Riptek Vol. 5, No.II, Tahun 2011, Hal.:.....
STRATEGI DAN USAHA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN HIDUP NELAYAN TANGGULSARI MANGUNHARJO TUGU SEMARANG DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM Ali Imron HS1 Abstract Climate change presents some negative impacts on various aspects of life, including socio-economic impacts of fishing. Fishing communities have different characteristics with other communities. Improved standard of living does not necessarily make a person who happens to still be poor no longer poor. This increase is an indicator of the movement of a person's quality of life for the better livelihood of previous lives gradually, although still poor.This study uses a positivist approach to qualitative research methods. This study is a description of what and how the lives of fishing communities Tanggulsari district of Semarang in the face of climate change impacts to enhance their welfare. Key words: welfare, climate change, fisherman, Tanggulsari PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan fenomena alamiah dan sudah menunjukkan tingkat ekstrimitas yang sangat tinggi serta menimbulkan dampak sosial ekonomi yang semakin memburuk. Perubahan iklim yang terjadi dihadapi oleh masyarakat nelayan dengan melakukan adaptasi secara alamiah. Dampak negatif yang terjadi mempengaruhi aktivitas nelayan penangkap ikan. Pendapatan nelayan penangkap ikan akan menurun karena nelayan tidak berani berlayar jauh dari pantai akibat tingginya gelombang laut. Akibat aktivitas nelayan menurun maka harga ikan laut melonjak tajam dan bisnis penangkapan ikan dapat merosot hingga 50 persen. Berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya terkadang justru menjebak mereka dalam ketergantungan dengan pihak lain sekaligus menempatkan diri pada posisi yang lemah. Kondisi seperti ini mengakibatkan potensi sumber daya alam kelautan dan perikanan yang melimpah hingga kini belum mampu dikelola dan dimanfaatkan secara optimal sehingga belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan. Tanggulsari merupakan kampung atau dukuh nelayan hasil relokasi (bedol kampung) dari kampung nelayan di wilayah pesisir utara Semarang Kota karena terdampak pembangunan. Kampung Tanggulsari ini berada di kelurahan Mangunharjo (salah satu kelurahan kategori miskin di Kota Semarang) Kecamatan Tugu Kota Semarang. Penghasilan masyarakat Tanggulsari mayoritas bergantung pada hasil laut dengan
mata pencaharian sebagai nelayan. Sebagian bekerja sebagai buruh serabutan budi daya hasil laut dan tambak, dan sebagian kecil bekerja di bidang jasa. Tingkat pendidikan rata-rata rendah, banyak anak usia sekolah lebih memilih menjadi pemancing kepiting di tambak daripada duduk di bangku sekolah untuk belajar. Berdasarkan paparan tersebut, maka diperlukan adanya kajian yang lebih komprehensif dan mendalam tentang apa dan bagaimana kehidupan masyarakat nelayan Tanggulsari Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam menghadapi dampak perubahan iklim untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap strategi dan usaha peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan Tanggulsari Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam menghadapi perubahan iklim. Kajian ini penting dilakukan untuk memberikan rekomendasi terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan Tanggulsari melalui program pemberdayaan masyarakat. Tujuan dan Sasaran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1) Kehidupan masyarakat nelayan Tanggulsari kecamatan Tugu Kota Semarang 2) Problematika yang dihadapi oleh masyarakat nelayan Tanggulsari untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dalam menghadapi dampak perubahan iklim, dan upaya-upaya yang dilakukan guna menangani problematika tersebut. 3) Rumusan strategi dan usaha peningkatan kesejahteraan hidup nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang dalam menghadapi perubahan iklim.
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Adapun sasaran yang dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian ini antara lain: 1. Identifikasi dan pemetaan kehidupan masyarakat nelayan Tanggulsari. 2. Analisis problematika usaha peningkatan kesejahteraan hidup. 3. Rekomendasi strategis peningkatan kesejahteraan hidup nelayan Tanggulsari dalam menghadapi perubahan iklim. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah wilayah kampung nelayan Tanggulsari yang terletak di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu dan sebagian masuk wilayah Kelurahan Mangkangkulon Kecamatan Tugu Kota Semarang. Ruang lingkup kajian pada penelitian ini dibatasi pada pemetaan kehidupan masyarakat nelayan Tanggulsari Kecamatan Tugu Kota Semarang; strategi dan program kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan Tanggulsari Kecamatan Tugu Kota Semarang. TINJAUAN PUSTAKA Masyarakat Nelayan Kata masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu kata syaraka yang berarti ikut serta atau berperan serta, saling bergaul, beriteraksi.1 Dalam istilah bahasa Inggris, masyarakat dikenal dengan society (berasal dari kata latin, socius yang berarti kawan). Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat sebagai kumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama lain.2 Menurut Hassan Sadly, masyarakat dipahami sebagai suatu golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.3 Sejalan dengan beberapa pendapat tersebut, masyarakat dipahami sebagai kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.4 Nelayan di dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan sebagai orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan penangkapan ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai mata pencahariannya.5 M.Khalil Mansyur memahami nelayan lebih luas lagi, yaitu 1
