Strategi Pendidikan Nonformal... (Rusni Bil Makruf)
STRATEGI PENDIDIKAN NONFORMAL DALAM MEMBENTUK AKHLAK REMAJA: Studi Pada Majelis Taklim Darul Kholidin Kebun Indah Sesela Gunung Sari Tahun 2012 Rusni Bil Makruf ∗ Abstraksi: Pada era sekarang ini sering dijumpai bentuk-bentuk kerusakan moral (akhlak) manusia, baik yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun remaja. Hal ini semakin terlihat jelas terutama dikalangan anak muda yang masih dalam usia sekolah contoh kecil saja seperti tawuran antar pelajar, narkoba masuk sekolah dan kampus-kampus, minuman keras (miras), membawa dan menyimpan film porno, dan masih banyak bentuk - bentuk penyimpangan yang lainnya. Tujuan sejati dari pendidikan yang selama ini didengung-dengungkan yakni agar bisa memanusiakan manusia, agak menjadi sangat ironi dan berbanding terbalik jika hanya pendidikan yang dibebankan hanya tertuju pada pendidikan yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Diperlukan adanya pendidikan yang bisa membantu pendidikan formal. Majelis Taklim sebagai lembaga nonformal dalam bidang keagamaan mempunyai peluang besar untuk membentuk akhlak kaum remaja, terutama pada remaja yang sulit diatur pada lembaga formal. Majelis taklim Darul Kholidin yang merupakan lembaga pendidikan nonformal menerapkan dan menganjurkan remaja khususnya masyarakat Sesele untuk belajar pada pendidikan nonformal (majelis taklim atau pengajian rutinitas santri maupun non santri pada tokoh agama atau Tuan guru setempat). Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pendidikan nonformal yang dilakukan oleh remaja yang ada di wilayah Kebun Indah, Sesele Gunungsari. Kata Kunci: Pendidikan, Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, Akhlak, Remaja, Majelis Taklim Darul Kholidin.
P
endidikan menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk manusia. Tanpa adanya pendidikan maka manusia akan sulit untuk berubah kearah yang lebih baik. Pendidikan Islam ∗
Penulis adalah Alumni Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram. e-mail:
[email protected]
53
El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
merupakan pendidikan yang diharapkan oleh semua umat Islam bisa memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan umat Islam. Keseimbangan antara dunia akhirat menjadi prioritas dalam pendidikan yang diterapkan, sehingga banyak definisi tentang pendidikan Islam yang dimunculkan. Dalam sebagian definisi, Pendidikan Islam diartikan “usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengerjakan Ajaran Islam”. 1 Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, baik itu pendidikan di dalam sekolah maupun pendidikan yang didapatkan diluar sekolah. Pendidikan Islam membawa misi keseluruh aspek kehidupan sehari-hari, kehidupan sesama manusia, lingkungan alam sekitar dan ketentuannya dengan Sang Maha Pencipta. Dalam hal ini Zakiyah Darajat mengemukakan tentang pengertian pendidikan Islam sebagai berikut: Pendidikan Islam merupakan pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan atau asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, mengahayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam yang telah diyakini serta menyeluruh dan menjadikan ajaran-ajaran Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun hidup di akherat kelak. 2
Pada era sekarang ini sering dijumpai bentuk-bentuk kerusakan moral (akhlak) manusia, baik yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun remaja. Hal ini semakin terlihat jelas terutama dikalangan anak muda yang masih dalam usia sekolah contoh kecil saja seperti tawuran antar pelajar, narkoba masuk sekolah dan kampus-kampus, minuman keras (miras), membawa dan 1
Depdikbud, Kurikulum 2004 Standar Kopetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas Dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang, 2003), h. 86 2 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 200), h. 86.
