STRATEGI PEMASARAN WANA WISATA KARTINI MANTINGAN KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH
DEVIE RETNO WULAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
STRATEGI PEMASARAN WANA WISATA KARTINI MANTINGAN KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH
DEVIE RETNO WULAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN DEVIE RETNO WULAN. E14061025. Strategi Pemasaran Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Di bawah bimbingan YULIUS HERO Wana Wisata Kartini Mantingan terletak di Kabupaten Rembang dengan menawarkan konsep hutan wisata yang menarik. Perkembangan usaha wisata menuntut usaha Wana Wisata untuk mengembangkan dan memasarkan produk atau jasa yang dibutuhkan telah tersedia dan tentunya berbeda dari para pesaingnya. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh Wana Wisata Kartini Mantingan dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan untuk mengkaji lingkungan internal dengan matriks IFE dan lingkungan eksternal dengan matriks EFE. Kedua matriks tersebut digunakan dalam matriks IE yang bertujuan untuk melihat posisi perusahaan saat ini. Adapun perumusan alternatif strategi dilakukan dengan analisis SWOT. Pengambilan keputusan dalam perumusan strategi menggunakan analisis matriks QSPM. Hasil perhitungan matriks IFE diperoleh total skor sebesar 2,662 yang menunjukkan bahwa Wana Wisata Kartini Mantingan secara organisasi internal dapat dikatakan dalam kondisi rata-rata dan mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki serta menutupi kelemahan dengan baik. Sedangkan hasil perhitungan matriks EFE menghasilkan skor sebesar 2,543 mengindikasikan bahwa respon yang diberikan Wana Wisata Kartini Mantingan kepada eksternal tergolong sedang dalam menjalankan strategi untuk menarik keuntungan dari peluang dan menghindari ancaman. Berdasarkan matriks QSPM yang memetakan empat alternatif strategi diantaranya : strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi ST. Strategi SO terpilih sebagai strategi terbaik dengan total bobot skor tertinggi yaitu 6,905. Strategi ini berupa mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA potensial, lokasi strategis dan mudah dijangkau sekaligus mengikutsertakan dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam mengembangkan “kampung wisata alam, budaya dan pendidikan”. Kata Kunci : Strategi Pemasaran, Wana Wisata Kartini Mantingan
SUMMARY DEVIE RETNO WULAN. E14061025. Marketing Strategy Of Wana Wisata Kartini Mantingan Rembang Central Java. Under the guidance of YULIUS HERO Wana Wisata Kartini Mantingan located in Rembang with jungle tourism offer an interesting concept. The development of business tourism demand Wana Wisata effort to develop and market products or services they need is available and will be different from its competitors. This study aims to develop alternative marketing strategies to be executed by the Wana Wisata Kartini Mantingan in an effort to maintain and improve market position. The data used are primary and secondary data. Analysis of the data used to assess the internal environment with IFE matrix and external environment with EFE matrix. Both matrices were used in the matrix IE which aims to see the company's current position. The formulation of strategic alternatives conducted by a SWOT analysis. Decision making in the formulation of strategies for using the matrix analysis QSPM. The results obtained IFE matrix calculation with total score of 2.662 which indicates that the Wana Wisata Kartini Mantingan the internal organization can be said in the average condition and able to harness the power of which is owned and cover up weaknesses well. Meanwhile, EFE matrix calculation resulted in a score of 2.543 indicates that the response given to the Wana Wisata Kartini Mantingan external is considered in carrying out strategies to take advantage of opportunities and avoid threats. Based QSPM matrix that the four alternative strategies including SO strategy, ST strategy, WO strategy, and ST strategy. SO strategy was selected as the best strategy with highest total weighted score of 6.905. This strategy of maintaining a position as a tourist who pick the potential of natural resources, strategic location, easily accessible and at the same time involve and cooperate with surrounding communities to develop "village tourism, culture and education". Keywords: Marketing Strategy, Wana Wisata Kartini Mantingan
Judul Skripsi
: Strategi Pemasaran Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah
Nama Mahasiswa
: Devie Retno Wulan
NRP
: E14061025
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Yulius Hero, M.Sc. NIP. 19650707 199003 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan
Dr. Ir. Didik Suharjito, M.S. NIP. 19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus:
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pemasaran Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah adalah benarbenar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Nopember 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 5 November 1987. Penulis merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dari Ayahanda Izaak Agus Karetji dan Ibunda Hj. Sri Agustini Latifah. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK) Tunas Rimba I Rembang pada tahun 1992-1994. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kutoharjo IV Rembang pada tahun 1994-2000. Selanjutnya pada tahun 2000-2003 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Rembang. Pendidikan menengah atas penulis lanjutkan di SMA Negeri 1 Rembang pada tahun 2003-2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Dan pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa mayor Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Selama studi di IPB, penulis aktif dalam kegiatan organisasi antara lain menjabat sebagai Sekretaris Departemen Media dan Komunikasi, Forest Management Student Club (FMSC) periode 2007-2008. Penulis juga menjadi anggota Asean Forestry Student Association (AFSA) periode 2007-2008. Dalam masa perkuliahan penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2008 jalur Cilacap-Baturraden dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2009 di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2010 di KPH Jember Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Strategi Pemasaran Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah dibimbing oleh Bapak Ir. Yulius Hero, M.Sc.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya bagi Allah swt., karena atas berkat dan segala karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juni-27 Juli 2010 adalah Strategi Pemasaran Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Keluarga (bapak Izaak Agus Karetji, ibunda Hj. Sri Agustini Latifah, mbak Vega Putry Permana, mas Wahyudi Istyanto, mas Yudiarto Kurniawan dan adikku Meyrabella Letisha Azzahra) yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materiil. 2. Bapak Ir. Yulius Hero, M.Sc. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, masukan dan kesabarannya yang tak terbatas serta nasehat-nasehat yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik dan tepat waktu. 3. KBM JLPL (Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produksi Lain) Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di Wana Wisata Kartini Mantingan Rembang. 4. Bapak Susilo Lukman Hadi, S.H., M.M. selaku Manager Wisata dan Jasa Lingkungan KBM JLPL Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 5. Bapak Erry selaku Asisten Manager Wisata Wilayah II Unit I Jawa Tengah. 6. Bapak Nanang Widiyanto selaku koordinator pengelola Wana Wisata Kartini Mantingan Rembang. 7. Bapak Sudiran dan Ibu Santi Sugiyanti selaku bendahara Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang. 8. Tiya Septiawan, S.E. yang telah memberikan motivasi, kepedulian, pengertian, kasih sayang dan doa kepada penulis. 9. Teman-temanku Asri Ruwiati, Yuni Indriyani, Annisa Hidayah, Lana Puspitasari, dan Luffi Hapsari atas rasa persaudaraan dan kekompakannya selama ini.
ii
10. Teman-teman di Wisma Seroja Aimmatul Fauziah, Murtini Ari Rachmawati, Wahdana, Suryaningsih, Sofa Marwa, Meylinda, Irma, Aprilia, Dina, dan Novi atas dukungan yang selama ini diberikan. 11. Teman-teman MNH 43 terima kasih atas kerjasama dan rasa saling tolong menolong serta keceriaan yang tidak akan pernah terlupakan. 12. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Pendapat dan saran-saran perbaikan sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya di bidang Kehutanan.
Bogor, Nopember 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 2 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4 2.1 Pariwisata ................................................................................. 4 2.1.1 Industri Pariwisata .......................................................... 4 2.1.2 Wana Wisata ................................................................... 5 2.2 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ...................................... 5 2.3 Tujuan Pemasaran ..................................................................... 6 2.4 Pemasaran Jasa .......................................................................... 6 2.5 Bauran Pemasaran...................................................................... 7 2.5.1 Produk (Product) .............................................................. 7 2.5.2 Harga (Price) ................................................................... 7 2.5.3 Tempat/Saluran Distribusi (Place) ..................................... 7 2.5.4 Promosi (Promotion) ........................................................ 8 2.6 Analisis Lingkungan Perusahaan ................................................ 8 2.6.1 Analisis Lingkungan Internal ............................................ 8 2.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ......................................... 9 2.7 Matriks IFE dan Matriks EFE .................................................... 11 2.8 Matriks IE .................................................................................. 11 2.9 Matriks SWOT .......................................................................... 11 2.10 Matriks QSPM ......................................................................... 12
iv
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 13 3.2 Alat dan Sarana Penelitian ....................................................... 13 3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 13 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 14 3.4.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 14 3.4.2 Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi............................ 15 3.4.2.1 Tahap Masukan (Input Stage) ............................. 15 3.4.2.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) .................. 18 3.4.2.3 Tahap Keputusan (Decision Stage)...................... 20 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Wana Wisata Kartini Mantingan ...................... 22 4.2 Ketinggian Tempat dan Topografi ........................................... 22 4.3 Jenis Tanah ............................................................................... 22 4.4 Hidrologi dan Iklim .................................................................. 22 4.5 Visi dan Misi Pengelola ............................................................ 23 4.6 Flora dan Fauna ....................................................................... 23 4.7 Daya Tarik Wisata ................................................................... 25 4.8 Sarana dan Prasarana ............................................................... 26 4.9 Pangsa Pasar ............................................................................ 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Lingkungan Internal ................................................... 28 5.1.1 Pasar dan Pemasaran ...................................................... 28 5.1.2 Keuangan ....................................................................... 32 5.1.3 Produksi dan Operasi ...................................................... 33 5.1.4 Aspek Pengelolaan ......................................................... 35 5.2 Analisis Lingkungan Eksternal ................................................. 36 5.2.1 Faktor Politik................................................................... 36 5.2.2 Faktor Ekonomi ............................................................... 37 5.2.3 Faktor Sosial, Budaya dan Lingkungan............................ 37 5.2.4 Faktor Teknologi ............................................................. 38
v
5.2.5 Faktor Persaingan ............................................................ 39 5.3 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ...... 39 5.3.1 Kekuatan ......................................................................... 39 5.3.2 Kelemahan ...................................................................... 41 5.3.3 Peluang ........................................................................... 42 5.3.4 Ancaman ......................................................................... 43 5.4 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran ................................. 44 5.4.1 Tahap Masukan ............................................................... 44 5.4.2 Tahap Pencocokan........................................................... 47 5.4.3 Tahap Keputusan ............................................................. 52 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 54 6.1 Kesimpulan ............................................................................. 54 6.2 Saran....................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 55 LAMPIRAN ................................................................................................ 56
vi
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Penilaian Bobot Faktor Internal ............................................................... 16 2. Penilaian Bobot Faktor Eksternal ............................................................ 16 3. Matriks IFE ............................................................................................. 17 4. Matriks EFE............................................................................................ 17 5. Matriks SWOT ....................................................................................... 20 6. Matriks QSPM ........................................................................................ 21 7. Jenis Pohon di Wana Wisata Kartini Mantingan ...................................... 24 8. Jenis Rusa di Wana Wisata Kartini Mantingan ........................................ 25 9. Sarana dan Prasarana di Wana Wisata Kartini Mantingan ....................... 26 10. Harga Tiket Wana Wisata Kartini Mantingan ......................................... 27 11. Pendapatan Pengunjung Wana Wisata Kartini Mantingan ...................... 27 12. Jumlah Pengunjung Wana Wisata Kartini Mantingan ............................. 27 13. Matriks IFE Wana Wisata Kartini Mantingan ......................................... 45 14 Matriks EFE Wana Wisata Kartini Mantingan........................................ 46 15. Matriks SWOT Wana Wisata Kartini Mantingan.................................... 51 16. Matriks QSPM Wana Wisata Kartini Mantingan .................................... 53
vii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Matriks IE ................................................................................................ 19 2. Matriks IE Wana Wisata Kartini Mantingan ............................................. 48
viii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Dokumentasi Wana Wisata Kartini Mantingan .......................................... 57 2. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal……………………….59 3. Peringkat Faktor Strategi Internal…………………………………………. 59 4. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal ................................ 60 5. Peringkat Faktor Strategi Eksternal……………………………………..... 60 6. Rata-Rata nilai Atractive Score (AS) ………………..…………………… 61
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang besar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai areal wisata mengingat daya tarik utama Indonesia bagi wisatawan adalah keindahan alamnya. Oleh karena itu, potensi pariwisata Indonesia merupakan asset negara yang seharusnya dikembangkan secara optimal. Keindahan alam menjadi pilihan utama bagi para wisatawan, salah satunya yaitu Wana Wisata. Wana Wisata adalah obyek wisata alam yang lokasinya berada di hutan lindung atau hutan produksi yang termasuk di dalam kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani (Perum Perhutani 1994). Bentuk jasa tersebut dapat berupa keindahan, kenyamanan, ketentraman dan pendidikan. Sesuai dengan potensinya bidang usaha ini dinilai prospektif sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru bagi sektor kehutanan. Saat ini kecenderungan dalam pemenuhan kebutuhan untuk menikmati obyek-obyek wisata yang spesifik seperti Wana Wisata dengan memanfaatkan usaha dan jasa kehutanan sebagai obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kecenderungan ini menunjukkan akan permintaan Wana Wisata dan membuka kesempatan peluang bagi pengembangan produk kehutanan seperti jasa kehutanan ataupun dalam bentuk kawasan. Wana Wisata menjadi alternatif pilihan konsumen untuk rekreasi dan menghabiskan waktu luang. Usaha Wana Wisata semakin banyak dikembangkan untuk memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan rekreasi. Potensi pengembangan usaha Wana Wisata di Kabupaten Rembang cukup tinggi karena ditunjang oleh potensi daerah yang baik dengan kondisi berudara segar khas hawa hutan serta lokasi yang teduh dipenuhi pepohonan. Salah satu Wana Wisata yang terdapat di Rembang adalah Wana Wisata Kartini Mantingan (WWKM). WWKM yang terletak di Km.20 jalur Rembang-Blora ini memiliki lahan seluas 4,8 hektar. WWKM hadir dengan konsep yang berbeda yaitu sebagai wisata keluarga yang menawarkan kolam renang sebagai fasilitas utama yang
2
dilengkapi dengan fasilitas arena water boom. Selain sebagai tempat wisata, kawasan WWKM juga dikembangkan sebagai areal bumi perkemahan, disediakan tempat bermalam bagi pengunjung berupa penginapan, sarana olahraga lapangan tenis, tempat penangkaran hewan rusa dan wisata kuliner dengan berdirinya warung-warung makan di dalam kawasan Wana Wisata. WWKM sebagai usaha yang tergolong lama harus dapat dikenal baik dan dipercaya citranya oleh masyarakat pada umumnya dan konsumen pada khususnya. Perkembangan usaha Wana Wisata menuntut usaha Wana Wisata untuk mengembangkan dan memasarkan produk atau jasa yang dibutuhkan telah tersedia dan tentunya berbeda dari para pesaingnya. Pemasaran adalah kunci utama suatu produk dan jasa mampu dikenal masyarakat agar nantinya diharapkan mampu bersaing di pasar. Dibutuhkan suatu perencanaan bagi WWKM dalam memasarkan produk atau jasanya sehingga terlihat berbeda di benak konsumen. Untuk itu diperlukan suatu upaya kajian strategi pemasaran WWKM dalam menghadapi persaingan pasar.