Dalam bahasa Arab, perkumpulan manusia dalam sebuah kelompok dikenal dengan istilah mujtama`. 2 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, hal. 119-120 3 Hassan Sadly, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT Pembangunan, 1980, hal. 31 4 Darmansyah, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1986, hlm. 80 5 Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru , 1983, hlm. 133
(Ali Imron Hs) masyarakat nelayan bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang integral dalam lingkungan itu.6 Karakteristik Masyarakat Nelayan Secara sederhana masyarakat nelayan memiliki ciri khas yang berbeda dengan masyarakat lainnya, diantaranya adalah: 1) Masyarakat nelayan memiliki sifat homogen dalam hal mata pencaharian, nilai dan kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku. 2) Cenderung berkepribadian keras. 3) Memiliki sifat yang toleransi dengan terhadap yang lainnya. 4) Memiliki gairah seksual yang relatif tinggi. 5) Hubungan sesama anggota lebih intim dan memiliki rasa tolong menolong yang tinggi. 6) Dalam berbicara, suara cenderung meninggi.7 Masyarakat desa pesisir secara umum lebih merupakan masyarakat tradisional dengan kondisi strata sosial ekonomi yang sangat rendah.8 Pendidikan yang dimiliki masyarakat pesisir secara umum rendah, dan sering dikategorikan sebagai masyarakat yang biasa bergelut dengan kemiskinan dan keterbelakangan.9 Perubahan Iklim Definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (definisi dari Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. LAPAN mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu.10 Dampak Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan
6
M.Khalil Mansyur, Op.Cit., hlm. 148 Ibid., hlm. 34 Djoko Pramono, Budaya Bahar, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 16-17 9 M.Khalil Mansyur, Op.Cit., hal. 149 10 Ibid 7 8
Riptek Vol. 5, No.II, Tahun 2011, Hal.:..... terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan iklim adalah sebagai berikut:
7)
11
1)
2)
3)
4)
5)
6)
11
Dampak regional Pada musim kemarau cenderung kering dan salah satu dampaknya adalah kebakaran lahan dan hutan sering terjadi. Munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor di beberapa lokasi dalam beberapa tahun terakhir. Dampak terhadap pertanian Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang. Dampak terhadap kenaikan air laut. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Dampak terhadap kesehatan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Dampak terhadap sumber daya air. Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air di daerah subpolar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10 40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10 - 30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya. Dampak terhadap Ekosistem Kemungkinan punahnya 20 - 30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5 -2,5 0C. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena bertambahnya karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang serta spesiesspesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
Disampaikan oleh Murdiyarso sebagaimana dikutip oleh LAPAN. Lihat http://iklim.dirgantaralapan.or.id/index.php?option=com
8)
9)
Dampak Sektor Lingkungan Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam. Dampak pada Sektor Ekonomi Semua dampak yang terjadi pada setiap sektor tersebut di atas pastilah secara langsung akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia akibat kerugian ekonomi yang harus ditanggung. Dampak pada pemukim perkotaan Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai.
Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai makna dasar „pemberdayaan‟, di mana „daya‟ bermakna kekuatan (power). Bryant & White (1987)12 menyatakan pemberdayaan sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Moelyarto13 mengemukakan ciri-ciri pendekatan pengelolaan sumber daya lokal yang berbasis masyarakat, meliputi: 1. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi masyarakat setempat dibuat di tingkat lokal, oleh masyarakat yang memiliki identitas yang diakui peranannya sebagai partisipan dalam proses pengambilan keputusan. 2. Fokus utama pengelolaan sumber daya lokal adalah memperkuat kemampuan masyarakat miskin dalam mengarahkan asset yang ada dalam masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya. 3. Toleransi yang besar terhadap adanya variasi. Oleh karena itu mengakui makna pilihan individual, dan mengakui proses pengambilan keputusan yang dengan sentralistik. 4. Budaya kelembagaannya ditandai oleh adanya organisasi- organisasi yang otonom dan mandiri, yang saling berinteraksi memberikan umpan balik pelaksanaan
12
Sebagaimana dikutip di http://www.pemberdayaan.com/pemberdayaan/konseppemberdayaan-membantu-masyarakat-agar-bisa-menolongdiri-sendiri.html 13 Sebagaimana dikutip di http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaa n-masyarakat-dan-pembangunan-berkelanjutan.html
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim
5.
untuk mengoreksi diri pada setiap jenjang organisasi. Adanya jaringan koalisi dan komunikasi antara para pelaku dan organisasi lokal yang otonom dan mandiri, yang mencakup kelompok penerima manfaat, pemerintah lokal, lokal dan sebagainya.
