STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN MENGHADAPI IKLIM EKSTRIM DI INDONESIA Oleh: Bambang Sudarmanto
Assalamualaikum WW. Yang terhormat, Menteri Pertanian Republik Indonesia Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Ketua STPP Magelang Anggota Senat Akademika STPP Magelang Para Tamu Undangan Wisudawan Wisudawati beserta keluarga Serta Hadirin yang berbahagia
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia Nya, sehingga kita bisa berjumpa pada kesempatan yang sangat membahagiakan, yaitu Wisuda Sarjana Sain Terapan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang baik dari Jurusan Penyuluhan Peternakan maupun Penyuluhan Pertanian. Saya ucapkan selamat dan sukses bagi para wisudawan beserta keluarga. Pencapaian Gelar Sarjana Sain Terapan Program Penyuluhan bukanlah akhir dari perjuangan saudara, namun hendaknya dijadikan momentum kebangkitan semangat berjuang sebagai Penyuluh Pertanian, utamanya dalam menghadapi iklim ekstrim yang melanda seluruh negara, dan diharapkan dapat memberikan sumbang saran dalam meminimalisir pengaruh negatif ikim ekstrim ini terhadap sektor pertanian. Hadirin yang saya hormati, Anomali cuaca ekstrim pada dasarnya merupakan salah satu dampak dari pemanasan global (global warming), dan terjadinya kesenjangan cuaca secara ekstrim dimana satu pihak belahan dunia mengalami ekstrim basah dengan intensitas curah hujan berlebih seperti di sebagian besar Indonesia, serta di belahan dunia yang lain mengalami ekstrim kering tanpa hujan dengan periode yang relatif panjang. Ketidakpastian cuaca dan iklim menimbulkan fenomena alam seperti angin puting beliung, banjir akibat curah hujan yang sangat tinggi, panas yang sangat terik di siang hari, kebakaran hutan secara luas, pencairan es di kutub dan naiknya permukaan air laut, perubahan suhu udara secara drastis, dan fenomena alam lainnya.
Sebagian besar tanaman yang kelebihan air akibat cuaca yang ekstrim basah akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang pesat, namun pertumbuhan generatif menjadi tertunda ataupun terganggu disamping tanaman lebih rentan terhadap penyakit. Berbeda halnya dengan kondisi tanaman yang kekurangan air akibat cuaca ekstrim kering, maka tanaman akan mudah layu, pertumbuhan vegetatif terlambat, pertumbuhan generatif seperti bunga dan buah berlebih namun tidak seimbang dengan umur tanaman. Pengaruh iklim ektrim terhadap tanaman tidak hanya karena faktor air semata, namun juga kelembaban udara, suhu, angin, serta intensitas sinar matahari (Sukam, 2011). Faktor-faktor di atas berpengaruh pula pada pertumbuhan ternak dan ikan, bahkan apabila dicermati sangat berpengaruh pula terhadap kesehatan manusia karena daya tahan tubuh yang menurun Pemerintah Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap cuaca ekstrim ini dengan terbitnya Instruksi Presiden (Inpres). Pertama, memberikan fleksibilitas kepada Menteri Pertanian baik fleksibilitas musim tanam maupun intervensi hama. Kedua, memberikan fleksibilitas kepada Badan Urusan Logistik (BULOG) untuk menyuplai dan membeli beras petani pada kualitas yang beragam. Perhatian serius ditunjukkan pula oleh World Bank dan International Monetary Fund (IMF) dengan mengoreksi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara (VIVAnews, 2011). Iklim ekstrim akhir-akhir ini seakan-akan selaras dan terjawab oleh agenda besar Perserikatan Bangsa Bangsa dalam pembangunan di seluruh dunia tahun 1990-2015 yang dilansir oleh OECD (2001) dalam Mardikanto (2010), sebagai Millenium Development Goals (MDG’S) yang diantaranya berisi Eradicate Extreme Poverty and Hunger (pemberantasan kemiskinan dan kelaparan ekstrem); Ensure Environmental Sustainability (kepastian keberlanjutan lingkungan), dan Developed a Global Partnership for Development (pengembangan kemitraan global untuk pembangunan). Hadirin yang berbahagia, Antisipasi terhadap