STRESSOR AND STRESS COPING MOM AND HOUSEHOLDS THAT DO NOT WORK (DESCRIPTIVE STUDY). Sukma Ayu, Anita Zulkaida, SPsi, MSi Undergraduate Program, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id key words: stressor ABSTRACT : Goals to be achieved in this research is to identify the stressor (stressor) and stress coping housewives who are not working. In this study, researchers used a descriptive approach. Subjects in this study are housewives who do not work totaling 50 people. The data was collected using an open questionnaire, used to measure the stressors and coping scale for measuring coping with stress. To measure the stressor is done beforehand respon categorizing subjects answer the same type, then grouped by stressor (stressor) according Sarafino (1998). Of all these stressors when grouped in mind that the majority of stressors that are not housewives work are from the family, the second of the individual self, and the third from the environment or society. To measure stress coping doing validity and reliability by using Cronbach Alpha. Of the 52 items dimensions Problem Focused Coping (PFC), Emotion Focused Coping (EFC), and maladaptive Coping (MALC). At PFC dimension of 20 items tested there are 12 items that valid with a range between 0.301 to 0.605. Test reliability was obtained for 0.805. At EFC dimension of 20 items tested was obtained 19 valid items with a range between 0.321 to 0.682. Test reliability was obtained for 0.904. While at MALC dimensions of 12 tested items obtained 10 valid items that range between 0.355 to 0.632. Test reliability was obtained for 0.791. In general, research subjects using a kind of Emotion Focused Coping (EFC). After doing the Descriptive Statistics Analysis research subjects who tended to have a high EFC strategy whereby an empirical mean of 59.56, which tends to PFC strategy is with an empirical for 33.96 and MALC strategies that tend to be low with an empirical mean of 19.00. The coping strategies used by housewives to work to overcome the stressor include Problem Focused Coping (PFC) by the Active Coping and suppression of Competing Activities. For the Emotion Focused Coping (EFC) by Positive reinterpretation and growth, and Turning to Religion. The last one to maladaptive Coping (MALC) is a Mental Disengagement. Keywords: stressor, Coping stress, Thesis.
1
STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK BEKERJA
SUKMA AYU FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA
ABSTRAKSI Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui stressor (sumber stres) dan coping stress pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja berjumlah 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terbuka, digunakan untuk mengukur stressor dan skala coping untuk mengukur coping stres. Untuk mengukur stressor terlebih dahulu dilakukan pengkategorian respon-respon jawaban subjek yang sejenis, kemudian dikelompokkan berdasarkan stressor (sumber stres) menurut Sarafino (1998). Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah masalah dengan suami, masalah dengan anak, masalah keuangan, anggaran rumah tangga yang semakin mahal, masalah terhadap diri sendiri, masalah dengan pekerjaan rumah tangga, masalah keluarga, campur tangan mertua dan BBM. Dari semua stressor tersebut jika dikelompokkan diketahui bahwa mayoritas stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah dari keluarga, yang kedua dari diri individu, dan yang ketiga dari lingkungan atau masyarakat. Untuk mengukur coping stres dlakukan uji validitas dan reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 52 item dimensi Problem Focused Coping (PFC), Emotion Focused Coping (EFC), dan Maladaptive Coping (MALC). Pada dimensi PFC dari 20 item yang diujicobakan terdapat 12 item yang valid dengan kisaran antara 0,301 sampai 0,605. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,805. Pada dimensi EFC dari 20 item yang diujicobakan diperoleh 19 item valid dengan kisaran antara 0,321 sampai 0,682. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,904. Sedangkan pada dimensi MALC dari 12 item yang diujicobakan diperoleh 10 item valid yang kisaran antara 0,355-0,632. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,791. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan means/skor rata-rata jumlah subjek yang diperoleh mean PFC adalah 2,830, mean EFC adalah 3,134 dan yang terakhir mean MALC 1,973. Secara umum subjek penelitian menggunakan jenis Emotion Focused Coping (EFC). Setelah dilakukan Analisis Descriptive Statistics subjek penelitian memiliki strategi EFC yang cenderung tinggi dimana mean empiric sebesar 59,56, strategi PFC yang cenderung sedang dengan empiric sebesar 33,96 dan strategi MALC yang cenderung rendah dengan mean empiric sebesar 19,00. Adapun strategi coping yang digunakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja untuk mengatasi stressor meliputi Problem Focused Coping (PFC) dengan cara Active Coping dan Suppression of Competing Activities. Untuk Emotion Focused Coping (EFC) dengan cara Positive Reinterpretation and Growth dan Turning to Religion. Yang terakhir untuk Maladaptive Coping (MALC) adalah Mental Disengagement.
Kata Kunci : Stressor, Coping stres, Skripsi
2
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Manusia dialam dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat dipandang dari banyak segi. Manusia di dalam hidup ini, termasuk wanita selalu menginginkan peran di dalam pekerjaan maupun di lingkungan
Para ibu banyak yang mengalami dilema dalam peran yang mereka mainkan. Satu sisi mereka menginginkan untuk mengasuh anak-anak sepenuhnya, disisi lain mereka tetap ingin berkarya dan membentuk perekonomian keluarga. Kedua pilihan ini sering begitu sulit diputuskan. Akhirnya
keluarga. Di dalam tahap untuk berkeluarga,
seringkali ada ketidaksesuaian antara
wanita yang sudah memusatkan untuk
keinginan dengan kenyataan yang dijalani para
berkeluarga biasa disebut sebagai ibu rumah
ibu (Kartono, 2006).
tangga (Ibrahim, 2005).
Ada kalanya seorang wanita benar-
Ibu rumah tangga adalah suatu peran
benar ingin menjadi ibu rumah tangga seratus
yang otomatis diterima seorang wanita. Disaat
persen dengan tujuan untuk berkonsentrasi
ia mulai berkeluarga. Sekaligus melakukan
untuk mengurus, mendidik, melayani dan
kegiatan yang berpusat mengurusi, mendidik,
mengatur keluarga. Telah banyak diketahui,
melayani, mengatur, mengurus anak dan
bahwa ibu rumah tangga mempunyai tugas
suami. Sebagian waktunya berada di dalam
untuk mengurus segala keperluan atau
rumah yang memiliki tanggung jawab yang
kebutuhan rumah tangga. Pada umumnya
timbul secara spontan dan tidak dapat
wanita menganggap bahwa menjadi ibu rumah
diramalkan (Kartono, 2006).
tangga bukan suatu pekerjaan, karena seorang
P a r a w a nit a i n gi n m e m ba n g u n
wanita yang berkeluarga akan secara langsung
kehidupan ekonomi keluarga rumah tangga
menerima perannya sebagai ibu rumah tangga
yang mantap dan mapan, tetapi kadang-kadang
(Mappiare, 1983).
isteri dituntut suaminya tidak bekerja dengan
Status sebagai seorang ibu dengan
mengurus keperluan rumah tangga terutama
mencurahkan kasih sayang kepada keluarga.
pada anak-anak dan suami atau dipihak lain
Pada saat anak mulai beranjak dewasa,
ada juga keinginan isteri sendiri untuk menjadi
m i s a l n y a : u nt u k be r s e k ol a h d e n ga n
ibu rumah tangga. Kadang kala ada wanita
meninggalkan rumah satu harian dengan
telah bercita-cita bekerja di kantor dan meniti
melakukan kegiatan diluar rumah atau
karir, sebagian tidak ingin terikat oleh ruang
k a d a n g ka l a a na k da l a m s u a t u pi ha k,
dan waktu dibelakang meja dan sebagian lagi
khususnya pada masa remaja banyak anak
ada berkeinginan untuk menjadi ibu rumah
yang bosan tinggal dirumah karena banyak
tangga yang berwawasan luas dalam mendidik
pergaulan di luar rumah yang lebih menarik
anak dan keluarga (Kartono, 2006).
1
dari pada keadaan rumah sendiri (Mappiare, 1983).
perasaan yang tidak menyenangkan, akibat
Dari gambaran diatas maka seorang
tujuan yang ingin dicapai yaitu menghilangkan
ibu yang ditinggalkan anaknya untuk
atau mengurangi stres yang dirasakan oleh
bersekolah atau meninggalkan rumah ada
individu untuk mengubah stressor (Taylor
perasaan kesepian. Untuk menjadi stay at
dalam Rice, 1998).
coping, hal ini disebabkan oleh timbulnya
home mother tidak jarang melahirkan
Coping stres adalah usaha untuk
perasaan kurang puas. Kesepian merupakan
mengatur tuntutan dari lingkungan, baik dari
salah satu penyebab timbulnya stres (Goliszek,
dalam ataupun dari luar dan usaha untuk
2005).
mencari jalan keluar, untuk mengurangi stres Stres adalah suatu istilah yang secara
(Halonen & Santrock, 1999).
umum dapat menekankan reaksi psikologis
Didalam teknik stres ada 3 macam,
dan fisiologi di dalam lingkungan. Biasanya
yaitu : Problem Focused Coping yaitu
stres timbul di karenakan mandapat ancaman
mencakup bertindak secara langsung untuk
baik dalam diri individu ataupun psikologinya
mengatasi masalah atau mencari informasi
(Roediger, 1984).
yang relevan dengan solusinya, Emotion
Respon terhadap stres pada manusia
Focused Coping yaitu merujuk pada berbagai
sangat terpersonalisasikan dan bervariasi bagi
reaksi emosional negatif terhadap stres,
setiap orang bahkan pada individu pada saat-
Coping maladaptive yaitu perilaku coping
saat berbeda-beda. Gejala stres terjadi setiap
yang tidak efektif (Carver dkk, 1989)
hari. Karena itu banyak orang yang
Dari uraian diatas maka peneliti
mengabaikan dan menganggapnya sebagai hal
tertarik untuk mengetahui apa saja sumber
yang biasa. Memang banyak kondisi yang
stres dan bagaimana coping stres pada ibu
berhubungan dengan stres sehingga terasa
rumah tangga yang tidak bekerja ?
biasa. Salah satu teori stres yang paling populer menyatakan bahwa individu yang toleran terhadap stres memiliki sikap hidup yang terkendali. Di lain pihak individu yang mengalami stres merasa tidak berdaya terhadap peristiwa-peristiwa yang ada
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertuj uan untuk memperoleh gambaran mengenai sumber stres dan perilaku coping stres pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Pertanyaan Penelitian
disekitarnya, jika tidak diatasi ma ka berdampak negatif (Goliszek, 2005).