54
Strategi Pendidikan Nonformal... (Rusni Bil Makruf)
menyimpan film porno , dan masih banyak bentuk - bentuk penyimpangan yang lainnya. 3 Tujuan sejati dari pendidikan yang selama ini didengungdengungkan yakni agar bisa memanusiakan manusia, agak menjadi sangat ironi dan berbanding terbalik jika hanya pendidikan yang dibebankan hanya tertuju pada pendidikan yang ada di sekolahsekolah pada umumnya. Diperlukan adanya pendidikan yang bisa membantu pendidikan formal. Paling tidak adanya suatu kegiatan yang tidak terikat dengan aturan-aturan yang terkadang dianggap menjadi aturan yang membebani kaum remaja sekolah. Dengan adanya banyak kasus kriminal yang dilakukan para remaja, baik pelajar ataupun bukan pelajar maka banyak tuduhan miring yang ditujukan banyak pihak kepada sekolah tentang gagalnya sekolah bagi pendidikan kaum remaja sekolah. Pendidikan nonformal sebagai alternatif pendukung pendidikan formal sangat berperan penting selama ini. dengan adanya pendidikan nonformal maka beban yang tertumpuk pada pendidikan formal khususnya sekolah dapat berkurang secara signifikan. Dari itulah Pendidikan Islam tidak cukup untuk diajarkan kepada remaja hanya pada sekolah formal, dibutuhkan juga pendidikan nonformal sebagai pembantu membentuk kepribadian remaja yang berakhlak. Begitu juga dengan Pendidikan Islam adalah pendidikan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, baik itu pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah. Sebagaimana pada masa awal perkembangan Islam, penyelenggaraan pendidikan Islam secara formal yang sistematis belum terlaksana, pendidikan yang berlangsung pada umumnya masih bersifat informal. 4 Akan tetapi pada masa itu pendidikan 3
http://www.Remaja masa kini..go.id/, 2009. Diakses pada hari kamis tanggal 7 juni 2012. 4 Pengantar editor Usman dan Lubna, Menalar Jejak Historis Pendidikan Islam: Klasik, Pertengahan, Modern, Indonesia, dan Lokal (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.2010), h. vii.
55
El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
Islam mampu membawa misi keseluruh aspek kehidupan seharihari baik kehidupan sesama manusia, lingkungan alam sekitar dan khususnya dengan sang pencipta atau Kholik. Pendidikan Islam secara formal dan nonformal mengandung pemikiran - pemikiran baik secara konseptual maupun operasional sehingga dapat menjadi alternatif pemecahan dan mampu menjawab tantangan zaman yang serba modern dan permasalahan-permasalahan manusia itu sendiri. Dengan adanya pendidikan nonformal maka akan terbentuk lingkungan yang sesuai dengan keadaan nyata remaja yakni lingkungan yang tidak terikat dengan aturan formal. Menurut Prasetyo dalam kaitannya dengan belajar, pemakaian pembelajaran dimaksudkan “sebagai daya upaya guru untuk menciptakan suatu sistem lingkungan yang dapat memungkinkan terjadinya proses belajar.” 5 Sependapat dengan itu Mulyasa mengatakan sebagai berikut: Belajar mengajar dalam pendidikan atau pembelajaran adalah keselarasan usaha termasuk perencanaan cara atau tehnik, media dan taktik yang digunakan oleh pendidik atau pelatih yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang memiliki komponen-komponen tujuan, materi, metode dan teknik peserta atau tenaga pembimbing dan guru. 6
Sekolah formal dan nonformal sebagai lembaga pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam membangun bangsa, dengan demikian tugas ini menjadi agenda besar bagi lembaga formal dan nonformal sehingga terbentuk kepribadian peserta didik, pembinaan sikap, mental akhlak yang tidak hanya ketika berada di sekolah saja sehingga sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional:
5
Al-Madi dan Prasetyo, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya :1997), h.11. 6 Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.20.
