1
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KRECEK DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Sigit Joko Rahmanto, Eny Lestari, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 E-mail:
[email protected], Telp. 085725419959
Abstract :. The objectives of this study were to analyze the internal andexternal factors; formulate alternative strategies, and determine thestrategic priorities in the in the development of krecek small industry in Banyudono Subdistrict Boyolali Regency. The basic method of this research is analytical descriptive with a survey research techniques. Methods of data analysis: IFE-EFE Matrix; SWOT Matrix, and QSP Matrix. The results showed that the main strenght that is owned by a krecek small industry in Banyudono Sub district was seeking krecek have long experience and the main weakness was the lack of operating capital; the main opportunity was the environment is comfortable and the main threats was the effect of the rainy season at krecek production process; There were 8 strategic alternatives generated, two S-O strategies, two strategies W-O, two S-T strategies, and one W-T strategies; the resulting strategy's priority is to increase production to take advantage of technological developments leather cutting machine to meet consumer demand. Keywords: strategy development, krecek small industry,IFE-EFE, alternative strategies, priority of strategy Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor internal dan eksternal;merumuskan alternatif strategi; dan menentukan prioritas strategi dalam pengembangan industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitisdengan teknik survei. Metode analisis data : Matriks IFE-EFE; Matriks SWOT; dan Matriks QSP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan utama yang dimiliki oleh industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono adalah pengalaman mengusahakan krecek sudah lama, kelemahan utama adalah terbatasnya modal dalam menjalankan usaha; peluang utama ialah kondisi lingkungan yang aman ,ancaman utamanya ialah pengaruh musim hujan terhadap proses produksi krecek; terdapat 8 alternatif strategi yang dihasilkan, dua strategi S-O, dua strategi W-O, dua strategi S-T, dan satu strategi W-T; prioritas strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mesin pemotong kulit untuk memenuhi permintaan konsumen. Kata kunci: strategi pengembangan, industri kecil krecek, IFE EFE, alternatif strategi, prioritas strategi
1
2
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai keanekaragaman hasil alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup. Seiring dengan kemajuan zaman, maka terjadi kegiatan pengolahan hasil alam yang melimpah ruah tersebut untuk diolah menjadi bahan pangan yang memudahkan manusia untuk dikonsumsi. Salah satu kegiatan pengolahan hasil alam, terutama pengolahan hasil di bidang pertanian adalah adanya kegiatan agroindustri. Agroindustri memproses secara terpadu antara sektor pertanian sebagai penyumbang bahan baku olahan dengan sektor industri sebagai sektor yang dapat mengolah hasil pertanian, sehingga hasil yang didapat dari keterpaduan tersebut akan diperoleh nilai tambah. Krecek (kerupuk rambak sayur) merupakan salah satu produk agroindustri berupa jenis makanan yang berbahan dasar dari kulit sapi atau kerbau. Namun, dalam proses pembuatannya bahan yang digunakan tidak semua jenis sapi atau kerbau dapat diambil kulitnya untuk pembuatan kerupuk kulit, karena disini lebih diutamakan sapi atau kerbau yang berumur masih muda.Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang mempunyai produk makanan yang cukup banyak dan beraneka ragam jenisnya. Produk makanan yang cukup terkenal di Kabupaten Boyolali yaitu krecek (kerupuk rambak sayur). Keberadaan industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali ini
tergolong sudah lama. Namun, dalam perjalanannya mengalami pasang surut dari segi jumlah pengusaha krecek yang berada di daerah tersebut. Permasalahan yang terjadi pada industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada dasarnya sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil yang berada di daerah lain yaitu diantara permasalahan yang berasal dari lingkungan internal industri adalah modal yang kecil, sedikitnya daerah pemasaran dan labilnya pemasaran krecek sehingga menyebabkan proses kegiatan produksi yang terbatas. Sedangkan permasalahan yang berasal dari lingkungan eksternal adalah kurangnya intensitas bimbingan dan pengawasan dari pemerintah daerah terhadap keberadaan sentra industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono. Menurut (Kwik Kian Gie, 2000), beberapa kendala yang sering dihadapi oleh pengusaha industri kecil adalah : Keterbatasan dana dalam pengembangan usaha. Pada umumnya pengusaha industri kecil berasal dari golongan ekonomi lemah dengan latar belakang pendidikan terbatas. Banyak diantara mereka yang memilih menjadi wirausahawan kecil karena sulit mencari pekerjaan di sektor formal dan karena memiliki sedikit keterampilan yang diwarisi dari orang tuanya. Keterbatasan dana membuat usaha mereka sulit berkembang dan tidak mampu melayani permintaan pasar. Bahkan tidak sedikit pengusaha yang modalnya habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari; Keterbatasan kemampuan teknis. Keterbatasan