1.2 Perumusan Masalah WWKM dikelola oleh KBM JLPL (Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan Produksi Lain) Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah pada awal tahun 2007. Kegiatan KBM JLPL ini masih berusaha untuk menjadi usaha yang semakin efisien terutama pada kegiatan pemasarannya sehingga diperlukan usaha bagi WWKM untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan umumnya dan pada bidang pemasaran khususnya. Di samping itu strategi pemasaran yang diterapkan harus ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut. Melihat Pentingnya
strategi pemasaran terhadap
peningkatan
volume
penjualan
perusahaan, sehingga perlu adanya penelitian tentang strategi pemasaran WWKM agar dapat memberikan solusi mengenai strategi pemasaran yang efektif dan efisien dalam mempertahankan dan mengembangkan posisi pasar.
3
Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana perumusan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh WWKM dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyusun alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh WWKM dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan: 1. Bagi Penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, serta untuk mengamalkan dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisis suatu permasalahan dan melatih pola berpikir ilmiah. 2. Bagi Pihak Pengelola, diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan pengelola WWKM dalam menerapkan strategi pemasaran. 3. Bagi Pembaca, diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai
keputusan strategi pemasaran Wana Wisata dan menjadi informasi penelitian selanjutnya.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pengertian pariwisata terkait dengan obyek wisata dan semua usaha yang berhubungan dengan obyek wisata. Definisi pariwisata terdapat pada UndangUndang No. 9/1990 tentang Kepariwisataan pada BAB I Pasal 1 mengenai ketentuan umum. Diantara isi pasal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. 4. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. 5. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Tujuan
dari
penyelenggaraan
kepariwisataan
adalah
untuk
memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata; memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa; memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja (Wiwoho et al. 1990).
2.1.1 Industri Pariwisata Industri pariwisata yaitu sebagai kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan pengunjung (traveler) pada umumnya, selama dalam perjalanan. Inti dari definisi ini adalah bahwa selama perusahaan tertentu menghasilkan produk dan jasa yang terkait
5
dengan pemenuhan kebutuhan dari wisatawan dan pengunjung, maka perusahaan itu merupakan bagian dari industri pariwisata (Yoeti 1980).
2.1.2 Wana Wisata Wana Wisata adalah obyek wisata alam yang lokasinya berada di hutan lindung atau hutan produksi yang termasuk di dalam kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani. Wana Wisata merupakan suatu kawasan hutan yang karena keindahan ataupun keunikan alamnya dapat dijadikan tempat untuk kegiatan wisata yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, wisata alam dan olahraga tanpa mengubah fungsi kawasan tersebut (Perum Perhutani 1994).
2.2 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Kotler dan Keller (2007) menyatakan, pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat secara menguntungkan. Definisi pemasaran dibedakan secara sosial dan manajerial. Definisi secara sosial, pemasaran merupakan suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut definisi manajerial, pemasaran digambarkan sebagai seni menjual produk. Akan tetapi penjualan bukanlah bagian yang paling penting dari pemasaran. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sehingga produk atau jasa yang ditawarkan cocok dengan pelanggan. Manajemen pemasaran dipandang sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran,
mendapatkan,
menjaga
dan
menumbuhkan
pelanggan
dengan
menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan
para
pesaing
dalam
menciptakan,
menyerahkan
dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler & Keller 2007).
6
2.3 Tujuan Pemasaran Rangkuti (2006) menyatakan, tujuan kegiatan pemasaran adalah: 1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang dihasilkan. 2. Perusahaan dapat menjelaskan secara detail mengenai semua kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi kepada konsumen sampai pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara cepat.
2.4 Pemasaran Jasa Kotler (2005) menyatakan, jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran yaitu: 1. Tidak Berwujud (Intangibility) Berbeda dengan produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum membeli. Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah untuk “mewujudkan sesuatu yang tidak berwujud”. Pemasar jasa harus mampu mengubah jasa yang tidak berwujud menjadi manfaat yang konkret. 2. Tidak Terpisahkan (Inseparability) Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika seseorang memberikan jasa, maka penyedianya adalah bagian dari jasa tersebut. Konsumen juga hadir pada saat jasa dihasilkan, interaksi penyedia konsumen merupakan ciri khusus pemasaran jasa. 3. Bervariasi (Variability) Jasa bervariasi bergantung pada siapa yang memberikannya, kapan dan dimana diberikan.
7
4. Tidak Tahan Lama (Perishability) Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan datang.
2.5 Bauran Pemasaran Kotler (2005) menyatakan, Salah satu unsur kunci dalam strategi pemasaran adalah bauran pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat bauran pemasaran meliputi empat kelompok yang disebut empat P pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), tempat/saluran distribusi (place), dan promosi (promotion).
2.5.1 Produk (Product) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, orang, tempat, properti, organisasi dan gagasan. Keanekaragaman produk, kualitas produk, merek produk, kemasan dan pelabelan produk, pelayanan serta jaminan adalah beberapa komponen yang menjadi penentu keberhasilan suatu strategi bauran produk (Kotler 2005).
2.5.2 Harga (Price) Kotler (2005) menyatakan, harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa atau jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Harga merupakan salah satu unsur penting yang menentukan pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan, karena harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Sementara elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya.
2.5.3 Tempat/Saluran Distibusi (Place) Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap
8
digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran distribusi mempunyai tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan atau utilitas bentuk, tempat waktu dan kepemilikan serta memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik. Bauran tempat atau saluran distribusi meliputi aspek saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan, lokasi dan transportasi (Kotler 2005).
2.5.4 Promosi (Promotion) Kotler (2005) menyatakan, promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen untuk membeli produk tersebut. Promosi ini merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan dalam meningkatkan nilai penjualan, menciptakan pasaran hasil produksi dan pertumbuhan produk. Bauran komunikasi terdiri dari lima cara komunikasi utama yaitu: periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, penjualan pribadi dan pemasaran langsung.
2.6 Analisis Lingkungan Perusahaan David (2006) menyatakan, lingkungan perusahaan adalah situasi dan kondisi perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan di dalam perusahaan yang relatif dapat dikendalikan oleh perusahaan, sedangkan lingkungan eksternal adalah lingkungan di luar perusahaan yang relatif bukan dalam kendali perusahaan.
2.6.1 Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan (Strength) adalah semua potensi yang dimiliki perusahaan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Kelemahan (Weakness) adalah segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan dan harus terus
9
diperbaiki agar mampu bersaing di pasar. Secara pendekatan fungsional lingkungan internal perusahaan terdiri dari pasar dan pemasaran, keuangan dan akuntansi, kegiatan produksi operasi dan sumber daya manusia. 1. Pasar dan Pemasaran Agar posisi produk di pasar sesuai dengan yang diharapkan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain: pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar, promosi, harga produk, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru. 2. Keuangan dan Akuntansi Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik keseluruhan dari investor (David 2006). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah: kemampuan perusahaan dalam memperoleh modal jangka pendek dan modal jangka panjang, hubungan baik dengan penanam modal, pengelolaan keuangan dan struktur modal kerja. 3. Kegiatan Produksi Operasi Kegiatan produksi operasi perusahaan dapat dilihat dari penerapan prinsip efisiensi dan produktivitas. Fungsi produksi perusahaan dilihat dari segala aktivitas perusahaan dalam mengubah input menjadi output. Aktivitas produksi dan operasi merupakan bagian terbesar dalam asset dan modal (David 2006). Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah hubungan baik, lokasi fasilitas yang tepat, pemanfaatan teknologi dan pengendalian mutu. 4. Sumber Daya Manusia Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer harus berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dapat menigkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai asset yang berharga bagi perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas dan intensif.
2.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi tren serta kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Selain itu juga
10
ditujukan untuk mengidentifikasi variabel kunci yang menawarkan respon yang dapat dijalankan. Analisis lingkungan eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama
yang dihadapi perusahaan sehingga perusahaan dapat
memformulasi strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman potensial. Menurut David (2006), analisis lingkungan eksternal dibagi menjadi lima kategori besar, yaitu: 1. Faktor Ekonomi Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi semakin buruk pula iklim bisnis. 2. Faktor Sosial Kondisi sosial masyarakat memang berubah-ubah. Hendaknya perubahan sosial yang terjadi yang mempengaruhi perusahaan dapat diantisipasi oleh perusahaan. Kondisi sosial ini banyak aspeknya, misalnya sikap gaya hidup, adat istiadat, budaya, demografi, religious dan etnis. 3. Faktor Politik Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha. Sistem politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Faktor politik yang perlu diperhatikan agar bisnis dapat berkembang yaitu Undang-Undang tentang lingkungan dan perburuhan, stabilitas pemerintah, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja serta sistem pajak. 4. Faktor Teknologi Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik dibidang bisnis maupun dibidang yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru saja, tetapi juga meliputi pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. 5. Faktor Persaingan Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing merupakan hal yang penting untuk keberhasilan formulasi strategi. Menurut Porter (1991), struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan
11
persaingan selain strategi-strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan.
2.7 Matriks IFE dan Matriks EFE Setelah melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal maka hasilnya dimasukkan ke dalam matriks IFE dan EFE. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) untuk hasil analisis faktor lingkungan internal. Matriks EFE (External Factor Evaluation) untuk hasil analisis faktor eksternal. Matriks IFE ditujukan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis. Matriks EFE ditujukan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi mengenai aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, politik, teknologi dan persaingan. Informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan (David 2006).
2.8 Matriks IE Matriks IE menggambarkan posisi perusahaan sehingga alternatif strategi yang diusulkan sesuai dengan kondisi perusahaan. Matriks IE merupakan gabungan Matriks IFE dan Matriks EFE yang meringkas hasil evaluasi faktor eksternal dan internal dan menempatkan perusahaan pada salah satu kondisi di dalam Sembilan sel, dimana setiap sel merupakan langkah yang harus ditempuh perusahaan.
2.9 Matriks SWOT David (2006), menyatakan bahwa matriks SWOT (Strengths-WeaknessesOpportunities-Threats) merupakan identifikasi sistematis atau kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan. Melalui analisis ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun strategi pemasaran yang efektif dengan memaksimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada serta meminimalkan kelemahan perusahaan dan ancaman yang dihadapi. Matriks SWOT merupakan alat pada tahap pencocokkan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang; strengths-opportunities), WO (kelemahan-
12
peluang; weakness-opportunities), ST (kekuatan-ancaman; strengths-threats), dan WT (kelemahan-ancaman; weakness-threats).
2.10 Matriks QSPM David (2006), menyatakan bahwa QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) atau matriks perencanaan strategi kuantitatif didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang layak. QSPM menggunakan input dari analisis tahap input yaitu IFE dan EFE serta hasil dari tahap pencocokan untuk menentukan secara obyektif diantara alternatif strategi berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Keunggulan QSPM adalah set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama dan tidak terdapat batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi. Keunggulan lain dari QSPM adalah membutuhkan penyusunan strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. Namun, QSPM juga memiliki keterbatasan yaitu selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang berdasar. Peringkat dan nilai daya tarik membutuhkan keputusan yang penuh pertimbangan dan cenderung subjektif, namun prosesnya harus didasarkan pada informasi-informasi yang objektif.
13
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Wana Wisata Kartini Mantingan (WWKM) yang beralamat di Jl. Rembang-Blora Km.20, Bulu Mantingan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2010.
3.2 Alat dan Sarana Penelitian Sarana penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawasan WWKM yang memiliki luas 4,8 ha. Sedangkan alat yang digunakan yaitu kalkulator, alat tulis, kamera, dan Personal Computer (PC).