1. Bagaimana gambaran stres pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja?
Individu yang mengalami stres, maka individu tersebut akan melakukan perilaku
2
2. Mengapa ibu rumah tangga yang tidak bekerja menjadi stres?
diakibatkan adanya tantangan, kesulitan
3. Bagaimana ibu rumah tangga yang tidak bekerja mengatasi stres?
hidup yang sulit terpecahkan.
ancaman ataupun ketakutan terhadap bahaya
Pengertian Stres Manfaat Penelitian
Stres adalah suatu istilah yang secara
Penelitian ini diharapkan memiliki 2 manfaat,
umum dapat menekankan reaksi psikologi dan
yaitu :
fisiologi didalam lingkungan. Biasanya stres
1. Manfaat Praktis
timbul dikarenakan mendapat ancaman baik
Hasil penelitian ini diketahui bahwa ibu
dalam diri individu ataupun psikologinya
rumah tangga yang tidak bekerja
(Roediger, 1984).
mengalami stress dan melakukan coping
Stres adalah sebuah kata sederhana
terhadap situasi yang menimbulkan stres,
yang sudah tidak asing lagi diucapkan sehari –
sehingga para ibu rumah tangga dapat
hari oleh setiap orang dan selalu
mengambil langkah serta memilih coping
menggambarkan kondisi yang kalau dapat
yang terbaik dalam menghadapi situasi
dihindari oleh setiap orang, karena sering
stres.
berarti Collaps, Down, Shock, Panik, pingsan,
2. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
pikiran buntu, lemah ingatan, pusing dan lain sebagainya (Abdullah, 2007).
ikut memperkaya wawasan dan teori-teori
Stres merupakan kondisi jiwa atau
dari literatur yang sudah ada. Dapat
raga, fisik dan psikis seseorang yang tidak
memberi masukan bagi pengembangan
berfungsi secara normal dapat terjadi setiap
ilmu psikologi serta memberi sumbangan
saat terhadap setiap orang tanpa mengenali
yang berarti bagi ibu yang tidak bekerja
jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau
mengalami stres dan mencari coping yang
status sosial ekonomi (Christian, 2005).
sesuai, serta dapat dijadikan dasar bagi
Stres adalah hidup, tidak ada hidup
penelitian-penelitian serupa selanjutnya
tanpa stres, stres adalah teman yang senantiasa
agar peneliti yang dilakukan dimasa
bersama dengan kita (Meltzer, 2006).
mendatang lebih baik lagi. TINJAUAN PUSTAKA Stres Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami ketegangan hidup, yang
Stres adalah penderitaan jasmani, mental atau emosional yang diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda pribadi seorang individu (Mulyana, 2001). Stres adalah suatu keadaan yang muncul apabila tuntutan – tuntutan yang luar
3
biasa
atau
terlalu
banyak
mengancam
b.
Stimulus-based model
kesejahterahan atau integritas seseorang
Model stres ini memusatkan perhatian
(Prabowo, 1998)
pada sifat - sifat stimuli stres. Tiga dari karakteristik penting dari stimuli
Berdasarkan uraian di atas dapat
stres adalah :
disimpulkan bahwa stres adalah suatu proses
(1) Overload
kognitif berupa persepsi yang terkondisi secara
Karakteristik ini diukur ketika
subjektif terhadap suatu sumber atau keadaan
sebuah stimulus datang secara
yang dinilai memberi tekanan, rangsangan dan
intens dan individu tidak dapat
beban tertentu yang tidak sepadan dengan
mengadaptasi lebih lama lagi.
dirinya yang dirasakan sebagai ancaman terhadap kesejahteraan hidupnya, sehingga
(2) Conflict
mengakibatkan timbulnya respon atau reaksi Konflik diukur ketika sebuah
fisik atau psikis.
stimulus secara simultan membangkitkan dua atau lebih
Model – model Stres
respon – respon yang tidak
Menurut Cox (dalam Prabowo,1998)
berkesesuaian.
mengemukakan model pendekatan stres, yaitu
(3) Uncontrollability
: Response-based model, Stimulus-based
Uncontrollability
model dan Interactional model. a.
adalah
peristiwa – peristiwa dari
Response-based model
kehidupan yang bebas atau tidak
Stres model ini mengacu sebagai
tergantung pada perilaku dimana
sekelompok gangguan kejiwaan dan
pada situasi ini menunjukkan
respon – respon psikis yang timbul
tingkat stres yang tinggi.
pada situasi sulit. Model ini mencoba
c.
Interactional model
untuk mengidentifikasi pola – pola
Model ini merupakan perpaduan
kejiwaan dan respon – respon
antara Response-based model dan
kejiwaan yang diukur pada
Stimulus-based model. Ini
lingkungan yang sulit. Suatu pola
mengingatkan bahwa model terdahulu
atau sekelompok dari respon disebut
membutuhkan tambahan informasi
sebagai sebuah sindrom. Pusat
mengenai motif – motif individual
perhatian dari model ini adalah bagaimana stressor yang berasal dari
dan
lingkungan yang berbeda – beda
(mengatasi).
dapat menghasilkan respon stres yang
memperkirakan bahwa stres dapat
sama.
diukur ketika dua kondisi bertemu,
4
kemampuan
men gcoping Model
ini
yaitu : (1) Ketika
masalah – masalah yang disebabkan individu
oleh kondisi, lingkungan ataupun
menerima
orang di sekitar. Faktor eksternal
ancaman akan motif dan
merupakan penyebab stres yang
kebutuhan
yang
sangat menentukan. Faktor eksternal
dimilikinya. Jika telah
yang bagi kebanyakan orang pasti
berpengalaman stres sebelumnya,
menyebabkan stres. Banyak faktor
individu harus menerima bahwa
eksternal yang menyebabkan orang
lingkungan mempunyai ancaman
merasa tertekan kalau harus
pada motif – motif dan
mengalaminya. Berikut ini faktor
kebutuhan – kebutuhan penting
eksternal ,yaitu :
pribadi.
(1) Faktor Lingkungan (Evironmental Factor)
penting
(2) Ketika individu tidak mampu untuk men gcoping stressor.
Lingkungan fisik yang tidak
Pengertian mengcoping lebih
jarang menjadi stressor yang
merujuk pada kesimpulan total
serius untuk banyak orang.
dari metode personal, dapat
Faktor lingkungan fisik yang
digunakan untuk mengatasi
sering membuat stres, adalah :
situasi yang penuh dengan stres.
suasana
Coping termasuk rangkaian dari
berantakan, cahaya, ruangan dan
kemampuan untuk bertindak
ketinggian.
pada lingkungan dan mengelolah
yang
sepi,
kondisi
(2) Faktor Sosial (Social Factor) Faktor sosial menyangkut
gangguan emosional, kognitif serta reaksi psikis.
hubungan antar manusia. Hubungan sosial yang bisa
Faktor - faktor Stres
menjadi stressor diantaranya : Stres yang lengkap, yang meliputi
hubungan keluarga, hubungan
sumber – sumber stimulasi internal dan
pekerjaan, hubungan dengan
eksternal, “Stres menunjukkan kepada segenap
orang banyak, dan hubungan
proses, baik yang bersumber pada kondisi –
dengan orang yang bermasalah.
kondisi internal maupun lingkungan eksternal yang menuntut penyesuaian atas organisme” (Christian, 2005), yaitu : a.
Faktor Eksternal Stres juga sering dihubungkan dengan
5
(3) Faktor Lembaga (Institutional
peristiwa besar kehidupan adalah
Factor)
: menikah, pindah rumah,
Baik itu masyarakat primitif
mempunyai anak atau keluarga,
dengan adat istiadatnya, maupun
dan tidak ada pekerjaan.
masyarakat modern dengan
(5)
Gangguan Sehari – hari
berbagai aturan dan kode
Setiap
perilakunya,
lembaga
gangguan dalam kegiatan kita.
memainkan peranan penting bagi
Stres akibat gangguan harian ini
kehi dupan setiap indivi du.
ternyata juga membawa berbagai
Hubungan
masalah
keduanya
mempengaruhi. mewarnai
saling
menemukan
lain,
seperti
terganggunya relasi dengan
Individu
lembaga
kita
orang
sementara
lain
hingga
gangguan
lembaga menjadi struktur yang
kesehatan. Faktor penyebab stres
menentukan kehidupan seseorang
akibat gangguan sehari – hari.
individu.
Sayangnya,
banyak
b.
Faktor Internal
perangkat lembaga yang pada
Stres
sering
dihubungakan
akhirnya menjadi sumber stres
dengan “perasaan”. Stres juga
yang berat.
sering dikaitkan dengan “pikiran”. Ketika menganggap
(4) Peristiwa Besar (Major Life Events)
stres sebagai akibat dari perasaan
Peristiwa besar dalam kehidupan
dan perasaan pikiran yan buruk,
bisa menyebabkan stres, terlepas
maka kita berbicara stres yang
apakah
itu
positif
diakibatkan dari diri sendiri atau
atau
negatif
faktor internal. Beberapa faktor –
(menyedihkan). Artinya setiap
faktor internal penyebab stres
peristiwa besar pada hakikatnya
sering ditemukan. yaitu :
peristiwa
(menyenangkan)
adalah stressor. Untungnya stres
(1) Keturunan (Hereditary)
akibat peristiwa seperti itu
Seorang psikiatri senior dari John
biasanya bertahan antara setahun
Hopkins University School of
hingga dua tahun saja (jadi
Medicine di Amerika Serikat,
berbeda
pengalaman
mengatakan walaupun tidak ada
traumatis yang bisa berlangsung
jaminan apa yang dimiliki orang
seumur hidup). Beberapa faktor
tua di turunkan kepada anak –
stres yang berhubungan dengan
anak, namun stres yang dialami
dengan
6
orang tua membuat anak berada
berkepanjangan bagi pasangan
pada resiko yang lebih besar
yang
untuk juga terkena stres,
Keyaki nan akan dosa juga
selanjutnya menjelaskan kalau
membuat orang stres karena
orang tua yang selalu stres secara
telah berbuat dosa (khususnya
tidak sengaja juga mengajarkan
Dosa Besar). Soal sistem
anak – anaknya untuk mudah
kepercayaan ini memang hal
stres ketika menghadapi
yang rumit, tetapi dengan analisa
tantangan hidup.
dan introspeksi akan ketahuan
tidak
dikaruniai
anak.
(2) Kepribadian (Personality Trait)
bahwa stres yang diderita, salah
Ada beberapa teori tentang
satunya bisa jadi datang dari
kepribadian. Untuk stres, teori
sistem kepercayaan yang dianut.
yang
Masalahnya, sistem kepercayaan
relevan
ialah
tidak mudah untuk dirubah.
teori kepribadian tipe A dan Tipe B.
Bahkan kalau di yakini sebagai
Tipe ini memberi manusia ke
kebenaran, hal ini mustahil untuk
dalam dua tipe kepribadian. Tipe
dirubah.
