit. Dheweke age-age jumangkah bali. Tekan ngomah amek wudhu lan nindakake salat Isya. (PS, no 33 hal 43) (Waktunya masih jam 10 malam. Suasana malam ini semakin sepi. Supangat minta pamit. Mereka cepat-cepat berjalan pulang. Sampai rumah mengambil wudhu dan mengerjakan salat Isya). Wektu iku Supangat jugar saka impen kang nggegerisi. Dheweke age-age istigfar. Nanging jam tembok, isih jam loro bengi. Ora keprungu swara apa-apa.(PS, no 33 hal 43) (Waktu itu Supangat bangun dari mimpi yang menakutkan.
176
Dia cepat-cepat istigfar. Tetapi jam di tembok masih jam dua malam. Tidak kedengaran suara apa-apa).
Gamelan Nyalawadi
Sore iku kaya biyasane saben dina Setu aku mangkat latihan wushu ing kampus kang dumunung ing Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulaine jam lima nganti jam pitu,..(PS, no 36 hal 29) (Sore itu seperti biyasanya setiap hari sabtu aku berangkat latihan wushu di kampus yang berada di Jalan Diponegoro 52, Salatiga. Mulainya jam lima sampai jam tujuh,...). Kaya dina setu iki uga ora keprungu swara gamelan, sepi. Nalika aku teka, ing kono wis ana kancaku Vita lan Cindy. Ora watara suwe kasusul kanca-kancaku liyane. (PS, no 36 hal 29) (Seperti hari sabtu ini juga tidak kedengaran suara gamelan, sepi. Ketika aku datang, di situ sudah ada temanku Vita dan Cindy. Tidak lama kemudian terkejar teman-temanku yang lain). Sawise padha teka kabeh, latihan diwiwiti. Saka pemanasan nganti mlebu jurus udakara 30 menit. (PS, no 36 hal 29) (Setelah datang semua. Latihan dimulai. Dari pemanasan sampai masuk jurus kira-kira 30 menit). Ora watara suwe latihan rampung. Sawise padha leren sedhela ngilangi kringet, kanca-kancaku banjur padha bali. Wektu iku wus peteng, antarane jam pitunan kurang utawa punjul sithik. (PS, no 36 hal 29-30) (Tidak lama kemudian latihan selesai. Setelah istirahat sebentar menghilangan keringat, teman-temanku lalu pulang. Waktu itu sudah malam, antara jam tujunan kurang atau lebih sedikit). Nganti meh sakjam anggone padha jagonan. Merga saya wengi lan hawane saya adhem Ratih, Yessy, Wingga lan Erick pamit mulih. (PS, no 36 hal 30) (Sampai mau satu jam mereka ngobrol. Karena semakin malam dan udaranya semakin dingin Ratih, Yessy, Wingga dan Erick ijin pulang).
177
“Malem Minggu ngene penake ngapa ya, Wid?”pitakone David marang aku. (PS, no 36 hal 30) (Malam minggu gini enaknya ngapain ya, Wid?” tanya David kepada aku).