3
kemampuan teknis yang meliputi pengadaan bahan baku dan peralatan standar, desain dan mutu produk. Kurangnya pengetahuan tentang bahan baku yang diperlukan, teknologi mutakhir serta pengembangan mode di pasar menyebabkan penampilan produkproduk industri kecil umumnya kurang menarik, kurang rapi dan kualitasnya tidak standar, sehingga kurang mampu bersaing dengan produk pabrik besar yang dihasilkan dengan peralatan otomatis dan bahan baku standar; Keterbatasan kemampuan memasarkan. Keterbatasan kemampuan memasarkan menyebabkan banyak produk industri kecil yang meskipun mutunya tinggi tetapi tidak dikenal dan tidak mampu menerobos pasar. Akibat lain yang banyak diderita pengusaha kecil adalah dipermainkan para pedagang yang menguasai mata rantai distribusi, sehingga harga ditekan serendah mungkin dan seringkali pembayaran tertunda. Pengembangan industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali memerlukan analisis lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan industri krecek. Lingkungan internal meliputi kondisi keuangan, sumber daya manusia, pemasaran, produksi/ operasional, dan manajemen. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi kondisi perekonomian, alam, sosial dan budaya, politik, teknologi dan persaingan. Melalui analisis lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan industri kecil krecek dapat ditentukan alternatif dan prioritas strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan
industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan industri krecek; merumuskan alternatif strategi pengembangan industri krecek; menentukan prioritas strategi pengembangan industri krecek. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Teknik pelaksanaan menggunakan teknik survey. (Surakhmad, 1994). Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra industri kecil krecek (kerupuk rambak sayur). Penentuan Sampel Responden Sampel untuk identifikasi faktor internal dan eksternal terdiri atas Disperindag Kabupaten Boyolali, pedagang krecek, konsumen krecek dan pengepul bahan baku krecek yang dipilih dengan cara purposive (sengaja). Sedangkan sampel untuk pengusaha krecek diambil dengan cara sensus. Responden untuk penetuan bobot dan rating faktor strategis sertapenentuan bobot dan nilai daya tarik dalam Matriks QSP digunakan informan kunci. Untuk memilih informan kunci lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive). Hal yang menjadi pertimbangan adalah orang tersebut dianggap paling tahu tentang informasi yang diharapkan oleh peneliti atau orang-orang yang telah
4
cukup lama dan masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti.Informan kunci tersebut meliputi: pengusaha krecek, Disperindag Kabupaten Boyolali, Pemasok kulit kerbau, Pedagang krecek dan konsumen akhir. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden dan data sekunder yang diperoleh dari dinas terkait. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan pencatatan. Metode Analisis Data Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan industri kecil krecek. Identifikasi faktor internal dan eksternal menggunakan alat analisis matriks IFE dan EFE. Alternatif Strategi Sedangkan untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan industri kecil krecek digunakan matriks SWOT. Analisis SWOT digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan empat kemungkinan alternatif strategi, yaitu stategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatanancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies) (Rangkuti, 2006).
Prioritas Strategi Matriks QSP digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik (David, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha Industri Kecil Krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Industri kecil krecek yang berada di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali telah berdiri sejak lama dengan skala industri kecil. Rata-rata jumlah tenaga kerja pada industri kecil krecek yaitu 1015 orang. Produk yang dihasilkan dari industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono yaitu krecek gorengan dan krecek berasan. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi krecek yaitu kulit kerbau dan bahan penolong adalah minyak goreng. Proses produksi krecek meliputi pemotongan lembaran kulit kerbau, perebusan kulit kerbau, pencucian dan pendinginan, pemotongan kulit dengan ukuran 1cm x 3cm, penjemuran dibawah sinar matahari, penggorengan, pengemasan. Rata-rata jumlah biaya produksi, penerimaan dan pendapatan krecek pada industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Tabel1.
