Jurnal At-Tajdid
STRATEGI PEMBELAJARAN BUNYI DAN MUFRODAT Sugeng Riyadi * Abstrak: Learning media is indispensable in teaching and learning activities using strategies that support learning to be launched. Learning media is one method to increase student motivation. Arabic teacher must know consonants studied Arabic, knowing consonant pronunciation of each method as well as makhraj and place of the voiceless or voiced. In this case there are three common ways dugunakan, namely by synthesis (stringing), analytical method (peel), and the combination of these two ways, namely analytical-synthesis. The first departure of the parts (syllables in Indonesian or letter sounds bersyakal in Arabic) toward wholeness (the word), while the latter departs from the integrity of the (words) toward the parts. Mufrodhat learning strategy in general is to ask students to listen, read and write berungkali, shows objects or demonstrate directly, giving antonym or synonym, giving qiyasan of the vocabulary in question, provide a creative way to teach mufrodhat. Teach vocabulary of the students has been very popular used by teachers in each teaching with a variety of creativity, then any media used by teachers who want to innovate will always interesting and gives a lot of motivation of students. Keywords: learning strategies, Arabic, sound, mufrodat
* Dosen Tetap STIT Muhammadiyah Pacitan
113
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
PENDAHULUAN Mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.1 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan IPTEK tersebut perlu adanya penyesuaian-penyesuaian, terutama sekali yang berkaitan dengan faktor-faktor pengajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai guru, sehingga para guru dapat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara baik. Media memiliki dampak yang positif dan sinergi yang mampu merubah sikap dan tingkah laku siswa ke arah perubahan yang kreatif dan dinamis. Peran media sangat dibutuhkan dalam pembelajaran yang dalam perkembangannya saat sekarang media bukan hanya alat bantu tetapi merupakan bagian yang integral dalam sistem pendidikan dan pembelajaran.2 Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa media pembelajaran sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi yang menunjang guna dapat melancarkan pembelajaran, dan media pembelajaran merupakan salah satu metode untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, dapat kita mengerti bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, tanggung jawab tidak hanya di bebankan pada seorang guru bagaimana harus mengatur atau mengelola kelas dan bagaimana memilih metode yang relevan dengan bahan ajar, namun tanggung jawab tersebut juga harus dibebankan pada siswa. Para siswa harus memiliki keaktifan dan motivasi yang tinggi untuk belajar baik itu di dalam kelas atau di luar kelas.3
114
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
STRATEGI PEMBELAJARAN BUNYI Dalam hal ini ada tiga cara yang lazim dugunakan, yaitu cara sintesis (merangkai), cara analitis (mengupas), dan gabungan dari dua cara tersebut, yaitu analitis-sintesis. Yang pertama berangkat dari bagian-bagian (suku kata dalam bahasa Indonesia atau bunyi huruf bersyakal dalam bahasa arab) menuju keutuhan (kata), sedangkan yang kedua berangkat dari keutuhan (kata) menuju bagian-bagian. 1. Cara Sintesis (Tarkibiyah) Hal ini dimulai dengan mengenalkan bunyi huruf-huruf, kemudian dirangkai menjadi kata. Contoh: نبت/ ن ب ت/ ت- ب- ن 2. Cara Analitis (Tahliliyah) Hal ini dimulai dengan kata, kemudian dikupas menjadi bunyi huruf-huruf, atau dimulai dengan kalimat, kemudian dikupas menjadi kata-kata, dan dikupas lagi menjadi huruf-huruf. Contoh: نبت/ ن ب ت/ ت- ب- ن Analitis ini biasanya dimulai dengan penyajian kata yang telah dikenal oleh siswa, atau untuk bahasa asing dengan bantuan gambar. 