Arwah Gentayangan
Nek sarapan ngiras mangan awan jam 11.00 neng gerdhu laut bareng-bareng dulur-dulur tukang becak. Mangan sore jam 18.00 neng warung murah cedhak rumah sakit bareng wong-wong sing diopname ing rumah sakit. (PS, no 40 hal 29) (Kalau sarapan sekalian makan siang jam 11.00 di pos laut sama-sama saudara-saudara tukang becak. Makan sore jam 18.00 di warung murah dekat rumah sakit bersama orangorang yang diopname di rumah sakit). “Ibu kok mboten dipun jak ngriki ta pak?” pitakone Muis ing sawijining sore. (PS, no 40 hal 29) (“Ibu kok tidak diajak kesini pak?” tanya Muis di suatu sore). Dina Kemis Wage wayah asar kutha Tuban digrujuk udan deres kaya disok saka langit. Wayah Magrib lagi terang. (PS, no 40 hal 29) (Hari Kamis Wage waktu asar kota Tuban diguyur hujan deras seperti ditumpahkan dari langit. Waktu magrib baru reda). Pancen saben sore akeh mudha-mudhi sing teka neng kantorku ndeleng pengumuman pasar kerja. Aku metu terus takon kanggo abang-abang lambe. (PS, no 40 hal 29) (Memang setiap sore banyak pemuda-pemudi yang baru datang di kantorku melihat pengumuman pasar kerja. Aku keluar terus bertanya dengan basa-basi). Tanpa tak rasa jam neng kantorku muni then-theng ping pindho. Lany ngajak aku supaya ngeterke mulih. Dheweke kuwatir nek kerinan, pokoke sadurunge subuh kudu wis tekan ngomah. (PS, no 40 hal 29-30) (Tanpa terasa jam di kantorku berbunyi theng-theng dua kali. Lany mengajak aku agar mengantarkan pulang. Dia
178
khawatir kalau kesiangan, pokoknya sabelum subuh harus sudah nyampai rumah). Esuk iku awaku panas lambeku abuh. Aku kepeksa pamit ora mlebu banjur mulih neng Bojonegoro. (PS, no 40 hal 43) (Pagi itu badanku panas bibirku bengkak. Aku terpaksa ijin tidak masuk lalu pulang ke Bojonegoro).
LAMPIRAN 5 Tabel Latar Sosial
179
Cerita Misteri
Kutipan Latar Sosial
Thuyul
Sakdurunge tekan papan sing dituju Lik Warigo ngelingake tuku ubarampe. Wujude mung rokok Gudang Garam abang lan menyan sacuwil. Ora lali ngamplop dhuwit sak cukupe minangka tindhih nggo mbah dukun. (PS, No 2 hal 29) (Sebelum sampai tempat yang dituju Lik Warigo mengingatkan beli syarat-syaratnya. Bentuknya hanya rokok Gudang Garam merah dan sedikit menyan. Tidak lupa mengasih uang secukupnya sebagai upah buat mbah dukun).
Balekna Dhuwitku
Sadurunge layon diangkatake menyang pesareyan ana wara-wara saka sesepuhing lingkungan, sing sapa duwe sangkutan utang-piutang karo almarhumah supaya enggal dirampungake liwat kulawargane, murih alusane Sriyanti anggone bali marang astaning Gusti bisa lestari tanpa pepalang. (PS, No 5 hal 42) (Sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman ada pengumuman dari orang yang dituakan di lingkungan, siapa yang punya hubungan hutang-pihutang dengan almarhumah supaya cepat diselesaikan melalui keluarganya, supaya arwahnya Sriyanti kembali ke tangan Gusti bisa lancar tanpa halangan).
Siluman Asu
Gregah, aku tangi turu. Kemul kandel werna abang dakkrukebake ing awake bojoke. Sawise njupuk sentolop, nganggo jaket kulit ireng lan weteng dakubed-ubedi sarung, aku jumangkah mbukak lawang. Lawang omah nuli dakkunci saka njaba.(PS, No 9 hal 42) (Gregah, aku bangun tidur. Selimut tebal warna merah aku selimutkan di badannya istriku. Setelah itu aku mengambil senter, memakai jaket kulit hitam dan perut aku ikat-ikat pakai sarung, aku berjalan membukak pintu. Pintu rumah lalu tak kunci dari luar.
Menungsa Tekek
“Lho, Pak Wisnu napa lagi ngertos yen regine tekek-tekek niku dinten niki saweg ngetren, ngantos jutaan rupiah. Kinten-kinten tekek-tekeke Pak Wisnu sing ketingalae nembe tangkar tumangkar wau yen disade kenging kangge tumbas
180
griya”. (PS, No 10 hal 26) (“Lho, Pak Wisnu apa baru tahu jika harganya tekek-tekek itu hari ini baru ngetren, sampai jutaan rupiah. Kira-kira tekek-tekeknya Pak Wisnu jika dijual bisa buat beli rumah”).