iklim ekstrim dan dampaknya terhadap sektor pertanian, serta bagaimana strategi penyuluhan harus diterapkan agar berbagai program dan target pemerintah dapat tercapai atau setidaknya kesenjangannya dapat diminimalisir. Kementan (2010), menargetkan 4 sukses pembangunan pertanian di Indonesia dan menjadi perhatian khusus: (1) swasembada dan swasembada berkelanjutan, dimaksudkan untuk mempertahankan swasembada yang sudah dicapai (beras, jagung, gula konsumsi, telur dan daging unggas), serta terus memacu produksi kedele, gula industri, dan daging sapi agar tercapai swasembada pada 2014; (2) diversifikasi pangan, dimaksudkan agar sumber pangan karbohidrat tidak hanya bergantung pada beras namun juga sumber karbohidrat lainnya seperti jagung, umbi-umbian, gandum, dan lain-lain; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, dimaksudkan agar berbagai usaha agribisnis di pedesaan dapat terus ditumbuhkembangkan sehingga tumbuh industri hilir pertanian yang berbasis sumberdaya lokal, suntikan inovasi dan
2
manajemen agribisnis, pengembangan produk, sehingga punya nilai tambah dan daya saing untuk memenuhi kebutuhan pasar baik lokal, nasional, maupun internasional; (4) meningkatkan kesejahteraan petani, dimaksudkan melalui revitalisasi penyuluhan dan kelembagaan petani, serta mendorong kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur, dan berkeadilan. Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis yang sangat besar, seperti dilansir oleh The Economics dalam The world in Figures, Indonesia adalah penghasil biji-bijian nomor 6 di dunia, penghasil beras nomor 3 setelah China dan India, penghasil kopi nomor 4, penghasil coklat nomor 3 setelah pantai Gading dan Ghana, penghasil lada putih nomor 3, penghasil karet alam nomor 4, penghasil cengkeh nomor 1, serta penghasil sawit nomor 2 setelah Malaysia (Subejo, 2007). Membahas pembangunan pertanian yang secara komprehensif sekarang ini lebih tepat dikatakan sebagai pembangunan sistem dan usaha agribisnis, memiliki arti yang sangat strategis karena pada dasarnya membahas pertanian adalah membahas kelangsungan hidup, mengingat perannya sebagai: penyedia bahan pangan, penyedia lapangan kerja, penyedia bahan baku bagi industri, sumber devisa, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bapak/ibu/hadirin yang saya hormati, Optimalisasi pemberdayaan masyarakat (community empowerment) di Indonesia sampai saat ini masih sangat diperlukan, dan dapat dilakukan melalui penyuluhan seperti yang diamanatkan oleh UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K). Upaya pokok pemberdayaan menurut Sumadyo (2001) yang disitasi oleh Mardikanto (2010), dikenal sebagai ”Tri Bina” yaitu: Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan. Bina manusia menjadi hal yang paling penting dan paling utama untuk diperhatikan, karena keberhasilan dan kegagalan, kerusakan dan kelestarian, ketidakberdayaan dan keberlanjutannya, sangat tergantung kepada manusia. Tuntutan kebutuhan hidup mengharuskan setiap masyarakat dapat berusaha, mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya manusia dalam hal ini termasuk anggota keluarga, maupun sumberdaya modal, teknologi dan sumberdaya alam dengan tidak mengesampingkan kelestarian lingkungan sebagai unsur bina yang ketiga. Agar sinergisme antar stakeholder, instansi, dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam upaya pemberdayaan dapat terwujud, maka Mardikanto (2010) menambahkannya dengan unsur bina kelembagaan sehingga secara keseluruhan dikenal sebagai ”Catur Bina Upaya Pemberdayaan Masyarakat”. Strategi penyuluhan pertanian ditujukan untuk mempercepat pencapaian empat sukses pembangunan pertanian sebagaimana kebijakan Kementerian Pertanian dengan melibatkan seluruh masyarakat untuk mendukung dan
3