3. Analitis-sintesis (Tahliliyah-Tarkibiyah) Hal ini merupakan penggabungan kedua metode.4 Dari masalah-masalah penting yang dihadapi guru bahasa Arab sebagai bahasa kedua adalah cara menguasai/mengatasi kesulitan-kesulitan pengucapan yang dihadapi siswa. Tidak syak lagi bahwa permulaan memungkinkan dalam mengetahui bunyi-bunyi yang serupa dan yang berbeda antara dua struktur tersebut. Perbandingan ini mengajarkan kita untuk studi kontras bahasa atau analisa kontras. Dan analisa ini mempunyai manfaat bagi guru bahasa Arab dari beberapa sisi: 1. Guru mengetahui bunyi-bunyi bahasa yang bersekutu antara bahasa Arab dan bahasa Ibu. 2. Guru mengetahui bunyi-bunyi yang ada dalam bahasa Arab dan yang tidak ada dalam bahasa Ibu.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
115
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
3. Guru mengetahui bunyi-bunyi yang ada dalam bahasa Ibu dan yang tidak ada dalam bahasa Arab dan yang akan diterapkan oleh murid dalam bahasa Arab. 4. Guru mampu dengan pengetahuannya untuk meramalkan kesulitan pengucapan yang dihadapi siswa dari sekitar struktur bunyi yang khusus ada dalam bahasa Arab dan bahasa Ibu. 5. Guru mampu menafsirkan sebab-sebab kesulitan pengucapan siswa untuk menempatkan kesulitan ini pada posisinya, jika guru mampu dengan pengetahuannya untuk mempertemukan dua bahasa ini, akan mengetahui cara mentransfer / memindahkan pengaruh guru dari suatu bahasa ke bahasa yang lainnya, cara mempenga ruhi bahasa Ibu sebagai bahasa kedua dan cara mempengaruhi bahasa kedua sebagai bahasa Ibu.5
KONSONAN BAHASA ARAB Sebagian manfaat bagi guru bahasa Arab adalah mengetahui konsonan- konsonan bahasa Arab yang dipelajari, mengetahi metode pengucapan tiap konsonan serta makhrajnya dan tempat dari yang tidak bersuara ataupun yang bersuara. Konsonan-konsonan itu adalah sebagai berikut: 1. بwaqaf, bilabial, bersuara. 2. تwaqaf, dua gigi (apiko-interdental), tidak bersuara. 3. دwaqaf, dua gigi (apiko-interdental), bersuara. 4. طwaqaf, dua gigi, ditafhimkan, tidak bersuara. 5. ضwaqaf, dua gigi, ditafhimkan, bersuara. 6. كwaqaf, velar (langit-langit lembut), tidak bersuara. 7. قwaqaf, pharynx, tidak bersuara. 8. ءwaqaf, larynx, tidak bersuara. 9. جmazaji, palatal, bersuara 10. فfrikatif, labiodental, tak bersuara 11. ثfrikatif, antara dua gigi, tak bersuara 12. ذfrikatif, antara dua gigi, bersuara 13. سlatsawy (gusi), tak bersuara, frikatif 14. زfrikatif, latsawy, bersuara 116
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
ص ظ ش خ غ ح ع ه م ن ل ر و ي
frikatif, latsawy, ditafhimkan, tak bersuara frikatif, antara dua gigi, ditafhimkan, bersuara frikatif, palatal, tak bersuara frikatif, velar, tak bersuara frikatif, velar, bersuara frikatif, pharynk, tak bersuara frikatif, pharynk, bersuara frikatif, larynk, tak bersuara, pangkal tenggorok nasal, bilabial, bersuara lemah nasal, latsawy, bersuara lateral, latsawy, bersuara trill/getar, latsawy, bersuara semi vokal, bilabial, bersuara semi vokal, palatal, bersuara
Konsonan Bahasa Arab dari Segi Pengucapan terbagi sebagai berikut: 1. Konsonan waqaf (hambat) 2. Konsonan mazaji 3. Konsonan frikatif/geser 4. Konsonan lateral/liqwida 5. Konsonan getar/trill 6. Konsonan nasal 7. Konsonan semi vokal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
: ب، ت، د، ط، ض، ك، ق،ء :ج : ف، ث، ذ، س، ز، ص، ظ، ش، خ، ع،ح : م،ن :ل :ر : و،ي
Dari segi pengucapan, konsonan bahasa Arab sebagai berikut: Konsonan bilabial : ب، م،و Konsonan labiodental :ف Konsonan apiko interdental : ت، د، ط،ض Konsonan aviko aveolar : ث، ذ، ص،ظ Konsonan latsawi/gusi : س، ز، ن، ل،ر Konsonan palatal : ج،س Konsonan ghoriy :ي Konsonan velar : ك، خ،غ
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
117
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
9. Konsonan pharynk 10. Konsonan larynk 1. 2.
: ق، ح،ع : ء،ه
Dari segi bersuara atau tidaknya, konsonan bahasa Arab:6 Konsonan tak bersuara: ت، ط، ك، ق، ء، ف، ث، س، ص، ش، خ، ح،ه Jumlahnya 13 konsonan. Konsonan bersuara: ب، د، ض، ذ، ز، ظ، غ، ع، م، ن، ل، ر، و،ي Jumlah 15 konsonan dan bentuknya diperjelas bersandar pada konsonan bahasa Arab.