A dicirikan dengan watak yang kompetitif,
mudah
(4) Pengalaman Masa Lalu (Past Experience)
gelisah,
mudah marah, tidak sabaran,
Tidak semua orang mengalami
perfeksionis. Sedangkan tipe B
kehidupan yang mulus rata.
yang ditandai dengan sikap
Banyak yang suatu waktu dalam
merendah, tenang, santai dan
hidupnya pernah mengalami hal
kelihatan lebih menikmati hidup
– hal buruk. Peristiwa yang
dan tidak terburu – buru. Tipe A
menyakitkan di masa lalu pada
dinilai lebih buruk daripada tipe
akhirnya menyebabkan trauma
B, terutama dalam kaitannya
dan luka yang berkepanjangan.
dengan penyakit dan stres.
Pengalaman itu sendiri ada yang ringan ada juga yang berat.
(3) Sistem Kepercayaan (Belief System)
Pengalaman
pahit
masa
lalu
m e n da t a n g k a n t r a u m a d a n
Banyak kepercayaan yang menyebabkan orang menderita
trauma memang membuat stres
stres. Keyakinan bahwa setiap
dan bahkan ketakuatan.
keluarga harus memiliki keturunan akan membuat stres
7
cenderuing dipandang sebagai situasi yang menimbulkan stres.
Selain faktor-faktor stres diatas, penilaian terhadap situasi yang dianggap stresful bergantung pada dua faktor, yaitu
Harapan
(3)
faktor individu/personal dan faktor
mengenai
lingkungan/situasi (Lazarus, 1976). a.
(desirability of the situation)
Faktor personal/individu
Kejadian yang tidak berharap
Yang tercakup dalam faktor personal
terjadi dapat menimbulkan stres,
intelektual, motivasi dan karakteristik
namun bukan berarti kejadian
kepribadian. Salah satu contoh yang
yang diharapkan tidak mengkin
berkaitan dengan self esteem adalah
menimbulkan stres. Sarafino
individu yang mempunyai self esteem
menjelaskan bahwa masing-
tinggi cenderung berkeyakinan bahwa
masing situasi memiliki tuntutan
dirinya punya sumber daya yang
tersendiri yang dapat membebani
cukup untuk dapat memenuhi segala
atau melebihi kemampuan
tuntutan,
individu.
sehingga
situasi
lebih (4)
dipersepsikan sebagai tantangan daripada ancaman. b.
situasi
Kemampuan untuk mengontrol sumber stres
Faktor situasi/lingkungan
U s a ha u nt u k m e r u b a h at a u
Beberapa hal yang terkait dengan
menghambat sumber stres. Orang
situasi yang mempengaruhi penilaian
cenderung mengganggap bahwa
individu terhadap stres adalah :
situasi yang tidak terkontrol akan
(1) Tuntutan dan desakan yang kuat
lebih mudah menimbulkan stres
Suatu situasi lebih menimbulkan
daripada situasi yang terkontrol.
stres apabila melibatkan adanya
Ada dua tipe kontrol , yaitu
tuntutan dan desakan yang kuat.
kontrol tingkah laku dan kontrol
(2) Transisi kehidupan
kognitif. Dengan kontrol tingkah
Penggeseran dari satu fase ke
laku
fase berikutnya dalam kehidupan
mempengaruhi
seseorang, yang ditandai dengan
ditimbulkan dari suatu kejadian
berbagai kejadian yang
dengan melakukan tindakan
menimbulkan
dan
tertentu. Contohnya : individu
tuntutan baru dalam kehidupan.
yang mengalami sakit kepala
Transisi kehidupan juga
tidak akan terlalu merasakan
perubahan
individu
dapat
akibat
yang
stres apabila ia punya kemampuan melalukan sesuatu
8
untuk menghilangkan sakit
ketidakjelasan sumber daya yang
kepala tersebut. Sementara
dimiliki untuk memenuhi
d e n g a n m e l a k u k a n k o n t r ol
tuntutan. Pada jenis ambiguitas
kongnitif, individu dapat
ini, efeknya terhadap stres bisa
mempengaruhi suatu situasi
berbeda-beda,
dengan menggunakan strategi
bergantung
pada
kepribadian,
mental. Misalnya dengan
keyakinan
dan
pengalaman
mengalihkan perhatian dari
seseorang.
sumber stres atau mengatur
karena
sangat
(6) Kontrol Personal
rencana untuk mengatasi sumber
Faktor
stres.
perbedaan individu dalam
(5) Ambiguitas
yang
mempengaruhi
bereaksi terhadap stres adalah
(ketidakjelasan
situasi)
kemampuan
individu
untuk
Ambiguitas mempunyai pengaruh
memprediksi atau mengontrol
dalam penilaian terhadap situasi
situasi stres. Apabila individu
stres namun tergantung dari tipe
tidak mampu mengontrol situasi
ambiguitas yang muncul. Ada
stres maka reaksi yang muncul
tiga tipe Ambiguitas atau
akan semakin kuat. Dukungan
ketidakjelasan, yaitu
sosial dari teman maupun keluarga dapat menjadi sumber
k e t i d a kj e l a s a n p e r a n ( r o l e
kontrol bagi individu.
ambiguity) dan ketidakjelasan bahaya (harm ambiguity). Role ambiguity muncul apabila ada
Sumber Stres Utama
ketidakjelasan mengenai fungsi
Banyak hal dalam hidup ini yang
atau tugas seseorang. Ini bisa
dapat menyebabkan stres. Hal – hal yang
meninggalkan stres karena dapat
menjadi sumber stres atau penyebab stres pada
menyebabkan individu menjadi
diri seseorang disebut dengan stressor. Stres
tidak yakin akan tingkah laku
dapat dihindari dengan cara “mengambil
dan keputusan yang dibuatnya
jarak” dengan sumber – sumber penyebab
sendiri. Sementara ketidakjelasan
stres, atau hal – hal yang potensial menjadi
bahaya (harm ambiguity) terjadi
penyebab stres. Tetapi, tidak semua jenis
ketika ada kemungkinan
stressor memang dapat dijauhi. Dibawah ini
munculnya bahaya yang masih
akan dibahas beberapa jenis stressor utama
tidak jelas atau akibat adanya
9
dan terpenting yang harus di hindari (Goliszek, 2005), yaitu : a.
b.
itikad berdialog dalam mengatasi persoalan yang muncul.
Tidak Merasa Dihargai Kurangkan tuntutan – tuntutan untuk
Berbagai Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi
menerima penghargaan dari pihak
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
lain atas apa yang sudah dilakukan.
adalah stressor yang ganas.
Usahakan untuk secara pribadi
Penyebabnya adalah harus diketahui
menikmati hasil kerja atau daya
secara pasti. Orang sering gagal untuk
upaya dengan kebanggaan
memenuhi kebutuhan lebih
sewajarnya. Walaupun orang lain
disebabkan “tidak tahu diri”.
mengesankan sikap tidak peduli
Menghendaki sesuatu yang berada di
dengan hasil yang dicapai, yakinkan
luar jangkauannya. Maka, mengerti
orang itu hanya pura – pura.
dan memahami kemampuan diri
d.
adalah hal yang mutlak diperlukan
Ti dak Memi liki T uj uan
agar tidak selalu kecewa.
Keadaan merasa tidak memiliki e.
tujuan sangat potensial menjadikan
c.
Kebosanan
stres. Maka lakukanlah sesuatu
Rasa bosan lantaran situasi yang
dengan sebelumnya memikirkan dan
monoton dan bagi tidak mengalami
merenungkan secara seksama dan
tahap perbaikan bisa menimbulkan
mendalam. Pertimbangkan baik
stres berlarut – larut. Untuk
buruknya, plus-minusnya, peluang
mengatasi memang tidak mudah.
atau hambatan yang ada.
Tetapi, situasi tersebut dapat di
Persoalan Keluarga
kurangkan
dengan
cara
Mustahil untuk sepenuhnya selama
mengeluhkesahkannya pada orang
hidup bisa terbebas dari persoalan
terdekat tanpa harus terlalu
keluarga. Tetapi, tidak mungkin juga
membebani lawan atau kawan bicara.
kalau orang terus menerus di paksa
Berdoa atau tindakan sejenis yang
berkutat dengan persoalan keluarga
dirasa mampu mendekatkan diri pada
tanpa akhir. Kunci untuk
tuhan di sarankan untuk ditempuh
mengurangkan
guna mengurangi beban.
kemungkinan f.
utama adalah keterbuka an dan
Perubahan yang Terlalu Sering Terjadi
kesedihan untuk selalu mewujudkan
Situasi ini merampas energi melalui
munculnya persoalan keluarga yang
tuntutan bahwa kita harus mampu beradaptasi dengan situasi mapan
10
c.
yang menjadi berubah. Perubahan
g.
Konflik
muncul bisa disebabkan oleh faktor
Suatu situasi atau kondisi yang
dari luar ataupun dari dalam diri
menuntut hal-hal yang bertentangan
sendiri.
antara satu dengan yang lainnya.
Rasa Tidak Aman
d.
Stimulus yang berlebihan
Ini lebih mudah untuk diatasi jika
Lingkungan yang bising atau panas,
memiliki partner atau teman tetap
tugas yang terlalu banyak atau beban
dalam hidup, kawan dekat atau
yang terlalu tinggi.
sahabat.
Berfikir
secara
rasional,
e.
Stimulus yang kurang
mengembangkan kemandirian akan
Terlihat pada situasi yang menoton
sanggup untuk melenyapkan rasa
dan repetitif sehingga menyebabkan
tidak aman.
kebosanan dan perasaan tidak berarti.
Selain pendapat Goliszek, dibawah
Sarafino (1998), dalam bukunya
ini sumber-sumber stres menurut Coper &
Health Psychology mengatakan bahwa sumber
Appley, meliputi :
stres terdiri dari 3 macam, yaitu :
a.
Stimulus asing atau baru
a.
Terdapat dalam situasi-situasi yang belum
b.
dikenal
atau
asing
Stres dari dalam diri sendiri (Sources within the person)
yang
Tingkat stres tergantung seberapa
ditimbulkan oleh perubahan-
besar suatu aktifitas memerlukan
perubahan yang sifatnya mendadak
kekuatan fisik, sumber stres lain
dan dratis sehingga individu yang
berasal dari dalam diri adalah adanya
terkena belum siap untuk beraksi
k o nf l i k y a n g t i m b ul pa d a di r i
secara cepat.
seseorang karena adanya kepentingan
Stimulus Ambigous
yang berlawanan. Misalnya :
Situasi atau stimulus yang penuh
kelemahan atau ketidaksiapan secara
dengan ketidakpastian atau bersifat
fisik.
samar sehi ngga indivi du yang
b.
bersangkutan sulit menentukan sikap dan tindakan.