Selingkuh Karo Lelembut
Mengko yen kepepet ora kuwat ngampet kejune ana sikil, dheweke ethok-ethok pamit menyang toilet. Gek pengawase, ndilalah oleh Pak Godheg wong Batak kang pancen kaloka yen kejem, mlarat rasa kamanungsane, larang guyu eseme. Luput sithik wae, olehe ndukani kaya nyegotrah durjana kang kapikut. (PS, No 13 hal 42). (Nanti jika terpaksa tidak kuat nyeri di kaki, dia pura-pura pamit ke toilet. Jika pengawasnya pas dapat Pak Godheg orang Batak yang memang terkenal jika kejam, miskin rsa kemanusiaannya, mahal senyumnya. Salah sedikit saja marahnya seperti mengintrogasi penjahat yang tertangkap).
Yuyu Sawah
Mulane awakmu yen kena tak elikake, dene ora kena ya ora apa-apa. Lan uga manut critane mbah Kyai, kene iki mbiyen tilase kraton apa tilase candhi ngono lho. Sebab tinemu bata kang gedhe-gedhe banget, kaya kang ana ing pinggir sawahe dhewe iki,” kandhane kakange Pak Mardi kang aran Pak Mukani. (PS, No 18 hal 30) (Makanya kamu jika bisa tak ingatkan, jika tidak bisa ya tidak apa-apa. Dan juga menurut ceritanya mbah Kyai, disini dulu bekasnya keraton apa bekasnya candi gitu lho. Sebab ditemukan batu yang besar-besar sekali, seperti yang ada di pinggir sawah kita,” kata kakaknya Pak Mardi yang bernama Pak Mukani).
Ula Siluman
Sakjane mesakake. Kebo sing kulinane diengon, disabakake kon golek pangan dhewe, saiki didhadhung neng njero kandhang. Mangan mung yen didhepi pakan. Ngombe mung yen didhepi banyu, ditimbakake aku apa mbakyuku. (PS, No 29 Hal 42) (Sebenarnya kasihan. Kerbau yang biasanya dilepaskan, dibiarkan disuruh makan sendiri, sekarang dikurung di dalam kandhang. Makan jika dikasih makan. Minum hanya jika dikasih air, diambilkan oleh aku atau kakakku).
181
Misteri Golek Kencana
Esuk iku katon mobil telu sing isih anyar-anyar wiwit Avansa, Innova nganti sing paling gres Fortuner diparkir ana pekarangan daleme kang edi peni. Mobil-mobil mau lagi diserbeti dening pembantune. (PS, No 32 hal 29) (Pagi itu terlihat tiga mobil yang masih baru-baru dari Avanza, Innova sampai yang paling terbaru Fortuner diparkir di halaman rumahnya yang indah sekali. Mobilmobil tadi dilap oleh pembantunya).
Tikungan Maut
Sawise omong-omongan sedhela, pawongan loro seje jenis kasebut terus budhal tumuju menyang sawijining dhaerah kang mligi nyedhiyani papan kanggo ulah salulut. Priya iku milih losmen Dewi Sri kang ora pati rame. Nganti pirangpirang dina kamar kang disewa priya nggangheng iku sepi. (PS, No 33 hal 42) (Setalah berbicara sebentar, kedua orang beda jenis tersebut lalu pergi menuju ke suatu daerah yang khusus menyediakan tempat buat perbuatan asusila. Lelaki tersebut memilih losmen Dewi Sri yang tidak begitu ramai. Sampai beberapa hari kamar yang disewa laki-laki tampan itu sepi).
Gamelan Nyalawadi
Kanggo nambahi semangat ing pekuliahan supaya ora males utawa bosen aku pancen melu kegiyatan liya, kayata pecinta alam lan seni beladhiri wushu. Sak suwene melu nggabung kegiyatan-kegiyatan iku aku oleh tambah kanca. (PS, No 36 hal 29). (Buat menambah semangat di perkuliahan supaya tidak malas atau bosen aku memang ikut kegiatan lain, seperti pecinta alam dan seni beladiri wushu. Selama ikut bergabung kegiatan-kegiatan itu aku dapat tambah temen).
Arwah Gentayangan
“Nanging bahaya lho pak. Pegawai negeri teng Tuban niku ketok bujang kathah cewek sing ngincer!”. “Halah....ngincer aku sing diincer apane, wong bayaran wae ora tau wutuh kok”.(PS, No 40 hal 29) (“Tetapi bahaya lho Pak. Pegawai negeri di Tuban itu kelihatan lajang banyak wanita yang ingin!”