56
Strategi Pendidikan Nonformal... (Rusni Bil Makruf)
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 7
Kurang mampunya para remaja dalam menguasai dan menunjukkan perilaku berakhlak disebabkan pada pendidikan formal remaja yang kesemuanya hanya mengejar target kurikulum saja (kognitif orientied),8 sedangkan untuk praktik dan pembentukan akhlak (afektip dan psikomotorik) jarang bisa tersentuh. Dengan banyaknya remaja yang ada di wilayah kebun Indah Sesele Gunungsari dan buruknya akhlak dari remajanya seperti suka minuman Tuak (minuman keras), suka tawuran dan seringnya berkata kotor menjadikan remaja Sesele terkenal dengan akhlak yang kurang terpuji.9 Padahal di daerah Sesele terdapat banyak sekali sekolah dan madrasah yang berdiri, terlebih lagi dengan banyaknya para guru, ustadz dan tuan guru maka seharusnya remaja di daerah Sesele mempunyai akhlak yang terpuji. 10 Majelis Taklim sebagai lembaga nonformal dalam bidang keagamaan mempunyai peluang besar untuk membentuk akhlak kaum remaja, terutama pada remaja yang sulit diatur pada lembaga formal. Hal ini tentunya tidak terlepas dari aturan yang ada pada lembaga nonformal seperti Majelis taklim yang tidak terlalu ketat dengan aturan- aturan yang kadang membebani kaum remaja. 7
Undang-Undang Sikdiknas UU RI No. 20, Tahun 2003 ( Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.5. 8 Saleh Marzuki, Pendidikan nonformal:Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, Remaja Rosdakarya. Bandung. Tahun 2010. H.25 9 Hasil observasi awal dan wawancara dengan Kepala Dusun Kebun Indah tanggal 10-15 Mei 2012 10 Hasil observasi awal, tanggal 10-15 Mei 2012
57
El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
Majelis taklim Darul Kholidin yang merupakan lembaga pendidikan nonformal menerapkan dan menganjurkan remaja khususnya masyarakat Sesele untuk belajar pada pendidikan nonformal (majelis taklim atau pengajian rutinitas santri maupun non santri pada tokoh agama atau Tuan guru setempat) seperti mengaji al-Qur’an, mengkaji kitab kuning berbagai jenis seperti Fathul muin dan Fathul Korib untuk Fiqih , Tafsir ibnu katsir, Tafsir Jalalain, Taklim muta’allim dan Ihya’ Ulumuddin untuk akhlak, Nahwu, Sharef, seni zikir zaman dan kasidah. Pendidikan nonformal dengan bentuk majelis taklim ini diselenggarakan dengan berbagai macam jadwal yang terstruktur namun tidak terlalu terikat seperti halnya sekolah pada pendidikan formal. 11 Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pendidikan nonformal yang dilakukan oleh remaja yang ada di wilayah Kebun Indah, Sesele Gunungsari, apakah pendidikan nonformal mampu mempersiapkan remaja untuk menjadi remaja yang berakhlak terpuji. Maka atas dasar itulah penulis terdorong melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pendidikan Nonformal Dalam Membentuk Akhlak Remaja: (Studi Pada Majelis Taklim Darul Kholidin Kebun Indah Sesele Gunungsari Tahun 2012).” Strategi Pembelajaran Dalam Pembentukan Akhlak Remaja Majelis Taklim Darul Kholidin Kebun Indah Sesele Gunungsari Mengingat pentingnya arti pendidikan bagi kehidupan baik itu yang formal ataupun yang nonformal, maka pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang memuaskan, untuk itu beberapa komponen pendidikan harus bekerja sama dengan baik karena sangat menentukan keberhasilan dan kegagalan pendidikan.