3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan meliputi identifikasi faktor internal dan identifikasi faktor eksternal WWKM melalui observasi lapang dan wawancara, pengisian matriks internal factor evaluation (IFE), matriks eksternal factor evaluation (EFE), Matriks Internal eksternal (IE) serta matriks QSPM melalui pengisian kuesioner dan dokumentasi WWKM melalui observasi lapang. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi lapang), wawancara dan pembagian kuesioner. 1. Pengamatan atau observasi kegiatan pemasaran dan semua aspek yang mendukung yang dilakukan oleh pihak pengelola WWKM secara langsung di lapangan. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan masalah yang akan diteliti agar dapat diperoleh data sebagai penunjang analisis. Wawancara dilakukan dengan pihak pengelola WWKM yaitu KBM JLPL Unit I Jateng. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan instansi terkait seperti Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Rembang.
14
3. Kuesioner Responden dari kuesioner ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode sampling ini digunakan agar dapat memilih responden yang dinilai paling tepat, ahli serta berperan dalam pengambilan keputusan. Pihak internal yang terpilih yaitu Manager Wisata dan Jasa Lingkungan KBM JLPL Perum Perhutani Unit I Jateng dan Asisten Manager Wisata Wilayah II WWKM, sedangkan pihak eksternal yang terpilih yaitu Bendahara Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang dan Staf Keuangan Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang. Data sekunder merupakan data pelengkap bagi data primer dan telah terdokumentasi sebelumnya. Data sekunder yang dibutuhkan berupa data kondisi umum yaitu jumlah pengunjung pertahun, harga tiket masuk, luas, flora, fauna, kondisi tanah dan iklim yang ada di WWKM serta data kondisi sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Rembang. Data tersebut diperoleh melalui studi literatur, browsing internet dan dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yaitu Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemkab Rembang dan KBM JLPL Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari data deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor internal (matriks IFE) dan matriks faktor eksternal (matriks EFE), matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM.
3.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif menjelaskan tentang kegiatan pemasaran, sumberdaya manusia, produksi atau operasi, keuangan dan akuntansi yang digunakan perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi riil perusahaan.
15
3.4.2 Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi Proses perumusan strategi pada kerangka tiga tahap formulasi strategi yang terdiri dari tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage). Analisis tiga tahap formulasi stategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis lingkungan eksternal dan internal (EFE dan IFE), analisis IE, analisis SWOT dan analisis QSPM.
3.4.2.1 Tahap Masukan (Input Stage) Tahap input meliputi proses analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perusahaan. Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis ini akan disajikan dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Analisis eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Akan disajikan dalam matriks External Factor Evaluation (EFE). Adapun tahap-tahap dalam penyusunan matriks EFE dan IFE adalah: 1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Dalam tahap pengidentifikasian faktor internal dan eksternal dilakukan dengan mendaftarkan seluruh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Dalam penyajian matriks, faktor yang bersifat positif (kekuatan dan peluang) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan dan ancaman). 2. Pemberian Bobot Faktor Pada analisis internal dan eksternal, penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan kuesioner kepada pihak manajemen atau ahli strategi dengan menggunakan metode “paired comparison” (Kinnear dan Taylor 1991). Bobot menunjukkan tingkat kepentingan relatif suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Penentuan bobot pada setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3. Penilaian untuk setiap skala dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
16
Tabel 1 Penilaian Bobot Faktor Internal Faktor Kritis
A
B
C
…….
Total
A
…..
B
…..
C
…..
…..
∑Xi
Bobot
Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)
Tabel 2 Penilaian Bobot Faktor Eksternal Faktor Kritis
A
B
C
…….
Total Bobot
A
…..
B
…..
C
…..
…..
∑Xi
Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)
Bobot tiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai tiap faktor terhadap total nilai faktor. Bobot yang diberikan berada pada kisaran 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar pada perusahaan diberikan bobot yang tinggi. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada tiap faktor harus sama dengan 1,0. Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel. 3. Pemberian Rating (Peringkat) Penentuan rating dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi perusahaan. Dalam mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan skala 1, 2, 3 dan 4. Pemberian nilai rating kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE menggunakan skala: 1 = kelemahan utama 2 = kelemahan kecil 3 = kekuatan kecil 4 = kekuatan utama
17
Pemberian nilai peringkat peluang dan ancaman pada matriks EFE menggunakan skala: 1 = respon perusahaan rendah 2 = respon perusahaan rata-rata 3 = respon perusahaan di atas rata-rata 4 = respon perusahaan superior 4. Perkalian Bobot dan Peringkat Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai tertimbang tiap faktor yang diperoleh dari perkalian bobot dengan rating (peringkat) setiap faktor. Nilai tertimbang setiap faktor kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total nilai tertimbang bagi organisasi (David 2006).
Tabel 3 Matriks IFE Faktor-faktor strategi internal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Kekuatan
Kelemahan
Sumber: David (2006)
Tabel 4 Matriks EFE Faktor-faktor strategi eksternal Peluang
Ancaman
Sumber: David (2006)
Bobot
Rating
Bobot x Rating
18
Total nilai tertimbang pada matriks EFE dan IFE akan berada pada kisaran 1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata 2,5. Semakin tinggi nilai total tertimbang perusahaan pada matriks EFE dan IFE mengindikasikan perusahaan merespon peluang dan ancaman (faktor eksternal) atau kekuatan dan kelemahan (faktor internal) dengan sangat baik pula, begitu pula sebaliknya.
3.4.2.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap pencocokan merupakan tahap untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal berdasarkan informasi yang didapatkan pada tahap input. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk tahap pencocokan adalah matriks IE (Internal-Eksternal) dan matriks Strength-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT).
1. Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal) Tahap ini merupakan tahap pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan matriks EFE dan IFE ke dalam matriks IE. Matriks IE mempunyai Sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga sel strategi utama, yaitu: 1. Growth and Build (Tumbuh dan Kembang) berada dalam sel I, II dan IV. Strategi yang cocok adalah intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal). 2. Hold and Maintain (Pertahankan dan Pelihara) dilakukan untuk sel III, V dan VII. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3. Harvest or Divest (panen atau divestasi) dipakai untuk sel VI, VII dan IX. Strategi umum yang dipakai adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat dan strategi likuidasi. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1.
TOTAL SKOR RATA-RATA IFE
19
Kuat
Rata-rata
Lemah
(3.0 - 4.0)
(2.0 - 2.99)
(1.0 - 1.99)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tinggi
(3.0 - 4.0) TOTAL SKOR
Menengah
RATARATA
(2.0 – 2.99)
EFE Rendah
(1.0 - 1.99)
Sumber: David (2006)
Gambar 1 Matriks IE.
2. Analisis Matriks Strength-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT) Matriks lain yang digunakan pada tahap pencocokan adalah matriks SWOT, yang ditujukan untuk merumuskan sejumlah alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Terdapat 4 tahapan untuk membentuk matriks SWOT, yaitu: 1. Sesuaikan kekuatan internal perusahaan dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi SO. 2. Sesuaikan kekuatan internal perusahaan dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi ST. 3. Sesuaikan kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi WO. 4. Sesuaikan kelemahan internal perusahaan dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi WT.
Tabel 5 Matriks SWOT
20
Faktor Internal
STRENGTH (S)
WEAKNESS (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor
Tentukan 5-10 faktor-faktor
Faktor Eksternal
kekuatan internal
kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Tentukan 5-10 faktor peluang
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
eksternal
menggunakan kekuatan untuk
meminimalkan kelemahan
memanfaatkan peluang
untuk memanfaatkan peluang
THREATS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Tentukan 5-10 faktor ancaman
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
eksternal
menggunakan kekuatan untuk
meminimalkan kelemahan dan
mengatasi ancaman
menghindari ancaman
3.4.2.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) Untuk membuat peringkat strategi yang menghasilkan daftar berprioritas, digunakan teknik analisis QSPM yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang layak. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) atau matriks perencanaan strategi kuantitatif adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal (David 2006). Tahapan kerja pengolahan data dengan menggunakan metode QSPM (David 2006), adalah: 1. Membuat daftar kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks IFE dan EFE. 2. Pemberian bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks IFE dan EFE. Bobot disajikan dalam kolom di samping kanan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal.
21
3. Evaluasi matriks tahap pencocokan dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Strategi-strategi ini dicatat pada baris atas dari QSPM. 4. Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Score-AS), didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. 5. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score-TAS) didefinisikan sebagai hasil dari pengalian bobot (langkah 2) dengan nilai daya tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut. 6. Penjumlahan total nilai daya tarik dengan menambahkan total nilai daya tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategi.
Tabel 6 Matriks QSPM Faktor Kunci
Bobot
Faktor Internal ……… ……… Faktor Eksternal ……… ……… Sumber: David (2006)
Alternatif Strategi Strategi 1
Strategi 2
AS
AS TAS
TAS
Strategi 3 AS TAS
Stategi 4 AS TAS
22
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Wana Wisata Kartini Mantingan WWKM seluas 4,8 ha terletak di dalam kawasan hutan produksi petak 16h RPH Mantingan, BKPH Kebon, KPH Mantingan. Batas geografi lokasi tersebut adalah 06º51’45”-06º51’57” Lintang Selatan dan 04º37’00”-04º37’31” Bujur Timur. Sedangkan berdasarkan batas administrasinya WWKM terletak di desa Mantingan Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah dengan batas-batasnya sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mantingan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan hutan petak 16 c 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mantingan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mantingan Sumber: Wana Wisata Kartini Mantingan (2005)
4.2 Ketinggian Tempat dan Topografi Letak WWKM pada ketinggian 125-140 mdpl. Sebagian besar kawasan tersebut memiliki topografi berombak sampai dengan berbukit.
4.3 Jenis Tanah Jenis tanah mediteran merah kekuningan dengan ketebalan lapisan tanah rata-rata 1-2 meter. Bahan induk batu kapur keras, batuan sedimen dan tuf vulkan basa.
4.4 Hidrologi dan Iklim Di dalam kawasan WWKM dijumpai sumber mata air dengan perkiraan debit lebih dari 2 liter/detik. Mata air tersebut selain dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya untuk pengairan dan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kolam renang. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson tipe ikim D (kering) dengan rata-rata curah hujan
23
600-2000 mm/th. Rata-rata bulan basah adalah 3-5 bulan dan rata-rata bulan kering adalah 7-9 bulan. Suhu udara berkisar antara 22º-30º C.
4.5 Visi dan Misi Pengelola WWKM dikelola oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produksi Lain (KBM JLPL Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah), dimana lembaga tersebut merupakan bagian dari Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang menangani ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan milik Perum Perhutani yang terdapat di wilayah Jawa Tengah. Visi dari Perusahaan adalah menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Visi ini kemudian diterjemahkan menjadi tiga poin pernyataan misi perusahaan, yaitu: 1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan
lainnya
guna
menghasilkan keuntungan untuk
menjamin
pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan. 2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia
perusahaan
yang
modern,
profesional
dan
handal
serta
memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. 3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pengembangan wilayah secara regional dan nasional serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.
4.6 Flora dan Fauna WWKM memiliki 35 jenis pohon, jenis pohon yang paling dominan adalah jati (Tectona grandis), mahoni daun kecil (Swietenia mahagoni), Sono Keling (Dalbergia latifolia) dan trengguli (Cassia fistula) dengan jumlah total pohon keseluruhan sebanyak 348 pohon. Data selengkapnya tertera pada Tabel 7.
24
Tabel 7 Jenis Pohon di Wana Wisata Kartini Mantingan No.
Nama Pohon
Jumlah pohon
1 2 3 4 5 6
Akasia (Acacia auriculiformis) Bungur (Lagerstroemia speciosa) Bruyen Panggang Elow Flamboyan (Delonix regia) Gmelina (Gmelina arborea)
1 1 2 1 1 8
7 8
Glinsem Gadog (Bischofia javanica)
2 1
9 10
Gayam (Inocarpus fagiferus) Jati (Tectona grandis)
1 63
11 12
Juwet Jambu air (Syzygium aqueum)
2 1
13 14 15 16
Johar (Cassia spp.) Kemiri (Aleurites moluccana) Kesambi (Schleichera oleosa) Kepoh (Sterculia foetida)
3 1 5 1
17 18
Karet (Hevea brasiliensis) Ketapang (Terminalia catappa)
1 1
19 20 21 22 23 24
Laban (Vitex pubescens) Lengo Lodog Lerak (Sapindus rarak) Mahoni daun kecil (Swietenia mahagoni) Mangga (Mangifera indica)
7 1 2 1 90 3
25 26 27 28 29 30
Matoa (Pometia pinnata) Pilang (Acacia leucophloea) Pinus (Pinus spp.) Ringin (Ficus benyamina) Randu alas (Ceiba petandra) Sono Keling (Dalbergia latifolia)
1 1 2 2 1 87
31 32 33 34 35
Sawo duren (Chrysophyllum cainito) Sungkai (Peronema canescens) Salam (Eugenia polyantha) Trembesi (Samanea saman) Trengguli (Cassia fistula)
2 4 1 2 45
Total Sumber: Wana Wisata Kartini Mantingan (2010)
348
Fauna yang terdapat di Wana Wisata Kartini Mantingan adalah rusa (Cervus timorensis), burung trucukan (Pycnonotus goiavier), burung ketilang
25
(Pycnonotus aurigaster), pergam (Ducula bicolor), burung prenjak belalang (Locusfella corthiola), Kalong (Pterophus vamphirus), dan burung srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus). Jenis rusa yang ada pada Wana Wisata Kartini tertera pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis Rusa di Wana Wisata Kartini Mantingan Jenis Rusa
Jumlah Semula
Jumlah Penambahan
Jumlah Menjadi
(ekor)
(ekor)
(ekor)
Jantan: 8
Jantan: 2
10
Betina: 8
Betina: -
8
Jantan: 1
Jantan: -
1
Betina: -
Betina: -
-
Jawa
Totol
Jumlah Total
19
Sumber: Wana Wisata Kartini Mantingan (2010)
4.7 Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata alam yang dimiliki oleh Wana Wisata Kartini antara lain: 1. Kolam Renang Kolam renang dibagi menjadi kolam renang anak seluas 440 m² dengan Waterboom anak berjumlah empat dan kolam renang dewasa seluas 660 m² dengan Waterboom dewasa jumlahnya satu. 2. Pemandangan pohon yang beraneka ragam jenisnya seperti: mahoni daun kecil, sono keling, kepoh dan kemiri. 3. Buper (Bumi Perkemahan) yang sering digunakan oleh para pelajar dan mahasiswa untuk kegiatan kemah. 4. Tempat penangkaran Rusa yang berjumlah 19 ekor yang terdiri atas rusa jawa (jantan sepuluh ekor dan betina delapan ekor) dan rusa totol dari Istana Bogor (satu ekor jantan). 5. Satwa lainnya seperti burung dan kalong.