berperanserta secara aktif menyukseskan program, ditengah-tengah iklim ekstrim di Indonesia akhir-akhir ini. Kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu, sedangkan strategi penyuluhan yang dimaksud tidak terikat oleh strategi penyuluhan yang disusun pemerintah pusat dan daerah, akan tetapi lebih berdasarkan pemikiran, alternatif pandangan dan pemikiran dalam mengawal kebijakan, utamanya pada situasi iklim yang tidak menentu. Strategi penyuluhan pertanian tersebut antara lain adalah: 1. Pendampingan Terstruktur (Tiered Mentoring) Sasaran penyuluhan mencakup sasaran utama dan sasaran antara, masing masing sasaran memiliki peran yang berbeda. Oleh karena itu penyuluh harus dapat secara bersama menjalankan dan mengamankan peran dengan tetap berpegang pada mekanisme pasar, sedangkan pemerintah pusat sampai daerah secara berjenjang mengarahkan sinergisme kelembagaan, baik secara vertikal maupun horizontal. Sudah menjadi rahasia umum apabila selama ini hubungan pusat dan daerah masih kurang menggembirakan, utamanya dengan diterapkannya desentralisasi kebijakan dan pembangunan, demikian juga hubungan antar sektor , antar instansi, lembaga pemerintah dan swasta di pihak lainnya, masih kurang terkoordinasi secara baik dan belum adanya harmonisasi. Pendampingan dilaksanakan secara berjenjang dan sistematis, dilaksanakan di tempat usaha atau kegiatan dilangsungkan, menyesuaikan kondisi dan kebutuhan stakeholder dengan penerapan skala prioritas, serta menjaga sinergisme setiap pelaku dan mengutamakan manfaat yang lebih besar. Prinsipprinsip pendampingan menurut Taruna (2003) dalam Istiningsih (2008), antara lain adalah: memegang martabat kemanusiaan (human dignity); pemberdayaan (empowerment); partisipasi (participation); dan keadilan (justice). 2. Program Teknologi Informasi (IT Program) Teknologi informasi yang terus berkembang secara cepat seperti penggunaan internet sebagai cyber extension dapat dimanfaatkan untuk menyukseskan pembangunan. Intinya adalah bagaimana bisa menjaring segala permasalahan yang terkait dengan pertanian (problem oriented), untuk selanjutnya ditanggapi oleh nara sumber (peneliti, penyuluh, pelaku pasar, pakar teknologi dan komunikasi, dan lain-lain), sebagai tindakan pemecahan masalah secara cepat dan akurat (action oriented). Tanggapan dari masyarakat yang luas dan konstruktif dapat digunakan sebagai indikator dukungan dan legitimasi publik terhadap kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan. Contoh negara dengan tingkat ekonomi yang tidak terlalu jauh dengan Indonesia dan telah menerapkan IT Policy dan Cyber Extension adalah India (Anonimus, 2010). Semua informasi terkait sektor pertanian dipublikasikan melalui internet, baik dalam menyampaikan inovasi maupun dalam menjaring permasalahan masyarakat. Unsur kelembagaan seperti perguruan tinggi dan lembaga penelitian, lembaga masyarakat, instansi pemerintah dari pusat sampai
4
daerah dan swasta serta kelompok tani maupun secara individu telah memanfaatkan. Sehingga tidaklah mengherankan kalau saat ini India menjadi negara produsen susu terbesar di dunia. 3. Partisipasi dalam Pemasaran Sosial (Social Marketing Participation) Pemasaran sosial adalah penerapan konsep, teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial. Proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk “menawarkan” (to do for) sesuatu kepada masyarakat, dengan pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu sendiri. Pengertian “menawarkan” di sini adalah penggunaan konsep-konsep pemasaran dalam upaya menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan yang ditawarkan dan akan dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto, 2009). Orientasi keuntungan (profit oriented) dan orientasi pasar (market oriented) ditanamkan kepada masyarakat, namun harus tetap meghargai keberagaman (diversity) dan menjaga kebersamaan (togetherness). Suatu program atau kegiatan apabila tidak berpihak atau kurang memberikan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat maka tidak akan dilaksanakan atau bahkan ditolak keberadaannya. 