11
58
Ibid
Strategi Pendidikan Nonformal... (Rusni Bil Makruf)
Untuk melaksanakan strategi pembelajaran dalam pembentukan akhlak remaja sebagaimana dipaparkan pada bab II maka majelis taklim sebagai lembaga pendidikan nonformal harus dapat melaksanakan fungsinya sebagai pembentuk akhlak jamaahnya dengan pengertian yang lebih baik dan professional agar mampu melahirkan jamaah yang berkualitas bukan hanya pada asfek keilmuannya tetapi juga pada akhlak dari para jamaah yang menjadi ruh dari ilmu pengetahuan tersebut. Kajian keagamaan yang dilakukan pada majelis taklim Darul Kholidin menjadi satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antara metode pembelajaran dan strategi pembentukan akhlak. Pada akhirnya pembelajaran yang dilakukan disamping dilaksanakan pada jadwal yang sudah ditentukan, juga dilaksanakan di luar jadwal tersbut. Misalnya pada perayaan hari-hari besar Islam diadakan pengajian umum. Dengan demikian dilihat dari fungsifungsi pendidikan agama, maka guru pada majelis taklim Darul Kholidin telah melaksanakan fungsi penyaluran, yakni penyaluran bakat remaja yang mendalami bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal serta dapat bermanfaat bagi diri maupun orang lain. Selain kerja sama antar guru dalam pembelajaran keagamaan, mereka juga mampu menjadi tauladan bagi siswa disekolah masing-masing. Data juga menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaannya dilaksanakan secara terprogram dan rutin dilakukan, dapat menciptakan pembiasaan berbuat baik dengan benar sesuai dengan ketentuan Islam. Kondisi ini relevan dengan apa yang di ungkapkan Muhaimin bahwa dalam pembalajaran pendidikan agama perlu digunakan beberapa pendekatan antara lain (1) pendekatan pengamalan, adalah memberikan pengamalan keagamaan pada remaja dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan; (2) penerapan pembiasaan, yakni
59
El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengamalkan ajaran Islam atau akhlakul karimah.12
senantiasa
Kendala-Kendala Pembelajaran yang Dihadapi Guru Pada Majelis Taklim Darul Kholidin Dalam Pembentukan Akhlak Remaja Sebagaiman yang telah dikemukakan pada bab paparan data dan temuan penelitian, bahwa dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan agama Islam dari pengajar kepada jamaah pengajian sudah tentu akan mengahadapi berbagai macam kesulitan atau hambatan baik dilihat dari aspek materi, metode, lingkungan ataupun alokasi waktu yang tidak mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif. Begitu pula dengan penerapan metode pembelajaran ilmu Agama Islam bagi pembinaan akhlak siswa pada remaja majelis taklim Darul Kholidin. Adapun kendala yang dihadapi guru dalam proses pengajian sebagai berikut: 1. Tidak seimbangnya materi yang disampaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Waktu yang tidak seimbang menjadi kendala yang sangat besar dalam proses pengajian di majelis taklim Darul Kholidin, dengan waktu pengajian 3 kali dalam seminggu membuat materi yang dikaji menjadi materi yang sangat sulit dikaji secara tuntas dan pembentukan akhlak untuk remaja menjadi tidak maksimal. Dengan kendala waktu yang sangat terbatas dan membuat satu kajian dibahas sampai berbulanbulan maka akan mendatangkan kendala baru lagi yakni perasaan bosan terhadap materi yang dibahas selama berbulanbulan. Dari hasil wawancara dengan salah satu jamaah remaja bernama Jasmullah mengatakan ’’kadang-kadang ada juga perasaan bosan membahas satu bab dalam waktu yang cukup
12
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah (Bandung: Rosdakarya, 2001), h, 300
60
Strategi Pendidikan Nonformal... (Rusni Bil Makruf)