26
4.8 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang terdapat di dalam WWKM yang paling diminati oleh para pengunjung yaitu kolam renang beserta waterboomnya, area bumi perkemahan, tempat parkir luas serta shelter-shelter yang ada di sepanjang WWKM. Data selengkapnya tertera pada Tabel 9.
Tabel 9 Sarana dan Prasarana di Wana Wisata Kartini Mantingan Sarana dan Prasarana
Jumlah
Pintu gerbang masuk
1
Loket penjualan tiket
1
Tempat Parkir
2
Musholla
1
Depot Makan
6
Arena bermain anak-anak
2
Sumber Mata Air
1
Pintu Masuk Kolam Renang
1
Kolam Renang
3
Waterboom
5
Shelter bambu
5
Joglo
5
Kursi Santai
3
Shower (Air Pembilasan)
1
Kamar Ganti
8
MCK
2
Lapangan Tenis
1
Lapangan Voli
1
Rumah Pengelola
1
Bumi Perkemahan
1
Pendopo Tempat Pertemuan
1
Pesanggrahan
3
Penangkaran Rusa
1
Sangkar Burung
1
Jalan Beraspal
1
Sumber: Wana Wisata Kartini Mantingan (2010)
27
Untuk dapat menikmati sarana dan prasarana yang ada di WWKM, pihak pengelola telah menetapkan harga tiket yang disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Harga Tiket Wana Wisata Kartini Mantingan Jenis Tiket
Harga tiket (Rp)
Tiket masuk Wana Wisata Kartini Mantingan
Rp.
3.000,-/orang
Tiket masuk area kolam renang dan Waterboom
Rp. 12.000,-/orang
Tiket flying fox
Rp.
Pesanggrahan
Rp. 100.000,-/kamar
5.000,-/orang
Sumber: Wana Wisata Kartini Mantingan (2010)
4.9 Pangsa Pasar Wisatawan sebagian besar berasal dari lingkungan obyek Wana Wisata dari wilayah Blora, Rembang dan Pati pada umumnya melakukan kegiatan berenang dan berkemah. Pengunjung kolam renang rata-rata dari lembaga pendidikan TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi dan keluarga. Pengunjung yang berkemah berasal dari pelajar dan mahasiswa. Pada bulan April (Kartinian) dan Syawalan pengunjung WWKM mengalami lonjakan yang sangat signifikan.
Tabel 11 Pendapatan Pengunjung Perbulan Wana Wisata Kartini Mantingan Pendapatan
Jumlah (orang)
a. < Rp 500.000 b. Rp 500.000-1.500.000 c. Rp 1.500.000-2.500.000 d. Rp 2.500.000-5.000.000 e. > Rp 5.000.000
Total
Persentase (%)
9 14 3 2 2
30 46.67 10 6.67 6.67
30
100
Sumber: Data primer (2010)
Tabel 12 Jumlah Pengunjung Wana Wisata Kartini Mantingan Jumlah Pengunjung Wana Wisata Kartini Mantingan (orang/tahun) 2006
2007
2008
2009
30.579
34.478
38.096
40.814
Sumber: Wana Wisata Kartini Mantingan (2010)
28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Lingkungan Internal 5.1.1 Pasar dan Pemasaran Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah (Rangkuti 2006). Segmentasi pasar yang dilakukan WWKM berdasarkan dari segi kelas sosial yaitu kalangan menengah ke bawah, hal ini didasarkan pada tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah dengan target pasar utama yaitu para pelajar dan keluarga. Di samping untuk wisata keluarga WWKM digunakan sebagai daerah tujuan bagi para pelajar yang biasanya merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang diadakan masing-masing sekolah. Pengunjung yang datang mayoritas berasal dari daerah Rembang, Blora dan Pati. Adanya perubahan pengelolaan yang semula dikelola oleh KPH Mantingan menjadi dikelola oleh KBM JLPL (Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan Produksi Lain) Perum Perhutani Unit I Jateng pada awal tahun 2007 memberikan efek peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Sebelum dikelola KBM JLPL Perum Perhutani Unit I Jateng jumlah pengunjung ±19.574 orang/tahun, tetapi faktanya setelah dikelola KBM JLPL jumlah pengunjung mencapai ±40.814 orang/tahun. Kegiatan pemasaran WWKM tercermin dari bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran meliputi empat P pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion) dan tempat atau saluran distribusi (place).
1. Produk WWKM memiliki tujuan yaitu “Beneficial Tourism” yang berarti wisata yang mendatangkan keuntungan baik untuk pihak pengelola, masyarakat sekitar maupun pemerintah daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut WWKM melakukan kegiatan-kegiatan dalam bidang pemasaran antara lain mengembangkan pariwisata yang berbasis pada alam, budaya dan pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan.
29
Daya tarik wisata yang dimiliki WWKM antara lain kolam renang yang dibagi menjadi kolam renang anak seluas 440 m² dengan waterboom anak sebanyak empat buah dan kolam renang dewasa seluas 660 m² dengan waterboom dewasa sebanyak satu buah, pemandangan alam dengan pepohonan yang beraneka ragam, area bumi perkemahan, pesanggrahan, tempat penangkaran rusa, satwa lain seperti burung dan kelelawar, lapangan parkir yang luas, lapangan tenis, lapangan voli, area bermain anak, tempat makan, musholla, shelter, toilet dan tempat sampah. Adanya sumberdaya alam yang sangat potensial sebagai obyek wisata alam menjadikan WWKM selalu ramai dikunjungi. Pengunjung dapat memilih melakukan aktivitas wisata sesuai pilihannya. Pesaing utama WWKM yaitu Taman Kartini memiliki sumberdaya alam berupa pantai yang sangat indah dan sama-sama memiliki fasilitas kolam renang sebagai data tarik wisata, untuk itu WWKM harus terus mengemas produk wisatanya sebagai produk yang mudah diakses dan memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman berharga. Di samping itu, pihak pengelola WWKM sebaiknya selalu memperhatikan kebersihan lingkungan yang ada mengingat keindahan alam menjadi kekuatan alami bagi WWKM. Belum adanya sistem paket wisata membuat keuntungan yang diterima oleh pihak pengelola tidak maksimal. Hal ini dikarenakan faktor-faktor pendukung sebagai Wana Wisata belum berkembang baik dari sisi sumberdaya manusia maupun dari sisi sarana dan prasarana. Padahal jika sistem paket wisata dijalankan kemungkinan “length of stay” (lamanya waktu berkunjung/menginap) para wisatawan di pesanggrahan yang terdapat di dalam WWKM bisa bertambah dengan mengadakan kerjasama antara pihak transportasi dan jasa-jasa travel agent serta masyarakat sekitar dalam rangka menyuguhkan atraksi-atraksi wisata yang membuat wisatawan dapat memperpanjang liburan di obyek wisata tersebut.
2. Harga Pihak pengelola memasang harga yang memang relatif tinggi untuk kalangan segmentasi pasar yang telah ditargetkan WWKM. Untuk masuk kedalam WWKM pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp 3.000/orang yang sudah
30
termasuk biaya parkir beserta tempat parkir luas dan fasilitas yang ada seperti melihat penangkaran hewan rusa dan burung, fasilitas musholla, tempat sampah, toilet, kamar ganti, jalan-jalan dan duduk di bawah naungan pohon yang rindang, fasilitas bermain bola voli dan fasilitas area bermain skateboard. Tersedia juga play ground berupa flying fox dengan harga sebesar Rp 5000/orang sekali main. Untuk menggunakan fasilitas kolam renang dan waterboom pengunjung dikenakan biaya tersendiri yaitu Rp. 12.000/orang. Sedangkan biaya menginap di pesanggrahan sebesar Rp. 100.000/malam. Sehingga jika pengunjung ingin mendapatkan semua fasilitas (belum termasuk flying fox) di WWKM tanpa menginap, pengunjung dikenakan tarif Rp 15.000/orang. Perbandingan harga antara Taman Kartini sebagai pesaing utama dengan WWKM memang terlihat jauh berbeda, untuk harga tiket masuk ke Taman Kartini pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 4000,-/orang yang sudah termasuk biaya parkir, hiburan musik, tempat informasi, kebun binatang mini, papan petunjuk arah, shelter, toilet, tempat sampah dan musholla. Untuk mendapatkan failitas kolam renang di Taman Kartini, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 7000,- tanpa ada waterboom. Untuk tempat bermain anak Taman Kartini memiliki fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan WWKM dengan biaya Rp 5.000,-/masing-masing permainan, yaitu bola air, flying fox, istana balon, kereta-keretaan dan bebek air, sedangkan untuk permainan banana boat dan bioskop tiga dimensi pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000,/sekali main. Berbeda dengan WWKM, Taman Kartini tidak menyediakan tempat untuk bermalam atau menginap. Sehingga jika pengunjung ingin mendapatkan semua fasilitas (belum termasuk fasilitas bermain anak) di Taman Kartini, pengunjung dikenakan tariff Rp 11.000,-/orang. Untuk masyarakat kalangan menengah ke atas dengan harga tiket WWKM sebesar Rp. 15.000,- dapat menjadikan adanya faktor gengsi atau kepuasan tersendiri karena harga lebih mahal dibandingkan dengan Taman Kartini yang memasang harga tiket sebesar Rp. 11.000,-. Pihak pengelola WWKM menetapkan harga sebesar Rp. 15.000,-/orang berdasarkan tingkat daya beli masyarakat. Harga tiket WWKM untuk saat ini merupakan harga optimal mengingat dengan harga
31
Rp. 15.000,- jumlah pengunjung yang ada sedikit demi sedikit mengalami kenaikan. Harga tiket WWKM pernah dinaikkan menjadi Rp. 20.000,-/orang tetapi yang ada justru jumlah pengunjung menjadi menurun yang semula jumlah pengunjung sebesar ±1000 orang/minggu dengan jumlah pendapatan ± Rp. 15.000.000,-/minggu menjadi hanya ±300 orang/minggu dengan total pendapatan hanya ± Rp. 6.000.000,-/minggu. Karena penurunan jumlah pengunjung tersebut akhirnya pihak pengelola menetapkan harga semula yaitu sebesar Rp. 15.000,- yang awalnya terjadi peningkatan jumlah pengunjung selama beberapa bulan, tetapi lama-kelamaan jumlah pengunjung menjadi normal kembali yaitu ±1000 orang/minggu.
3. Promosi Promosi yang dilakukan oleh WWKM saat ini berupa (1) publikasi sederhana di internet mengenai profil WWKM dan juga penyebaran pamflet. (2) publisitas dan public relations, berupa liputan oleh media elektronik yang disiarkan lewat TV lokal, siaran radio, dan juga mengikuti pameran (contohnya Pameran X-Treme 2009 yang diselenggarakan di Jakarta). Namun begitu, model promosi ini tidak dilakukan secara intensif, karena pihak WWKM masih mengandalkan pada model informasi dari orang ke orang. Untuk itu, perlu dilakukan promosi yang lebih gencar lagi oleh WWKM dengan cara yang paling efektif saat ini yaitu dengan penyiaran iklan di TV karena dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas agar dapat merebut pasar yang lebih besar.