Rata-rata Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Selama Satu Bulan Pada Industri Kecil Krecek di KecamatanBanyudono Kabupaten Boyolali Uraian Rata-rata No 1 Biaya total (Rp) Rp 133.007.250,00 2 Penerimaan (Rp) Rp 137.962.500,00 3 Pendapatan (Rp) Rp 4.955.250,00 Sumber : Analisis data primer Berdasarkan Tabel 1, rata-rata jumlah biaya produksi krecek sebesar Rp 133.007.250,00. Biaya tersebut adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan meliputi biaya pembelian bahan baku berupa kulit kerbau dan bahan penolong berupa minyak goreng. Bahan penolong yang digunakan adalah plastik, rafia dan steples. Biaya yang dikeluarkan untuk pengupahan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 25.000,00-Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja luar laki-laki, Rp 20.000,00-Rp 25.000,00 untuk tenaga kerja luar perempuan. Sedangkan biaya lain yang dikeluarkan adalah biaya pemasaran. Penerimaan rata-rata sebesar Rp 137.962.500,00. Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara jumlah produksi dengan harga. Penerimaan tersebut berasal dari krecek gorengan dan krecek berasan. Harga rata-rata krecek berasan Rp 85.000,00 dan harga rata-rata krecek gorengan sebesar Rp 75.750,00.Ratarata penerimaan krecek gorengan sebesar Rp 55.987.500,00 dan Rp 81.975.000,00. Pendapatan rata-rata industri krecek diperoleh dengan cara mengurangkan penerimaan rata rata industri krecek dengan biaya ratarata produksi krecek. Sehingga diperoleh pendapatan rata-rata dari industri krecek sebesar Rp 4.955.250,00 setiap bulan.
Kondisi Faktor Internal Pengembagan Industri Krecek Analisis internal adalah proses dimana perencana strategi mengkaji pemasaran dan distribusi perusahaan, penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi, sumber daya dan karyawan, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan dimana letak kekuatan dan kelemahan perusahaan (Jauch dan Glueck, 1991). Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabelvariabel itu meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi Menurut David (2006), pada matriks Internal Factor Evaluation (IFE), skor bobottotal berkisar antara 1,0 sebagai titik rendah dan 4,0 sebagai titik tertinggi dengan skor rata-rata 2,5. Skor bobot di bawah 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor yang secara signifikan berada diatas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Matriks IFE Industri Kecil Krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 2.
6
Tabel 2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Industri Kecil Krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali No 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Faktor-faktor Internal
Bobot
Rating
Skor
0,113 0,107 0,087
3,8 3,4 3,6
0,431 0,363 0,312
0,067 0,080 0,073
3,8 3,2 3,2
0,253 0,256 0,235
0,093 0,093 0,087 0,067 0,060 0,073 1,000
1,6 1,8 1,2 1,6 1,4 1,8 30,4
0,149 0,104 0,104 0,107 0,084 0,132 2,529
Kekuatan
Pengalaman mengusahakan krecek sudah lama Kualitas SDM yang baik Kualitas produk yang tahan lama Kemudahan dalam mendapatkan bahan baku krecek Kontinyuitas dalam kegiatan produksi Pencatatan terhadap ketertiban tenaga kerja Kelemahan Terbatasnya modal dalam menjalankan usaha Proses produksi krecek melalui banyak tahapan Manajemen usaha yang kurang baik Sedikitnyan daerah pemasaran krecek Labilnya proses pemasaran krecek Kurangnya diversifikasi produk krecek
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa faktor kekuatan dan kelemahan merupakan faktor yang menggambarkan kondisi internal yang terdapat pada pengembangan Industri Kecil Krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Pengembangan industri kecil krecek dengan faktor pengalaman mengusahakan krecek sudah lama menjadi kunci kekuatan terbesar dengan skor 0,431. Sedangkan kelemahan terbesar terdapat pada faktor terbatasnya modal dalam menjalankan usaha dengan skor 0,149. Nilai total matriks IFE pada pengembangan industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono adalah 2,529. Nilai tersebut menjelaskan bahwa industri kecil krecek memiliki posisi internal yang cukup kuat, sehingga dapat dikatakan pengusaha sudah mampu memanfaatkan
kekuatan untuk mengatasi kelemahan dalam pengembangan industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Kondisi Faktor Eksternal Pengembagan Industri Krecek Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal dari industri kecil krecek yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan (David, 2006). Matriks EFE Industri Kecil Krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 3.