Stres dari dalam keluarga (Sources in the family) Keluarga Merupakan salah satu sumber stres. Kecemasan terhadap keadaan keluarga dirumah dan rasa rindu pada keluarga bisa menimbulkan stres. Misalnya :
11
perasaan kangen terhadap keluarga yang berada dikampung halaman.
b.
Gejala Psikis. Adapun yang termasuk gej ala stres bersifat psikis antara lain
c. Stres dari lingkungan dan pekerjaan
adalah : gelisah atau cemas, kurang
(Sources in the community and
bisa berkonsentrasi belajar atau
society)
bekerja, sering melamun, sikap masa dengan
bodoh, sikap pesimis, selalu murung,
lingkungan dan pekerjaan yang
malas bekerja atau belajar, bungkap
dialami oleh orang dewasa. Pada
seribu bahasa, hilang rasa humor dan
faktor lingkungan yang melibatkan
mudah marah atau bersikap agresif,
tuntutan tugas dan tanggung jawab
seperti kata – kata kasar yang
terhadap
menghina,
Stres
yang
berhubungan
kehidupan
menyangkut
keselamatan seseorang.
atau
menempeleng,
menendang, membanting pintu dan suka memecahkan barang – barang.
Jadi stressor dapat disimpulkan sebagai kondisi fisik dan lingkungan sebagai
Stres yang tidak diatasi secara selektif
mangancam merusak, membahayakan yang
dapat menimbulkan berbagai dampak baik
menghasilkan perasaan tertekan.
secara fisik maupun psokologis, walaupun
Gejala – gejala Stres Guna mengetahui apakah seseorang
dampak stres tidak selalu buruk. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan Atwater (1999) membagi stres menjadi 2 bagian :
itu sedang mengalami stres, bisa di lihat dari
a.
beberapa gejalanya. Oleh para ahli gejala –
Merupakan stres yang memiliki
gej ala tersebut dapat di kelompokkan kepada
dampak positif kar e na mampu
dua macam, yaitu : gejala fisik dan gejala
mendorong individu untuk melakukan
psikis (Abdullah, 2007). a.
Eustress
hal yang terbaik untuk menghadapi
Gejala Fisik. Yang termasuk gejala
masalahnya.
stres bersifat fisik antara lain adalah :
b.
sakit kepala, darah tinggi, sakit
Distress Merupakan stres yang berdampak
jantung atau jantung berdebar –
negatif
debar, sulit tidur sakit lambung,
yang
memerlukan energi,
menyakitkan bahkan dapat
mudah lelah, keluar keringat dingin,
menyebabkan kematian. Ada 2
kurang nafsu makan, sering buang air
bentuk distress depresi dan
kecil.
kecemasan. Tanda-tanda depresi antara lain adalah munculnya rasa
12
berfikir untuk mati, sulit tidur, sering
stressor atau respon dari stres (Kapplan dkk , 1993).
menangis, merasa bersalah dan
Coping adalah cara individu
merasa tidak mampu bangkit kembali.
mengatasi stressor maupun dirinya sendiri.
Sementara tanda-tanda kecemasan
Coping juga diartikan sebagai usaha aktif atau
adalah sering merasa tegang,
pasif untuk merespon situasi yang mengancam
khawatir, mudah marah dan sering
dengan berusaha mengubah ancaman atau
merasa takut.
mengurangi ketidaknyamanan (Lazarus,
sedih, kesepian, merasa tidak berarti
1976). Coping Stres Coping adalah sebagai respon atas
Pengertian Coping Coping stres adalah kesanggupan untuk melawan stresor Lazarus dan Folkman (Abbas, 2005).
kejadian/situasi penuh stres yang merupakan proses yang diperluas sepanjang waktu. Dengan coping, usaha baik kognitif maupun perilaku diarahkan untuk master, toleransi,
Coping stres adalah peraturan beban dari keadaan sekitar atau usaha untuk memecahkan masalah tentang stres yang
m e n g ur a n gi a t a u m e m e n u hi t u nt ut a n permintaan lingkungan yang membebani atau kemampuan seseorang (Rice, 1998).
sedang dihadapi dalam kehidupan dan mencari Berdasarkan dari definisi di atas
jalan untuk menguasai atau mengurangi stres (Halonen & Santrock, 1999).
coping ialah usaha untuk mengatur tuntutan dari lingkungan, baik dari dalam ataupun dari
Coping stres adalah pemulihan kembali dari pengaruh pengalaman stres atau
luar dan usaha untuk mencari jalan keluar, untuk mengurangi stres.
reaksi fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan yang
Unsur-unsur Coping
sedang dihadapi (Hawari, 2007).
Coping dan stres memang saling
Menurut Nevid dkk (2005) coping
berhubungan, seperti yang dikemukakan oleh
stres adalah menghadapi masalah dan
Taylor (dalam Rice, 1998) yaitu, coping
kemampuan mengatasi stres.
adalah merupakan pengendali dari stres.
Coping adalah usaha mengubah kognitif dan tingkah laku untuk tuntutan yang
Coping dapat dibagi menjadi tiga unsur, yaitu ;
spesifik, baik dari luar dan dalam, yang
a.
Coping Respon adalah perilaku
bersumber dari individu. Pada dasarnya coping
kognitif atau fisik yang terjadi
stres adalah usaha kita untuk mengubah
sebagai respon terhadap stressor yang dipersepsikan dan diarahkan untuk
13
mengubah
kejadian
yang
ataupun mengubah kondisi
menyebabkan stres. b.
lingkungan. Cooper (1991) membagi
Coping Goal adalah tujuan yang ingin
pada 2 bentuk, yaitu tingkah laku
dicapai untuk menghilangkan atau
dan kognitif. Pada coping terpusat
mengurangi tingkat suatu stressor dan
masalah, bentuk tingkah lakunya
dapat mengubah suatu stressor. c.
Coping
Out
Come
berupa upaya untuk mengontrol
adalah
situasi yang tidak menyenangkan dan
konsekuensi langsung dari respon
memecahkan
coping, baik itu yang positif maupun
permasalahan.
Sementara bentuk kognitif dari jenis
yang negatif.
c o p i n g i ni a da l a h u p a y a y a n g
Dapat di simpulkan, bahwa pada saat
ditujukan untuk mengubah cara untuk
individu mengalami stres, maka individu
mempersepsikan
tersebut akan melakukan perilaku coping, hal
menginterprestasi situasi, misalnya
ini disebabkan oleh timbulnya perasaan yang
mengevaluasi ulang situasi atau
tidak menyenangkan, akibat tujuan yang ingin
menyusun kembali penilaian situasi.
dicapai, yaitu menghilangkan atau mengurangi
Strategi coping terpusat masalah ini
stres yang dirasakan oleh individu untuk
muncul apabila individu merasa
mengubah stressor.
bahwa sesuatu yang konstruktif bisa
dan
dilakukan untuk mengatasi stres.
Jenis-jenis Coping
Coping berpusat masalah juga Coping mempunyai 3 fungsi utama
melibatkan upaya pencarian sebanyak
yaitu mengatur emosi yang menekan dan
mungkin informasi yang dapat
mengubah hubungan yang bermasalah antara
membantu mengatasi masalah yang
individu dan lingkungan yang menimbulkan
dihadapi.
tekanan (Lazarus, 1976). Berdasarkan fungsi ini Lazarus membagi coping dalam 3 kategori besar yaitu problem-focused coping, emotionfocused coping dan maladaptive coping. a.
Aspek coping fokus masalah antara lain active coping (coping aktif), planning (perencanaan), suppression of competing
Problem Focused Coping (coping terpusat masalah)
activities (menahan aktivitas yang bersaing), restraint coping (penahan tindakan).
Coping terpusat masalah adalah
(1)
upaya untuk mengatasi stres langsung
proses pengambilan langkah aktif dengan mencoba
pada sumber stres, baik dengan mengubah masalah yang dihadapi, ,mempertahankan tingkah
Coping aktif, merupakan
laku
14
mengubah
stressor
justru memberikan hasil
atau
yang buruk.
memperbaiki pengaruhnya. Coping ini meliputi berinisiatif untuk melakukan
Emotion-focused coping Jenis coping ini bertujuan untuk
tindakan
meredakan atau mengatur tekanan
meningkatkan
langsung usaha
atau
Perencanaan,
merupakan
pemikiran
tentang
bagaimana
mengatasi
stressor.
emosional/mengurangi emosi negatif yang ditimbulkan oleh situasi. Bentuk
memutuskan coping. (2)
b.
Perencanaan
tingkah laku dari jenis coping ini misalnya
berupaya
untuk
mencari
dukungan sosial atau tambahan informasi. Sementara bentuk
melibatkan strategi tindakan,
kognitifnya
pemikiran tentang langkah
mengatasi emosi yang timbul pada
apa
dan
sebaiknya
bagaimana mengatasi
masalah, hal ini terjadi pada
adalah
berupaya
tingkat kognitif. Jenis
strategi
Emotion-focused
coping, yaitu :
saat penilaian sekunder. (3)
Menahan aktivitas yang bersaing,
merupakan
(1) S e e k i n g s o c i a l s u p p o r t f o r emotional reasons, merupakan strategi coping dalam bentuk
mengesampingkan proyek lain yang tidak bermasalah dengan tujuan supaya lebih berkosentarasi penuh pada tantangan dan ancaman yang dihadapi.
mencari dukungan moral, simpati atau pengertian dari orang lain, kecenderungan individu untuk mencari dukungan sosial untuk alasan emo sional ini dapat membuat individu yang tadinya
(4)
Penahanan merupakan hingga
tindakan, menunggu
kesempatan
yang
memadai datang, menahan diri dan tidak bertindak terburu-buru. Hal ini terjadi terutama ketika pengambilan tindakan yang tergesa-gesa
merasa tidak aman karena situasi yang menekan, menjadi merasa aman kembali. Disisi lain kecenderungan ini bisa bersifat negatif karena sumber-sumber simpati
lebih
banyak
dipergunakan sebagai jalan untuk menyalurkan perasaan individu. Hasil penelitian menunjukkan
15
bahwa jenis coping ini tidak
dianggap sebagai alat yang dapat
adaptif dalam mengatasi stres.
berfungsi sebagai alat yang dapat
Meskipun demikian jenis coping
berfungsi sebagai sumber
ini dapat menjadi sesuatu yang
dukungan emosional dan agama
positif bila dukungan sosial yang
dianggap sebagai alat mengatasi
diperoleh individu membuat ia
distress emosi yang memandang
termotivasi untuk menghadapi
stres yang dihadapai sebagai
dan mengatasi stres secara aktif.
peristiwa yang ada hikmahnya.
(2) Positive reinterpretation and
(5)
Acceptance,merupakan
growth, merupakan suatu bentuk
kebalikan dari denial dan
coping dengan cara menilai
merupakan perilaku coping yang
situasi secara positif. Selanjutnya
penting pada situasi dimana
penilaian ini dapat mengarahkan
seseorang harus menerima atau
individu untuk melakuka n
menyesuaikan
problem-focused
tindakan
diri
dengan
keadaan yang dialaminya.
coping. Namun ada juga ahli
Namun acceptance bukan
yang berpendapat bahwa jenis
merupakan perilaku coping yang
coping ini lebih bertujuan untuk
adaptif pada situasi dimana
mengatasi emosi-emosi negatif
sumber stres dapat diubah secara
dari stres yang dialami individu
mudah karena itu kedudukan
dan bukan untuk mengatasi
acceptance sebagai perilaku
sumber stres.
coping yang adaptif dan fungsional masih dipertanyakan.
(3) Denial, merpakan usaha untuk menolak kehadiran sumber stres atau
bertindak
seolah-olah
sumber stres tersebut tidak nyata.
c.
Coping maladaptive (1) Focusing on and venting of emotion
(4) Turing to religion, yaitu kembali
Kecenderungan ini dilakukan
berpaling pada agama apabila
individu untuk mengatasi distress
seseorang berada dalam keadaan
yang dialami dengan cara
stres. Perilaku coping ini cukup
mengungkapkan segala keluh
penting sifatnya bagi sebagian
kesah, kekesalan dan seluruh
besar individu. Alasan individu
emosi negatif yang dirasakannya.
beralih
Strategi ini dapat berfungsi baik
keagama
ketika
bila waktu yang diperlukan untuk
mengalami stres adalah agama
16
melakukan coping ini tidak
Jenis coping ini lebih banyak dipakai
terlalu lama periodenya. Bila
jika seseorang merasakan bahwa sesuatu yang
berlarut-larut akan menghambat
konstruktif dapat dilakukan. Adapun jenis
individu tersebut untuk
coping yang tergolong PFC adalah sebagai
melakukan coping yang adaptif.
berikut :
(2) Behavioral Disengagement Keadaan
dimana
(1) Active Coping
individu
Suatu
proses
pengambilan
mengurangi usahanya untuk
langkah-langah
mengatasi situasi stres, sampai
mengatasi stressor atau
pada situasi dimana mereka
memperbaiki akibat-akibat yang
menyerahkan untuk mencapai
telah ditimbulkan oleh stressor
tujuan yang ada karena potensi
tersebut. Untuk melakukan suatu
mereka selalu terhalang oleh
tindakan yang langsung sifatnya
sumber stres tersebut. Fenomena
u nt u k m e n g a t a s i s t r e s s o r ,
helplessness, dimana individu
meningkatkan usaha-usaha yang
merasa tidak berdaya mengatasi
dapat dilakukan untuk mengatasi
situasi stres yang ada, akan
stres atau melakukan tindakan-
semakin dirasakan individu.
tindakan secara bertahap.
aktif
untuk
(2) Planning
(3) Mental disengagement Suatu usaha untuk melupakan
Aktivitas-aktivitas
sementara waktu masalah yang
planning berkaitan
sedang dihadapi, dengan
perencanan mengenai hal-hal
melakukan
yang
berbagai
aktivitas
dapat
dilakukan
dalam dengan
untuk
alternatif, seperti : menonton
mengatasi situasi yang dapat
televisi,
dan
menimbulkan stres. Misalnya :
sebagainya. Coping ini kurang
dengan cara merancang strategi
adaptif
dapat
untuk bertindak, memikirkan
untuk
cara yang terbaik untuk
tidur,
menghambat
berkhayal
karena individu
mengatasi masalah yang ada.
memecahkan suatu masalah atau merencanakn
Caver dkk, (1989) membagi strategi
yang
coping ini kedalam 3 golongan yang akan dijelaskan berikut ini : a.
Problem
harus
langkah-langkah dilakukan
untuk
mengatasi suatu sumber stres.
Focused
Coping (PFC)
17
(3) Suppersion Activities
of Competing
individu yang merasa tidak aman oleh stres yang dialaminya;
Mengesampingkan tugas-tugas
k e d u a d a p a t m e ni n g k a t k a n
atau aktivitas-aktivitas lain,
kemungkinan dilakukan PFC.
untuk
menghindari
(2) Positive Reinterpretation and Growth
terjadinya
g a n g g u a n d ar i s i t ua s i a t a u kejadian lain tersebut dengan
Individu menilai kembali suatu
tujuan agar indi vi du dapat
situasi yang menimbulkan stres
berkosentrasi penuh dal am
secara positif. Selanjutnya
mengatasi suatu sumber stres.
penilaian ini dapat mengarahkan individu untuk melakukan
(4) Restraint Coping
tindkan-tindakan PFC.
Suatu latihan untuk mengkontrol
(3) Denial
atau mengendalikan diri. Dalam
Menolak kehadiran sumber stres
hal ini individu menunggu saat melakukan
atau bertindak seakan-akan
tindakan, sehingga ia dapat
sumber stres tersebut tidak nyata.
yang
tepat
untuk
(4) Acceptance
mengatasi sumber stres secara efektif. b.
Suatu perilaku coping yang
Emotion Focused Coping (EFC)
penting
Coping jenis ini cenderung
seseorang harus menerima atau
digunakan
apabila
individu
tidak
dapat
pada
situasi
dimana
menyesuaikan diri dengan
mengendalikan situasi yang dihadapinya.
keadaan yang dialami
Jenis-jenis coping yang merupakan EFC yaitu
(5) Turning to Religion
:
M c C r a e d a n C o st a ( da l a m (1) S e e k i n g S o c i al S u p p o r t f o r
Carver dkk, 1989) berpendapat
Emotional Reasons
bahwa perilaku coping ini cukup
Usaha-usaha yang dilakukan
penting sifatnya untuk sebagian
individu
mendapatkan
besar individu. Individu dapat
dukungan sosial dengan cara
berpaling pada agama dalam
meminta dukungan moral,
keadaan stres, karena agama
simpati atau pengertian dari
dapat berfungsi sebagai
orang lain. Coping ini
dukungan emosi, sebagai alat
mempunyai fungsi ganda, yaitu
untuk mengartikan suatu situasi
pertama dapat menerangkan
secara positif ataupun dapat
untuk
18
validitas tidak pernah memadai
berfungsi sebagai siasat coping yang sifatnya aktif. c.
untuk dimasukkan sebagai aspek
Maladaptive Coping (MALC)
mental disengangement.
Mc Crae dan Costa (dalam Carver dkk, 1989) memandang jenis coping ini adalah
Hampir senada dengan penggolongan
tidak efektif. Adapun jenis-jenis coping yang
jenis strategi coping yang dikemukakan diatas,
termasuk maladaptive coping adalah :
membedakan 2 strategi coping menjadi active
(1) Focusing on and Venting of Emotions
dan avoidan ce coping. Active coping merupakan strategi yang dilakukan individu
untuk
untuk mengubah cara pandang mereka
memusatkan diri pada stres yang
terhadap stres, sedangkan avoidance coping
bersifat negatif, kekesalan atau
merupakan strategi yang dilakukan individu
perasaan-perasaan yang dialami
untuk menjauhkan diri dari sumber stres yang
oleh
ada, seperti menarik diri dari suatu situasi yang
Kecenderungan
individu
dan
mengungkapkan kekesalan serta
berpotensi menimbulkan stres. Avoidance
perasaan tersebut.
coping ini sebenarnya adalah suatu bentuk
(2) Behavioral Disengagement Menurunnya usaha-usaha yang dilakukan individu
dalam
mekanisme pertahanan diri yang memiliki dampak negatif bila masalah yang ada dibiarkan berlarut-larut. Mekanisme
sumber mengatasi suatu sumber
pertahanan diri ini akan menuntut kebutuhan
stres,
energi yang berlebihan dan menambah
bahkan
individu
menyerahkan untuk berusaha
kepekaan terhadap ancaman. Strategi
mencapai tujuan yang terhambat
avoidance ini dapat memberi keuntungan bila
sumber stres.
diterapkan dalam jangka pendek (Jerry &
(3) Mental Disengagement
Barbara dalam Sarafino 1998).
Jenis coping ini muncul dalam mengatasi suatu sumber stres, bahkan individu menyerah untuk berusaha mencapai tujuan yang terhambat sumber stres.
Dari berbagai jenis strategi coping stres yang ada, perlu diingat bahwa tidak ada satu strategi coping yang terbaik yang diharapkan pada semua situasi stressful. Situasi yang berbeda biasanya akan
(4) Alcohol_drug Disengagement Jenis coping ini sebenarnya diajukan sebagai aspek dari
menimbulkan stres yang berbeda sehingga strategi coping yang digunakan akan berbeda pula tergantung beberapa faktor tertentu. Ada
mental disengagement, tetapi
19
3 faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan jenis strategi coping, yaitu : a.
Kesehatan merupakan hal yang paling penting, karena dalam usaha
Faktor sosio demografis
mengatasi stres, individu dituntut
Sejumlah studi menunjukkan adanya
untuk mengarahkan tenaga yang
hubungan antara status sosial
cukup besar. c.
ekonomi dan tingkat pendidikan dengan pemilihan strategi coping tertentu. Individu dengan status
Keyakinan menjadi sumber psikologi
sosial ekonomi tinggi cenderung
yang sangat penting, seperti
menggunakan strategi coping yang
keyakinan akan nasib, yang
adaptif daripada strategi coping yang
mengarahkan individu, pada penilaian
sifatnya defensive. Individu dengan
ketidakberdayaan, yang dapat
tingkat pendidikan tinggi juga
menurunkan kemampuan strategi
cenderung menggunakan strategi
coping.
coping yang berpusat pada masalah.
d.
Perbedaan jenis kelamin juga ternyata
b.
Keyakinan atau Pandangan yang Positif
Keterampilan dalam Memecahkan Masalah
mempengaruhi pemilihan strategi
Keterampilan
coping . wanita lebih cenderung
kemampuan untuk mencari informasi,
menggunakan strategi coping terpusat
menganalisa situasi, mengidentifikasi
emosi.
masalah dengan tujuan, untuk
Faktor kepribadian
ini
meliputi
menghasilkan alternatif, sehubungan
Faktor kontekstual meliputi dua hal
dengan hasil yang ingin dicapai, dan
yaitu tuntutan yang muncul dari
pada akhirnya melaksanakan rencana,
situasi stressful dan sumber daya
dengan melakukan suatu tindakkan
sosial yang dimi liki individu,
yang tepat. e.
termasuk hubungan interpersonal dengan orang lain.
Keterampilan Sosial Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
Faktor yang Mempengaruhi Coping Stres
bertingkah laku yang sesuai dengan
M e n ur ut M u’ t a di ( 1 9 9 2) , a d a
nilai-nilai sosial yang berlaku
beberapa faktor yang mempengaruhi coping stres,
beberapa
diantaranya
yaitu
dimasyarakat.
;
Kesehatan fisik
20
e.
Dukungan Sosial
melakukan pekerjaan rumah tangga dirumah.
Dukungan ini meliputi, dukungan penentuan kebutuhan informasi dan
f.
emosional pada diri individu, yang
Masalah Wanita yang Menjadi Ibu Rumah Tangga
diberikan oleh orangtua, anggota
Masalah yang akan dihadapi wanita
k e l u a r g a , s a ud a r a , t e m a n da n
yang memilih sepenuhnya menjadi ibu rumah
masyarakat sekitar.
tangga (Frieze, 1978) adalah :
M a t e r i
a.
Tidak adanya persiapan
Dukungan ini meliputi, sumber daya
Kebanyakan anak perempuan tidak
berupa uang, barang atau layanan
mendapatkan latihan yang cukup
yang biasanya dapat dibeli.
sebelum mereka memasuki kehidupan rumah tangga, sedangkan pendidikan
Ibu Rumah Tangga
formal yang sebelumya diperoleh
Ibu rumah tangga adalah suatu peran
jarang sekali dapat diterapkan dalam
yang otomatis diterima seorang wanita di saat
memenuhi tugas – tugas rumah
ia mulai berkeluarga (Frieze, 1978).
tangganya.
Ibu rumah tangga adalah melukiskan
b.
kegiatan yang berpusat pada suatu kegiatan melayani dalam arti kata yang luas. Termasuk
Tidak terorganisasinya waktu dan aktivitas. Banyak tanggung jawab rumah
disini mendidik, melayani, mengatur,
tangga yang timbul secara spontan
mengurus untuk dinikmati orang lain atau
dan tidak dapat diramalkan.
bersama – sama untuk di nikmati oleh orang
Kehidupan ibu rumah tangga lebih
lain. Wanita menjadi sumber untuk
disesuaikan dengan tuntutan –
membahagiakan orang lain. Sebagai isteri ia
tuntutan sendiri. Tidak mudah untuk
menjadi pengasuh rumah tangga dan memberi
mengatur anak – anak tepat sesuai
pelayanan yang sangat menyenangkan kepada
dengan keinginan ibunya, misalkan
suami dan sebagian besar waktunya berada
waktu bermain atau waktu makan,
didalam rumah (Kartono, 2006).
juga waktu belajar yang tidak tepat
Berdasarkan uraian di atas dapat
menurut ibunya tersebut. Kesibukan
disimpulkan bahwa, ibu rumah tangga adalah
akan bertambah besar pada saat – saat
status yang diperoleh perempuan yang sudah
dimana anak – anak masih
menikah dan memiliki tanggung jawab
membutuhkan perhatian dari orang
terhadap suami dan anak, misalnya mengurus suami, mendidik, mengatur anak-anak, serta
21
c.
d.
tuanya, ataupun juga bila ada anggota keluarga yang sakit.
pada tugas – tugas justru kurang
Rendahnya status ibu rumah tangga
intelektualnya. Pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah tangga tidak
tangga juga kurang mendorong para
menjanjikan prestise yang tinggi.
ibu rumah tangga untuk
Masalahnya adalah pekerjaan rumah
mengembangkan
tangga lebih sering diasosiasikan
intelektualnya. Kebanyakan ibu
dengan pekerjaan – pekerjaan dan
rumah tangga mengalami kesulitan
penyediaan makanan. Akibat ibu
untuk menemukan teman sebaya dan
rumah tangga berada pada posisi
tingkat intelektual yang setara dalam
dimana masyarakat (bahkan juga
lingkungan terdekatnya, sehingga
dirinya) memandang sebagaian besar
mereka jarang mendapatkan
waktunya
kesempatan untuk mendiskusikan hal-
dihabiskan
membutuhkan
untuk
kemampuan
kemampuan
menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan
hal yang dapat menstimulasi
kasar
kemampuan intelektualnya. Dalam
yang
tidak
menuntut
kemampuan khusus.
keadaan demikian para ibu menjadi
Pekerjaan rumah tangga tidak menuntut kemampuan khusus
cenderung
untuk
mengabaikan
kemampuan intelektualnya dan terseret pada pembicaraan sehari –
Untuk melakukan pekerjaan rumah
hari.
tangga memang di tuntut tingkat e.
kematangan atau intelegensi tertentu,
Tidak ada Reward
tetapi tidak perlu terlalu tinggi.
Reward yang mungkin di dapat para
Sedangkan anak laki – laki dan anak
ibu rumah tangga adalah pujian dari
perempuan dewasa ini mendapatkan
suami dan anak – anaknya yang
pendidikan yang sama dan di tuntut
biasanya sangat jarang diberikan.
untuk
kemampuan
Justru, suami dan anak – anak pada
intelektual yang sama bila ingin
u m u m y a l e b i h m u d a h b e r e a ks i
mendapatkan penghargaan yang
terhadap hal – hal yang tidak
sama. Dapat dipahami bila pada
dikerjakan dengan cukup baik.
awalnya tidak sedikit penyesuaian
Reward pada umumnya mendorong
yang di tuntut dari para ibu rumah
para ibu untuk memilih tanggung
tangga, karena mereka selama ini di
jawabnya sebagai ibu rumah tangga
tuntut untuk mengemb angkan
adalah kepuasan yang diperolehnya
menampilkan
kemampuan, tiba – tiba di hadapkan
22
f.
dengan memberikan kebahagiaan dengan orang yang di cintainya. Isolasi sosial
menjadi sumber yang dapat membahagiakan
Karena semakin jarangnya mereka
mengatur dan mengurus rumah tangga serta
melakukan kontak dengan teman
memberikan pelayanan yang menyenangkan
sebanyanya, maka lama kelamaan
kepada suami dan sebagaian besar waktunya
terjadi isolasi sosial dan akibatnya
berada dirumah (Kartono, 2006).
orang lain. Sebagai isteri ia menjadi pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya dalam
akan menimbulkan frustasi. Orang
Dalam perannya ini, tanggung jawab
yang paling diharapkan para isteri
utamanya seorang isteri adalah memberikan
dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan fisik dan emosional bagi anak –
sosialisasinya adalah suami, tetapi
anaknya (Frieze, 1978). Ciri – ciri isteri yang tidak bekerja
para suami yang telah mengahabiskan sebagaiaan besar waktunya dikantor
adalah :
dengan orang – orang lain. Sehingga
a.
Sebagaian perempuan tidak mencari nafkah ( tidak berpenghasilan )
b.
Kegiatan sehari – seharinya adalah
kontak sosial yang mungkin dilakukan oleh para ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah dengan
berhubungan dengan kehidupan
tetangganya sekitar sesama ibu rumah
rumah tangga c.
tangga. g.
Ketergantungan pada suami Ibu rumah tangga yang tidak bekerja
Stres pada Ibu Rumah Tangga
menjadi tergantung pada suaminya baik dalam hal keuangan maupun dalam status sosial. Peran utamanya dalam masyarakat adalah menjadi isteri suaminya. Isteri Tidak Bekerja Tugas yang diberikan kepada isteri
Karena tidak bekerja, ia kurang mengenal formal relationship.
Wanita tidak dapat secara bebas memilih pekejaan dan cenderung untuk terisolasi dirumah karena banyaknya pekerjaan yang harus di selesaikan. Lebih – lebih bila tidak ada yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Isolasi ini cenderung memperkuat perasaan tidak berdaya pada
meliputi melahirkan dan membesarkan anak –
wanita yang pada akhirnya menyebabkan
anaknya di dalam lingkungan keluarga,
wanita itu lebih mudah mengalami masalah –
memasak dan memberikan perhatian kepada
masalah psikologis (Frieze, 1978).
suaminya agar rumah tangga yang tentram dan sejahtera dapat di ciptakan. Perempuan
23
Sumber Stres (stressor) dan Coping Stres Rumah Tangga yang Tidak Bekerja. Setiap
manusia
diatas maka sangat mungkin mengalami perasaan-perasaan sebagai ibu yang diabaikan
mempunyai
oleh anak-anak mereka, ibu merasa tidak
kebutuhan dasar untuk berhubungan dengan
berguna. Ibu-ibu yang pekerjaannya seputar
orang lain, oleh karena itu manusia disebut
kehidupan rumah tangga yang mengerjakan
sebagai makluk sosial. Demikianlah dengan
pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya
ibu rumah tangga, yang masih bergelut dalam
dengan menghabiskan waktu sendirian
lingkungan untuk mengurus suami dan anak-
dirumah dapat mengalami penyakit psikologis
anak, perlu adanya kontak sosial dengan orang
salah satunya adalah stres.
lain.
Stres adalah penderitaan jasmani, Umunya, wanita menganggap bahwa
mental atau emosional yang diakibatkan
menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu
interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu
pekerjaan, karena seorang wanita yang
ancaman bagi agenda pribadi seorang individu
berkeluarga akan secara langsung menerima
(Mulyana, 2001).
perannya sebagai ibu rumah tangga. Gore
Siapapun dia bahkan tua, muda, laki –
(dalam Frize, 1978) menyebutkan peran
laki, perempuan, termasuk ibu rumah tangga
sebagai ascribed role, yaitu posisi yang
dapat mengalami stres. Menurut Utoyo, Ibu
diberikan masyarakat karena karakteristik-
rumah tangga merupakan profesi mulia dan
karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
penuh tanggung jawab yang sulit tergantikan
Sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja,
oleh orang lain. Tugas yang diberikan kepada
diharapkan untuk menampilkan perannya
isteri meliputi melahirkan dan membesarkan
secara kompeten, karena itulah wanita yang
anak – anak, dalam peranan ini tanggung
hanya memiliki satu peran saja, yaitu ascribed
jawab utama seorang isteri adalah memberi
role akan lebih merasa stres jika anak dalam
pelayanan fisik dan emosional bagi anak –
suatu kondisi pergi meninggalkannya.
anaknya, selain itu ibu rumah tangga yang
Status sebagai seorang ibu dengan
tidak bekerja tidak hanya mengatur segala
mencurahkan kasih sayang kepada keluarga.
kebutuhan rumah tangga juga mengatur
Semenjak anak mulai bersekolah dan tumbuh
keperluan rumah tangganya (Kartono, 2006).
menjadi orang yang dewasa bahkan
Ibu rumah tangga adalah melukiskan
meninggalkan rumah. Orang tua termasuk ibu
kegiatan yang berpusat pada suatu kegiatan
merasa kehilangan. Ibu sering sekali merasa
melayani dalam arti kata yang luas. Termasuk
bahwa anak-anak mereka kini telah menjadi
disini mendidik, melayani, mengatur,
orang yang melupakan mereka (Mappiare,
mengurus untuk dinikmati orang lain atau
1983). Bagi ibu yang mengalami hal-hal
24
bersama – sama untuk dinikmati oleh orang
ukur berada dalam kondisi yang siap untuk
lain. Wanita menjadi sumber untuk
dianalisis lebih lanjut dan juga dapat
membahagiakan orang lain, sebagai isteri ia
mengetahui bagaimana gambaran konsep itu
menjadi pengasuh rumah tangga dan memberi
secara rinci.