182
“Halah....pengin aku yang diinginin apanya, orang bayaran saja tidak pernah utuh kok”).
LAMPIRAN 6 Tabel Tema Cerita Cerita Misteri
Kutipan Tema Cerita
Thuyul
Wektune buka mung pendhak Maghrib mesisan saur kanggo dina candhake. Yen dirasak-rasake pancen abot banget, mosok sedina sewengi memangan lan ngombe mung pendhak Maghrib, iku wae tanpa lawuh babar blas. Nanging gandheng ati karep tur pikiran ya wis manteb nawaitu dak lakoni. (PS, No 2 hal 30) (Waktunya berbuka hanya tiap Maghrib sekalian sahur buat hari berikutnya. Jika dirasakan memang sangat berat masak sehari semalam makan dan minum hanya tiap Maghrib, itu saja tanpa lauk sama sekali. Tetapi karena hati ingin dan pikiran ya sudah mantap niat aku lakukan).
Balekna Dhuwitku
Puluh digetuni Sriyanti wis ora bisa urip maneh. Wekasane ya mung kudu dipupus lan prastawa kuwi kena kanggo kaca benggala, samubarang prakara becike kudu dipikir kanthi wening, aja grusa-grusu wekasane kesluru. (PS, No 5 hal 42) (Sesal disesali Sriyanti sudah tidak bisa hidup lagi. Akhirnya ya hanya harus dihilangkan dan peristiwa itu bisa buat contoh, setiap masalah harus dipikirkan dengan benar, jangan terburu-buru akhrinya keliru).
Siluman Asu
“Kuwi jeneng ndakwa tanpa bukti sing kuwat lan seksi sing bener, Apa aku thok sing bisa nyakot. Kewan sing dhuwe gadhil kaya aku iki akeh. Dadi ora kena yen mung aku sing
183
dadi sasaran. Apa dumeh aku iki siluman? Aku dadi siluman iki pancen wis tinakdir kaya ngene. Aja banjur...” (PS, No 9 hal 44) (“Itu namanya menuduh tanpa bukti yang kuat dan saksi yang benar, Apa aku saja yang bisa menggigit. Hewan yang mempunyai taring seperti aku itu banyak. Jadi tidak benar jika hanya aku yang jadi sasaran. Apa mentang-mentang aku ini siluman? Aku jadi siluman itu memang sudah takdir seperti ini. Jangan terus....).
Menungsa Tekek
“Nyuwun sewu ya mas Wisnu sing banget dak tresnane, aku sejatine kinodrat dadi menungsa tekek. Dulur-dulurku uga padha dadi menungsa tekek. Aku lan dulur-dulurku sing kabeh putri kang kinodrat dadi menungsa tekek iki amerga saka tumindake suwargi ibuku biyen. (PS, No 10 hal 43) (“Mohon maaf ya Mas Wisnu yang sangat aku sayangi, aku sebenarnya ditakdirkan jadi manusia tekek. Saudarasaudaraku juga jadi manusia tekek. Aku dan saudarasaudaraku yang putri ditakdirkan jadi manusia tekek ini karena dari kelakuan almarhumah ibuku dulu).
Selingkuh Karo Lelembut
Kyai Ngalim banjur crita, yen yektine Srikandhi wus suwe nyulam benang katresnan karo lelembut. Srikandhi luwih grengseng sambung raga karo lelembut mau katimbang karo Susila. (PS, No 14 hal 30) (Kyai Ngalim lalu cerita, jika sejatinya Srikandhi sudah lama berhubungan dengan lelembut. Srikandhi lebih senang berhubungan badan dengan lelembut tadi daripada dengan Susila).
Yuyu Sawah
Dhasar atine Pak Mardi wis kadhung panas, dheweke njawab, “Alah kang, aku ora percaya karo barang sing wingit-wingit ngono kuwi. Lha wong mandhak yuyu ama tanduran wae kok mbok belani ta kang. Yen ana apa-apane tak tanggungane dhewe, ora-ora yen awakmu tak katutkatutake,” kandhane Pak Mardi ora ngepenaki. (PS, No 18 hal 30) (Dasar hatinya Pak Mardi sudah terlanjur panas, dirinya menjawab, “Halah mas, aku tidak percaya dengan barang
184
yang angker-angker kaya itu. Lha kepiting hama tanaman kaya gini aja kamu belain to mas. Jika ada apa-apa tak tanggung sendiri, tidak-tidak jika kamu aku ikut-ikutkan,” kata Pak Mardi tidak mengenakkan).
