[97] Ibu Depresi, Anak Dihabisi Sunday, 03 February 2013 11:06
Stres bukan hanya melanda individu per individu, tapi menjadi fenomena umum di masyarakat.
Ibu membunuh anak kandungnya, saat ini bukan berita luar biasa. Terlebih saat anak masih balita tak berdaya. Deretan fakta berikut buktinya: janda berinisial AM (40), warga Desa Cikalong, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, membunuh anak kandungnya yang baru berusia sehari. Ibu tiga anak itu membunuh bayinya karena malu hasil zina (kompas, 11/1/13).
Di Samarinda, Fatimah (27) menghabisi nyawa Zaifa (5 bln), anak keempatnya, menggunakan celurit (sumber: idem). Sebelumnya, Sunari di Jakarta juga membunuh bayinya berusia 14 hari. Bayi itu pertama kali ditemukan suami Sunari, Sugino yang pulang berdagang ketupat sayur. Kepada Sugino, Sunari mengatakan, " Mas bayimu wis tak pateni (Mas, bayimu sudah saya bunuh, red)". Sementara di Manado, seorang ibu tega membunuh dua di antara tiga bayi kembarnya dengan alasan ekonomi. Duhai ibu, di mana gerangan nuranimu hingga kehilangan rasa sayang pada darah dagingmu?
Akibat Stres Sosial
Pembunuhan anak oleh ibu kandungnya merupakan tindakan yang sangat menyayat jiwa. Sangat tidak masuk akal. Pasalnya, di dunia binatang pun tak ada harimau yang menerkam anaknya. Pasti, para ibu itu menderita depresi luar biasa hingga bisa-bisanya menjadi jagal bagi buah hatinya sendiri. Lantas apa pemicunya?
1/5
[97] Ibu Depresi, Anak Dihabisi Sunday, 03 February 2013 11:06
Hal ini disebabkan menggejalanya stres di masyarakat. Stres yang bukan hanya melanda individu per individu, tapi menjadi fenomena umum di masyarakat. Pemicunya adalah semakin beratnya tekanan hidup. Bagaimana tidak, menjadi ibu rumah tangga saat ini sangat berat.
Dari sisi ekonomi, harga-harga kebutuhan pokok yang kian tak terjangkau memicu stres setiap hari. Kebutuhan uang saku anak sekolah membebani pikiran setiap pagi. Jika nafkah suami tak mencukupi, ibu-ibu dituntut kreatif memutar otak agar tetap cukup. Ada yang mengambil jalan pintas dengan berutang sana-sini, bahkan kepada rentenir. Ada yang tutup lubang gali lubang, ada yang ikut menyingsingkan lengan baju mencari sumber pendapatan tambahan. Tentu ini tekanan luar biasa bagi ibu yang sudah sedemikian banyak pekerjaan rumahnya.
Belum lagi ditambah beratnya mendidik anak-anak yang tercekoki gaya hidup bebas. Anak sekarang banyak menuntut, susah diatur, tidak patuh dan bahkan berani pada orang tua. Ini juga beban stres berat bagi ibu.
Dari sisi sosial, lingkungan masyarakat semakin cuek dan individual. Tidak ada lagi kepedulian satu sama lain sehingga keluarga-keluarga hidup masing-masing dengan segala problematikanya. Tidak ada yang empati dan sensitif ketika ada tetangga yang kekurangan, bahkan jatuh miskin. Padahal bisa jadi, di antara tetangga itu banyak yang berlebihan hidupnya.
Bahkan, hubungan kekerabatan pun semakin hambar. Sifat gotong royong dan saling menolong semakin jauh dari budaya masyarakat. Seorang ibu harus menanggung sendiri penderitaannya, tanpa dibantu karib-kerabatnya. Atau sekalipun membantu, hitung-hitungannya bersifat matematis dan materialistis. Pamrih dan harus ada timbal balik.