4. Distribusi Produk wisata WWKM berupa objek alam tidak dapat didistribusikan, hal yang dapat didistribusikan adalah informasi kepada masyarakat mengenai keberadaan objek tersebut. Lokasi objek yang berada di tengah-tengah perbatasan kota Rembang menuju kota Blora pada Km.38 serta kondisi jalan yang dilewati sangat baik yaitu dilewati oleh angkutan umum sangat memudahkan bagi pihak WWKM untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat. Hal ini sangat mendukung perluasan jangkauan pemasaran WWKM untuk menjangkau
32
wisatawan yang lebih luas tidak hanya tebatas pada wisatawan yang berasal dari Kabupaten Rembang, Pati dan Blora saja. Pihak pengelola dapat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang untuk melakukan suatu paket perjalanan wisata, dimana wisatawan yang datang ke Rembang berusaha untuk disuguhi berbagai kegiatan atau atraksi wisata yang dapat memberikan kesan menarik dan memberikan rasa kepuasan tersendiri sehingga wisatawan lebih lama tinggal. Konsep paket perjalanan wisata yang dapat dilakukan adalah mengunjungi Taman Kartini kemudian dilanjutkan ke pusat kerajinan batik tulis Lasem, lalu ke pusat makanan dan minuman khas Kota Rembang, kemudian perjalanan wisata dilanjutkan ke makam R.A Kartini dan terakhir wisatawan akan diajak ke WWKM dengan melewati suasana hutan jati dan perkampungan yang khas dimana wisatawan dapat menginap di pesanggrahan yang terdapat di WWKM. Secara keseluruhan, pemasaran wisata yang dilakukan oleh WWKM sudah sangat baik dari segi lokasi, namun dari segi produk, harga dan promosi masih perlu dilakukan pengembangan.
5.1.2 Keuangan WWKM dikelola oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produksi Lain (KBM JLPL Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah), dimana lembaga tersebut sebagai bagian dari Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang menangani dan mengurusi semua obyek wisata di Jawa Tengah milik Perhutani. Pihak WWKM mendapatkan dana atau kebutuhan finansial yang dicukupi mutlak oleh kantor KBM JLPL. Selama ini keuangan KBM JLPL selaku pengelola WWKM dikelola oleh Kepala bagian keuangan wisata dibantu oleh bendahara penerimaan dan pengeluaran. Bagian ini akan mengalokasikan dana yang diterima ke dalam pospos kegiatan yang telah diajukan oleh masing-masing sub bagian (dalam hal ini Asisten Manajer Subbag). Pengajuan dana ini disampaikan dalam bentuk rencana pelaksanaan kegiatan. Bila rencana pelaksanaan kegiatan ini disetujui, maka dana akan diturunkan kepada penanggung jawab masing-masing kegiatan. Setiap akhir tahun masing-masing sub bagian harus menyerahkan laporan pelaksanaan
33
kegiatan untuk mengecek kegiatan apa saja yang sudah dilakukan beserta berapa jumlah anggaran yang terpakai dan yang masih tersisa. Untuk tahun pertama kontribusi yang disetor ke KBM JLPL sebesar Rp 45.000.000,Setiap bulannya WWKM melakukan sharing dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang yaitu retribusi sebesar 15% kepada pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang. Sedangkan 85% dari total dana yang diperoleh masuk ke kas KBM JLPL. Pada tahun 2008 pendapatan total yang di dapat WWKM sebesar Rp 223.670.300,-. Terkait dengan pemasukan yang didapatkan dari kegiatan wisata, dana tersebut digunakan kembali untuk modal kerja kegiatan wisata yang ada di WWKM. Untuk pendanaan dari pihak luar sekarang ini, pihak WWKM mendapatkan bantuan dari pihak teh sosro dalam pengecetan dinding-dinding yang ada di dalam kawasan wisata dan pemberian gazebo yang ada di dalam area kolam renang. Pada tahun 2006, pengelolaan kolam renang dikontrakkan kepada Pihak III (CV. Jaojo Junior Cabang Rembang) selama 5 tahun dan dievaluasi setiap 1 tahun sekali mulai bulan Juni 2006, tetapi pada tahun 2007 pihak WWKM memutuskan untuk berhenti bekerja sama dengan pihak CV. Joujo Junior karena alasan pembagian keuntungan yang tidak merata dan tidak menguntungkan bagi pihak WWKM.
5.1.3 Produksi dan Operasi Produk wisata yang ditawarkan oleh pihak pengelola WWKM antara lain wisata alam, pendidikan lingkungan dan wisata budaya. Untuk wisata alam terdiri dari pemandangan pohon yang beraneka ragam jenisnya seperti: mahoni daun kecil, sono keling, kepoh dan kemiri. Sumber mata air alami yang dapat diperoleh saat melakukan aktivitas berenang, arena bermain di alam seperti bermain bola voli di bawah naungan pepohonan, adanya bola tenis, bermain flying fox dan juga bermain sepatu roda di kawasan yang telah disiapkan. Wisata pendidikan lingkungan di WWKM, pengunjung dapat melakukan kemah atau mendirikan tenda untuk bermalam, melakukan aktivitas cinta lingkungan bersama pemandu camping, melihat penangkaran rusa dan burung sambil mempelajari nama latin dari hewan-hewan tersebut. Sedangkan untuk
34
wisata budaya hanya dilakukan setahun sekali setiap tanggal 21 April dimana diadakan kegiatan tirakatan atau syukuran. Pihak pengelola menyatakan bahwa WWKM merupakan bagian dari wisata budaya karena konon kolam renang yang terdapat dalam kawasan wisata merupakan tempat pemandian dari Ibu R.A Kartini dan karena lokasi wisata yang berseberangan dengan makam Ibu R.A Kartini. Produk wisata dibuat atau diproduksi bersamaan dengan waktu produk tersebut dinikmati oleh konsumen. Maka proses produksi dari wisata tidak sama dengan proses produksi dari produk barang. Oleh karena itu, aktivitas produksi dari produk WWKM adalah saat pengunjung datang dan menikmati objek wisata yang ditawarkan, seperti berjalan-jalan menikmati hawa sejuk di antara pepohonan yang rindang sambil melihat-lihat hewan yang ada, ikut bermain bola tenis dan flying fox, menikmati jajanan kuliner yang ada atau berenang sambil menikmati waterboom yang ada. WWKM memiliki wilayah yang cukup luas untuk digunakan sebagai objek wisata dengan luas keseluruhan mencapai 4,8 ha. Dengan luasan tersebut terdapat produk wisata yang dapat dinikmati pengunjung, meskipun banyak dari produk tersebut belum sepenuhnya secara lengkap dapat dinikmati pengunjung misalnya yaitu WWKM menyediakan lahan yang digunakan untuk bermain skate board dan sepatu roda, tetapi pihak pengelola belum menyediakan sepatu roda itu sendiri untuk disewakan. Hal lain yaitu terdapat penangkaran rusa dengan luasan yang cukup luas yaitu 1 ha tetapi pengunjung hanya bisa melihat dan memfoto rusa tersebut dari balik pagar besi, pihak pengelola belum menyediakan makanan untuk rusa yang dapat dibeli oleh pihak pengunjung, sehingga pengunjung yang mau melakukan aktivitas memberi makan untuk rusa-rusa yang ada dapat mempersiapkannya sendiri sebelum berangkat ke lokasi. Produk wisata yang terdapat di area kolam renang sudah cukup lengkap, terdapat dua kolam renang berbentuk persegi panjang yang dilengkapi water boom (satu waterboom dewasa dan empat waterboom untuk anak-anak) dengan berbagai kedalaman mulai dari 0,5 m sampai 3 m sehingga aktivitas berenang dapat dinikmati oleh mulai dari anak-anak sampai dewasa, ada pula shower untuk pembilasan, delapan kamar ganti beserta kamar mandi, tempat penyewaan
35
pelampung dan baju renang sewaan, restoran dan juga shelter-shelter bambu yang digunakan untuk pengunjung yang tidak melakukan aktivitas berenang. Dalam pengembangan pengelolaan kawasan sejauh ini sudah mulai terencana meskipun masih terdapat aktivitas produksi yang belum berjalan secara optimal. Hal ini dikarenakan mahalnya biaya untuk pengadaan fasilitas atau alatalat yang digunakan untuk menunjang wisata tersebut. Saat ini obyek wisata alam dan pendidikan lingkungan saja yang sudah berkembang di WWKM, sedangkan wisata budaya belum begitu menonjol.
5.1.4 Aspek Pengelolaan WWKM merupakan wisata wilayah II yang dikelola oleh KBM JLPL dibawah seorang Manajer Pengelolaan Ekowisata dan Jasa Lingkungan, manajer menunjuk seorang asisten manajer pengelolaan wisata yang bertugas untuk mengelola dan mengawasi objek wisata milik Perhutani yang ada di wilayah Jawa Tengah. Terkait dengan pengelolaan di lapangan, asisten manajer kemudian menunjuk pengelola lapangan. Sekarang ini WWKM memiliki delapan orang pengelola lapangan termasuk satu koordinator lapangan. Delapan orang petugas lapangan tersebut terdiri dari dua orang pegawai KBM JLPL dan enam orang diambil dari masyarakat sekitar. Pihak pengelola memerlukan bantuan dari masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian dan kenyamanan lingkungan wisata. Oleh karena itu pengelola lapangan di WWKM merekrut masyarakat sekitar sebagai pengelola agar kelestarian dan kenyamanan lingkungan wisata tetap terjaga dan dengan adanya objek wisata ini dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar wisata. Setiap sebulan sekali diadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh koordinator lapangan itu sendiri yaitu bapak Nanang. Agenda rapat ini antara lain adalah evaluasi kinerja, baik program maupun personal, perencanaan programprogram, tukar pendapat tentang permasalahan yang ada, pemecahan atau solusi masalah bersama, pelaporan tingkat kemajuan yang dialami WWKM dan agenda lainnya. Setelah rapat selesai kemudian koordinator lapangan membuat sebuah ringkasan laporan yang akan diserahkan ke kantor KBM JLPL sebagai bahan laporan saran dan masukan setiap bulannya. Mekanisme rapat koordinasi ini
36
memudahkan bagi asisten manajer pengelolaan wisata untuk melakukan kontrol dan pengawasan terhadap kinerja pengelola lapangan. Untuk meningkatkan kinerja sumberdaya manusia sebagai pengelola objek wisata, pihak pengelola selalu mengirimkan kandidat pengelolanya untuk melakukan kursus dan seminar terkait dengan aspek pengelolaan wisata yang baik dan benar. Pada tahun 2009, pihak pengelola telah melakukan kursus pelatihan satu kali dan mengikuti seminar sebanyak empat kali yang diadakan oleh Perum Perhutani di wilayah Madiun.
5.2 Analisis Lingkungan Eksternal 5.2.1 Faktor Politik Pemerintah sebagai
fasilitator,
mendukung
berkembangnya
usaha
pariwisata alam dalam bentuk penerapan kebijakan, peraturan perundangundangan dan perijinan. Dukungan pemerintah tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kehutanan No. 50 Tahun 2006 tentang Pedoman Kegiatan Kerjasama Usaha Perum Perhutani dalam kawasan hutan. Dalam hal mendukung perkembangan Wana Wisata, Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang telah melakukan perbaikan jalan raya menuju WWKM. Jalan raya tersebut merupakan satu-satunya jalan raya yang menuju lokasi WWKM. Sistem otonomi daerah yang saat ini sudah ditetapkan pemerintah membuat daerah-daerah yang kondisi keuangan atau perekonomian daerahnya masih belum kuat, menjadi agak sulit mengembangkan daerahnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana yang diakibatkan berkurangnya subsidi dari Pemerintah Pusat dan secara otomatis mengakibatkan pelaksanaan rencana pengembangan daerah menjadi terhambat. Hambatan lain saat ini adalah masih minimnya dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang dalam membangun industri Wana Wisata. Pihak pengelola menilai bahwa perhatian pemerintah terhadap WWKM masih sangat minim. Hal tersebut dapat terlihat dari tidak adanya dukungan prasarana seperti tidak adanya peta penunjuk arah berwarna coklat yang digunakan khusus untuk menunjukkan arah Wana Wisata yang terlihat di sepanjang jalan kota Rembang.
37
Belum adanya penyederhanaan peraturan mengenai masalah perizinan usaha menyebabkan para pemilik modal enggan menanamkan modalnya di kawasan WWKM, hal ini terkait dengan fakta bahwa para pemilik modal atau pihak swasta harus menjalani rantai birokrasi yang panjang dan ruwet agar dapat memulai usaha di WWKM.
5.2.2 Faktor Ekonomi Sistem otonomi daerah yang telah diterapkan membuat daerah-daerah yang tingkat perekonomian masih tergolong rendah menjadi semakin sangat sulit untuk mengalokasikan dana yang minim tersebut ke beberapa sektor perekonomiannya. Ini menjadi suatu masalah bagi Pemerintah Daerah dalam pengalokasian dananya. Di satu sisi Pemerintah Daerah mempunyai rencana untuk mengembangkan suatu sektor ekonomi di sisi lain anggaran yang tersedia tidak sanggup untuk merealisasikan rencana tersebut. Banyaknya tayangan televisi mengenai wisata alam menyebabkan tren “back to nature” sangat meningkat, sehingga membuat pengunjung tertarik untuk berwisata atau rekreasi alam dimana sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan penghasil devisa pembangunan negara. Dari sektor ekonomi, penduduk Kota Rembang bermata pencaharian sebagai nelayan dengan pendapatan yang tidak menentu. UMR masyarakat Kota Rembang sebesar Rp. 647.000,-/bulan yang lebih rendah dibandingkan dengan kota-kota lainnya serta dari hasil wawancara sebanyak 30 pengunjung WWKM, didapatkan bahwa sebesar 46,67% pendapatan mereka sebesar Rp. 500.000 Rp. 1.500.000,- juga menjadi alasan yang menyebabkan jarangnya masyarakat daerah untuk berkunjung menghabiskan sebagian pendapatannya untuk berwisata di WWKM.