Ula Siluman
“Nanging elinga, kebomu neng ngomah owang-oweng keluwen merga ora kok pakani. Lan bapakmu mesthi nesu karo kowe, mung kon nggolekake pakan kebo siji wae ora jegos. Apa kowe ora mesakake, kebomu sasore wis ora mangan, arep ditambah sewengi ora mangan maneh? Sawengi kebomu bakal glodhagan. (PS, No 29 hal 42) (“Tetapi ingat lah, kerbaumu di rumah kelaparan karena tidak kamu kasih makan. Dan bapakmu pasti marah sama kamu, hanya disuruh mencari makanan kerbau satu saja tidak bisa. Apa kamu tidak kasihan, kerbaumu sejak sore sudah tidak makan, apa mau ditambah semalam tidak makan lagi? Semalam kerbaumu pasti berisik).
Misteri Golek Kencana
“Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana carik srimpi Ngayogyakarta Hadiningrat kagungane Pak Suhernala,” kandhane Pancadrajat, kolektor barang-barang antik marang Priyamantingan sing sengaja ditekakake menyang omahe. (PS, No 32 hal 29) “Wah..aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana carik serimpi Ngayogyakarta Hadiningrat punyanya Pak Suhernala,” kata Pancadrajat, kolektor barang-barang antik ke Priyamantingan yang sengaja didatangkan ke rumahnya).
Tikungan Maut
Supangat ora ngerti saka ngendi asale priya apes iku. Sing mesthi dheweke genah ngerti yen tikungan iku kebak misteri. Nanging ing njero utege priya iku anane mung seneng, merga oleh kanca kencan kang ayu rupane. Kejaba ayu rupane, tindak tanduke wanita misterius iku uga nggodha ati lanang. (PS, No 33 hal 42) (Supangat tidak tahu dari mana asalnya lelaki sial itu. Yang pasti dirinya benar-benar tahu jika tikungan itu penuh misteri. Tetapi di dalam pikiran lelaki tersebut adanya hanya senang, karena dapat teman kencan cantik wajahnya. Selain cantik wajahnya, kelakuan wanita misterius itu juga menggoda hati lelaki).
185
Gamelan Nyalawadi
Kanggo nambahi semangat ing perkuliahan supaya ora males utawa bosen aku pancen melu kegiyatan liya, kayata pecinta alam lan seni beladhiri wushu. Sak suwene melu nggabung kegiyatan-kegiyatan iku aku oleh tambah kanca. (PS, No 36 hal 29) (Buat menambah semangat di perkuliahan agar tidak malas atau bosan aku memang ikut kegiatan lain, seperti pecinta alam dan seni beladiri wushu. Selama ikut bergabung kegiatan-kegiatan itu aku dapat tambah teman).
Arwah Gentayangan
Weruh sikape Lany sing pasrah, aku tambah luwih wani maneh ngelus pipine, nyethot irunge, lambene, janggute, terus tanganku saba ngendi-ngendi. Pokoke bengi iku aku kelakon pepasihan karo Lany, tak sayang pipine bathuke. (PS, No 40 hal 30) (Melihat sikapnya Lany yang pasrah, aku jadi lebih berani lagi memegang pipinya, menarik hidungnya, janggutnya, terus tanganku sampai kemana-mana. Malam itu aku berbuat kasih-kasihan dengan Lany, tak sayang pipinya dan kepalanya).