3. Penyuluhan Berpusat pada Masyarakat dan Lingkungan (Community and Environment Centered Extension) Prinsip dasar yang harus dipegang dalam penyuluhan adalah apa yag menjadi kebutuhan sasaran. Sejalan dengan hal ini disampaikan oleh Mawardi (2004), bahwa petani akan enggan mengikuti penyuluhan karena materinya yang tidak memberikan perubahan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, serta hanya berkisar pada persoalan umum usahatani. Selain hal tersebut tradisi dan budaya setempat juga harus dijunjung tinggi, seperti halnya bagaimana dapat mengoptimalkan teknologi yang berbasis kearifan lokal dan kearifan tradisional atau merupakan “indegenuous technology” yang digali dari pengalaman atau warisan generasi-tua. Informasi yang berasal dari masyarakat di samping telah teruji oleh waktu, juga lebih sesuai dengan kondisi setempat, baik ditinjau dari kondisi fisik, teknis, ekonomis, sosial-budaya, maupun kesesuaiannya dengan kebutuhan pengembangan komunitas setempat (Mardikanto, 2009). Penyuluh hendaknya dapat mengaitkan materi penyuluhan dengan situasi nyata lingkungan dan kehidupan sehari-hari, serta dapat memotivasi masyarakat tani (sasaran penyuluhan) untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, petani, pelaku usaha, penanam modal, serta tokoh masyarakat yang menjadi panutan masyarakat, dengan tetap berpegang pada kelestarian lingkungan hidup. 5. Penyuluhan Berdasarkan Pembelajaran Kuantum (Extension Based on Quantum Learning)
5
Penyuluhan seyogyanya dapat menerapkan model pembelajaran kuantum, yaitu mengoptimakan seluruh sumberdaya yang ada baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi, dan modal. Model pembelajaran kuantum menurut Mardikanto (2009), adalah suatu jenis atau metode pembelajaran dengan mengoptimalkan dan menyinergiskan semua sumberdaya pendidikan yang terdiri dari pendidik atau penyuluh (fasilitator), peserta didik (atau dalam hal ini penerima manfaat), perlengkapan pendidikan (instrument input), dan kondisi lingkungan (environment input). Kondisi lingkungan dalam hal ini termasuk nilainilai sosial budaya dan penggunaan waktu yang tepat. Kurang optimalnya penyuluhan diantaranya adalah terputusnya informasi dan teknologi pada salah satu unsur pendukung atau saluran komunikasi. Hasilhasil penelitian terkadang belum didesiminasikan, penyuluh belum menerjemahkannya dalam bahasa petani dan belum melakukan kaji tindak, subsistem agribisnis hulu atau agro input belum tersedia, dan lain-lain. Melalui pembelajaran kuantum maka secara komprehensif, seluruh unsur yang ada harus dilibatkan, dibenahi, dan disinergiskan. 6. Penganekaragaman Pangan (Food Diversification) Keanekaragaman pangan memiliki 2 dimensi pokok, yaitu: (1) keanekaragaman sumber bahan pangan untuk masing-masing jenis gizi yang dibutuhkan baik nabati maupun hewani, serta (2) keanekaragaman dalam pola menu konsumsi pangan sehingga memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lain-lain (Wibowo, 2010). Membahas makanan pokok, maka pandangan masyarakat lebih tertuju pada beras, hal ini sah-sah saja, namun demikian sebenarnya makanan asal jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, kentang, gadung, dan lain-lain dapat dikembangkan dan sebagai komoditas alternatif. Konsumsi beras perkapita pertahun masyarakat Indonesia sebesar 105 kg, sedangkan Malaysia 80 kg, Thailand 90 kg, atau rata-rata masyarakat dunia hanya 55 kg, namun demikian untuk bahan pangan lainnya konsumsi masyarakat Indonesia relatif rendah, seperti daging (10,2 kg), sayuran (34,7 kg), dan buah-buahan (57,7 kg) dan dalam posisi sebaliknya dengan negara-negara lainnya yang lebih tinggi konsumsinya (Kementan, 2010). Komoditas pangan asal ternak sebenarnya sangat bervariasi, kalau selama ini lebih mengandalkan daging asal sapi, ayam potong, domba dan kambing, sebenarnya daging asal kerbau, anoa, rusa, kelinci, ataupun entok (itik Manila), serta hasil perikanan darat dan laut memiliki potensi untuk terus dikembangkan, sehingga impor ternak maupun daging sapi yang selama ini sangat besar bisa diminimalisir. Program diversifikasi pangan dan gizi sebenarnya telah lama dicanangkan melalui Gema Palagung, Gema Proteina, Gema Protekan, dan Gema Horti namun demikian sampai saat ini belum dapat tercapai sesuai target. Satu lagi gebrakan alternatif untuk mendukung ketersediaan pangan disampaikan oleh Marsono (2010) yaitu penyediaan makanan fungsional, dimana pandangan masyarakat terhadap pangan hendaknya tidak sekedar mengenyangkan dan terpenuhinya zat 6
gizi, namun juga menyehatkan. Diberbagai negara makanan fungsional antara lain disebut dengan nutraceutical, vitafood, phytofood, pharmafood, designer food, dan food for specified health use. Hadirin yang berbahagia Strategi penyuluhan dalam UU nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), untuk tingkat pusat disusun oleh Menteri Pertanian dibantu oleh Komisi Penyuluhan Nasional, tingkat provinsi disusun oleh Gubernur dibantu Komisi Penyuluhan Provinsi, tingkat kabupaten/kota disusun oleh Bupati/Walikota dibantu Komisi Penyuluhan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu sekali lagi saya sampaikan bahwa alternatif dan strategi penyuluhan ini bukan untuk dipertentangkan atau dibandingkan dengan strategi penyuluhan yang telah dibuat, namun demikian saya berharap konsep ini nantinya bisa masuk dan turut melengkapi konsep yang ada, dengan harapan dapat lebih mengefektifkan program dan kegiatan yang telah dicanangkan. Penerapan di lapangan, upaya untuk mengantisipasi dampak penyimpangan iklim terhadap sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang secara umum oleh Abidin (2010), dapat dikelompokkan menjadi antisipasi secara teknis dan antisipasi sosial-kelembagaan. Antisipasi secara teknis antara lain: (1) pembuatan waduk untuk menampung air hujan, sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya banjir dan memanfaatkannya untuk irigasi atau keperluan lainnya, (2) pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir, (3) memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini dan rekomendasi pada masyarakat, (4) mempelajari sifat-sifat iklim dan memanfaatkan hasilnya untuk menyesuaikan pola tanam agar terhindar dari puso, (5) meningkatkan sistem pengamatan cuaca sehingga antisipasi penyimpangan iklim dapat diketahui lebih awal, (6) memetakan daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan untuk penyusunan pola tanam dan memilih jenis tanaman yang sesuai, (7) melakukan sistem pertanian konservasi seperti terasering, menanam tanaman penutup tanah, melakukan pergiliran tanaman dan penghijauan daerah aliran sungai, (9) pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah, air permukaan, air bendungan atau cekdam, dan air daur ulang dari saluran pembuangan, (10) efisiensi penggunaan air seperti gilir iring dan irigasi hemat air. Antisipasi sosial kelembagaan meliputi: (1) meningkatkan kesiapan dan peran serta masyarakat dalam upaya antisipatif bencana alam banjir untuk kepentingan masyarakat dan dilaksanakan secara bersama-sama dalam koordinasi yang baik dengan berbagai pihak, (2) memanfaatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan masyarakat petani, instansi pemerintah maupun swasta dalam pemakaian teknologi perkreditan sarana produksi, penyediaan peralatan dan mesin, serta pengolahan dan pemasaran hasil. Produksi pangan dengan adanya iklim ekstrim sangat terpengaruh, namun kita harus optimis bahwa target produksi di tahun 2011 akan dapat dicapai, yaitu antara lain: produksi padi 70,6 juta ton gabah kering giling (GKG); jagung 22 juta ton; kedele 1,5 juta ton; gula 3,8 juta ton; dan daging sebesar 0,45 juta ton.