Untuk lebih memahami Konsonan Bahasa Arab Dari Segi Pengucapan, berikut ini penjelasan dari istilah-istilah di atas: 1. Mazji: bunyi yang terdiri dari waqof/geser, contoh: ج 2. Waqof: bunyi yang terhambat ketika pengucapannya dalam setiap hembusan nafas, kemudian diletuskan (explosif). Hambatan nafas ini disudahi dengan melepaskan atau lidah, contoh: ب 3. Ihtikaki/gerak/gesek/geser: bunyi yang digesekkan ketika bernafas (udara keluar) dengan sedikit/sebagian gesek saja, contoh: ف 4. Nasal: bunyi yang keluar bersamaan dengan hembusan nafas dari hidung saja, contoh: م 5. Janiby/literal: bunyi yang keluar bersama hembusan nafas dari sisi mulut/bibir, contoh: ل 6. Getar/trill: bunyi yang bergetar ketika bersentuhan ujung lidah dengan gusi gigi, contoh: ر 7. Semi vocal: bunyi yang diucapkan seperti vocal tapi tercerai berai seperti konsonan, contoh: و 8. Bilabial: bunyi yang bersekutu dalam ucapannya bibir atas dan bibir bawah, contoh: ب 9. Labiodental: bunyi yang bersekutu dalam ucapannya bibir bawah dengan gigi atas, contoh: ف 10. Apiko Alveolar: bunyi yang saling sentuh atau berdekatan antara ujung lidah dengan dua gigi dari dalam, contoh: ت 11. Antara dua gigi: bunyi yang bertemu antara ujung lidah dengan gigi atas dan gigi bawah atau yang mendekati dari tempat bertemu keduanya, contoh: ث 118
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
12. Litsawiy: bunyi yang saling sentuh atau berdekatan antara ujung lidah dengan gusi, contoh: س 13. Palatal: bunyi yang saling sentuh antara ujung lidah sebagai artikulasinya antara gusi dan langit-langit keras, atau yang mendekati itu, contoh: ج 14. Ghoriy: bunyi yang saling sentuh atau yang mendekati tengah lidah dengan articulator langit-langit keras, dengan titik sentuh dimulut bagian atas dekat gusi, contoh: ي 15. Velar: Bunyi yang bersentuhan antara pangkal lidah yang lembut sebagai titik artikulasi pada mulut bagian atas yang lain di belakang langit-langit keras, contoh: ك 16. Larynk: bunyi yang keluar dari tenggorokan, contoh: ق 17. Iarynk: bunyi yang keluar dari kerongkongan, contoh: ه 18. Voiceless: bunyi yang pengucapannya pita suara tidak ikut bergetar, contoh: ت 19. Vioce: bunyi yang pengucapannya pita suara ikut bergetar, contoh: د
VOKAL BAHASA ARAB7 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Vokal-vokal bahasa arab ada enam: Fathah pendek: vokal tengah terpusat tidak dibulatkan bersuara Dlommah pendek: vokal tinggi belakang dibulatkan bersuara Kasroh pendek: vokal tinggi depan, tidak dibulatkan, bersuara Dlommah panjang: vokal tinggi belakang, tidak dibulatkan, bersuara Fathah panjang: vokal rendah terpusat, tidak dibulatkan, bersuara Kasroh panjang: vokal tinggi depan, tidak dibulatkan, bersuara.
Vokal-vokal bahasa arab terbagi dua: 1. Vokal pendek: tiga hal yang nampak dalam kata 2. Vokal pendek: tiga hal yang tampak dalam kata Vokal dapat dibagi pula dalam dua macam: 1. Vokal yang dibulatkan: vokal yang membulatkan dua bibir yaitu dlommah pendek dan panjang.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
119
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
2. Vokal yang tidak dibulatkan: vokal yang tidak membulatkan dua bibir yaitu yaitu vokal-vokal yang lain. Dari segi gerak lidah di mulut vokal terbagi tiga macam: 1. Vokal atas: kasroh pendek dan panjang, dlommah pendek dan panjang 2. Vokal sedang biasa: fathah pendek 3. Vokal rendah: fathah panjang. Dari segi bagian lidah yang bersatu dalam pengucapannya vokal terbagi menjadi: 1. Vokal depan: kasroh pendek dan panjang 2. Vokal tengah/pusat: fathah pendek dan fathah panjang 3. Vokal belakang: dlommah pendek dan panjang
KESULITAN PENGUCAPAN Ketika siswa non-Arab yang belajar bahasa Arab terdapat kesulitan yang dihadapi yang berhubungan dengan pengucapan. Kesulitan ini disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Siswa terkadang terasa sulit mengucapkan beberapa bunyi bahasa Arab yang tidak ada dalam bahasa ibu. 2. Siswa mendengar beberapa bunyi bahasa Arab yang samar yang menyerupai suara-suara dalam bahasa ibunya, dan bersama gurunya siswa mencari letak perbedaan bunyi tersebut. 3. Siswa suka keliru dalam mengenali apa yang didengar, maka dalam ucapannya itupun berdasar yang dia dengar, maka kesalahan dengar ini jadi kesalahan ucap. 4. Siswa suka keliru dalam mengenali perbedaan yang penting antara beberapa bunyi bahasa Arab dan mengira hal itu tak penting karena diukur dengan bahasa ibunya, maka bunyi tak berbeda antara س، ذatau ث، طatau ت،ط dia akan condong untuk memindahkan perbedaan ini sebagaimana yang ia dengar dalam bahasa Arab/ketika mengucapkan dalam bahasa Arab.
