STRATEGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA MELALUI SINERGI ANTARA BANK SYARIAH DAN BAZNAS Yanah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UNTAG Cirebon
[email protected]
ABSTRACT Poverty is a serious problem faced by the Indonesian state, although many efforts have been made by the government but the level of poverty is still very high. In poverty reduction efforts necessary synergy between Islamic banks with BAZNAS through zakat. Research purposes in order to know the relationship between zakat and poverty, and the approach used in order to be a synergy between Islamic banks and BAZNAS in poverty reduction efforts. The methodology used is a combination of quantitative and qualitative methods. The population in this study are 11 BUS and19 IPZ. Sampling technique used purposive sampling. Type of data used times series. Analysis tools used Pearson Correlation and SWOT analysis. Results reveal that there is a negative and significant relationship between zakat and poverty, it means if zakat funds are used for enhanced poverty reduction, the poverty has declined. Synergy between Islamic banks and BAZNAS done through the use of modern technology incharity fund raising. Regulations on permitted LAZ as charity fund managers should be revised for the zakat allocation for amil and operational costs can be reduced. Zakat should be distributed to productive program. Studies conclusion is zakat contribute to an increased MPC mustahik.
KEYWORDS: Islamic banks, BAZNAS, Zakat PENDAHULUAN Sistem ekonomi yang diakui dunia ada tiga macam, yaitu: 1) Sistem ekonomi konvensional yang mengakui hak mutlak kepemilikan individu, artinya jika seseorang ingin kaya maka harus bekerja keras dan jika seseorang hidup miskin merupakan akibat rasa malas dan disebabkan kesalahan individu tersebut sehingga orang kaya tidak bertanggung jawab terhadap orang miskin. Dengan demikian orang kaya memiliki kekuasaan mutlak dalam mengatur perekonomian. 2) Sistem ekonomi sosialis yang tidak mengakui kebebasan individu karena negara memiliki peranan yang sangat dominan dalam mengatur dan mendistribusikan hasil produksi kepada Halaman |1 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
seluruh masyarakat. 3) Sistem ekonomi islam yang mengakui adanya kepemilikan individu namun tidak mutlak, artinya jika seseorang ingin kaya maka harus bekerja keras dan tidak melakukan aktifitas yang dilarang dalam syariat Islam, akan tetapi harus ingat bahwa dalam harta yang diperolehnya terdapat hak milik orang lain, karena harta yang dimiliki orang kaya bukan semata-mata atas hasil usahanya akan tetapi merupakan titipan Allah yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat sehingga kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama, oleh karena itu negara diperkenankan untuk mengatur perekonomian agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi secara adil dan merata. Indonesia dinilai sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah, namun masalah kemiskinan terus dihadapi dan belum dapat ditanggulangi sampai saat ini, sebagai contoh provinsi Riau dikenal sebagaipemasok kebutuhan minyak bumi terbesar untuk suplai nasional dengan angka sebesar 70% dan nilai eksploitasi 1,1 juta barel per hari, namun ternyata Riau merupakan provinsi ke-13 termiskin di Indonesia. Keadaan yang sama juga dialami oleh NAD dengan cadangan gas dan minyak terbesar yang dimiliki oleh provinsi tersebut, dinilai sebagai peringkat ke-4daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak. Demikian pula dengan provinsiPapua dan Kaltim yang dikategorikan dalam daftar daerah miskin. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar masalah kemiskinan dapat diatasi, diantaranya berbagai subsidi dan bantuan langsung tunai (BLT), program beras miskin (RASKIN), kompor gratis, pemekaran provinsi dan kabupaten, PNPM-Mandiri dan masih banyak program-program pemerintah lain yang diharapkan menjadi solusi agar masalah kemiskinan dapat ditanggulangi. Berdasarkan data dari badan pusat statistik, diketahui bahwa angka kemiskinan di negara ini masih sangat tinggi, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Kemiskinan di Indonesia Tahun Jumlah Penduduk Persen Penduduk Garis Indeks Kedalaman Indeks Miskin (000) Miskin (%) Kemiskinan Kemiskinan (%) Keparahan (Rp) Kemiskinan (%) 2012 28,594.60 11.66 259,520 1.90 0.49 2011 30,018.93 12.49 233,740 2.08 0.55 2010 31,023.40 13.33 211,726 2.21 0.58 2009 32,530.0 14.15 200,262 2.50 0.68 2008 34,963.3 15.42 182,636 2.77 0.76 2007 37,168.3 16.58 166,697 2.99 0.84
Sumber : Badan Pusat Statistik (19/04/2013) Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang serius dan diperlukan sinergi dari berbagai pihak agar dapat dihasilkan solusi terbaik dari permasalahan negara Halaman |2 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
ini. Data pengangguran yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Pendidikan Tertinggi 2007 2008 yang ditamatkan Tidak pernah sekolah 94,301 103,206 Tidak tamat SD 438,519 443,832 SD 2,179,792 2,099,968 SLTP 2,264,198 1,973,986 SLTA umum 2,532,204 2,403,394 SLTA kejuruan 1,538,349 1,409,128 Diploma I,II,III/akademik 397,191 362,683 Universitas 566,588 598,318 Total 10,011,142 9,394,515
Tahun 2009
2010
2011
2012
90,471 157,586 190,370 82,411 547,430 600,221 686,895 503,379 1,531,671 1,402,858 1,120,090 1,449,508 1,770,823 1,661,449 1,890,755 1,701,294 2,472,245 2,149,123 2,042,629 1,832,109 1,407,226 1,195,192 1,032,317 1,041,265 441,100 443,222 244,687 196,780 701,651 710,128 492,343 438,210 8,962,617 8,319,779 7,700,086 7,244,956
Sumber : Badan Pusat Statistik (19/04/2013) Dari Tabel 2, dapat diketahui bahwa angka pengangguran di Indonesia masih sangat tinggi sehingga dikhawatirkan akan menjadi penyebab timbulnya berbagai tindakan kriminalitas seperti perampokan, pencurian, penipuan, penjualan narkoba dan sebagainya, sehingga diperlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak terutama untuk perluasan lapangan pekerjaan. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi antara masyarakat kelebihan dana dan masyarakat kekurangan dana, kegiatan operasionalnya berlandaskan pada sistem ekonomi Islam, antara lain tidak mengandung unsur gharar, maysir dan riba serta bidang usaha yang dilakukan harus halal, diharapkan dapat menjadi solusi alternatif dalam penanggulangan masalah kemiskinan, karena dalam bank syariah terdapat instrumen keuangan yang berupa dana zakat yang diperoleh dari nasabah pembiayaan dan simpanan. Dalam sistem ekonomi Islam menolak motif spekulasi dan perilaku tamak terhadap harta yang merupakan karakter nafsu intrinsik manusia yang cenderung sangat mencintai harta (Dewandaru,2007:2). Dalam kegiatan operasionalnya diharapkan dapat dihimpun dana zakat dari nasabah bank syariahterutama dari kalangan ekonomi menengah ke atas, sehingga dapat disalurkan untuk membantu masyarakat miskin. Menurut Dewandaru (2007:2-3), dalam sistem ekonomi syariah dijalankan fungsi penihilan atas penumpukkan harta secara berlebihan (excessive hoarding) oleh instrumen zakat, sehingga sumbersumber pembiayaan bagi perilaku ketamakan dinonaktifkan, dengan demikian, pergerakan harga akan merupakan cermin sempurna dari dinamika transaction motive yang terwujud dalam interaksi supply-demand barang riil dan tidak tersedia pembiayaan bagi aktivitas-aktivitas yang digerakan oleh speculative dan hoarding motives.