7
Bapak/ibu/ saudara-saudara hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan yang membahagiakan ini saya juga berpesan dan menghimbau kepada wisudawan, bahwa berbicara penyuluhan tidak lepas dari perubahan perilaku atau peningkatan kemampuan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, yang pada kesempatan ini saya perspektifkan dengan (3H) yaitu heart, head, and hand. H yang pertama (heart), menggambarkan sikap (attitude): kita harus iklas dalam menjalankan tugas selaku penyuluh, menikmati tugas yang diemban, turut merasakan dan manjadi bagian dari masyarakat tani selaku stake holder, bekerja dengan hati untuk menghindari penyimpangan dan ketidak pedulian, serta menjadi insan yang penuh tanggung jawab. H yang kedua (head), menggambarkan pengetahuan (knowledge): Terus meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk disampaikan kepada masyarakat tani dan diterjemahkan kedalam teknologi tepat guna, berpikir secara logis, bekerja secara sistematis dan terstruktur, serta memberikan motivasi dan optimisme kerja. H yang ketiga (hand), menggambarkan ketrampilan (skill): selalu meningkatkan ketrampilan dan keahlian sehingga kinerja masyarakat tani menjadi lebih efektif dan memudahkan, melakukan aktivitas yang positif dan bermanfaat (beneficiaries), terus menyebarluaskan inovasi, serta menanamkan semangat kerja dengan berprinsip ”melakukan maka akan ada harapan”.
Selamat dan sukses kepada seluruh wisudawan beserta keluarga, Selamat manjalankan tugas kembali sebagai abdi negara Mohon maaf atas segala kekurangan Wabilahitaufiq Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum WW.
Kepustakaan: Abidin M.Z. 2010. Cuaca dan Iklim. http://www.masbied.com. Diunduh 25-022011. Anonimus, 2010. Pengalaman India Menerapkan Cyber http://wwwpenyuluhpertanian.com. Diunduh 27-02-2011.
Extension.
Istiningsih, 2008. Model Pendampingan Berbasis Among dalam Penyuluhan Pertanian Padi Organik di Sleman Yogyakarta. Disertasi Pendidikan Teknologi Kejuruan. UNY, Yogyakarta. Kementerian Pertanian, 2010. Peningkatan Kualitas Program untuk Mewujudkan Revitalisasi Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) Pertanian. http://www.deptan.go.id/bpsdmp. Diunduh 28-02-2011. Mardikanto, 2009. Sistem Penyuluan Pertanian. Sebelas Maret University Presss. Surakarta.
8
_________, 2010. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Sebelas Maret University Presss. Surakarta. Marsono, 2010. Inovasi Teknologi dalam Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan. Makalah Seminar Nasional Percepatan Diversifikasi Pangan dan Solusi Penguatan Ketahanan Pangan Nasional. STPP Magelang, 4 November 2010. Mawardi, S. 2004. Persoalan Penyuluhan di Era Otonomi Daerah, SMERU Newsletter, Jakarta. Desember 2004. Subejo, 2007. Memahami dan Mengkritisi Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia. Makalah Ilmiah pada Temu Nasional Mahasiswa Pertanian Indonesia/Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM), Dewan Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta, 15 Februari 2007. Sukam, 2011. Teknik Budidaya Pertanian di Cuaca Ekstrim. Seminar Mitra Usahatani. Magelang 24 Februari 2011. VIVAnews 2011, Iklim Ekstrim Dua Juta Lahan Baru http://hileud.com /hileudnews. Diunduh 02-03-2011.
Disiapkan.
Wibowo, S. 2010. Alternatif Solusi dalam Perwujudan dan Keanekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Percepatan Diversifikasi Pangan dan Solusi Penguatan Ketahanan Pangan Nasional. STPP Magelang 4 November 2010.
9