LAMPIRAN 7 Tabel Sudut Pandang Cerita Cerita Misteri Thuyul
Kutipan Sudut Pandang Cerita
Sudut Pandang
“Anu Pak Slamet, kula badhe nyuwun tulung. Kampung kula samangke nembe nemahi musibah. Critane mekaten...” Kanthi gamblang trawaca Lik Wariga nyritakake kahanan kang lagi nempuh ana kampungku” (PS, no. 2 hlm 29) (Begini Pak Slamet, saya ingin meminta tolong. Kampung saya sekarang sedang mengalami musibah. Ceritanya begini...” Dengan jelas Lik
Kata ganti orang pertama ditunjukkan
dengan
“kula” dan kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan
tokoh
Slamet,
Lik
“Pak Wariga,
Mbok Wasinah, Bagyo.
186
Wariga menceritakan keadaan yang sedang dialami di kampunku”). “..Apa ora ngerti yen Mbok Wasinah iku wis randha tur ya uripe rekasa. Mbok nek niyat maling kuwi neng kampung liya, ora gawe kisruh neng kampung dhewe,...!” komentare Bagyo. (PS, no 2 hal 29) (“Apa tidak mengerti jika Mbok Wasinah itu sudah janda dan hidupnya susah. Kalau berniat mencuri itu di kampung lain, jangan buat rame di kampung kita,...!” komentarnya Bagyo).
Balekna Dhuwitku
Nanging sedina sawise layon disarekake, ana tanggane Jarwa sing jenenge Pak Tukiran, teka ngomah, lan ngaku menawa motangake dhuwit limangatus ewu menyang almarhumah. (PS, no 5 hal 42) (Tetapi sehari setelah jasad dimakamkam ada tetangganya Jarwa yang namanya Pak Tukiran, datang kerumah, dan mengaku jika meminjamkan uang ke almarhumah). Dumadakan keprungu rame-rame gegeran. Opyaking pawarta Sriyanti ngendhat mati nggantung.(PS, no 5 hal 42) (Tiba-tiba kedengaran ribut ramairamai. Ada kabar Sriyanti mati gantung diri). Malah sesasi sabubare kuwi, ana lelakon kang nggegirisi. Pardi tukang bakso surungan, nalika wayah bengi mubeng kampung ngiderake baksone... (PS, no 5 hal 43)
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan tokoh
“Pak
dengan Tukiran,
Jarwa, Sriyanti, Pardi.
187
(Malah satu bulan setelah itu, ada kejadian yang menakutkan. Pardi tukang bakso keliling, ketika waktu malam keliling kampung menawarkan baksonya).
Siluman Asu
“Aku weruh siluman asu mau bengi, nalika lagi metu menyang mburi omah,” celathune Yanto Gering. (PS, no 9 hal 42) (“Aku melihat siluman anjing tadi malam, ketika aku sedang keluar kebelakang rumah,” kata Yanto Gering).
Kata ganti orang pertama ditunjukkan
dengan
tokoh “aku” dan kata ganti
orang
ditunjukkan
ketiga dengan
“Yanto Gering, Jono, Pak Aku dhewe dadi penasaran ngenani Hardi. anane siluman asu sing dadi omongane warga. (PS, no 9 hal 42) (Aku sendiri jadi penasaran mengenai adanya siluman anjing yang jadi perbicaraan warga). Tekan gardhu rondha, Jono lagi lunguh dhewekan karo klepas-klepus ngrokok kretek wis meh ntek sak eler. (PS, no 9 hal 42) (Sampai di pos rondha, Jono sedang duduk sendirian sambil kebal-kebul merokok kretek sudah mau habis satu batang. Awakku sing gumletak anteng ing Tegal Gunung ditemu dening Pak Hardi nalika dheweke arep menyang sawahe lan ngliwati gumuk mau. (PS, no 9 hal 44) Badanku yang terkapar diam di Tegal Gumuk ditemukan oleh Pak Hardi ketika beliau mau ke sawahnya yang melewati gumuk tadi).
188
Menungsa Tekek
Wis wolung wulan iki Wahyu lan si Indri sisihane manggon ana omah kontrakan....(PS, no 10 hal 29) (Sudah delapan bulan ini Wahyu dan Indri istrinya tinggal di rumah kontrakan).
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan
dengan
tokoh “Wahyu, Indri, Pak Wangsa, Mbok Iyem, Pak Kabul.