5.2.3 Faktor Sosial, Budaya, dan Lingkungan WWKM memiliki komponen wisata yang amat menarik diantaranya nilai historis atau mitos yaitu dekatnya letak makam Ibu R.A Kartini dengan lokasi WWKM (± berjarak 4 km ke arah selatan), dimana para pengunjung mendapatkan
38
perjalanan wisata tambahan selain berkunjung ke WWKM, pengunjung dapat mengunjungi makam Ibu R.A Kartini yang letaknya berseberangan jalan. Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak pula daerah atau segmen yang akan dimasuki oleh WWKM sehingga apabila dimanfaatkan dengan baik, WWKM dapat memeperluas jangkauan pasarnya. Di samping bertambahnya jumlah pendududuk, bertambahnya usaha masyarakat sekitar yang menjual ciri khas kota Rembang di sekitar kawasan Wana Wisata juga dapat menarik pengunjung, masyarakat dapat menjual masakan khas khusus daerah Rembang ataupun cindera mata yang menunjukkan ciri khas daerah wisata. Sejak WWKM didirikan menjadi objek wisata, keterlibatan masyarakat sekitar cukup tinggi. Baik melalui tenaga kerja sebagai pengelola atau sebagai mitra usaha. Adanya WWKM memberikan dampak bagi masyarakat sekitar, bukan hanya dari segi ekonomi namun juga dari segi sosial, budaya dan lingkungan. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesan acuh sebagian warga sekitar dan pengunjung terhadap kelestarian daerah wisata merupakan salah satu penghambat perkembangan daerah WWKM. Masyarakat masih mempunyai kebiasaan untuk membuang sampah sembarangan, rendahnya pendidikan masyarakat sekitar diduga sebagai salah satu penyebab timbulnya permasalahan ini.
5.2.4 Faktor Teknologi Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan wisata alam tidak terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi. Kehadiran teknologi informasi seperti internet, fax dan telepon sangat membantu para pelaku wisata alam untuk melakukan promosi dan komunikasi ke seluruh dunia. Pihak pengelola sudah menerapkan teknologi informasi internet dan telepon untuk meningkatkan kinerjanya. Pihak pengelola sudah mempunyai situs internet sebagai bagian dari promosi. Maraknya pemakaian telepon genggam di kalangan masyarakat memudahkan pihak pengelola dalam melakukan promosi. Diharapkan dengan adanya teknologi internet pihak pengeola dapat mengetahui gambaran keadaan
39
pasar saat ini, apa yang sedang diminati oleh wisatawan maupun informasiinformasi tentang pesaing.
5.2.5 Faktor Persaingan Pertumbuhan dalam industri wisata sangat kuat, hal ini disebabkan sistem operasi dan teknologi dapat dikembangkan setiap perusahaan sehingga ancaman persaingan untuk bisnis ini sangat kuat. Persaingan dengan objek wisata di kota Rembang dan sekitarnya pada umumnya sangat tinggi karena banyak sekali objek-objek wisata yang telah berdiri dan menawarkan produk-produk yang berbeda dan unik untuk menarik minat konsumen. Pesaing yang paling potensial dengan WWKM adalah Taman Kartini yang letaknya sama-sama berada di Kota Rembang. Meskipun Taman Kartini bukan merupakan suatu Wana Wisata, namun produk wisata yang ditawarkan hampir sama dengan WWKM. Taman Kartini merupakan pesaing utama WWKM karena memiliki brand image yang sangat kuat, promosi yang dilakukan sangat gencar dengan menawarkan produk-produk wisata yang variasi produknya lebih banyak dibanding dengan WWKM.
5.3 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman 5.3.1 Kekuatan WWKM memiliki beberapa kekuatan, yaitu (1) SDA yang sangat potensial untuk Wana Wisata, (2) aksesibilitas ke tempat wisata yang cukup baik, (3) lokasi yang strategis, (4) Pengembangan kawasan yang mulai terencana, (5) mempunyai target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar, (6) melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan Wana Wisata. 1. SDA yang sangat potensial untuk Wana Wisata Pemandangan pohon yang beraneka ragam jenisnya seperti mahoni daun kecil, sono keling, kepoh dan kemiri yang jumlahnya mencapai 348 pohon serta adanya sumber mata air alami yang selain dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya untuk pengairan dan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kolam renang. Yang tidak kalah menarik perhatian udara yang sejuk khas hawa hutan sangat cocok dipakai sebagai
40
buper (bumi perkemahan) yang sering digunakan oleh para pelajar dan mahasiswa untuk kegiatan kemah. 2. Aksesibilitas ke tempat wisata yang cukup baik Perjalanan menuju WWKM dapat dicapai dengan kendaraan roda dua atau roda empat melalui jalan raya dari kota Rembang sejauh 20 Km, dari kota Blora sejauh 18 km. Kondisi jalan yang dilewati sangat baik dan dilewati oleh angkutan umum, sehingga pencapaian ke lokasi sangat mudah. Itu menjadi alasan tersendiri mengapa pengunjung memilih WWKM, karena letak atau lokasi wisata yang mudah dicapai akan membuat pengunjung merasa senang (tidak merasa lelah dan memakan waktu lama) dalam perjalanan. 3. Lokasi yang strategis WWKM memiliki lokasi yang strategis dimana lokasinya terletak di tengah-tengah perbatasan kota Rembang dan kota Blora dan di pinggir jalan raya sehingga dapat dicapai dengan mudah. Keuntungan geografis inipun memudahkan WWKM untuk mendapatkan sumberdaya yang dibutuhkan. 4. Pengembangan kawasan yang mulai terencana Pengembangan kawasan yang mulai terencana juga menjadi suatu kekuatan bagi pihak pengelola, hal ini dapat dilihat dari pembangunan kolam renang beserta fasilitas yang ada, kolam renang khusus anak seluas 440 m² dan kolam renang khusus dewasa seluas 660 m². juga penambahan fasilitas seperti permainan flying fox, restoran dan shelter-shelter di objek wisata. Pembangunan tersebut berfungsi untuk menambah objek wisata di WWKM dan menambah kenyaman pengunjung. Selain pembangunan area kolam renang adanya pembangunan kios-kios sebagai pengganti warung-warung yang terlihat semrawut dan terkesan kumuh, juga merupakan salah satu konsep perencanaan kawasan wisata WWKM. 5. Mempunyai target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar WWKM mempunyai target konsumen potensial yaitu para pelajar dan keluarga dengan fokus pasar daerah Kota Rembang dan Kota Blora serta memiliki segmentasi pasar yaitu kalangan masyarakat menengah ke bawah, hal ini didukung oleh UMR dan rata-rata pendapatan masyarakat daerah kota Rembang
41
yang relatif rendah dengan mata pencaharian masyarakat yang kebanyakan adalah nelayan. 6. Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan Wana Wisata Adanya keikutsertaan masyarakat sekitar komplek wisata sebagai pengelola dan pekerja di lapangan merupakan kekuatan bagi pihak pengelola, mengingat masyarakat juga merupakan bagian dari pariwisata. Dengan adanya partisipasi tersebut memungkinkan daerah tersebut berkembang menjadi daerah wisata yang berkualitas baik dari segi fisik (SDA) maupun dari segi pengelolaannya (SDM).
5.3.2 Kelemahan Kelemahan utama WWKM yaitu (1) Strategi promosi yang belum optimal, (2) kurangnya pendanaan dari pihak luar, (3) fasilitas yang kurang memadai, (4) aktivitas produksi yang belum berjalan optimal, (5) kurangnya jumlah SDM professional dalam bidang pemasaran dan pariwisata, (6) harga relatif tinggi. 1. Strategi promosi yang belum optimal Salah satu kelemahan pihak pengelola dari segi pemasaran yaitu dari segi strategi promosi yang belum optimal, hal ini dapat dilihat dari sistem periklanan yang masih sederhana dan terkesan kurang menarik karena pihak pengelola masih mengandalkan kepada model promosi dari orang ke orang. 2. Kurangnya pendanaan dari pihak luar Kondisi pendanaan dari pihak luar terlihat masih kurang untuk mendukung rencana kegiatan atau kinerja pihak pengelola, hal ini meyebabkan jumlah anggaran yang ada masih tergolong minim untuk melakukan penambahan dan perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana yang rusak. 3. Fasilitas yang kurang memadai Kurangnya pendanaan yang ada mengakibatkan fasilitas yang ada menjadi kurang memadai, contohnya tempat sampah di lokasi wisata yang seharusnya terdapat di setiap sudut tempat, ternyata hanya ada delapan unit tempat sampah dengan luasan wisata yang cukup besar. Belum adanya pengeras suara, hiburan musik dan banyaknya toilet yang rusak menyebabkan fasilitas yang ada terbatas.
42
4. Aktivitas produksi yang belum berjalan optimal Kelemahan yang terkait dengan aspek produksi dari produk wisata WWKM adalah aktivitas produksi yang belum berjalan optimal. Hal ini dikarenakan mahalnya biaya untuk pengadaan fasilitas atau alat-alat yang digunakan untuk menunjang wisata tersebut yang kalau tidak segera disikapi dengan baik akan mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung. 5. Kurangnya jumlah SDM professional dalam bidang pemasaran dan pariwisata Masih kurangnya tenaga kerja yang bertugas di lapangan untuk melakukan pengawasan dan pengamanan di daerah wisata ditunjang dengan pihak pengelola sebagian besar direkrut dari masyarakat sekitar merupakan hambatan dalam pengembangan wisata karena relatif tingkat pendidikan mereka adalah SD sampai SLTP. Sehingga jumlah SDM profesional dalam bidang pemasaran dan pariwisata belum terpenuhi. Dimana sumberdaya manusia merupakan salah satu kunci terpenting suatu usaha bisa maju dan berkembang. 6. Harga relatif tinggi Kelemahan yang terkait dari segi pemasaran juga terletak pada harga, harga yang harus dibayarkan pengunjung untuk memperoleh fasilitas wisata di WWKM relatif tinggi dibandingkan dengan pesaingnya yang memberikan fasilitas produk hampir sama ditunjang dengan pendapatan masyarakat sekitar yang relatif rendah.
5.3.3 Peluang WWKM memiliki beberapa peluang yaitu (1) tren konsumsi wisata “back to nature” yang meningkat, (2) budaya (adanya nilai sejarah R.A Kartini), (3) pesatnya perkembangan teknologi informasi, (4) usaha masyarakat sekitar yang menjual ciri khas daerah wisata, (5) bertambahnya jumlah penduduk. 1. Tren konsumsi wisata “back to nature” yang meningkat Akhir-akhir ini trend wisata “back to nature” atau rekreasi alam menjadi semakin meningkat, dapat dilihat dari tayangan-tayangan di stasiun-stasiun televisi yang menayangkan program wisata yang amat menarik khususnya wisata alam. Ini merupakan suatu peluang bagi WWKM untuk mengembangkan obyek wisata alam sebagai salah satu daya tarik WWKM.
43
2. Budaya (adanya nilai sejarah R.A Kartini) WWKM merupakan bagian dari wisata budaya karena konon kolam renang yang terdapat dalam kawasan wisata merupakan tempat pemandian dari Ibu R.A Kartini, serta dekatnya letak makam Ibu R.A Kartini (± berjarak 4 km ke arah selatan) dengan lokasi WWKM, dimana para pengunjung seperti mendapatkan perjalanan wisata tambahan selain berkunjung ke WWKM, pengunjung dapat mengunjungi makam Ibu R.A Kartini. 3. Pesatnya perkembangan teknologi informasi Perkembangan teknologi semakin pesat kemajuannya, hal ini menjadi peluang bagi WWKM untuk meningkatkan promosi serta memperlancar pekerjaan melalui penggunaan teknologi yang modern seperti internet, faximile serta telepon seluler. 4. Usaha masyarakat sekitar yang menjual ciri khas daerah wisata Usaha masyarakat sekitar yang menjual ciri khas kota Rembang di sekitar kawasan Wana Wisata juga menjadi peluang bagi pihak pengelola untuk menarik minat pengunjung, masyarakat dapat menjual masakan khas khusus daerah Rembang atau sering disebut wisata kuliner ataupun menjajakan cindera mata yang menunjukkan ciri khas daerah wisata. 5. Bertambahnya jumlah penduduk Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak dapat menjadi peluang bagi WWKM dalam pemasaran produknya. Pihak pengelola dapat memasuki segmen pasar yang baru secara maksimal terutama wilayah Rembang, Pati dan Blora.