7
Tabel 3. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Industri Kecil Krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali No 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6
Faktor-faktor Eksternal Peluang Kondisi lingkungan yang aman Adanya perkenalan teknologi dalam produksi krecek Tingginya minat masyarakat terhadap produk krecek Kemudahan dalam mendapatkan produk krecek Budaya menyajikan krecek pada acara hajatan pernikahan Membuka kesempatan kerja untuk masyarakat sekitar Permintaan terhadap krecek tinggi ketika bulan puasa dan hari raya Budaya masyarakat menjadikan krecek sebagai oleh-oleh Ancaman Persaingan harga krecek yang beredar di pasaran Fluktuasi harga bahan baku krecek Adanya pesaing bisnis krecek dari daerah lain Kurangnya intensitas bimbingan dan pengawasan langsung dari pemerintah daerah setempat Kondisi perekonomian yang tidak kondusif Pengaruh musim hujan terhadap proses produksi krecek
Bobot
Rating
Skor
0,092
3,6
0,331
0,043
2
0,086
0,076 0,076
2,8 2,6
0,212 0,197
0,081
2,8
0,227
0,081
3,2
0,259
0,092
3,4
0,312
0,059
2,8
0,166
0,065 0,065 0,049
2,6 3 2,2
0,169 0,195 0,107
0,081 0,043
3,2 2,2
0,259 0,095
0,097 1,000
3,8 40,2
0,370 2,986
Sumber : Analisis data primer Berdasarkan Tabel 3, nilai total matriks EFE pada pengembangan industri kecil krecek sebesar 2,986. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengusaha krecek merespon secara baik peluang dan ancaman yang ada. Berdasarkan nilai skor matrik EFE, maka dapat dijelaskan bahwa kondisi eksternal organisasi berada pada posisi yang kuat karena total skor lebih dari 2,5. Faktor peluang terbesar dalam pengembangan industri kecil krecek
adalah aman.
kondisi
lingkungan
yang
Alternatif Strategi Pengembangan Industri Kecil Krecek (Matriks SWOT) Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini menggambarkan bagaimana pelung dan ancaman eksternal yang dihadapi diselesaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal (Rangkuti, 2006)
8
Tabel 4. Alternatif Strategi Matriks SWOT Pengembangan Industri Kecil Krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Analisis Internal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
1. Pengalaman mengusahakan krecek sudah lama 2. Kualitas SDM yang baik 3. Kualitas produk yang tahan lama 4. Kemudahan dalam mendapatkan bahan baku krecek 5. Kontinyuitas dalam kegiatan produksi 6. Pencatatan terhadap ketertiban tenaga kerja Strategi S – O
1. Terbatasnya modal
1. Dukungan masyarakat sekitar terhadap keberadaan industri kecil krecek 2. Adanya perkenalan teknologi dalam produksi krecek 3. Tingginya minat masyarakat terhadap produk krecek 4. Permintaan krecek sepanjang tahun 5. Budaya menyajikan krecek pada acara hajatan pernikahan 6. Tenaga kerja mudah didapat 7. Permintaan terhadap krecek tinggi ketika bulan puasa dan hari raya 8. Budaya masyarakat menjadikan krecek sebagai oleh-oleh Ancaman (T)
1. Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mesin pemotong kulit untuk memenuhi permintaan konsumen (S1, S2, S3,S4, S5, O2, O3, O4, O5,07,08) 2. Mendirikan pusat makanan khas berbahan dasar kulit sebagai icon kuliner di Kabupaten Boyolali (S3, S4, S5, 03, O4, O7, O8)
1. Mempertahankan pasar yang sudah ada dan memperluas jaringan pemasaran krecek ke berbagai pasar (W4, W5, O3,O4,O5, O7, O8) 2. Mengoptimalkan kegiatan produksi dan melakukan diversifikasi produk krecek baik rasa, bentuk dan kemasan (W2, W6, O2, O3, O4, O7, O8)
Strategi S – T
Strategi W – T
1. Persaingan harga krecek yang beredar
1. Mengoptimalkan kegiatan produksi krecek ketika musim kemarau untuk persiapan datangnya musim hujan (S1, S2, S3, S4, T6) 2. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk krecek (S3, S4, S5, T6)
1. Kerjasama dengan pemerintah daerah setempat terkait dengan bimbingan dan pendampingan usaha pada industri kecil krecek (W1, W3, W6, T4, T5)
Analisis Eksternal
Peluang (O)
2. 3. 4.
5. 6.
di pasaran Fluktuasi harga bahan baku krecek Adanya pesaing bisnis krecek dari daerah lain Kurangnya intensitas bimbingan dan pengawasan langsung dari pemerintah daerah setempat Kondisi perekonomian yang tidak kondusif Pengaruh musim hujan terhadap proses produksi krecek
2. 3. 4. 5. 6.