120
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
5. Siswa kadang lemah dalam bahasa Arab yang fasih, yang ditunjang bahsa ibunya. Maka orang-orang Amerika cenderung mengidlofatkan bunyi P/V untuk bahasa Arab, karena bunyi tersebut digunakan dalam bahasa ibunya. 6. Siswa kadang mengucapkan bunyi bahasa Arab sebagaimana yang diucapkan dalam bahasa ibunya, tidak seperti mengucapkan dalam bahasa Arab yang benar, seperti orang Amerika jika mengucapkan تbahasa Arab, karena itu titik artikulasinya (gusi) harus diubah pada gigi, dan hal ini bias berhasil dengan menganalogikan bahasa Arab. 7. Siswa merasa sulit mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab dengan perilaku tertentu seperti: ت، و،ذ 8. Kadang terdapat bunyi yang bersekutu antara bahasa Arab dengan bahasa ibu, tapi bunyi ini membuat kesulitan siswa dalam berbagai posisi. Maka untuk orang Inggris tidak mengucapkan هdalam kata yang lain dalam bahasa ibunya, memaksa bahwa hal itu mengucapkannya di awal kata/tengah. Untuk itu jika هdi akhir kata dalam bahasa Arab akan sulit dalam ucapan siswa-siswa Inggris/ Amerika. 9. Diantara bunyi-bunyi yang sulit yang dirasakan oleh non-Arab adalah ط، ض، ص،ظ 10. Semua ini adalah bunyi-bunyi yang berat atau dilembutkan/dilipatkan yang diucapkan dengan ditafhimkan, yaitu melipat atau memutar dan siswa juga sulit dalam membedakan dari ط، تdari ،د ضdari ص، سdari ظ،ذ. 11. Bunyi yang sulit خdan غbahkan untuk membedakan keduanya kadang sulit pula bagi siswa Arab. 12. Seperti itu sulit untuk non-Arab dalam mambedakan ه، ء، ع، ك،ق 13. Non-Arab sulit membedakan antara ءdan fathah pendek. 14. Siswa sulit mengenali perbedaan antara fathah pendek dan panjang seperti مسر، سامرdan قتل،قوتل 15. Sulit membedakan antara dlommah pendek dan panjang 16. Sulit membedakan antara kasroh pendek dan panjang ز ر،زير Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
121
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
17. Sulit untuk mengucapkan رArab yang bergetar diulang-ulang. Kadang-kadang mengucapkannya seperti orang Amerika atau tidak diucapkan apabila ditemukan sebagaimana orang Inggris mangucapkannya.8
PENGERTIAN, TUJUAN DAN FUNGSI KOSAKATA (AL-MUFRADAT) Pengertian Kosakata (al-Mufradat) Kosakata (Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu9. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru.10 Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya. Kosakata adalah sekumpulan kata yang membentuk sebuah bahasa. Peran kosakata dalam menguasai empat kemahiran berbahasa sangat diperlukan sebagaimana yang dinyatakan Vallet adalah bahwa kemampuan untuk memahami empat kemahiran berbahasa tersebut sangat bergantung pada penguasaan kosakata seseorang.11 Meskipun demikian pembelajaran bahasa tidak identik dengan hanya mempelajari kosakata. Dalam arti untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan menghafal sekian banyak kosakata. Kosakata merupakan kumpulan kata-kata tertentu yang akan membentuk bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang tidak bisa dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil yang maknanya relative stabil.5 Maka kata terdiri dari morfem-morfem, misalnya kata mu’allim ( )معلمdalam bahasa Arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan kata al-mu’allim ()المعلم mempunyai dua morfem yaitu الdan معلم. Adapun kata yang mempunyai tiga morfem adalah kata yang terbentuk dari morfem-morfem yang mana masing-masing morfem mempunyai arti khusus. Misalnya kata al-mu’allimun ( )المعلمونyang terdiri dari tiga morfem yaitu معلم, الdan ون. 122
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
Dalam pembelajaran bahasa Arab ada beberapa masalah dalam pembelajaran kosakata yang disebut problematika kosakata (مشكالت )صرفية. Hal itu terjadi karena dalam pembelajaran kosakata mencakup didalamnya tema-tema yang kompleks yaitu perubahan derivasi, perubahaninfleksi, katakerja, mufrad, tatsniyah, jama’, ta’nîts, tadzkîr dan makna leksikal dan fungsional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui seseorang dan kumpulan kata tersebut akan ia digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi seseorang yang dibangun dengan penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan gambaran intelejensia dan tingkat pendidikan si pemakai bahasa.