5.3.4 Ancaman Selain terdapat peluang yang besar, WWKM juga harus menghadapi ancaman dari luar perusahaan yang dapat menghambat jalannya perusahaan, yaitu: (1) brand image dari pesaing yang sangat kuat, (2) persaingan dalam industri wisata yang kuat, (3) Pemkab Rembang yang belum sepenuhnya mendukung pihak pengelola, (4) pendapatan masyarakat relatif rendah, (5) kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
44
1. Brand image dari pesaing yang sangat kuat Brand image pesaing menjadi ancaman yang kuat bagi WWKM, khususnya Taman Kartini yang menjadi pesaing utama, dimana setiap orang yang ingin menikmati berlibur atau berekreasi selalu menyebut Taman Kartini. 2. Persaingan dalam industri wisata yang kuat WWKM memiliki banyak pesaing baik dari objek wisata sejenis mupun tidak sejenis. Banyak tempat-tempat yang menawarkan wisata dengan berbagai keindahan dan kelengkapan fasilitas didukung oleh promosi yang sangat gencar serta paket wisata yang dikemas yang mengakibatkan persaingan di industri wisata sangat ketat. 3. Pemkab Rembang yang belum sepenuhnya mendukung pihak pengelola Kurangnya dukungan yang diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang baik berupa dukungan perbankan ataupun dukungan prasarana menjadikan ancaman bagi pihak WWKM. Karena kerjasama antara pihak pengelola objek wisata dengan pemerintah daerah sangat berpengaruh terhadap kemajuan objek wisata di daerah tersebut. 4. Pendapatan masyarakat relatif rendah Pendapatan masyarakat yang relatif rendah menyebabkan jarangnya masyarakat untuk berkunjung menghabiskan sebagian pendapatannya untuk berwisata di WWKM yang merupakan ancaman bagi WWKM. 5. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesan acuh sebagian warga sekitar dan pengunjung terhadap kelestarian daerah wisata merupakan salah satu penghambat perkembangan daerah WWKM.
5.4 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran 5.4.1 Tahap Masukan Tahap masukan merupakan tahap untuk memasukkan hasil analisis dan identifikasi terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan.
45
1. Matriks IFE Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan dari faktor-faktor internal perusahaan. Hasil Analisis matriks IFE pada tabel 13 menunjukkan bahwa faktor strategis yang menjadi kekuatan utama bagi WWKM adalah SDA yang sangat potensial untuk Wana Wisata dengan skor terbobot sebesar (0,408). Hasil analisis matriks IFE juga memperlihatkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan utama bagi WWKM yaitu strategi promosi yang belum optimal dengan skor terbobt sebesar (0,091). Dari hasil perhitungan matriks IFE secara menyeluruh diperoleh total skor sebesar 2,662 yang menunjukkan bahwa WWKM secara organisasi internal dapat dikatakan dalam kondisi rata-rata dan mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki serta menutupi kelemahan dengan baik, dengan nilai total skor terbobot lebih tinggi dari nilai rata-rata sebesar 2,5.
Tabel 13 Matriks IFE Wana Wisata Kartini Mantingan No.
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
Faktor Strategis Internal
Kekuatan SDA yang sangat potensial untuk Wana Wisata Lokasi yang strategis Mempunyai target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar Aksesibilitas ke tempat wisata yang cukup baik Pengembangan kawasan yang mulai terencana Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan Wana Wisata Kelemahan Fasilitas yang kurang memadai Strategi promosi yang belum optimal Harga relativ tinggi Kurangnya jumlah SDM professional dalam bidang pemasaran&pariwisata Aktivitas produksi yang belum berjalan optimal Kurangnya pendanaan dari pihak luar Total
Bobot
Rating
Peringkat
(b)
Skor Terbobot (axb)
(a) 0.102
4
0.408
1
0.088 0.062
4 3.25
0.352 0.202
3 5
0.094
4
0.376
2
0.087
4
0.348
4
0.067
3
0.201
6
0.085 0.091 0.077 0.099
1.5 1 2 1.5
0.128 0.091 0.154 0.149
3 1 6 5
0.065
2
0.130
4
0.083
1.5
0.125
2
1
2.662
46
2. Matriks EFE Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor eksternal perusahaan yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Hasil perhitungan matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil analisis matriks EFE juga memperlihatkan bahwa peluang utama yang dihadapi WWKM adalah tren konsumsi wisata “back to nature” yang meningkat dengan skor terbobot sebesar 0,389. Hasil analisis matriks EFE juga memperlihatkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama bagi WWKM yaitu brand image dari pesaing yang sangat kuat dengan skor terbobot sebesar 0,327. Hasil perhitungan keseluruhan faktor strategis eksternal menghasilkan skor sebesar 2,543, mengindikasikan bahwa respon yang diberikan WWKM kepada eksternal tergolong sedang dalam menjalankan strategi untuk menarik keuntungan dari peluang dan menghindari ancaman. Dimana nilai total skor terbobot 2,5 menunjukkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata.
Tabel 14 Matriks EFE Wana Wisata Kartini Mantingan No.
1 2 3 4 5
Faktor Strategis Eksternal
Peluang Tren konsumsi wisata "back to nature" atau rekreasi alam yang meningkat budaya (adanya nilai sejarah R.A Kartini) Pesatnya perkembangan teknologi informasi Usaha masyarakat sekitar yang menjual ciri khas daerah wisata Bertambahnya jumlah penduduk
4
Ancaman PEMKAB Rembang yang belum sepenuhnya mendukung pihak pengelola Pendapatan masyarakat relatif rendah Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia Persaingan dalam industri wisata yang kuat
5
Brand image dari pesaing yang sangat kuat
1 2 3
Total
Bobot
Rating
Peringkat
(b)
Skor Terbobot (axb)
(a) 0.111
3.5
0.389
1
0.121 0.11 0.09
3 3 2.5
0.363 0.330 0.225
2 3 4
0.086
2
0.172
5
0.096
2
0.192
3
0.108 0.079
1.5 2
0.162 0.158
4 5
0.09
2.5
0.225
2
0.109
3
0.327
1
1
2.543
47
5.4.2 Tahap Pencocokan Pada Tahap pencocokan model yang akan digunakan dalam perumusan strategi adalam matriks IE (Internal Eksternal) dan matriks SWOT (StrengthWeakness-Opportunities-Threat).
1. Matriks IE Matriks IE merupakan perpaduan dari skor terbobot matriks IFE dan skor terbobot matriks EFE dari tahap input yang dipetakan sehingga diketahui posisi perusahaan. Hasil pemetaan matriks IE digunakan sebagai acuan dalam pembuatan strategi yang ada di matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisis faktor internal menggunakan matriks IFE diperoleh skor terbobot sebesar 2,662 dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE diperoleh skor terbobot sebesar 2,543. Hasil pemetaan pada matriks IE pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa WWKM dalam pemasarannya menempati posisi pada sel V. Hal ini menunjukkan bahwa WWKM berada pada posisi Hold and Maintain (Pertahankan dan Pelihara) dimana strategi yang ada di semua sel SWOT harus strategi bertahan. Strategi yang dapat diterapkan WWKM adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar merupakan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada lewat usaha pemasaran yang lebih gencar. Strategi pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada.
48
TOTAL SKOR RATA-RATA IFE Kuat
Rata-rata
Lemah
(3.0 - 4.0)
(2.0 - 2.99)
(1.0 - 1.99)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tinggi
(3.0 - 4.0) TOTAL SKOR
Menengah
RATARATA
(2.0 – 2.99)
EFE Rendah
(1.0 - 1.99)
Gambar 2 Matriks IE Wana Wisata Kartini Mantingan.
2. Matriks SWOT Berdasarkan pemetaan sel pada matriks IE melalui analisis lingkungan internal dan eksternal WWKM, maka dapat diformulaskan alternatif strategi yang dapat diambil. Formulasi strategi ini dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yang dilihat pada Tabel 15. Alternatif strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Strategi SO (Strength-Opportunity) Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan analisis dari kekuatan dan peluang yang diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengelola WWKM adalah mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA potensial, lokasi strategis dan mudah dijangkau sekaligus mengikutsertakan dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam mengembangkan “kampung wisata alam, budaya dan pendidikan”. (S1, S2, S3, S4, S5, S6, 01, 02, 04) Saat ini WWKM telah dikenal sebagai tempat yang memiliki objek wisata alam yang sangat indah dan lokasi yang strategis ditunjang kondisi jalan yang
49
sangat baik dan dilewati oleh angkutan umum, sehingga pencapaian ke lokasi sangat mudah. Keunggulan ini harus tetap dipertahankan dengan terus melakukan pengembangan produk. Pengembangan produk ini sebaiknya tidak dengan membuat objek baru, namun melakukan pengemasan baru objek-objek yang sudah ada dengan bekerja sama dan melibatkan masyarakat sekitar dalam mengembangkan kampung wisata alam, budaya dan pendidikan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan posisi sebagai tempat yang memiliki objek wisata menarik.
b. Strategi ST (Strength-Threat) Untuk menghindari ancaman yang datang dari luar, pihak pengelola dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan menerapkan kebijakan seperti mensinergiskan kerja antara pihak pengelola, Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang dan masyarakat setempat dalam mewujudkan sapta pesona pariwisata serta melakukan melakukan program wisata yang menyangkut pentingnya alam dan pengelolaan lingkungan. (S1, S5, S6, T1, T3, T4). Pihak pengelola WWKM sebaiknya mensinergiskan kerja dengan Pemda Kabupaten Rembang dan masyarakat setempat dalam membangun sapta pesona pariwisata (dengan menciptakan kondisi aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan yang indah). Sebagai contoh pihak pengelola dapat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk membangun sarana sanitasi seperti tempat sampah umum, wc umum untuk masyarakat dan memberikan penyuluhan wisata dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam program wisata yang menyangkut pentingnya alam dan pelestarian lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar timbul kesadaran masyarakat dalam akan arti pentingnya kelestarian lingkungan wisata, mengingat wisata memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat sekitar.
c. Strategi WO (Weakness Opportunity) Strategi WO adalah strategi mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan kebijakan seperti mengoptimalkan kegiatan promosi yang efektif dan efisien dengan melakukan
50
kerjasama dengan sponsor-sponsor dalam pengadaan event-event wisata dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan memberikan kemudahan bagi pihak luar dalam mendirikan suatu usaha jasa wisata. (W1, W2, W5, W6, O1, O3, O4) Mengembangkan strategi promosi dengan menggunakan teknologi informasi yang sangat pesat merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pihak pengelola dalam memasarkan produk wisatanya. Pemasaran yang dilakukan dengan media internet dapat menjangkau ke area yang sangat luas. Memberikan kemudahan bagi pihak luar dalam mendirikan suatu usaha jasa wisata dengan adanya kemudahan akses masuk bagi para investor diharapkan dapat meningkatkan kualitas wisata yang yang disertai dengan perbaikan fasilitas sarana dan prasarana wisata.
d. Strategi WT (Weakness-Threat) Strategi WT merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman. Kebijakan yang diambil WWKM yaitu menjalankan secara rutin pelatihan dan pengembangan SDM dalam bidang pemasaran dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada pengunjung untuk menghadapi pesaing. (W4, W5, T4, T5). Pihak WWKM sebaiknya menjalankan secara rutin pelatihan dan pengembangan SDM dalam bidang pemasaran dan pariwisata baik untuk internal maupun masyarakat sekitar wisata. Selain untuk mencetak SDM yang handal dalam wisata, juga untuk meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan untuk menghadapi pesaing.
51
Tabel 15 Analisis Matriks SWOT Wana Wisata Kartini Mantingan Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Tren konsumsi wisata “back to nature” atau rekreasi alam yang meningkat 2. Budaya (nilai sejarah R.A Kartini) 3. Pesatnya perkembangan teknologi informasi 4. Usaha masyarakat sekitar yang menjual ciri khas daerah wisata 5. Bertambahnya jumlah penduduk Ancaman (T) 1. Pemkab Rembang yang belum sepenuhnya mendukung pihak pengelola 2. Pendapatan masyarakat relatif rendah 3. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia 4. Persaingan dalam industri wisata yang kuat 5. Brand image dari pesaing yang sangat kuat
Kekuatan (S) 1. SDA yang sangat potensial untuk Wana Wisata 2. Lokai yang strategis 3. Mempunyai target konsumen, segmentasi dan fokus pasar 4. Aksesibilitas ke tempat wisata yang cukup baik 5. Pengembangan kawasan Wana Wisata yang mulai terencana 6. Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan Wana Wisata Strategi SO
Kelemahan (W) 1. Fasilitas yang kurang memadai 2. Strategi promosi yang belum optimal 3. Harga relatif tinggi 4. Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pemasaran dan pariwisata 5. Aktivitas produksi yang belum berjalan optimal 6. Kurangnya pendanaan dari pihak luar
S1, S2, S3, S4, S5, S6, O1, O2, O4 Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA potensial, lokasi strategis dan mudah dijangkau sekaligus mengikutsertakan dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam mengembangkan “kampung wisata alam, wisata budaya dan pendidikan”. Strategi ST S1, S5, S6, T1, T3, T4 Mensinergiskan kerja antara pihak pengelola, Pemerintah Kabupaten dan masyarakat setempat dalam mewujudkan sapta pesona pariwisata serta melakukan program wisata yang menyangkut pentingnya alam dan pengelolaan lingkungan.
W1, W2, W5, W6, O1, O3, O4
Strategi WO
Mengoptimalkan kegiatan promosi yang efektif dan efisien dengan melakukan kerjasama dengan sponsorsponsor dalam pengadaan event-event wisata dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan memberikan kemudahan bagi pihak luar dalam mendirikan suatu usaha jasa wisata. Strategi WT W4, W5, T4, T5 Menjalankan secara rutin pelatihan dan pengembangan SDM dalam bidang pemasaran dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada pengunjung untuk menghadapi pesaing.
52
5.4.3 Tahap Keputusan Tahap keputusan merupakan tahap untuk menentukan strategi terbaik yang dapat dijalankan perusahaan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis SWOT. Untuk menentukan prioritas strategi tersebut, digunakan alat analisis Quantitative Starategi Planning Matrix (QSPM). Hasil analisis matriks SWOT menghasilkan 4 alternatif strategi yaitu strategi SO, strategi ST, Strategi WO dan strategi WT. Strategi tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan hasil penentuan strategi terbaik dengan QSPM, diperoleh strategi SO yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memilik SDA potensial, lokasi strategis dan mudah dijangkau sekaligus mengikutsertakan dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam mengembangkan “kampung wisata alam, budaya dan pendidikan” memiliki TAS (Total Atractive Score) tertinggi yaitu sebesar 6,905. Strategi yang menempati prioritas kedua adalah mensinergiskan kerja antara pihak pengelola, Pemerintah Kabupaten Rembang dan masyarakat setempat dalam mewujudkan sapta pesona pariwisata serta melakukan melakukan program wisata yang menyangkut pentingnya alam dan pengelolaan lingkungan dengan nilai TAS sebesar 6,681. Strategi yang menempati prioritas ketiga adalah mengoptimalkan kegiatan promosi yang efektif dan efisien dengan melakukan kerjasama dengan sponsor-sponsor dalam pengadaan eventevent wisata dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan memberikan kemudahan bagi pihak luar dalam mendirikan suatu usaha jasa wisata dengan nilai TAS sebesar 6,598 dan strategi yang menempati prioritas terakhir adalah menjalankan secara rutin pelatihan dan pengembangan SDM dalam bidang pemasaran dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada pengunjung untuk menghadapi pesaing dengan nilai TAS sebesar 6,255.
Tabel 16 Matriks QSPM Wana Wisata Kartini Mantingan Strategi SO
Strategi ST
Strategi WO
Strategi
WT Faktor-faktor Kunci Kekuatan SDA yang sangat potensial untuk Wana Wisata Lokasi yang strategis Mempunyai target konsumen, segmentasi dan fokus pasar Aksesibilitas ke tempat wisata yang cukup baik Pengembangan kawasan Wana Wisata yang mulai terencana
Bobot
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
0.102 0.088 0.062 0.094 0.087
4 4 3.25 4 4
0.408 0.352 0.202 0.376 0.348
4 3.5 3.25 3.75 4
0.408 0.308 0.202 0.353 0.348
3.25 3.5 3 3.5 3.75
0.332 0.308 0.186 0.329 0.326
3 3 3 3 3.25
0.306 0.264 0.186 0.282 0.283
Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan Wana Wisata Kelemahan
0.067
4
0.268
4
0.268
3.25
0.218
3.75
0.251
Fasilitas yang kurang memadai Strategi promosi yang belum optimal Harga relativ tinggi Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pemasaran dan pariwisata
0.085 0.091 0.077 0.099
3.75 3 1 3
0.319 0.273 0.077 0.297
3 3 1.5 3.5
0.255 0.273 0.116 0.347
3.25 4 2 3.5
0.276 0.364 0.154 0.347
3 3.5 1.75 4
0.255 0.319 0.135 0.396
Aktivitas produksi yang belum berjalan optimal Kurangnya pendanaan dari pihak luar Peluang Tren konsumsi wisata "back to nature" atau rekreasi alam yang meningkat
0.065 0.083
3.5 3.75
0.228 0.311
3.25 4
0.211 0.332
3.25 4
0.211 0.332
3.25 3
0.211 0.249
0.111
4
0.444
4
0.444
3.5
0.389
3
0.333
budaya (adanya nilai sejarah R.A Kartini) Pesatnya perkembangan teknologi informasi Usaha masyarakat sekitar yang menjual ciri khas daerah Wisata Bertambahnya jumlah penduduk Ancaman Pemkab Rembang yang belum sepenuhnya mendukung pihak pengelola Pendapatan masyarakat relatif rendah Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
0.121 0.110 0.090 0.086
4 3.75 4 3.5
0.484 0.413 0.360 0.301
3.25 3 3.75 3.5
0.393 0.330 0.338 0.301
3 4 3 3.25
0.363 0.440 0.270 0.280
3 3.75 3 3.75
0.363 0.413 0.270 0.323
0.096 0.108 0.079
3.75 2.5 1.5
0.360 0.270 0.119
4 2.75 2.25
0.384 0.297 0.178
4 2 2.25
0.384 0.216 0.178
3 2.5 2
0.288 0.270 0.158
Persaingan dalam industri wisata yang kuat Brand image dari pesaing yang sangat kuat Total
0.090 0.109
3.5 3.5
0.315 0.382 6.905
3 3
0.270 0.327 6.681
3.5 3.5
0.315 0.382 6.598
3.25 3.75
0.293 0.409 6.255 4
Peringkat Strategi
1
2
3
53
54
BAB VI KEIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa saat ini Wana Wisata Kartini Mantingan (WWKM) berada pada sel V yaitu Hold and Maintain dengan strategi yang tepat untuk dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Terdapat empat alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh WWKM. Dari alternatif strategi yang ada, strategi mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memilik SDA potensial, lokasi strategis dan mudah dijangkau sekaligus mengikutsertakan
dan
bekerjasama
dengan
masyarakat
sekitar
dalam
mengembangkan “kampung wisata alam, budaya dan pendidikan” yaitu strategi SO (strength-opportunity) merupakan prioritas utama dari beberapa alternatif strategi yang dirumuskan yang dapat diterapkan oleh WWKM.
6.2 Saran 1. Keberadaan sumberdaya alam berupa sumber mata air, flora dan fauna yang ada di WWKM sebaiknya dijadikan salah satu jalan untuk melestarikan lingkungan, mengingat bahwa lingkungan yang baik dan alami adalah syarat utama dari bisnis Wana Wisata. Berdasarkan pandangan ini, maka pihak WWKM sebaiknya menjadikan pengembangan aktivitas wisata alam sebagai salah satu prioritas program jangka panjang dan pendeknya. 2. Perlunya penelitian lanjutan yang mengkaji strategi pemasaran WWKM yang lebih berfokus kepada perumusan bauran pemasaran (marketing mix). Seperti berapa seharusnya nominal harga yang ditetapkan atau bentuk promosi yang harus dilakukan dan apa saja yang terkait di dalamnya, sehingga pihak WWKM dapat langsung mengimplementasikannya di lapangan.
55
DAFTAR PUSTAKA David, R. F. 2006. Manajemen Strategis. Ed.ke-10. Budi IS, penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management. Kinnear and Taylor. 1991. Marketing Research an Applied Method. USA : Mc Graw – Hill. Kotler, P. 2004. Dasar-dasar Pemasaran. Ed.ke-9. Jilid 1 dan 2. Molan B, penerjemah. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari: Marketing Management. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. Ed.ke-11. Jilid 1 dan 2. Molan B, penerjemah. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari: Marketing Management. Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Ed.ke-12. Jilid 1. Molan B, penerjemah. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari: Marketing Management. Perum Perhutani. 1994. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kepariwisataan. Jakarta : Perum Perhutani. Porter, M. E. 1991. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Maulana A, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Competitive Strategy. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Ed.ke-12. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Riyadi, R. H. 2008. Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Pantai Parangtritis Pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Sagala, C. E. 2007. Analisis Strategi Pemasaran California Fried Chicken Cabang Darmaga Center Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Syafei, F. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Bahari Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Wiwoho B, Pudjawati R, Himawati Y. 1990. Pariwisata, Citra, dan Manfaatnya. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Bina Rena Pariwara. Yoeti, O. A. 1980. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 1 Dokumentasi Wana Wisata Kartini Mantingan
Gambar 1 Kolam renang.
Gambar 3 Pendopo.
Gambar 5 Shelter dan Gazebo.
Gambar 2 Kolam renang dan Water boom.
Gambar 4 Pesanggarahan.
Gambar 6 Musholla.
58
Gambar 7 Permainan Fliyng Fox.
Gambar 8 Area Permainan Skate Board.
Gambar 9 Penangkaran Rusa.
Gambar 10 Penangkaran Burung.
Gambar 11 Lapangan Tennis.
Gambar 12 Jalan Utama di Dalam Kawasan.
59
Lampiran 2 Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal
Faktor Strategis Internal
Responden Internal
Responden Eksternal
Jumlah
Rata-rata
Bobot
Bobot
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
0.110 0.087
0.106 0.091
0.091 0.095
0.102 0.08
0.409 0.353
0.102 0.088
C D E F Kelemahan G
0.061 0.106 0.087 0.068
0.068 0.095 0.076 0.076
0.064 0.087 0.091 0.068
0.053 0.087 0.095 0.057
0.246 0.375 0.349 0.269
0.062 0.094 0.087 0.067
0.087
0.083
0.076
0.095
0.341
0.085
H I J K L
0.087 0.076 0.114 0.053 0.064
0.114 0.045 0.083 0.064 0.098
0.083 0.102 0.091 0.068 0.083
0.08 0.083 0.106 0.076 0.087
0.364 0.306 0.394 0.261 0.332
0.091 0.077 0.099 0.065 0.083
Kekuatan A B
Total
1
Lampiran 3 Peringkat Faktor Strategi Internal Faktor Internal
Responden Internal
Responden Eksternal Jumlah
Rata-rata
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Rating
Rating
A
4
4
4
4
16
4
B C
4 3
4 4
4 3
4 3
16 13
4 3.25
D E F G H I
4 4 3 1 1 2
4 4 3 1 1 2
4 4 3 2 1 2
4 4 3 2 1 2
16 16 12 6 4 8
4 4 3 1.5 1 2
J K L
1 2 2
2 2 1
2 2 1
1 2 2
6 8 6
1.5 2 1.5
60
Lampiran 4 Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal Faktor Strategis Eksternal
Responden Internal
Responden Eksternal
Jumlah Bobot
Rata-rata Bobot
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
0.117 0.117
0.122 0.106
0.089 0.128
0.117 0.133
0.445 0.484
0.111 0.121
C D E Ancaman F G
0.106 0.083 0.072
0.122 0.094 0.1
0.117 0.089 0.072
0.094 0.094 0.1
0.439 0.360 0.344
0.110 0.090 0.086
0.106 0.094
0.106 0.1
0.061 0.128
0.111 0.111
0.384 0.433
0.096 0.108
H I J
0.072 0.111 0.122
0.072 0.072 0.106
0.094 0.094 0.128
0.078 0.083 0.078
0.316 0.360 0.434
0.079 0.090 0.109
Peluang A B
Total
1
Lampiran 5 Peringkat Faktor Strategi Eksternal Faktor Eksternal
Responden Internal
Responden Eksternal Jumlah
Rata-rata
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Rating
Rating
A
3
4
4
3
14
3.5
B C
3 3
3 3
3 3
3 3
12 12
3 3
D E
2 2
3 2
3 2
2 2
10 8
2.5 2
F G H I J
3 2 2 3 3
1 1 2 3 3
2 2 2 2 3
2 1 2 2 3
8 6 8 10 12
2 1.5 2 2.5 3
61 Lampiran 6 Rata-Rata nilai Atractive Score (AS) Faktor-faktor kunci
Strategi SO
Rata
Strategi ST
Strategi WO
Rata
Strategi WT
Rata
Rata rata
R1
R2
R3
R4
rata
R1
R2
R3
R4
rata
R1
R2
R3
R4
rata
R1
R2
R3
R4
SDA yang sangat potensial untuk Wana Wisata
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3.25
3
3
3
3
3
Lokasi yang strategis
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3.5
4
3
3
4
3.5
3
3
3
3
3
Mempunyai target konsumen, segmentasi dan fokus pasar
3
4
3
3
3.25
3
3
3
4
3.25
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Aksesibilitas ke tempat wisata yang cukup baik
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3.75
4
3
3
4
3.5
3
3
3
3
3
Pengembangan kawasan Wana Wisata yang mulai terencana
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3.75
3
3
3
4
3.25
Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan Wana Wisata
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3.25
4
3
4
4
3.75
Fasilitas yang kurang memadai
4
4
4
3
3.75
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3.25
3
3
3
3
3
Strategi promosi yang belum optimal
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3.5
Harga relativ tinggi
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1.5
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1.75
Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pemasaran dan pariwisata
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3.5
3
4
4
3
3.5
4
4
4
4
4
Aktivitas produksi yang belum berjalan optimal
4
4
3
3
3.5
3
3
4
3
3.25
3
3
4
3
3.25
3
3
3
4
3.25
Kurangnya pendanaan dari pihak luar
4
4
4
3
3.75
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
Tren konsumsi wisata "back to nature" atau rekreasi alam yang meningkat
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3.5
3
3
3
3
3
budaya (adanya nilai sejarah R.A Kartini)
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3.25
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Pesatnya perkembangan teknologi informasi
4
4
4
3
3.75
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3.75
Usaha masyarakat sekitar yang menjual ciri khas daerah Wisata
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3.75
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Bertambahnya jumlah penduduk
3
4
4
3
3.5
4
3
4
3
3.5
3
3
4
3
3.25
4
4
4
3
3.75
Pemkab Rembang yang belum sepenuhnya mendukung pihak pengelola
4
3
4
4
3.75
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
Pendapatan masyarakat relative rendah
3
3
2
2
2.5
3
3
3
2
2.75
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2.5
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
1
2
1
2
1.5
3
2
2
2
2.25
3
2
2
2
2.25
2
2
2
2
2
Persaingan dalam industri wisata yang kuat
4
4
3
3
3.5
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3.5
4
3
3
3
3.25
Brand image dari pesaing yang sangat kuat
4
3
4
3
3.5
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3.5
4
3
4
4
3.75
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
61