Kesejahteraan Hidup Masyarakat Kesejahteraan hidup masyarakat dipahami sebagai kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial ini mempunyai konotasi yang bermacammacam. Orang awam mengartikan “kesejahteraan sosial sebagai suatu situasi dan kondisi pribadi dan sosial yang menyenangkan”. Ada ungkapan dalam bahasa Jawa “gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerto raharjo. Nandur kang sarwo tukul, dodol kang sarwo tinuku”. Atau ungkapan lain yang religius “baldatun toyyibatun wa robbun ghofur”. Ada pula yang menggambarkan dengan kalimat “segala sesuatu yang serba beres”. Tidak ada hambatan, gangguan dan halangan, sehingga semuanya berjalan lancar. Ada pula ungkapan dalam bahasa inggris “everything is running well”. Semuanya itu adalah ungkapan-ungkapan tentang arti kesejahteraan sosial yang hidup dalam masyarakat sebagai suatu kondisi hidup dan kehidupan yang baik. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial: “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. Terdapat beberapa indikator peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, di antaranya adalah 1)adanya kenaikan penghasilan secara kuantitatif, 2)adanya kesehatan keluarga yang lebih baik secara kualitatif, 3)adanya investasi ekonomis keluarga berupa tabungan. Peningkatan kesejahteraan hidup ini tidak serta merta membuat seseorang yang kebetulan masih miskin menjadi tidak miskin lagi. Peningkatan kesejahteraan hidup ini merupakan suatu indikator adanya pergerakan kualitas hidup seseorang setapak demi setapak untuk penghidupan yang lebih baik lagi dari kehidupan sebelumnya, meskipun masih dalam posisi dibawah garis kemiskinan. Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu 1)Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang; 2) Jenis lantai bangunan tempat
(Ali Imron Hs) tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan; 3)Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester; 4)Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain; 5)Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.; 6)Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan; 7)Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah; 8)Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu; 9)Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun; 10)Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari; 11)Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik; 12)Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan; 13)Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD; dan 14)Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung nelayan Tanggulsari Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Karena kampung Tanggulsari ini berada di sisi timur Sungai Plumbon dan bersebelahan dengan Kampung Pondoksari Kelurahan Mangkangkulon yang berada di sisi barat Sungai Plumbon, maka lokasi penelitian ini juga melebar di wilayah sekitarnya. Melebarnya lokasi penelitian ini perlu dilakukan karena aktifitas sosial ekonomi budaya dua kampung ini berinteraksi jadi satu. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik yaitu suatu penelitian yang menggunakan teori-teori dan kajian literatur sebagai dasar pertimbangan penelitian yang dilakukan, untuk selanjutnya dikomparasikan dengan temuan-temuan yang ada di lapangan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yaitu dengan cara menggali data dan informasi lapangan secara luas, agar ditemukan berbagai fenomena sesuai variabel penelitian ini dan dapat terungkap secara mendalam sehingga pertanyaan penelitian akan mampu terjawab. Metode Pengumpulan Data Peneliti berusaha untuk memotret data dan fenomena yang ada secara utuh dan padu
Riptek Vol. 5, No.II, Tahun 2011, Hal.:..... dengan menggunakan metode observasi partisipatif. Data yang dihimpun dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data-data primer meliputi: 1) Dokumen-dokumen resmi yang memuat laporan kegiatan pemberdayaan masyarakat nelayan Tanggulsari Kelurahan Mangunharjo. 2) Temuan-temuan yang berupa hasil wawancara dengan warga masyarakat nelayan Tanggulsari terkait usaha mereka untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dalam menghadapi perubahan iklim. Data sekunder meliputi 1)Buku, jurnal dan laporan hasil penelitian terdahulu yang membahas tentang program pemberdayaan masyarakat nelayan dan dampak perubahan iklim; dan 2)Pendapat para ahli yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik informasi dokumentasi. Teknik berikutnya adalah wawancara yang mendalam terhadap para nelayan Tanggulsari dan stakeholder yang terkait. Jumlah responden ditetapkan dengan menggunakan teknik snowball. Metode Analisis Data kualitatif yang telah diperoleh dalam penelitian ini, kemudian akan dianalisis secara diskriptif kualitatif guna menggambarkan tingkat kemampuan masyarakat nelayan Tanggulsari dalam beradaptasi lingkungan, tingkat kesejahteraan, aktifitas sosial, aktifitas ekonomi, gaya hidup, problematika kehidupan, dan ketahanan hidup mereka. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis Tanggulsari Tanggulsari merupakan salah satu perkampungan yang terletak di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Kelurahan Mangunharjo ini merupakan salah satu kelurahan kategori miskin di Kota Semarang. Status miskin kelurahan Mangunharjo ini dipengaruhi oleh situasi kondisi Kampung Tanggulsari. Kampung Tanggulsari ini menempati tanah persawahan eks bengkok seluas +/- 4 hektar di pinggir Sungai Plumbon yang berjarak +/- 1,5 km dari garis pantai dan berjarak +/- 3,5 km dari jalan raya Semarang Kendal km 15,9. Tanah persawahan yang dijadikan sebagai perumahan warga Tanggulsari ini merupakan tanah yang ketinggian permukaannya sama dengan sawah yang ada di kanan kirinya. Tidak ada peninggian tanah ketika proses pembangunan pada waktu itu. Oleh karena itu kampung Tanggulsari ini termasuk rawan banjir. Seiring dengan perkembangan waktu, warga
meninggikan rumah hunian masing-masing dengan beaya mandiri. Belum semua warga mampu meninggikan rumah mereka karena keterbatasan ekonomi. Kampung yang terdiri dari 1 RW ini merupakan RW V kelurahan Mangunharjo dan secara geografis terpisah jauh dari kampung lain yang ada di kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu. Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Ngebruk (Kelurahan Mangunharjo) berjarak +/- 1 km terpisahkan tambak dan sawah, sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Pondoksari (Kelurahan Mangkangkulon) berjarak +/- 750 m terpisahkan sawah, sebelah barat terdapat Sungai Plumbon dan tambak (tidak ada perkampungan) sebelah utara terdapat tambak sampai laut berjarak +/1,5 km (tidak ada perkampungan).
Gambar 1 Peta Kelurahan Mangunharjo diantara 7 kelurahan se-Kecamatan Tugu
Gambar 2 Peta Kecamatan Tugu (Nomor 16) diantara 16 kecamatan se-Kota Semarang Kependudukan dan Mata Pencaharian Warga masyarakat Tanggulsari terdiri dari 197 Kepala Keluarga (KK) tergabung dalam 1 Rukun Warga (RW) yang terdiri dari 3 Rukun Tetangga (RT). Mereka mendiami sebuah pemukiman yang sangat padat, terdiri dari tiga blok deretan rumah atau gang sempit. Adapun
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim
(Ali Imron Hs)
data kependudukan Tanggulsari Mangunharjo sebagai berikut: Tabel 1 Data Kependudukan Tanggulsari N O 1 2 3
WILAY AH
RT 01 RT 02 RT 03 JUMLAH
∑ KK 55 KK 77 KK 65 KK 197 KK
USIA PRODU NON KTIF PROD UKTIF 151 50 192 81 122 72 465 203
∑ 201 273 194 668
Warga masyarakat Tanggulsari yang bekerja di sektor nelayan (baik sebagai buruh nelayan atau nelayan pengusaha) hampir semuanya merupakan golongan tua (kaum bapak). Untuk golongan muda lebih suka memilih bekerja di sektor wiraswasta dan buruh bangunan. Keadaan seperti ini merupakan suatu ancaman terhadap kelestarian nelayan untuk jangka panjang ke depan, dan berdampak buruk terhadap industri perikanan. Bagi masyarakat Tanggulsari, peranan kepala rumah tangga yang harus menghidupi keluarganya dipegang oleh ayah atau suami, yang bekerja langsung sebagai nelayan atau lainnya. Para wanita, sebagai seorang isteri mereka tidak hanya tinggal diam di dalam rumah, tetapi mereka juga membantu perekonomian keluarga. Para isteri tersebut bekerja sebagai pedagang ikan segar dan juga ikan panggang (baik di Pasar Mangkang, Pasar Karangayu dan juga Pasar Pagi Kaliwungu maupun keliling kampung), usaha budi daya hasil laut (memanggang ikan, membuat kerupuk, membuat terasi), dan juga menjadi karyawan. Bagi yang mempunyai modal cukup, mereka menjadi pengepul ikan hasil tangkapan laut dan juga mengolah kepiting dan rajungan untuk dikirim ke perusahaan eksportir di Semarang. Ketika hasil tangkapan ikan di laut mulai sepi, biasanya kapal atau perahu dinaikkan di daratan untuk di perbaiki dan juga dicat. Para wanita ikut serta membantu suami mereka dan juga mengontrol jaring-jaring yang robek dan sekaligus menjahitnya atau menyulamnya kembali. Dengan melihat gigihnya semangat para wanita nelayan ini, sebenarnya pemberdayaan ekonomi keluarga bisa dimulai dari ibu-ibu nelayan. Perlu dicarikan model yang terbaik untuk pelatihan, pembinaan dan pendampingan kegiatan peningkatan ekonomi keluarga masyarakat nelayan Tanggulsari yang berbasis pada kaum ibu.
Gambar 3 Kapal/perahu milik nelayan ini berlabuh di kanan kiri Sungai Plumbon yang dangkal. Dangkalnya Sungai Plumbon ini berdampak pada bertambahnya pengeluaran nelayan, yaitu biasanya hasil tangkapan dibongkar di dekat bekas TPI Kodya kemudian diangkut dengan angkutan darat. Kebutuhan para nelayan terhadap bahan bakar minyak (BBM) solar untuk melaut merupakan biaya produksi yang paling dominan bagi nelayan. Para nelayan sangat membutuhkan subsidi BBM ini untuk kelangsungan hidup mereka dalam melaut. Di Tanggulsari sebenarnya sudah ada tempat penimbunan dan penjualan bahan bakar solar yang di kelola oleh sebuah Koperasi Unit Desa (KUD), akan tetapi tidak berjalan. Ketersediaan BBM untuk keperluan melaut nelayan dengan harga subsidi khusus nelayan akan berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan Tanggulsari. Persoalan lalu lintas kapal di Sungai Plumbon juga menimbulkan persoalan baru bagi para pemilik tambak, karena tanggul tambak banyak yang rusak tergerus gelombang air yang dimunculkan oleh gerakan laju kapal-kapal. Ada dua opsi hasil musyawarah, yaitu pertama agar laju perahu/kapal dari dan ke laut agar melaju dengan kecepatan yang sangat rendah sehingga gelombang air yang ditimbulkan tidak terlalu besar dan berdampak pada kerusakan tanggul tambak. Kedua, semua perahu/kapal harus berhenti di dermaga bekas TPI Kodya (berjarak 200 dari bibir pantai, dan berjarak 1 km dari rumah nelayan Tanggulsari). Meskipun demikian, dalam prakteknya mereka masih terjadi selisih dan terkadang menimbulkan ketegangan di antara kedua belah pihak.
Riptek Vol. 5, No.II, Tahun 2011, Hal.:..... 3. Yasinan tahlil, yaitu kegiatan ritual keagamaan dengan membaca surat Yasin dan juga bacaan tahlil. Kegiatan ini diikuti oleh kaum bapak setiap malam jum`at bertempat di masjid.
Gambar 4 Gelombang air yang dihasilkan oleh lalu lintas perahu seperti inilah yang menimbulkan dampak negatif bagi kerusakan tanggul tambak di kanan kiri Sungai Plumbon. Usaha perbaikan tanggul dengan menggunakan buis beton dan juga trucuk bambu kurang efektif menahan hantaman gelombang air. Sebagian wilayah sudah ditanami dengan pohon bakau sebagai pilihan alternatif jangka panjang untuk mengurangi dampak negatif gelombang air tersebut dan sekaligus sebagai sarang ikan di sepanjang Sungai Plumbon Kondisi Kemasyarakatan Masyarakat Tanggulsari juga dikenal sebagai masyarakat yang memiliki solidaritas yang tinggi, sistem bantu-membantunya ini merupakan cara untuk menyelesaikan pekerjaan yang berat. Kesadaran untuk saling membantu sesamanya buka karena semata suka berbakti sesamanya melainkan karena adanya rasa saling membutuhkan dalam jiwa kenelayanannya. Rasa kebersamaan ini merupakan suatu potensi yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan kesejahteraan hidup mereka. Sehingga alternatif yang diberikan sebagai bentuk kepedulian sosial itu lebih terarah dan memberikan ketentraman serta kesejahteraan bagi warga kampung nelayan Tanggulsari. Kondisi Sosial Keagamaan Kehidupan sosial keagamaan juga mewarnai keseharian masyarakat Tanggulasari. Berbagai macam kegiatan ritual keagamaan mewarnai kehidupan masyarakat nelayan ini. Kegiatan sosial ritual keagamaan di antaranya adalah: 1. Manaqiban, yaitu kegiatan ritual dengan membaca kitab manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani. Kegiatan manaqib ini diselenggarakan setiap tanggal 11 bulan qomariyah dan diikuti oleh kaum bapak sebagian masyarakat Tanggulsari di masjid. 2. Mauludan barzanji, yaitu kegiatan ritual keagamaan dengan membaca kitab barzanji maulid Nabi Muhammad saw. Kegiatan ini diselenggarakan setiap satu minggu sekali yaitu setiap Kamis siang oleh para ibu masyarakat Tanggulsari dan bertempat di masjid.
Kondisi Pendidikan Bagi masyarakat Tanggulsari, antara ekonomi dan pendidikan masyarakatnya samasama lemah dan nampak tidak berdaya. Bagaimana mereka akan mandiri dalam pengertian mampu untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya sendiri, kalau mereka sendiri ternyata rata-rata tingkat pendidikannnya rendah. Hal ini terlihat dalam daftar tabel usia produktif berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut: Tabel 2 Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pendidikan14 RT
SD
01 (55 KK) 2 02 (77 KK) 3 03 (65 KK) JUMLAH (197 KK)
97
LULUS JENJANG PENDIDIKAN TIDAK / SLTA S1 PERNAH S2 SEKOLAH SD S3 32 6 16
92
44
34
-
22
192 (42 %)
46
31
12
-
33
122 (26 %)
235 (51 %)
107 (23 %)
52 (11 %)
-
71 (15 %)
465 (100 %)
N O 1
SLTP
JUMLA H (%) 151 (32 %)
Berdasarkan data tersebut nampak bahwa masyarakat Tanggulsari 51 % dari usia produktif adalah berpendidikan SD, sedangkan 15 % tidak lulus SD. Jelaslah bahwa pendidikan warga masyarakat Tanggulsari adalah berpendidikan rendah, dan hal ini tentu berdampak pada tingkat kemandirian mereka dalam berbagai bidang. Bagi masyarakat Tanggulsari, mereka sekolah hanya mempunyai target bisa baca dan bisa tulis saja. Bahkan bagi mereka, bisa bekerja bukan dikarenakan sekolah yang tinggi, tapi lebih lebih disebabkan oleh pengalaman berinteraksi dengan komunitas mereka sendiri sesama kaum nelayan. Pendidikan bagi mereka lebih tepat apabila diarahkan ke pendidikan model kejuruan atau pelatihan yang aplikatif. Warga masyarakat yang berpendidikan tamat SLTA sejumlah 11 %, dan mereka tidak mempunyai minat sedikitpun untuk bekerja di sektor perikanan atau nelayan. Mereka lebih senang untuk bekerja sebagai karyawan di beberapa perusahaan swasta / pabrik yang ada di sekitar Mangkang dan sekitarnya. Hal ini
14
Data diolah dari beberapa sumber yaitu data BPS, data statistik kelurahan Mangunharjo, dan data buku administrasi PKK kelurahan Mangunharjo tahun 2010
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim sangat memprihatinkan dan membutuhkan pemikiran serta penanganan yang serius.
(Ali Imron Hs) karena para nelayan Tanggulsari ini masih rendah tingkat pengetahuan kelautannya, kepemilikan modal, serta manajemen usaha perikanan yang dimilikinya. Jumlah masyarakat Tanggulsari yang bekeja di sektor nelayan lebih nampak sangat dominan dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Oleh karena itu perekonomian masyarakat Tanggulsari secara umum dipengaruhi oleh hasil penangkapan ikan.
Kondisi Ekonomi Masyarakat Perekonomian pada masyarakat Tanggulsari tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi kampung Tanggulsari beberapa tahun sebelumnya, pertambahan penduduk dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah diambil selama ini. Semua ini telah memberikan pengaruh pada irama kehidupan masyarakat Tanggulsari dengan tingkat yang tentunya berbeda-beda. Dalam proses ini ada yang meningkat dan juga tidak jarang ada yang menurun bergeser ke bawah. Selain itu juga
Pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah Ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi di kampung nelayan Tanggulsari. Selanjutnya peneliti paparkan dalam diagram sebagai berikut:
Tabel 3 Permasalahan yang Terjadi Di Kampung Nelayan Tanggulsari N Masalah o 1 2 1 Ancaman kelestarian profesi nelayan di masa yang akan datang. Banyak generasi muda yang tidak tertarik untuk menjadi nelayan, mereka lebih memilih kerja sebagai karyawan 2 Masyarakat kurang memperhatikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Buang air besar (BAB) di Sungai Plumbon Ditemukan banyak jentik nyamuk di saluran Limbah rumah tangga menimbulkan aroma yang mengganggu Posyandu balita dan lansia tidak optimal 3 Tanggul batas tambak rusak. Tambak tidak di kelola, dibiarkan mangkrak dan kurang dimanfaatkan.
Penyebab
Potensi
3 Pekerjaan nelayan yang ada saat ini kurang bisa menjanjikan masa depan mereka
4 Profesi nelayan sudah dilakukan secara turun temurun Sumber daya melimpah
alam
-
Kurang sadar pentingnya kesehatan,
arti
Keluarga sibuk dengan urusan mencari nafkah Tidak adanya tokoh yang memperhatikan kondisi kesehatan masyarakat.
Dukungan stake holder Terdapat beberapa kelompok kegiatan warga sebagai media komunikasi efektif: Keagamaan, seperti tahlilan, maulid, dan manaqib PKK
Alternatif Tindakan Pemecahan Masalah 5 Perlu pemberian motivasi, pembinaan, pelatihan dan pendampingan khusus bagi generasi muda untuk bekerja di sektor nelayan dan budi daya hasil laut. Perlu penyuluhan dan optimalisasi kader penggerak Forum Kesehatan Desa (FKD), PKK B
D
L
P Terkena dampak banjir dan abrasi. Masyarakat kurang terbiasa dengan budi daya tambak selain bandeng dan udang
erdapat ratusan hektar tambak. erdapat kelompok budi daya rumput laut, dan budi daya ikan/ kepiting
Dapat dimanfaatkan untuk budi daya rumput laut, pembesaran kepiting sistem keramba, dengan menyewa murah tambak-tambak yang tidak diolah oleh pemiliknya
Riptek Vol. 5, No.II, Tahun 2011, Hal.:..... N Masalah o 1 2 4 Biaya produksi untuk melaut sangat tinggi
Penyebab 3 Harga BBM (solar, minyak tanah) relatif mahal
Potensi 4 ernah ada KUD khusus menangani penyaluran BBM ke nelayan; udah ada stasiun tanki BBM di tanggulsari;
Alternatif Tindakan Pemecahan Masalah 5 Optimalisasi peran KUD yang telah ada; Atau membentuk semacam Pos Ekonomi Rakyat (PER) yang bergerak di bidang distribusi BBM dengan harga khusus dari pertamina
erdapat ormas, LSM, PNPM BKM 5 Rendahnya pendidikan,
tingkat
-
arak tempuh sekolah yang cukup jauh
-
anyak beasiswa,
program
urangnya motivasi untuk belajar
anyak program pelatihan, kursuskursus dari pemerintah
ingkungan mendukung
kurang -
NPM BKM
6 Tanggul tambak di sepanjang alur Sungai Plumbon rusak
Lalu lintas perahu nelayan di Sungai Plumbon dari dan ke laut setiap hari
Terdapat lokasi eks TPI Kodya di dekat laut
7 Di musim paceklik hutang belanja ke warung dan hutang uang rentenir, padahal ketika musim panen hasil tangkapan laut sangat melimpah.
-
etika musim panen melimpah, mereka tidak menabung dan cenderung berperilaku konsumtif tidak terkendali
da UPK Mangunharjo
BKM
da BMT Sejahtera
NU
-
da BKK kecamatan da BRI Unit da Swamitra Mina
8 Beaya pemeliharaan perahu, alat tangkap dan mesin cukup mahal
-
idak ada toko sparepart yang representatif di wilayah Mangkang
NPM BKM anyak lembaga keuangan di sekitar
perlu fasilitator untuk hubungkan warga dengan lembaga pendidikan. erlu dibuka pembelajaran non formal di lingkungan nelayan Tanggulsari. erlu pusat pembelajaran terstruktur di Tanggulsari, semacam PKBM, dan sejenisnya. ptimalisasi TPI Kodya, untuk pendaratan hasil tangkapan laut erahu nelayan tidak boleh sampai ke Tanggulsari, cukup standby di TPI Kodya erlu jemput bola door to door dari lembaga keuangan agar nelayan rajin menabung ketika musim panen, dan memberikan pinjaman lunak ketika paceklik erlu pendampingan pola hidup, dan gaya hidup nelayan erlu pengembangan kelompok usaha bersama (KUB)
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim N o 1
Masalah
Penyebab
2
9 Kepemilikan modal usaha sangat terbatas. Nelayan hutang modal untuk biaya melaut dan hasil tangkapan di jual kepada yang memberi pinjaman dengan harga yang relatif lebih murah dari harga pasar
(Ali Imron Hs) Potensi
3 dan sekitarnya; -
4 wilayah Mangkang -
esulitan akses ke lembaga keuangan
Strategi dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Strategi dan usaha peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan Tanggulsari Mangunharjo dapat dilakukan melalui: 1. Strategi peningkatan penghasilan melalui peningkatan produktifitas. Diupayakan adanya peningkatan kemampuan pengelolaan sumber daya, memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya maupun politik. Peningkatan kemampuan pengelolaan sumberdaya yang dapat dilakukan di antaranya adalah melalui pemanfaatan lahan tambak rusak yang sangat luas di wilayah sekitar kampung Tanggulsari. Tambak rusak yang disebabkan oleh banjir rutin tahunan dan juga abrasi laut ini memang sudah tidak memiliki tanggul-tanggul batas sebagaimana lazimnya tambak. Lebih dari seratus hektar tambak ini biasanya untuk budidaya bandeng dan udang. Karena tanggul tambak jebol rusak akhirnya banyak dibiarkan begitu saja oleh para pemiliknya. Tambaktambak ini dapat dimanfaatkan dengan budidaya rumput laut atau budidaya ikan sistem keramba. 2. Strategi pengurangan beban kebutuhan dasar masyarakat. Diupayakan adanya pengurangan beban biaya akses pendidikan dan kesehatan. Infrastruktur yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Tanggulsari. Pengurangan beban kebutuhan dasar masyarakat nelayan Tanggulsari dapat dilakukan di antaranya melalui subsidi BBM yang secara khusus diperuntukkan bagi nelayan. Optimalisasi peran koperasi dan lembaga keuangan di sekitar Mangkang. Biaya kesehatan sudah ter-cover melalui Jamkesmas maupun Askeskin. Perlu penanganan secara khusus terutama kesehatan balita dan lansia di Tanggulsari melalui posyandu.
NPM BKM
erlu motivasi dan pendampingan manajemen keuangan nelayan, dan gaya hidup nelayan
rogram perusahaan
da stigma negatif, kredit macet
Alternatif Tindakan Pemecahan Masalah 5
CSR
elompok pengajian ibu-ibu sebagai media komunikasi
erlu dibentuk dan pendampingan terhadap kelompokkelompok kecil nelayan
3. Strategi peningkatan kepedulian dan kerjasama stakeholder dalam membantu pemberdayaan masyarakat nelayan Tanggulsari. Hal ini dapat dilakukan dengan pelibatan koperasi-koperasi, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), pos daya, perguruan tinggi, dan juga lembaga swadaya masyarakat yang relevan. Program Gerdu Kempling mestinya langsung menyentuh ke tingkat rumah tangga masyarakat Tanggulsari dengan program pendampingan. Karena nelayan Tanggulsari mempunyai karakteristik yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya maka program pemberdayaan masyarakat nelayan Tanggulsari harus melibatkan warga sebagai pelaku, bukan sebagai penonton. 4. Strategi peningkatan kerjasama kelompok yang berbasis pada bidang usaha sejenis. Hal ini dapat dilakukan melalui pembentukan dan pendampingan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam kelompokkelompok kecil. Perlu ada pemetaan terhadap masyarakat nelayan Tanggulsari. Pemetaan ini penting untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang mempunyai bidang usaha sejenis. Berbagai kegiatan ekonomis masyarakat di Tanggulsari masih berjalan sendiri-sendiri secara individual. Perlu ada kelompok usaha bersama berbasis pada bentuk usaha yang sejenis. Kebijakan yang perlu dilakukan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan Tanggulsari Mangunharjo diantaranya adalah: 1. Perlu adanya peningkatan kapasitas dan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih dan terampil. Kegiatan yang dilakukan dengan melakukan pelatihan-pelatihan terstruktur dan terprogram, beasiswa, jaminan pemeliharaan kesehatan, penanggulangan gizi buruk, pengadaan air bersih, pembangunan dan rehabilitasi MCK, perbaikan