pelayanan yang sangat menyenangkan kepada suami dan sebagian besar waktunya berada di dalam rumah (Kartono, 2006). Sebagai makluk sosial ibu rumah tangga membutuhkan akan hubungan dengan
Adapun alasan digunakan pendekatan deskriptif pada penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan menyajikan potret keadaan pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
orang lain. Kita membutuhkan teman dan bergaul akrab satu sama lain agar dapat saling membantu. Peneliti menganjurkan kepada ibu
Subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tida k bekerja dan mempunyai anak.
rumah tangga yang tidak bekerja agar melakukan kegiatan, bukan seputar kegiatan
BASIL PENELITIAN
rumah tangga saja tetapi kegiatan yang diluar
1.
itu semua.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping Stres Skala coping stres, disusun dengan
METODE PENELITIAN
menggunakan bentuk skala likert terdiri dari
Pada penelitian ini pendekatan yang
52 item skala coping stres yang diuji cobakan
digunakan a dalah kuant itatif berupa,
dipecah menjadi 3, yaitu Problem Focused
pendekatan deskriptif. Menurut umar (2003)
Coping (PFC), Emotion Focused Coping
pendekatan deskriptif pada umumnya
(EFC), dan Maladaptive Coping (MALC).
digunakan untuk variabel bebas atau terlibat
Pada dimensi PFC dari 20 itemyang diuji
yang berskala nominal (kategorial) dan
cobakan terdapat 12 item yang valid dan 8
ordinal. Statistik deskriptif ini berguna
item yang gugur. 12 item yang valid tersebut
khususnya pada tahap awal analisis, dengan
memiliki korelasai total item 0,30 1 – 0,605.
kata lain pendekatan ini disebut juga sebagai
Pada dimensi EFC dari 20 item yang diuji
analisis univariat yang merupakan analisis
cobakan diperoleh 19 item yang valid dan 1
yang digunakan pada satu variabel yang
item yang gugur. 19 item yang valid tersebut
bentuknya berbagai macam, seperti distribusi
memiliki korelasi total 0.32 1 – 0,682.
frekuensi, tendensi sentral seperti rata-rata,
Sedangkan pada dimensi MALC dari 12 item
ukuran penyebaran dari variabel seperti
yang diuji cobakan diperoleh 10 item yang
standar deviasi ataupun melihat gambaran
valid dan 2 item yang gugur. 10 item yang
histogram dari variabel tersebut, dengan analisis ini dapat diketahui konsep yang kita
25
valid tersebut memiliki korelasi total 0.355 –
5.
5
10 %
4
8%
sendiri
0,632. pengujian validitas ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 12,0 for
Masalah terhadap diri
6.
Masalah dengan pekerjaan rumah
windows.
tangga
Uji reliabitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi skor pada alat ukur.
7.
Masalah keluarga
3
6%
8.
Campur tangan mertua
2
4%
BBM
1
2%
50
100 %
Uji realiabitas pada penelitian ini dilakukan
9.
dengan teknik Alpha Cronbach dan diperoleh
TOTAL
angka koefisien reliabilitas 0,805 pada dimensi PFC. Pada dimensi EFC diperoleh angka 3.
koefisien reabilitas sebesar 0,904, Sedangkan
Gambaran umum urutan teratas dari tiap kategori stressor .
pada dimensi MALC sebesar 0,791. Pengujian
Jika dijabarkan lebih detail urutan
reliabilitas ini dilakukan dengan program
yang pertama dapat dilihat dari tabel dibawah
SPSS versi 12,0 for windows.
ini : 2.
Gambaran umum mengenai stressor Tabel 5. Data Stressor Urutan Teratas Tiap
ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
Kategori Stressor
Seperti ya n g di ketahui subj ek diberikan pertanyaan terbuka untuk
N O
mengurutkan 5 stressor yang dialami ibu rumah tangga yang tidak bekerja, dari keseluruhan
jawaban
tersebut
kemudian
dikumpulkan, maka dapat diketahui bahwa stressor utama yang dominan pada subjek adalah sebagai berikut :
Urutan
Jenis Stressor (dominan)
Jumlah
Stressor
1.
I
Masalah dengan suami
11
2.
II
Masalah dengan anak
18
3.
III
Masalah dengan anak
12
4.
IV
Masalah dengan suami
10
5.
V
Masalah pekerjaan
9
rumah tangga
Tabel 4. Data Stressor Utama Pada Ibu Rumah Tangga Yang Tidak Bekerja NO
Urutan Stressor I
N
Persentase
1.
Masalah dengan suami
11
22 %
2.
Masalah dengan anak
10
20 %
3.
Masalah keuangan
8
16 %
4.
Anggaran belanja
6
12 %
Deskripsi mengenai kategori subjek (sangat rendah, rendah, rata-rata atau sedang, tinggi, dan sangat tinggi) dalam dimensi PFC, EFC dan MALC pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat diketahui dengan cara perhitungan berikut ini :
rumah tangga yang semakin mahal
26
76 - 19 = 57. Dengan demikian standar deviasi a.
Dimensi PFC
sebesar 57 : 6 = 9,5. Nilai 6 didapat dari kurva
Jumlah item valid pada dimensi PFC
distribusi normal yang dibagi atas 6 wilayah,
sebanyak 12 dengan menggunakan kriteria
yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif.
nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala terkecil
Setelah mendapatkan nilai standar deviasi,
berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4. Lalu
selanjutnya mencari nilai mean hipotetik
diketahui rentang minimum yaitu nilai terkecil
dengan cara mengalikan nilai tengah dengan
dikalikan dengan jumlah item yang valid
jumlah item yang valid (2,5 x 19 = 47,5). Nilai
(1x12=12), kemudian dapat diketahui rentang
2,5 didapat dari median/nilai tengah dari
maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan
kriteria nilai yang digunakan yaitu antara 1
dengan jumlah item valid (4x12=48), sehingga
sampai 4.
dapat rentangan 12 – 48. dengan jarak sebaran
c.
Dimensi MALC
48-12 = 36. Dengan demikian standar deviasi Jumlah item valid pada dimensi
sebesar 36 : 6 = 6. Nilai 6 didapat dari kurva
MALC sebanyak 10 dengan menggunakan
distribusi normal yang dibagi atas 6 wilayah,
kriteria nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala
yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif.
terkecil berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4.
Setelah mendapatkan nilai standar deviasi,
Lalu diketahui rentang minimum yaitu nilai
selanjutnya mencari nilai mean hipotetik
terkecil dikalikan dengan jumlah item yang
dengan cara mengalikan nilai tengah dengan
valid (1 x 10=10), kemudian dapat diketahui
jumlah item yang valid (2,5 x 12 = 30). Nilai
rentang maksimum yaitu nilai terbesar
2,5 didapat dari median / nilai tengah dari
dikalikan dengan jumlah item valid (4x10=40),
kriteria nilai yang digunakan yaitu antara 1
sehingga dapat rentangan 10 – 40. Dengan
sampai 4.
jarak sebaran 40 - 10 = 30. Dengan demikian b.
standar deviasi sebesar 30 : 6 = 5. Nilai 6
Dimensi EFC Jumlah item valid pada dimensi EFC
didapat dari kurva distribusi normal yang
sebanyak 19 dengan menggunakan kriteria
dibagi atas 6 wilayah, yaitu 3 daerah positif
nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala terkecil
dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan
berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4. Lalu
nilai standar deviasi, selanjutnya mencari nilai
diketahui rentang minimum yaitu nilai terkecil
mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai
dikalikan dengan jumlah item yang valid (1 x
tengah dengan jumlah item yang valid (2,5 x
19=19), kemudian dapat diketahui rentang
10 = 25). Nilai 2,5 didapat dari median / nilai
maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan
tengah dari kriteria nilai yang digunakan yaitu
dengan jumlah item valid (4x19=76), sehingga
antara 1 sampai 4.
dapat rentangan 19 – 76. Dengan jarak sebaran
27
PEMBAHASAN Gambaran umum mengenai stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Penelitian
ini
bertujuan
untuk mengetahui stressor (sumber stres) dan perilaku coping stres pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai sumber
stres
(stressor)
utama
yang
dirasakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :
keseluruhan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena ibu rumah tangga yang tidak bekerja banyak memikirkan hal- hal yang berkaitan dengan keluarga, terutama dengan pasangan hidup yaitu dalam bidang penghasilan suami yang minim maupun ketidakjujuran suami dalam berkomunikasi. Dalam hal ini dapat memicu pertengkaran didalam berumah tangga dan membuat ibu rumah tangga kewalahan untuk menghadapi tuntutan – tuntutan dari luar. Hal ini sesuai dengan faktor stres Christian (2005) yang bersumber pada kondisi Keterangan :
internal, yaitu berkaitan dengan pikiran dan
Angka dalam % Berdasarkan diagram diatas, didapat nilai frekuensi yang paling tinggi berhubungan dengan masalah terhadap suami, yaitu sebesar 11 subjek atau sekitar 22 % dari total
28
faktor eksternal yaitu tuntutan yang kuat dari luar.
dan juga biaya hidup yang semakin mahal, disertai juga dengan keadaan krisis global.
10 subjek atau sekitar 20 % dari total
Biaya rumah tangga terikut dampaknya,
keseluruhan, umumnya menyebutkan masalah
otomatis ibu rumah tangga kewalahan
yang terjadi dengan anak. Subjek merasa sedih
menetralisir keadaan ini dan bisa membedakan
dikala anak sedang sakit, sehingga aktifitas –
kebutuhan yang harus dipenuhi atau kebutuhan
aktifitas yang sering dilakukan tertunda
yang bisa ditunda.
dengan memikirkan dan mengurus anak. Dari
5 subjek atau 10 % dari total
hasil wawancara yang dilakukan juga,
keseluruhan umumnya menyebutkan adanya
kenakalan anak atau anak yang sulit diatur
masalah terhadap diri sendiri. Masalah yang
juga dapat memicu sumber stres yang muncul.
timbul adalah merasa semua yang dilakukan
8 subjek atau 16 % dari total
untuk keluarga tidak berarti dimata keluarga.
keseluruhan umumnya mereka menyebutkan
Mereka merasa bahwa keluarga tidak peduli
dengan masalah keuangan. Keuangan yang
dengan keadaan mereka. Dari hasil wawancara
kurang dengan kebutuhan keluarga yang
mengatakan bahwa setelah anak atau suami
semakin besar, hal ini menyebabkan ibu
melakukan aktivitas masing- masing diluar
rumah tangga sulit mendahulukan keperluan
rumah, ibu rumah tangga tersebut menjadi
yang lebih penting. Ditambah lagi dengan
kesepian. H al ini dapat menimbulkan
mengandalkan suami. Dari hasil wawancara
kebosanan. Ini sesuai dengan konsep Goliszek
dengan ibu-ibu rumah tangga, sebagian besar
(2005), rasa bosan lantaran situasi yang
kebanyakan dari mereka menyebutkan jika
monoton dan bagi yang tidak mengalami tahap
tidak mempunyai uang untuk kebutuhan yang
perbaikan bisa menimbulkan stres berlarut –
mendesak, sehingga kebutuhan tersebut tidak
larut.
terpenuhi. Hal ini sesuai dengan konsep
4 subjek atau 8 % dari total
Lazarus (1994), yaitu suatu situasi dapat
keseluruhan umumnya mereka menyebutkan
menimbulkan stres apabila melibatkan
kesulitan dalam pekerjaan rumah tangga.
tuntutan dan desakan yang kuat.