“Pak Wangsa tanggane sing pensiunan pegawe pabrik kapal kandha.....(PS, no 10 hal 29) (“Pak Wangsa tetangganya yang pensiunan pegawai pabrik kapal berkata...) Saking olehe njaga kandhutane sisihane, Wahyu golek pembantu setengah tuwa kang jenenge mbok Iyem. (PS, no 10 hal 30) (Dari menjaga kandungan istrinya, Wahyu mencari pembantu setengah tua yang bernama mbok Iyem). “Dene Pak Kabul anane mung pasrah bongkokan. (PS, no 10 hal 30) (Sedangkan Pak Kabul hanya pasrah menerima).
Selingkuh Karo Lelembut
Bebrayan antarane Susila lan Srikandhi atut-runtut. Malah anake wedok kang tinegeran jeneng Puput, wis umur wolung taun. (PS, no13 hal 42) (Kehidupan antara Susila dan Srikandhi rukun. Malah anaknya yang perempuan yang diberi nama Puput sudah umur delapan bulan). Gek pengawase oleh pak Godheg wong Batak kang pancen kaloka yen kejem....(PS, no 13 hal 42) (Ketika pengawasnya dapat Pak
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan
dengan
tokoh “Susila, Srikandhi, Puput, Pak Godheg, Pak Digda, Pak Dhadhang, Pak Kyai Ngalim.
189
Godheg orang Batak yang memang terkenal kejam). “Wonten mriki!! Halah saestu kok.!! Nggih ta pak Digda??” pitakone Pak Dhadhang, njaluk paseksen satpam sijine. (PS, no 14 hal 29) (“Di sini!! Halah benar kok.!! Ya kan Pak Digda??” tanya Pak Dhadhang, meminta saksi satpam satunya). Ganti wektu, Susila sowan marang pak Kyai Ngalim, kang kaloka bisa mangerteni lakuning lelembiut. (PS, no 14 hal 30) (Lain Waktu, Susila berkunjung ke Pak Kyai Ngalim, yang terkenal bisa mengetahui kehidupan makhluk gaib).
Yuyu Sawah
Semono uga tanggaku sing jenenge Kata ganti orang pertama Pak Mardi. (PS, no 18 hal 29) ditunjukkan dengan (Begitu juga tetanggaku yang bernama Pak Mardi). “aku” dan kata ganti orang ketiga ditunjukkan Sebab tinemu bata kang gedhe-gedhe banget, kaya kang ana ing pinggir dengan tokoh “Pak sawahe dhewe iki,”kandhane kakange Mardi, Pak Mukani, Pak Mardi kan aran Pak Mukani. (PS, no 18 hal 30) Mbah Kyai. (Sebab ditemukan batu bata yang besar-besar sekali, seperti yang ada di pinggir sawah kita ini,” kata kakanya Pak Mardi yang bernama Pak Mukani). Mbah Kyai ngendika “Ya dienteni wae, apa sing bakal kadadeyan. Mengko awakmu rak weruh dhewe ta le”.(PS, no 18 hal 30) (Mbah Kyai berkata “Ya ditunggu saja, apa yang akan terjadi. Nanti
190
kamu akan mengetahuinya sendiri nak”).
Ula Siluman
Wektu kuwi aku lagi umur 10 taun, Kata ganti orang pertama lagi kelas telu SD.(PS, no 29 hal 42) ditunjukkan dengan (Waktu itu aku baru umur 10 tahun baru kelas tiga SD “aku” (Dalam Cerita Misteri Ula Siluman Aku wiwit ngedunake kranjang. Nanging nalika arite wis arep wiwit hanya tokoh “aku” yang takbabatake, dumadakan aku weruh berperan). ing sisih kana, rada munggah maneh, katon suket-suket sing luwih ketel lan ijo-io.(PS, no 29 hal 43) (Aku mulai menurunkan keranjang. Tetapi ketika sabitnya mau memulai membabat, tiba-tiba aku melihatdi sebelah sana, agak naik lagi, kelihatan rumpu-rumput yang lebih banyak dan hijau-hijau).
Misteri Golek Kencana
“Wah...aku jan kesengsem karo golekan kencana carik srimpi Ngayogyakarta Hadingrat kagungane Pak Suhernala,”kandhane Panca drajt,, kolektor barang-barang antik marang Priyamantingan sing sengaja ditekakake menyang omahe.(PS, no 32 hal 29) (“Wah...aku benar-benar tertarik dengan boneka kencana carik srimpi Ngayogyakarta Hadiningrat punyaknya Pak Suhernala,” kata Pancadrajat, kolektor benda-benda antik kepada Priyamantingan yang sengaja didatangkan ke rumahnya). Sastragandhul kang pranyata isih lamba mau anane mung manut karo krenahe Priyamantingan. (PS, no 32
Kata ganti orang ketiga ditunjukkan
dengan
tokoh “Pak Suhernala, Pancadrajat, Priyamantingan, Sastragandhul.
191
hal 30) (Sastragandhul yang teryata masih heran tadi adanya hanya ikut dengan perintahnya Priyamantingan).
Tikungan Maut
Tikungan kuwi jarak sakkilo saka Kata ganti orang ketiga omahe Supangat. (PS, no 33 hal 42) Tikungan itu jaraknya satu kilo dari ditunjukkan dengan rumahnya Supangat). tokoh “Supangat, Pak Swara iku asale saka daleme Pak Kyai Kyai Muhammad Amru, Muhammad Amru. Piyayi kondhang Pak Suraji. ing lingkungane Supangat. (PS, no 33 hal 42) (Suara itu asalnya dari rumahnya Pak Kyai Muhammad Amru. Lelaki terkenal di lingkungannya Supangat). Jebule surat iku asale saka Pak Suraji, ketua RT ing kampunge. (PS, no 33 hal 43) (Ternyata surat itu asalnya dari Pak Suraji, ketua RT di kampungnya).
Gamelan Nyalawadi
Sore iku kaya biasane saben dina Setu aku mangkat latihan wushu ing kampus kang dumunung ing Jalan Diponegoro 52, Salatiga. (PS, no 36 hal 29) (Sore itu seperti biasanya setiap hari Sabtu aku berangkat latihan wushu di kampus yang berada di Jalan Diponegoro 52, Salatiga). Nalika aku teka, ing kono wis ana kancaku Vita lan Cindy. (PS, no 36 hal 29) (Ketika aku datang, di situ sudah ada temanku Vita dan Cindy).
Kata ganti orang pertama ditunjukkan
dengan
“aku” dan kata ganti orang ketiga ditunjukkan dengan
tokoh
“Vita,
Cindy,
Yessy,
Ratih,
David, Wingga, dan Erik.
192
Sing ana ing kono mung kari aku karo kancaku cah lima: Yessy, Ratih, David, Wingga lan Erik. (PS, no 36 hal 30) (Yang ada di situ hanya tinggal aku dan temanku lima orang: Yessy, Ratih, David, Wingga dan Erick).
Arwah Gentayangan
Satemene pangkatku ki ora endhekKata ganti orang pertama endhek nemen. (PS, no 40 hal 29) (Sejatinya pangkatku itu ya tidak ditunjukkan dengan rendah-rendah sekali). “aku” dan kata ganti Nek aku manggon kantor ngono iku orang ketiga ditunjukkan sing seneng Muis penjaga malam ana dengan tokoh “Muis, Kho kancane jaga bengi. (PS, no 40 hal 29) (Kalau aku tinggal di kantor itu yang Jiu Lan (Lany). senang Muis penjaga malam ada temannya yang berjaga malam). “Lha asmane sapa”. “Nami kula Kho Jiu Lan, parabanipun Lany”. (PS, no 40 hal 30) (“Lha namanya siapa?” “Nama saya Kho Jiu Lan dan sering dipanggil Lany”).
193
194
LAMPIRAN 8 Tabel Gaya Bahasa
Cerita Misteri
Ngoko Bermakna Denotatif
Thuyul
V
Balekna Dhuwitku
V
Siluman Asu
Krama dan Ngoko Bermakna Denotatif
V
Menungsa Tekek
V
Selingkuh Karo Lelembut
V
Yuyu Sawah
Campuran Bermakna Denotatif
V
Ula Siluman Misteri Golek Kencana
V
V
Tikungan Maut Gamelan Nyalawadi Arwah Gentayangan
V
V
195