Tujuan Pembelajaran Mufradat Tujuan umum pembelajaran kosakata (mufrodat) bahasa arab adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa atau mahasiswa, baik melalui bahan bacaan maupun fahm al-musmu’. 2. Melatih siswa atau mahasiswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar pula. 3. Memahami makna kosakata, baik secara denotasi atau leksikal (berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu (makna konotatif dan gramatikal). 4. Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradat itu dalam berekspresi lisan (berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai dengan konteksnya yang benar.
Makna dan Fungsi Kosakata (al-Mufradât) Kosakata sebagai khazanah kata atau leksikon akan mempunyai fungsi bilamana mempunyai makna. Makna sebuah kata dapat dibedakan menjadi makna denotatif ( )أصلىdan makna konotatif ()إضافى. Makna Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
123
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
denotatif ( )أصلىterdiri dari makna hakiki dan makna kiasan, makna asal dan makna istilah. Misalnya kata al-Umm ( )األمdalam bahasa Arab, makna hakikinya adalah “ibu yang melahirkan anak”, sedang makna kiasan terlihat bila kata al-Umm ( )األمdigunakan dalam Umm al-Kitâb ()أم الكتاب. Makna asal misalnya terdapat kata al-Hâtif ( )اهلاتفyang berarti “orang yang berbisik”, sedang makna istilah maksudnya adalah “telepon”. Makna konotatif adalah makna tambahan yang mengandung nuansa atau kesan khusus sebagai akibat dari pengalaman para pemakai bahasa. Menurut Harimurti makna konotatif adalah makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Sebagai contoh, kata al-Umm ( )األمmakna konotattifnya adalah kasih sayang atau perlindungan. Ditinjau dari segi fungsi, kosakata (al-mufradât) dapat dibedakan menjadi dua, antara lain: 1. Al-Mufradât al-Mu’jamiyah ( )املفردات املعجميةyaitu kosakata yang mempunyai makna dalam kamus seperti kata قلم، قمر، بيت. 2. Al-Mufradât al-Wadzîfiyah ( )املفردات الوظيفيةyaitu kosakata yang mengemban suatu fungsi tertentu, misalnya hurûf al-jar, asmâ al-Isyârah, asmâ al-Maushûl, dlamâir, dan lain-lain yang sejenis dengannya. Dari dua macam kosakata tersebut, perlu dicatat bahwa diantara Al-Mufradât al-Mu’jamiyahterdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut: 1. Terdapat beberapa kosakata yang memiliki kemiripan makna, seperti kata شاهد, الحظ, نظر, ( رأىmelihat, memandang, memperhatikan dan menyaksikan). 2. Terdapat beberapa kata yang mempunyai makna denotatif yang sama namun mengandung makna konotattif yang berbeda atau berbeda dalam konteks penggunaanya, seperti kata توفـي, ماتyang dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan “mati, meninggal, tewas, wafat atau mampus”.