dalam menjalankan usaha Proses produksi krecek melalui banyak tahapan Manajemen usaha yang kurang baik Sedikitnya daerah pemasaran krecek Labilnya proses pemasaran krecek Kurangnya diversifikasi produk krecek Strategi W – O
Sumber : Analisis hasil penelitian Berdasarkan Tabel 4, Matriks SWOT menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu
(1) strategi S-O yaitu meningkatkan produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mesin
9
pemotong kulituntuk memenuhi permintaan konsumen, mendirikan pusat makanan khas berbahan dasar kulit sebagai icon kuliner di Kabupaten Boyolali; (2) strategi WO yaitu mempertahankan pasar yang sudah ada dan memperluas jaringan pemasaran krecek ke berbagai pasar, mengoptimalkan kegiatan produksi dan melakukan diversifikasi produk krecek baik rasa, bentuk dan kemasan; (3) strategi S-T yaitu mengoptimalkan kegiatan produksi krecek ketika musim kemarau untuk persiapan datangnya musim hujan, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk krecek; (4) strategi W-T yaitu Kerjasama dengan pemerintah daerah setempat terkait dengan bimbingan dan
pendampingan usaha pada industri kecil krecek. Prioritas Strategi Pengembangan Industri Kecil Krecek (Matriks QSP) Prioritas strategi yang diperoleh dalam pengembangan industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali adalah alternatif strategi ke I yaitu meningkatkan produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mesin pemotong kulit untuk memenuhi permintaan konsumen. strategi ini merupakan strategi kekuatan-peluang yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.
Tabel5. Jumlah Total DayaTarik (STAS) Alternatif Strategi Pengembangan Industri Kecil Krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali No
1
2
3
4
5 6
7
Alternatif Strategi Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mesin pemotong kulit untuk memenuhi permintaan konsumen Mendirikan pusat makanan khas berbahan dasar kulit sebagai icon kuliner di Kabupaten Boyolali Mempertahankan pasar yang sudah ada dan memperluas jaringan pemasaran krecek ke berbagai pasar Mengoptimalkan kegiatan produksi dan melakukan diversifikasi produk krecek baik rasa, bentuk dan kemasan Mengoptimalkan kegiatan produksi krecek ketika musim kemarau untuk persiapan datangnya musim hujan Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk krecek Kerjasama dengan pemerintah daerah setempat terkait dengan bimbingan dan pendampingan usaha pada industri kecil krecek
Sumber : Analisis Data Primer
Skor Daya Tarik Internal 2,653
Skor Daya Tarik Eksternal 2,838
Jumlah Skor Daya Tarik Total 5,491
2,307
2,686
4,933
2,593
2,578
5,172
2,360
2,395
4,755
2,633
2,265
4,898
2,527
2,708
5,235
2,633
2,611
5,244
10
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan matriks IFE, kekuatan utama yang dimiliki oleh industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono adalah pengalaman mengusahakan krecek sudah lama sedangkan kelemahan utama adalah terbatasnya modal dalam menjalankan usaha. Berdasarkan matriks EFE, peluang utama ialah kondisi lingkungan yang aman sedangkan ancaman utamanya ialah pengaruh musim hujan terhadap proses produksi krecek. Alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam pengembangan industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mesin pemotong kulit untuk memenuhi permintaan konsumen; (2) Mendirikan pusat makanan khas berbahan dasar kulit sebagai icon kuliner di Kabupaten Boyolali; (3) Mempertahankan pasar yang sudah ada dan memperluas jaringan pemasaran krecek ke berbagai pasar; (4) Mengoptimalkan kegiatan produksi dan melakukan diversifikasi produk krecek baik rasa, bentuk dan kemasan; (5) Mengoptimalkan kegiatan produksi krecek ketika musim kemarau untuk persiapan datangnya musim hujan; (6) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk krecek; (7) Kerjasama dengan pemerintah daerah setempat terkait dengan bimbingan dan pendampingan usaha pada industri kecil krecek.Prioritas strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam pengembangan
industri kecil krecek di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali adalah meningkatkan produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mesin pemotong kulit untuk memenuhi permintaan konsumen (5,491). SARAN Sebaiknya para pengusaha melakukan diversifikasi produk krecek baik rasa, bentuk dan kemasan krecek agar menambah segmentasi produk krecek. Sebaiknya pengusaha krecek perlu mempertimbangkan adanya perkembangan teknologi mesin pemotong kulit kerbau untuk meningkatkan produksi krecek. Bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat terkait dengan bimbingan dan pendampingan usaha krecek serta pendirikan pusat makanan khas berbahan dasar kulit sebagai icon kuliner di Kabupaten Boyolali. DAFTAR PUSTAKA David, F.R. 2006. Manajemen Strategis : Konsep. Edisi kedua belas. Salemba Empat. Jakarta. Jauch, Lawrence R. dan Glueck, William F. 1991. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan Terjemahan Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Kwik
Kian Gie. 1997.Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen. Penerbit Delta Panangkal. Jakarta. Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus BisnisReorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Surakhmad, Winarno. 1994. Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung.