STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH ZAKAT INDONESIA DALAM PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN MASYARAKAT PADA PROGRAM SENYUM LESTARI DI KELURAHAN BINTARO
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh : NADIA ANGGRAENI 108051000152
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/1436 H
STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH ZAKAT INDONESIA DALAM PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN MASYARAKAT PADA PROGRAM SENYUM LESTARI DI KELURAHAN BINTARO Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh :
NADIA ANGGRAENI NIM :108051000152
Dosen Pembimbing
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum Lestari Di Kelurahan Bintaro, telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis 2 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 2 Juli 2015 Sidang Munaqosyah
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua data yang saya gunakan sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini, telah saya cantumkan sesuai dengan prosedur yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Pada penulisan skripsi ini jika terbukti bukan hasil karya saya sendiri atau terindikasi hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat) dan itu terbukti di kemudian hari, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ABSTRAK
Nadia Anggraeni STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH ZAKAT INDONESIA DALAM PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN MASYARAKAT PADA PROGRAM SENYUM LESTARI DI KELURAHAN BINTARO Pembimbing Muhammad Zen, MA Strategi Komunikasi pada Rumah Zakat Indonesia merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki situasi dan kondisi dimana masyarakat atau kelompok komunitas menjadi agen dari perubahan itu sendiri. Rumah Zakat Indonesia (RZI) merupakan salah satu lembaga yang mengoptimalkan donasi filantropi untuk mengembangkan program Senyum Lestari dengan misi memberdayakan lingkungan masyarakat secara produktif dan berkesinambungan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana strategi komunikasi Rumah Zakat Indonesia dalam pemberdayaan lingkungan masyarakat pada program senyum lestari di Kelurahan Bintaro?. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Anwar Arifin disamping teori Laswell, C.I. Hovland, Gerald R. Muller dan Mark Steinberg yang disesuaikan dengan teori strategi komunikasi. Dengan teori ini, penulis mencoba meneliti strategi komunikasi yang digunakan oleh Rumah Zakat Indonesia dalam melaksanakan program lingkungan pemberdayaan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan mencari dan memaparkan data mengenai keadaan permasalahan sesuai dengan data dan teori yang diperoleh. Metode ini menggambarkan secara sistematis fakta dan konsep pemberdayaan yang dilihat dengan teori pendekatan pembangunan. Strategi komunikasi yang dirumuskan oleh Rumah Zakat Indonesia yaitu perumusan strategi dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan kegiatan, Implementasi Strategi yaitu Rumah Zakat memberdayakan masyarakat melalui kegiatan donatur perorangan, donatur institusi, donatur program, ICD (Integrated Community Development), publikasi informasi, humas (Public Relations), dan periklanan (Advertising). Evaluasi strategi yaitu meninjau kembali faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yaitu dengan mengevaluasi pelaksanaan implementasi sebagai tindakan dan sumber daya manusia yang bekerja di Rumah Zakat Indonesia dalam melaksanaan program berbagi itu gaya senyum lestari dalam periode waktu enam bulan. Keywords : strategi, pemberdayaan, perencanaan, implementasi, evaluasi, publikasi informasi, public relations, periklanan.
i
KATA PENGANTAR
Bismilahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatu Alhamdulillah terucap syukur senantiasa kepada sang penguasa alam Allah SWT yang telah memberikan nikmat hidup serta kekuatan dalam lahir dan batin sehingga karunia yang telah diberikan dalam kehidupan ini menjadi sesuatu yang berharga untuk disyukuri. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang dengan keluhuran budi pekertinya menjadikan simbol penyelamatan manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang berkembang dengan berbagai disiplin keilmuannya ini. Alhamdullilah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan proses kesulitan yang cukup beragam baik itu dari segi internal dan eksternal serta
dari materi dan non materi, sungguh merupakan proses
pembelajaran diri yang menguji pikiran, keimanan, mental, kesabaran, keberanian, ketekunan dan naluri dalam proses menuju diri yang lebih baik terhadap pencapaian prestisius sebagai mahasiswa Strata 1 yang tentu saja masih terdapat kekurangan yang harus direnungi, diperbaiki dan dievaluasi agar tercipta sebuah motivasi diri yang hakiki sebagai pembelajaran diri kearah yang lebih baik. Sebagai tanda syukur penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak akademis dan non akademis, narasumber serta keluarga yang selalu mendukung dan memberikan arahan dalam menyelesaikan
ii
penulisan skripsi ini, dengan secara mendalam peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Dr. Arief Subhan, MA. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik bapak Dr. Suparto, PHD. Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum ibu Dr. Roudhonah, MA. Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan bapak Dr. Suhaemi, MA. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Masran, M.Ag, dan kepada Sekretaris Jurusan ibu Fita Fathurrahmah, M. Si. 3. Bapak Muhammad Zen, M.A sebagai pembimbing utama yang dengan kesabaran, arahan, masukan, dan waktu yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini 4. Seluruh dosen fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang dengan dedikasinya sebagai akademisi telah memberikan berbagai pengetahuan, pengalaman, arahan, masukan serta bimbingan kepada penulis selama dalam menjalani masa aktif perkuliahan. 5. Para staf pegawai dan pengurus Birokrasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta staf pegawai bagian Akademik pusat yang telah memberikan kesempatan dan pelayanan dalam hal prosedur akademik dalam memenuhi persyaratan kegiatan akademik campus. 6. Bapak/ibu pimpinan serta semua staf Perpustakaan Utama dan khususnya Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi, serta Perpustakaan
iii
Umum Masjid Raya Bogor yang telah membantu dalam kelengkapan teori dan data sebagai pendukung referensi pada penulisan skripsi ini. 7. Orang tua dirumah Hj. Lina Lediana dan H. Aang Asep Saepudin yang senantiasa mendukung secara materil maupun moril dalam penyelesaian skripsi, serta kesabaran dan doa beliau yang tak pernah putus menjadikan sebuah kekuatan bagi penulis untuk terus kuat dan bertahan dalam menjaga kewajiban pada pendidikan dan tanggung jawab. 8. Lanny Mulya Nurani kakakku, Taniya Anglinawati dan Naura Zahratu Alhumaira adikku tersayang yang telah memberikan dukungan doa dan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Keluarga di Jakarta Timur, Amang dan Bibi serta para sepupuku Rahmat Affliludin dan Yaden Nugraha dalam memberikan dukungan moril dan materil pada masa aktif perkuliahan. 10. Seluruh pimpinan dan para staf lembaga sosial Rumah Zakat Indonesia pusat dan cabang Bintaro 11. Teman-teman satu perjuangan prodi KPI E Angkatan 2008/2009 yang bersimbol Multitalenta yakni Farha, Deniza, Siti Sabili, Asiyah, Anna, Nia, Rini, Rizki, Taufan, Fiani, Ania, Azizah, Azimah, Renita, Ruri, Rangga, Sandy, Iqbal, Rizka, Wahyu, Gilang, Jalal, Lutfi, Dayat, Akmal, dan Hilwah yang menjadi teman baru seperjuangan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 12. Untuk sahabat yang menjadi bagian kecil namun berarti dalam kehidupan yaitu Irmawati, Pipit, Novita, Hotmi, Fajri, Putri, Ulfa, Siti, Tintin, Rahma,
iv
Yosef, Teja, Dandan, Cicah, Inah, Putri, Teh Eva, Teh Rina, Teh Rika, Puri dan Frida. 13. Keluarga besar Kuliah Kerja Nyata (KKN) Cadas, kota Cisarua Cimahi Bandung tahun 2011. Semoga Kebersamaan selalu terhubung dan terjaga. 14. Semua pihak yang terlibat membantu dan mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Dan akhirnya peneliti hanya dapat mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada terhingga, semoga Allah membalas semua kebaikan pihak yang membantu, baik keluarga, sahabat, dan orang lain yang menjadi bagian kecil dari sebuah kehidupan. Amiin ya Rabbal’Alamin.
Dan akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih sangat jauh dari poin sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna sebagai referensi baik bagi para pembaca, peneliti lama dan baru yang sedang menulis karya ilmiah serta segenap keluarga besar civitas akademik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 April 2015
Nadia Anggraeni
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
01
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
12
1. Pembatasan Masalah.......................................................
12
2. Perumusan Masalah ........................................................
12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
13
1. Tujuan Penelitian ............................................................
13
2. Manfaat Penelitian ..........................................................
13
D. Tinjauan Pustaka...................................................................
14
E. Metodologi Penelitian...........................................................
16
1. Metode Penelitian ...........................................................
16
2. Tehnik Pengumpulan Data .............................................
17
3. Tehnik Analisis Data ......................................................
18
4. Lokasi Penelitian ............................................................
19
5. Pedoman Penulisan Data ................................................
20
F. Sistematika Penelitian...........................................................
20
KERANGKA TEORITIS A. Strategi Komunikasi .............................................................
23
1. Pengertian Strategi ..........................................................
23
2. Pengertian Komunikasi...................................................
30
3. Proses Komunikasi .........................................................
37
4. Strategi Komunikasi .......................................................
39
5. Tahapan Strategi Komunikasi ........................................
43
vi
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ......................................
49
1. Pengertian Pemberdayaan...............................................
49
2. Pengertian Masyarakat ...................................................
51
3. Upaya Mensejahterakan Masyarakat ..............................
53
4. Konsep Gerakan Sosial ...................................................
54
5. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat .................................
54
6. Strategi Komunikasi Dalam Pemberdayaan
BAB III
BAB IV
Masyarakat......................................................................
56
7. Demografi dan Geografi Bintaro ....................................
59
GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT INDONESIA A. Sejarah Berdiri ................................................................
61
B. Visi, Misi, dan Brand Value ...........................................
65
C. Strategi Pengembangan Rumah Zakat Indonesia ...........
66
D. Struktur Organisasi Rumah Zakat Indonesia ..................
68
E. Program Pemberdayaan Rumah Zakat Indonesia ...........
69
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Strategi
Komunikasi
Rumah
Zakat
Indonesia
Dalam
Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum Lestari Di Kelurahan Bintaro .................................................
BAB V
75
1. Perumusan Strategi Pemberdayaan
76
2. Implementasi Strategi Pemberdayaan ............................
79
3. Periode Evaluasi .............................................................
89
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................
96
B. Saran ..................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebuah komunikasi adalah kebutuhan dalam kehidupan yang isinya terdapat unsur bahasa, gerak tubuh, dan ekspresi dalam menyampaikan pemikiran yang disebut sebagai pesan. Dengan mengutarakan sebuah pesan maka terjadi suatu aktifitas percakapan antara komunikator yakni diri sendiri dengan komunikan yaitu orang lain yang disebut dengan aktifitas makhluk sosial yang sifatnya dasariah, sehingga pada akhirnya komunikasi menjadi sebuah kebutuhan permanen manusia yang membentuk keberlangsungan kehidupan makhluk sosial. 1 Sebuah strategi diperlukan dalam komunikasi, hal ini didasarkan karena untuk mencapai tujuan dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis dan terarah agar tujuan yang telah direncanakan dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat, sehingga akan berdampak baik pada lembaga sebagai pemberi jasa dan masyarakat sebagai penerima jasa. Strategi yang spesifik menjadi kesatuan dalam komunikasi organisasi terutama pada lembaga yang ingin mencapai tujuan dengan cara cepat. Salah satu aspek utama pendukungnya yakni penguasaan terhadap informasi yang disampaikan dengan baik akan
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007), cet ke- 21, hal. 9.
1
2
membuat hubungan komunikasi organisasi dengan masyarakat memberikan hasil yang sama-sama menguntungkan. Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi dan penguasaan terhadap informasi harus diutamakan,
karena
isinya mencakup gambaran besar
mengenai program yang direncanakan seperti pengetahuan, visi dan misi, serta isi dari tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dikemukakan oleh Evert M. Rogers dalam bukunya komunikasi organisasi, yang menyampaikan sebuah lembaga yang terorganisasi dengan baik serta cepat dalam mencapai tujuannya adalah lembaga yang anggotanya memiliki pengetahuan tentang
informasi
dan
penguasaan baik terhadap tehnik penyampaian. 2 Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya sosial dalam memperbaiki keadaan kondisi kurang baik menjadi lebih baik,
hal ini
disebabkan karena beberapa faktor yang melatarbelakangi kehidupan masyarakat yang umumnya berada pada situasi miskin dan kurang mampu, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan utama, yaitu mensejahterakan kehidupan masyarakat agar memilki kehidupan yang lebih baik dengan membuat sebuah program yang didasarkan dari berbagai aspek, karena sudah menjadi kodrat manusia sebagai makhluk hidup untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tujuan dari sebuah pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tujuan memberikan arti kepada arah yang hendak dicapai, artinya jika tujuan itu telah dicapai maka terhentilah proses 2
Popy Oktarini, “Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Program Majelis Ta’lim”, (10805100082, skripsi, Jurusan KPI, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta Syarif Hidayatullah), hal. 1.
3
tujuan tersebut dan akan dimulai kembali dengan tujuan lain yang berbeda, karena sasaran atau tujuan dalam pemberdayaan bersifat abstrak, dan dibuat demikian agar tetap dapat digunakan sepanjang masa, selama masyarakat atau sebuah negara masih ada. Walau bagaimanapun abstraknya suatu tujuan pemberdayaan harus tetap diakui bahwa ia mengandung arah, nilai-nilai, dan moral pemberdayaan itu sendiri.3 Hal yang paling utama pada proses pemberdayaan adalah merencanakan dan mengarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang disebut dengan tujuan tahapan, setelah tujuan tahapan ini berhasil dicapai maka akan dilakukan proses tahapan selanjutnya. Dalam setiap menentukan tujuan tahapan, maka didalamnya terletak prioritas yang akan dicapai dan merupakan target pemberdayaan yang dapat dihitung atau diukur keberhasilan maupun kegagalannya melalui jalan evaluasi. Wujud dari pemberdayaan terhadap masyarakat banyak macamnya, ada yang berwujud bantuan secara langsung dalam jangka pendek dan tidak berkesinambungan, ada pula bantuan langsung dalam jangka panjang, bantuan langsung dalam jangka panjang adalah dengan diadakan sebuah program yang telah direncanakan dan sifatnya berkesinambungan dengan program yang telah dirintis diwaktu dulu seperti program Senyum lestari yang dulunya berasal dari program Merangkai Senyum Indonesia, program ini memiliki proses yang cukup panjang mulai dari pengamatan, peralatan yang menunjang serta mengamati berlangsungnya kegiatan dan evaluasi. 3
H. Khailuddin, Membangun Masyarakat Tinjauan Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan, (Yogyakarta: Liberti, 2000), cet ke- 2, hal. 28.
4
Salah satu anjuran yang selalu dikemukakan dalam ajaran Islam yaitu tentang mensejahterakan kaum lemah yang selalu berada dalam kesulitan, Islam selalu mengutamakan ajaran kebaikan yang menyangkut kehidupan masyarakat dalam melaksanakan ibadah sosial yang disebut pula dengan ibadah Ijtima’iah, dengan tujuan utamanya sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT dalam keikhlasan mencari keridhaan-Nya. Hal ini ditafsirkan dalam Al-quran surat Az Zukhruf Ayat 32.
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (surat Az Zukhruf: ayat 32).4 Kemiskinan menurut persepsi Islam diakibatkan karena kegagalan kaum muslim itu sendiri dalam menerapkan ekonomi syariah, karena menggunakan
4
Mushaf dan Terjemah Sirah Maryam (Pustaka AlFatih), Surat Az Zukhruf: Ayat 32.
5
keuntungan ekstra yang berkaitan dengan pembagian sumber penghasilan.5 Kemiskinan akibat utama dari rendahnya indeks pembangunan manusia di Indonesia, karena secara kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih sangat rendah secara menyeluruh, secara singkat kemiskinan memiliki sifat yang kompleks dan kronis, oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat dan berkelanjutan. Kebanyakan akibat yang ditimbulkan dari kemiskinan adalah sifat lemah manusia dari ketamakan, ekploitasi tanpa penyelamatan, kurangnya
pengetahuan,
ketidakadilan,
kesenjangan
sosial,
korupsi,
penyalahgunaan distribusi yang di latar belakangi oleh masalah politik, ekonomi, dan sosial. Salah satu usaha konkret yang dilakukan dalam mengurangi kemiskinan di kota - kota besar khususnya di Bintaro adalah sebuah lembaga sosial Rumah Zakat Indonesia cabang Bintaro, yang mengelola harta dari para donator aktif untuk hal-hal yang bersifat produktif dalam menghasilkan keuntungan, maka keuntungan inilah yang akan memberikan manfaat dan kemaslahatan masyarakat dalam memberdayakannya dengan tetap mengacu pada nilai-nilai pokok syariah islam, dan menjadikannya sebagai bagian dari gaya hidup yang bermakna dan islami. Salah satu program yang telah dilakukan oleh lembaga Rumah Zakat Indonesia di Bintaro adalah Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari, Program ini merupakan program lanjutan dari program Merangkai Senyum Indonesia pada tahun 2010 -2011. Dengan turut berkontribusi dalam melestarikan lingkungan 5
Amer al-Roubaei, “Dimensi Global Kemiskinan di Dunia Muslim Sebuah Penilaian Kualitatif” terj, Elisabeth Diana Dewi dalam Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Jakarta: Jurnal, INSISTS bekerja sama dengan Khoirul Bayan, 2005), hal. 79.
6
hidup sebagai salah satu warisan untuk masa depan. Serta meringankan beban sesama umat manusia yang berada dalam kesukaran, isi dari program Senyum Lestari ini diantaranya Water Well, Kampung Berseri (Bersih, Sehat, dan Asri), M-Net (Masjid Internet), Urban Farming, Mesjidku Merdu, KPRS (Kavling Perumahan Masjid di Surga). Program-program sanitasi ini berjalan dengan memberikan santunan, pembuatan sarana dan prasarana, serta penyuluhan sebagai pelatihan pengetahuan.6 Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari memiliki komitmen menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk di wilayah kecil tanpa akses terhadap sumber air minum yang berkelanjutan serta membangun fasilitas sanitasi desa, dengan target pada tahun 2015 proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak di perkotaan maupun pedesaan, dengan
pembangunan
sarana
penyediaan
air
bersih
yang
bersifat
berkelanjutan, penerima dapat merasakan manfaat adanya kemudahan dalam mengakses air bersih. Periode tahapan penerapan program Senyum Lestari ini berjalan maksimal selama tiga tahun dan untuk periode eveluasi selama enam bulan, adapun dalam pelaksanaannya RZI memiliki Member Relationship Officer (MRO) yaitu pendamping warga binaan yang berfungsi sebagai pendamping, pemberdaya,
pengukur
wilayah,
penggerak
lingkungan
dan advokat
masyarakat, keberadaan pendamping warga binaan ini dirasakan sangat penting dan menempati posisi sentral dalam menyukseskan program ini. 6
2014.