Riptek Vol. 5, No.II, Tahun 2011, Hal.:..... kualitas jalan dan lingkungan permukiman, dan pembangunan sarana prasarana. 2. Perlu diupayakan perluasan kesempatan kerja. Kegiatan yang dilakukan berupa peningkatan kesempatan kerja, pelatihan dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja, dan pemberdayaan tenaga kerja padat karya produktif. 3. Perlu peningkatan peran serta masyarakat. Peningkatan peran serta masyarakat ini dapat dilakukan melalui kegiatan pengabdian masyarakat di perguruan tinggi (misalnya KKN), peran serta organisasi kemasyarakatan. 4. Perlu peningkatan perlindungan sosial yang meliputi bantuan pelayanan KB, fasilitasi bantuan kepada masyarakat, dan yang sejenisnya. PENUTUP Simpulan Berdasarkan paparan yang telah peneliti uraikan pada sub bab dan bab terdahulu, peneliti simpulkan sebagai beikut: 1. Kehidupan masyarakat nelayan Tanggulsari dapat dilihat dari berbagai aspek: 1)Masyarakatan nelayan Tanggulsari memiliki solidaritas yang tinggi. 2)Kehidupan keagamaannya tidak seberapa berkualitas. Tingkat pemahaman dan pengamalan keagamaannya beda satu sama lainnya. 3)Para nelayan Tanggulsari masih rendah tingkat pengetahuan kelautannya, terbatas kepemilikan modal, serta masih rendah manajemen usaha perikanan. 2. Problematika yang dihadapi oleh masyarakat nelayan Tanggulsari untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, di antaranya adalah: 1)Masyarakat kurang memperhatikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 2)Biaya produksi untuk melaut sangat tinggi. 3)Keterbatasan dan lemahnya akses terhadap sumber-sumber pembiayaan usaha yang murah. 4)Rendahnya pengetahuan kelautan, manajemen, dan budi daya tangkapan hasil laut. 5)Rusaknya lingkungan wilayah kawasan tangkapan ikan. 3. Rumusan strategi dan usaha peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan Tanggulsari Mangunharjo dapat dilakukan melalui: 1)Diupayakan adanya peningkatan kemampuan pengelolaan sumber daya, memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 2)Diupayakan adanya pengurangan beban biaya akses pendidikan dan kesehatan. 3)Strategi peningkatan kepedulian dan kerjasama stakeholder dalam membantu pemberdayaan masyarakat nelayan Tanggulsari. 4)Strategi peningkatan kerjasama kelompok yang berbasis pada bidang usaha sejenis.
Rekomendasi Peneliti merekomendasikan sebagai berikut: 1. Perlu adanya peningkatan kapasitas dan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih dan terampil. Kegiatan yang dilakukan dengan melakukan pelatihan-pelatihan terstruktur dan terprogram, beasiswa, jaminan pemeliharaan kesehatan, penanggulangan gizi buruk, pengadaan air bersih, pembangunan dan rehab MCK, perbaikan kualitas jalan dan lingkungan permukiman, dan pembangunan sarana prasarana. 2. Perlu diupayakan perluasan kesempatan kerja. Kegiatan yang dilakukan berupa peningkatan kesempatan kerja, pelatihan dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja, dan pemberdayaan tenaga kerja padat karya produktif. 3. Perlu peningkatan peran serta masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di Tanggulsari Mangunharjo agar menggandeng ormas Nahdlatul Ulama (NU) setempat. 4. Perlu peningkatan perlindungan sosial yang meliputi bantuan pelayanan KB, fasilitasi bantuan kepada masyarakat, dan yang sejenisnya. 5. Perlu memperbaiki atau memperkuat tanggul tambak sepanjang alur Sungai Plumbon. Hal ini penting untuk mengurangi dampak kerusakan tanggul akibat lalu lintas perahu/kapal yang keluar masuk dari laut ke Kampung Tanggulsari. 6. Perlu pemanfaatan puluhan hektar lahan tambak yang telah rusak tanggul batasnya di wilayah sekitar Kampung Tanggulsari. Pemanfaatan lahan ini dapat berupa budi daya ikan dengan sistem keramba dan juga dengan budidaya rumput laut. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada WaliKota Semarang dan Kepala Bappeda Kota Semarang yang telah memberikan dana kegiatan penelitian melalui Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kota Semarang tahun 2011. DAFTAR PUSTAKA Darmansyah, dkk, 1986. Ilmu Surabaya: Usaha Nasional.
Sosial
Dasar.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,. 1989. Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Pramono, Djoko. 2005. Budaya Bahar, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ensiklopedia Indonesia. 1983. Jakarta: Ichtiar Baru. Sadly, Hassan. 1980. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT Pembangunan.
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Kartono, Kartini. 1992. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis (Apakah Pendidikan Masih Diperlukan). Jakarta: Mandar Maju. Koentjaraningrat. 1990. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. Koentjaraningrat. 1996. Jakarta: Rineka Cipta.
Pengantar Antropologi,
Kusnadi. 2003. Polemik Yogyakarta: LkiS.
Kemiskinan
Nelayan.
Mansyur, M. Khalil. 1984. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional Indonesia. Hasan, Muhammad Tolhah. 1987. Islam Dalam Perspektif Sosial Budaya. Jakarta: Galasi Nusantara. Soekanto, Soerjono. 1990. Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Sosiologi
Suatu
Tim LIPI, Ary Wahyono, dkk, 2002. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: LkiS.
(Ali Imron Hs)