Pekerjaan dirumah yang tidak ada habisnya.
6 subjek atau 12 % dari total
Beban yang banyak dan semakin berat bukan
keseluruhan umumnya menyebutkan bahwa
saja mengurus suami dan anak, tetapi
anggaran kebutuhan belanja yang semakin
mengurus mengurus rumah setiap harinya.
mahal, karena bahan pokok dipasaran yang
Pekerjaan tersebut banyak menyita waktu,
harganya semakin melonjak dan harga bahan
yang bisa digunakan untuk bersantai ataupun
makanan yang semakin tidak stabil. Dari hasil
refresing. Pekerjaan tersebut dapat membuat
wawancara dengan ibu rumah tangga dengan keadaan perekonomian yang tidak menentu
29
kebutuhan hidup, lalu ditambah dengan
rasa jenuh yang berlarut dan ditambah lagi dengan tidak ada yang membantu.
kenaikan BBM ini tarif kebutuhan semakin meningkat.
3 subjek atau 6 % dari total keseluruhan umumnya mereka menyebutkan
Dari
berbagai
stressor
yang
masalah interen dalam keluarga. Anggota
diperoleh, kemudian digolongkan berdasarkan
keluarga yang tidak mau tau dengan keadaan
pendapat Sarafino (1998), yaitu sumber yang
sekeliling, tidak saling membantu dan juga
berasal dari dalam individu, sumber berasal
sibuk dengan urusan masing- masing. Suami
dari keluarga dan sumber yang berasal dari
atau anak yang pulang kerumah tidak seperti
masyarakat atau lingkungan. Hasil
biasanya, hal ini membuat para ibu merasa
menunjukkan bahwa gambaran stressor yang
bahwa keluarga cuek terhadap dirinya. Dari
paling utama bagi ibu rumah tangga yang tidak
hasil wawancara terhadap ibu rumah tangga
bekerja dapat dilihat pada diagram berikut ini :
bahwa suami yang tidak peduli dengan keuangan keluarga, apalagi suami tidak bekerja lagi dan disamping itu anak – anak masih butuh biaya pendidikan hal ini dapat menimbulkan stres. 2 subjek atau 4 % dari total keseluruhan umumnya mereka menyebutkan masalah orang ketiga. Campur tangan orang ketiga salah satunya mertua. Mertua yang selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga, apalagi menyangkut masalah keuangan yang mengatur pendapatan anaknya. Ini membuat para isteri gerah dengan situasi ini. Mertua yang juga menganggap rendah terhadap isteri yang tidak berpenghasilan dan semua tergantung terhadap suami. 1 subjek atau 2 % dari total keseluruhan umumnya mereka menyebutkan kenaikan BBM sekarang ini menjadi kendalan menimbulkan stres. Dengan kenaikan BBM secara otomatis mempengaruhi tarif hidup keluarga yang semula sudah mencukupi
30
Kesimpulan
Keterangan :
Dari hasil analisis data penelitian
Angka dalam %
yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan Pada ibu rumah tangga yang tidak
bahwa stressor utama ibu rumah tangga yang
bekerja, sumber stres yang dianggap paling
tidak bekerja, adalah Masalah dengan suami,
utama adalah yang berasal dari keluarga,
masalah dengan anak, masalah keuangan,
urutan kedua berasal dari diri individu dan
anggaran belanja rumah tangga yang semakin
yang ketiga adalah yang berasal d ari
mahal, masalah terhadap diri sendiri, masalah
lingkungan atau masyarakat. Sumber stres
dengan pekerjaan rumah tangga, masalah
berasal dari keluarga sebanyak 34 subjek atau
keluarga, campur tangan mertua, dan BBM.
68 % dari total keseluruhan, umumnya mereka
Dari semua stressor tersebut jika
menyebutkan masalah keluarga, misalnya
dikelompokkan, bahwa mayoritas stressor ibu
berkaitan dengan suami, dengan anak yang
rumah tangga yang tidak bekerja adalah
sulit diatur, masalah keuangan didalam
sumber dari keluarga, kedua dari diri individu
keluarga dan campur tangan orang ketiga salah
dan ketiga dari sumber lingkungan atau
satunya adalah mertua.
masyarakat.
Sumber stres dari diri individu
Adapun strategi coping yang
sebanyak 9 subjek atau 18 % dari total
digunakan ibu rumah tangga yang tidak
keseluruhan, umumnya subjek menyebutkan
bekerja adalah Emotion Focused Coping,
masalah terhadap diri sendiri yang merasa
Problem Focused Coping dan Maladaptive
kesepian, tertekan, bosan, dan masalah
Coping. Untuk EFC bentuk yang paling
terhadap pekerjaan rumah tangga yang tidak
sering
ada habisnya serta anggota keluarga yang tidak
Reinterpretation and Growth dan Turning to
saling membantu. Adapun sumber stres yang
Religion. Untuk PFC dengan cara Active
berasal dari lingkungan atau masyarakat
Coping dan Suppression of Competing
sebanyak 7 subjek atau 14 % dari total
Activities. Dan yang terakhir MALC dengan
keseluruhan, umumnya mereka menyebutkan
digunakan
antara
lain
melakukan Mental Disengagement.
kenaikan BBM dan kebutuhan pangan yang semakin mahal.
31
Positive
Saran
Saran untuk penelitian lebih lanjut Berdasarkan hasil penelitian yang
Bagi
penelitian
selanjutnya
telah dilakukan, maka dapat dikemukakan
membahas bentuk coping terbaru yaitu
saran – saran sebagai berikut :
Religius Coping, diharapkan dapat melakukan
Saran untuk subjek penelitian
penelitian dengan subjek yang tidak hanya berasal dari kota besar, tapi subjek yang juga
Emotion Focused Coping ibu rumah
berasal dari daerah dan subjek sebaiknya
tangga yang tidak bekerja termasuk dalam
dibatasi pada kelompok yang lebih homogen.
kategori tinggi. Sedangkan Problem Focused Coping dalam kategori sedang. Dalam hal ini ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat meningkatkan strategi Problem Focused Coping dengan cara merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keluarga, misalnya : mengatur uang yang diberikan suami setiap bulannya dengan mengontrol pengeluaran, mana kebutuhan yang lebih penting dan kebutuhan yang tidak begitu penting. Bukan dalam hal keuangan saja yang harus direncanakan, dalam hal ini juga penting untuk merencanakan pekerjaan rumah tangga yang akan dikerjakan selanjutnya. Didalam kehidupan berumah tangga tidak jauh dengan suatu masalah, misalnya masalah dengan suami. Dengan segudang pekerjaan yang dilakukan ibu rumah tangga, yang pekerjaan sehari – harinya mengurus rumah yang tidak ada habis – habisnya ditambah lagi dengan suami yang tidak mau mengerti dengan keadaan. Jika mengalami kesulitan sebaiknya dibicarakan dengan suami secara bijaksana dan kekeluargaan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Frieze, I. (1978). The Woman and Sex Roles: A social Psychological Perspective. New York: W.W. Norton and Co.
Abbas, A. (2005). Jinakan Stres Kiat Hidup Goliszek, A. (2005). Manajemen Stress. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia.
Bebas Tekanan. Bandung : Nexx Media Inc.
Abdullah, A. (2007). Mengatasi Stres pada
Psychology Contexts and Application. New York : Mc Graw-Hill
Anak. Bandung : Kelompok Gramedia
Hawari, D (2007). Al-Quran : ilmu kedokteran jiwa & kesehatan jiwa. Jakarta : PT. Dana Bakti Prima Yasa.
Anastasi, A. & Urbina,S. Tes Psikologi : Psychological Testing 7e. (1997). Jakarta : PT Prenhallindo.
Ibrahim, Z. (2005). Psikologi Wanita. Bandung : Pustaka Hidayah.
Atwater, E & Duffy, K.G (1999). Psychology for living : Adjustment, growth and Behavior today. New Jesey : Pearson Education, Inc.
Kapplan, R.M., Sallis, J.F. & Patterson, T.L. (1993). Health and Human Behavior. New York : Mc Graw-Hill.
Azwar, S. (1997). Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Penguku ran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita (Jilid 1) : Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : Alumni Penerbit.
Lazarus, R. S (1976). Patterns of Adjustment. (3 rd ed). Tokyo Mcgraw – Hill Kagakusha, LTD.
Carver, C.S. Scheier, M.F & Weintraub, J.K. (1989). Assessing Coping Strategis : a teoritically based approach. Journal of Personality and Social Psychologi, 56 (2)
Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional.
Christian, M. (2005). Jinakan Stress : Kiat Hidup Bebas Tekanan. Bandung : Nexx, Media inc.
Meltzer, D. (2006). Strategi Mengelola Stres. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Cooper, C. & Payne, R. (1991). Personality & Stress : Individual Defferences in The Stress Process. New York : John Willy & Sons.
Mulyana, D. (2001). Komunikasi Organisasi. Bandung : PT Gramedia Rosdakarya.
Halonen, S.J., Santrock, J.W. (1999).
33
Mu’tadi, A. (1992). Konsep Reaksi Stres. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
N a r b uk o , C . & A c h m a di , A . ( 2 0 0 1) . Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Nevid, J.S., Rathus., A.S, & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga. Prabowo, H. (1998). Pengantar Psikologi Lingkungan. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Rice, P.L. (1998). Stres and Health. New Jersey : Brooks/Cole Publishing.
Roediger III, Henry. (1984). Psychologi : United States of America. Little, Brown and Company.
Sarafino, E.P. (1998). Health Psyshology. Biopsychosocial Interaction. New York : John Willey & Sons, inc
Umar. H (2003). Riset Akuntansi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
34