STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI)
Oleh: AZIMATUL ULYA NIM 63311037
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
i
ii
iii
ABSTRAK
Azimatul Ulya (NIM: 63311037). Strategi Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik di SDI Hidayatullah Semarang. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: rumusan masalah: 1) Bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?, 2) Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif. Temuan penelitian ini yaitu meliputi: (1) kondisi mutu tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang berdasarkan dari kualifikasi akademik menunjukkan bahwa tahun 2009 terdapat 23 tenaga pedidik yang berstrata 1 dari jumlah keseluruhan yaitu 55 tenaga pendidik, sedangkan tahun 2010 menunjukkan peningkatan yaitu terdapat 35 tenaga pendidik yang berstrata 1 dari jumlah keseluruhan tenaga pendidik yaitu 61. Sedangkan dalam segi pembelajaran, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya yaitu kompetensi pedagogik: menerapkan yang metode mengajar secara efektif, menata setting kelas sebelum pembelajaran dimulai, mengenali minat dan kemampuan siswa, dan mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi profesional: mampu memahami materi pembelajaran secara luas sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Kompetensi kepribadian: mempunyai kepribadian yang arif, berwibawa, disiplin, dewasa dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial: bersosialisasi secara efektif terhadap peserta didik, sesama pendidik, orang tua wali maupun masyarakat sekitar. (2) Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang yaitu dengan pembinaan rutin dari kepala sekolah maupun yayasan, kerjasama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) diantaranya: Sinergy Building, Quantum Learning, Quantum Teaching, Student Active Learning (SAL), Sertifikasi Ummi, Class Room Management, kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), pengalokasian anggaran, pemberian beasiswa, dan studi banding. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi para tenaga pendidik (guru) sebagai tenaga pengajar dan para mahasiswa, sekaligus semua pihak terutama dalam memberi dorongan akan pentingnya sebuah kesuksesan yang dilakukan oleh tenaga pendidik (guru) terhadap proses belajar mengajar sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
iv
PERNYATAAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 8 Desember 2010 Deklarator,
Azimatul Ulya NIM. 063311037
v
vi
PERSEMBAHAN
Dengan tidak mengurangi rasa syukurku kepada Allah SWT, Tuhan sumber segala esensi. Kupersembahkan totalitas usaha, karya dan buah pikiran skripsi ini untuk: •
Ayahanda dan Ibundaku tercinta, Bp. Abdul Zubair dan ibu Sulasih. Terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta untaian do’a yang tiada henti untuk keberhasilanku.
•
Keluarga besarku, terima kasih atas do’a dan dukungannya.
•
Gus Jali, terima kasih atas doa, dukungan dan fasilitasnya.
•
Kawan-kawan kos D1, Ana, Fatmah, Nafis, Hidayah, Lisa, Fita, Farida, Dina, Ika, Ida, Ismi, Uun, Ayu, Leli, Rofah. Kenangan bersama kalian begitu indah dan takkan ku lupakan.
•
Kawan-kawan seperjuangan dalam perjalanan panjang di Fakultas Tarbiyah KI 2006 dan kawan-kawan HMI, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya dalam menempuh badai intelektualitas yang cukup menantang. Perjuangan kita tak pernah usai kawan...
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan yang mengajari kita ilmu dengan pena dan mengajari manusia atas apa-apa yang tidak diketahui. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, manusia yang paling mulia, Nabi besar Muhammad SAW, berikut keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Dr. Sudja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2.
Ismail SM, M. Ag selaku Ketua Jurusan dan Dr. Mustofa, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam atas masukan dan semangatnya.
3.
Fahrurrozi, M. Ag, selaku pembimbing 1 dan Drs. Wahyudi, M. Pd. selaku pembimbing 2 yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Para Dosen dan Staf Pengajar serta pegawai di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali penulis berbagai pengetahuan.
5.
Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang, beserta semua Staf Pengajar dan Pegawai, terima kasih atas bantuan dan dukungan datanya selama penelitian.
6.
Ayahanda Abdul Zubair dan Ibundaku tercinta Sulasih, terimakasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta untaian do’a yang tiada henti, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
7.
Kawan-kawan KI 2006 terima kasih atas semangat dan kebersamaan yang sangat bermakna.
8.
Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
viii
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberi apa-apa yang berarti, hanya do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan serta selalu dalam lindungan-Nya. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek inti didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya. Amin.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
v
HALAMAN MOTTO ................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ..........................................................
viii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xii
BAB I
BAB II
:
:
BAB III :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................................................
1
B. Penegasan Istilah ...............................................................
7
C. Fokus Permasalahan...........................................................
8
D. Tujuan Penelitian ..............................................................
9
E. Kajian Pustaka ..................................................................
9
F. Metode Penelitian ..............................................................
10
LANDASAN TEORI A. Mutu Pendidikan................................................................
18
B. Tenaga Pendidik ................................................................
21
1. Mutu Tenaga Pendidik ……………………………... ...
21
2. Standar Mutu Tenaga Pendidik…………………...... ....
22
C. Manajemen Strategis ...........................................................
31
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG A. Gambaran Umum SDI Hidayatullah Semarang………….. .
x
40
B. Kondisi
mutu
tenaga
pendidik
SDI
Hidayatullah
Semarang ...........................................................................
43
C. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang............................. BAB IV
:
47
ANALISIS STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG A. Analisis
kondisi
mutu
tenaga
pendidik
di
SDI
Hidayatullah Semarang. .....................................................
55
B. Analisis strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu tenaga
pendidik
di
SDI
Hidayatullah
Semarang………………………………………………...... BAB V
:
59
PENUTUP A. Simpulan............................................................................
63
B. Saran..................................................................................
65
C. Penutup..............................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Pedoman Wawancara
2.
Hasil Wawancara
3.
Struktur Organisasi
4.
Foto Kegiatan
5.
Lain-lain
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan UndangUndang
Dasar
Republik
Indonesia
Tahun
1945
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.1 Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 mengamanatkan bahwa salah satu arah kebijakan pembangunan pendidikan adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. GBHN 1999-2004 juga mengamanatkan agar pembangunan pendidikan diarahkan pula untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh.
1
Martinis Yamin, Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. 1, hlm. 26
xiii
Arah kebijakan peningkatan perluasan dan pemerataan pendidikan dilaksanakan melalui antara lain penyediaan fasilitas layanan pendidikan
berupa
pembangunan unit
sekolah
baru,
penambahan ruang kelas dan penyediaan fasilitas pendukungnya, penyediaan berbagai pendidikan alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan perhatian khusus, serta penyediaan berbagai beasiswa dan bantuan dana operasional sekolah yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Upaya memperbaiki tingkat pendidikan penduduk telah dilakukan melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, selain itu, upaya peningkatan mutu tenaga pendidik (guru) juga diperhatikan. Karena pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan mutu tenaga pendidik. Ternyata mutu tenaga pendidik juga menjadi salah satu unsur yang menentukan munculnya generasi muda yang berprestasi. Dapat dikatakan tinggi rendahnya mutu sekolah juga dilihat dari tinggi rendahnya mutu tenaga pendidik (guru).2 Berdasarkan laporan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 menunjukkan bahwa guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV baru mencapai target 35,6 % saja. Jadi sebanyak 64,4 % guru belum memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Pada tahun 2007, Depdiknas baru berhasil meningkatkan kualitas guru hingga S1/D-IV sebanyak 48,6% guru. Sedangkan tahun 2009 kualitas guru meningkat lagi sebanyak 62,1% guru.3
2
Muliani, “Pembangunan Pendidikan”, http://www.scribd.com/doc/10857091/pembangunan-pendidikan (Download tanggal 23 Agustus 2010) 3 Baedhowi, “Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Peningkatan Profesionalisme Guru” http://Jurnal.Ump.Ac.Id/_Berkas/Jurnal/16.Pdf (Download tanggal 28 September 2010)
xiv
Kualifikasi atau kualitas tenaga pendidik (guru) perlu ditingkatkan lagi, mengingat tenaga pendidik adalah salah satu komponen yang sangat penting yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia dibidang pembangunan. Oleh karena itu, pendidik harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang. Artinya, bahwa setiap pendidik mempunyai tanggung jawab terhadap peserta didiknya pada suatu kedewasaan. Dalam rangka ini pendidik tidak hanya sebagai “transfer of knowledge” tetapi juga melakukan “transfer of values” dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan arahan dan menuntun siswa dalam belajar.4 Oleh sebab itu, tenaga pendidik yang kualifikasinya belum memenuhi standar harus ditingkatkan lagi atau harus berstrata 1 (S1). Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat pesat. Hal ini terbukti bahwa dalam proses pembelajaran yang diperankan oleh pendidik tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya.5
4
Baedhowi, Ibid., “Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Peningkatan Profesionalisme Guru”, http://Jurnal.Ump.Ac.Id/_Berkas/Jurnal/16.Pdf (Download tanggal 28 September 2010) 5 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 229
xv
Personalia
pendidikan
atau
para
pelaksana
pendidikan
merupakan personal yang perlu diperhatikan. Disamping ia merupakan salah satu sub sistem manajemen yang perlu mendapat perhatian yang sama dengan sub sistem manajemen yang lain, ia merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Orang-orang dalam organisasi pendidikan merupakan penentu keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Sebab walau sumber yang lain lengkap, misalnya dana mencukupi, media lengkap, bahan pelajaran tersedia, sarana dan prasarana baik, lingkungan belajar kaya, tetapi pelaksana-pelaksana pendidikan tidak berkompetensi dan tidak berdedikasi belum tentu tujuan pendidikan akan tercapai. Tidak banyak siswa atau mahasiswa mampu belajar tanpa guru atau dosen.6 Sebaliknya bila personalia pendidikan terutama guru memiliki kompetensi dan dedikasi yang baik walaupun sumber-sumber pendidikan yang laen kurang lengkap atau beberapa dari padanya tidak tersedia, para pelaksana pendidikan akan tetap melaksanakan tugasnya. Dengan inisiatif dan kreatifitas mereka akan dapat membawa para siswa atau mahasiswa kedalam proses belajar yang relatif baik.7 Tenaga pendidik (guru) mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya dibidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermanfaat dan professional. Katanya, guru mempunyai titik tolak sentral dari peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Tetapi, mengapa peningkatan guru tidak dilakukan secara sungguhsungguh? Padahal, guru professional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan manusia
6
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 109 7 Made Pidarta, Ibid. hlm. 110
xvi
Indonesia yang cerdas dan kompetitif, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS). Dalam perwujudannya, tanggung jawab perlu ditekankan dan dikedepankan, karena pada saat ini banyak lulusan pendidikan yang cerdas dan trampil, tetapi tidak memiliki tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya sehingga seringkali menimbulkan masalah bagi masarakat, menjadi beban masyarakat dan bangsa bahkan pesatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya standar kompetensi dan sertifikasi tenaga pendidik (guru), agar nantinya memiliki tenaga pendidik (guru) professional yang memiliki standar dan lisensi yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan tenaga pendidik (guru) yang demikianlah, kita berharap dapat membangun kembali masyarakat dan bangsa yang sudah hampir porak-poranda.8 Kompetensi dan profesionalisme seorang tenaga pendidik (guru) sangat dituntut, karena perkembangan ilmu semakin pesat. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 42 ayat 1 yang berbunyi: “pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Pasal tersebut menggambarkan persyaratan kemampuan guru sebagai pendidik, sedangkan pasal 43 ayat 1 yang menjelaskan bahwa: “Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan”.9 Pasal
8
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 3, hlm. 5-6 9 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Penjelasannya, (Yogjakarta: Media Wacana Press, 2003), Cet. 1, hlm. 30
xvii
inipun menggambarkan bahwa promosi seorang guru juga didasarkan pada kemampuannya atau kompetensinya. Dengan melihat pentingnya guru bagi dunia pendidikan, maka kepala sekolah mempunyai peran sentral dalam mengelola personalia khususnya tenaga pendidik (guru) disekolah, sehingga sangat penting kepala sekolah untuk memahami dan menerapkan pengelolaan personalia dengan baik. Beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh kepala sekolah dalam menerapkan manajemen personalia yaitu: 1. Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia (tenaga pendidik atau guru) adalah komponen paling berharga. 2. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusional. 3. Kultur dan suasana organisasi disekolah, serta perilaku manajerial kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah. 4. Manajemen personalia disekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, staf administrasi, siswa, orang tua siswa, dan yang terkait) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah. 10 Dari
beberapa
prinsip
diatas
kepala
sekolah
dapat
meningkatkan manajemen mutu bagi tenaga pendidik (guru) sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis membutuhkan suatu contoh lembaga yang dapat diamati, yakni SDI Hidayatullah Semarang. SDI Hidayatullah adalah sebuah lembaga yang berada dibawah yayasan Abul Yatama yang berada dikota Semarang tepatnya di daerah
10
Mukhlas Samani, dkk., Panduan Manajemen Sekolah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000), hlm. 77
xviii
Banyumanik. Yayasan ini terdiri dari KBTK-IH, SD-IH, SMP-IH, dan SMA-IH yang mengembangkan pendidikannya dengan memadukan dzikir, fikir dan ikhtiar dengan tujuan akhir menyemai benih insan khoiru ummah. Selain itu, pendidikan yang diterapkan disini juga mengenalkan penerapan syariat Islam sejak dini, pengenalan teknologi dan pengetahuan praktis aplikatid dikehidupan sehari-hari. Melalui
konsep
tersebut,
kepala
sekolah
sangat
memprioritaskan kompetensi tenaga pendidik (guru). Oleh karena itu, penulis akan fokus terhadap strategi peningkatan mutu tenaga pendidik yang dilakukan oleh kepala sekolah. Alasan penulis memilih manajemen peningkatan mutu di SDI Hidayatullah Semarang karena siswa-siswi yang berada di SD tersebut sangat berprestasi. Terbukti dengan banyak diraihnya prestasi siswa dari berbagai bidang. Ini tidak lepas dari peran guru profesional yang berada di SDI Hidayatullah Semarang serta peran kepala sekolah yang selalu meningkatkan kompetensi para guru dalam mengembangkan potensi anak didiknya. Kaitannya dengan ini, maka penulis tertarik untuk
mengangkat
judul
“Strategi
Kepala
Sekolah
Dalam
Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik di SDI Hidayatullah Semarang”.