124
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
Kata yang memiliki beberapa makna yang berbeda, seperti kata فصل yang bisa berarti “kelas”, "musim" atau “pasal” dan “bab”. Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kosakata (al-mufra dât) tersebut perlu diperhatikan dan diketahui oleh orang-orang yang berprofesi sebagai pengajar bahasa khususnya bahasa Arab.12
PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN KOSAKATA (AL-MUFRADÂT) Dasar atau asas-asas yang menjadi prinsip acuan pemilihan kata atau kosakata dapat diuraiakan sebagai berikut: 1. Frequency (tawatur), yaitu frekuensi penggunaan kata-kata yang tinggi dan sering itulah yang harus menjadi pilihan. 2. Range (tawazzu’), yaitu mengutamakan kata-kata yang banyak digunakan baik di negara Arab maupun di negara-negara non Arab atau di suatu negara tertentu yang mana kata-kata itu lebih sering digunakan. 3. Availability (mataahiyah), mengutamakan kata-kata atau kosakata yang mudah dipelajari dan digunakan dalam berbagai media atau wacana. 4. Familiarity (ulfah), yakni mendahulukan kata-kata yang sudah diْ َ lekenal dan cukup familiar didengar, seperti penggunaan kata ش ٌس bih sering digunakan dari pada kata ,ٌ ٌذ كاءpadahal keduanya sama maknanya. 5. Coverage (syumuul), yakni kemampuan daya cakup suatu kata untuk memiliki beberapa arti, sehingga menjadi luas cakupannya. Misalnya kata يبتlebih luas daya cakupannya dari pada kata منـزل. 6. Significance (ahammiyah), yakni mengutamakan kata-kata yang memiliki arti yang signifikan untuk menghindari kata-kata umum yang banyak ditinggalkan atau kurang lagi digunakan. 7. Arabism, yakni mengutamakan kata-kata Arab dari kata-kata serapan yang diarabisasi dari bahasa lain. Misalnya kata التلفاز, املذيـاع,اهلاتف secara berurutan ini harus diutamakan pemilihannya dari pada kata الراديو, التليفونdan التلفزيون.13
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
125
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
STRATEGI PEMBELAJARAN MUFRODHAT Methode pembelajaran pada hakikatnya adalah teknik-teknik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang jenisnya beragama dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan. Begitu pula halnya dengan embelajaran bahasa arab khususnya kosakata (al-Mufradât) ini menuntut adanya metode-metode dasar yang dapat diterapkan tanpa mengharuskan adanya sarana-sarana yang tidak terjangakau oleh lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa arab. Namun bila ada sarana dan media yang memadai tentunya akan lebih baik dan sangat membantu suksesnya methode-methode dan teknik-teknik pembelajaran.14 Dalam pembelajaran kosakata (al-Mufradât) ada baiknya di mulai dengan kosakata dasar yang tidak mudah berubah, seperti halnya istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata kerja pokok serta bebrapa kosakata lain yang mudah untuk dipelajari. Method yang bisa digunakan dalam pembelajarannya antara lain yaitu method secara langsung, method meniru dan menghafal, methode aural-oral approach, methode membaca, methode gramatika-translation, methode dengan menggunakan media kartu bergamabar dan alat peraga serta pembelajaran dengan lagu atau menyanyi arab. Teknik yang dapat dilakukan yakni dengan berbagai teknik permaianan bahasa, misalnya dengan perbandingan, memperhatikan susunan huruf, penggunaan kamus dan lainnya. Effendi mejelaskan lebih rinci tentang tahapan dan teknik-teknik pembelajaran kosakata (al-mufrodat) atau pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata, sebagai berikut: 1. Mendengarkan kata. Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata-kata yang diucapkan pengajar atau media lain, baik berdiri sendiri maupun didalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai oleh siswa, maka untuk selanjutnya siswa akan mampu mendengarkan secara benar. 2. Mengucapkan kata. Dalam tahap ini, pelajra memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengar126
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
3.
4.
5.
6.
7.
nya. Mengucapkan kata baru akan membantu siswa mengingat kata tersebut dalam waktu yang lebih lama. Mendapatkan makna kata. Pada tahap ini hendaknya pengajar menghindari terjemahan dalam memberikan arti kata kepada siswa, kareba bila hal itu dilakukan maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara makna kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa. Ada beberapa teknik yang bisa digunakan oleh pengajar untuk menghindari terjemahan dalam memperoleh arti suatu kata, yaitu dengan pemberian konteks kalimat, definisi sederhana, pemakaian foto/gambar, sinonim, antonym, memperlihatakn benda asli atau tiruannya, peragaan ge rakan tubuh dan terjemahan sebagai alternative terakhir bila suatu kata memang benar-benar sukar untuk dipahami siswa. Menbaca kata. Setelah melalui tahap mendengat, mengucapkan dan memahami makna kata-kata, baru pengajar menulisnya di papan tulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan membaca kata tersebut dengan suara keras. Menulis kata. Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca) mengingat karakteristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa. Membuat kalimat. Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, baik secara lisan maupun tulisan. Guru h arus kreatif dalam memberikan contoh kalimat-kalimat yang bervariasi dan siswa diminta untuk menirukannya. Dalam menyusun kalimat-kalimat itu hendaknya digunakan kata-kata yang produktif dan actual agar siswa dapat memahami dan memperguankannya sendiri. Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kosakata di atas tentunya dapat dijadikan acuan para pengajar bahasa arab, walaupun tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan dengan prosedur dan langkah-langkah tersebut. Factor alokasi waktu dalam hal ini juga
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
127
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan kata-kata tertentu yang dianggap mudah atau kata-kata yang memang hanya dapat dipahami secara baik dan utuh maknanya bilamana dihubungkan serta disesuaikan dengan konteks wacana.15
STRATEGI PEMBELAJARAN KOSAKATA TINGKAT DASAR (MUBTADI’) Strategi pembelajaran kosakata (al-mufrodat) pada tingkat dasar ini pengajar dapan menggunakan beberapa strategi antara lain: 1. Menggunakan nyanyian atau lagu dalam pembelajaran bahasa Arab, dapat dibedakan antara bernyanyi sambil belajar dan belajar sambil bernyanyi. Penggunaan lagu dalam pembelajaran mufrodat dapat menggunakan kejenuhan belajar, dan dapat memberikan kesenangan kepada pembelajar dapat meningkatkan penguasaan mufrodat atau menambah perbendaharaan mufradat. 2. Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan sampelnya atau benda aslinya, contoh: pengajar menunjukkan pensil didepan siswa pada saat belajar menyebutkan kalimat mirsamun, dan menunjukkan bolpoin ketika menyebut kalimat qolamun. 3. Meminta siswa membaca berulang kali, pengajar bisa meminta siswa membaca kosakata baru yang didapatkan dari sebuah teks berulang kali, sehingga diharapkan dia dapat menemukan artinya setelah merangkai dengan kata yang lain dalam teks yang dibacanya. 4. Mendengarkan dan menirukan bacaan, dan mengulang-ngulang bacaan serta menulisnya sampai siswa benar-benar paham dan menguasainya. Penggunaan lagu dalam pembelajaran mufrodat ini bertujuan untuk memotivasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran secara lebih baik yang dapat membantu mempermudah peningkatan kecerdasan dan daya pikir kreatif siswa, sedangkan kegiatan penulisan mufrodat ini berhasil meningkatkan ketrampilan menulis siswa dan memberikan kesempatan untuk memperoleh pemahaman mengenai mufrodat yang disajikan, adapun kegiatan menirukan bacaan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berbicara, dan kegiatan merespon m ufrodat 128
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
yang diucapkan dapat mengembangkan segi afektif dalam berkomunikasi dan memberikan kesempatan untuk menyimak secara baik.
STRATEGI PEMBELAJARAN KOSAKATA TINGKAT MENENGAH (MU TAWASSID) Strategi pembelajaran kosakata (al-mufrodat) pada tingkat menengah ini pengajar dapat menggunakan beberapa strategi, antara lain: 1. Menggunakan peragaan tubuh Guru dapat menunjukkan makana kosakata yang hendak diajarkan dengan memperagakan, seperti pengajar memperagakan orang yang sedang makan, yang menjelaskan kata akala yang mempeunyai arti sedang makan. 2. Menulis kata-kata Penguasaan siswa terhadapa kosakata akan sangat terbantu bilaman ia diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca) mengingat kaarasteriktik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa. 3. Dengan bermain peran Seperti mengajar memerankan orang sakit yang memegangi perut dan dokter memeriksanya. Bentuk bermain drama ini biasanya dilaksanakan dengan bermain drama (masrohiyah). 4. Memberikan padanan kata (sinonim) Guru dapat memberikan kata yang mempunyai makna sama tapi mempunyai makna sama, tetapi menggunakan kosakata yang berbeda, seperti (waktu) pengajar memberikan kata qo’ada pengajar dapat menyebutkan sinonimnya yaitu Jalasa. 5. Memberi lawan kata atau antonim Guru dapat memberikan kata yang maknanya berlawanan dengan kosa kata yang hendak diajarkan, seperti pengajar dapat menjelaskan thawil dengan menyebutkan lawan katanya qoshir.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
129
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat
6. Memberikan asosiasi makna Guru dapat menjelaskan kata madrasah dengan memberikan asosiasi dengan menyebutkan kata-kata seperti: tholib, mudarris, sabburah, dll. Sehingga pikiran siswa akan tertuju pada satu kata yaitu sekolah. 7. Guru menyebutkan akar kata dan derivasinya (kata yang mengalami perubahan) Guru dapat menjelaskan kata maktab dengan menggunakan akar katanya berserta derivasinya seperti kataba yaktubu kitabah dst. Hal ini dapat membantu siswa dalam memahami kosa kata sesuai dengan perubahan kalimatnya.16