Profil Rumah Zakat Indonesia, www.rumahzakat.org, diakses tanggal 03 Desember
7
Rumah Zakat Indonesia (RZI) sebagai lembaga sosial filantropi yang salah satunya didirikan dengan tujuan akan kebutuhan masyarakat terhadap kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, norma-norma didalamnya telah dibuat sebagai pedoman yang didasarkan pada nilai-nilai sosial dalam syariah Islam. Rumah Zakat Indonesia berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara profesional, transparan dan terpercaya, dengan komitmen berani melakukan inovasi dan edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih dengan menfasilitasi segala bentuk kebutuhan masyarakat dengan ketulusan kepada seluruh umat manusia. Dengan visi sebagai “Lembaga filantrofi internasional berbasis pemberdayaan yang profesional”, dan misi “Berperan aktif dalam membangun jaringan filantropi internasional”.7 Dipilihnya Rumah Zakat Indonesia (RZI) sebagai objek penelitian ini, dikarenakan Rumah Zakat Indonesia merupakan lembaga sosial yang berkomitmen pada program–program pemberdayaan masyarakat, dalam hal ini RZI mengalokasikan dananya untuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Dengan menyalurkan donasi dalam bentuk produktif seperti santunan, pembangunan akses fasilitas, beasiswa, menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, pelayanan kesehatan gratis, menggerakkan lingkungan, penyuluhan dan lain sebagainya. Dalam setiap gerakan yang dilangsungkan RZI menganut status kausal yang artinya gerakan sosial dapat menjadi
7
Profil Rumah Zakat Indonesia, www.rumahzakat.org, diakses tanggal 03 Desember 2014.
8
penyebab hakiki dari perubahan sosial agar dapat mengubah masyarakat secara lebih efektif melalui mobilisasi dan organisasi. 8 Menurut Carl I. Hovland suatu komunikasi merupakan proses komunikator dalam menyampaikan pemikiran kedalam bentuk kata-kata yang disebut dengan informasi yang bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, dan tingkah laku. Setiap organisasi harus memiliki suatu penyataan tujuan dan sasaran sebagai pedoman utama bagi manajemen dan para staf. Dalam konteks fungsi organisasi secara spesifik yaitu, memberikan pedoman pada anggota masyarakat dalam hal bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi masalah, menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan, memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial yang artinya sistem pengawasan terhadap tingkah laku para anggotanya. Perkembangan teknologi mempengaruhi komunikasi untuk menjadi kesatuan yang saling mengisi, dan mendorong berkembangnya ilmu komunikasi kedalam ilmu interaksi sosial. Perkembangan konsep tersebut sekaligus menjadikan peran komunikasi dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat menjadi strategis. Strategi dalam pemberdayaan masyarakat dapat membantu
mempublikasikan
program
sosial
sebagai
usaha
dalam
membangun masyarakat dan dapat memperkuat pesan citra RZI sebagai lembaga sosial yang profesional.
8
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Tangerang: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), cet ke- 1, hal. 222.
9
Strategi dalam sebuah lembaga dibutuhkan agar langkah-langkah yang dilakukan untuk kepentingan lembaga bisa terarah dan mencapai tujuan dengan baik dan cepat. Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “Dimensidimensi Komunikasi” menyimpulkan bahwa: Strategi komunikasi merupakan suatu langkah yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan program kegiatan, pesan, dan media tertentu. Suatu strategi komunikasi adalah perpaduan dalam perencanaan komunikasi dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, oleh karena itu diperlukan strategi komunikasi untuk menunjukkan arah bagaimana suatu operasional dapat bekerja dengan baik dengan melakukan pendekatan pada situasi dan kondisi”.9 Dalam strategi komunikasi diperlukan informasi dalam pengendalian lingkungan. Pertama, informasi dapat menambah pengetahuan kemampuan seseorang dalam mengendalikan lingkungan. Kedua, tersedianya informasi memberikan kekuatan dan kemampuan tertentu, biasanya apabila kekurangan informasi yang relevan maka usaha untuk mengendalikan lingkungan hanya sebagian saja yang tercapai, akibatnya manfaat yang akan dirasakan menjadi tidak maksimal. Kesuksesan dan kegagalan dalam mengendalikan lingkungan mempengaruhi perkembangan lembaga yang bersangkutan.10 Dukungan media akan membantu memberikan peluang keberhasilan pada penyampaian informasi, dukungan media digunakan sebagai alat yang
9
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Percetakan Offset Alumni, 1981), hal. 84. 10 M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), hal. 70.
10
bersifat alternative untuk memasarkan program dan tujuan. Media memiliki cakupan yang sangat luas dan tidak dapat diukur serta bukan sebagai media tradisional. Yang lebih bermakna media sebagai wadah dalam memenuhi rasa keingintahuan pelaku atau konsumen sebagai makhluk sosial. Menurut Garnham dan Smythe, Media bekerja dengan tiga konsep salah satunya menekankan informasi pada aspek makna, efek, dan ideologi. 11 Komunikasi kelompok yang disebut dengan macrogroup bersifat lebih formal, kelebihannya lebih terorganisir dan lebih terlembagakan sehingga memiliki kesatuan secara psikologis, interaksi dan sosiologis. Memiliki tujuan bersama dalam melakukan interaksi satu sama lain, mengenal satu sama lainnya, dan memandang bagian kelompok lain sebagai bagian darinya. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antar pribadi karena pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. Pada kenyataannya dalam komunikasi kelompok, para anggota sosial harus lebih memahami kebutuhan masyarakat, mempengaruhi
proses
interaksi
sosial
karena hal tersebut akan dalam
berkomunikasi
dan
menyampaikan informasi.12 Memberdayakan masyarakat berarti memperkuat posisi rakyat kalangan bawah terhadap kekuatan tekanan hidup dalam berbagai sektor kehidupan,
pemberdayaan
masyarakat
berarti
mengembangkan,
memandirikan, dan menswadayakan. Sehingga dapat memperkuat kapasitas 11
Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations, (Jakarta: PT Indeks, 2011), cet ke- 2, hal. 29. 12 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, hal. 55-57.
11
dan otonomi mereka dalam mengelola potensi sumber daya manusia dan lingkungan secara optimal dan berkesinambungan sebagai jalan untuk menjamin kelangsungan hidup saat ini dan nanti, dengan demikian secara kualitas akan meningkat, dinamika sosial, dan lingkungan akan berkembang sehingga potensi sumber daya alam terjamin kelestariannya.13 Rumah Zakat Indonesia membangun masyarakat dengan melakukan upaya pemberdayaan kepada masyarakat kurang mampu yang mengalami permasalahan sanitasi berupa sarana dan prasarana serta kebutuhan pokok hidup. Strategi yang digunakan salah satunya dengan merencanakan program Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari. Dana yang diperoleh dari para donatur aktif baik secara tunai maupun non-tunai dialokasikan untuk program produktif sosial yang sifatnya berkesinambungan. Pada penelitian ini penulis ingin menitikberatkan pada aspek strategi komunikasi yang dilakukan Rumah Zakat Indonesia dalam membangun dan memberdayakan masyarakat lewat kegiatan sosial yang berkelanjutan. Berdasarkan alasan yang diuraikan diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tersebut dengan judul “Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia
Dalam
Pemberdayaan
Lingkungan
Masyarakat
Pada
Program Senyum Lestari di Kelurahan Bintaro”
13
Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi, (Jakarta: CSIS, 1996), hal. 97.
12
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Adapun pembatasan masalah dan perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas sebagai berikut: 1. Pembatasan Masalah a. Pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada hal-hal sebagai berikut: Berusaha terfokus pada Strategi Komunikasi yang meliputi beberapa hal yakni Melalui Perumusan Strategi, Implementasi Strategi, dan Evaluasi Strategi. b. Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia yaitu Strategi yang dilakukan oleh Rumah Zakat dalam menginformasikan program Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari. c.
Lembaga yang difokuskan pada penelitian ini adalah Rumah Zakat Indonesia yang berada di Jalan Turangga No.25 C Bandung Telp: (022) 733 2407 dan cabang Bintaro di Jalan Mandar Raya Blok DD no. 12 Bintaro Tangerang Selatan. Email:
[email protected], facebook: rumah@rumahzakat dan twitter: @rumahzakat.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti menjadikan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari di Kelurahan Bintaro?
13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi Rumah Zakat Indonesia dalam pemberdayaan lingkungan masyarakat pada program senyum lestari di Kelurahan Bintaro. 2. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis Penelitian ini di harapkan dapat memperkaya dan menambah teori-teori komunikasi yang berkaitan dengan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan umumnya pada Fakultas Ilmu khusus lain dan Ilmu Komunikasi. Dan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Rumah Zakat Indonesia dalam meningkatkan penggunaan media untuk mempublikasikan program Senyum Lestari sebagai salah satu upaya sosial dalam pemberdayaan lingkungan masyarakat di Kelurahan Bintaro. b. Manfaat Praktisi Penelitian ini di harapkan mampu memberikan saran dan masukan bagi para pelaku subjek penelitian mengenai strategi komunikasi yang baik dalam mensosialisasikan program pemberdayaan lingkungan kepada masyarakat sehingga dapat mengindentifikasi strategi yang baik dan tepat untuk digunakan.
14
c. Manfaat Masyarakat Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai kebaikan
agar ikut
menjadi bagian dalam upaya mensejahterakan masyarakat khususnya dalam konteks pemberdayaan sosial lingkungan. D. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari unsur plagiat, peneliti sebelumnya menjadikan acuan dan tinjauan pustaka terkait materi strategi komunikasi diantaranya, yaitu14: Skripsi Mas Deden Bahrudin, dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Optimalisasi Zakat (Studi Kasus Keberadaan Badan Amil Zakat BAZ di Kota Depok). Fakultas Dakwah dan ilmu komunikasi, Jurusan pengembangan masyarakat islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. Persamaan dalam skripsi ini adalah kesamaan dalam membahas pemberdayaan masyarakat dan yang membedakan pada skripsi ini yakni program sosial yang dijadikan sebagai pemberdayaan masyarakat, lembaga penelitian, serta sasaran dari penelitian. Dalam skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Tabung Wakaf Indonesia Dalam Mempromosikan Wakaf Produktif Di Daerah Jakarta Selatan milik Deniza Anggia Ayu, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2012. Kesamaan dalam skripsi ini adalah pembahasan mengenai konteks strategi komunikasi
14
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15
dan perbedaannya terlihat dari program penelitian, lembaga penelitian, serta daerah yang dijadikan penelitian. Skripsi lain yang dijadikan tinjauan pustaka adalah skripsi dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bantuan Pinjaman Dana Bergulir Oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kelurahan Pondok Betung Tangerang milik Lukman Hakim, Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam
tahun 2009, Persamaanya adalah
pembahasan terhadap konteks pemberdayaan masyarakat serta perbedaannya adalah program yang diaplikasikan, lembaga yang dijadikan objek, dan kota atau daerah yang dijadikan penelitian. Skripsi
lainnya dengan judul
Strategi
Fundariasing
Program
Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat oleh Nurlaelatul Afifah Fakultas Syariah dan hukum, Jurusan Muamalat tahun 2011. Skripsi ini mendefinsikan bagaimana aplikasi Senyum Mandiri sebagai upaya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, persamaanya terdapat pada lembaga yang sosial yang dijadikan objek, dan perbedaanya terdapat pada aplikasi program yang diteliti serta strategi yang digunakan. Skripsi lainnya milik Amin, M. Dzikril dengan judul Strategi Komunikasi Dompet Dhuafa Republika Dalam Sosialisasi Zakat. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Tahun 2008. Persamaan pada skripsi ini membahas mengenai konteks strategi komunikasi, sedangkan perbedaannya terdapat pada lembaga sosial yang
16
diteliti, serta program yang dijadikan penelitian. Demikian perbedaan pokok bahasan atau materi antara penulis dengan skripsi terdahulu.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Jenis penelitian lapangan yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang menggambarkan kondisi yang menjadi masalah didukung dengan data-data teoritis maupun dokumenter untuk
yang
dianalisis dan melahirkan solusi. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer sebagai bahan utama yang bersumber dari Rumah Zakat Indonesia dan data sekunder yaitu data pendukung yang dapat memperkaya data penelitian. Ciri utama dalam penelitian ini menitikberatkan pada observasi yang bersifat alamiah, peneliti memposisikan dirinya sebagai pengamat yang mengamati perilaku, gejala yang timbul, dan menuliskannya dalam bentuk laporan. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi secara terperinci dari kondisi yang terjadi, mengidentifikasi masalah didalamnya, membuat perbandingan dan evaluasi, sehingga masalah yang dihadapi oleh mereka dapat membuat kita merasakan hal yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk membuat rencana dan keputusan yang lebih baik pada waktu yang akan datang.15
15
Jalalludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet ke- XIII, hal. 25.
17
2. Tehnik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah pengamatan terhadap fenomena sosial dan gejala psikis yang disengaja dengan jalan pengamatan dan pencatatan, menurut Marshall dengan melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku itu sendiri. Dalam hal ini peneliti mengunakan metode dengan pendekatan partisipatif dan observasi terus terang atau tersamar. Pada observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan penelitian yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, data yang akan diperoleh lebih detail dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang terlihat. Sedangkan observasi terus terang yang digunakan, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa mereka mengetahui aktivitas yang dilakukan yaitu untuk penelitian dalam mencapai tujuan peneliti. Tetapi pada suatu waktu peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan, kemungkinan jika penelitian dilakukan dengan terus terang maka peneliti tidak akan diijinkan untuk mendapatkan data.16
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung, Alfabeta, 2011), hal. 310.
18
b. Wawancara Wawancara ini dilakukan oleh penulis agar memperoleh data yang
objektif
mengenai
strategi
komunikasi
dan
program
pemberdayaan lingkungan masyarakat dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan secara langsung kepada narasumber tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penelitian. c. Dokumentasi Tehnik pengumpulan data yang diperoleh dari catatan yang telah tersedia atau dibuat oleh pihak lain dan bersifat teoritis seperti bukubuku yang bersangkutan, dokumen formal, brosur, artikel, jurnal, video, dan lain sebagainya
yang disusun secara sistematis.
Tehnik
pengumpulan data seperti ini disebut dokumenter yang terdiri dari data primer maupun sekunder, data dokumentasi diklasifikasikan kedalam beberapa
bagian
untuk
memudahkan
proses
analisa.17
Semua
dokumentasi dalam penelitian ini berasal dari Rumah Zakat Indonesia, perpustakaan, internet, atau lembaga lain yang dapat dijadikan analisa dalam penelitian ini. 3. Tehnik Analisis Data Pada tahap analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui makna dibalik fakta, yang bertujuan menjelaskan fenomena lebih dalam melalui pengumpulan data. Pendekatan kualitatif menurut Lexy, J. Moeleong 17
129.
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat, Kalam Indonesia, 2005), cet ke- 1, hal.
19
penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati sebuah fakta dengan mencari data-data lapangan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode alamiah.18 Menurut Bogdan dan Taylor menggambarkan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis dari lisan orang-orang yang diamati dan bersifat autentik.19 Pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami strategi komunikasi oleh Rumah Zakat Indonesia dalam usaha untuk memberdayakan masyarakat, dalam hal ini peneliti berusaha memahami dan menggambarkan langkah dan upaya yang dilakukan oleh Rumah Zakat dalam memberdayakan masyarakat di daerah Bintaro. Untuk penelitian tersebut peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, objek dalam data kualitatif adalah objek yang alamiah, dimana peneliti berperan sebagai instrument kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan dan bersifat induktif. 20
4. Lokasi Penelitian Lembaga sosial yang dijadikan tempat pengamatan adalah Lembaga Rumah Zakat Indonesia di Jalan Turangga No. 25 C Bandung Telp: (022) 733 2407 dan cabang Bintaro di Jalan Mandar Raya Blok DD no. 12 Bintaro Tangerang Selatan. Email:
[email protected] 18
Suyadi, Libas Skripsi Dalam 30 Hari, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), cet ke- 1, hal. 62 Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), cet ke- 10, hal. 03. 20 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet ke- 1, hal. 01. 19
20
5. Pedoman Penulisan Data Dalam penulisan penelitian ini, penulis mengacu pada beberapa buku pedoman untuk referensi penulisan seperti pada buku Penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid Nasuhi dkk, yang diterbitkan oleh CeQDA (Center of Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi (Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian) yang disusun Prof. Dr. Hamidi, M.si. yang diterbitkan oleh UMM Press Malang 2010. Dan Keterampilan Berbahasa Indonesia yang disusun oleh Dra. Hj. Siti Sahara dkk yang diterbitkan oleh FITK Press UIN Syarif HIdayatullah Jakarta tahun 2009. F. Sistematika Penelitian Untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan skripsi ini, peneliti membuat sistematika penulisan secara gambaran umum sebagai berikut: BAB 1
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah yang menjelaskan kondisi permasalahan yang terjadi dan membatasi serta merumuskan permasalahan. Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian yang digunakan, Tinjauan Pustaka sebagai bahan perbandingan referensi dan Sistematika Penelitian yang menjadi gambaran umum dalam penulisan.
21
BAB II
KERANGKA TEORITIS Menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari permasalahan pada penelitian untuk digunakan dalam penulisan skripsi yang bertujuan untuk menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber referensi seperti buku-buku yang bersangkutan, jurnal, artikel, dan data-data dari internet yang jelas akan sumbernya.
Landasan fokus pada skripsi ini yakni pengertian
strategi komunikasi, konsep pemberdayaan masyarakat, dan program Senyum Lestari sebagai program pembahasan. BAB III
PROFIL RUMAH ZAKAT INDONESIA Membahas tentang latar belakang berdirinya Lembaga Sosial Rumah Zakat Indonesia dan perkembangannya sejauh ini, Visi dan Misi Rumah Zakat Indonesia, Struktur Organisasi Rumah Zakat Indonesia, Profil Program Sosial Pemberdayaan Rumah Zakat Indonesia serta Keunggulan dan Kelebihan Program Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS Membahas hasil temuan penelitian dan analisis data yang diperoleh dari
Rumah
Zakat
Indonesia
tentang
penerapan
Strategi
Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum Lestari Di Kelurahan Bintaro.
22
BAB V
PENUTUP Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran dari seluruh aspek permasalahan yang menjadi topik pembahasan pada penulisan skripsi.
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Strategi Komunikasi 1. Strategi a. Pengertian Strategi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah ilmu siasat atau akal muslihat untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.1 Konsep strategi didefinisikan sebagai cara untuk mencapai tujuan (ways to achieve ends). Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning), dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. 2 Konsep strategi ini sesuai dengan perkembangan awal penggunaan konsep strategi yang digunakan dalam dunia militer. Kemudian arti strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.3
1
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Surabaya: Pustaka Amelia, 2002), cet ke- 1, hal. 491. 2 Onong U. Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Percetakan Offset Alumni, 1981), hal. 84. 3 Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 76.
23
24
Secara umum strategi mempunyai pengertian yaitu sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dalam menetapkan strategi harus didahului oleh analisis kekuatan lawan yang meliputi jumlah personal, kekuatan, dan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh, dan lain sebagainya.4 Pengertian strategi menurut para ahli diantaranya sebagai berikut: 1) William F. Gluek Strategi
merupakan
suatu
rencana
yang
dirancang
untuk
memastikan bahwa tujuan pokok suatu lembaga dapat dicapai, rencana yang dipersatukan secara konprehensif dan terintegrasi dapat menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sasaran perusahaan akan tercapai.5 2) George Steiner dan John Miner Strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan implementasinya secara cepat sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.6
4
Abu Ahmad Dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal.
5
Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hal. 25. George Steiner dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2012),
11. 6
hal. 70.
25
3) Mintzberg Strategi adalah sebuah pola menunjukkan adanya serangkaian tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengejar sebuah tujuan.7 4) Sondang Siagian Strategi adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya, dan tenaga
yang
tersedia
sesuai
dengan
tuntutan
perubahan
lingkungan.8 5) Syarif Usman Strategi adalah kebijakan untuk menggerakkan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya serta kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagian.9 Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian strategi maka penulis menyimpulkan strategi adalah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan yang di dalamnya mencakup berbagai keputusan strategis agar sebuah lembaga mampu menghadapi perubahan lingkungan dalam jangka panjang.
7
Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hal. 26. Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet ke- 2, hal. 17. 9 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta, 2000), hal. 6. 8
26
b. Fungsi Strategi Strategi
memiliki
dua
fungsi
yaitu
pertama
dengan
menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informasi, persuatif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal, kedua menjembatani “cultural gap” yaitu kondisi yang terjadi
akibat
kemudahan
diperolehnya
dan
kemudahan
dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai yang dibangun 10
c. Kategori Strategi Mintzberg (1991) membagi strategi sebagai sebuah pola ke dalam lima kategori yaitu: Strategi yang direncanakan perusahaan melalui proses perencanaan (Intended Strategy) yang diterjemahkan kedalam suatu tindakan strategi yang disengaja (Deliberate Strategy) dan sering kali berubah menjadi strategi yang tidak dapat direalisasikan (Unrealized
Strategy)
akibat
terjadinya
perubahan
lingkungan
perusahaan. Sebaliknya strategi yang tidak dimaksudkan sebelumnya dapat muncul menjadi alternatif strategi (Emerging Strategy) yang apabila diimplementasikan perusahaan dapat menjadi strategi yang dapat direalisasaikan (Realized Strategy).11
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 33. 11 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, hal. 26.
27
Intended
Realized
Deliberate Strategy
Strategy
Strategy
Unrealized Strategy
Emerging Strategy
Strategi sebagai pola (Strategy as a Pattern)12
d. Tahapan-Tahapan Strategi Terdapat tiga konsep dalam proses strategi, yaitu:13 1) Perumusan Strategi Termasuk mengembangkan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif serta memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. 2) Implementasi Strategi Termasuk menciptakan organisasi
yang efektif, menyiapkan
anggaran, mengembangkan, dan memanfaatkan sistem informasi yang diterima. Tahap ini sering pula disebut tahap tindakan karena implementasi berarti memobilisasi manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan.
12
Mintzberg, Quinn, Brian etc, The Strategy Process: Concepts, Contexts, Cases, (Prentice Hall, 1991), page. 14. 13 Fred David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1998), hal. 5-6.
28
3) Evaluasi Strategi Merupakan tahap terakhir dari langkah-langkah strategi. Ada tiga aktifitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu: a) Maninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang ada. b) Mengukur prestasi dengan membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan. c) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana. e. Faktor-Faktor Strategi14 1) Lingkungan Lingkungan tidak pernah berada pada suatu kondisi dan selalu terjadi perubahan yang dipengaruhi sangat luas terhadap segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu dan masyarakat, tidak hanya kepada cara berfikir, tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan hidup. 2) Lingkungan Organisasi Lingkungan organisasi mencakup segala sumber dan daya kebijakan organisasi yang ada. 3) Kepemimpinan Seorang pemimpin adalah orang yang tertinggi dalam mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, pemimpin dalam menilai 14
hal. 9.
Sondang P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), cet ke- 2,
29
perkembangan yang ada dalam lingkungan, baik internal ataupun eksternal sangat berbeda. Strategi yang direncanakan, difokuskan, dan dikonsepkan dengan baik, dapat menghasilkan pelaksanaan yang disebut dengan strategi, oleh karena itu agar strategi berjalan baik dan tujuan tercapai, harus memperhatikan konsep dasar berikut: 1) Strength (Kekuatan) Memperhitungkan
kekuatan
yang
dimiliki
dan
biasanya
menyangkut manusia, dana serta beberapa peralatan
yang
dimilikinya. 2) Weakness (Kelemahan) Memperhitungkan
kelemahan-kelemahan
yang
dimiliki
dan
menyangkut aspek-aspek sebagaimana kekuatan, misalnya kualitas sumber daya manusia, dana, dan lain sebagainya. 3) Opportunity (Peluang) Melihat seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar, sehingga peluang yang sangat kecil pun dapat diterobos. 4) Threats (Ancaman) Memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman, baik dari luar maupun dari dalam. Ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi secara baik. Dengan mengetahui ancaman, organisasi diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan. Ancaman dapat berupa gangguan baik itu berada
30
didalam saluran, audiens, pengirim atau pesan itu sendiri yang menyebabkan maksud pesan menjadi tidak jelas. Oleh karenanya membatasi jumlah informasi yang diinginkan dapat menjadi alternatif untuk mengurangi gangguan.15
2. Komunikasi a. Pengertian komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu “Communicare” yang artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan, gagasan, dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain yang mengharapkan jawaban, tanggapan, maupun arus balik (feedback) dari orang yang diajak bicara. Komunikasi menurut bahasa Latin lainnya adalah “Communicati” kata sifatnya “Communis” yang berarti “sama” dan dalam bahasa Inggris yaitu “Communication” dengan kata sifatnya “Commonness” keduanya diartikan “pemberitahuan”. Yang artinya bersama-sama diantara dua orang atau lebih yang berbicara mengenai kebersamaan, kepentingan, keinginan, pengetahuan, kepemilikan, dan gagasan.16 Adapun
pengertian
komunikasi
secara
istilah
diantaranya
dikemukakan oleh sebagian para ahli di bidang komunikasi yaitu:
15
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 13. 16 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 32.
31
1) C.I. Hovland, 1970, komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah rangsangan dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan, seorang komunikator mampu mengubah perilaku individu lainnya atau komunikan.17 Dalam penerapan pada proses kegiatan lembaga, manajemen memberikan Informasi pada media massa dan cetak serta menunjuk seorang humas yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik sebagai tindakan rangsangan komunikasi. 2) Harold D. Lasswell, 1948, mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” dan mengatakan “apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan dengan akibat atau hasil apa (Who? Says what? In which channel? To whom? With effect) formula Lasswell ini mengkaji lebih jauh mengenai pertanyaan “efek apa yang diharapkan” komponan-komponen dari pertanyaan
itu
adalah
(When?
How?
Why?)
yaitu
“kapan
dilaksanakannya”, “bagaimana melaksanakannya” dan “mengapa dilaksanakan demikian”.18 Model ini bersifat Linier, melihat komunikasi sebagai transmisi pesan memunculkan efek bukan makna. Efek menunjukkan sebuah perubahan yang dapat diamati dan diukur dari penerima yang disebabkan oleh elemen-elemen dari proses komunikasi yang bisa diidentifikasikan. Perubahan satu dari elemen tersebut akan 17
Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), cet ke- 1, hal. 25. 18 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, hal. 34.
32
mengubah efek seperti kita bisa mengubah pengirim, mengubah pesan, mengubah saluran, dan lainnya, perubahan dari masingmasing elemen tersebut akan menciptakan perubahan yang sesuai terhadap efek dari masing-masing elemen.19 Proses yang menjelaskan tentang: a.
Siapa
Lembaga Rumah Zakat yang memiliki struktur manajemen visi dan misi.
b.
Mengatakan“Apa” Memiliki keinginan untuk memperbaiki kondisi tertentu dengan membuat program pemberdayaan berbasis lingkungan.
c.
Saluran “Apa”
Menyebarkan
informasi
dengan
memanfaatkan
saluran media massa dan media cetak. d.
Kepada “Siapa”
Masyarakat Umum sebagai donatur dan relawan Masyarakat
Khusus
sebagai
penerima
jasa
bantuan/wilayah mereka yang akan diperbaiki. e.
f.
g.
Dengan
Kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera dan lebih
hasil/akibat apa
baik atas hasil dari program sosial tersebut
Kapan
Ketika
dilaksanakannya
membutuhkan pertolongan.
Bagaimana
Mengikuti tahapan mulai dari perumusan program,
melaksanakannya
implementasi, dan evaluasi.
19
masyarakat
berada
dalam
kondisi
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 50.
33
h.
Mengapa
Agar teratur dalam pelaksanaannya dan tetap pada
dilaksanakan
jalur tujuan yang disepakati sehingga hasil yang
demikian
dicapai terwujud.
3) Everett M. Rogers, 1981 mendefinisikan sebagai proses arus komunikasi berjalan searah dari komunikator ke komunikan. Inisiatif untuk mengkomunikasikan pesan datang dari komunikator dan komunikan hanya menerima pesan, diharapkan pesan yang diterima komunikan dapat mengubah perilakunya. Proses arus komunikasi lembaga yang searah antara pimpinan dan anggota, serta hubungan masyarakat dengan publik, yang ditekankan disini adalah inisiatif untuk memunculkan komunikasi datang dari lembaga dengan harapan informasi yang diberikan dapat mengubah perilaku masyarakat. 4) D. Lawrence Kincaid, 1981 dalam buku Communication Networks merumuskan komunikasi baik komunikator maupun komunikan sebagai partisipan sama-sama aktif dalam merumuskan isi pesan yang dapat dimengerti dan disetujui oleh kedua belah pihak. Ini merupakan ciri komunikasi dua arah, yakni isi pesan bukan hanya dimengerti oleh salah satu pihak saja (Komunikator) tetapi oleh
34
kedua-duanya, dengan demikian efek komunikasi yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.20 Tahapan terjadinya sebuah komunikasi lahir dari sebagian opini publik yang melihat bahwa ada suatu masyarakat yang sedang membutuhkan pertolongan dari segi lingkungan dan disampaikan salah satunya kepada lembaga untuk dipertimbangkan menjadi bantuan.
Kemudian
lembaga
menindak
lanjuti
dengan
mendiskusikan, mancari data-data dan donatur, yang pada akhirnya informasi secara keseluruhan dikembalikan kepada masyarakat melalui publikasi informasi. 5) Gerald R. Muler dan Mark Steinberg merumuskan definisi komunikasi yang begitu singkat tetapi padat yaitu Intensional artinya komunikator dalam menyampaikan pesan kepada pihak lain mempunyai maksud tertentu. Transaksional artinya pengetahuan yang diperoleh manusia berdasarkan hasil suatu transaksi informasi, Prosesual yaitu adanya interaksi yang berkesinambungan dari sejumlah variable dan yang terakhir adalah simbolik yaitu lambang berdasarkan konvensi yang digunakan untuk mewakili sesuatu baik kata-kata lisan maupun tertulis.21 a.
Intensional
Orang lembaga
20
yang
diberikan
menyampaikan
wewenang pesan
oleh
dengan
Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1994), cet ke- 9, hal. 26. 21 Ibid, hal. 26-30.
35
maksud mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam proses kegiatan sosial. b.
Transaksional Masyarakat memberikan informasi kepada lembaga
dan
lembaga
mengolah
informasi.tersebut menjadi pengetahuan. c.
Prosesual
Terjadi hubungan yang saling barkaitan dalam
variable,
pengalaman.
variable
disini
Pengalaman
seperti dalam
berkomunikasi atau dalam proses kerja akan berbeda setiap waktu, setiap proses, dan kondisinya d.
Simbolik
Rumah Zakat menggunakan lambang rumah dan cinta untuk mewakili tujuan sebagai tempat tinggal yang memberikan pertolongan dengan cinta dan kasih sayang.
6) Sedangkan definisi menurut pakar komunikasi Indonesia Onong Uchjana yaitu proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung dengan lisan
maupun tidak
langsung melalui media 22
22
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke- 7, hal. 5.
36
Publik relation yang diberikan wewenang memberitahukan informasi kepada publik dengan tujuan dapat berpartisipasi sebagai donatur maupun relawan dengan secara langsung berbicara atau membuat berita, artikel, dan selembaran melalui media massa dan cetak. Kesimpulan dari sebagian definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas adalah komunikasi merupakan mekanisme dimana terdapat hubungan antarmanusia yang melakukan interaksi dengan pesan, suara, lambang pikiran, simbol yang mencakup ekspresi wajah, sikap, gerak gerik, dan suara baik secara tertulis, terlihat, maupun terdengar.
b. Unsur-unsur Komunikasi Unsur pokok dalam komunikasi yaitu manusia, alat (benda) dan pengertian. Manusia disini berfungsi sebagai sentral, yakni menentukan bentuk komunikasi, peralatan komunikasi yang akan digunakan serta pengertian yang akan dikomunikasikan. Pengertian disini dapat berupa lambang-lambang atau simbol yang dapat dimengerti oleh penyampai informasi dan penerima. Komunikasi akan berlangsung dengan baik dan mencapai sasaran apabila baik komunikator dan komunikan mempunyai lambang yang sama atau kesepakatan tentang isyarat yang digunakan.23 Penegasan tentang unsur-unsur dalam komunikasi dapat dirinci sebagai berikut: 1) Sender: menyampaikan pesan kepada satu orang atau sejumlah orang. 23
88.
H. Khairuddin, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 87-
37
2) Encoding: proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang atau gambar. 3) Message: pesan yang berupa lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. 4) Media: saluran komunikasi tempat pesan lewat dari komunikator ke komunikan. 5) Decoding: pengawasan terhadap proses pesan dalam menetapkan makna pada lambang yang disampaikan. 6) Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7) Response: tanggapan atau reaksi pada komunikan setelah pesan diterima. 8) Feedback: umpan balik, yaitu tanggapan komunikan terhadap pesan yang diterima. 9) Noise: gangguan diluar pengawasan dalam proses komunikasi seperti tidak ada kesamaan makna pada pesan dari komunikator atau kesalahpahaman. c. Proses Komunikasi Proses komunikasi diklasifikan sebagai Verbal Communication dan Non-Verbal Communication. 1) Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan lambang bahasa, ini mencakup komunikasi dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Bahasa adalah lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi, karena selain mewakili kenyataan yang
38
objektif juga mewakili hal yang abstrak seperti ide, informasi atau opini. Bahasa memegang peranan yang sangat penting terutama pada zaman ini, media massa surat kabar, majalah, film, radio, dan televisi yang menghendaki penggunaan bahasa dengan cara dan gaya yang berbeda Manajemen dalam lembaga menggunakan komunikasi verbal ini untuk mendapatkan keputusan, hal ini berdasarkan pada ide dari para anggota yang didiskusikan, informasi yang didapatkan atau opini yang sedang berkembang, pada proses komunikasi bahasa secara tidak formal dinilai lebih nyaman dari bahasa formal yang cenderung kaku. 2) Komunikasi non-verbal adalah komunikasi dengan gejala yang menyangkut gerak-gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi muka (facial expressions) melalui gambar. Gambar adalah lambang lain yang digunakan komunikasi non verbal untuk menyatakan suatu pikiran dan perasaan, pada masa tertentu gambar bisa lebih efektif dari pada bahasa contohnya seperti televisi yang dapat memberikan kita informasi dilihat dan didengar. Dalam prakteknya komunikasi verbal dan non verbal saling mengisi untuk memperoleh efektivitas artinya media massa akan efektif bila berdampingan dengan bahasa.24 Komunikasi non-verbal juga menjadi bagian dari proses komunikasi di lembaga Rumah Zakat, lembaga menggunakan gambar pada 24
Onong U. Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Penerbit Alumni Press, 1981), hal. 28-31.
39
brosur, majalah, pamflet, reklame sebagai media percetakan dalam menyatakan pikiran dan ide, hal ini sifatnya sederhana karena dapat ditemui diberbagai tempat. Internet dan televisi digunakan sebagai informasi bergerak, dalam televisi menggunakan format iklan namun sifatnya
terbatas
karena
diputar
hanya
sesekali
tanpa
ada
pemberitahuan, sedangkan Internet membutuhkan jaringan dan perangkat untuk dapat mengaksesnya walau tanpa ada batasan waktu. Guna mendapatkan efektivitas, bahasa yang digunakan berupa slogan dan
ajakan
dengan
kata-kata
yang
mudah
dipahami
dan
menerjemahkan secara sederhana jika terdapat istilah kata yang rumit maknanya contohnya padanan kata zakat
An-Numuw yang
diterjemahkan zakat yang tumbuh dan berkembang.
3. Strategi Komunikasi a) Pengertian Strategi Komunikasi Anwar
Arifin
dalam
bukunya
“Strategi
Komunikasi”
menyatakan strategi komunikasi merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan, jadi dalam merumuskan strategi komunikasi selain diperlukan rumusan tujuan yang jelas, juga harus memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak.25
25
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, (Bandung: PT. Amrico, 1984), hal. 59.
40
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukan arah
saja,
melainkan
harus
menunjukan
bagaimana
taktik
operasionalnya. Dengan kata lain, bahwa pendekatan yang digunakan bisa berbeda-beda tengantung pada kondisi dan situasi, strategi komunikasi
merupakan
(communication
perpaduan
perencanaan
komunikasi
dengan
manajemen
komunikasi
planning)
(communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.26 Pada kesimpulannya strategi komunikasi adalah kesatuan dari dua komponen perencanaan dan manajemen dalam mencapai tujuan dengan memperhitungkan kondisi dan situasi yang dihadapi sekarang dan dimasa depan untuk menciptakan perubahan pada diri masyarakat.
b) Tujuan Strategi Komunikasi Tujuan komunikasi secara umum adalah untuk mencapai sejumlah perubahan pengetahuan (Knowlage Change), perubahan sikap (Attitude Change), perubahan perilaku (Behavior Change), dan perubahan masyarakat (Sosial Change), Empat tujuan dalam strategi komunikasi sebagai berikut 27
26
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 32. 27 Ibid, hal. 32.
41
1) To Secure Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian. 2) To Establish Acceptance yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik. 3) To Motivate Action yaitu penggiatan untuk memotivasinya. 4) To Goals Which Communication Sought To Achieve yaitu bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut. c)
Komponen-Komponen Strategi Komunikasi Usaha dalam merancang strategi komunikasi diperlukan berulang-ulang,
agar
strategi
dalam
menyampaikan
informasi
tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran, untuk itu perlu diperhatikan kelebihan dan kekurangan yang ada pada komponenkomponen komunikasi yaitu 1) Komunikator Istilah Komunikator bersamaan dengan mengirim, dalam bahasa Inggris sender dan enconder, istilah-istilah tersebut diberlakukan ketika dalam penyampaian pesan karena bertindak sebagai pelaku atau pengirim informasi. Dalam komunikasi, seorang komunikator tidak bisa lepas dari proses komunikasi, karena disini komunikator berperan sebagai pengirim simbol, lambang, bahasa, dan informasi. Syarat komunikasi menjadi efektif adalah memiliki kredibilitas, keterampilan
42
komunikasi, kepribadian (Personality), dan kemampuan komunikator dalam memperhitungkan harapan komunikan. 28 Ciri-ciri keterampilan komunikasi menurut Kris Cole (2005) yaitu dapat berkomunikasi dengan jelas, memilki rasa simpati dan empati, memiliki intergritas, memiliki kemampuan dalam mendorong dan memberikan motivasi, memiliki rasa hormat terhadap orang lain, serta mampu bermain sebagai tim dan bekerja sama secara efektif. 29 2) Materi atau Pesan Dalam bahasa Inggris pesan disebut sebagai massage, content atau informasi. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka melalui media komunikasi atau media telekomunikasi. Komunikasi akan efektif jika pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan, komunikan bersikap atau berperilaku seperti apa yang dikehendaki oleh komunikator sehingga ada kesesuaian
antar
komponen. Model pesan yang efektif akan menimbulkan kebutuhan, dapat menarik perhatian dan simbol atau lambang yang dikirim dapat dipahami. 30 3) Media atau Saluran Selama ini kecendrungan dalam penggunaan media adalah alat komunikasi massa, media yang berkaitan dengan alat komunikasi 28
Soleh Soemirat, Dasar-Dasar Komunikasi, (Bandung: Pascasarjana UNPAD press, 2000), hal. 5. 29 Komunikasi Antar personal http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/24/ketrampilan-komunikasi-antarpersonal diakses tanggal 22 Desember 2014. 30 Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, (Malang: UMM Press, 2010), cet ke- 3, hal. 72-73.
43
massa adalah surat kabar, majalah, buku-buku, pamflet, dan surat kilat, media komunikasi massa yang bersifat audio visual seperti radio dan televisi yang memiliki fungsi ganda yaitu didengar dan dilihat.31 Adapun kegiatan yang dilaksanakan ditempat-tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan bisa juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah ibadah, balai desa, panggung kesenian, dan pesta rakyat.32 d) Tahapan Strategi Komunikasi Model proses strategis pada dasarnya meliputi tiga langkah utama yang saling berkaitan yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan eveluasi strategi. Ketiga langkah tersebut dapat dirumuskan dengan lebih spesifik kedalam langkah-langkah konkrit yang dilakukan manajemen untuk menyusun sebuah strategi, yaitu: a. Menetapkan bisnis atau program yang akan dijalankan oleh perusahaan dengan didasari cita-cita dan harapan yang ingin dicapai di masa depan. Langkah ini merupakan tahap awal pembentukan misi dan visi yang ingin dijalankan perusahaan. No.1
Water Well
Aspek
Sanitasi
Misi
Pengadaan sarana air bersih dan sanitasi publik
Harapan
Menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses
31
Emery, Ault and Agee, Introduction to Mass Communications, (New York: Dadd & Mead Company, 1970), page. 10. 32 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 25.
44
sumber air yang berkelanjutan No. 2
Kampung Berseri
Aspek
Pelestarian Lingkungan
Misi
Mengadakan penyuluhan dan pelatihan lingkungan berbasis komunitas dan rumah tangga
Harapan
Masyarakat dapat menerapkan pengetahuan lingkungan yang dimiliki didalam maupun diluar tempat tinggal mereka
No. 3
Masjid Internet
Aspek
Teknologi
Misi
Menjadikan masjid sebagai sentra pendidikan masyarakat berbasis IT
Harapan
Proses belajar dan mengajar menjadi berkembang sehingga memberi kemudahan dalam mengakses pengetahuan umum maupun agama
No. 4
Urban Farming
Aspek
Pertanian
Misi
Mengoptimalkan lahan terbuka agar menjadi kebun yang produktif
Harapan
Menjaga kelestarian lingkungan menjadi bagian gaya hidup masyarakat perkotaan
No. 05
Mesjidku Merdu
Aspek
Perbaikan Fasilitas
Misi
Perbaikan sound system rusak menjadi lebih baik digunakan dengan kualitas suara jelas dan merdu
45
Harapan
Mendukung pelaksanaan ibadah dan kegiatan keagamaan pada harihari besar tertentu
No. 06
KPRS (Kavling Pembangunan Rumah di Surga)
Aspek
Pembangunan Masjid
Misi
Pembangunan dan renovasi infrastruktur masjid yang kokoh dan nyaman untuk ibadah umat muslim
Harapan Pelaksanaan ibadah menjadi nyaman dan bersemangat juga sebagai wujud dari investasi pahala di Akhirat.
b. Menerjemahkan visi dan misi kedalam suatu tujuan strategis yang terukur dan berbagai kinerja target yang harus dicapai. No. 1.
Program Water Well
Tujuan Strategis Membuat bersih
perilaku dengan
Kampung Lestari
hidup Pembangunan
dukungan fasilitas sebanyak
fasilitas layak 2.
Target 4 Tahun
6 unit pertahun
Memberikan pelatihan dan 1 Paket program penyuluhan lingkungan
dengan operasional kegiatan 1 tahun
3.
Masjid Internet
Masjid pendidikan
sebagai
sentra 6
Unit
masyarakat pertahun
berbasis IT 4.
Urban Farming
Optimalisasi lahan kosong Disesuaikan
WiFi
46
untuk berbagai jenis tanaman
dengan pengadaan lahan
5.
Mesjidku Merdu
Perbaikan sound system rusak 11 Unit pertahun
6.
KPRS
Membangun tempat ibadah Pertahun 1 Set up muslim
yang
kokoh
dan Infrastruktur
nyaman
pembangunan
c. Menyusun strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dan target. Dalam
penyusunan
strategi
diikuti
pula
dengan
penetapan
kebijaksanaan yang akan menjembatani terhadap implementasi atau penerapan. 1.
Input Data
Lembaga Rumah Zakat menetapkan suatu objektivitas dilihat dari masuknya data yang diperoleh dari pengamatan media dan masukan masyarakat. Seperti wilayah bencana, penerima bantuan, kebutuhan bantuan, kondisi dan situasi yang terjadi, jumlah penduduk, donatur, anggaran, akomodasi, dan sumber daya manusia.
2
Pertimbangan
Rumah Zakat melihat berdasarkan data yang diperoleh seperti masalah apa yang dihadapi, proses pembinaan, dan
pengawasan
dalam
pelaksanaan
program,
memutuskan prioritas sasaran, pemberian wewenang, sumberdaya manusia yang tersedia dan faktor lainnya.
47
3.
Keputusan
Menetapkan keputusan awal yang sudah disepakati dengan mempertimbangkan segala kondisi dan situasi lembaga dari segi faktor eksternal dan internal
4.
Alokasi
Menyesuaikan anggaran dari laporan persentase masing-
Anggaran
masing
program.
Anggaran
diutamakan
untuk
kepentingan bantuan materi atau logistik, akomodasi, penyuluhan dan pembangunan.
d. Menjalankan strategi yang dipilih dan melakukan berbagai keputusan taktis dengan efisien dan efektif. 1.
Donasi perorangan
Donatur perseorangan.
2,
Donasi Institusi
Donatur yang datangnya dari kelompok seperti PT, CV dan perusahaan.
3.
Donasi Program
Donatur baik perseorangan atau institusi yang memiliki
keinginan
penggunaan
donasi
untuk
melalui
program
yang
program tertentu. 4.
ICD
(Integrated Proses
pemberdayaan
Community
terintegrasi sesuai dengan karakteristik wilayah dan
Development)
waktu
tertentu
yang
selaras
dengan
tujuan
pembangunan Millenium atau global. 5.
Publikasi Informasi
Informasi berisi keputusan yang disetujui sebelum dan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan.
6.
Publik Relation
Menunjuk seseorang untuk diberikan wewenang
48
dalam memberikan informasi kepada publik. 7.
Periklanan
Cara komunikasi antara lembaga dan mitra dengan tujuan dapat mempengaruhi pemikiran, kesadaran, pemahaman, penerimaan, dan motivasi publik.
Lembaga menyesuaikan keputusan yang telah disepakati sesuai dengan kebutuhan bantuan, dalam suatu wilayah
membutuhkan
sarana air bersih maka program water well yang akan dijalankan, jika kebutuhan masyarakat dalam sarana perbaikan sound system maka program mesjidku merdu yang akan diberikan, atau jika dalam suatu wilayah
memerlukan
sarana
masjid
maka
program
kavling
pembangunan rumah surga yang akan digulirkan. e. Melakukan eveluasi terhadap kinerja dan diperlukan berbagai penyesuaian terhadap arah, tujuan, strategi, dan pelaksanaanya sesuai dengan kondisi terbaru yang akan dihadapi oleh perusahaan di masa yang akan datang33. Evaluasi tahap terakhir dari langkah strategi, didalamnya membahas mengenai
kelemahan
dan
kekuatan
pelaksanaan
kegiatan,
membandingkan hasil yang dicapai selama pelaksanaan kurang lebih 2 tahun 4 bulan karna 6 bulan terakhir telah memasuki tahap evaluasi.
33
Bambang Haridi, Strategi Managemen, (Malang: Bayu Media, 2003), hal. 04.
49
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan menurut bahasa barasal dari kata “Daya” yang berarti tenaga
atau
kekuatan.
Pemberdayaan
dalam
bahasa
Inggris
yaitu
“Empowerment” sebuah kata benda dari pembangunan sedangkan action atau kata kerjanya yaitu memberdayakan atau “empowering”. Jika melihat lebih jauh Pemberdayaan atau lebih tepatnya disebut sebagai “Empowerment” merupakan konsep lahir dari perkembangan pemikiran dan budaya barat.34 Pemberdayaan sebagai terjemahan dari “Empowerment” menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dictionary mengandung dua pengertian yakni a) To Give Ability or Enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kecakapan/kemampuan atau memungkinkan, b) To Give Power of Authority to, yang berarti memberi kekuasaan.35 Subtansi dari konsep pemberdayaan adalah kesetaraan dan kebebasan terhadap segala bentuk penguasaan dan kekuasaan, sehingga pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun
daya
masyarakat
dengan
mendorong,
memotivasi
dan
membangkitkan kesadaran atas potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. 36 Berikut Beberapa pengertian dari para tokoh yang memberikan kontribusi pemikiran diantaranya:
34
Pranaka dan Moeljarto, Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi, (1996), hal. 47. 35 Riza Risyanti dan Roesmini, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqaprint, 2006), hal. 1. 36 Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta: BPFE, 2000), cet ke- 1, hal. 263.
50
a.
Paul (1987) Mendefinisikan pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan kelompok lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan.
b. Parsons (1994) Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannnya
dan
kehidupan
orang
lain
yang
menjadi
perhatiannya. c. Ife (1995) pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orangorang yang lemah atau tidak beruntung.37 Pemberdayaan ditujukan untuk meningkatkan kehidupan sumber daya
alam
masyarakat
secara
produktif
sehingga
mampu
menghasilkan nilai tambah terhadap perbaikan akses empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.38
37
Riza Risyanti dan Roesmini, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqaprint, 2006), hal. 2. 38 Ernawati Cholitin Dan Juni Thamrin, Pemberdayaan dan Refleksi Finasial Usaha Kecil di Indonesia, (Bandung: Yayasan Akita, 1997), hal. 238.
51
2. Pengertian Masyarakat a. Hasan Shadily Mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.39 b. Koentjaraningrat Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.40 c. Parsudi Suparlan Mendefinisikan masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan kelompok-kelompok yang saling berkaitan dan saling pengaruh mempengaruhi, yang mana tindakan-tindakan dan tingkah laku sosial manusia diwujudkan.41 Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang saling berhubungan,
saling
mempengaruhi,
mempunyai
norma-norma,
memiliki identitas yang sama dan memiliki teritorial kewilayahan tertentu. Konsep ini dapat berlaku untuk masyarakat dalam arti luas
39
Hassan Shadily, Sosiolgi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet ke- 12, hal. 47. 40 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1989), hal. 146. 41 Parsudi Suparlan dan A.W. Widjaya ed, Manusia Indonesia, Individu, Keluarga dan Masyarakat, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1986), hal. 66.
52
seperti masyarakat dalam suatu Negara maupun dalam arti sempit yaitu masyarakat didalam pedesaan dan perkotaan.42 Memberdayakan
masyarakat
yakni
mengembangkan,
memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekanan di segala bidang dan sektor kehidupan dengan cara mengelola sumber daya alam, lingkungan, laut, dan manusia secara optimal dan berkelanjutan sebagai jalan untuk menjamin kelangsungan hidup saat ini dan masa generasi selanjutnya.43 Pemberdayaan masyarakat mengandung dua kecenderungan, yakni: a.
Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar menjadi lebih baik dan berdaya.
b.
Proses menstimulasi yaitu mendorong atau memotivasi individu atau kolektif agar mempunyai kemampuan atau kebudayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.44
42
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), cet ke- 1, hal. 129. 43 Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi, (Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Press, 1996), cet ke- 1, hal. 97. 44 Sutaryono, Pemberdayaan Setengah Hati, (Klaten: Lapera Pustaka Utama, 2008), cet ke- 1, hal. 159.
53
Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat sebagai: a. Upaya Mensejahterakan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakan sebuah tatanan sosial dimana manusia secara adil dan terbuka dapat melakukan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga kebutuhan material dan spiritual dapat terpenuhi, pemberdayaan masyarakat mesti dilihat sebagai sebuah proses pembelajaran kepada masyarakat agar mereka dapat secara mandiri melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas kehidupannya. Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin dilaksanakan tanpa keterlibatan secara penuh oleh masyarakat itu sendiri. Partisipan bukan sekedar diartikan sebagai kehadiran tetapi kontribusi tahapan yang mesti dilalui dalam program kerja pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya keterlibatan masyarakat dalam suatu program pembangunan tatkala masyarakat itu sendiri tidak memiliki daya ataupun bekal yang cukup. Kunci keberhasilan dalam upaya pemberdayaan masyarakat yakni penyatuan antara dimensi material, spiritual dan kehidupan sosial.45
45
Istiqomah dan Supriyantini “Pemberdayaan Dalam Konteks Pengembangan Masyarakat Islam”, (Lampung: Jurnal, 2008), Vol 04, hal. 67-68, http://iain.lampung.ac.id/ Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Online, diakses tanggal 22 Desember 2014.
54
b. Sebagai Konsep Gerakan Sosial Gerakan sosial adalah bentuk tindakan kelompok dan individu yang berkumpul dengan tujuan sama untuk mengungkap ketidakpuasan secara subjektif yang dirasakan dalam basis sosial. Gerakan sosial merupakan upaya untuk memantapkan tatanan kehidupan baru dan memodifikasi norma dan nilai, tindakan ini bersifat kolektif untuk mendorong atau menolak perubahan dalam masyarakatnya dan mengendalikan perubahan atau mengganti arah perubahan.46 Dilanjutkan pula oleh Anthony Giddens yang menyebutkan bahwa gerakan sosial merupakan upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama, atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang sudah mapan.47
3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayakan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukkan kognitif masyarakat yang lebih baik, untuk itu diperlukan proses menuju kemandirian masyarakat.
46
Piort Stomezka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2004), hal. 323. Suharko, Gerakan Sosial Baru di Indonesia, (Yogyakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fisipol UGM, 2006). Hal. 03. 47
55
Sasaran yang tepat menentukan tujuan dari pemberdayaan, karena sasaran memiliki daya untuk membangun, dalam hal ini good governance berperan sebagai struktur pemerintahan secara luas dalam menjalankan fungsi pembangunan atau lebih tepatnya sebagai awal informasi dalam menentukan sasaran. Good Governance adalah tata pemerintahan yang menggambarkan suatu kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan, dan keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintahan, komponen rakyat dan komponen usahawan.48 Selain itu tujuan lain dari pemberdayaan terhadap masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat, contohnya seperti kemampuan
untuk
berusaha,
kemampuan
mencari
informasi,
kemampuan untuk mengelola kegiatan baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, lingkungan dan sosial. Sedangkan perilaku masyarakat yang perlu dirubah yaitu perilaku yang merugikan masyarakat atau yang dapat menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat contohnya perilaku merugikan seperti membuang sampah sembarangan. Pengorganisasian masyarakat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang sedang dikembangkan,
48
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta: Gaya Media, 2004), hal. 76.
56
disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja seperti pembagian tugas, saling mengawasi, maupun merencanakan kegiatan.
4. Strategi Komunikasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat Strategi pada komunikasi dirumuskan terlebih dahulu masuk dalam kategori komunikasi kelompok hal ini didasarkan pada konsep sosio kultural yang terjalin pada lembaga, konsep kelompok yang ada pada lembaga tersebut melibatkan kelompok dalam yaitu anggota lembaga dan kelompok luar yaitu elemen masyarakat. Dalam merumuskan suatu strategi para anggota memiliki kebijakan yang bersifat sementara untuk menghasilkan keputusan. Hubungan yang berjalan tersebut melibatkan banyak orang yang berbeda dari segi latar belakang dan pemikiran, sehingga membentuk kesatuan kelompok yang tidak sama. Hal tersebut disesuaikan dengan teori Fungsional Perspektive on Group Decision Making menurut Hirokawa dan Gouran yang menjelaskan bahwa komunikasi pada kelompok dapat membuat keputusan yang sangat berarti bila masingmasing anggota kelompok berfungsi sebagai problem analysis, berfungsi sebagai goal setting, dapat mengidentifikasi alternatif serta dapat mengevaluasi konsekuensi positif atau negatif.49 Strategi komunikasi yang dimulai dari bagian perencanaan komunikasi, implementasi, serta tahap evaluasi adalah keseluruhan 49
Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations, (Jakarta: Indeks Penerbit, 2011), hal. 07.
57
dari strategi yang diterapkan. Formula Lasswell 1948 mengkaji proses perumusan, implementasi, dan evaluasi yang menjelaskan strategi komunikasi yaitu50: a) Siapa, hal ini tertuju pada lembaga sosial. b) Dengan saluran apa, yakni informasi pada isi program. c) Kepada siapa, masyarakat yang akan menerima hasil dari program sosial. d) Akibat atau hasil apa, yaitu dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat atas hasil dari program sosial. e) Kapan dilaksanakannya, ketika masyarakat berada dalam kondisi membutuhkan pertolongan. f) Bagaimana melaksanakannya, dengan memberikan bantuan yang dibutuhkan baik jasa, materi maupun sarana dan prasarana. g) Mengapa dilaksanakan demikian, agar tercapai tujuan utama yaitu pemberdayaan dari efek yang diharapkan lembaga. Program pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu strategi dan penting untuk dikembangkan sesuai dengan sosio-kultural masyarakatnya,
berdasarkan
strategi
dan
pola
adaptasi
yang
dikembangkan oleh masyarakat sekitar, model perencanaan sosial
50
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 50.
58
tersebut berlaku secara menyeluruh sehingga ada mata rantai aktivitas yang sinergis dari berbagai pihak.51 Perencanaan komunikasi berkaitan dengan strategi-strategi yang dipilih, sumber, pembuatan pesan, penyebaran, penerimaan serta umpan balik. Strategi dalam perencanaan meliputi: a. Pemilihan komunikator sebagai agen informasi, dan komunikan sebagai sasaran. Dennis A. Rondinelli (1978 : 92) menyampaikan “Keberhasilan penyampaian informasi tersebut bukanlah karena banyaknya jumlah “agen of development” tetapi yang terpenting adalah
“individual
performance”,
dalam
arti
bagaimana
penampilan pribadi dari agen tersebut dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat setempat. b. Penyusunan pesan (isi pesan), harus menggunakan etika yang sesuai
dengan
norma-norma.
Pesan
harus
membangkitkan
kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu. c. Menggunakan media atau saluran yang tepat dalam penyampaian pesan, baik secara tertulis maupun tergambar. d. Frekuensi
informasi
harus
sesuai
dengan
intensitas
yang
diharapkan artinya tidak dilebih-lebihkan, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.52
51
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: FE Universitas Indonesia Press, 2001), hal. 60.
59
Dasar dari upaya ini adalah dengan mengakui dan memberikan hak-hak masyarakat untuk ikut mengelola, mengawasi, bertanggung jawab serta ikut menikmati keberadaan lingkungan disekelilingnya.
Demografi dan Geografi Bintaro53 1. Letak Bintaro terletak pada kode wilayah 31’71’040’001 Bujur Timur (BT). Luas wilayah sesuai dengan keputusan Gubernur KDKI Nomor 1815 tahun 1989 yaitu 450,5 Ha2, berada pada kelurahan di kecamatan Pesanggarahan, Jakarta Selatan dengan kode pos 12330. Masuk terbagi dalam bagian 10 kecamatan dan 65 kelurahan. Nama kelurahan ini cukup dikenal karena dipakai sebagai nama perumahan elit dengan nama Perumahan Bintaro Jaya yang wilayahnya cukup luas dengan sektor 1 yang terletak dari kelurahan Bintaro saat ini. Bintaro terletak pada perbatasan wilayah Jakarta Selatan sebagai berikut: Sebelah Barat : Kelurahan Pesanggarahan, Tangerang Selatan dan Kota Tangerang. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Pondok Pinang. Sebelah Utara : Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan Kebayoran Lama Selatan.
52
Edward Depari, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Gadjah Mada Universitas Press, 1995), hal. 173. 53 Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Wilayah Bintaro, Jakarta Selatan.
60
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kota Administrasi Depok. 2. Topografi Masuk pada wilayah Topografi Jakarta Selatan yang umumnya dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat kemiringan 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata mencapai sekitar 5-50 meter diatas permukaan laut. Sedangkan pada wilayah Selatan, banjir kanal relatif merupakan daerah perbukitan jika dibandingkan dengan wilayah bagian utara. 3. Iklim Masuk dalam radius iklim Jakarta Selatan dengan beriklim panas dengan suhu rata-rata pertahun 27 derajat celcius dengan tingkat kelembapan berkisar antara 80 sampai dengan 90 %. Arah mata angin dipengaruhi angin Muson Barat terutama menginjak bulan Mei sampai Oktober. Bintaro masuk dalam 65 kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk kurang lebih sekitar 14.940,98 jiwa/km2 yang artinya berada pada pertengahan. 4. Kantor Pemerintahan Daerah Kantor Kelurahan Bintaro berada di Jalan RC Veteran no. 1 Rt. 001 Rw. 003 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta 12330.54
54
Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Wilayah Bintaro, Jakarta Selatan.
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT INDONESIA
A. Sejarah Berdiri Rumah Zakat Indonesia (RZI) adalah lembaga sosial yang berkhidmat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tujuan akan kebutuhan masyarakat terhadap kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, norma-norma didalamnya didasarkan pada syariat Islam dan nilai-nilai sosial. Rumah Zakat Indonesia didirikan secara legal dan formal pada 12 Juli 2001 dengan notaris Dr. Wiratni Ahmadi. SH, pengesahan akta pendirian berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor : C. 1490 HT 01.02 TH 2006 pada tanggal 25 Juli 2006. Awalnya pada tahun 1998, bermula dari kelompok pengajian Majlis Ta’lim Ummul Quro Bandung tokoh da’i Bandung Abu Syauqi bersama rekan-rekannya membentuk sebuah organisasi yang bertujuan pada bantuan kemanusian yang diberi nama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ) pada tanggal 2 Juli 1998 di jalan Turangga no. 33 Bandung Masjid Al- Manaar yang sekaligus menjadi tempat kajian jamaah pengajian.1 Dengan berbagai dukungan masyarakat mendorong organisasi ini berkomitmen pada pengembangan sumber daya zakat dan wakaf dengan pencapaian donasi pada tahun 1998-1999 sebesar Rp. 0,8 Milyar, seiring
1
://www.rumahzakat.org/tentang-kami/legal-formal/diakses 20 desember 2014
61
62
dengan pengelolaan organisasi yang lebih baik dan hasil dari donasi cukup besar maka organisasi ini perlahan menjalankan upaya sosial dengan program pemberdayaan pada masyarakat miskin. Pada tahun 2000 kebutuhan akan organisasi sosial terlihat meningkat, masyarakat memandang misi sosial penting untuk dikembangkan secara meluas dengan masuk ke sektor-sektor penting seperti pendidikan, ekonomi, dan kesehatan, maka mulailah dirintis program beasiswa pendidikan untuk yatim dan kaum dhuafa, layanan pada kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin dan program lainnya. Secretariat pusat RZI awalnya Jl. Turangga No. 33 Bandung dengan Telp. 022-7317400 Fax. 022-7332451, donasi yang terkumpul pada tahun 2000 berkisar Rp 2.1 Milyar. Saat ini kantor pusat RZI berada Jl. Turangga No.25 C Bandung dengan Telp. 022-7332407 dan Fax. 022-7332478 dan kantor yang berada di Jl. Turangga No. 33 menjadi kantor cabang Bandung. Dengan menyebarkan misi sosial ke seluruh wilayah Indonesia maka RZI membuka kantor cabang di Yogyakarta pada bulan Mei tahun 2000 yang beralamat di Jl. Veteran No.9. Disusul pada bulan Fabruari 2001 kantor cabang Jakarta resmi berdiri di Jl. Ekor Kuning Rawamangun Jakarta Timur, pengumpulan donasi yang dibukukan tahun 2001 berkisar Rp 2,19 Milyar, dan tahun 2002 meningkat menjadi 4,19 Milyar.2 Dompet Sosial Umul Quro (DSUQ) berubah nama pada tahun 2003 menjadi Rumah Zakat Indonesia dengan turunnya SK Menteri Agama RI No.
2
https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/diakses 20 desember 2014
63
157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang menyatakan organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Pada bulan Mei RZI hadir di wilayah Jawa Timur kota Surabaya dengan perolahan donasi menjadi Rp 6,46 Milyar. Di tahun selanjutnya 2004 kantor cabang wilayah Tangerang Berdiri, perluasan juga memasuki wilayah Sumatra di daerah Pekanbaru yang berada di Jl. Nenas No.11 Kel. Jadirejo, Kec. Sukajadi. Memasuki tahun 2005 pertumbuhan akses Rumah Zakat Indonesia dengan pembangunan kantor cabang semakin berkembang, terjadinya Peristiwa Tsunami di Aceh pada akhir tahun 2004 membangun kantor cabang di Jl. T. Imuem Leung Bata No.5/16 Gp. Laseupeung, Kec. Lueng Bata Aceh, serta mulai melakukan perluasan di wilayah Jawa seperti Semarang, Solo, Garut, Bogor, dan sekitarnya. Demi peningkatan mutu pelayanan dan akses yang lebih baik, maka dibangun Sistem Teknologi Informasi dengan website www.rumahzakat.net
pertama
yang
dirilis
dan
berganti
menjadi
www.rumahzakat.org, facebook: rumahzakatfans dan twitter @rumahzakat. Dengan dirilisnya website RZI sistem informasi lembaga mulai masuk ke jaringan online, seperti donasi secara online, transaksi online dan beberapa software keuangan sendiri. Dampaknya meningkat secara signifikan pada pengumpulan donasi sebesar Rp 45,26 Milyar atas bantuan masyarakat untuk program rehabilitasi pasca tsunami Aceh 2004.3 Pada 2006 terjadi regenerasi pimpinan dari Ustadz Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra dengan misi “Transformation From Traditional Corporate to Professional
3
https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/legal-formal diakses 20 desember 2014
64
Corporate” dengan kampanye zakat sebagai bagian dari gaya hidup untuk kesadaran akan berzakat. Seiring dengan misi dan kampaye yang dilakukan, untuk pertama kalinya diluncurkan program Gelar Budaya Zakat (GBZ) Menuju Indonesia Sadar Zakat 2008 di 6 Kota, donasi yang diperolah mencapai Rp 29,52 M. Pengembangan pada program semakin disempurnakan dengan perubahan istilah “Departement Empowering” menjadi “Direktorat Program”. Dengan fokus pada empat rumpun yaitu ekonomi (EcoCare), pendidikan (EduCare), kesehatan (HealthCare) dan lingkungan (YouthCare) dengan konsep berkelanjutan berbasiskan komunitas.4 Dengan dukungan dan kepercayaan masyarakat tahun 2008 Rumah Zakat Indonesia memantapkan dan fokus berkomitmen pada program pemberdayaan masyarakat dengan usaha wujud nyata lembaga yaitu memperluas jaringan pengembangan usaha kecil dan mikro di 18 kota. Tahun 2009 dalam kurun waktu 1 semester 14 cabang baru dibuka dengan total jumlah jaringan sebanyak 52 kantor cabang. Apresiasi penghargaan didapatkan Rumah Zakat Indonesia diantaranya The Best Organization in Zakat Development dari IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) dengan pertumbuhan donasi semakin baik yang mencapai Rp 107, 3 Milyar dan menjadikan RZI sebagai Organisasi Pengelola Zakat terbesar dengan pengumpulan donasi terbesar se-Indonesia dan penghargaan lain datang dari Karim Bussines Consulting yang menempatkan RZI berada di posisi ke-2
4
https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/diakses tanggal 20 desember 2014
65
sebagai LAZNAS terbaik dalam ISR Award (Islamic Social Responsibility Award 2009). Sedangkan pada tahun 2014 menjadikan Rumah Zakat meraih penghargaan Top of Mind Zakat Management 2014 dalam Indonesia MiddleClass Brand Forum (IMBF) III yang diselenggarakan Majalah SWA dan Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS) dan penghargaan Mitra Bakti Kesra Utama 2014 dari Kementerian Bidang Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia karena konsisten berpartisipasi dalam kegiatan Ekspedisi Bhakesra setiap tahunnya.5 RZI secara resmi meluncurkan brand terbaru Rumah Zakat Indonesia dengan menggantikan brand sebelumnya, hal ini sebagai langkah persiapan menuju organisasi berskala internasional pada tanggal 5 April 2010 dengan karakter
menuju
“World
Class
Socio
Religious
Non
Governance
Organization” (NGO). Dengan keyakinan yang kuat untuk berbagi dan menciptakan keluarga global yang lebih baik, Rumah Zakat berupaya menjadi lembaga terdepan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dengan memberdayakan masyarakat demi mencapai kehidupan yang lebih baik.6 B. Visi, Misi dan Brand Value7 Visi yang di usung oleh Rumah Zakat Indonesia adalah menjadi Lembaga Filantropi Internasional berbasis pemberdayaan yang profesional. Misi yang di usung oleh Rumah Zakat Indonesia adalah sebagai berikut: 5
https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/diakses 20 desember 2014 //www.rumahzakat.org/tentang-kami/brand-story/diakses tanggal 20 desember 2014. 7 Brosur Lembaga Rumah Zakat diperoleh dari Kantor Pusat Bandung. 6
66
1. Berperan aktif dalam membangun jaringan Filantropi Internasional 2. Memfasilitasi kemandirian masyarakat 3. Mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui keunggulan insani Brand Value yang di usung Rumah Zakat Indonesia adalah: 1. Trusted yaitu menjalankan usaha dengan profesional, transparan, dan terpercaya. 2. Progressive yaitu senantiasa berani melakukan inovasi dan edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih 3. Humanitarian yaitu memfasilitasi segala upaya humanitarian dengan tulus secara universal pada seluruh umat manusia. C. Strategi Pengembangan Rumah Zakat Indonesia Rumah zakat dalam mensosialisasikan program lembaga melakukan beberapa strategi komunikasi agar mencapai tujuan secara efisien dan insentif, untuk meningkatkan mutu kualitas dan kuantitas pada pengembangan lembaga berdasarkan pada Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, agar melakukan terlebih dahulu proses sosialisasi kepada masyarakat secara luas sebelum menerapkan program pemberdayaan. Strategi yang telah disusun diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih baik pada efek pengembangan lembaga, strategi yang dirancang antara lain: 1. Sosialisasi pada komunikasi massa baik cetak maupun elektronik. Rumah zakat memanfaatkan media massa sebagai media untuk mensosilisasikan program pemberdayaan termasuk tujuan dan manfaatnya, sistemnya dengan membuat artikel berisi informasi yang di sebarkan
67
melalui surat kabar, majalah, radio, televisi dan website resmi atau blog dalam internet.8 2.
Famplet, Brosur, dan Booklet. Program pemberdayaan pada seluruh aspek serta permasalahannya disebarkan melalui famplet, brosur, dan booklet ke tengah-tengah masyarakat maupun pada outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, serta stand yang didirikan jika sedang berlangsung acara perayaan maupun pameran.
3. Billboard, Banner, Baliho, dan Spanduk Sosialisasi lainnya yang dilakukan Rumah Zakat yaitu melalui Billboard, Banner, Baliho, dan Spanduk yang berada di keramaian jalan atau tempat-tempat umum yang strategis dan sering dilalui banyak orang. Media ini biasanya dilakukan secara mandiri dan bekerja sama dengan pihak lain sebagai sponsor. 4.
MRO (Member Relationship Officer) Upaya lainnya yang dijadikan strategi Rumah Zakat Indonesia adalah pada setiap program yang diterapkan diberikan pendamping warga binaan yang disebut MRO (Member Relationship Officer) yang berfungsi sebagai pendamping, pemberdaya, peninjau, penggerak lingkungan, dan advokat masyarakat, masing-masing pendamping ini ditempatkan sesuai dengan
8
Wawancara pribadi dengan Herlan (Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat), Jakarta, 10 Mei 2014.
68
program pemberdayaan yang sedang dilaksanakan serta ahli dan memiliki pengetahuan dibidang masing-masing.9
D. Struktur Organisasi Rumah Zakat Indonesia.10
Dewan Pembina
Dewan Pengawas
Referensi
Syariah
Syariah
Dewan Direksi
Chief Executive
Chief Program
Konsorsium
Officer (CEO)
Officer (CPO)
Konsultan Ahli
Chief Fundraising
Chief Operating
Konsultan
Officer (CFO)
Officer (COO)
Legal
Chief Relationship
Konsultan
Officer (CRO)
Marketing
Auditor Independen
9
Wawancara pribadi dengan Herlan (Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat), Jakarta, 10 Mei 2014. 10 www.rumahzakat.org, profile RZ/direksi diakses tanggal 20 desember 2014
69
Dewan Pembina
: Yayan Somantri
Dewan Pengawas Syariah
: Kardita Kintabuwana, Lc., MA
Referensi Syariah
: Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc., MM
DEWAN DIREKSI Chief Executive Officer (CEO)
: Nur Efendi
Chief Program Officer (CPO)
: Heny Widiastuti
Chief Fundraising Officer (CFO)
: Asep Nurdin
Chief Operating Officer (COO)
: Herry Hermawan
Chief Relationship Officer (CRO)
: Pamungkas Hendra
KONSORSIUM KONSULTAN AHLI Konsultan Legal
: Yayan Sutarna, SH, MH
Konsultan Marketing
: AM. Adhy Trisnanto
Auditor Independen
: KAP Kanaka Puradiredja Suhartono
E. Program Pemberdayaan Rumah Zakat Indonesia11 BIG SMILE Indonesia adalah sebuah gerakan pengibaran semangat optimisme bangsa melalui rangkaian gempita aksi senyum pemberdayaan untuk Indonesia yang lebih membahagiakan, program ini merupakan lanjutan dari program “Merangkai Senyum Indonesia” yang telah dimulai pada tahun 2010-2011 melalui program pemberdayaan terpadu. BIG adalah singkatan dari berbagi itu gaya yang berupaya menjembatani langkah sinergi berbagi sehingga menjadi bagian dari gaya hidup yang lebih bermakna.
11
www.rumahzakat.org, profile RZ/program diakses tanggal 20 desember 2014.
70
Tujuan program ini adalah membangkitkan partisipasi masyarakat untuk dapat memberdayakan potensi diri dari lingkungannya secara mandiri. Empat rumpun program pemberdayaan yang dikembangkan RZI adalah Senyum Sehat, Senyum Juara, Senyum Mandiri, dan Senyum Lestari, semua program diimplementasikan melalui pemberdayaan berbasis wilayah terpadu atau Integrated Community Development (ICD) yang artinya proses pemberdayaan melalui program yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan waktu tertentu.12 Tujuan ICD adalah menciptakan perbaikan secara terukur berdasarkan permasalahan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, pendekatan inilah yang menjadi konsep pemberdayaan Rumah Zakat sehingga selaras dengan tujuan pembangunan di era Millenium atau yang disebut dengan Millenium Development Goals (MDGs). Periode waktu pada masing-masing program pemberdayaan dibagi menjadi dua tahapan yaitu tahapan implementasi dalam kurun waktu 3 tahun, dan tahapan evaluasi selama 6 bulan. Sasaran wilayah ditentukan setingkat Desa yang memiliki permasalahan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sanitasi dengan menerapkan program tertentu menuju pada perbaikan dan kesejahteraan. Empat rumpun program pemberdayaan dijelaskan sebagai berikut:
12
Wawancara pribadi dengan Herlan (Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat), Jakarta 10 Mei 2014.
71
1. Senyum Sehat Program penggalangan dana tunai dan non-tunai yang dikelola disalurkan pada layanan kesehatan untuk masyarakat kurang mampu. Program ini secara khusus ditangani langsung oleh Rumah Zakat. Misi dan Tujuan Misi dari program ini yaitu sepenuh hati melayani hingga ke pelosok negeri agar masyarakat kurang mampu dapat mengakses kesehatan secara gratis. Tujuannya menanggulangi kemiskinan dan kelaparan dengan asupan gizi dan nutrisi, menurunkan tingkat kematian ibu, bayi, dan balita di wilayah binaan, dan kelahiran yang dibantu tenaga terlatih di wilayah binaan. Program dan Sarana Program pemberdayaan didalamnya mencakup Klinik RBG, Khitanan Massal, Ambulans Gratis, Mobil Klinik Keliling, Layanan Bersalin Gratis (LBG), Bantuan Kesehatan dan Operasi Katarak Gratis. Saat ini, jaringan sarana akses kesehatan meliputi antara lain 7 klinik RBG (Rumah Bersalin Gratis) yang tersebar di Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Medan, Surabaya, dan Pekanbaru. 1 Klinik Sehat JICT berada di Jakarta Utara di Jl. Cipeucang IV No. 2A, kelurahan Koja, Kec. Koja. Selain itu terdapat Mitra LBG (Layanan Bersalin Gratis) yang bekerja sama dengan pihak lain yang tersebar 43 wilayah serta memiliki jumlah ambulans gratis sebanyak 59 unit. 13
13
Majalah “ Rumah Zakat News”, Edisi Januari 2015, hal.4-6.
72
2. Senyum Mandiri Program penggalangan dana tunai dan non tunai yang dikelola Rumah Zakat untuk meningkatkan taraf hidup kesejahteraan ekonomi masyarakat miskin. Misi dan Program Misinya adalah bertransformasi menjadi mandiri untuk kembali memandirikan sebuah rangkaian proses dari pemberdayaan masyarakat menjadi bagian dari pembangunan peradaban yang lebih baik. Program sosial dalam pemberdayaan ekonomi diantaranya: a. Bantuan Wirausaha, yaitu layanan santunan sosial berbentuk bantuan modal usaha. b. Gaduh Domba dan Sapi yaitu pemeliharaan hewan ternak sebagai aset wirausaha mandiri. c. Menyelenggarakan program pelatihan, workshop, pembinaan, dan pemberdayaan melalui acara-acara bakti sosial salah satunya program superqurban. d. Pendampingan berbasis kelompok dan komunitas pada pemberdayaan masyarakat dalam bidang pertanian, kerajinan, peternakan, dan perdagangan. e. Mendirikan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) sebagai pusat pemberian pinjaman dana untuk modal usaha pedagang dan pengusaha kecil.
73
3. Senyum Lestari14 Program penggalangan dana tunai dan non tunai yang dikelola Rumah Zakat untuk disalurkan pada layanan sanitasi dan lingkungan hidup. Misi dan Tujuan. Misi dari Senyum Lestari adalah Turut berkonribusi dalam melestarikan lingkungan hidup sebagai salah satu warisan untuk masa depan, serta meringankan beban sesama umat manusia dalam kesukaran. Tujuanya dapat menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang berkelanjutan serta fasilitas sanitasi desa. Program dan Target Water Well (Sarana Air Bersih), Kampung Berseri (Bersih, Sehat dan Asri), M-net (Masjid Internet), Urban Farming (Pertanian), Mesjidku Merdu (Perbaikan Sarana Sound Sistem Masjid) dan KPRS (Kavling Pembangunan Rumah di Surga). Target 2015 yaitu proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak perkotaan dan pedesaan. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak perkotaan dan pedesaan.
14
Brosur Rumah Zakat diperoleh dari Kantor Lembaga RZ Bandung.
74
4. Senyum Juara Program penggalangan dana tunai dan non-tunai yang dikelola Rumah Zakat untuk disalurkan pada layanan pendidikan. Misi dan Tujuan Misi yang diusung yaitu mengiringi generasi penerus bangsa menggapai cita dan mimpinya melalui pendidikan berkualitas di Indonesia. Tujuannya membantu anak yang kurang mampu untuk mengenyam bangku sekolah, menyediakan akses dan fasilitas terpadu gratis dan berkualitas, mampu bersaing dengan sekolah unggulan lain dan memberikan
motivasi
kepada
penerima
bantuan
sehingga
dapat
menyelesaikan wajib belajar. 15 Program dan Sarana Beasiswa Ceria, Sekolah Juara, Beasiswa Juara dan Gizi Sang Juara. Saat ini sarana pelayanan pendidikan memiliki Sekolah Dasar Juara untuk tingkat SD yang tersebar di wilayah Bandung, Cimahi Selatan, Jakarta, Pekanbaru, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan. SMP Juara untuk menengah tingkat pertama di Bandung dan Pekanbaru, SMK Juara untuk tingkat kejuruan peternakan Jl. Manyeti No. 06 RT 05 RW 01 Kp. Cikadu, Kab. Subang.
.
15
Majalah “ Rumah Zakat News”, Edisi Januari 2015, hal. 2-3.
BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum Lestari Di Kelurahan Bintaro Proses komunikasi dalam lembaga adalah gabungan dari komunikasi pribadi dan publik yang menjadi sosio kultur dalam perencanaan kegiatan dan informasi, terorganisirnya suatu informasi merupakan proses untuk menjadikan informasi yang sesuai dengan diskusi yang telah di sepakati melalui aksi dan seleksi informasi yang berkelanjutan, dengan komunikasi yang digunakan, maka organisasi dalam sebuah lembaga dapat bertahan menghadapi lingkungan yang bersifat ancaman jika dilakukan peninjauan informasi secara bijak. 1 Strategi komunikasi adalah kesatuan dari dua komponen perencanaan dan manajemen dalam mencapai tujuan dengan memperhitungkan kondisi dan situasi yang dihadapi sekarang dan dimasa depan untuk menciptakan perubahan pada diri masyarakat. Strategi dalam perumusan, implementasi, serta evaluasi merupakan seluruh tahapan dalam merancang keputusan. Tahapan semacam ini merupakan cara untuk mempublikasikan program kepada masyarakat, diharapkan ada efek positif yang dirasakan baik secara respon, jasa, tenaga, dan donasi. Perencanaan dalam komunikasi merupakan strategi komunikasi dalam pencapaian tujuan keberhasilan, strategi semacam ini secara operasional teknis dan non teknis dapat dilakukan dengan baik walau tidak bersifat sempurna. Artinya pendekatan yang digunakan berbeda-beda tergantung pada kondisi dan situasi 1
Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi Dalam Publik Relations, (Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media, 2011), cet ke- 2, hal. 7.
75
76
contohnya jika terjadi permasalahan pada perizinan untuk membangun fasilitas umum, jika pihak pemerintah daerah belum memberikan izin karena suatu hal yang belum dipahami, maka dari pihak manajemen bertindak menggunakan pendekatan strategi komunikasi yang bersifat formal dengan tindakan resmi.2 Dalam pelaksanaan kegiatan strategi ini Rumah Zakat Indonesia merumuskan tahapan sebagai berikut: 1. Perumusan Strategi Komunikasi Tahapan ini adalah awal dari sebuah perencanaan yang akan dilaksanakan, Strategi yang akan digunakan ditinjau berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya yaitu aspek dari segi lokasi, keuangan, sumber daya alam dan manusia, juga akomodasi dan relawan, sehingga tujuan yang diinginkan lembaga mencapai visi dan misi sesuai yang diinginkan. Dalam perumusan strategi, Rumah Zakat menetapkan strategi yang akan digunakan, arah tujuan, mengetahui peluang yang bersifat memudahkan proses, ancaman eksternal dan internal dari dalam lembaga, kekuatan, kelemahan, menentukan objektivitas dan membuat strategi alternatif sebagai cadangan. Secara pembahasan teknik yang digabungkan menjadi kerangka kerja yaitu: a. Input Data Langkah pertama ini merupakan penyesuaian dari proses formula Lasswell yang menjelaskan komponen siapa, mengatakan apa, kepada siapa. Tahapan awal proses ini yaitu lembaga Rumah Zakat meringkas informasi sebagai langkah pertama, data yang diperoleh berasal dari survei anggota RZ yang telah ditugaskan, opini masyarakat, dan informasi dari berbagai 2
Wawancara khusus dengan Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat Indonesia) Bandung, 16 Januari 2015
77
media yang lama atau baru yang bersifat transaksional atau transaksi informasi sesuai dengan pendapat R. Muler dan Steinberg. Dengan demikian lembaga dapat mengetahui kegiatan apa yang akan dilaksanakan, program apa yang akan diterapkan dan objektivitas yang akan menjadi sasaran. Dengan dasar ini pula, maka perencanaan strategi akan memudahkan proses dan menarik daya pikat donatur untuk berdonasi karena telah mengetahui plus minus informasi.3 b. Pertimbangan Tahap ini memfokuskan pada menghasilkan proses strategi yang akan diterapkan, dalam hal ini lembaga Rumah Zakat melihat berdasarkan data yang diperoleh seperti masalah apa yang dihadapi, proses pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan program, memutuskan prioritas sasaran, pemberian wewenang, melihat sumberdaya manusia yang tersedia dan faktor lainnya, jika keseluruhan faktor tersebut telah digabungkan maka akan
menghasilkan
sebuah
strategi
yang
akan
digunakan
untuk
melaksanakan program pemberdayaan. c. Keputusan Langkah selanjutnya yaitu menggunakan satu tehnik keputusan awal yang sudah disepakati dengan mempertimbangkan segala kondisi dan situasi lembaga dari segi faktor eksternal dan internal. Contohnya jika berdasarkan data yang dianalisis, kebutuhan publik memerlukan sarana air bersih, maka diputuskan program yang diterapkan yaitu program Water Well yang tercakup pada Senyum Lestari dengan melihat informasi donatur, 3
Wawancara khusus dengan Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat Indonesia) Bandung, 16 Januari 2015.
78
pelaku relawan, akomodasi, fasilitas, perizinan, dan kondisi wilayah. Langkah
ini
menjelaskan
komponen
Lasswell
masalah
kapan
dilaksanakannya, bagaimana melaksanakannya, dan mengapa dilaksanakan demikian. d. Alokasi Anggaran4 Rumah zakat mengelola anggaran dengan membagi persentase untuk masing-masing program, adapun untuk anggaran program Senyum Lestari di Bintaro total sebesar 14% dari keseluruhan jumlah alokasi dana untuk tahun 2013, berikut persentase dalam alokasi anggaran yaitu: Alokasi Dana 2013 Dana Pengelolaan Cadangan Penyaluran Dana Siap Salur Alokasi Untuk
Jumlah 12,5% 10% 77,5%
Program Pemberdayaan
4
Senyum Juara
42%
Senyum Mandiri
10%
Senyum Sehat
34%
Senyum Lestari
14%
ICD
5%
Penyaluran Nasional
9%
Wawancara personal dengan Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Jakarta , 11 Mei 2014.
79
2. Implementasi Strategi Komunikasi Implementasi strategi adalah tahap tindakan dalam memobilisasi manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan, mulai menyiapkan anggaran, melaksanakan, dan memanfaatkan sistem informasi yang diterima. Siklus gambaran pada sistem lembaga yaitu sistem manajemen top down yang didasarkan pada hubungan kerja secara sosio kultural, dewan organisasi, sistem layanan informasi, jaringan lembaga dan pengelolaan anggaran. Implementasi sistem manajemen top down yang digunakan Rumah Zakat Indonesia adalah pola manajemen secara tidak langsung yang didukung dengan aplikasi manajemen lembaga. Penyempurnaan sistem operasional seperti ini dilakukan sebagai persiapan awal agar menjadi lembaga sosial yang bisa ditunjuk oleh pemerintah untuk bekerja sama sebagai mitra utama pembangunan manusia. Sosio Kultural
Pengelolaa n Anggaran
Jaringan Lembaga
Dewan Oragnisasi
Sistem Layanan Informasi
Siklus Manajemen Komunikasi Lembaga Disamping itu kelemahan dari sistem ini secara tidak langsung telah mengesampingkan peluang kreasi dan tingkat kemampuan para anggota jaringan lembaga yang berprinsip tunduk pada dewan pimpinan. Dalam menjalankan
80
implementasi kegiatan program, Rumah Zakat melakukan kegiatan pilihan donasi sebagai tindakan dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan yang terdiri dari: a. Donatur Perorangan Donatur perseorangan seperti pekerja, karyawan, dan wiraswasta yang mempercayakan sebagian penghasilannya untuk didonasikan khusus pada program pemberdayaan. b. Donatur Institusi Donatur yang datangnya dari kelompok seperti PT, CV, dan perusahaan besar baik milik Negara maupun swasta seperti Telkomsel, Bakrie Untuk Negeri (BUN) yang membuat komunitas pengelolaan, penghimpunan yang dijadikan mitra kerjasama dengan Rumah Zakat. c. Donatur Program Donatur baik perseorangan atau institusi yang memiliki keinginan penggunaan donasi untuk program tertentu. Penyaluran donasi untuk para donatur pada bulan pertama ditetapkan minimal Rp 100.000 ribu rupiah dan donasi pada bulan berikutnya bebas tidak terbatas.5 Donasi ini sebagian besar digulirkan Rumah Zakat Khusus pada Program Big Smile Indonesia diantaranya Senyum Lestari. d. ICD (Integrated Community Development). Proses pemberdayaan melalui program yang terintegrasi sesuai dengan karakteristik wilayah dan waktu tertentu yang selaras dengan tujuan pembangunan Millenium atau global.
5
Brosur Infak Card/i Card Rumah Zakat.
81
1. Tujuan ICD Menciptakan perbaikan secara terukur berdasarkan permasalahan yang terjadi pada wilayah pertolongan. 2. Karakteristik Wilayah Wilayah ICD adalah sebuah wilayah administratif setingkat desa yang diimplementasikan program Senyum Lestari menuju pada perbaikan atas permasalahan lingkungan, sanitasi, dan pembangunan. e.
Publikasi Informasi Pelayanan informasi menjadi salah satu strategi komunikasi yang diterapkan
untuk menginformasikan berbagai kepentingan lembaga terhadap publik dengan melaksanakan kegiatan sebagai kebijakan masing-masing divisi yang diberikan wewenang dalam menyelenggaraan program, pelatihan, maupun seminar, dan melaporkan hasil pelaksanaan secara langsung kepada masyarakat. Gerald R. Muler dan Mark Steinberg menyebutnya perilaku komunikasi bersifat Prosesual yaitu adanya interaksi yang berkesinambungan dari sejumlah variable yang saling berhubungan.6 Tahapan ini Rumah Zakat mengikuti perilaku komunikasi prosesual dimana hal tersebut memiliki peluang untuk meningkatkan pencitraan nama lembaga dengan harapan sebagai berikut7: a) Sebagai Pembinaan publik Rumah Zakat memberikan pembinaan dalam melaksanakan hubungan serta kegiatan komunikasi sebagai kebijakan lembaga, contohnya menginformasikan sejauh mana perkembangan program yang sedang berjalan, kesuksesan para
6
Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), cet ke- 1, hal. 28. 7 Wawancara khusus dengan Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat Indonesia) Bandung, 16 Januari 2015.
82
penerima bantuan yang berhasil mengembangkan usahanya melalui testimoni. Memberikan edukasi publik mengenai kebijakan di sektor program, kegiatan kolom CEO di media cetak dan rubrik Tanya Ustad dalam majalah RZ News. b) Pemeliharaan Jaringan Memelihara hubungan kemitraan terhadap mitra kerja, donatur, asosiasi usaha dan organisasi untuk keberlangsungan keberhasilan lembaga dalam jangka panjang, mengidentifikasi program yang kurang berkembang tetapi masih dapat diterima oleh masyarakat dengan melakukan perbaikan dengan tujuan mempertahankan program tersebut. Selain itu menginformasikan hasil pelaksanaan program secara langsung kepada publik baik dalam bentuk data laporan, artikel maupun berita baik dalam majalah,
dan
media
online
melalui
website
(
[email protected]/www.rumahzakat.org), Facebook (rumahzakatfans), dan Twitter (@rumahzakat). Menurut narasumber “Pada prinsipnya dalam sosialisasi keterbukaan informasi kita menggunakan semua jenis media, akan tetapi masih belum terkoordinasi dengan baik sehingga dampaknya masih belum maksimal”8 c) Opini Publik Memantau perkembangan berbagai komentar publik, baik itu pertanyaan, pernyataan, saran, dan kritikan secara langsung dengan menganalisis dan menyusunnya sebagai laporan, hal ini dilakukan jika terjadi ketidaksesuaian maka bisa langsung ditangani sedini mungkin.
8
Wawancara khusus dengan Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat Indonesia) Bandung, 16 Januari 2015.
83
f. Publik Relation Agen perubahan dan manager perubahan yang bersifat Intensional artinya menyampaikan pesan kepada pihak lain dengan mempunyai maksud tertentu, baik didalam lembaga maupun diluar lembaga, publik relation berwenang memfasilitasi dengan melakukan kegiatan presentasi dan menghasilkan informasi menarik tentang isi program dan manfaatnya sesuai dengan kebijakan lembaga. Kegiatan publik relation yang dilakukan dengan mengadakan seminar umum mengenai program senyum lestari lingkungan baik secara langsung dengan seminar terbuka, penempatan stand di mall, kegiatan pameran, atau presentasi undangan talkshow di radio-radio lokal. Komponen Lasswell “dengan akibat atau hasil apa”, Tujuannya agar mendapat respon positif dari publik baik dengan cara menyumbang materi maupun non materi, jasa dan tenaga sebagai relawan. Menjaga ekstensi nama baik perusahaan di mata publik, sekaligus menjalin hubungan baik antara mitra dan lembaga. g. Periklanan Media komunikasi pemasaran yang menjadi bagian dari strategi manajemen untuk mempromosikan produk baik bersifat barang maupun jasa, dalam hal ini Rumah Zakat mempublikasikan salah satu program pemberdayaan yang bersifat non personal. Komponen Lasswell dengan “saluran apa” menjadikan Iklan sebagai salah satu cara komunikasi antara lembaga dan mitra dengan tujuan dapat mempengaruhi pemikiran, kesadaran, pemahaman, penerimaan, dan motivasi publik.
84
Media periklanan yang sejauh ini digunakan oleh Rumah Zakat untuk menginformasikan program pemberdayaan diantaranya melalui media cetak dan elektronik. No
Media Massa
Tujuan
Patner Promosi
1.
Radio
Media ini digunakan oleh masyarakat
RRI Pro 2
dan calon donatur yang ingin menjadi
RRI Pro 3
mitra Rumah Zakat agar lebih
Delta FM
mengetahui informasi dan program
City FM
baru atau yang sedang berjalan.
Smart FM
Digunakan agar pembaca dapat
Berita Sore
tertarik menjadi mitra sehingga
Tribun News
sebagian dari materinya dapat
RZ Magazine
2.
Koran
didonasikan untuk pengembangan program pemberdayaan 3.
Pamflet/selebaran
Mengetahui informasi yang
Baliho
ditemukan didalam atau diluar kantor
Spanduk
seperti di jalan-jalan protokol dan
Brosur
keramaian tempat umum
a. Implementasi Program Senyum Lestari di Kelurahan Bintaro Rumah Zakat turut berkontribusi dalam melestarikan lingkungan hidup sebagai salah satu warisan untuk masa depan demi meringankan beban sesama umat manusia yang berada dalam kesukaran. Program ini didukung oleh organisasi gerakan ekonomi syariah atau Support Gres. awalnya hanya bagian
85
skala kecil yang masuk dalam program tambahan yaitu program Water Well yakni pengadaan sarana air bersih bagi komunitas binaan masyarakat. Karena mendapat dukungan luas dari masyarakat walaupun dengan donasi yang terbatas maka seiring dengan perkembangan zaman, dan isu lingkungan menjadi permasalahan Internasional pemanasan global maka Senyum Lestari masuk dalam kategori empat rumpun Berbagi Itu Gaya Indonesia pada 2010 dengan menghadirkan program di dalamnya untuk diberdayakan, pada wilayah Bintaro program ini dijalankan di wilayah Kebayoran Jln. Nenas Dalam, Tangerang Selatan, Perbatasan Pondok Pinang Timur dan wilayah lainnya berikut pembahasannya: a) Water Well Program lama yang melakukan inovasi pembaharuan dengan mencakup komunitas binaan secara meluas se-Indonesia, program pengadaan sarana air bersih dan sanitasi publik di wilayah ICD sebagai penunjang implementasi perilaku hidup bersih di tempat tinggal warga, adapun penyaluran dana yang diprogramkan adalah:9 Donasi
Donasi Retail
Keterangan
Rp 62.000.000
Rp 119.000
1 Paket Set Up Infrastruktur
Set up Infrastruktur telah dibangun diantaranya Daerah Magelang, Bintaro daerah Kebayoran Lama, Nenas Dalam Rw. 04 dan Dusun Leuwiliyang Rw. 06 Desa Tanjungwangi Cicalengka.
9
Brosur Program Senyum Lestari Rumah Zakat
86
b) Kampung Berseri (Bersih, Sehat, dan Asri) Program
pelestarian
lingkungan
berbasis
pemberdayaan
komunitas/rumah tangga, dengan aplikasi program sebagai berikut: 1. Pelatihan kader lingkungan 2. Pelatihan dan penyuluhan pengelolaan sampah berbasis masyarakat 3. Kerja bakti 4. Lomba kebersihan dan pelestarian lingkungan 5. Program Promosi kesehatan 6. Penyediaan sarana kebersihan rumah tangga dan komunitas Aplikasi donasi yang diprogramkan secara keseluruhan program diatas yaitu Donasi
Donasi Retail
Keterangan
Rp 75.000.000
Rp 129.000
1 Paket Program dan Operasional Kegiatan Selama 1Tahun
c) M-net (Masjid Internet)10 Masjid Internet Merupakan program pengembangan masjid dengan menjadikan masjid sebagai sentra pendidikan masyarakat berbasis IT melalui optimalisasi jaringan WIFI di area masjid. Aplikasi donasi yang diprogramkan adalah: Donasi
Donasi Retail
Keterangan
Rp 22.500.000
Rp 99.000
Satu Paket set Up WIFI dan PC Untuk Satu Masjid
10
Brosur Program Senyum Lestari Rumah Zakat
87 d) Urban Farming11 Optimalisasi lahan kosong dan terbuka hijau di sekitar pekarangan rumah warga perkotaan agar menjadi kebun hijau yang produktif. Tanaman yang dapat dibudidayakan diantaranya: Kangkung, Tomat, Mentimun, Cabe Rawit, Bayam, Daun Bawang, Strawberry, Jeruk Lemon, Rosella, Jahe, dan tanaman lainnya. Aplikasi donasi yang diprogramkan yaitu: Donasi
Donasi Retail
Keterangan
Rp 17.550.000
Rp 89.000
Untuk 255 Kepala keluarga dengan pendampingan 6 bulan
Menurut data yang diperoleh Urban Farming saat ini telah dilaksanakan di daerah kampung Perubunan Yogyakarta dengan nama Green House dan belum terlaksana untuk wilayah Bintaro dikarnakan keterbatasan lahan tanam. e) Masjidku Merdu Program Masjidku Merdu merupakan program perbaikan Sound System masjid yang sudah rusak ataupun kurang baik digunakan menjadi lebih baik dengan kualitas suara terdengar merdu dan jelas. Aplikasi donasi yang diprogramkan yaitu: Donasi
Donasi Retail
Keterangan
Rp 2.400.000
Rp 69.000
1 Kali Set Up Infrastruktur Perbaikan Sound System
11
Brosur Program Senyum Lestari Rumah Zakat
88
f) KPRS (Kavling Pembangunan Rumah di Surga) Program pembangunan dan renovasi infrastruktur Masjid yang kokoh, nyaman dan makmur untuk ibadah umat Islam. Program ini sebagai investasi akhirat untuk Kavling Pembangunan Rumah di surga. Aplikasi donasi yang diprogramkan adalah: Donasi
Donasi Retail
Keterangan
Rp 268.400.000
Rp 159.000
Set Up Infrastruktur Pembangunan
Data perkembangan program senyum lestari rumah zakat yang telah diberdayakan pada desember 2014. Program
Sub Program
Diberdayakan Persentase
Water Well
285 orang
22%
Kampung Berseri (Bersih, Sehat dan
3.487 orang
40%
Asri) Senyum
Urban Farming
-
0%
Lestari
M-net (Masjid Internet)
-
0%
Masjidku Merdu
15 unit
13%
Pembangunan/Renovasi Masjid
12 unit
10%
Program Lastari Lainnya
19 unit
15%
Sumber diolah dari Kantor RZ News Bandung Dari data tersebut diperkirakan pada tahun 2014 tidak seluruh program Senyum Lestari berjalan dengan tujuan. Program Urban Farming dan Masjid Internet belum ada perkembangan pada tahun tersebut. Pada program kampung berseri yang terdiri dari pelatihan dan penyuluhan menunjukan hasil yang paling
89
tinggi sebesar 40 persen, disusul dengan program water well sebanyak 285 orang atau 22 persen, kegiatan pelestarian diluar program Senyum Lestari sebanyak 15 persen. Perbaikan sound system sebanyak 15 unit/13 persen dan terakhir pada renovasi dan pembangunan masjid sebanyak 10 persen dengan 12 unit/set up infrastruktur di tahun 2014. a. Periode Evaluasi Program evaluasi merupakan pengukuran sistematis terhadap hasil nyata (outcomes) yang bermanfaat bagi masyarakat dari suatu proses atau kegiatan yang telah ditetapkan tujuannya karena kondisi nyata sering kali menimbulkan kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan. Tiga hal yang mendasari proses evaluasi sebagai berikut: a) Laporan Implementasi, yaitu penerapan setiap strategi komunikasi yang direncanakan dan meninjau kembali faktor internal maupun eksternal dengan periode waktu 6 bulan dari keseluruhan implementasi program selama 3 tahun. b) Laporan
Perkembangan,
yaitu
laporan
yang
menekankan
pada
perkembangan setiap poin keberhasilan dari strategi yang digunakan. Dalam waktu tertentu laporan ini memungkinkan terjadinya modifikasi strategi, membandingkan hasil yang diharapkan dengan indikator tujuan dan manfaat yang direncanakan. c)
Dokumentasi, laporan evaluasi akhir kajian analisis dengan mengukur dampak nyata dan manfaat bagi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam program senyum lestari adalah upaya
untuk menolong kebutuhan masyarakat pada bidang sanitasi dan lingkungan.
90
Program ini bagus untuk ditindak lanjuti karena menjunjung nilai-nilai sosial dan lingkungan untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Selain membantu mengurangi kerusakan bumi, nilai-nilai didalamnya mengingatkan kita bahwa bumi, alam, dan manusia memiliki keterikatan satu sama lain dalam menjalani siklus kehidupan manusia, kita membutuhkan lingkungan untuk tempat tinggal, bersosialisasi, serta memenuhi kebutuhan pangan sedangkan lingkungan membutuhkan kita untuk menjaga dan mengambil manfaatnya. Disisi lain program ini diharapkan terus dilakukan selama kemiskinan pada lingkungan, pembangunan, dan kekurangan sanitasi air bersih masih terjadi karena terasa efektif walaupun efeknya belum semaksimal seperti tiga program pemberdayaan sebelumnya, besar manfaat yang dirasakan masyarakat kecil karena memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk mandi, mencuci, memasak, bercocok tanam, pembangunan sarana, dan perawatan lingkungan. Realistis untuk terus mencari wilayah yang bermasalah terhadap lingkungan, sanitasi air bersih, dan pembangunan, faktanya jelas akan mengurangi wilayah yang kekeringan, membuat konsumsi air minum dan memasak menjadi layak, masyarakat dapat menjaga kebersihan jasmani dan terhindar dari berbagai penyakit. Sedangkan untuk peran teknologi mempermudah akses informasi sebagai pengetahuan umum dan agama dengan mengurangi buta Internet di Indonesia, memberikan kenyamanan dalam beribadah dan melakukan kegiatan keagamaan dalam hal pembangunan. Sebagian besar pengurus divisi Rumah Zakat yang memiliki wewenang melakukan evaluasi kegiatan strategi perencanaan dan strategi manajemen dilihat
91
dari indikator yang menjadi peluang dan ancaman terhadap lembaga yang tergambar dari analisis SWOT dibawah ini: 12 a. Strenght (Kekuatan) Faktor mikro yang dimiliki Rumah Zakat Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi adalah : 1) Lebih dikenal dengan lembaga filantrofi yang berbasiskan program pemberdayaan berdasarkan empat aspek disamping sebagai lembaga amil zakat atau LAZ. 2) Telah memiliki jaringan merata dan akses di 52 titik wilayah di Indonesia. 3) Memiliki program inovasi tersendiri dalam manajemen pengolahan daging qurban dengan Superqurban yaitu program optimalisasi pelaksanaan ibadah qurban sesuai syariat dengan mengolah dan mengemas daging qurban menjadi kornet untuk disalurkan di wilayah terpencil. 4) Memiliki program Member Relationship Officer (MRO) dalam setiap wilayah pemberdayaan yaitu memberikan pendamping warga binaan yang
berfungsi
sebagai
pendamping,
pemberdaya,
penggerak
lingkungan, dan sebagai advokat masyarakat. 5) Konsistensi jumlah donatur aktif cukup meningkat setiap tahunnya yaitu 136.908 orang (Berdasarkan jumlah donatur menurut grafik pertumbuhan pemberdayaan 2013-2014)
12
Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 77.
92 Hal ini sesuai dengan pengertian analisis kekuatan menurut Rafi’udin dan Abdul Djaliel dalam buku Prinsip dan Strategi Dakwah yaitu dengan memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya menyangkut manusia, dana serta beberapa piranti yang dimilikinya. Lembaga perlu memikirkan keunggulan yang dimiliki, walaupun kekuatan itu tidak sepenuhnya merupakan keunggulan dalam bersaing. Dari semua itu yang terpenting bagi suatu lembaga adalah memiliki kekuatan yang relatif besar untuk faktor mikro dibandingkan dengan lembaga lain yang sejenis.13 b. Weakness (Kelemahan) Setiap perusahaan memiliki kelemahan, termasuk Rumah Zakat dalam pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi memiliki kelemahan yang peneliti analisis diantaranya yaitu: 1) Keterbatasan anggaran dalam publikasi informasi dan agen media massa dalam bekerja sama. Karena publikasi informasi berhubungan dengan bisnis periklanan yang memiliki aturan dalam menayangkannya, serta harga yang harus dibayar relatif tinggi mengingat media periklanan yang digunakan lembaga tidak hanya satu. Untuk mengantisipasinya lembaga membuat suatu paper berbentuk majalah yang diberi nama RZ Magazine diterbitkan setiap beberapa bulan sekali dan terus dikembangkan kepada publik 2) Keterbatasan sumberdaya manusia yang masih jauh dari kemampuan, keterampilan akademik dan profesional. Lembaga kurang bekerja sama dengan para ahli bidang dan institusi dalam mengembangkan program,
13
Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, Hal. 77.
93
serta keterbatasan pengetahuan untuk relawan dalam bidang lingkungan. Untuk mengantisipasi hal ini dengan terus memberikan pelatihan ataupun mengadakan seminar untuk publik dan relawan, melakukan kerjasama dalam mengembangkan dan melaksanakan program dengan para ahli yang menekuni bidang lingkungan. 3) Layanan dan penyaluran program senyum lestari dirasa kurang konsisten setiap tahunnya, hal ini dilihat dari data penerima manfaat yang jumlahnya jauh signifikan dari tiga program pemberdayaan lainnya dan tim pelaksana yang dibentuk sebagian besar adalah para anggota yang merangkap pekerjaan dengan staf kantor sehingga kesatuan manjemen yang dibentuk tidak bekerja secara maksimal dan kurang dalam memanfaatkan tenaga relawan dalam berpartisipasi. Dalam meminimalkan hal tersebut lembaga dapat membentuk kesatuan manajemen khusus untuk program senyum lestari dengan lebih memanfaatkan dan memberikan pelatihan kepada para relawan sebelum ataupun saat berlangsungnya program berjalan. Memperhitungkan berbagai kelemahan yang dimiliki seperti menyangkut aspek kekuatan, misalnya kualitas sumber daya manusia yang digunakan, pengelolan dana dan poin lainnya bisa menjadi kelemahan organisasi. Selain mengetahui kekuatan, wajib sifatnya sebuah lembaga mengetahui kelemahan yang dimiliki agar lembaga dapat mengantisipasi lebih dini kelemahannya sebelum memasuki basis persaingan. 14
14
Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 77.
94
c. Opportunity (Peluang) Melihat seberapa besar peluang yang tersedia di luar, sehingga peluang kecil dapat dimanfaatkan menjadi sebuah keuntungan. Peluang yang dihadapi Rumah Zakat dalam pelaksanaan kegiatan Strategi komunikasi adalah: 1) Memiliki peluang untuk berkembang menjadi lembaga filantrofi nasional dan memperluas jaringan akses di wilayah skala kecil. Hal ini bisa mendekatkan pada peluang status lembaga filantrofi di mata internasional. 2) Menjadi lembaga panutan atau referensi sistem kerja dan program bagi lembaga sosial yang ingin masuk pada sektor pemberdayaan masyarakat. 3) Pertimbangan untuk menjadi mitra yang dipilih pemerintah untuk bekerja sama dalam mengatasi permasalahan lingkungan. d. Threats (Ancaman) Memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman, baik eksternal dan internal, ancaman ini harus diketahui oleh lembaga sedini mungkin. Dalam mengembangkan kekuatan yang akan bersaing, suatu organisasi akan menghadapi ancaman terutama dari luar, ancaman yang tidak diinginkan pasti akan melemahkan sistem lembaga, untuk itu perlu diantisipasi sedini mungkin. Adapun
ancaman
yang
dihadapi
Rumah
Zakat
Indonesia
dalam
melaksanakan kegiatan proses strategi komunikasi yaitu: 1)
Semakin berkembang lembaga pemberdayaan sejenis sehingga akan memunculkan alternatif berbagai pilihan dalam berdonasi.
95
2)
Adanya anggaran tak terduga dalam pelaksanaan strategi komunikasi terlebih pada aspek publikasi informasi dan periklanan.
3)
Perizinan pemerintah daerah maupun pusat dalam pelaksanaan program secara legal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dengan demikian penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: Strategi komunikasi yang diterapkan oleh Rumah Zakat Indonesia sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Bintaro yaitu: a. Perumusan strategi yaitu mengetahui faktor internal dan eksternal yang akan dihadapi dengan melibatkan anggota lembaga, donatur, dan masyarakat, seperti menetapkan standar operasi dalam pelaksanaan dan pengawasan, pertimbangan dan keputusan program yang akan digunakan sebagai alternatif solusi sesuai dengan misi dan visi yang dijalankan lembaga, pemilihan skala prioritas sasaran dan kegiatan, serta menyesuaikan persantase alokasi anggaran yang telah diputuskan. b. Implementasi strategi, lembaga Rumah Zakat menerapkan tindakan dalam beberapa pilihan seperti donatur perseorangan, donatur institusi, dan donatur program. ICD (Integrated Community Development) atau karakteristik wilayah, publikasi informasi yang telah direncanakan baik secara langsung maupun menggunakan media, public relation yang berperan menjembatani komunikasi antara keinginan lembaga dan kebutuhan masyarakat, serta periklanan berfungsi sebagai akses informasi bagi publik di suatu wilayah dan donatur untuk pemasukan donasi. c. Evaluasi strategi dari pelaksanaan program baik secara internal maupun eksternal dengan periode waktu 6 bulan dari keseluruhan implementasi program selama 3 tahun. Mengukur berbagai keberhasilan secara internsif dengan tujuan mengetahui
96
97 kekurangan dan kelebihan yang telah dicapai sehingga dapat memperbaiki penyimpangan sedini mungkin. B. Saran Dari kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan masukan kepada Rumah Zakat demi keberlangsungan keberhasilan yang lebih baik di masa mendatang. 1. Kemiskinan adalah faktor krusial yang akan selalu melatar belakangi kehidupan sosial tingkat bawah, RZ diharapkan konsisten dan komitmen dalam misi pemberdayaan sosial khususnya dalam program lingkungan “Senyum Lestari” khususnya di wilayah Bintaro serta meningkatkan pelayanan dan bantuan sebagai alternatif solusi pada permasalahan sanitasi, sehingga dari hasil perkembangan tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil program pemberdayaan lainnya. 2. RZ diharapkan mampu meningkatkan donasi untuk masalah sanitasi dan lingkungan salah satunya dengan cara menggalang dana secara Internasional, baik itu bekerja sama dengan lembaga lingkungan luar negeri milik pemerintah maupun swasta atau mengundang para investor yang ingin membantu menjembatani permasalahan lingkungan di Indonesia. Sehingga anggaran untuk program ini pelaksanaannya dapat disamakan dengan program utama lainnya 3. Meningkatkan
sumberdaya
manusia
sebagai
penggerak
lingkungan
dengan
melakukan pelatihan dan pemberian materi lingkungan. Menjadikan pakar ahli lingkungan sebagai bagian dalam proses pengambilan keputusan, hal ini dirasa penting agar pemberian bantuan dapat sampai kepada sasaran yang dijadikan prioritas. 4. Menciptakan struktur khusus manajemen program senyum lestari agar terbangun pola koordinasi yang terpantau jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Al Roubaei, Amer. "Dimensi Global Kemiskinan di Dunia Muslim Sebuah Penilaian Kualitatif (Terjemahan Elisabeth Diana Dewi dalam Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam." Jurnal INSISTS Khoirul Bayan, Jakarta: 2005. Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern . Surabaya: Pustaka Amelia, 2002. Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi . Bandung: PT Amrico, 1984. Ault, Emery, and Etc. Introduction to Mass Communications. New York: Dadd & Mead Company, 1970. Brosur Program Senyum Lestari Lembaga Rumah Zakat Indonesia . n.d. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000. David , Fred. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: PT Prenhallindo, 1998. Depari, Edward . Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan . Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 1995. Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-Dimensi Komunikasi . Bandung: Percetakan Offset Alumni, 1981. —. Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007. Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012. H, Khailuddin. Membangun Masyarakat Tinjauan Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan . Bandung: Liberti, 2000. Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press, 2010. Haridi, Bambang. Strategi Managemen. Malang: Bayu Media, 2003. Hendropuspito. Sosiologi Sistematika. Yogyakarta: Yayasan Kanisius Press, 1989. http://www.rumahzakat.org. n.d. Istiqomah, and Supriyantini. "Pemberdayaan dalam Konteks Pengembangan Masyarakat Islam Vol 04." http://iain.lampung.ac.id/ Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Online, Lampung, 2008: 67-68. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1989. Majalah "Rumah Zakat News". Bandung : Edisi Januari , 2015. 98
99 Mintzberg, Quinn, and Etc. The Strategy Process: Concepts, Contexts, Cases. Prentice Hall, 1991. Moeleng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993. Mubyarto. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE, 2000. Mushaf dan Terjemah Sirah Maryam Surat Az Zukhruf Ayat 32. Pustaka AlFatih, n.d. Mutmainah, Nina, and M Budyatna. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Universitas Terbuka, 1994. Oktarini, Popy. Skripsi Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Program Majelis Ta'lim. Jakarta: KPI UIN Syarif Hidayatullah, 2014. P Siagian, Sondang. Manajemen Modern. Jakarta: Masagung, 1994. Prijono, Et All. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS, 1996. Rafi'udin, and Manna Abdul Djaliel. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Rahmat, Jalalludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2006. Razak , Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam . Tangerang: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008. Risyanti , Riza Roesmini. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: Alqaprint, 2006. Rukminto, Isbandi Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis . 2001: FE Universitas Indonesia Press , Jakarta . Sahara, Siti, Mahmudah Fitriyah, and Kusnadi. keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press UIN, 2009. Shadily, Hassan. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Siagian , Sondang. Analisis Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi. Jakarta: PT Gunung Agung, 1986. Soemirat, Soleh. Dasar-Dasar Komunikasi . Bandung: Pascasarjana UNPAD Press, 2000. Solihin, Ismail. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga, 2012. Steiner, George, and John Minner. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga, 2012. Stomezka, Piort. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2004. Strauss, Anselm, and Juliet Corbin. Basic Of Qualitative Research Grounded Theory Procedures and Techniques (Terjemahan Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2009.
100 Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Wilayah Bintaro. Jakarta Selatan, n.d. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010. —. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011. Suharko. Gerakan Sosial Baru di Indonesia. Yogyakarta: Fisipol UGM Press, 2006. Suparlan, Parsudi, and A.W Widjaya. Manusia Indonesia, Individu, Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Akademika Pressindo, 1986. Suparmo , Ludwig. Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relation. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2011. Suryono, Agus. Dimensi-Dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang: Universitas Brawijaya UB Press, 2010. Sutaryono. Pemberdayaan Setengah Hati. Klaten: Lapera Pustaka Utama, 2008. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Teguh, Ambar Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan . Yogyakarta: Gaya Media, 2004. Usman , Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam. Jakarta: Firma, 2000. Wawancara Khusus Dengan Staff Lembaga Pusat Rumah Zakat Bandung. n.d.
L A M P I R A N
Konsep Struktur Wawancara Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari Di Kelurahan Bintaro. Narasumber
: Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat Indonesia)
Tempat
: Lembaga Rumah Zakat, Jalan Turangga No.25 C Bandung.
Tanggal
: 16 Januari 2015
Pewawancara : Bagaimana awal berdirinya Rumah Zakat Indonesia? Narasumber
: Berdiri secara Legal dan Formal pada 12 Juli 2001 berdasarkan
keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor C. 1490 HT 01.02 Th 2006, yang berawal dari kelompok pengajian Majlis Ta’lim Ummul Quro dengan tokoh da’i Abu Syauqi bersama rekan-rekannya yang mendirikan Dompet Sosial Ummul Quro atau DSUQ pada tanggal 2 Juli 1998 yang bertempat di Masjid Al-manaar Bandung
Apa Visi dan Misi serta Brand Value yang diusung oleh Rumah Zakat?
Visi yang kami usung adalah menjadi lembaga Filantrofi Internasional berbasis pemberdayaan yang profesional. Dan misi Rumah Zakat yaitu: 1. Berperan aktif dalam membangun jaringan Filantrofi Internasional 2. Memfasilitasi kemandirian masyarakat 3. Mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui keunggulan insani Brand Value kami meliputi Trusted yaitu menjalankan usaha dengan profesional. transparan, dan terpercaya. Progressive yaitu senantiasa berani melakukan inovasi dan edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih, juga
Humanitarian yaitu memfasilitasi segala upaya humanitarian dengan tulus secara universal pada seluruh umat manusia,
Apa saja program unggulan yang dijalankan Rumah Zakat?
Selain program Zakat dan Infak, untuk program pemberdayaan kami memiliki program utama Big Smile Indonesia yaitu Berbagi Itu Gaya Senyum Indonesia yang dimulai pada 2010 dengan empat rumpun yaitu Senyum Sehat pada aspek kesehatan, Senyum Mandiri pada aspek ekonomi, Senyum Lestari pada aspek sanitasi dan lingkungan, serta Senyum Juara pada aspek pendidikan.
Apa itu rumpun Senyum Lestari?
Program lingkungan berbasis sanitasi dan pembangunan sarana umum yang didalamnya terdapat program: 1. Water Well yaitu program pengadaan sarana air bersih dan sanitasi publik 2. Kampung Berseri (bersih, sehat, dan asri) yaitu pelatihan kader lingkungan, pelatihan, dan penyuluhan pengolahan sampah berbasis masyarakat, kerja bakti, lomba kebersihan, dan pelestarian lingkungan, program promosi kesehatan, serta penyediaan sarana kebersihan rumah tangga dan komunitas 3. M-net (Masjid Internet) yaitu pengembangan masjid sebagai sentra pendidikan masyarakat berbasis teknologi Wifi 4. Urban Farming adalah optimalisasi lahan kosong sebagai pekarangan lahan hijau untuk tanaman dan sayuran 5. Mesjidku Merdu yaitu perbaikan sound system yang sudah rusak ataupun kurang baik 6. KPRS (Kavling Pembangunan Rumah di Surga) adalah pembangunan dan renovasi infrastruktur masjid
Seperti apakah struktur organisasi dan para staff di Rumah Zakat pada periode saat ini?
Untuk kepengurusan saat ini terdiri dari dewan Pembina, pengawas Syariah serta dewan direksi Dewan Pembina
: Yayan Somantri
Dewan Pengawas Syariah
: Kardita Kintabuwana, Lc., MA
Referensi Syariah
: Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc., MM
DEWAN DIREKSI Chief Executive Officer (CEO)
: Nur Efendi
Chief Program Officer (CPO)
: Heny Widiastuti
Chief Fundraising Officer (CFO)
: Asep Nurdin
Chief Operating Officer (COO)
: Herry Hermawan
Chief Relationship Officer (CRO)
: Pamungkas Hendra
KONSORSIUM KONSULTAN AHLI
Konsultan Legal
: Yayan Sutarna, SH, MH
Konsultan Marketing
: AM. Adhy Trisnanto
Auditor Independen
: KAP Kanaka Puradiredja Suhartono
Apakah tulisan, data, serta artikel yang dipublikasikan melalui media online Rumah Zakat semuanya resmi mewakili lembaga?
Ya… artikel, berita informasi, atau laporan keuangan yang kami publikasikan secara online resmi mewakili lembaga karena sebalumnya telah melalui pertimbangan dan tahapan diskusi
Dalam menjalankan program Senyum Lestari, apakah lembaga memiliki tahapan atau strategi dalam penerapannya?
Dalam melaksanakan proses kegiatan Senyum Lestari kami melakukan tahapan atau strategi agar penerapan pada program berjalan dengan baik, lembaga menjalankan tahapan tersebut dengan mengacu pada donatur perorangan, donatur institusi, donatur program, ICD (Integrated Community Development), publikasi informasi, public relation,dan periklanan.
Apa yang dimaksud dengan Integrated Community Development/ICD?
Proses pemberdayaan melalui program yang terintegrasi sesuai dengan karakteristik wilayah dan waktu tertentu yang selaras dengan tujuan pembangunan global, tujuannnya menciptakan perbaikan secara terukur berdasarkan permasalahan yang terjadi pada wilayah yang akan diberdayakan, contohnya wilayah administratif setingkat desa yang diterapkan program Senyum Lestari manuju perbaikan atas permasalahan lingkungan, sanitasi, dan pembangunan
Lalu bagaimana tentang penjelasan donatur perorangan, donatur institusi, dan donatur program?
Donatur perorangan adalah donatur yang sifatnya perseorangan yang datang dari para pekerja, karyawan, maupun wiraswasta. Donatur institusi merupakan donatur yang berasal dari kelompok seperti perusahan swasta maupun negeri, PT, maupun CV sejauh ini perusahaan besar yang telah bekerja sama dengan kami adalah Telkomsel, Bakrie Untuk Negeri, dan perusahaan lainnya. Donatur Program yaitu donatur perseorangan atau institusi yaitu mitra yang bekerja sama dengan kami alokasi utama donasinya dikontribusikan untuk program-program tertentu.
Pada program donatur masing-masing untuk penyaluran donasi pada bulan pertama ditetapkan minimal seratus ribu rupiah sedangkan pada bulan-bulan berikutnya bebas tidak dibatasi
Bagaimana penjelasan tentang publikasi informasi dan public relation?
Publikasi informasi adalah salah satu cara dalam penerapan strategi untuk menginformasikan berbagai kepentingan lembaga terhadap publik mengenai kebijakan divisi pada lembaga seperti informasi penyelenggaraan program, pelatihan, maupun seminar dan hasil dari pelaksanaan program, disamping itu publikasi informasi ini bertujuan sebagai pembinaan terhadap publik, pemeliharaan pada jaringan lembaga dan mitra serta membentuk opini publik terhadap kegiatan lembaga yang dilaksanakan Rumah Zakat juga melakukan kegiatan Publik Relation sebagai agen perubahan yang berwenang memfasilitasi kegiatan presentasi terhadap seluk beluk program Senyum Lestari baik secara langsung maupun lewat undangan seperti acara Talkshow di radio-radio local.
Bagaimana penjelasan tentang periklanan untuk program Senyum Lestari?
Pada periklanan lembaga bekerja sama dengan media cetak dan elektronik sebagai alat untuk mempublikasikan program Senyum Lestari diantaranya: 1. Radio, umumnya digunakan masyarakat dan para donatur yang ingin menjadi mitra untuk mengetahui informasi program baru atau yang sedang berjalan, partner promosi kami diantaranya RRI Pro 2 dan 3, Delta FM, City FM, serta Smart FM 2. Koran, media yang bekerja sama melalui Berita Sore, Tribun News, walaupun sebagian besar informasi program Senyum Lestari kami terbitkan melalui
majalah kami sendiri yakni RZ Magazine baik dengan format majalah biasa maupun paper digital 3. Pamflet atau selembaran, publik mengetahui informasi yang dilihat diluar kantor seperti jalan-jalan protocol dan tempat umum seperti Banner, Baliho, Spanduk, maupun Brosur
Bagaimana pemberdayaan masyarakat yang diterapkan oleh Rumah Zakat?
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu alternatif solusi dalam memecahkan masalah kemiskinan di Indonesia, dengan pemberdayaan maka masyarakat tidak hanya diberikan pembinaan, pelatihan, pengarahan, tapi kami juga mencoba mendidik dengan kemandirian karena dalam menjalani proses program kami melakukan pengawasan melalui Member Relationship Officer atau MRO.
Apa itu Member Relationship Officer atau MRO?
Alternatif lain dimana dalam setiap wilayah pemberdayaan, Rumah Zakat memberikan pendamping warga binaan yang berfungsi sebagai pendamping, pemberdaya, surveyor pemberdayaan, penggerak lingkungan serta advokat masyarakat, para pendamping ini ditempatkan pada program empat rumpun termasuk pada program Senyum Lestari
Kriteria masyarakat seperti apa yang dapat menerima bantuan untuk program Senyum Lestari?
Seperti yang sudah dijelaskan, masyarakat yang masuk dalam wilayah ICD/ Integrated Community Development yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan waktu tertentu setingkat Desa yang terkena bencana atau kekurangan secara permanen atas permasalahan kesehatan, ekonomi, pendidikan serta lingkungan
Bagaimana perumusan tahapan strategi di Rumah Zakat Indonesia?
Kami kelompokkan perumusan tahapan strategi menjadi empat yaitu 1. Input Data, yaitu langkah pertama yang meringkas informasi seperti data yang diperoleh berasal dari survey anggota RZ yang ditugaskan, opini dari masyarakat serta informasi dari berbagai media. Melalui cara ini lembaga dapat mengetahui kegiatan apa yang akan dilaksanakan, program apa yang akan diterapkan serta sasaran yang menjadi objektivitas, fungsi lainnya dapat mengetahui plus dan minus pada program serta lembaga akan lebih mudah dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat segera melakukan perbaikan jika dibutuhkan 2. Pertimbangan Tahap ini memfokuskan pada strategi yang akan diterapkan dilihat berdasarkan data yang diperoleh seperti masalah yang akan dihadapi, proses pembinaan dan pengawasan, pemberian wewenang, sumberdaya yang tersedia, jika hal tersebut telah kami gabungkan maka akan menghasilkan strategi yang akan digunakan melalui tahapan keputusan 3. Keputusan Langkah selanjutnya dengan satu tehnik keputusan awal yang telah dipertimbangkan dan disepakati dengan pertimbangan segala kondisi dan situasi lembaga dari segi faktor eksternal dan internal seperti melihat informasi donatur, melihat pelaku yang menjadi relawan, akomodasi, fasilitas, perizinan daerah dan pemerintah setempat, serta kondisi wilayah
4. Alokasi Anggaran Melihat persentase alokasi anggaran yang tersedia untuk masing-masing program, anggaran diutamakan untuk kepentingan bantuan materi maupun logistic, akomodasi, penyuluhan, serta pembangunan
Sejauh ini bagaimana manfaat yang dirasakan oleh para penerima bantuan?
Mereka terbantu dengan program yang kami berikan seperti pengadaan air bersih dan pembangunan sanitasi, pada daerah yang kami bantu masyarakat tidak lagi membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, memiliki fasilitas sanitasi yang layak untuk mandi dan mencuci, pembangunan masjid yang menjadi nyaman, intinya Rumah Zakat dapat mengurangi kekurangan yang terjadi
Bagaimana periode evaluasi yang dilaksanakan di Rumah Zakat?
Kami melakukan evaluasi terhadap kinerja para anggota dan manajemen dari awal pelaksanaan sampai tahapan evaluasi yang membahas mengenai kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan kegiatan, membandingkan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan selama tiga tahun dan masa evaluasi selama enam bulan yang kami lihat berdasarkan tiga hal yaitu laporan implementasi, laporan perkembangan, dan dokumentasi
Apa penjelasan mengenai laporan implementasi, laporan perkembangan, dan dokumentasi?
1. Laporan implementasi yakni penerapan strategi komunikasi yang telah direncanakan dengan meninjau faktor internal maupun eksternal dengan periode waktu enam bulan dari keseluruhan implementasi program selama tiga tahun 2. Laporan perkembangan adalah laporan yang membahas perkembangan setiap poin keberhasilan strategi yang digunakan, sejauh mana keberhasilan yang
telah dicapai, dan tercapai atau tidaknya sebuah tujuan maupun target. Dengan laporan perkembangan ini, jika strategi yang diimplementasikan tidak berjalan baik maka bisa diganti 3. Dokumentasi, laporan evaluasi akhir kajian analisis dengan mengukur dampak nyata dan manfaat bagi masyarakat
Bagaimana pelaksanaan evaluasi strategi komunikasi dilihat dari kekuatan dan kelemahan?
a. Kekuatan
1. Lebih dikenal dengan lembaga filantrofi yang berbasiskan program pemberdayaan berdasarkan empat aspek rumpun senyum disamping sebagai amil zakat atau LAZ 2. Telah memiliki jaringan merata dan akses di 52 titik wilayah di Indonesia 3. Memiliki program inovasi tersendiri dalam manajemen pengolahan daging qurban dengan nama Superqurban yaitu program optimalisasi pelaksanaan ibadah qurban sesuai dengan syariat dengan mengolah dan mengemas daging qurban menjadi kornet untuk disalurkan di wilayah terpencil 4. Memiliki program Member Relationship Officer atau MRO dalam setiap wilayah pemberdayaan untuk dijadikan pendamping warga binaan yang berfungsi sebagai pendamping, pemberdaya, penggerak lingkungan, dan sebagai advokat masyarakat 5. Konsistensi jumlah donatur aktif yang selalu meningkat setiap tahunnya
b. Kelemahan 1. Keterbatasan anggaran dalam publikasi informasi maupun media massa yang diajak bekerja sama 2. Keterbatasan sumber daya manusia yang masih jauh dari kemampuan, keilmuan, dan profesional 3. Penyaluran pada program Senyum Lestari kurang konsisten setiap tahunnya
Bagaimana pelaksanaan evaluasi strategi komunikasi dilihat dari peluang dan ancaman?
a. Peluang 1. Dapat berkembang menjadi lembaga Filantrofi Nasional dan memperluas jaringan akses diwilayah terpencil. Hal ini bisa mendekatkan pada peluang status lembaga Filantrofi di mata Internasional 2. Menjadi lembaga panutan atau referensi sistem kerja dan program bagi lembaga sosial yang ingin masuk pada sektor sosial pemberdayaan masyarakat 3. Memiliki kesempatan besar menjadi mitra yang dipilih pemerintah untuk bekerja sama dalam mengatasi permasalahan lingkungan b. Ancaman 1. Semakin berkembang lembaga pemberdayaan sejenis sehingga akan muncul alternatif berbagai pilihan dalam berdonasi 2. Adanya anggaran tak terduga dalam pelaksanaan strategi komunikasi terlebih pada aspek publikasi informasi dan periklanan 3. Perizinan setempat, pemerintahan daerah maupun pusat dalam pelaksanaan program pemberdayaan secara resmi dapat menjadi ancaman
D O K U M
I
E
S A
N T