Teladan Buruk Kapitalisme
Faktor pemicu depresi yang utama, tentu makin keringnya masyarakat dari nilai-nilai spiritual (baca: Islam). Ditambah masih dipeliharanya budaya-budaya syirik, bahkan oleh negara. Akibatnya, rakyat tidak takut pada Allah SWT, bahkan justru meminta tolong pada selain-Nya
2/5
[97] Ibu Depresi, Anak Dihabisi Sunday, 03 February 2013 11:06
ketika menghadapi masalah. Paranormal, dukun dan ‘orang pintar’ nyatanya masih jadi rujukan.
Semua ini juga karena diterapkannya sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan oleh negara. Dalam sistem ini, negara berlepas tangan dari tanggung jawab dalam memberi jaminan ketentraman, kenyamanan dan kesejahteraan individu warganya. Negara menerapkan sistem ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kesehatan dan sosial budaya berdasar tatanan kapitalisme yang jelas-jelas hanya menguntungkan para kapital (pemilik modal). Ibarat hukum rimba, siapa yang kuat, dialah yang sejahtera.
Itulah mengapa puluhan juta rakyat negeri ini jatuh ke dalam jurang kemiskinan yang menjadi faktor utama pemicu depresi seperti di kalangan ibu-ibu di atas. Ironisnya, pejabat kelas elite memberikan teladan dan inspirasi hidup mewah yang jauh dari realitas rakyatnya. Akibatnya, rakyat makin stres karena ditekan dan dipaksa hidup sederhana, hemat dan melarat.
Utamanya di kalangan ibu-ibu, propaganda gaya hidup materialistis dan hedonis ala kalangan elite, semakin memicu depresi. Tayangan sinetron atau berita-berita infotainment yang mengekspose gaya hidup glamour, menjerat kaum ibu pada mimpi-mimpi. Akibatnya tuntutan kaum ibu atas materi semakin tinggi, hingga memicu stres di kalangan mereka jika tak terpenuhi.
Muslimah Antistres
Kaum ibu yang notabene Muslimah, mestinya tidak ikut larut dalam lingkaran depresi. Sebab, Muslimah hanya hidup dengan tuntunan Allah SWT. Muslimah selalu menjalankan hidup penuh ketawakalan kepada-Nya. Apapun masalahnya, Allah SWT sebagai tempat pelarian.
Karena itu, ibu yang taat syariah tidak takut menghadapi segala persoalan dunia. Masalah ekonomi, pasti bisa dipecahkan karena yakin akan rezeki dari-Nya.
3/5
[97] Ibu Depresi, Anak Dihabisi Sunday, 03 February 2013 11:06
Sebagai ibu, paham betul anak adalah amanah Allah SWT yang kelak menjadi investasi di akhirat. Jangan pernah disia-siakan. Ibu seperti ini tidak akan tega menyakiti anak. Karena itu, ia harus berusaha mengendalikan tekanan batinnya agar anak tidak menjadi pelampiasan. Apapun masalah anak, yakin bisa menuntaskan dengan mengacu pada model pendidikan ala Rasulullah SWT.
Masalah keluarga lainnya, semua dikembalikan pada hukum syara’. Muslimah taat tidak terpengaruh gaya hidup ala sekuler-kapitalis sehingga tidak ikut-ikutan depresi hanya karena memikirkan penampilan, kebutuhan mewah dan sejenisnya. Ia adalah Muslimah bersahaja yang senantiasa bersyukur atas karunia Allah SWT. Begitulah seharusnya, Muslimah wajib antistres.
Tegakkan Khilafah
Sungguh, kita tidak ingin lagi mendengar berita nyawa anak-anak ‘dicabut’ sendiri oleh ibu kandungnya. Karena itu, sudah saatnya kita memperjuangkan agar kaum ibu terlepas dari depresi. Satu-satunya cara dengan mengenyahkan sistem kehidupan yang tidak adil bagi kaum ibu ini, yakni sistem sekuler-kapitalis.
Saatnya menyadarkan kaum ibu untuk kembali pada sistem Islam. Saatnya berjuang menegakkan sistem Khilafah Islamiyah yang akan menjamin terpenuhinya hak-hak kaum ibu akan ketenangan lahir batin, ketentraman, keamanan, dan kesejahteraan. Wallahuálam.(kholda )
4/5
[97] Ibu Depresi, Anak Dihabisi Sunday, 03 February 2013 11:06
5/5