lama”. 13 Maka guru disini dituntut untuk menggunakan waktu semaksimal mungkin agar materi kajian bisa selesai dengan cepat dan pembentukan akhlak dapat berjalan sesuai harapan. 2. Kendala yang berkaitan dengan kitab kuning. Sulitnya membaca dan memahami kitab kuning menjadi kendala besar dalam proses pengajian. Karena jamaah remaja yang ikut pengajian tidak semuanya berasal dari kalangan yang bisa membaca kitab kuning. Dengan begitu jamah yang kurang faham dengan maksud dan arti perkata kalimat dalam kitab dari hasil pengamatan peneliti jamaah pengajian menandai dan memberikan keterangan pada bawah dan pinggir kata sulit yang tidak diketahui arti dan penjelasan kitabnya. 3. Kendala yang cukup dirasakan juga adalah masalah sarana dan prasarana atau media yang tersedia. Dalam hal ini majelis taklim Darul Kholidin hanya mempunyai media yang biasa saja seperti papan tulis, spidol dan media lain yang sangat sederhana. Tidak adanya perpustakaan yang menjadi sumber belajar jamaah juga menjadi kendala tersendiri bagi jamaah. Hasil wawancara dengan pimpinan majelis taklim Darul Kholidin TGH. Munajib Khalid , beliau memberikan penjelasan tentang terbatasnya sarana dan prasarana majelis taklim Darul Kholidin disebabkan karena majelis taklim Darul Kholidin mencontoh dan mengikuti tata cara pengajian yang dilakukan oleh Rasulullah dan ulama-ulama terdahulu, sehingga tidak terlalu banyak menggunakan media seperti layaknya pendidika nonformal. 4. Karena input remaja majelis taklim Darul Kholidin bersifat sangat heterogen dengan adanya remaja yang berasal dari sekolah umum dan madrasah, adanya remaja yang sudah bekerja dan remaja yang tidak bekerja dan adanya remaja yang ilmu pengetahuan agamanya mendalam dan ada juga remaja yang tidak tahu tentang ilmu agama. Sehingga guru pada 13
Wawancara, Jasmullah pada tanggal 5 september 2012
61
El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
majelis taklim Darul Kholidin dalam proses pembelajaran tidak semua remaja dapat menyerap materi yang disampaikan dengan cepat, sehingga kadang-kadang harus membahas ulang lagi yang telah disampaikan mulai dari dasarnya. Solusi Majelis Taklim Darul Kholidin Dalam Mengahadapi Kendala Pembelajaran Dalam Pembentukan Akhlak Remaja Dalam belajar agama Islam tentu kita banyak menemukan masalah atau kendala, lebih-lebih pada zaman yang serba modern sekarang ini, tetapi banyak Kendala atau masalah yang kita hadapi sudah barang tentu mempunyai solusi dan pemecahan masalah dalam menghadapi kendala penerapan metode pembelajaran ilmu agama Islam. Solusi yang dilakukan guru majelis taklim Darul Kholidin dalam menghadapi kendala penerapan metode pembelajaran ilmu agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Untuk alokasi waktu yang terbatas, guru mengupayakan dengan memberikan tambahan waktu pengajian di luar jam pengajian biasa seperti diadakannya pengajian umum di masing-masing kampung , sehingga materi yang ada pada majelis taklim bisa dikaji lagi secara lebih mendalam, upaya ini dirasakan cukup efektif karena disamping materi kajian dapat terselesaikan juga pengembangan materi bisa lebih meluas sehingga akhlak remaja yang ingin dibentuk dari kajian keagamaan ini menjadi lebih terarah. 2. Karena input dari remaja majelis taklim Darul Kholidin bersifat heterogen, maka di dalam proses belajar mengajar itu guru harus mengulang beberapa kali dari materi yang disampaikan, ini disebabkan karna tidak semua jamaah dapat menyerap apa yang disampaikan dengan cepat, dalam hal ini usaha yang dilakukan oleh guru adalah sebagai pemandu dalam bidang ini, untuk memperlancar dalam proses belajar mengajar ia menggunakan metode pemberian tugas kepada masing-masing untuk lebih banyak belajar dirumah dan supaya ikut serta dalam 62
Strategi Pendidikan Nonformal... (Rusni Bil Makruf)
pengajian-pengajian lain. Demikian beberapa usaha yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala penerapan metode pembelajaran agama Islam yang dihadapi dalam proses pengajian. 