Halaman |3 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Berdasarkan data yang diperoleh dari statistik perbankan syariah (2012:1) ada 11 BUS dan 24 UUS yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika upaya lembaga-lembaga ini dalam penghimpunan dana zakat dioptimalkan dandilakukan sinergi dengan BAZNASdalam hal penyaluran dana zakat tersebut, maka kemiskinan dinegara ini dapat diminimalisir karena BAZNAS lebih familiar dengan masyarakat skala mikro sehingga dapat tepat sasaran. Upaya dilakukan sinergi antara bank syariah dengan BAZNAS bertujuan agar dana zakat yang berhasil dihimpun oleh bank syariah dapat disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif. Realita yang dialami saat ini, dana zakat yang dihimpun terdiri dari dua kategori, yaitu secara tradisional dan secara kolektif melalui Institusi Pengelola Zakat(IPZ) yang terdiri dari BAZ dan LAZ kemudian dana zakat disalurkan oleh IPZ kepada mustahik yang terdiri dari delapan ashnafsebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an. Dana zakat yang disalurkan secara tradisional diberikan langsung oleh muzaki kepada mustahik cenderung bersifat konsumtif sehingga tidak akan ada dampak yang berarti terhadap upaya penanggulangan kemiskinan, oleh sebab itu diperlukan lembaga yang amanah dalam penyaluran dana tersebut agar masalah kemiskinan di negara ini dapat ditanggulangi. Selain itu, jika tidak dilakukan sinergi antara bank syariah dengan BAZ, dikhawatirkan dana zakat yang berhasil dihimpun oleh bank syariah tidak dapat disalurkan kepada masyarakat miskin yang benar-benar memerlukan bantuan dana untuk kegiatan usaha, karena masyarakat miskin cenderung berasumsi bahwa pembiayaan yang diajukan kepada bank syariah harus disertai dengan agunan/jaminan yang harus diserahkan ke bank syariah dengan prosedur pembiayaan yang rumit, meskipun ada pembiayaan qordhu hasan, tetapi masyarakat miskin belum familiar dengan bank syariah, sehingga rentenir lebih dipilih oleh masyarakat miskin untuk diminta bantuan pinjaman akibatnya masyarakat miskin dijerat oleh hutang yang semakin besar dari waktu ke waktu, oleh karena itu diperlukan sinergi antara bank syariah dan BAZ agar tujuan pengentasan kemiskinan dapat dicapai. Pembayaran zakat merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan kepada seluruh umat Islam yang jumlah hartanya telah mencapai nisab, terdiri dari zakat fitrah dan zakat maal. Penghimpunan dan penyaluran dana zakat dengan sistem konvensional sudah seharusnya diakhiri dan diubah, yaitu dengan cara : 1) rekonstruksi konsep zakat, dan 2) model penyaluran zakat harus di ubah dari sistem bagi rata ke sistem skala prioritas, karena potensi zakat di Indonesia mencapai 4,9 miliar dollar AS atau Rp 44,1 triliun, sehingga sektor riil akan mampu digerakkan jika dana sebanyak ini dikelola dengan baik agarmasyarakat mampu mandiri dan kemiskinan pun berhasil ditanggulangi (BAZDA, melalui www.bazda.go.id).
Halaman |4 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Di Indonesia telah banyak Institusi Pengelola Zakat (IPZ), berdasarkan Peraturan DJP No. PER-15/PJ/2012 ada 19 IPZ yang ditetapkan sebagai pengelola zakat terdiri dari 1 BAZ, 15 LAZ, dan 3 LAZIS, akan tetapi dalam pengelolaan dana zakat kurang adanya transparansi, hal ini dapat dibuktikan dengan masih sedikit informasi yang disediakan tentang jumlah dana zakat yang berhasil dihimpun oleh LAZ& LAZIS, hanya ada beberapa IPZ yang laporan keuangannya dipublikasikan di website nya sehingga LAZdinilai kurang transparansi dan akuntabilitas, oleh karena itu fungsi LAZ sebagai baitul maal harus ditinjau kembali dengan adanya otoritas pengawasan independen kinerja LAZ agar transparansi dan akuntabilitas LAZ terjamin dan kekhawatiran masyarakat tidak terbukti mengenai dana zakat yang dihimpun oleh LAZ tidak disalurkan secara keseluruhan untuk penanggulangan kemiskinan. Ada beberapa penelitian mengenai bank syariah dan lembaga keuangan mikro syariah dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui instrumen zakat, diantaranya penelitian yang pernah dilakukan oleh Iqbal(2011), mengenai keuntungan teori ekonomi yang terpusat pada pengumpulan zakat. Hasil penelitian diketahui bahwa alasan ekonomidilengkapidenganalasan nonekonomi untuk pengumpulanzakat yang dilakukan oleh negara. Hal ini didugabahwaargumen yang dikemukakan di sini mengenai fondasi mikro ekonomi bahwa tanggung jawab pengumpulanzakat oleh negara lebih dipercayakan oleh agama (fiqh) daripada institusi swasta. Sebagaiisu lain, beberapa bukti empirisdisajikan mengenaikritik tentang potensizakatkarena transfer pendapatan dibarat bukan ditargetkan untuk rakyat miskin sehinggaperlu ditinjau kembalidalam kaitannya dengan sistem politik, ekonomi dan keuanganyang berlaku. Febianto, Ashany & Kautsar (2011) dalam paper nya dibahas mengenai peranan zakat dengan manajemen profesional meliputi tiga aspek, yaitu Marginal Propensity to Consume(MPC) mustahiq, tingkat produksi produsen dan dana pihak ketiga di bank dalam upaya penanggulangan kemiskinan secara bertahap. Metode penelitian digunakan metode deskriptif, ruang lingkup penelitian mengenai program-program institusi pengelola zakat yang ada di Bandung. Hasil penelitian diketahui bahwa MPC mustahiq, tingkat produksi produsen dan saldo simpanan nasabah bank berhasil ditingkatkan melalui program-program yang dibuat institusi pengelola zakat. Dogarawa (2010), diinvestigasi mengenai peran zakat dalam distribusi kekayaan dan efektivitasnya dalam peperangan terhadap kemiskinan dan ancaman sosial di masyarakat. Hasil penelitian diketahui bahwa dalam sistem zakat diseediakan mekanisme permanen dari dalam ekonomi untuk terus transfer pendapatan dari kaya ke miskin, setelah dinilai dengan benar harus segera dikumpulkan dan disalurkan dengan benar sehingga dapat berperan Halaman |5 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
dalam pemecahan masalah-masalah berbahaya seperti kemiskinan, pengangguran, bencana, hutang dan distribusi pendapatan yang tidak merata dalam masyarakat muslim, sehingga direkomendasikan oleh penulis bahwa muslim yang kaya harus semangat ketika kewajiban ditunaikan baik melalui sistem terorganisasi atau secara individu, dan jika kewajiban ditunaikan secara langsung maka harus dimulai dari anggota keluarga yang layak diberi zakat. Dogarawa (2009) dalam penelitiannya diinvestigasi mengenai peran institusi zakat dan waqf dalam pengentasan kemiskinan. Paper di analisis dengan presentasi yang didasarkan pada survei literatur yang relevan dengan maksud agar literaturyang ada dilengkapi dan sintesa pandangan yang bertentangan tentang peran sosio-ekonomi zakat dan waqf serta proses revitalisasinya di zaman modern. Hasil penelitian diketahui bahwa zakat berfungsi sebagai mekanisme unik mengenai transfer pendapatan kekayaan wajib dari kaya ke miskin dalam suatu masyarakat melalui zakat agar setiap individu dalam masyarakat terjamin sarana mata pencaharian minimumnya dan sistem jaminan sosial tersedia dalam masyarakat islam. Di sisi lain, waqf menyediakan infrastruktur material dan menciptakan sumber pendapatan untuk digunakan dalam kegiatan meningkatkan kesejahteraan sosial baik ditingkat keluarga, masyarakat dan negara. Hasil penelitian disimpulkan bahwa agar sistem zakat dan waqf dapat diaktifkan dan direvitasilsasi dalam masyarakat dan komunitas muslim ada kebutuhan mendesak untuk reformasi formula manajemen dan masalah yang belum terselesaikan yang melekat pada lembaga zakat harus diselesaikan. Shaikh (2011) dalam papernya diteliti mengenai sumber pendapatan pemerintah dalam ekonomi islam. Dalam studi sumber pendapatan pajak, disebutkan bahwa hanya zakat yang merupakan pajak pemerintah dalam ekonomi Islam dan diskusi tentang bagaimana defisit dapat dibiayai oleh pemerintah dengan asumsi bunga dilarang dalam Islam dan tarif dasar zakat sangat rendah dan sangat sempit. Dalam penelitian ini dibahas wawasan singkat mengenai jumlah zakat yang dapat dikumpulkan di Pakistan. Hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan PDB nominal terkait dengan tingkat pengembalian (rate of return) yang dapat digunakan sebagai standar pengajuan pinjaman domestik dan eksternal termasuk dari IMF, WB, dan IDA. Shirazi & Fouad (2009) dalam penelitiannya diestimasi sumber daya yang diperlukan dan penghimpunan zakat potensial agar kemiskinan di negara-negara anggota OIC dapat dieliminasi.Data kemiskinan yang digunakan adalah indeks kesenjangan kemiskinan berdasarkan US $ 1.25 per hari dan US $ 2.0 per hari yang diestimasi oleh bank dunia, zakat potensial diestimasi dengan metode Kahf, yaitu zakat potensial diestimasi dengan Halaman |6 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
indikator National IncomeAccount. Hasil penelitian diketahui bahwa penghimpunan zakat potensial di negara-negara sampel penelitian digunakan untuk pemenuhan kekurangan sumber daya, serta dihasilkan surplus dana yang cukup untuk negara-negara defisit sumberdaya dari penghimpunan zakat. Dalam penelitiannya direkomendasikan untuk penggabungan dana zakat yang dihimpun dari negara-negara surplus zakat untuk disalurkan ke negara-negara defisit sumber daya agar kemiskinan dapat dieliminasi. Ashraf (2011), dalam penelitiannya dianalisis mengenai evaluasi yang dilakukan para anggota keuangan mikro tentang skema keuangan mikro yang diadopsi oleh berbagai lembaga keuangan mikro di Bangladesh dan kemungkinan didirikan lembaga keuangan mikroIslam sebagai alternatif dari lembaga keuangan mikro konvensional.Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang disebarkan kepada tiga lembaga keuangan mikro. Responden diajukan pertanyaan mengenai evaluasi dari ketiga objek yang berbeda. Hasil penelitian diketahui bahwa kemiskinan tidak secara keseluruhan ditanggulangi, dan faktor kriteria keanggotaan, biaya kredit, pendapatan dan standar hidup, pembatasan agama dan risiko pinjaman tidak pada tingkat yang memuaskan sehingga perlu didirikan lembaga keuangan mikro Islam. Mohsin, Lahsasna & Ismail (2011), dalam penelitiannya dibahas mengenai situasi ambigu dari dua tipe muslim mengenai pembayaran zakat. Tipe pertama digunakan metode pencampuran antara zakat dan pajak, sedangkan tipe kedua pembayaran zakat dan pajak dilakukan secara terpisah. Tujuan utama penelitiannya adalah agar diketahui validitas aspek syariah tentang pembayaran zakat berdasarkan gaji per bulan yang dihimpun oleh Employees Provident Fund di Malaysia. Kesimpulan hasil penelitiannya adalah meskipun zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, akan tetapi lembaga pengelola zakat di negara muslim banyak yang ditelantarkan padahal dengan adanya lembaga pengelola zakat, maka kewajiban pendistribusian dana zakat kepada delapan ashnaf dapat terealisasi dan status sosial mustahik tetap terjaga, oleh karena itu di negara-negara muslim yang masih digunakan sistem perpajakan konvensional sebaiknya diganti dengan kewajiban pembayaran zakat dengan skema pengurangan gaji, sehingga akan tercipta kesadaran masyarakat muslim dalam pembayaran kewajiban zakat dan pajak agar pendistribusian zakat kepada delapan ashnaf dapat terealisasi. Bidin, Idris & Shamsudin (2009), penelitiannya difokuskan pada faktor- faktor penyebabniat kepatuhan zakat penghasilan di kalangan masyarakat Islam. Alat analisis yang digunakan adalah structural equation modeling. Hasil penelitian diketahui bahwa faktor penentu niat kepatuhan zakat penghasilan adalah norma subjektif dan sikap terhadap zakat pada level 48%. Halaman |7 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Mahmud & Shah (2009), latar belakang penelitiannya berawal dari adanya perdebatan mengenai pemanfaatan dana zakat. Ada pendapat bahwa apabila zakat tidak didistribusikan untuk hal-hal yang bersifat produktif, maka tujuan pengentasan kemiskinan tidak akan tercapai, akan tetapi ada yangberpendapat bahwa zakat hanya untuk kebutuhan konsumsi masyarakat miskin, bukan sebaliknya. Tujuan penelitiannya adalah agar diketahui hukum tentang pemanfaatan zakat untuk pembiayaan infrastruktur sosial-ekonomi Islam. Hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan validitas argumen pakar hukum dan ekonomi, bahwa zakat sebaiknya digunakan untuk pembiayaan produktif untuk pengentasan kemiskinan. Legitimasi agama dari prosedur tersebut adalah bimbingan nabi SAW kepada pengemis agar diambil kapak miliknya lalu dicari kayu bakar untuk dijual daripada hidup sebagai pengemis.Hasil penelitiannya disimpulkan bahwa agar aktivitas pembiayaan berhasil dan sesuai hukum, maka harus dipenuhi persyaratan fiqih sebagai berikut : 1) Dana pembiayaan harus berasal dari zakat yang dialokasikan untuk penerima manfaat lain selain yang diberikan kepada orang miskin dan yang membutuhkan yang bersifat tidak produktif, ini harus dikombinasikan dengan dana surplus yang tersedia di lembaga-lembaga zakat. Oleh karena itu pengumpulan zakat harus dibuat wajib pada semua kekayaan termasuk upah/bisnis. 2) Biaya operasional harus berasal dari keuntungan/anggaran organisasi. 3) Mekanisme pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan investasi dapat dibingkai dalam kerangka hukum masing-masing negara. Alasannya adalah bahwa di sebagian negara-negara muslim, koleksi zakat dan pencairan dilakukan oleh lembaga berbadan hukum seperti Departemen Awqaf atau Departemen Keuangan. Menurutnya sebaiknya dibentuk Departemen Zakat dengan visi kewirausahaan untuk penyaluran kegiatan pembiayaan, dengan SDM yang kompeten dibidang syariah dan ahli di berbagai bidang seperti hukum Islam, ekonomi, bisnis, manajemen, sosiologi, dan lain-lain. Hal ini lebih baik daripada penyaluran zakat dilakukan oleh organisasi bisnis. 4) Perencanaan keuangan yang tepat harus dibuat agar risiko usaha dapat dihindari. 5) Kebutuhan yang bersifat langsung fakir miskin terhadap barang dan jasa yang bersifat sangat penting, harus dipenuhi. Makiyan (2011), dalam penelitiannya diinvestigasi perilaku penawaran pembiayaan pada bank-bank di Iran dalam hubungan sebab akibat antara faktor-faktor utama yang berdampak terhadap perilaku aktivitas pembiayaan seperti tingkat pengembalian (rate of return), inflasi dan intervensi pemerintah yang berpengaruh terhadap penawaran pembiayaan. Hasil penelitian adalah intervensi pemerintah lebih berperan daripada faktor-faktor ekonomi. Halim, Hamid & Nordin(2011) dalam penelitiannya diinvestigasi tentang strategi bank Islam dalam pendidikan umum mengenai eksistensi dan Halaman |8 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
produknya. Hasil penelitiannya diharapkan manajemen bank Islam dalam pendidikannya tidak hanya difokuskan pada servis dan produknya, akan tetapi juga diadopsi prinsip-prinsip Islam dalam aktivitas finansial nasabahnya. Alam (2011) tujuan penelitiannya adalah agar diketahui aktivitas bank Islam yang berbeda dengan bank konvensional dan bagaimana kontribusi bank Islam dalam pemberian pelayanan keuangan di Islami Bank Bangladesh Limited (IBBL). Hasil penelitian adalah IBBL sukses dalam aktivitas deposito dan investasi. Pada sisi deposito, jumlah simpanan meningkat selama sepuluh tahun terakhir, meskipun tingkat pertumbuhan rata-rata deposito hanya 23%. Hal ini berdampak pada berkurangnya investasi jangka panjang bank terutama sektor industri. Keuntungan tabungan di bank islam yaitu saldo awal pembukaan rekening yang ditetapkan lebih ringan dibandingkan bank konvensional. Pada sisi investasi, pada IBBL belum pernah digunakan akad mudharabah meskipun dalam perbankan Islam investasi didasarkan pada dua teknik dasar yaitu mudharabah (capital financing)dan musyarakah (partnership).Pada awalnya pernah diaplikasikan akad mudharabah dalam investasi akan tetapi gagal dalam mencapai hasil yang diharapkan, sehingga transaksi investasi dengan akad ini dihentikan. Investasi yang dilakukan oleh IBBL digunakan akad musyarakah, sedangkan investasi terbesar yang dilakukan oleh bank digunakan akad murabahah dan bai muajjal. IBBL lebih tertarik investasi pada sektor komersial daripada pembiayaan untuk pengusaha kecil dan industri rumah tangga di pedesaan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa formalitas yang mudah dalam pengajuan pinjaman lebih disukai pengusaha skala kecil dan diberikan akses gratis dalam diskusi mengenai masalah bisnis dengan pejabat senior bank serta waktu kunjungan yang intensif yang dilakukan manajer bank ke tempat bisnisnya. Ahmed (2011), latar belakang penelitiannya diawali oleh ada yang berpendapat bahwa bunga bank bukan riba dan tidak mungkin ekonomi terbebas dari bunga karena akan berdampak pada runtuhnya sistem perekonomian. Hasil penelitian disimpulkan bahwa umat Islam harus secepatnya beralih pada sistem ekonomi bebas bunga sebagaimana diperintahkan oleh Allah agar ketergantungan kepada negara-negara nonmuslim semakin berkurang dan agar menjadi bangsa yang mandiri hendaknya dijalin kerjasama dengan negara-negara muslim dalam hal perdagangan agar pengabdian buta terhadap sistem ekonomi yang dirancang oleh non-muslim dapat segera diakhiri. Tamkin & Ridhwan (2011), dalam penelitiannya dilakukan pengujian mengenai konsep agribisnis dalam Islam dan fasilitas pembiayaan yang diperoleh sektor agrikultur dari Agro Bank di Malaysia. Hasil penelitian Halaman |9 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
diketahui bahwa pembiayaan yang diberikan untuk agribisnis hanya sematamata digunakan akad bai bithaman ajil dan bai’ al-inah sehingga perlu diaplikasikan konsep syariah lain. Bhuiyan, Siwar, Islam & Rashid (2012), tujuan penelitiannya adalah diskusi tentang keberadaan pendekatan untuk pengentasan kemiskinan dan penghidupan yang berkelanjutan. Hasil penelitian diketahui bahwa pendekatan partisipasif (Participatory Approaches) sebagai cara terbaik dalam pengentasan kemiskinan khususnya mode pembiayaan Islam berbasis zakat dan Qardh-al-Hasan atas dasar nilai-nilai spiritual sebagai model alternatif dalam pengentasan kemiskinan dandipastikan adanya mata pencaharian yang berkelanjutan. Adebayo (2011) tujuan penelitiannya dilatarbelakangi oleh kondisi kemiskinan yang dialami bangsa Nigeria karena orientasi sekuler, sehingga dalam penelitiannya diidentifikasi upaya yang harus dilakukan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Hasil penelitiannya diketahui bahwa institusi zakat harus didirikan untuk perhitungan persentase nisab, pengumpulan dan penyaluran zakat. Smolo (2011), tujuan penelitiannya agar diketahui industri keuangan mikro dari sisi status dan kerangka hukum dan diskusi secara jelas mengenai perlunya jasa keuangan mikro Islam di Bosnia dan Herzegovina (B&H). Hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada institusi keuangan mikro islam di B&H, oleh karena itu tidak ada alternatif pilihan bagi muslim sehingga terpaksa institusi keuangan mikro konvensional digunakan oleh muslim, oleh karena itu, institusi keuangan mikro Islam perlu didirikan atau institusi keuangan mikro konvensional yang telah ada dibuka “islamic window” untuk operasional lembaga keuangan mikro Islam. Choudhury (2009), dalam penelitiannya dibahas konsep sustainability dalam perspektif pembangunan ekonomi. Hasil penelitian diketahui bahwa pada prinsipnya sumber keuangan berkelanjutan untuk proyek menjahit para wanita di bangladesh berasal dari zakat dan sodaqoh yang dikumpulkan oleh lembaga keuangan skala kecil kemudian disalurkan untuk pembiayaan proyek konveksiuntuk peningkatan sektor perdagangan sehingga pada akhirnya akan berdampak pada pengurangan kemiskinan. Riset utama yang menjadi dasar pemikiran penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Raquib (2011), yaitu bagaimana upaya sistem bank Islam agar dapat diambil sebagai pendekatan kelembagaan yang lebih tepat dalam pengentasan kemiskinan manusia, ketidakadilan dan eksploitasi masyarakat di Bangladesh.Hasil penelitian diketahui bahwa bank-bank Islam melalui mode investasi profit and loss sharing termasuk zakat, awkaf dan kegiatan amal bisa dijadikan cara alternatif untuk pengentasan kemiskinan di
H a l a m a n | 10 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Bangladesh yang di indikasikan secara jelas dari analisis berkesinambungan dan perbandingan kesuksesan IBBL dalam sektor perbankan di Bangladesh. Berdasarkan kondisi tersebut, maka penulis berasumsi bahwa penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena kemiskinan merupakan suatu permasalahan serius yang harus diperhatikan oleh semua kalangan, karena dari kemiskinan dapat ditimbulkan berbagai persoalan sosial, seperti kejahatan, pencurian, adanya gap antara orang kaya dan orang miskin, bahkan dapat menimbulkan masalah nasional seperti inflasi, instabilitas keuangan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh sistem ekonomi yang dikuasai oleh sekelompok orang kaya sehingga kondisi perekonomian tidak merata. Penelitian ini dibatasi mengenai sinergi antara bank syariah dan BAZNAS dalam upaya pengentasan kemiskinan, agar rekonstruksi konsep zakat dan penyaluran dana zakat berdasarkan skala prioritas dapat tepat sasaran.Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan penelitian dalam paper ini adalah agar diketahui : 1. Hubungan antara zakat dan kemiskinan 2. Pendekatan yang akan digunakan agar terjalin sinergi antara bank syariah dan BAZNAS dalam upaya pengentasankemiskinan Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya ekonomi Islam dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui sinergi antara bank syariah dan BAZNAS melalui instrumen zakat. 1. Metodologi 1.1. Metodologi dan Sumber data Dalam penelitian ini digunakan metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif agar diketahui besarnya koefisien korelasi dan arah hubungan antara zakat dan kemiskinan serta pendekatan yang akan dilakukan agar tercipta sinergi antara bank syariah dan BAZNAS dalam upaya pengentasan kemiskinan. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data mengenai persentase penduduk miskin diperoleh dari world bank melalui http://data.worldbank.org/topic/poverty dengan indikator poverty headcount ratio at national poverty line, data GDP diperoleh dari Badan Pusat Statistik melaluiwww.bps.go.id dengan indikator GDP atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha,dan data penerimaan dana zakat diperoleh melalui laporan keuangan institusi pengelola zakat yaituBAZNAS melalui www.baznas.go.id, BUS melalui website BUS masing-masing dan LAZ melalui website LAZ masing-masing. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka H a l a m a n | 11 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
dilakukan pengumpulan data dengan cara studi dokumentasiyaitu data dikumpulkan dari instansi/lembaga yang relevan dengan fokus penelitian. 1.2.
Populasi, Teknik Sampel dan Jenis Data Populasi dalam penelitian ini adalah 11 BUS dan 19 IPZ, yaitu PT Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Syariah Mega Indonesia, PT Bank Syariah BRI, PT Bank Syariah Bukopin, PT Bank Panin Syariah, PT Bank Victoria Syariah, PT BCA Syariah, PT Bank Jabar dan Banten, PT Bank Syariah BNI, PT Maybank Indonesia Syariah, BAZNAS, LAZ Dompet Dhuafa Republika, LAZ Yayasan Amanah Takaful, LAZ Pos Keadilan Peduli Umat, LAZ Yayasan Baitul Maal Muamalat, LAZ Yayasan Dana Sosial al Falah, LAZ Baitul Maal Hidayatullah, LAZ Persatuan Islam, LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT BNI, LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, LAZ Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, LAZ Yayasan Baitul Maal BRI, LAZ Yayasan Baitul Maal Wat Tamwil, LAZ Baituzzakah Pertamina, LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid, LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia, LAZIS Muhammadiyah, LAZIS Nahdlatul Ulama, LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia. Teknik sampel yang digunakan adalah porposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu karena unit analisis yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya BUS dan IPZ yang dalam laporan keuangannya dicantumkan laporan penerimaan dana zakat yang terdiri dari 7 BUS dan 8 LAZ yaitu : Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, BRI Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, BNI Syariah, BAZNAS, LAZ Dompet Dhuafa Republika, LAZ Keadilan Peduli Umat, LAZ Yayasan Baitul Maal Muamalat, LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah, LAZ Yayasan Baitul Maal BRI, LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT BNI dan LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat. Data dari masing-masing sampel dijumlahkan secara agregat setiap periode dari tahun 2002 sampai 2011 sehingga dalam penelitian ini digunakan data time series. 1.3. Alat Analisis data Alatanalisis yang digunakan agar dapat diketahui hubungan antara zakat dan kemiskinan adalah Pearson Correlation dengan aplikasi software SPSS versi 19. Pendekatan yangdigunakan agar dapat dilakukan sinergi antara bank syariah dan BAZNAS dalam upaya pengentasan kemiskinan, maka digunakan analisis SWOT, yaitu dengan diidentifikasikan terlebih dahulu mengenai Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Kesempatan (Opportunities) dan Ancaman (Treaths). H a l a m a n | 12 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Langkah pertama dilakukan analisis SWOT yaitu dibuat matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) agar faktor-faktor internal Strengths dan Weakness dapat diidentifikasi dan dibuat pula matriks EFAS (External Factors Analysis Summary) sehingga faktor-faktor eksternal Opportunities dan Treathsdapat dirumuskan. Langkah kedua yaitu dibuat matriks SWOT agar dapat ditentukan strategi yang akan dilakukan. Faktor-faktor kunci yang dipertimbangkan dapat bervariasi tergantung pada tipe perusahaan dan fokus utamanya. Menurut Simoneaux dan Stroud (2010); “the following areas are worthy of review and evaluation : corporate culture, management team, depth of staff, Experience/knowledge level of staff, Operational efficiency, Utilization of technology, Ability to innovate, Quality of work, Customer service, Cost/benefit of products and services, Marketing and distribution channels, Sales, Financial stability, Reputation, Client base”. 1.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dalam paper ini adalah: H0 : tidak ada hubungan antara zakat dengan kemiskinan H1 : ada hubungan antara zakat dengan kemiskinan 1.5. Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Operasionalisasi Variabel Variabel Dimensi Indikator Skala Zakat(X) Zakat maal Rasio penerimaan zakat terhadap GDP Rasio Kemiskinan(Y) Penduduk miskin Persentase penduduk di bawah garis kemiskinan Rasio
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Objek Penelitian Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi mengenai programprogram penyaluran dana zakat yang dibuat oleh institusi pengelola zakat yang disajikan pada tabel 4.
H a l a m a n | 13 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Tabel 4. Program Penyaluran Dana Zakat No Nama Institusi Program Penyaluran Zakat 1 BAZNAS 1) Rumah sehat Baznas terdiri dari bantuan layanan rawat inap, rawat jalan & kesehatan spesialis 2) Rumah cerdas anak bangsa terdiri dari bimbel gratis, satu keluarga satu sarjana, rumah pintar, mobil/motor pintar, dinar (program beasiswa berprestasi tingkat SD-SMU) 3) Baitul Qiradh Baznas, yaitu lembaga keuangan mikro syariah yang menyalurkan dana ZIS untuk pembiayaan 4) Program tanggap bencana terdiri dari penyelamatan & evakuasi korban, penanganan korban dan perbaikan sarana 5) Kaderisasi 1000 ulama yaitu pemberian beasiswa untuk program doktoral & magister bagi peserta yang lulus seleksi 2 LAZ Dompet Dhuafa Republika
1) Relief, memberikan pelayanan dasar masyarakat miskin, pengelolaan kebencanaan, dan pengelolaan buruh migran Indonesia 2) Pendidikan, terdiri dari manajemen sekolah & pengembangan pendidikan 3) Kesehatan, terdiri dari layanan kesehatan cumacuma & rumah sehat H a l a m a n | 14
JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
terpadu 4) Ekonomi, terdiri dari baitul maal desa, BMT center, pemberdayaan masyarakat rural, pemberdayaan masyarakat urban, pemberdayaan petani 3 LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia 1) Senyum Juara (Pendidikan) terdiri dari bantuan beasiswa, pengadaan infrastruktur, memberi asupan gizi bagi siswa, pendirian sekolah, penyediaan media pembelajaran berupa mobil sebagai sarana belajar aktraktif & program kemah juara 2) Senyum Sehat (Kesehatan) terdiri dari penyuluhan kesehatan, pemeriksaan, pengobatan gratis, perbaikan gizi balita, meningkatkan fungsi & kinerja posyandu, mobil klinik keliling, khitanan masal, klinik pratama rawat inap, layanan bersalin gratis, ambulance gratis. 3) Senyum Mandiri (Ekonomi) terdiri dari bantuan set up infrastruktur dan sarana penunjang aktivitas pemberdayaan komunitas & lingkungan, peningkatan kapasitas skill produktif pemuda, pengembangan peternakan terintegrasi dengan pertanian, dan H a l a m a n | 15 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
program kampung perubahan yang meliputi : saresehan warga, ruang terbuka hijau, balai pertemuan warga, sumur resapan, pengecatan mural, perbaikan jalan gang (paving block) 4) Senyum Lestari (Lingkungan) terdiri dari program pelestarian lingkungan berbasis pemberdayaan komunitas dengan cara upgrading kompetensi skill kader lingkungan, pelatihan pengelolaan sampah berbasis masyarakat, subsidi infrastruktur yang berorientasi kelestarian lingkungan, bantuan sarana kebersihan, pengadaan sarana air bersih & sanitasi, pendistribusian air bersih di wilayah bencana/rawan kekeringan 5) Senyum ramadhan, terdiri dari penyediaan paket makanan lengkap untuk buka puasa, penyediaan paket kado lebaran yatim, berupa pakaian muslim, alat tulis, kue kaleng, sirup, tas sekolah, kaos kaki, tempat makan/minum, buku agenda, buku cerita, program bingkisan keluarga jompo & pra sejahtera, terdiri dari sarung, minyak goreng, mukena, kue kaleng, sajadah, beras & H a l a m a n | 16 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
4 LAZ Pos Keadilan Peduli Umat
sarden, serta program pendistribusian Al-Qur’an & Iqro. 1) Kesehatan, terdiri dari program perbaikan gizi balita & masyarakat, program layanan kesehatan keliling, program masyarakat hidup bersih & perbaikan kondisi lingkungan tempat tinggal 2) Pendidikan, terdiri dari sekolah berbasis potensi & kearifan lokal, pemberian beasiswa, perpustakaan keliling & perbaikan sekolah rusak 3) Ekonomi, terdiri dari program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok dengan cara diberi pelatihan, pendampingan rutin lalu dihimpun menjadi anggota koperasi. 4) Charity, terdiri dari program layanan mengantar jenazah & program pemberian langsung 5) Rescue & CBDRM, yaitu program penanggulangan risiko bencana 6) Yatim, terdiri dari H a l a m a n | 17
JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
voucher belanja untuk anak-anak yatim & program wisata untuk anak-anak yatim 7) Ramadhan, terdiri dari belanja bareng yatim, paket ifthar/pemberian makanan untuk buka puasa, paket lebaran/pemberian kebutuhan pokok menjelang hari raya. 5 LAZ Yayasan Baitul Maal Muamalat 1) Aksi Tanggap Muamalat, yaitu bantuan untuk korban bencana alam 2) Beasiswa 3) Daya, yaitu program beasiswa untuk anak yatim tingkat SMP & SMA 4)Islamic Solidarity School, yaitu fasilitas pendidikan terpadu untuk anak yatim korban tsunami di Aceh 5) Komunitas sehat muamalat, terdiri dari pemeriksaan psikologis, penyuluhan kesehatan dasar & psikologis remaja, pemberdayaan pendidikan kesehatan anak asuh, sosialisasi program, pengumpulan data kesehatan dasar, pemeriksaan gigi & mulut, pemeriksaan mata, pemeriksaan darah, pengolahan data kesehatan, pengobatan penyakit & induksi H a l a m a n | 18 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
lingkungan pemukiman. 6) Komunitas usaha mikro muamalat berbasis mesjid, yaitu program yang mendorong peningkatan mustahik menjadi muzaki melalui modal usaha 7) Orphan Kafala, yaitu program pemberdayaan masyarakat khususnya anak yatim & keluarga korban musibah gempa tsunami di Aceh 8) Santun, terdiri dari bantuan berupa pendidikan, kesehatan, bantuan sosial dan kemanusiaan 9) Asuransi mikro umat syariah, yaitu program recovery kesehatan, kecelakaan & santunan kesehatan diperuntukan bagi pelaku usaha mikro 6 LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah 1) Pendidikan, terdiri dari beasiswa, diklat, bantuan fisik sarana sekolah & pondok pesantren 2) Dakwah Islamiyah, terdiri dari bantuan dana pelatihan & operasional lembaga dakwah, konsultasi syariah, islamic short course, pembinaan & diklat dai/imam masjid, pembinaan Napi, wakaf Al-Qur’an 3) Memakmurkan mesjid, terdiri dari bantuan fisik dana subsidi pembangunan fisik masjid/mushalla, diklat H a l a m a n | 19 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
imam masjid & penempatan, upgrading imam masjid, pelatihan manajemen masjid bagi imam, dana operasional untuk majelis taklim imam masjid. 4) Memberikan santunan yatim piatu, terdiri dari bantuan fisik rumah yatim & bedah rumah keluarga yatim, beasiswa yatim, pelatihan/kursus bagi anak yatim berupa pembekalan keterampilan & modal usaha, pelatihan/kursus wali yatim, berupa pembekalan keterampilan & modal usaha, bantuan fisik panti anak yatim berupa sarana & prasarana, operasional & bedah panti 5) Peduli kemanusiaan, terdiri dari peningkatan kualitas SDM kader desa binaan, bantuan pendidikan, kesehatan & pelatihan, bantuan modal usaha, bantuan peningkatan kualitas lingkungan berupa sanitasi, reboisasi & irigasi, bantuan fasilitas umum tempat ibadah, MCK & penerangan, komunikasi, bantuan modal usaha, pelatihan keterampilan usaha & jejaring bisnis, bantuan bencana & H a l a m a n | 20 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
rehabilitasi bantuan pasca bencana di segala bidang, layanan kesehatan pasien dhuafa, layanan kesehatan keliling & operasi gratis, pemberian takjil & paket buka puasa, pemberian parcel untuk dhuafa, honor guru sekolah islam, santunan mu’alaf, santunan ghorimin, santunan ibnu sabil. 7 LAZ Baitul Maal Hidayatullah 1) pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan, ekonomi 8 LAZ Persatuan Islam 1) umat peduli, umat pintar, umat sehat, umat mandiri umat soleh 9 LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat 1) Mitra umat, didik umat, simpati umat 10 LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT BNI 1)bantuan pendidikan, pemberdayaan ekonomi dhuafa, santunan kemanusiaan dan renovasi tempat ibadah 11 LAZ Dompet Peduli Umat Darut Tauhid 1) pusat kemandirian umat, pusat pendidikan & pelatihan umat, pusat sosial kemanusiaan 12LAZIS Muhamadiyah 1) Pendidikan terdiri dari save our school(penyelamatan sekolah-sekolah pinggiran, 1000 sarjana, orang tua asuh 2) Ekonomi terdiri dari social mikro finance development, youth H a l a m a n | 21 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
entrepreneurship, perempuan berdaya 3) Layanan Sosial terdiri dari humanitarian rescue (layanan kemanusiaan saat bencana), children care (panti asuhan),adventure of humanity, Da’i mandiri 4) Tani bangkit 13 LAZIS Nahdlatul Ulama 1) NUCare yaitu program bantuan langsung & tanggap bencana 2) NUPreneur yaitu permodalan & pendampingan usaha bagi pedagang kaki lima & usaha rumahan 3) NUSkill yaitu pembekalan ilmu terapan bagi anak putus sekolah 4) NUSmart yaitu beasiswa pendidikan Sumber : Website Institusi Pengelola Zakat (20/03/2013) 2. Hasil Analisis Statistik Analisis korelasi dilakukan agar dapat diketahui pola dan keeratan hubungan antara variabel zakat dan kemiskinan. Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan antara 0 sampai +1 atau antara 0 sampai -1. Nilai korelasi mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat, sebaliknya korelasi yang mendekati nilai 0 berarti terdapat hubungan yang lemah, apabila korelasi sama dengan 0, berarti antara kedua variabel tidak terdapat hubungan sama sekali, sedangkan jika korelasi +1 atau -1, berarti terdapat hubungan yang sempurna antara kedua variabel. Setelah dilakukan analisis Pearson Correlation maka dapat diketahui nilai koefisien korelasi sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.
H a l a m a n | 22 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Tabel 5 Correlations Zakat Zakat
Kemiskinan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
10 -,862**
Kemiskinan -,862** ,001 10 1
,001
N 10 10 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2- tailed).
Angka koefisien korelasi sebesar -0,862, artinya hubungan antara zakat dengan kemiskinan sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda negatif (-) artinya terdapat hubungan negatif antara zakat dengan kemiskinan, yaitu semakin tinggi zakat yang disalurkan maka kemiskinan akan semakin menurun. Tanda **menunjukkan bahwa koefisien korelasi signifikan pada taraf kepercayaan 99%. Untuk uji hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan probabilitas (Sig) dengan taraf nyata ( = 0.01) dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : Jika Sig >, maka H0 diterima Jika Sig <, maka H0 ditolak Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa Sig 2-tailed (0.001)< (0.01), artinya H0 ditolak. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat hubunganantara zakat dengan kemiskinan. 3. Hasil Analisis SWOT Pendekatan yang dilakukan untuk sinergi antara bank syariah dan BAZNAS dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah dengan di identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan melalui analisis SWOT sebagaimana dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Diagram Matriks SWOT Faktor Strengths (S) Weaknesses (W) Internal 1)Mayoritas penduduk 1)Masyarakat masih ada Indonesia beragama yang belum paham Islam mengenai klasifikasi 2)Dana Zakat potensial zakat maal mencapai 100 Triliun 2)Kompetensi SDM 3)Kemudahan fasilitas pengelola zakat masih bagi muzaki dalam rendah H a l a m a n | 23 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Faktor Eksternal
Opportunities (O) 1)Adanya undangundang yang mengatur tentang pengelolaan dana zakat 2)Zakat sebagai pengurang pajak
membayar zakat 3)Masih sedikit LAZ yang 4)Bank syariah & BAZ laporan keuangan tersebar di seluruh zakatnya dipublikasikan Indonesia di website nya sehingga 5)Penyaluran dana zakat transparansi&akuntabilita bervariasi s pengelolaan dana zakat 6)Adanya kemitraan belum maksimal antara LAZ dan bank 4)Produk penyaluran zakat syariah mayoritas bersifat 7)Tersedia fasilitas konsumtif kalkulator zakat untuk 5)Bimbingan dan memudahkan penyuluhan secara penghitungan dana intensif kepada mustahik zakat usia kerja mengenai enterpreunermasih minim 6)Masih sedikit Bank Syariah yang menjalin kemitraan dengan BAZ 7)Kinerja BAZ belum optimal 8)Adanya persaingan bisnis diantara LAZ dalam penghimpunan dana zakat 9)Hanya sebagian kecil masyarakat miskin yang diberi pinjaman modal & belum ada pemerataan Strategi SO Strategi WO 1)Rekonstruksi konsep 1)Masyarakat wajib zakat berdasarkan memahami klasifikasi jumlah & jenis zakat maal yang terdiri kekayaan yang dari zakat emas, perak & dimiliki uang, zakat peternakan, 2)Model penyaluran zakat pertanian, zakat dana zakat harus madu, zakat investasi, berdasarkan skala zakat perniagaan, zakat prioritas dengan harta galian, zakat memperhatikan profesi, zakat saham & kondisi ekonomi obligasi mustahiq bukan 2)SDM pengelola dana H a l a m a n | 24
JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
3)Banyak sumberdaya alam yang belum dimanfaatka n secara optimal 4)Banyak SDM potensial yang belum dibina 5)Penggunaan tekhnologi modern belum optimal
sistem bagi rata zakat harus amanah dan 3)Harus ada UU yang memiliki kompetensi di mengatur mengenai bidangnya kerjasama antara 3)Pemerintah melalui BAZ bank-bank syariah memfasilitasi kebutuhan dengan BAZ yang diperlukan para khususnya mengenai calon pengusaha mikro penghimpunan dana baik dengan penyuluhan, zakat bimbingan dan 4)Adanya undangpenyediaan infrastruktur undang yang melarang sesuai minat & bakat sistem penyaluran yang dimiliki dana zakat secara 4)Upaya dilakukan sinergi tradisional agar dana manajemen antara bank zakat tidak bersifat syariah dan BAZNAS konsumtif yaitu dengan 5)Program-program pemanfaatan teknologi penyaluran dana zakat informasi yang ditinjau ulang dan digunakan oleh bank lebih diarahkan ke syariah dalam program-program penghimpunan dana yang bersifat zakat kemudian oleh produktif melalui bank syariah dana zakat berbagai sektor yaitu tersebut disalurkan ke sektor pertanian, BAZNAS yang berfungsi kerajinan, perikanan, sebagai baitul maal. perkebunan, makanan, konveksi dan sebagainya ditinjau dari kompetensi penduduk miskin dan ketersediaan sumber daya alam di daerah tersebut dan harus ada pemerataan 6)Menghimpun dana zakat menggunakan sistem online yang ada di bank syariah seperti mobile banking dan sebagainya sehingga H a l a m a n | 25
JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
muzaki dapat membayar zakat dengan mudah Threaths (T) Strategi ST 1)Semakin 1)Adanya UU mengenai banyak IPZ larangan didirikan yang dikelola institusi pengelola swasta zakat oleh masyarakat sehingga dan peraturan DJP No. alokasi dana PER-15/PJ/2012 untuk sebaiknya ditinjau operasional kembali agar lebih dan amil efektif dan efisien lebih besar serta tidak ada 2)Dana zakat pemborosan dana yang berhasil zakat dihimpun 2)Harus ada IPZ dikelola transparansi laporan oleh masingpenghimpunan dan masing IPZ penggunaan dana dikhawatirka zakat yang mudah n adanya diakses masyarakat mafia zakat melalui media cetak & 3)Pemerintah elektronik belum 3)Adanya sistem optimal pengendalian internal dalam & pengawasan secara pemanfaatan intensif agar dana zakat penyalahgunaan dana untuk zakat dapat dihindari program 4)Kekayaan alam yang pengentasan ada dioptimalkan dan kemiskinan keuangan negara dikelola dengan efektif dan efisien. Sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz jika ada gubernur/pegawainya yang boros/tidak
Strategi WT 1)Kinerja BAZ harus dioptimalkan dan pengelolaan dana zakat hanya terpusat di BAZNAS sehingga alokasi dana zakat untuk amil dapat direduksi dan agar persaingan antar institusi pengelola zakat yang didirikan masyarakat/swasta dapat dihindari 2)Dana zakat berfungsi sebagai sumber pendapatan negara yang alokasinya khusus digunakan untuk program pengentasan kemiskinan 3)Sebaiknya lebih selektif dalam proses identifikasi mustahik agar dana zakat tidak dinikmati oleh orang malas 4)Dalam perumusan kebijakan harus ada pengawalan yang tepat agar tujuan dari kebijakan benar-benar tercapai dan semua anggaran digunakan untuk perbaikan kondisi rakyat& dalam pembuatan undangundang sangat ditekankan aspek kehatihatian agar tidak ada pemborosan anggaran H a l a m a n | 26
JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
efisien dalam penggunaan anggaran negara yang bersumber dari baitul maalmeskipun untuk tugas kenegaraan maka akan langsung ditegur oleh beliau serta lebih ditekankan hidup hemat dan pemerataan ekonomi sehingga pejabat pada masa pemerintahan beliau tidak ada yang hidup mewah . 5)sebaiknya lebih diperketat mengenai ijin pendirian gedung untuk sarana-sarana yang bersifat konsumtif, seperti pusat perbelanjaan, tempat hiburan, penginapan dan sebagainya agar tidak kehabisan lahan untuk pertanian dan perkebunan. Pemerintah Indonesia hendaknya lebih perhatian terhadap sektor pertanian dan perkebunan kemudian makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia merupakan hasil dari pertanian negeri sendiri dan konsumsi makanan yang terbuat dari bahan kimia
dan strategi yang dilakukan tepat sasaran secara efektif dan efisien 5)Hasilperkebunan diolah agar kebutuhan primer, sekunder dan tersier dapat dipenuhi dan masyarakat Indonesia tidak perlu impor produk buatan negara lain yang bersifat konsumtif sehingga perlu impor mesin-mesin produksi dari dana zakat sehingga hasil produksi dapat bersaing di dunia Internasional dandapat di ekspor sehingga devisa dapat ditingkatkan karena barang yang diekspor bukan bahan baku tapi hasil produksi mustahiq.
H a l a m a n | 27 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
diminimalisir karena banyak mengandung zat aditif seperti pengawet sebagai sumber penyakit seperti kanker, tumor dan sebagainya. Hal ini sebagai upaya pencegahan (preventif) dari pada pengeluaran anggaran untuk pengobatan gratis (represif).
4. Pembahasan Strategi yang diterapkan pemerintah di Indonesia adalah strategi growth with equity bukan strategi growth and equity. Dalam strategi growth with equity yang diutamakan adalah pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan, sebagai contoh kondisi pertumbuhan ekonomi membaik dari sisi equity/bentuk pemerataan dapat dilihat dari tingkat kemiskinan dan pengangguran yaitu target penurunan kemiskinan dan pengangguran pada RAPBN ditargetkan menjadi sekian persen dan target pertumbuhan ekonomi sekian persen akan tetapi target penurunan kemiskinan dan pengangguran relatif kecil, yang merupakan dampak implementasi dari bentuk strategi kebijakan growth with equity, karena tidak difokuskan pada keseimbangan strategi growth and equity, oleh karena itu harus dibuat kebijakan yang adil agar pertumbuhan ekonomi membaik disertai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang signifikan.
Pemberian zakat hendaknya bersifat produktif agar keperluan hidup mustahik dapat dipenuhi dan dapat hidup mandiri sebagaimana sabda Nabi SAW : “anna Rosulullah SAW qoola : “ laa tahillul mas’alatu illa li’ahadi tsalatsati : rojulun tahammala hammaalatan fahallat lahul mas’alatu hatta yusiybahaa tsumma yumsika, warojulun asoobathu, ijtaahat maalahu fahallat lahul mas’alatu hatta yuwsiyba qiwaamaan min aysyiin- aw qoola sadaadan min aysyiin–wa rojulun ashoobathu faaqotun hatta yaquwla tsalatsatu min djawiil hijaa min qoumihi : qod ashoobat fulaanan faaqotun fahallat lahul mas’alatu hatta yuwsiba qiwaaman min aysyiin, aw qoola sadaadan min aysyin. Famaa siwaahunna minal mas’alati yaa qobiyshotu sukhtun ya’kuluhaa shoohibuhaa suhtaan”. Artinya : “ bahwa Rosulullah H a l a m a n | 28 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
SAW bersabda : tidak halal minta-minta kecuali salah seorang diantara tiga : Pertama, orang yang menanggung beban berat, maka baginya halal meminta, Kedua, orang yang ditimpa musibah, maka baginya halal pula meminta. Ketiga, orang yang dirundung kemiskinan, maka baginya pun halal meminta agar kembali tegak dan hidup wajar.” Adapun selain yang tersebut diatas haram baginya makan dari hasil minta-minta” (Qardawi, 2006;529). Pemerintah harus selektif dalam pendistribusian zakat agar tepat sasaran. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, maka pekerjaan itu tidak boleh ditinggalkan karena memperoleh zakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW “ La tahillus sodaqotu lighonni wa laa lidjii mirroti sawiyyi” yang artinya : “sedekah tidak halal bagi orang kaya, orang yang berbadan sehat dan kuat” (Qardawi, 2006:522). Orang yang lebih berhak diberi pertolongan, sebagaimana sabda Nabi SAW adalah “ laysal miskinul ladji yatuwfu ala naas tarudduhul luqmatu wa luqmataani, wattamrotu wat tamrotaani, walaakinnal miskiinalladji laa yajidu ghinay yugniyhi wa la yuftonu lahu fayutasoddaqu alaihi, wala yaquwmu fayas’alu naas”. Artinya “ Orang miskin itu bukanlah orang yang berkeliling mintaminta agar diberi sesuap dua suap nasi, satu dua biji kurma, tapi orang miskin itu adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan kemudian diberi sedekah, dan mereka itu tidak pergi minta-minta pada orang”.( Qardawi, 2006; 527) SDM pengelola dana zakat harus amanah dan berilmu pengetahuan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an mengenai dua ciri khas pengaturan kekayaan negara yang sukses, dapat dipelajari dari perkataan Nabi Yusuf AS kepada penguasa Mesir. Beliau berkata :“jadikanlah diriku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan..” (Qs. Yusuf (12) : 55). Dari ayat tersebut diketahui bahwa sifat pertama yang harus dimiliki SDM BAZNAS adalah pandai menjaga, artinya sangat kuat penjagaannya atas kekayaan negara, sehingga pemberian dalam bentuk apapun yang berasal dari baitul maal harus ditolak, dan pemberian gaji harus dengan perhitungan yang matang. Sifat kedua orang yang menangani urusan harta kekayaan negara adalah berpengetahuan, yakni harus memiliki keahlian (Quthb, 2002:23). Program-program yang dibuat untuk penyaluran dana zakat hendaknya bersifat produktif dengan syarat bahwa kebutuhan primer fakir miskin sudah dipenuhi. Jadi alokasi dana zakat untuk sektor produktif ini berasal dari ashnaf lain yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Pengelola dana zakat hendaknya institusi yang berasal dari negara yang berfungsi sebagai baitul maal dan bersifat non profitagar dana amil dan dana operasional institusi pengelola zakat dapat diminimalisir oleh karena itu fungsi BAZNAS harus dioptimalkan dan harus ada sinergi antara bank syariah dan BAZNAS dalam H a l a m a n | 29 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
hal pemanfaatan teknologi untuk penghimpunan dana zakat agar kewajiban zakat para muzaki dapat ditunaikan dengan mudah. Para mustahiq harus diberi bimbingan dan penyuluhan mengenai dunia bisnis dengan cara learning by doing oleh para praktisi perbankan agar kegiatan usaha dapat berjalan lancar dengan perencanaan matang sehingga pada akhirnya daya beli mustahik dapat ditingkatkan. Dengan demikian hasil penelitian penulis didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Iqbal (2011), Dogarawa (2009), Shirazi & Fouad (2009), Shaikh (2011), Ashraf (2011), Mohsin, Lahsasna & Ismail (2011), Bidin, Idris & Shamsudin (2009), Mahmud & Shah (2009), Makiyan (2011), Alam (2011), Buiyan, Siwar, Islam & Rashid (2012), Adebayo (2011), Smolo (2011), Choudhuri (2009) & Raquib (2011), Tamkin & Ridhwan (2011) bahwa dana zakat sangat berperan dalam program pengentasan kemiskinan dengan syarat bahwa dana zakat sebagian besar didistribusikan ke sektor-sektor produktif dan harus ada lembaga keuangan mikro yang bersifat nonprofit dalam pengelolaan dana zakat sehingga akan meningkatkan MPC mustahik sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Febianto, Ashany & Kautsar (2011).
KESIMPULAN Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara zakat dan kemiskinan dengan arah korelasi negatif, artinya jika dana zakat yang disalurkan untuk program pengentasan kemiskinan ditingkatkan, maka tingkat kemiskinan akan semakin menurun.Program-program yang dibuat untuk penyaluran dana zakat hendaknya bersifat produktif dengan syarat bahwa kebutuhan primer fakir miskin sudah dipenuhi. Jadi alokasi dana zakat untuk sektor produktif ini berasal dari ashnaf lain yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Pengelola dana zakat hendaknya institusi yang berasal dari negara yang berfungsi sebagai baitul maal dan bersifat non profit oleh karena itu fungsi BAZNAS harus dioptimalkan, SDM BAZNAS harus amanah dan berpengetahuan serta harus ada sinergi antara bank syariah dan BAZNAS dalam hal pemanfaatan teknologi untuk penghimpunan dana agar kewajiban zakat para muzaki dapat ditunaikan dengan mudah. Para mustahiq harus diberi bimbingan dan penyuluhan mengenai dunia bisnis dengan cara learning by doing oleh para praktisi perbankan agar kegiatan usaha dapat berjalan lancar dengan perencanaan matang sehingga pada akhirnya daya beli mustahik dapat ditingkatkan.
H a l a m a n | 30 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
DAFTAR PUSTAKA Adebayo, Ibrahim. 2011.” Zakat and Poverty Alleviation : A Lesson for the Fiscal Policy Makers in Nigeria”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance. Vol. 7, No.4, 25-42. Ahmed, Akbar, Saima. 2011. “Global Need For A New Concept : Islamic Economics”. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1, No. 4, 1-15 Alam, Nurul, Mohammed. 2011. “ Islamic Banking in Bangladesh : a Case Study of IBBL”. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1, No. 4, 1-18. Ashraf, A, Mohammad. 2011. “The Effectiveness of Microcredit Programs and Prospects of Islamics Microfinance Institutes (IMFIs) in Muslim Countries: A Case Study in Bangladesh”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance”, Vol. 6, No. 4, 69-85 Badan Pusat Statistik. 2013. Data kemiskinan dan pengangguran dari http://www.bps.go.id diunduh 19 April 2013 __________________. 2013. Data GDP atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha dari http://www.bps.go.id diunduh 15 Mei 2013 Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Syariah Desember 2012 dari http:// www.bi.go.id diunduh 19 April 2012 Bhuiyan, Siwar, Islam & Rashid.2012. “The Approaches of Islamic and Conventional Microfinancing for Poverty Alleviation and Sustainable Livelihood”. American Journal of Applied Sciences, Vol. 9, No. 9, 1385-1389 Bidin, Idris & Shamsudin. 2009. “Predicting Compliance Intention on Zakah on Employment Income in Malaysia”. Jurnal Pengurusan. Vol. 1, No. 28, 85-102. Choudhury, Alam, Masudul. 2009. “Islamic Perspective of Socio Economic Development”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 6, No. 3, 1-18. Dewandaru, Janu. 2007. “ Apa yang sebenarnya ditawarkan Ekonomi Islam?” . Occasional Paper Biro Penelitian Pengembangan dan Pengaturan Perbankan Syariah, Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia. 1-12 Dogarawa, Bello, Ahmad. 2009. “ Poverty Alleviation through Zakah and Waqf Institutions : A Case for the Muslim Ummah in Ghana”.Paper Presented at the First National Muslim Summit. Alfurqan
H a l a m a n | 31 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Foundationdari http://www.ssrn.com/-id1622122 diunduh 12 Mei 2013 ________________.2010. “Achieving Equitable Wealth Distribution Through the Istitution of Zakah.Paper Presented at the Second National Muslim Summit. Alfurqan Foundation dari http://www.ssrn.com/id1622133 diunduh 12 Mei 2013 Febianto, I. Ashani, M, A & Kautsar, A. 2011. “An Analysis on the Impact of Zakah Programs in Poverty Alleviation : Case Study in Bandung”. dari http://ssrn.com/1895109 diunduh 20 Mei 2013 Halim, A. Hamid, A & Nordin, M, A, N. 2011. “A Study On Islamic Banking Education And Strategy For The New Millenium-Malaysian Experience”. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 2, No. 4, 1-10 Iqbal, Zafar. 2011. “Economic Rationale for the State Collection of Zakah”. International Journal of Islamic Financial Service, Vol. 2, No. 1, 1-6. Mahmud & Shah. 2009. “The Use of Zakat Revenue in Islamic Financing : Jurisprudential Debate and Practical Feasibility”. Journal of Studies in Islam and the Middle East, Vol. 6, No.1, 1-15. Makiyan, Nezamaddin, Seyed. 2011. “The Role of Rate of Return on Loans in the Islamic Banking System of Iran”. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 3, No. 3, 1-7. Mohsin, I, A, M. Lahsasna, A & Ismail, E. 2011. “Zakah from Salary and EPF : Issues and Challenges”.International Journal of Business and Sosial Science, Vol. 2, No.1, 278-286. Peraturan DJP No. PER-15/PJ/2012 tentang lembaga yang ditetapkan sebagai penerima zakat Raquib, Abdur. 2011. “Islamic Banking and Zakat-An Alternative Approach to Poverty Reduction in Bangladesh”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 7, No.2, 11-26. Shaikh, Salman, Ahmad, MS. 2011. “Sources of Publik Finance in an Islamic Economy”. dari http://www.Islamiceconomics.viviti.com, diunduh 17 Mei 2013 Shirazi, S, N & Fouad, M, D bin Amin. 2009. “Prospects of Poverty Elimination through Potential Zakat Collection in OIC-member Countries : Reappraised”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 6, No. 3, 55-74. Simoneaux, L, S & Stroud, L, C. 2008. “SWOT Analysis : The Annual Check up for a Business”. Journal of Pension Benefits. 75-78 dari www.search.proquest.com diunduh 13 Mei 2013
H a l a m a n | 32 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus
Smolo, Edib. 2011. “An Overview of Microfinance Sector in Bosnia and Herzegovina : Is There a Room for Islamic Microfinance?”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 7, No. 2, 85-105. Tamkin, J, bin Borhan & Ridhwan, M, bin Ab. Aziz. 2011. “Agribusiness and Financing Facility in Islam : From the Perspective of Agro Bank, Malaysia”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance. Vol. 6, No. 4, 9-28 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Qardawi, Yusuf. 2006. “Hukum Zakat : Studi komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan hadis” diterjemahkan oleh : Harun, Salman. Hafidhuddin, Didin & Hasanuddin, PT. Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta Quthb Ibrahim Muhammad. 2002. Kebijakan Ekonomi Umar bin Khatab, di terjemahkan ; Ahmad Syarifuddin Shaleh, Jakarta,Pustaka Azzam World Bank, 2013, Data poverty headcount ratio at national poverty line, dari http://data.worldbank.org/topic/poverty diunduh 15 Mei 2013 www.lazisnu.or.id www.iphi.web.id www.rumahzakat.org www.dompetdhuafa.org www.lazismu.org www.pzu.or.id www.bazda.go.id www.baznas.go.id www.bmh.or.id www.dewandakwah.com www.dpu-online.com website BUS dan UUS www.ybm-bri.or.id www.baitulmaal.net www.pkpu.or.id www.ydsf.org
H a l a m a n | 33 JURNAL EKONOMI 2014
ISSN: 2302-7169
Vol. 2 No. 3 • Mei-Agustus