B. Penegasan Istilah Untuk
menghindari
salah
penafsiran
dan
meluasnya
permasalahan maka perlu kiranya penulis memberikan definisi yang lebih jelas. 1) Strategi Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Secara umum srtategi adalah proses penentuan cara pemimpin xix
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai.11 2) Mutu Konsep mutu baik menurut konsumen ataupun produsen adalah kepuasan. Barang atau jasa yang dikatakan bermutu adalah yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun produsennya. 12 Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia mutu adalah baik buruk suatu kualitas.13 Secara
luas
mutu
dapat
diartikan
sebagai
agregat
karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggan. 14 3) Tenaga Pendidik Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 6 yang dimaksud tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikai sebagai guru, dosen, konselor, pamong pelajar, widayaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator,
dan
sebutan
lain
sesuai
dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam dunia pendidikan.15 4) SDI Hidayatullah Semarang
11
Ina,” Konsep Strategi”, http://jurnal-sdm.bolgspot.com/2009/08/konsep-strategidefinisi-perumusan.html,(Dowload tanggal 28 Desember 2010) 12 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm. 293 13 Suharso, Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 331 14 Ridwan, “Kompetensi Guru”http://www.uns.ac.id/data/0023.pdf (Download tanggal 29 Maret 2010) 15 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm. 230
xx
Yaitu salah satu sekolah yang bernaung dibawah yayasan Abul Yatama yang menjadi tempat atau lokasi penelitian.
C. Fokus Permasalahan Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis dapat memberi batasan dan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang? 2. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang. 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.
E. Kajian Pustaka Dalam telaah pustaka ini peneliti akan mendeskipsikan beberapa karya ilmiah yang mendukung penelitian ini. Pertama, skripsi yang ditulis oleh saudari Jauhar Insiyya, alumnus Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Menulis xxi
skripsinya dengan judul “Studi Tentang Peningkatan Mutu Profesi Guru PAI di MGMP PAI SMP Kabupaten Kendal Tahun 2004-2005”. Dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa guru PAI yang tergabung dalam MGMP PAI setelah mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP PAI SMP Rayon Kendal para guru menjadi lebih maju, tambah wawasan, dan tambah kreatifitasnya.16 Kedua, skripsi saudari Nihayatus Sholikhah yang berjudul “Persepsi Guru Tentang Pengaruhnya Terhadap
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Upaya Peningkatan Mutu
Kompetensi
Pedagogik Mts Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen”. Membahas tentang tanggapan seorang guru tentang kepala sekolah yang mempunyai peran pemimpin yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik di Mts Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen.17 Ketiga, skripsi saudara Dadang Utomo yang berjudul “Upaya Sekolah Dalam Membina Profesionalisme Guru PAI SD Al-Azhar 14 Semarang”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa sekolah memberi kesempatan kepada semua guru PAI untuk mengikuti kegiatankegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme baik yang bersifat intern maupun ekstern dam melakukan evaluasi atau penilaian yang dilakukan secara periodik.18
16
Jauhar Insiyya, Studi Tentang Peningkatan Mutu Profesi Guru PAI di MGMP PAI SMP Kabupaten Kendal Tahun 2004-2005, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005) 17 Nihayatus Sholikhah, Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Kompetensi Pedagogik Mts Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007) 18 Dadang Utomo, Upaya Sekolah Dalam Membina Profesionalisme Guru PAI SD AlAzhar 14 Semarang, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)
xxii
Dari
tulisan-tulisan
tersebut,
penulis
menemukan
suatu
pembahasan mengenai peningkatan profesi, kompetensi pedagogik maupun profesionalisme guru. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk membahas dari beberapa permasalahan tersebut yang lebih kompleks dengan judul manajemen peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.
F. Metode penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian
yang
penulis
lakukan
tergolong
sebagai
penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang langsung dilakukan pada responden.19. Oleh karena itu, obyek penelitiannya adalah berupa obyek di lapangan yang sekiranya mampu memberikan informasi tentang kajian penelitian. Dalam hal ini peneliti menjadikan SDI Hidayatullah Semarang sebagai obyek penelitian dengan di fokuskan pada strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam peningkatan mutu tenaga pendidik sehingga dapat diketahui langkah-langkah apa saja yang ditempuh oleh kepala sekolah SDI
Hidayatullah Semarang
dalam
meningkatkan mutu gurunya. Selain itu, penulis juga melakukan observasi untuk mengetahui kondisi mutu guru tersebut. Jenis penelitian dalam penyusunan karya ilmiah ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan posedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku
19
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.
xxiii
yang diamati. 20 Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan manajemen peningkatan mutu tenaga pendidik
di SDI Hidayatullah
Semarang. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena social dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya. 21 2. Fokus penelitian Penelitian ini difokuskan terhadap bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang. 3. Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Sumber data penelitian dikelompokkan menjadi: a) Data Primer Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari subyek penelitan dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai informasi yang dicari. 22 Data primer untuk penelitian ini yakni tentang strategi peningkatan mutu tenaga pendidik yang dilakukan oleh
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 4 21 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 2, hlm. 94 22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 107
xxiv
kepala sekolah di SDI Hidayatullah Semarang yang diperoleh melalui wawancara selain itu penulis juga melakukan observasi
beserta
wawancara
kepada
para
guru
SDI
Hidayatullah untuk mengetahui kondisi mutu gurunya. b) Data Sekunder Data sekunder yakni data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian.23 Data sekunder berupa data dokumentasi atau data lain, data sekunder untuk penelitian ini adalah arsip-arsip atau dokumentasi yang berkaitan dengan tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang maupun profil SDI Hidayatullah Semarang. 4. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data yakni pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristikkarakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik, diantaranya: 1.
Wawancara (interview) Wawancara juga disebut teknik komunikasi, adalah cara pengumpulan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data dengan
23
Ibid., hlm. 102
xxv
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.24 Metode ini di gunakan untuk mencari data dengan pihak-pihak yang terkait, guna mengetahui bagaimana peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang. Yang menjadi sumber data yaitu kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang terkait dengan sejarah sekolah, kondisi
sekolah dan juga data-data yang mendukung
penelitian, dewan guru (tenaga pendidik) SDI Hidayatullah Semarang mengenai kondisi mutu guru dan sumber-sumber lainnya yang terkait untuk memperoleh data mengenai peningkatan mutu tenaga pendidik. 2.
Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.25 Metode
ini digunakan untuk
memperoleh
serta
memantapkan data yang diperoleh melalui wawancara terhadap kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dan mengamati guru pada saat mengajar dan menyampaikan materi didalam kelas, sehingga dalam observasi akan diketahui proses yang sebenarnya. 3.
Dokumentasi Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subyek penelitian, namun melalui
24
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. 2, hlm. 165 25 Ibid., hlm. 158
xxvi
dokumen.26 Atau dikatakan juga dokumentasi merupakan metode yang digunakan dengan mencari data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan termasuk juga bukubuku tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.27 Dalam
hal
ini
penulis
menggunakan
metode
dokumentasi untuk mencari data-data otentik sebagai pelengkap, diantaranya untuk mendapatkan data tentang struktur organisasi, sarana dan prasarana, jumlah guru, karyawan dan siswa, dan sebagian umum data-data yang ada di SDI Hidayatullah Semarang. 4. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu
dilanjutkan
dengan
berupaya
mencari
makna
(interpretasi).28 Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan metode triangulasi
data, yakni metode dengan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
26
M. Iqbal Hasan, Op. Cit., hlm. 87 S. Margono,Op. Cit., hlm. 280. 28 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm. 104 27
xxvii
lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.29 Triangulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanannya peneliti melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara dengan kepala sekolah beserta dewan guru. Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti telaah lagi dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik (guru) yang ada di SDI Hidayatullah Semarang dan strategi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidiknya. Setelah semua data terkumpul, maka penulis akan berusaha untuk dapat menjelaskan objek permasalahan secara sistematis serta memberikan analisis secara cermat dan tepat terhadap objek kajian tersebut. Dalam memberikan penjelasan mengenai data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang bersifat sekarang.30 Jadi penulis menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan peningkatan mutu tenaga pendidik
di SDI Hidayatullah
Semarang. Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh tiga
29
Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 330. Nana Sudjana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 64. 30
xxviii
langkah utama dalam penulisan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, bahwa aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.31 Tiga langkah tersebut meliputi: a.
Data reduction (Reduksi data) Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti, dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan
gambaran
yang
lebih
jelas
dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Disini data mengenai strategi peningkatan mutu di SDI
Hidayatullah Semarang
yang
diperoleh dan
terkumpul, baik dari hasil penelitian lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman. b.
Data display (Penyajian data) Penyajian data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu
organisasi
yang
memudahkan
untuk
membuat
kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.32 Sajian data dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang strategi peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang. Artinya data
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 91. 32 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. 1, hlm. 167.
xxix
yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih. Sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian. c.
Conclusion drawing/verification Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang di peroleh ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan mengenai strategi peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan permasalahannya.
xxx
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tenaga Pendidik 1.
Mutu Tenaga Pendidik Pada format pengelolaan pendidikan yang sentralistik, sekolah
menjadi unit birokrasi dan tenaga pendidik (guru) sering diposisikan sebagai karyawan birokrasi pemerintah. Sebaliknya pada
format
pengelolaan pendidikan yang desentralisasikan, sekolah dikonsepkan sebagai unit akademik dan tenaga pendidik (guru) merupakan tenaga profesional. Supaya mempunyai lulusan peserta didik yang diharapkan maka sekolah harus meningkatkan mutu guru. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, keluaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari berbagai sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum, prasarana dan sarana sekolah. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa alat lunak, seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.33 Tenaga pendidik (guru) berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10 (1) bahwa tenaga pendidik mempunyai empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi
33
Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendididan, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Cet. 1, hlm. 53
xxxi
kepribadian dan kompetensi social yang diperoleh melalui pendidikan profesi.34 Empat kompetensi di atas hanya bisa dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, tenaga pendidik (guru) mempunyai peran, fungsi, dan kedudukan yang sangat strategis. Hal ini berorientasi bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis kompetensi, tenaga pendidik (guru) mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karenanya tenaga pendidik (guru) juga sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama tenaga
pendidik
(guru)
adalah
merancang,
melaksanakan,
dan
mengevaluasi pembelajaran. Dengan demikian mutu tenaga pendidik (guru) mempunyai peranan dan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam hal ini kekuatan dan mutu pendidikan suatu negara dapat dinilai dengan mempergunakan faktor mutu tenaga pendidik (guru) sebagai salah satu induk utama. Itulah sebabnya antara lain mengapa mutu tenaga pendidik (guru) merupakan faktor yang mutlak didalam pembelajaran. Makin sungguh-sungguh sebuah pemerintahan untuk membangun negerinya, makin menjadi penting kedudukan mutu tenaga pendidik (guru). 2.
Standar Mutu Tenaga Pendidik Dalam PP No 19 Tahun 2005 pasal 2 (1) bahwa: “Standar Nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik
dan
kependidikan,
sarana
34
dan
prasarana,
pengelolaan,
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Guru dan Dosen, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), Cet. 3, hlm. 5
xxxii
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala”.35 Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam SNP pasal 28 (1) bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sedangkan ayat (2) menjelaskan bahwa: “kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku”. Adapun pada ayat (3) menjelaskan bahwa: “kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi
profesional,
dan
kompetensi
sosial”.36 Standar yang dimaksud adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan atas sumber, prosedur, dan manajemen yang efektif. Sedangkan kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan ukuran dan keadaan yang dikehendaki. Secara konseptual, standar juga dapat berfungsi sebagai alat untuk menjamin bahwa program-program pendidikan suatu profesi dapat memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon sebelum masuk kedalam profesi yang bersangkutan.
35
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 5 36 Ibid., hlm. 17
xxxiii
Profesionalisme dan kompetensi merupakan dua hal yang menentukan parameter seseorang yang berkualitas atau tidak bermutu. Keduanya merupakan kedua hal yang tidak terpisah satu sama lainnya. a. Profesionalisme Guru Kata profesional adalah kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus disiapkan untuk itu bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.37 Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, profesionalisme berarti paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional, yaitu orang yang memiliki profesi.38 Dengan bertitik tolak dari pengertian diatas, maka pengertian guru profesional adalah orang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuannya yang maksimal. Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dengan baik, serta memiliki kemampuan yang kaya dibidangnya. Sebagaimana dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
37
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 14-15 38 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 107
xxxiv
: (
)
: 39
“Dari abu Hurairah r.a. ia berkata : Rasulullah saw telah bersabda : Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari). Makna hadits tersebut dapat dipahami bahwa betapa pentingnya keahlian yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanatkannya, karena tugas mengajar harus dilakukan oleh seorang tenaga pendidik yang benarbenar mempunyai ilmu dibidang kependidikan. Menurut Dedi Supriadi dan Trianto, untuk menjadi guru profesional, guru dituntut memiliki lima kemampuan (skill) yaitu: (1) mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya, (2) menguasai secara mendalam materi pelajaran yang akan diajarkan serta cara mengajarnya (menggunakan metode yang sesuai dengan mata pelajaran), (3) bertanggung jawab dan memantau hasil belajar peserta didik, (4) mampu berfikir sistematis, kritis, taktis dan strategis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya, dan (5) mereka merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. 40 Secara singkat dapat dikatakan bahwa kemampuan profesional guru pada hakekatnya adalah bermuara pada ketrampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang anak sebagai peserta didik,
39
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), Juz I, hlm. 21. 40 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 45-46
xxxv
obyek
belajar dan situasi kondusif
berlangsungnya kegiatan
pembelajaran. Jadi seorang guru dalam arti yang seharusnya adalah pekerjaan yang profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat melakukan pekerjaan itu atau bukan ahlinya. Dengan
demikian
seorang
profesional
menjalankan
pekerjaannya sesuai tentang tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme dan bukan secara amatir. Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 1 (4), pengertian profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memperlukan pendidikan profesi.41 Sementara juga disebutkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 8, menyebutkan bahwa seorang guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.42 Dengan demikian makna profesionalisme mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis, profesionalisme memiliki makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung
41
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Guru dan Dosen,
Op. Cit., hlm. 2
42
Ibid., hlm. 5
xxxvi
jawab intelektual maupun tanggung jawab moral dan memiliki kesejawatan. b. Kompetensi Tenaga Pendidik Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Brokke and Stone (1995) yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles (1994) yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan dalam undangundang republik indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dijelaskan
bahwa:
“kompetensi
adalah
seperangkat
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 43 Menurut Oemar Hamalik memberikan isyarat agar guru dalam bekerja dapat melaksanakan fungsinya dan tujuan sekolah, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi yaitu sebagai berikut: a) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. b) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (instruksional) sekolah. c) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.44
43
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 25 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 3, hlm. 38 44
xxxvii
Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan
melaksanakan
sesuatu
yang
diperoleh
melalui
pendidikan; kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu didalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena memiliki arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencangkup sesuatu yang tidak kasat mata. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan
perhatian,
dan
mempersepsi
yang
mengarahkan
seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi profesionalisme. 45 Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10 (1), kompetensi guru ada 4, meliputi: 1) Kompetensi Pedagogik Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
45
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 26
xxxviii
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.46 Menurut Slamet PH yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengatakan kompetensi pedagogik terdiri dari sub-kompetensi (1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan; (2) mengembangkan silabus mata pelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD); (3) melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)
berdasarkan
silabus
yang
telah
dikembangkan; (4) merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas; (5) melaksanakan pembelajaran pro-perubahan (aktif,
kreatif,
inovatif,
eksperimentatif,
efektif
dan
menyenangkan); (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik; (7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek, misalnya: pelajaran, kepribadian, bakat, minat dan karir; dan (8) mengembangkan profesionalisme sebagai guru.47 Kaitannya dengan kompetensi pedagogik seorang guru, Islam memberikan posisi yang mulia. Sehingga posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan lainnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al- Mujadalah ayat 11:
46
Ibid., hlm. 75 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 1, hlm. 31-32 47
xxxix
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat". (Al-Mujaadilah: 11)48 2) Kompetensi Profesional Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.49 Kompetensi profesional seorang guru sekurang-kurangnya harus memiliki penguasaan diantaranya: a.
Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan
b.
Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. 50
3) Kompetensi Kepribadian Istilah kepribadian digunakan dalam disiplin ilmu psikologi yang mempunyai pengertian sebagai sifat hakiki yang
48
Departemen Agama RI, Al- Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 543 49 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 135 50 Siti Masruroh, “Kompetensi Guru”, http://sitimasruroh.blogspot.com/2009/11/kompetensi-guru.html (download tanggal 29 Maret 2010)
xl
tercermin pada sikap seseorang . Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu kata personality, yang mempunyai pengertian sebagai sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain (Kartini Kartono dan Dali Gulo: 1987).51 Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi
kepribadian
sangat
besar
pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.52 Menurut Ahmad Tafsir sebagaimana dikutip oleh Khoiron Rosyadi, sifat-sifat guru muslim sebagai berikut: a)
Kasih sayang.
b) Senang memberi nasehat. c)
Senang memberi peringatan.
d) Senang melarang muridnya melakukan hal yang tidak baik. e)
Bijak dalam memilih bahan atau materi pelajaran yang sesuai dengan lingkungan murid.
51
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 2, hlm. 36 52 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 117
xli
f)
Hormat terhadap pelajaran lain yang bukan pegangannya.
g) Bijak dalam memilih pelajaran yang sesuai dengan taraf kecerdasan murid. h) Mementingkan berfikir dan berijtihad. i)
Jujur dalam keilmuan.
j)
Adil dalam segala hal.53
4) Kompetensi Sosial Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.54 Kompetensi sosial juga bisa diartikan sebagai kemampuan guru dalam membina dan mengembangkan interaksi sosial baik sebagai tenaga profesional maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, seharusnya seorang tenaga pendidik (guru) tidak hanya tanggung jawab didalam kelas saja, tetapi harus mewarnai perkembangan anak didik diluar kelas. Dengan kata lain, tenaga pendidik (guru) tidak sekedar orang yang hadir didepan kelas unntuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, tetapi juga anggota masyarakat yang harus ikut aktif dalam mengarahkan perkembangan anak didik
menjadi anggota
masyarakat.
53
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.
54
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 173
191
xlii
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa standar kompetensi tenaga pendidik (guru) adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan supaya mutu guru dapat diketahui. Standar kompetensi tenaga pendidik (guru) bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap tenaga pendidik (guru) akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pandai tetapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.
B. Mutu Pendidikan Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh masing-masing orang atau pihak. Produsen atau konsumen akan memiliki definisi yang berbeda mengenai mutu barang atau jasa. Perbedaan ini akan mengacu pada orientasi masing-masing pihak mengenai barang atau jasa yang menjadi obyeknya. Mutu adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan. Sallis (1993) yang dikutip oleh Deni Koswara dan Cepi Triana mendefinisikan mutu dalam dua perspektif, yaitu mutu absolut dan mutu relatif. Mutu absolut merupakan mutu dalam xliii
arti yang tidak bisa ditawar-tawar lagi atau bersifat mutlak. Dalam pandangan absolut, mutu diartikan sebagai ukuran yang terbaik menurut pertimbangan produsen dalam memproduksi suatu barang atau jasa. Sedangkan mutu relatif diartikan sebagai mutu yang ditetapkan oleh selera konsumen. Dengan demikian, suatu barang atau jasa dapat disebut bermutu oleh seorang konsumen, tetapi belum tentu dikatakan bermutu oleh konsumen lainnya. Pandangan mengenai mutu di atas mengimplikasikan bahwa barang atau jasa yang diproduksi harus selalu mengutamakan kesesuaian antara kebermutuan dalam perspektif absolut dan relatif. Artinya, setiap barang atau jasa yang diproduksi harus memuaskan pelanggan dan memenuhi spesifikasi yang dimiliki produsen.55 Dalam bidang pendidikan, misi utama peningkatan mutu adalah memenuhi kepuasan pelanggan. Menurut Peter dan Waterman (1982) yang dikutip oleh Husaini Usman bahwa semua organisasi yang ingin mempertahankan keberadaannya harus berobsesi pada mutu. Mutu harus sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu adalah keinginan pelanggan bukan keinginan sekolah. Tanpa mutu yang sesuai dengan keinginan pelanggan, sekolah akan kehilangan pelanggannya dan akan tutup atau bubar. Menurut Hensler dan Bruneel (dalam Sceuing dan Christoher, 1993) yang dikutip oleh Husaini Usman ada empat prinsip utama mutu, diantaranya: 1) Kepuasan Pelanggan
55
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Op. Cit., hlm.
293-294
xliv
Dalam mutu pendidikan, konsep mengenai mutu dan pelanggan diperluas. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasispesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pendidikan hanya pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Pelanggan sekolah meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal sekolah. Pelanggan eksternal sekolah adalah orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat termasuk komite sekolah. Pelanggan internal sekolah adalah siswa, guru dan staf tata usaha. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, aktifitasnya harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pelanggan, semakin tinggi nilai yang diberikan maka makin besar pula kepuasan pelanggan. 2) Respek Terhadap Setiap Orang Dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang disekolah dipandang memiliki potensi. Orang yang ada diorganisasi dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai dan dipandang sebagai aset organisasi. Oleh karena itu, setiap orang diperlakukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. 3) Manajemen Berdasarkan Fakta Sekolah kelas dunia berorientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada perasaan (feeling) atau ingatan semata. Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini: (1) prioritatisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan menggunakan data, manajemen dan tim xlv
dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu; (2) variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. 4) Perbaikan Terus Menerus Agar dapat sukses setiap sekolah perlu melakukan proses sitematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.56 Pendidikan (sekolah) sebagai unit layanan jasa, keberhasilannya dapat diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat dari jenis pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika: a) Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajarannya yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah dan sebagainya. b) Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua. Misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah. c) Pihak pemakai atau penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai dengan harapan.
56
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 1, hlm. 535-536
xlvi
d) Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan antar guru/karyawan/pimpinan, gaji atau honorarium, dan sebagainya.57
C. Manajemen Strategis Manajemen strategis merupakan rangkaian dua perkataan terdiri dari kata “manajemen” dan “strategis”, sedangkan pengertian dari manajemen strategis adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis oleh manajemen untuk merumuskan strategi, menjalankan strategi dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai-nilai yang terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi.58 Menurut Budiman CHR. (1988:14) yang dikutip oleh Akdon bahwa pengertian manajemen stategis adalah serangkaian keputusankeputusan dan tindakan-tindakan yang menuju pada penciptaan sebuah atau beberapa strategi efektif untuk mencapai tujuan organisasi. 59 Manajemen strategis adalah suatu cara untuk mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien, sampai kepada implementasi garis terdepan, sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasarannya tercapai. Sasaran manajemen strategis adalah meningkatkan: a. Kualitas organisasi b. Efisiensi penganggaran c. Penggunaan sumber daya
57
Muchlas Samani, Op. Cit, hlm. 193 Gumati, “Teori Manajemen Strategis”http://gumatibonteng.blogspot.com/2009/11/18/3-teori-manajemen-strategis.html (Download tanggal 21 Oktober 2010) 59 Akdon, Strategic Management for Educational Management (Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan), (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. 2, hlm. 7 58
xlvii
d. Kualitas evaluasi program dan pemantauan kinerja, serta e. Kualitas pelaporan Prinsip manajemen strategis adalah adanya strategy formulation yang mencerminkan keinginan dan tujuan organisasi yang sesungguhnya, adanya strategi implementasi yang menggambarkan cara mencapai tujuan (secara teknis strategi implementasi mencerminkan kemampuan organisasi dan alokasinya termasuk dalam hal ini adalah alokasi keuangan dengan anggaran berbasis kinerja), serta strategi evaluasi yang mampu mengukur, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kinerja organisasi. Prinsip-prinsip manajemen strategis adalah strategy formulation, strategy implementation, dan strategy evaluation. Uraiannya sebagai berikut: a. Strategy Formulation Tujuan utama kegiatan formulasi strategi formulasi adalah pembuatan
tujuan
yang
rasional.
Rasionalitas
ini
dalam
perkembangannya semakin kompleks karena pesatnya perkembangan lingkungan
dimana
organisasi
tersebut
berada.
Perkembangan
lingkungan ini menuntut organisasi agar selalu melakukan perubahan ke arah perbaikan untuk mempertahankan eksistensinya. Kemampuan internal organisasi dan tuntutan perubahan eksternal merupakan dua komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan strategis. Perumusan strategi yang realistis dan up-to-date adalah dua tuntutan yang harus dijawab dalam pembuatannya. Realistis dalam arti bahwa perencanaan tersebut menunjukkan dengan jelas kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana organisasi ingin mencapai tujuan tersebut. Up-to-date dalam arti meskipun strategi ini dibuat dalam jangka waktu tertentu (panjang, menengah,
pendek)
namun
xlviii
selalu
efektif
dan
tepat
dengan
perkembangan lingkungan (antisipatif terhadap perubahan lingkungan) sehingga
mampu
memaksimalkan
keunggulan
kompetitif
dan
meminimalkan keterbatasan. b. Strategy Implementation Tujuan utama strategy implementation adalah rasionalitas tujuan dan sumber daya. Pada dasarnya strategy implementation adalah tindakan mengimplementasikan strategi yang telah kita susun ke dalam berbagai alokasi sumber daya secara optimal. Secara teknis, komponen penting yang harus dijawab dalam strategy implementation adalah bagaimana kita dapat sampai ke tujuan? Dijawab dengan penyusunan “action plan” yang intinya merupakan strategi dan tindakan mengimplementasikan formulasi strategi menuju ke arah alokasi sumber daya secara optimal serta mempersiapkan semua fakor penunjang yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan. c. Strategy Evaluation Fokus utama dalam strategy evaluation adalah pengukuran kinerja dan penciptaan mekanisme umpan balik yang efektif. Pengukuran kinerja merupakan tahap yang penting untuk melihat dan mengevaluasi capaian tau hasil pekerjaan yang telah dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan yang menjadi sasaran pekerjaan tersebut. Tahap selanjutnya setelah pengukuran kinerja adalah analisis dan evaluasi kinerja yang bertujuan untuk mengetahui progress realisasi kinerja yang dihasilkan, maupun kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mencapai sasaran kinerja. Analisis dan evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat efisiensi, efektifitas, ekonomi maupun perbedaan kinerja (gap). Hasil analisis evaluasi lebih lanjut dapat
xlix
digunakan sebagai umpan balik untuk mengetahui pencapaian implementasi perencanaan strategisk.60 Salah satu proses dalam manajemen strategis adalah penilaian lingkungan organisasi melalui proses analisis lingkungan organisasi. Yang dimaksudkan di sini meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa, dan pengaruh-pengaruh didalam dan disekeliling organisasi yang berdampak pada kehidupam organisasi berupa kekuatan internal, kelemahan internal, peluang eksternal, dan tantangan eksternal. 1. Analisis Eksternal Lingkungan eksterrnal meliputi: a) Peluang (opportunity) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat positif, yang membantu organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi. b) Tantangan atau ancaman (Threat) adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan organisasi gagal dalam mencapai visi dan misi. 2. Analisis Internal Lingkungan internal meliputi: a) Kekuatan (strength) adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat
positif
yang
memungkinkan
organisasi
memenuhi
keuntungan strategik dalam mencapai visi dan misi. b) Kelemahan Internal (weakness) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang menghambat organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
60
Ibid, hlm. 79-85
l
Lingkup analisis lingkungan strategis adalah telaah lingkungan internal dan telaah lingkungan eksternal, yaitu: 1) Telaah Lingkungan Internal Telaah lingkungan internal
ini mecermati kekuatan dan
kelemahan dilingkungan internal organisasi sendiri yang dapat dikelola manajemen meliputi antara lain: a. Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personelnya. b. Sistem organisasi dalam mencapai efektifitas organisasi terutama efektifitas komunikasi internal. c. Sumber daya manusia, sumber daya alam, tenaga terampil (skill) dalam tingkat pemberdayaan sumber daya, termasuk komposisi dan kualitas sumber daya manusianya. d. Biaya operasional berikut sumber dananya. e. Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses kinerja atau misi organisasi yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul dilingkungan internal organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai saat ini. 2) Telaah Lingkungan Ekternal Telaah lingkungan eksternal mencermati peluang dan tantangan yang ada dilingkungan eksternal organisasi sendiri (yang tidak dapat dikelola oleh manajemen) yang meliputi berbagai faktor yang dapat dikelompokkan dalam bidang atau aspek. Dari kedua telaah ini dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang situasi dan kondisi organisasi dari berbagai aspek, internal dan eksternal. Telaah lingkungan harus diteliti karena tantangan (ancaman) terhadap sebagian dari organisasi dapat saja merupakan peluang bagi bagian lain dari organisasi yang sama. Lingkungan eksternal yang dinamis sedapat mungkin direkayasa (dalam arti positif) sedemikian rupa sehingga
li
dapat dimanfaatkan oleh organisasi secara positif. Secara eksteren “tantangan” direkayasa dan diubah menjadi “peluang”. Telaah lingkungan strategis sangat bermanfaat dalam pembuatan rencana strategis karena,
pertama, dapat mengetahui peluang-peluang
spesifik yang ada dalam lingkungan organisasi. Hal ini perlu bagi manajemen tingkat atas (top management) untuk menetapkan ketrampilan utama sumber daya yang dapat diterapkan pada peluang spesifik yang ada. Kedua, untuk mengingatkan atau memperingatkan organisasi akan adanya faktor
atau
unsur
dilingkungan
organisasi
yang
mungkin
akan
membahayakan organisasi dimasa depan. Dengan “early-warning system” ini, organisasi dapat lebih pro aktif dan efektif dalam mengambil langkahlangkah untuk mengubah kecenderungan lingkungan, internasional maupun eksternal, atau mengurangi dampak negatif organisasi.61 Pada umumnya satuan pendidikan memiliki tujuan dan untuk mencapainya memerlukan strategi. Strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang luas dan terintregasi yang menghubungkan antara kekuatan internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Strategi dirancang untuk memastikan tujuan organisasi dapat dicapai melalui implementasi yang tepat. Substansi strategi pada dasarnya adalah rencana. 62 Dari beberapa prinsip manajemen strategik yang telah diuraikan diatas, kepala sekolah dapat menerapkan atau menggunakan strategi yang tepat untuk digunakan dalam mengelola personalia khususnya dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik. Apabila dalam menggunakan strategi
61
Ibid, hlm. 111-117 Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 1, hlm. 64 62
lii
meningkatkan
mutu tenaga
pendidik kurang tepat,
maka
dapat
menghambat laju perkembangan kompetensi tenaga pendidik. Tenaga pendidik yang bermutu merupakan dambaan bagi kostumer atau pelanggan, banyak strategi yang dilakukan oleh perorangan guru dan lembaga untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru), seperti: (1) melalui peningkatan jenjang akademis, (2) workshop, (3) penataran, (4) peningkatan kinerja, (5) studi banding, dan lain sebagainya. Penambahan pengetahuan dan pengalaman dapat mengangkat mutu tenaga pendidik (guru), artinya mereka harus selalu mengembangkan kapasitas dirinya selaku tenaga pendidik (guru) untuk menjadi panutan, menjadi contoh, berdiskusi bagi pelanggannya. Hal yang penting bagi tenaga pendidik (guru) bermutu harus mampu mendesain pembelajaran.63 Selain itu, menurut Stewart (1998) ada enam cara yang digunakan pemimpin dalam mengembangkan pemberdayaan staf/bawahan, yakni: meningkatkan kemampuan staf/bawahan (enabling), memperlancar (facilitating) tugastugas mereka, konsultasi (consulting), bekerjasama (collaborating), membimbing (mentoring) bawahan, dan mendukung (supporting).64 Ada empat strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru) di sekolah diantaranya sebagai berikut: a.
Peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan (off the job training). Guru dilatih secara individual maupun dalam kelompok untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
terbaik
dengan
menghentikan kegiatan mengajarnya. Kegiatan pelatihan seperti ini memiliki keunggulan karena guru lebih terkonsentrasi dalam mencapai
63
Martinis Yamin dan Maisah, Op. Cit., hlm. 34-35 Suharto, “Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan Guru”, http://drssuharto.wordpress.com/2008/03/04/peran-kepala-sekolah-dalampemberdayaan-guru/ (download tanggal 29 Maret 2010) 64
liii
tujuan yang diharapkan. Namun demikian kegiatan seperti ini tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan terlalu sering. Semakin sering pelatihan seperti ini dilakukan, semakin meningkat dampak kontra produktifnya terhadap efektivitas belajar siswa. b.
Pelatihan dalam pelaksanaan tugas atau on the job training. Model ini dikenal dengan istilah magang bagi guru baru untuk
mengikuti guru-guru yang sudah dinilai baik sehingga guru baru dapat belajar dari seniornya. Pemagangan dapat dilakukan pada ruang lingkup satu sekolah atau pada sekolah lain yang memiliki mutu yang lebih baik. c.
Pelatihan Lesson Studi. Kegiatan ini pada prinsipnya merupakan bentuk kolaborasi guru
dalam memperbaiki kinerja mengajarnya dengan berkonsentrasi pada studi tentang dampak positif guru terhadap kinerja belajar siswa dalam kelas. Kelompok guru yang melakukan studi ini pada dasarnya merupakan proses kolaborasi dalam pembelajaran. Siswa dipacu untuk menunjukkan prestasinya, namun di sisi lain guru juga melaksanakan proses belajar untuk memperbaiki pelaksanaan tugasnya. d.
Melakukan perbaikan melalui kegiatan penilitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan
ini dilakukan guru dalam kelas
dalam proses
pembelajaran. PTK dapat dilakukan sendiri dalam pelaksanan tugas, melakukan penilai proses maupun hasil untuk mendapatkan data mengenai prestasi maupun kendala yang siswa hadapi serta menentukan solusi perbaikan. Karena perlu ada solusi perbaikan, maka PTK sebaiknya
liv
dilakukan melalui beberapa putaran atau siklus sampai guru mencapai prestasi kinerja yang diharapkannya.65 Demikianlah beberapa strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru) disekolah. Dari beberapa strategi tersebut diharapkan guru dapat bekerja atau mengajar siswanya dengan baik dan tujuan pendidikan pun dapat tercapai. Untuk mengetahui kualitas tenaga pendidik atau guru, perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Uji kompetensi guru dapat dilakukan secara nasional, regional, maupun lokal. Secara nasional dapat dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mengetahui kualitas dan
standar kompetensi guru
dalam kaitannya dengan
pembangunan pendidikan secara keseluruhan. Secara regional dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan diprovinsi masing-masing. Sedangkan secara lokal dapat dilakukan oleh daerah (kabupaten dan kota) untuk mengetahui kualitas dan standar kompetensi tenaga pendidik (guru), dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan didaerah dan kota masing-masing. Uji kompetensi tenaga pendidik (guru), baik secara teoritis maupun secara praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik (guru) yaitu: a.
Untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru
b.
Merupakan alat seleksi penerimaan guru
c.
Untuk pengelompokan guru
65
Suharto, “Cara Mengembangkan Kompetensi Guru” (Http://Gurupembaharu.Com/Sdm/Pendidik/Menerapkan-Penjaminan-Mutu-Guru-SesuaiStandar-Nasional-Pendidikan/) (Download tanggal 29 Maret 2010)
lv
d.
Sebagai bahan acuan dalam pengembngan kurikulum
e.
Merupakan alat pembinaan guru
f.
Mendorong kegiatan dan hasil belajar66
66
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 187-190
lvi
BAB III MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG
A. Gambaran Umum SDI Hidayatullah Semarang 1. Profil / Sejarah Berdirinya Berdirinya SDI Hidayatullah Semarang dilatarbelakangi dari pemikiran bahwa setiap anak sholeh adalah aset yang paling berharga bagi orang tua. Di dunia mereka menjadi penyejuk mata bagi pandangan mata, dan di akhirat mereka menjadi penyelamat dari api neraka. Selain itu, harapan orang tua dari masyarakat sekitar yaitu ingin memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan yang didalamnya tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi mendidik, membimbing dan membina disertai teladan yang nyata dari pengajarnya. Para orang tua juga ingin kurikulum yang ada disekolah seimbang antara kurikulum agama dan umum. Pada akhirnya tanggal 16 Juli 1990 berdirilah SDI Hidayatullah yang berada dibawah yayasan Abul Yatama dengan pendidikan berbasis Islam, dengan cita-cita mencetak kaderkader muslim yang diharapkan siap memimpin umat. SDI Hidayatullah didirikan tepatnya 2 tahun kemudian setelah yayasan Abul Yatama mendirikan TK. Awal mula berdirinya, SDI Hidayatullah memiliki 3 ruang kelas dan 94 siswa dengan didampingi 6 guru dan 1 TU. Dari tahun ke tahun terus berkembang sehingga pada saat ini, tahun pelajaran 2009/2010 tertampung siswa sebanyak 815 orang dan memiliki ruang kelas sebanyak 24 unit. Jumlah tenaga pengajar pun semakin bertambah, yaitu 61 guru dan memiliki 17 karyawan.67
67
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada Tanggal 13 Oktober 2010.
lvii
SDI Hidayatullah Semarang terletak di Jl. Durian Selatan 1 No. 6 Srondol Wetan Kec. Banyumanik Kab. Semarang 50263 Telp./Fax. (024) 7474171. Berbeda dengan sekolah formal lainnya, SDI Hidayatullah mempunyai pedoman yaitu akan membentuk siswa-siswi yang khoiru ummah, yaitu generasi yang mampu memadukan kekuatan dzikir, fikir dan ikhtiar untuk melakukan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan Islami dengan cara Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan tetap teguh dalam menjaga aqidah atau keimanannya kepada Allah SWT.
2. Visi, misi dan Tujuan SDI Hidayatullah Semarang 1) Visi SDI Hidayatullah Semarang Memadukan Dzikir, Fikir dan Ikhtiar serta menyemai benih insan Khoiru Ummah. 2) Misi SDI Hidayatullah Semarang a. Mewujudkan Lembaga Pendidikan Islam yang berbasis dakwah. b. Menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang unggul berbasis IMTAQ dan IPTEK sekaligus sebagai model. c. Membangun kebersamaan antar stakholder secara komunikatif. d. Menjadikan Lembaga Pendidikan Islam sebagai lembaga yang mendorong perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement). 3) Tujuan SDI Hidayatullah Semarang a. Membentuk tunas-tunas muda Islam yang beriman, bertaqwa, berilmu serta bertanggung jawab.
lviii
b. Berusaha menghasilkan kader-kader Islam berkepribadian Muslim yang Mukmin. c. Menanamkan disiplin dalam segala aspek kehidupan pada setiap siswa. 3. Keadaan Siswa Kelas
L
P
Jumlah
I
74
68
142
II
66
48
114
III
74
69
143
IV
60
63
123
V
75
77
152
VI
80
61
141
Total
429
386
815
4. Sarana dan Prasarana Sebagaimana dalam dokumen, SDI Hidayatullah Semarang memiliki sarana dan prasarana atau fasilitas antara lain: Laboratorium Komputer, Laboratorium Matematika, Gedung Serba Guna, Ruang Multimedia, Lapangan Olah Raga, Kantin, Perpustakaan, Masjid, Aula, Play Ground.68
5. Kegiatan Pembelajaran SDI Hidayatullah Semarang
68
Dokumen SDI Hidayatullah Semarang
lix
SDI Hidayatullah Semarang menggunakan perpaduan antara kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) dan kurikulum Departemen Agama (DEPAG) yang diorganisir secara terpadu (terintegrasi) berdasarkan multiplle intellegences (kecerdasan majemuk). Muatan kurikulum yang digunakan SDI Hidayatullah Semarang yaitu (1) Dasar-dasar Al Islam meliputi: Aqidah Akhlak, Al qur’an Hadits, Fiqih, Tarikh, Bahasa Arab; (2) Mata pelajaran umum standart DEPDIKNAS
dan
Muatan
Lokal.
Berbagai
macam
kegiatan
Ekstrakurikuler, seperti: -
Rebana
- Sepak Bola
-
Drum band
-
Kaligrafi
-
Musik
- Karate
-
Karawitan
- Pramuka
-
Jurnalistik
- English Club
- Bulu Tangkis - Pencak Silat
Di SDI Hidayatullah Semarang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di mulai dari hari Senin-Jum’at dengan ketentuan KBM kelas 1 s.d 3 pukul 07.00-12.30 WIB (Senin s.d Kamis), KBM hari Jum’at pukul 07.00-14.00 WIB sedangkan kelas 4 s.d 6 pukul 07.00-14.00 WIB (Senin s.d Kamis), KBM hari Jum’at pukul 07.00-15.30 WIB. Sebelum pelajaran dimulai siswa diwajibkan untuk berdoa. Diantara doa yang dibaca sebelum pelajaran dimulai diantaranya: doa mau belajar, mohon kecerdasan, kedua orang tua, kebaikan dunia akhirat, dan mohon petunjuk. Kemudian dilakukan Tahfidz dan hafalan surat-surat pendek.69
69
Wawancara dengan Bp. Asnawi selaku guru BAQ SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 13 Oktober 2010
lx
SDI Hidayatullah Semarang merupakan Sekolah Dasar
berbasis
Islam, oleh karena itu penanaman nilai-nilai agama dilakukan sejak dini, diantaranya pembiasaan-pembiasaan dzikir, meliputi: a.
Berdo’a setiap mengawali dan mengakhiri pelajaran
b.
Tilawah / tahfidz Al Qur’an setiap pagi
c.
Belajar membaca dan menghafal Al Qur’an 3-5 pertemuan per minggu
d.
Sholat dzuhur berjamah
e.
Bimbingan dzikir setelah shalat
f.
Bimbingan penerapan adab-adab Islami Setiap kegiatan belajar di SDI Hidayatullah Semarang dilakukan
dalam
kondisi
menyenangkan,
dengan
mengintegrasikan
nilai-nilai
kehidupan beragama sebagai pembentukan karakter. Sehingga siswa memiliki bekal agama sejak dini dan juga memiliki akhlak yang baik.
B. Kondisi Mutu Tenaga Pendidik di SDI Hidayatullah Semarang Tenaga pendidik (guru) merupakan salah satu komponen penunjang keberhasilan pendidikan. Sebuah pendidikan dikatakan bermutu apabila mempunyai tenaga pendidik yang sesuai dengan standar mutu guru. Oleh sebab itu, kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang selalu mengutamakan mutu atau kualitas tenaga pendidiknya yang paling utama dalam merekrut tenaga pendidik. Dalam seleksi penerimaan tenaga pendidik dilakukan dengan cara yang terbaik agar mendapatkan tenaga pendidik (guru) yang berkualitas atau bermutu. Tenaga pendidik (guru) yang berada di SDI Hidayatullah Semarang tahun 2010 52% sudah memenuhi standar kualifikasi S1 atau sebanyak 35 lxi
guru berstrata S1 dari jumlah keseluruhan guru yaitu 61 orang, sedangkan selebihnya masih kualifikasi D-III/D-IV. Pada tahun 2009 kualifikasi guru S1 hanya berjumlah 23 orang dari 55 jumlah guru. Ini menunjukkan ada peningkatan dari jumlah kualifikasi tenaga pendidik (guru) yang berada di SDI Hidayatullah Semarang. Tenaga pendidik yang masih belum kualifikasi S1 sedang menempuh pendidikannya lagi untuk mendapatkan kualifikasi S1. Hal ini dilakukan karena ingin memperoleh tenaga pendidik (guru) yang berkualitas atau bermutu agar tujuan pendidikan dapat tercapai.70 Dalam hal pembelajaran, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya, diantaranya: 1.
Kompetensi pedagogik a)
Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang dalam mengelola pembelajaran atau mengajar menerapkan metode mengajar yang efektif sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa. Karena sikap dan perilaku siswa yang berbeda-beda menyebabkan guru harus memilih metode yang tepat dan mengelola strategi pembelajaran yang baik serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan srtategi yang dipilih agar penerapannya sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa tersebut.
b)
Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang sebelum melaksanakan pembelajaran dikelas menata latar (setting) kelas sesuai dengan materi pembelajaran agar para siswa mampu menangkap materi yang diajarkan secara baik. selain itu setting kelas dilakukan juga untuk menghindari kejenuhan siswa.
70
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 25 Oktober 2010
lxii
c)
Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang dalam memahami
atau
menyikapi
siswa
sesuai
dengan
keadaan
psikologisnya. Karena setiap siswa mempunyai intelektual atau kecerdasan yang berbeda ataupun dari aspek biologisnya (cacat tubuh). Dari latar belakang tersebut besar pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar siswa. d)
Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang memahami peserta didik (siswa) dari perkembangan diri siswa secara menyeluruh. Sesuai dengan perannya, guru lebih memandang siswa SDI Hidayatullah Semarang sebagai individu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam menghadapi dan mengarahkan perilaku mereka memakai pendekatan individual dan dengan cara yang tidak sama dengan siswa yang lain, karena setiap siswa memerlukan perhatian dan perlakuan yang berbeda sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.71
e)
Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mengenali minat dan kemampuan masing-masing siswa supaya menjadi ukuran dalam menentukan langkah proses mengajar guru selanjutnya. Dengan pengenalan minat dan kemampuan siswa, seorang guru bisa mengambil langkah yang sesuai agar masalah perbedaan individu tidak menghambat proses belajar mengajar, selain itu tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang juga menfasilitasi para siswanya dalam perkembangan minat atau potensi yang dimiliki oleh para siswa.
f)
Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang selalu mengarahkan dan memberi motivasi terhadap siswa agar mempunyai kesiapan penuh dalam pembelajaran. Karena dalam membantu
71
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 25 Oktober 2010
lxiii
perkembangan siswa dengan mengarahkan dan memberi motivasi dapat berdampak positif terhadap kesiapan kegiatan belajar mengajar. g)
Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang sebelum mengajar mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk siswa yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Karena dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, seorang guru dapat mengetahui sejauh mana kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dan sejauh mana siswa mengetahui materi yang akan diajarkan, sehingga guru dapat menjelaskan sesuai dengan kondidi siswa ataupun kesiapan siswa.
h)
Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang melakukan evaluasi pembelajaran disetiap akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tenaga pendidik (guru) mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.72
2.
Kompetensi profesional Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mampu memahami materi pembelajaran secara luas karena latar belakang pendidikannya sudah sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Akan tetapi ada satu tenaga pendidik saja yang belum sesuai dengan latar belakang pendidikannya, namun tenaga pendidik (guru) mampu mengajar mata pelajaran tersebut.
3.
Kompetensi Kepribadian a) Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang memberi contoh untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam seperti berbuat baik terhadap sesama, berkata jujur, ikhlas dalam memberi maupun
72
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 25 Oktober 2010
lxiv
menolong, suka membantu teman apabila mengalami kesulitan, dan berbakti kepada kedua orang tua. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar peserta didik dapat meneladani contoh-contoh yang dilakukan oleh guru mereka agar nantinya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b) Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang memiliki kepribadian yang arif, berwibawa, disiplin dan dewasa, seperti menampilkan kemandirian dalam bertidak sebagai pendidik selain itu juga memiliki etos kerja sebagai tenaga pendidik (guru).73 4.
Kompetensi Sosial a) Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik baik didalam kelas maupun diluar kelas. Tenaga pendidik (guru) mempunyai keakraban yang kuat dengan siswa. Seperti yang dilakukan
oleh
Bu
Robijatun
dan
Pak
Maryanto
yang
mendengarkan cerita dan bercanda dengan anak-anak ketika jam istirahat.74 b) Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mampu berkomunikasi dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Seperti yang dilakukan oleh beberapa tenaga pendidik diruang guru, disela-sela jam mengajar sedang bertukar pikiran maupun pendapat untuk menambah pengetahuannya.75 c) Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mampu berkomunikasi dengan orang tua wali atau masyarakat sekitar.
73
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 25 Oktober2010 74 Observasi penulis pada tanggal 25 dan 26 November 2010 75 Observasi penulis pada tanggal 13 Oktober 2010
lxv
Seperti ketika diadakan bazar, akhirussanah, jalan sehat, Qurban, maupun zakat selau melibatkan peran serta pihak orang tua wali murid dan masyarakat sekitar.76
C. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Tenaga Pendidik di SDI Hidayatullah Semarang Tenaga pendidik (guru) bagi dunia pendidikan merupakan pemegang tonggak peradaban bangsa, selain itu juga sebagai rahim peradaban bagi kemajuan zaman. Karena dialah sosok yang berperan aktif dalam mentransfer ilmu dan pengetahuan bagi anak didiknya untuk dijadikan bekal yang sangat vital bagi dirinya kelak. Dengan demikian kepala sekolah mempunyai peran sentral dalam mengelola personalia, khususnya tenaga pendidik. Dalam rangka pembinaan tenaga pendidik (guru), kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang mempunyai beberapa strategi dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendidiknya yaitu: 1.
Pembinaan kompetensi pedagogik melalui: 1)
Kerjasama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Bentuk kerjasama SDI Hidayatullah Semarang dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) dalam pembinaan kompetensi pedagogik diantaranya: a.
Quantum Learning
76
Wawancara dengan Bp. Misbah selaku Wali Kelas IV D SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 25 November 2010
lxvi
Dalam pelatihan Quantum Learning, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang mendapatkan pelatihan tentang speed reading. Fokus pelatihan ini yaitu bagaimana kita bisa membaca dengan cepat dan bisa menghasilkan pemahaman dari apa yang dibaca. b.
Quantum Teaching Dalam pelatihan Quantum Teaching, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang mendapatkan pelatihan tentang bagaimana caranya peserta didik bisa menyerap materi pelajaran dengan cepat dan mengena. Selain itu, guru juga dilatih agar bisa masuk kedalam dunia siswa agar bisa menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, sehingga siswa bisa semangat dalam belajar dan cepat dalam menerima materi pelajaran. Sesuai dengan kondisi anak SD yaitu bermain, maka metode yang digunakan dalam pembelajaran yaitu menggunakan metode gerak atau menyanyi. Dengan seperti itu, materi pelajaran mudah diingat dan mudah dipahami oleh siswa.
c.
Sinergy Building Dalam pelatihan Sinergy Building, tenaga pendidik SDI Hidayatullah
Semarang
mendapatkan
pengarahan
tentang
menyamakan visi dan misi untuk mencapai tujuan. Semua tenaga pendidik yang mengajar mata pelajaran agama maupun tenaga pendidik yang mengajar mata pelajaran umum harus sama visi dan misinya dalam mencapai tujuan.77 d.
Student Active Learning (SAL)
77
Wawancara dengan Bp. Misbah selaku Wali Kelas IV D SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 25 November 2010
lxvii
Dalam pelatihan Student Active Learning (SAL) tenaga pendidik
(guru)
SDI Hidayatullah
Semarang
mendapatkan
pelatihan tentang bagaimana caranya agar siswa bisa aktif didalam kelas. Selain itu, guru juga mendapatkan pelatihan bagaimana siswa didalam kelas bisa aktif sampai 80% sedangkan guru hanya 20%. e.
Class Room Management Dalam Class Room Management, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang dilatih untuk mengelola kelas dengan baik, dan bisa memanfaatkan kelas sebagai sarana apa saja atau multi fungsi. Contohnya, kelas tidak hanya sebagai tempat untuk belajar akan tetapi kelas dapat digunakan sebagai perpustakaan, kelas sebagai tempat untuk sosialisasi, kelas sebagai tempat untuk sholat dan sebagai tempat untuk makan. Jadi, dalam pelatihan ini para tenaga pendidik mendapatkan pengetahuan bahwa kelas tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk belajar tetapi bisa dimanfatakan untuk yang lain.
2)
Kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah. Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang selalu mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Dalam setahun pelatihan yang diadakan oleh LPMP sebanyak tiga kali, dan tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mengikutinya secara bergilir. Kerjasama dilakukan dengan memberikan Pendidikan dan Latihan (Diklat) terhadap tenaga pendidik (guru) kemudian tindak lanjut dari LPMP yaitu meninjau langsung ke SDI Hidayatullah Semarang untuk
lxviii
mengetahui tingkat keberhasilan Pendidikan dan Latihan (Diklat) tersebut.78 3)
Pembinaan rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun dari yayasan Setiap satu minggu sekali kepala sekolah maupun pimpinan yayasan melakukan supervisi atau pembinaan rutin kepada seluruh tenaga pendidiknya. Pembinaan atau supervisi dilaksanakan pada hari sabtu. Hari sabtu disebut juga dengan hari guru, dimana pada hari sabtu tidak ada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan tetapi hari sabtu dikhususkan untuk melakukan supervisi atau pembinaan. Dalam melaksanakan supervisi atau pembinaan, yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pimpinan yayasan untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya yaitu melaksanakan pembinaan organisasi dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
4)
Pengalokasian anggaran untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang juga memberikan anggaran khusus yang dialokasikan untuk peningkatan kompetensi tenaga pendidik. Anggaran tersebut berasal dari pihak yayasan maupun dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Anggaran tersebut digunakan oleh tenaga pendidik (guru) untuk mengikuti seminar pendidikan, workshop, penataran, studi banding dan peningkatan kinerja.
5)
Melakukan Studi Banding
78
Wawancara dengan Bp. Misbah selaku Wali Kelas IV D SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 25 November 2010
lxix
Kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang beserta waka kurikulum, waka kesiswaan dan waka humas mengadakan studi banding dan magang ke SD lain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang dilakukan di SD tersebut selain itu juga untuk mengetahui apa saja strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam
meningkatkan
mutu
atau
kompetensi
tenaga
pendidiknya. 79 2. Pembinaan kompetensi profesional 1) Lembaga Pendidikan Qur’an Ummi (Sertifikasi Ummi) Dalam sertifikasi ummi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang
dalam
membaca
Al-Quran.
Apabila
dalam
pengetahuannya sudah luas dan dalam membaca pun sudah fasih maka akan mendapatkan sertifikat dari KPI dan apabila belum bisa maka akan mendapatkan pelatihan dari Kualita Pendidikan Indonesia (KPI).80 2) Pemberian Beasiswa Kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang maupun yayasan memberikan beasiswa kepada tenaga pendidik (guru) ketika mendapatkan tugas belajar untuk meningkatkan jenjang akademis. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi atau mutu tenaga pendidik dibidang akademik. 81 3. Pembinaan kompetensi kepribadian
79
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada Tanggal 13 Oktober 2010. 80 Wawancara dengan Bp. Asnawi selaku guru BAQ SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 13 Oktober 2010. 81 Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada Tanggal 13 Oktober 2010.
lxx
1) Melakukan percakapan pribadi dengan tenaga pendidik (guru) Kepala
sekolah
SDI
Hidayatullah
Semarang
selalu
mengadakan percakapan pribadi dengan tenaga pendidiknya untuk mengetahui apakah ada permasalahan yang dihadapi oleh tenaga pendidik (guru) terhadap siswa, maupun terhadap sesama pendidik ataupun masalah pembelajaran. 2) Pembinaan rutin dari sekolah maupun dari yayasan Dalam melaksanakan supervisi atau pembinaan, yang dilakukan kepala sekolah maupun pimpinan yayasan untuk membina kompetesi kepribadian yaitu dengan mengadakan pengajian bersama, memberi kultum dan mengadakan rukyah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari sabtu, dimana proses belajar mengajar (KBM) tidak dilaksanakan. 3) Pembinaan kompetensi sosial Dalam melaksanakan pembinaan kompetensi sosial, kepala sekolah maupun yayasan mengadakan pembinaan keakraban para guru. Hal ini dilakukan agar sesama pendidik saling terbuka dan saling membantu apabila mengalami kesulitan.82 Dalam proses pembinaan kompetensi tenaga pendidik sangat mungkin menemui permasalahan, secara individu atau perorangan maupun kelompok. Permasalahan yang dihadapi sangat dimungkinkan selain berpengaruh terhadap dirinya sendiri juga berpengaruh pada orang lain atau lingkungan sekitarnya. Diantara masalah-masalah yang dihadapi yaitu: a.
Waktu
82
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada Tanggal 13 Oktober 2010
lxxi
Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang tidak sepenuhnya mempunyai banyak waktu untuk melaksanakan pembinaan atau peningkatan kompetensi tenaga pendidik. Karena seorang tenaga pendidik (guru) mempunyai kesibukan sendiri dalam keluarganya. Oleh karena itu, dalam proses pembinaan kompetensi sering menemui kendala masalah waktu. Seorang kepala sekolah juga tidak bisa memaksa tenaga pendidiknya untuk meluangkan waktu penuh untuk melaksanakan pembinaan atau peningkatan kompetensi tenaga pendidik. Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah selalu memperbanyak koordinasi dengan para tenaga pendidik agar tidak terjadi benturan waktu ketika akan dilaksanakan kegiatan pembinaan atau peningkatan kompetensi tenaga pendidik (guru) selain itu, kepala sekolah juga memberikan jadwal rutin pembinaan atau peningkatan kompetensi agar para tenaga pendidik sudah mempersiapkan diri sebelumnya. b.
Keragaman visi SDM Setiap manusia memiliki sudut pandang atau persepsi yang berbeda. Begitu pula yang terjadi di SDI Hidayatullah Semarang. Perbedaan persepsi atau sudut pandang sering muncul ketika akan diadakan pembinaan kompetensi. Dari perbedaan persepsi itulah sering menimbulkan kendala-kendala yang harus dihadapi ketika proses pembinaan atau peningkatan kompetensi tenaga pendidik. Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah mengadakan
lxxii
koordinasi dengan yayasan dan pimpinan agar tidak terjadi sudut pandang atau persepsi yang berbeda.83 Meskipun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendidik, akan tetapi ada beberapa faktor pendukung yang menjadi motivasi kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang untuk tetap terus meningkatkan kompetensi tenaga pendidik. Faktor pendukung tersebut diantaranya yaitu: a.
Peran serta pihak yayasan baik dari pengawas maupun dari kepala bidang yang terus memotivasi dan memberi dukungan kepada Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang untuk tidak berhenti dalam meningkatkan pembinaan mutu kompetensi tenaga pendidik agar proses pembelajaran menjadi lebih baik selain itu visi, misi dan tujuan pendidikan pun dapat tercapai.
b.
Peningkatan kompetensi tenaga pendidik yang bekerja sama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Surabaya, yaitu Sinergy Building, Quantum Learning, Quantum Teaching, Student Active Learning (SAL), KTSP, Class Room Management, Lembaga Pendidikan Qur’an Ummi (Sertifikasi Ummi). Setelah mengadakan pembinaan kompetensi atau peningkatan mutu
tenaga pendidik (guru), kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang beserta yayasan mengadakan program tindak lanjut yang diberikan kepada para tenaga pendidik yang berprestasi. Program tindak lanjut tersebut adalah memberikan kenaikan pangkat berdasarkan penilaian kategori. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:
83
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada Tanggal 13 Oktober 2010
lxxiii
1)
Kategori A diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalam waktu 2 tahun sudah menunjukkan prestasinya.
2)
Kategori B diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalam jangka waktu 4 tahun sudah menunjukkan prestasinya.
3)
Kategori C belum ada kenaikan pangkat atau kenaikan pangkat masih ditunda.84 Dengan adanya strategi-strategi yang telah ditempuh oleh kepala
sekolah SDI Hidayatullah Semarang juga bekerjasama dengan pihak yayasan
maupun
dengan
lembaga-lembaga
yang
terkait
dalam
meningkatkan mutu tenaga pendidik, kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang mengharapkan agar para tenaga pendidik (guru) mampu dan selalu berusaha dalam meningkatkan mutu atau kompetensinya, agar tercapai tujuan pembelajaran. Dengan memiliki tenaga pendidik (guru) yang kompeten dan kreatif akan menjadikan siswa memiliki daya saing sebagai upaya mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.
84
Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang pada tanggal 13 Oktober 2010
lxxiv
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG
Sebagaimana yang telah tercantum dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang serta untuk mengetahui bagaimana strategi kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik. Untuk itu dalam Bab IV ini penulis akan menganalisis dua hal tersebut sesuai dengan metode yang digunakan yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam melakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul, penulis akan menganalisis dua aspek pokok yang sesuai dengan penelitian yang penulis bahas. Pertama mengenai kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang, kedua strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.
A. Analisis Kondisi Mutu Tenaga Pendidik SDI Hidayatullah Semarang Tenaga pendidik (guru) yang bermutu atau berkualitas merupakan dambaan bagi konsumen pendidikan, karena tenaga pendidik (guru) merupakan salah salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar yang nantinya akan menunjang keberhasilan pembelajaran maupun keberhasilan pendidikan. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 29 (2) butir a menyatakan bahwa “Pendidik SD/MI atau bentuk lain yang sederajat
lxxv
harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma IV (D-IV) atau Sarjana (S1)”.85 Dengan standar yang telah ditetapkan tersebut, maka kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang terus berusaha meningkatkan kualifikasi akademik tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang agar memenuhi standar kualifikasi yang telah ditetapkan tersebut. Usaha kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang untuk meningkatkan kualifikasi akademik tenaga pendidik dibuktikan dengan bertambahnya jumlah tenaga pendidik (guru) yang berstrata 1 (S1). Pada tahun 2009 tenaga pendidik yang berstrata 1 (S1) berjumlah 23 dari keseluruhan tenaga pendidik yaitu 55 orang. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah kualifikasi S1 meningkat menjadi 35 dari 61 tenaga pendidik (guru), yang selebihnya masih menempuh pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang terus meningkatkan kompetensi atau mutu tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang lewat jenjang kualifikasi akademik yaitu minimum S1. Menurut Daoed Joesoep yang dikutip oleh Marno dan M. Idris, mengemukakan tiga fungsi guru: (1) fungsi profesional, (2) fungsi kemanusiaan, (3) fungsi civic mission. Fungsi profesional berarti tenaga pendidik (guru) meneruskan ilmu atau ketrampilan atau pengalaman yang dimiliki atau dipelajarinya kepada anak didiknya. Fungsi kemanusiaan berarti berusaha mengembangkan atau membina segala potensi bakat atau pembawaan yang ada pada diri si anak serta membentuk wajah ilahi dalam dirinya. Fungsi civic mission berati guru wajib menjanjikan anak didiknya menjadi warga negara yang baik, yaitu yang berjiwa patriotik, mempunyai semangat kebangsaan nasional, dan
85
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, hlm. 18
lxxvi
disiplin atau taat terhadap semua peraturan perundang-undangan yang berlaku atas dasar pancasila dan UUD 1945.86 Dari ketiga fungsi tersebut, terangkum dalam kompetensikompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik (guru). Selain ketiga fungsi tersebut, seorang tenaga pendidik juga harus kreatif, profesional, dan menyenangkan. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.87 Tenaga pendidik bisa mencapai hasil yang maksimal dalam menjalankan peranannya dalam pembelajaran, terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya. Pertama, dari segi kualifikasi, guru perlu memiliki kelayakan yang tidak sekedar dibuktikan dengan gelar dan ijasah, tetapi harus ditopang oleh kualitas diri yang unggul dan profesional. Kedua, segi kepribadian, guru perlu memiliki kepribadian yang tinggi, yang dilandasi dengan akhlak mulia. Ketiga, dari segi pembelajaran, guru perlu memahami ilmu teori dan praktik pendidikan dan kurikulum, sehingga mampu mendesain pembelajaran dengan baik, mampu mengimplementasikan pembelajaran dengan seni pembelajaran yang efektif, mampu mengevaluasi pembelajaran. Keempat, dari segi sosial, guru sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan sosial dalam menghadapi fenomena sosial disekitarnya, karena guru adalah salah satu elemen masyarakat.88
86
Marno dan M. Idris, Stategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Ketrampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), Cet. 4, hlm. 18 87 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 7, hlm. 95 88 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 2, hlm. 34
lxxvii
Dalam segi pembelajaran, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang melaksanakan tugasnya sesuai dengan kondisi kompetensi yang dimiliki. Kompetensi merupakan kelayakan untuk menjalankan tugas, kemampuan sebagai suatu faktor penting bagi guru, oleh karena itu kualitas dan produktifitas kerja guru harus mampu memperlihatkan perbuatan profesional yang bermutu.89 Pertama,
kompetensi
pedagogik.
Tenaga
pendidik
SDI
Hidayatullah Semarang menerapkan yang metode mengajar secara efektif sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa, selain itu menata setting kelas
sebelum pembelajaran dimulai,
mengambil tindakan dan
memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan psikologisnya, memahami siswa secara menyeluruh terhadap perkembangan yang terjadi, mengenali minat dan kemampuan siswa agar bisa dijadikan ukuran selanjutnya dalam bidang pengajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakter siswa yang berbeda-beda karena untuk meningkatkan proses belajar mengajar yang optimal seorang tenaga pendidik (guru) harus memperhatikan perbedaan individual siswa sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya, karena pengajaran yang hanya memperhatikan tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan siswa, karena seorang tenaga pendidik (guru) perlu memperhatikan emosi, kemampuan individu dan penyesuaian materi pelajaran demi kelancaran efektifitas belajar siswa, selain itu, tenaga pendidik (guru) juga mengamati serta memahami kesiapan belajar siswa, mengarahkan dan memberikan nasehat agar siswa mempunyai kesiapan penuh dalam pembelajaran, tenaga pendidik dituntut membuktikan kesiapan belajar siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran, dan yang terakhir tenaga pendidik juga
89
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 4, hlm. 209
lxxviii
mengevaluasi pembelajaran untuk dapat mengetahui sejauh mana materi pelajaran dapat diterima oleh siswa. Kedua dilihat dari kompetensi profesional, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang mampu memahami materi pembelajaran secara luas karena latar belakang pendidikannya sudah sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Akan tetapi ada satu tenaga pendidik saja yang belum sesuai dengan latar belakang pendidikannya, namun tenaga pendidik (guru) mampu mengajar mata pelajaran tersebut. Ketiga dilihat dari segi kompetensi kepribadian, pribadi tenaga pendidik (guru) memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi seorang tenaga pendidik sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik (siswa). Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Sehubungan dengan hal tersebut, tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mempunyai kepribadian yang arif, berwibawa, disiplin, dewasa dan berakhlak mulia, selain itu guru juga mengajarkan untuk berbuat baik terhadap sesama, berkata jujur, ikhlas dalam memberi, saling menolong dan berbakti kapada kedua orang tua. Karena guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan pribadi siswa. Apapun yang dilakukan oleh guru nantinya akan dicontoh oleh siswa, karena guru merupakan teladan bagi siswa. Keempat dilihat dari segi kompetensi sosial, tenaga pendidik (guru) adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, tenaga pendidik (guru) dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama kaitannya dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran disekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi
lxxix
dan berlangsung dimasyarakat. Selain itu, tenaga pendidik (guru) dalam kehidupannya seringkali menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi siswa dan lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut, tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang selalu bersikap sesuai dengan tanggung jawabnya, yaitu bersosialisasi dan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik (siswa), dengan sesama pendidik dan orang tua wali atau masyarakat. B. Analisis Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Tenaga Pendidik SDI Hidayatullah Semarang Kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama tenaga pendidik (guru). Kepala sekolah mempunyai peran penting dalam memberdayakan para tenaga pendidik. Karena kepala sekolah adalah pemegang tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan mutu disebuah sekolah, sehingga menghasilkan lulusan atau output yang diharapkan oleh pelanggan pendidikan. Oleh sebab itu, kepala sekolah mengambil langkah dengan meningkatkan mutu disebuah sekolah dengan cara meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru) yang nantinya dengan kompetensi yang dimiliki bisa mendidik siswa dengan terampil dan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan harapan pelanggan pendidikan. Dalam proses pembelajaran disekolah, terutama sekolah dasar, tenaga pendidik (guru) merupakan sumber daya yang edukatif sekaligus sebagai aktor dalam proses pembelajaran yang utama. Karena itu, upaya pemberdayaan tenaga pendidik (guru) harus dilakukan. Menurut Gaff dan Sith, sebagaimana yang dikutip oleh Hadikoemoro, pemberdayaan guru atau pembinaan guru biasanya menggunakan tiga pendekatan: Pertama, menekankan
pendekatan pada
personal.
aspek-aspek
Pendekatan
seperti
personal
efektifitas
lebih
mengajar,
pengembangan profesional, pertumbuhan pribadi, serta peningkatan
lxxx
kemampuan teknik dan ketrampilan mengajar. Kedua pendekatan instruksional, ditekankan pada perbaikan pengajaran (instruksional), seperti pengembangan kurikulum, desain dan sistem pembelajaran, bahan-bahan pelajaran, pengembangan teori kearah efektifitas belajar siswa, serta media dan teknologi pembelajaran.90 Pendekatan ini telah digunakan oleh Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam meningkatkan mutu atau pembinaan kompetensi tenaga pendidik (guru). Beberapa strategi kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam meningkatkan mutu atau kompetensi tenaga pendidik berdasarkan pendekatan personal dan instruksional adalah 4.
Pembinaan kompetensi pedagogik melalui: 1)
Kerjasama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI), diantaranya: Quantum Learning, Quantum Teaching, Sinergy Building,
Student
Active
Learning
(SAL),
Class
Room
Management. 2)
Kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah
3)
Pembinaan rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun yayasan, pembinaan organisasi, melaksanakan evaluasi, membina keakraban para guru, melakukan rukyah, mengaji bersama, dan memberi kultum.
4)
Pengalokasian anggaran untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik
5) 5.
90
Melakukan Studi Banding Pembinaan kompetensi profesional
Marno dan M. Idris, Op. Cit., hlm. 24
lxxxi
1) Lembaga Pendidikan Qur’an Ummi (Sertifikasi Ummi) 2) Pemberian Beasiswa 3)
Pembinaan kompetensi kepribadian 1) Melakukan percakapan pribadi dengan tenaga pendidik (guru) 2) Pembinaan rutin dari sekolah maupun dari yayasan, yaitu dengan mengadakan
pengajian
bersama,
memberi
kultum
dan
mengadakan rukyah. Ketiga pendekatan organisasional, yaitu memfokuskan pada lingkungan dan suasana dimana para komunitas sekolah (guru, murid, pimpinan, dan karyawan) berada. 91 Pendekatan ini telah digunakan oleh kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang, yaitu melalui pembinaan kompetensi sosial. Dalam pembinaan kompetensi sosial, kepala sekolah maupun yayasan mengadakan pembinaan keakraban para guru. Hal ini dilakukan agar sesama pendidik
saling terbuka dan saling membantu apabila
mengalami kesulitan. Dalam proses pembinaan kompetensi tenaga pendidik (guru) sangat
mungkin
menemui
permasalahan,
yang
nantinya
akan
berpengaruh atau berimbas pada diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan sekitar. Diantara masalah-masalah yang dihadapi yaitu: (1) waktu. Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang tidak sepenuhnya mempunyai banyak waktu untuk melaksanakan pembinaan. Karena seorang tenaga pendidik (guru) juga mempunyai kesibukan sendiri dalam keluarganya. Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam mengatasi permasalahan tersebut
91
Marno dan M. Idris, Ibid., hlm. 24
lxxxii
adalah selalu memperbanyak koordinasi dengan para tenaga pendidik (guru) agar tidak terjadi benturan waktu ketika akan dilaksanakan kegiatan pembinaan, selain itu kepala sekolah juga memberikan jadwal rutin pembinaan agar para tenaga pendidik sudah mempersiapkan diri sebelumnya. (2) Keragaman visi SDM. Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda. Hal ini juga terjadi di SDI Hidayatullah Semarang. Perbedaan persepsi sering muncul ketika akan diadakan pembinaan kompetensi tenaga pendidik (guru). Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah mengadakan koordinasi dengan yayasan dan pimpinan agar tidak terjadi atau persepsi yang berbeda. Meskipun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendidik (guru), ada beberapa faktor pendukung yang menjadi motivasi kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik (guru). Faktor pendukung tersebut diantaranya yaitu: (1) Peran dari pihak yayasan baik dari pengawas maupun dari kepala bidang yang memberi dukungan kepada Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang untuk meningkatkan pembinaan mutu kompetensi tenaga pendidik (guru) agar mendapatkan guru yang berkualitas atau berkompetensi, selain itu proses pembelajaran menjadi lebih baik dan visi, misi dan tujuan dapat tercapai. (2) Peningkatan kompetensi tenaga pendidik (guru) yang bekerja sama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Surabaya. KPI juga mendukung penuh terhadap kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendidiknya. KPI akan terus bekerja sama dengan SDI Hidayatullah Semarang. Setelah mengadaan pembinaan kompetensi atau peningkatan mutu tenaga pendidik (guru), kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang beserta yayasan mengadakan program tindak lanjut yang diberikan kepada para tenaga pendidik (guru) yang berprestasi. Program tindak lxxxiii
lanjut tersebut adalah memberikan kenaikan pangkat berdasarkan penilaian kategori. Kategori tersebut adalah sebagai berikut: 4) Kategori A diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalam waktu 2 tahun sudah menunjukkan prestasinya. 5) Kategori B diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalam jangka waktu 4 tahun sudah menunjukkan prestasinya. 6) Kategori C belum ada kenaikan pangkat atau kenaikan pangkat masih ditunda. Hal tersebut dilakukan karena ingin memotivasi tenaga pendidik (guru) agar selalu belajar dan terus meningkatkan kemampuannya agar menjadi tenaga pendidik (guru) yang berkompeten dan berprestasi. Dengan adanya strategi-strategi yang telah ditempuh oleh kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang yang juga bekerjasama dengan pihak yayasan maupun dengan lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang mempunyai kompetensi atau mutu yang sesuai dengan harapan, sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.
lxxxiv
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang manajemen peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tenaga pendidik (guru) yang berada di SDI Hidayatullah Semarang pada tahun 2010 52% telah memenuhi standar kualifikasi S1 atau sebanyak 35 guru berstrata S1 dari jumlah keseluruhan tenaga pendidik (guru) yaitu 61 orang, untuk yang selebihnya masih kualifikasi D-III/DIV. Sedangkan pada tahun 2009 kualifikasi tenaga pendidik (guru) S1 hanya berjumlah 23 orang dari 55 jumlah guru. Tenaga pendidik yang masih belum kualifikasi S1 sedang menempuh pendidikannya lagi untuk mendapatkan kualifikasi S1. Dalam hal pembelajaran, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya, diantaranya: pertama, kompetensi pedagogik,
tenaga
pendidik SDI Hidayatullah Semarang dalam mengelola pembelajaran metode mengajar yang efektif sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa, menata latar (setting) kelas sesuai dengan materi pembelajaran, memahami siswa sesuai dengan kecerdasan intelektual, memahami peserta didik (siswa) dari perkembangan diri siswa secara menyeluruh, mengenali minat dan kemampuan masing-masing siswa untuk menjadi ukuran dalam menentukan langkah proses mengajar guru selanjutnya, mengarahkan dan memberi motivasi terhadap siswa agar mempunyai kesiapan penuh dalam pembelajaran, sebelum mengajar mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk siswa yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, dan melakukan evaluasi pembelajaran disetiap akhir
lxxxv
pembelajaran. Kedua kompetensi profesional, Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mampu memahami materi pembelajaran secara luas, sesuai dengan latar belakang pendidikannya, akan tetapi ada satu tenaga pendidik
yang belum sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, namun tenaga pendidik (guru) mampu mengajar mata pelajaran tersebut. Ketiga kompetensi kepribadian, tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mempunyai kepribadian yang arif, berwibawa, disiplin, dewasa dan berakhlak mulia, selain itu guru juga mengajarkan untuk berbuat baik terhadap sesama, berkata jujur, ikhlas dalam memberi, saling menolong dan berbakti kapada kedua orang tua. Keempat kompetensi sosial, tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang selalu bersikap sesuai dengan tanggung jawabnya, yaitu bersosialisasi dan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik (siswa), dengan sesama pendidik dan orang tua wali atau masyarakat. 2. Strategi
kepala
sekolah
SDI
Hidayatullah
Semarang
dalam
meningkatkan mutu atau kompetensi tenaga pendidik, yaitu melalui: 1) Kompetensi
pedagogik,
melalui:
kerjasama
dengan
Kualita
Pendidikan Indonesia (KPI), kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), pembinaan rutin oleh kepala sekolah maupun yayasan, pengalokasian anggaran untuk tenaga pendidik, dan studi banding. 2) Kompetensi
profesional,
melalui:
kerjasama
dengan
Kualita
Pendidikan Indonesia lewat sertifikasi ummi dan pemberian beasiswa kepada tenaga pendidik. 3) Kompetensi kepribadian, melalui: percakapan pribadi dengan tenaga pendidik, melaksanakan supervisi (melakukan rukyah, kultum, ngaji bersama). 4) Kompetensi sosial, melalui: mengadakan pembinaan keakraban para guru. lxxxvi
B. SARAN Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak, dan demi suksesnya kegiatan belajar mengajar, maka penulis memberikan saran, antara lain: 1) Masih banyak tenaga pendidik (guru) yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik sesuai dengan ketetapan pemerintah yaitu DIV/S1. Oleh karena itu, pihak sekolah maupun yayasan terus meningkatkan kualifikasi akademik sehingga sesuai dengan ketetapan pemerintah. 2) Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik sudah cukup baik, hendaknya kerjasama dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik tersebut diperluas lagi agar adanya inovasi sehingga tidak adanya rasa jenuh.
C. PENUTUP Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT sebagai rasa syukur yang sangat mendalam sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya, penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi yang sederhana ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan baik berupa do’a, materi maupun tenaga dan pikiran yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dan diterima sebagai amal saleh di hadapan Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap
lxxxvii
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Wa Allahu a lam bi al-shawab.
lxxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Strategic Management for Educational Management (Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan), Bandung: Alfabeta, 2007, Cet. 2. Ali, Mohammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993, Cet. 1. Alma, Buchari dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 1 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, Cet. 12. Bukhori, Imam, Shahih Bukhori, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, t.t, Juz. 1 Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendididan, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003, Cet. 1. Departemen Agama RI, Al- Qur an dan Terjemahnya, Bandung: Sygma Examedia Arkanleema, 2009. Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Cet. 3. Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Guru dan Dosen, Bandung: Nuansa Aulia, 2006. Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, Cet. 2. Marno dan M. Idris, Stategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Ketrampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009, Cet. 4.
lxxxix
Moloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 1. Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, Cet. 3. _______, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008, Cet. 7. Muhadjir, Noeng Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Naim, Ngainun, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. 1. _______, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 4. Samani, Mukhlas dkk., Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000. Sisk, Henry L. Principles of Management a System Approach to the Management Process, Englannd: South, Western Publishing Company: 1999. Sudjana, Nana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989. Suharso, Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: Widya Karya, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2006. Syaodih Sukmadinata, Nana, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 2.
xc
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Penjelasannya, Yogjakarta: Media Wacana Press, 2003, Cet. 1 Usman, Husaini, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, Cet. 1. Usman, Moh. Uzer ,Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 19. Yamin, Martinis, Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, Cet. 1 Baedhowi, “Jurnal Ump”, http://Jurnal.Ump.Ac.Id/_Berkas/Jurnal/16.Pdf Gumati, “Teori Manajemen Strategis”, http://gumatibonteng.blogspot.com/2009/11/18/3-teori-manajemen-strategis.html Muliani, “Pembangunan Pendidikan”, http://www.scribd.com/doc/10857091/pembangunan-pendidikan Masruroh, Siti “Kompetensi Guru”, http://sitimasruroh.blogspot.com/2009/11/kompetensi-guru.html Ridwan, “Kompetensi Guru”, http://www.uns.ac.id/data/0023.pdf
xci
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama
: Azimatul Ulya
TTL
: Rembang, 5 September 1988
Alamat asal
: Ds. Waru Rt/w: 01/01 Kec. Rembang Kab. Rembang
Alamat sekarang
: Perum Bank Niaga Blok D1 Ngaliyan Semarang
Agama
: Islam
Pendidikan
: Ø SDN Waru 02 Rembang
Lulus tahun 2000
Ø MTS Mu’allimin Mu’allimat Rembang Lulus tahun 2003 Ø MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang
Lulus tahun 2006
Ø IAIN Walisongo Semarang
Masuk tahun 2006
Semarang, 17 Desember 2010
Azimatul Ulya
xcii
Pedoman Wawancara
A. Kepala Sekolah 1) Bagaimanakah latar belakang atau sejarah berdirinya SDI Hidayatullah Semarang? 2) Apa visi, misi dan tujuan SDI Hidayatullah Semarang? 3) Ada berapakah guru yang berada di SDI Hidayatullah Semarang? 4) Bagaimanakah kualifikasi pendidikan mereka? 5) Sudah sesuaikah guru pengampu mata pelajaran dengan pendidikan mereka? 6) Dalam rangka pembinaan guru, strategi apa saja yang bapak lakukan untuk membina kemampuan (kompetensi) atau peningkatan mutu guru? 7) Apakah ada anggaran khusus yang dialokasikan untuk peningkatan mutu atau kompetensi guru? 8) Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dalam usaha pembinaan kemampuan atau kompetensi guru? 9) Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam usaha pembinaan kemampuan atau kompetensi guru? 10) Bagaimanakah upaya yang bapak lakukan untuk mengatasi berbagai faktor yang menjadi penghambat dalam usaha pembinaan kemampuan guru?
xciii
11) Bentuk penilaian seperti apakah yang akan digunakan dalam mengukur keberhasilan program pembinaan kemampuan guru di SDI Hidayatullah Semarang? 12) Bagaimanakah
program
tindak
lanjut
dari
pembinaan
kemampuan atau kompetensi guru di SDI Hidayatullah Semarang? 13) Apakah pernah dilakukan studi banding ke SD lain? 14) Apakah para guru diberikan beasiswa untuk tugas belajar atau kuliah untuk meningkatkan kompetensinya?
B. Tenaga Pendidik (guru) 1) Bagaimana pembelajaran yang dilakukan di SDI Hidayatullah Semarang? 2) Apa yang dimaksud dengan Quantum Teaching, Quantum Learning, Sinergy Building, Student Active Learning (SAL), Class Room Management, Sertifikasi Ummi?
xciv
HASIL WAWANCARA
A. Hari/Tanggal : Rabu, 13 dan 25 Oktober 2010 Tempat
: Kantor SDI Hidayatullah Semarang
Waktu
: 09.00 WIB
1) Peneliti : Bagaimana latar belakang atau sejarah berdirinya SDI Hidayatullah Semarang)? Kepsek : Berdirinya SDI Hidayatullah Semarang dilatarbelakangi dari pemikiran bahwa setiap anak sholeh adalah aset yang paling berharga bagi orang tua. harapan orang tua dari masyarakat sekitar yaitu ingin memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan yang didalamnya tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi mendidik, membimbing dan membina disertai teladan yang nyata dari pengajarnya. Tepatnya tanggal 16 Juli 1990 berdirilah SDI Hidayatullah yang berada dibawah yayasan Abul Yatama dengan pendidikan berbasis Islam. Awal mula berdirinya, SDI Hidayatullah memiliki 3 ruang kelas dan 94 siswa dengan didampingi 6 guru dan 1 TU. Tahun pelajaran 2009/2010 tertampung siswa sebanyak 815 orang dan memiliki ruang kelas sebanyak 24 unit. Jumlah tenaga pengajar juga bertambah, yaitu 61 guru dan memiliki 17 karyawan.
2) Peneliti Kepsek
: Apa visi, misi, dan tujuan SDI Hidayatullah Semarang? :
a.Visi SDI Hidayatullah Semarang
Memadukan Dzikir, Fikir dan Ikhtiar serta menyemai benih insan Khoiru Ummah. b. Misi SDI Hidayatullah Semarang e. Mewujudkan Lembaga Pendidikan Islam yang berbasis dakwah. f. Menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang unggul berbasis IMTAQ dan IPTEK sekaligus sebagai model. g. Membangun kebersamaan antar stakholder secara komunikatif. h. Menjadikan Lembaga Pendidikan Islam sebagai lembaga yang mendorong perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement). c. Tujuan SDI Hidayatullah Semarang
xcv
d. Membentuk tunas-tunas muda Islam yang beriman, bertaqwa, berilmu serta bertanggung jawab. e. Berusaha menghasilkan kader-kader Islam berkepribadian Muslim yang Mukmin. f. Menanamkan disiplin dalam segala aspek kehidupan pada setiap siswa. 3) Peneliti : Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik? Kepsek
a.
b. c.
d. e. f.
: kerjasama yang dilakukan yaitu:
Kerjasama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI), meliputi: Sinergy Building, Quantum Teaching, Quantum Learning, Student Active Learning (SAL), Class Room Management, Lembaga Pendidikan Qur an Ummi. Kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah Pembinaan rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun dari yayasan (pembinaan organisasi, membina keakraban para guru, melakukan rukyah, memberi kultum, ngaji bersama, evaluasi pembelajaran) Pengalokasian anggaran untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik Melakukan Studi Banding Pemberian Beasiswa
4) Peneliti : Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dalam usaha pembinaan kemampuan atau kompetensi guru? Kepsek : faktor pendukung yang menjadi motivasi untuk tetap terus meningkatkan kompetensi tenaga pendidik, yaitu: a.
Peran pihak yayasan baik dari pengawas maupun dari kepala bidang yang terus memotivasi dan memberi dukungan untuk tidak berhenti dalam meningkatkan pembinaan mutu kompetensi tenaga pendidik.
b.
Kerjasama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Surabaya, yaitu Sinergy Building, Quantum Learning, Quantum Teaching, Student Active Learning (SAL), KTSP, Class Room Management, Lembaga Pendidikan Qur’an Ummi (Sertifikasi Ummi).
5) Peneliti : Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam usaha pembinaan kemampuan atau kompetensi guru?
xcvi
Kepsek
: Waktu dan keragaman visi SDM
6) Peneliti : Bagaimanakah program tindak lanjut dari pembinaan kemampuan atau kompetensi guru di SD Hidayatullah Semarang? Kepsek : Program tindak lanjutnya dengan memberikan kenaikan pangkat berdasarkan penilaian kategori: 7)
Kategori A diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalam waktu 2 tahun sudah menunjukkan prestasinya.
8)
Kategori B diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalam jangka waktu 4 tahun sudah menunjukkan prestasinya.
9)
Kategori C belum ada kenaikan pangkat atau kenaikan pangkat masih ditunda.
7) Peneliti
: Apakah pernah dilakukan studi banding ke SD lain?
Kepsek : Kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang beserta waka kurikulum, waka kesiswaan dan waka humas mengadakan studi banding dan magang ke SD lain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang dilakukan di SD tersebut selain itu juga untuk mengetahui apa saja strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu atau kompetensi tenaga pendidiknya. 8) Peneliti : Bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang? Kepsek
:
Tenaga pendidik (guru) yang berada di SDI Hidayatullah Semarang dalam kualifikasi akademik tahun 2010 52% sudah memenuhi standar kualifikasi S1 atau sebanyak 35 guru berstrata S1 dari jumlah keseluruhan guru yaitu 61 orang, sedangkan selebihnya masih kualifikasi D-III/D-IV. Pada tahun 2009 kualifikasi guru S1 hanya berjumlah 23 orang dari 55 jumlah guru. Tenaga pendidik yang masih belum kualifikasi S1 sedang menempuh pendidikannya lagi untuk mendapatkan kualifikasi S1. Dalam hal pembelajaran, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya, diantaranya: a. Kompetensi pedagogik, meliputi: mengelola pembelajaran dan menerapkan metode mengajar yang efektif sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa, menata latar (setting) kelas, memahami siswa sesuai dengan keadaan psikologisnya, memahami diri siswa secara menyeluruh, mengenali minat dan kemampuan masing-masing siswa, selalu mengarahkan dan memberi motivasi
xcvii
terhadap siswa, mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk siswa yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. b.
Kompetensi profesional: mampu memahami materi pembelajaran secara luas karena latar belakang pendidikannya sudah sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Akan tetapi ada satu tenaga pendidik saja yang belum sesuai dengan latar belakang pendidikannya, namun tenaga pendidik (guru) mampu mengajar mata pelajaran tersebut.
c.
Kompetensi kepribadian, meliputi: memberi contoh untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam seperti berbuat baik terhadap sesama, berkata jujur, ikhlas dalam memberi maupun menolong, suka membantu teman apabila mengalami kesulitan, dan berbakti kepada kedua orang tua, guru SDI Hidayatullah Semarang memiliki kepribadian yang arif, berwibawa, disiplin dan dewasa, seperti menampilkan kemandirian dalam bertidak sebagai pendidik selain itu juga memiliki etos kerja sebagai tenaga pendidik.
d.
Kompetensi sosial, meliputi: mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik baik didalam kelas maupun diluar kelas, mampu berkomunikasi dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan, mampu berkomunikasi dengan orang tua wali atau masyarakat sekitar.
B. Hari/Tanggal : Kamis, 25 November 2010 Tempat
: Ruang guru SDI Hidayatullah Semarang
Waktu
: 08.00 WIB
1. Peneliti
: Apa yang dimaksud dengan Quantum Teaching, Quantum Learning, Class Room Management, Sinergy Building, Student Active Learning?
Pak Misbah : f. Quantum Learning Dalam pelatihan Quantum Learning, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang mendapatkan pelatihan tentang speed reading. Fokus pelatihan ini yaitu bagaimana kita bisa membaca dengan cepat dan bisa menghasilkan pemahaman dari apa yang dibaca. g.
Quantum Teaching
xcviii
Pelatihan tentang bagaimana caranya peserta didik bisa menyerap materi pelajaran dengan cepat dan mengena. Selain itu, guru juga dilatih agar bisa masuk kedalam dunia siswa agar bisa menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, sehingga siswa bisa semangat dalam belajar dan cepat dalam menerima materi pelajaran. Sesuai dengan kondisi anak SD yaitu bermain, maka metode yang digunakan dalam pembelajaran yaitu menggunakan metode gerak atau menyanyi. Dengan seperti itu, materi pelajaran mudah diingat dan mudah dipahami oleh siswa. h.
Sinergy Building Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang mendapatkan pengarahan tentang menyamakan visi dan misi untuk mencapai tujuan. Semua tenaga pendidik yang mengajar mata pelajaran agama maupun tenaga pendidik yang mengajar mata pelajaran umum harus sama visi dan misinya dalam mencapai tujuan.
i.
Student Active Learning (SAL) Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mendapatkan pelatihan tentang bagaimana caranya agar siswa bisa aktif didalam kelas. Selain itu, guru juga mendapatkan pelatihan bagaimana siswa didalam kelas bisa aktif sampai 80% sedangkan guru hanya 20%.
j.
Class Room Management Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang dilatih untuk mengelola kelas dengan baik, dan bisa memanfaatkan kelas sebagai sarana apa saja atau multi fungsi. Contohnya, kelas tidak hanya sebagai tempat untuk belajar akan tetapi kelas dapat digunakan sebagai perpustakaan, kelas sebagai tempat untuk sosialisasi, kelas sebagai tempat untuk sholat dan sebagai tempat untuk makan.
xcix
C.Hari/Tanggal: Rabu, 13 Oktober 2010 Tempat
: kelas 1 A
Waktu
: 07.30 WIB
1) Peneliti : Bagaimana hidayatullah semarang?
pembelajaran
yang
dilakukan
di sdi
Pak Asnawi : Di SDI Hidayatullah Semarang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di mulai dari hari Senin-Jum’at dengan ketentuan KBM kelas 1 s.d 3 pukul 07.00-12.30 WIB (Senin s.d Kamis), KBM hari Jum’at pukul 07.00-14.00 WIB sedangkan kelas 4 s.d 6 pukul 07.00-14.00 WIB (Senin s.d Kamis), KBM hari Jum’at pukul 07.00-15.30 WIB. Sebelum pelajaran dimulai siswa diwajibkan untuk berdoa. Diantara doa yang dibaca sebelum pelajaran dimulai diantaranya: doa mau belajar, mohon kecerdasan, kedua orang tua, kebaikan dunia akhirat, dan mohon petunjuk. Kemudian dilakukan Tahfidz dan hafalan surat-surat pendek. 2) Peneliti : Bagaimana pelatihan yang dilakukan oleh kpi dalam sertifikasi ummi? Pak asnawi : Dalam sertifikasi ummi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang dalam membaca Al-Quran. Apabila dalam pengetahuannya sudah luas dan dalam membaca pun sudah fasih maka akan mendapatkan sertifikat dari KPI dan apabila belum bisa maka akan mendapatkan pelatihan dari Kualita Pendidikan Indonesia (KPI).
c
SDI Hidayatullah tampak dari depan
Para Guru sedang mengikuti Diklat
Pembelajaran dilakukan dengan melingkar dan guru sedang memotivasi siswa sebelum pembelajaran dimulai
ci
i