3. Sarana dan Prasarana majelis taklim Darul Kholidin Untuk mengatasi kurangnya sarana dan prasarana khususnya media pembelajaran yang ada pada majelis taklim Darul Kholidin maka majelis taklim Darul Kholidin mulai melakukan penambahan media pembelajaran yang sifatnya tidak merubah tradisi pengajian seperti diperkenalkannya beberapa buku bacaan yang bisa dibaca sebagai pendukung dari keilmuan yang telah didapatkan pada majelis taklim Darul Kholidin. Adanya dialog-dialog keagamaan menjadi solusi kurangnya media pembelajaran yang ada, sehingga kekurangan media pembelajaran bisa tertutupi dengan dialog keagamaan tersebut. Adanya tradisi pengajian pada majelis taklim Darul Kholidin membuat media pembelajaran seperti pada pendidikan formal tidak mungkin bisa digunakan seperti LCD, alat-alat peraga atau alat-alat pembelajaran canggih lainnya. Hal ini menandakan keinginan majelis taklim dalam membentuk kesederhanaan para jamaahnya seperti pada zaman dahulu yang tidak hanya mementingkan ilmu yang diperoleh tetapi juga adanya mental kesederhanaan sebagai tanda terbentuknya akhlak yang baik. Catatan Akhir Berdasarkan dari hasil temuan data dan pembahasan yang telah peneliti kemukakan sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: a. Strategi pembelajaran dalam membentuk akhlak yang diajarkan, dengan memadukan beberapa bentuk pembelajaran dan metode secara terpadu, yaitu penerapan yang menyatukan berbagai aspek atau unsur yang dapat mempengaruhi pembelajaran serta 63
El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
dapat membentuk akhlak remaja majelis taklim Darul Kholidin. Aspek-aspek yang dimaksud adalah guru, metode oleh guru, pendekatan, kegiatan keagamaan, sumber belajar, waktu, kerjasama dan hubungan baik dengan orang tua jamaah remaja majelis taklim Darul Kholidin Kebun Indah Sesele Gunungsari. b. Kendala-kendala yang di hadapi guru pada pembelajaran agama Islam dalam membentuk akhlak remaja adalah alokasi waktu yang sangat minim, sarana prasaran, dan latar belakan pendidikan remaja majelis taklim Darul Kholidin yang berbeda. c. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam terapan pembelajaran ilmu agama Islam dalam membentuk akhlak remaja adalah dalam hal keterbatasan waktu belajar guru mengupayakan dengan memberikan tambahan waktu pengajian di luar jam pengajian biasa yakni pada hari-hari besar keagamaan seperti pada Nuzulul Qur’an, Isro Mikraj dan hari keagamaan yang lain. d. Untuk sarana dan prasarana majelis taklim Darul Kholidin tetap melakukan pembenahan lokasi pengajian setiap tahunnya, tetapi tidak terlalu banyak melakukan pembenahan pada media pembelajarannya demi menjaga tradisi pengajian.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Bandung: Armiko, 1968. Achsanuddin, Praktek Pengalaman Lapangan (Membentuk Profesionalitas Guru), Malang: UMM Perss, 2001 Ahmad Tabrani, Pendekatan dalam proses belajar mengajar, Bandung: CV Remaja Rosadakarya, 2007. Amirul hadi dan H. Haryono, Metodologi penelitian pendidikan, Bandung:CV Pustaka Setia, 2005. Cholid narbuko dan abu ahmadi, Metodologi Penelitian, cet 12, Jakarta:Bumi Aksara, 2010. 64
Strategi Pendidikan Nonformal... (Rusni Bil Makruf)
Depdikbud, Kurikulum 2004 Standar Kopetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas Dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang, 2003. Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan. PT Raja Grapindo Persada, Jakarta: 2006. Muh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, Bandung: Rosdakarya, 2001. Mustofa kamil, Pendidikan Nonformal: Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari KOMINKAN Jepang), Bandung: Alfabeta, 2009. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000. Nasution, S., Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Balai Pustaka, 2000. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Rosda Karya, 1991. Omar Hamalik, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka cipta, 2003. Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982. Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI. Jakarta: Balai pustaka, 2001. Saleh Marzuki, Pendidikan nonformal:Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Suharsimi arikunto, prosedur penelitian, Jakarta: PT Rineka cipta, 2002. Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. 1995. Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. 65
El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
Internet: “PendidikanNonformal&Informal”,dalam http:www.pnfo.defdiknas.go.id/, diambil pada hari rabu tanggal 5 Juni 2012
66