STRATEGI PEMBELAJARAN KOSAKATA TINGKAT LANJUT (MUTA QODDIM) Strategi pembelajaran kosakata (al-mufradat) pada tingkat lanjut ini pengajar dapat menggunakan beberapa strategi antara lain: 1. Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya. 2. Mencari makna kata dalam kamus 3. Ketika mengajarkan kosakata baru, pengajar dapat meminta siswa langsung mencari maknanya dalam kamus. 4. Mengacak mufradat agar menjadi susunan kata yang benar 5. Meletakkan kata dalam kalimat 6. Memilih contoh mufradat yang baik untuk siswa, jangan sampai mengajar mufradat yang mendidik apalagi provokatif seperti dho roba, qotala, rofasa. 7. Menyusun kalimat yang benar dari beberapa mufradat yang telah disediakan. 8. Memberikan harokat kata 9. Menerjemahkan kosakata kedalam bahasa ibu. Cara ini merupakan jalan terakhir, ketika seluruh cara digunakan tidak mampu member pemahaman siswa. Guru tidak dianjurkan terburu-buru menggnakan cara ini, Karena cara ini berdampak negative terhadap perkembangan kebahasaan siswa seperti malas membuka kamus, berasosiasi dan sebagainya.17 130
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
PENUTUP Dalam hal ini ada tiga cara yang lazim dugunakan, yaitu cara sintesis (merangkai), cara analitis (mengupas), dan gabungan dari dua cara tersebut, yaitu analitis-sintesis. Yang pertama berangkat dari bagian-bagian (suku kata dalam bahasa Indonesia atau bunyi huruf bersyakal dalam bahasa arab), menujuhan keutuhan (kata), sedangkan yang kedua berangkat dari keutuhan (kata) menuju bagian-bagian. 1. Sintesis (Tarkibiyah) 2. Analitis (Tahliliyah) 3. Analitis-sintesis (Tahliliyah-Tarkibiyah) Kosakata merupakan kumpulan huruf-huruf yang membentuk bahasa yang diketahui seseorang dan kumpulan huruf tersebut akan digunakan untuk menyusun kalimat atau sebagai alat komunikasi. 4. Strategi pembelajaran mufrodhat secara umum adalah a. Meminta siswa menddengarkan, membaca berungkali dan menulisnya. b. Menunjukkan benda atau meragakan secara langsung. c. Memberikan antonym ataupun sinonimnya. d. Memberikan qiyasan terhadap kosakata yang dimaksud. e. Memberikan cara dengan sekreatif mungkin dalam mengajarkan mufrodhat. Mengajarkan kosakata terhadap siswa sudah sangat popular digunakan guru pada setiap pengajarannya dengan berbagai kekreatifannya, maka media apapun yang digunakan oleh guru yang mau berinovasi pasti akan slalu menarik dan memberikan banyak motivasi siswa. [ ]
ENDNOTES 1
2
M. Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 117. Raka Joni T., Strategi Belajar-Mengajar: Suatu Tinjauan Pengantar ( Jakarta: Depdikbud,1984), hlm. 64
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
131
Strategi Pembelajaran Bunyi dan Mufrodat 3
4
5
6
7 8
9 10
11 12 13 14
15
16
17
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005), hlm. 72 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2012), hlm. 110 Djamarah S.B. dan Zain A., Belajar & Pembelajaran Bahasa Arab, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 58 M. Ali Khuli, Asaalib Tadries al Lughah al ‘Arabiyyah, ( Riyadl: Maktab AlFaraj Daar al Tijariyyah, 1986), hlm. 79 Dahlan J., Metode Belajar-Mengajar Bahasa Arab (Surabaya: Al Ikhlas, 1992) I.N.S. Degeng, Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi (Malang: IKIP, 1997), hlm. 112. http://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik ( Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1983), hlm. 213 Ibid, hlm. 214 Ibid, hlm. 29 Degeng, Strategi Pembelajaran., hlm. 112 Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, Cet. I (Malang: UIN Press, 2011), hlm. 97 Kasmawati, “Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab”, dalam manadochantiq.piles.wordpress.com. Taufiqurrohman, Belajar Bahasa Arab Melalui Lagu, 2009, html di akses pada 12 Oktober 2010. W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 98
DAFTAR PUSTAKA A., Djamarah S.B. dan Zain, Belajar & Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Degeng, I.N.S., Strategi Pembelajaran: Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi, Malang: IKIP Malang, 1997. Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005. ………………………., Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2012. Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo, 2002. http://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata
132
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Sugeng Riyadi
J., Dahlan, Metode Belajar-Mengajar Bahasa Arab, Surabaya: Al Ikhlas, 1992 Kasmawati, “Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab”, dalam manadochantiq.piles.wordpress.com. Khuli, M. Ali, Asaalib Tadries al Lughah al ‘Arabiyyah, Riyadl: Maktab Al- Faraj Daar al Tijariyyah, 1986. Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1983. Muslich, M., KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Mustofa, Syaiful, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, Cet. I, Malang: UIN Press, 2011. T., Raka Joni, Strategi Belajar-Mengajar: Suatu Tinjauan Pengantar, Jakarta: Depdikbud,1984. Taufiqurrohman, Belajar Bahasa Arab Melalui Lagu, 2009, Html di akses pada 12 Oktober 2010.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
133