STRATEGI COMMUNITY RELATIONS LEMBAGA PENDIDIKAN Tin Hartini, M.I.Kom1) 1 Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa, Universitas Islam “45” Bekasi Email :
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilandasi pemikiran mengenai pentingnya membina hubungan baik antara organisasi dengan komunitas. Seorang public relations memiliki banyak peran dan tugas yang mesti dijalankan mewakili organisasinya. Dibutuhkan perhatian khusus guna membina relasi antara organisasi dan publik dalam situasi konflik, baik publik internal maupun eksternal. Oleh karena itu, penting bagi PR atas nama organisasi merumuskan strategi yang efektif dalam rangka mitigasi (mencegah) terjadinya konflik dalam mencapai hubungan harmonis, mesra dan saling menyenangkan. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah post posivitistik dan menggunakan metode pengumpulan data dan analisis kualitatif. untuk menggambarkan bagaimana strategi community relations Sekolah Victory Plus (SVP) dalam mitigasi konflik antara organisasi dengan komunitas. Hasil dari analisis deskriptif menunjukan bahwa community relations SVP sangat baik. Hal itu dikemukakan warga sekitar yang merasakan hubungan yang baik telah dibina oleh SVP. Berbagai strategi program yang rumuskan dan diimplementasikan dalam rangka membina hubungan baik serta mitigasi konflik. Namun masih ditemukan pula adanya hubungan yang tidak harmonis antara salah satu warga dari komunitas sekitar SVP. SVP dalam hal ini mengambil sikap hati-hati dalam menghadapi permasalahan ini. Kata Kunci: Strategi Community Relations, Lembaga Pendidikan, Mitigasi Konflik Abstract The paper aims to analyze the punk subculture as phenomenon in absorbing to the Indonesian local context. Specifically, the findings of this paper see how the global context influenced forming the new local context of Punk as phenomenon regarding to music and fashion. This paper will explain the new form of Punk in Indonesia. Keywords: Global, Local, Subculture, Punk.
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
33
1. PENDAHULUAN Di era saat ini, keberhasilan manajemen organisasi dalam mencapai tujuannya sangat bergantung pada praktek public relations (PR), karena PR merupakan unsur yang esensial (the essential element) bagi setiap organisasi dengan sistem terbuka – dimana praktik berorganisasi tidak bisa dipisahkan dari pengaruh lingkungan atau para stakeholder (pihak-pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebijakan organisasi). Hal ini dikarenakan bahwa praktek PR tidak hanya dapat dianalogikan sebagai penghubung (connector) atau mediator, tetapi juga panca indra (senses). Sebagai penghubung atau disebut ju\ga sebagai mediator, praktek public relations dipahami sebagai pihak yang menghubungkan antara organisasi dengan publiknya (baca: stakeholder). Selanjutnya dalam konteks sebagai panca indra, sebagai analogi yang sangat penting, praktek PR dipahami sebagai pihak yang tidak sekedar mempersuasi publiknya untuk memahami kepentingan atau kebijakan organisasi, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mendengarkan, merasakan, dan melihat apa yang diinginkan oleh publiknya. Publik baik bersifat internal ataupun eksternal merupakan faktor determinan bagi pelaksanaan manajemen organisasi. Organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan publik secara harmonis. Keharmonisan tersebut ditandai dengan adanya pemahaman dan dukungan publik terhadap kebijakan organisasi. Dalam semua tingkatan interaksi manusia dan organisasi, terkadang konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Untuk mengarahkan konflik agar tidak sampai pada tindakan kekerasan diperlukan perubahan-perubahan besar dan sistem sosial melalui demokratisasi dan gerakan hak-hak komunitas lainnya. Penyelesaian konflik secara efektif mutlak dilakukan sebagai proses yang terus
menerus berurusan dengan keterampilan mencegah atau melakukan transformasi konflik melalui komunikasi yang manusiawi. Sekolah Victory Plus (SVP) yang beralamat di Jalan Pratama Raya Blok AN 2-3 perumahan Kemang Pratama Kota Bekasi tidak dapat menghindari konflik dalam institusinya. Di mana ada sekelompok pihak yang merasa tidak puas terhadap SVP dan melakukan aksi bakar ban sebagai bentuk protes. Hal itu terjadi pada saat Wali Kota Bekasi Bapak Mochtar Mohammad meresmikan gedung baru SVP. Aksi ini dilakukan oleh beberapa orang warga yang mengatas namakan warga rukun tetangga dengan alasan aktivitas sekolah victory mengganggu ketenangan warga perumahan (poskota.co.id, 02/01/2012) Peristiwa ini tentu saja mengusik kelangsungan aktivitas Sekolah Victory Plus, sebab bila tidak dapat diselesaikan dengan segera, dapat menimbulkan hubungan yang tidak harmonis antara Sekolah Victory Plus dengan pelaku aksi, yang merupakan warga yang bertempat tinggal di dekat SVP. Sehingga citra yang positif yang sedang dipertahankan SVP dapat ternodai, mengingat SVP adalah institusi yang reputasinya sudah baik dan keberadaannya dikenal di wilayah Bekasi dan sekitarnya. 2. KAJIAN LITERATUR CSR Dalam Lembaga Pendidikan Community relations adalah partisipasi dari lembaga yang terencana, aktif, dan terus menerus dengan masyarakat, dalam rangka memelihara dan meningkatkan lingkungannya, bagi lembaga maupun bagi komunitas. Cutlip dkk memberikan gambaran bahwa Community relations adalah: “Community relations sebagai bentuk pembaharuan dari kegiatan filantrophy perusahaan”. (2006:450) Andrew Mann dalam Anne Gregory (2000;52) menjelaskan:
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
34
Community relations is a series of mutually beneficial business partnerships with one ore more stakeholders, which enhance the company’s reputation as a good corporate citizen. Community relations merupakan serangkaian kemitraan perusahaan yang saling menguntungkan dengan satu stakeholder atau lebih. Merujuk pada pendapat tokoh public relations diatas, maka dapat disimpulkan bahwa community relations adalah sebagian besar tanggung jawab organisasi terhadap komunitas melalui hubungan yang interaktif dalam rangka memelihara dan meningkatkan lingkungannya, serta dapat membantu melindungi investasi organisasi, meningkatkan penjualan produk dan saham, memperbaiki iklim operasional organisasi. Community atau komunitas dalam arti sempit adalah sekelompok orang yang tinggal di sekitar wilayah operasi suatu perusahaan atau organisasi (Kasali, 1998: 127). Berdasarkan pengertian diatas, menjaga suatu hubungan baik dengan community sangat penting dilakukan karena komunitas turut berperan dalam membangun persepsi dan opini bagi perusahaan. Inilah yang menyebabkan bahwa perusahaan harus selalu melakukan hubungan timbal balik yang menguntungkan (mutual understanding) dengan community. Organisasi yang melakukan tindakan penyalahgunaan atau pelanggaran terhadap undang-undang atau praktek lainnya seperti mengabaikan perbedaan pendapat antara komunitas dengan organisasi sudah dapat dipastikan menimbulkan persoalan dan mencedrai hubungan baik diantara keduanya. Seringkali perusahaan dihadapkan pada suatu persoalan yang dapat mengganggu hubungan baik dengan publiknya sehingga mengakibatkan terjadinya konflik serta permusuhan yang sangat merugikan. Permusuhan ini dapat berupa demonstrasi, penuntutan, hingga tindakan anarki seperti pengrusakan fasilitas. Inilah yang menyebabkan bahwa
perusahaan harus selalu melakukan hubungan timbal balik yang menguntungkan (mutual understanding) dengan community. Suatu organisasi kerapkali dihadapkan pada suatu persoalan yang dapat mengganggu hubungan baik dengan publiknya sehingga mengakibatkan terjadinya konflik serta permusuhan yang sangat merugikan. Permusuhan ini dapat berupa demonstrasi, penuntutan, hingga tindakan anarki seperti pengrusakan fasilitas. Inilah yang menyebabkan bahwa perusahaan harus selalu melakukan hubungan timbal balik yang menguntungkan (mutual understanding) dengan community. Oleh karenanya, memformulasikan dan mengimplementasikan strategi community relations yang efektif untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan timbulnya konflik antara organisasi dan anggota masyarakat dalam komunitas mutlak dilakukan, mengingat hubungan yang interaktif antara komunitas dan organisasi dapat membantu melindungi investasi organisasi, meningkatkan penjualan produk dan saham, serta memperbaiki iklim operasional organisasi. Dengan memosisikan organisasi adalah mitra bagi komunitas dalam mencapai tujuannya masing-masing melalui sumber-sumber daya dimiliki, semakin menegaskan betapa banyak manfaat yang dipetik organisasi, seperti nama baik, pencapaian tujuan organisasi dan moral kerja karyawan. Rob Baskin, pemilik Perusahaan Coca Cola mengemukakan: “Membangun hubungan dengan komunitas merupakan public relations terbaik”. Citra dan reputasi yang baik berkaitan erat dengan tingkat akseptabilitas dan dukungan publik terhadap organisasi. Tidak terkecuali organisasi berupa lembaga pendidikan.Unit analisis penelitian ini adalah organisasi (Lembaga Pendidikan Sekolah Victory Plus - SVP) Kemang Pratama Bekasi, yang merupakan Lembaga Pendidikan yang berkembang
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
35
pesat sekali sejak awal pendiriannya di Tahun 1998 silam. Institusi Pendidikan pertama di Kota Bekasi yang menerapkan kurikulum International Baccalaureate (IB). Sekolah Victory Plus diapit dua wilayah pemukiman warga, yakni warga RT.06 RW. 20 Perumahan Kemang Pratama 1 Bekasi dan warga RT. 03 RW.01 Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi. SVP sempat dikunjungi sekelompok pihak yang merasa tidak puas dengan keberadaan SVP dan melakukan aksi bakar ban sebagai bentuk protes. Hal itu terjadi pada saat SVP mendapatkan kunjungan Wali Kota Bekasi Bapak Mochtar Mohammad dalam rangka peresmian gedung baru SVP. Aksi ini dilakukan oleh beberapa orang warga yang mengatas namakan warga rukun tetangga dengan alasan aktivitas sekolah victory mengganggu ketenangan warga perumahan (poskota.co.id,02/01/2012) Peristiwa ini tentu saja mengusik kelangsungan aktivitas Sekolah Victory Plus, sebab bila tidak dapat diselesaikan dengan segera, bukan hal yang mustahil hal tersebut dapat berpretensi menimbulkan terjadinya situasi yang tidak kondusif bagi terselenggaranya kegiatan belajar yang baik. Atau dapat pula menimbulkan hubungan yang tidak harmonis antara Sekolah Victory Plus dengan pelaku aksi, yang merupakan warga yang bertempat tinggal dekat SVP. Sehingga citra yang positif yang sedang dipertahankan SVP dapat ternodai, mengingat SVP adalah institusi yang reputasinya sudah baik dan keberadaannya dikenal di wilayah Bekasi dan sekitarnya. Selain itu, hubungan yang baik diatara keduanya akan semakin sulit terealisasi bila hal ini terus dibiarkan. Untuk mencegah hal itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pihak organisasi dengan komunitas yang ada disekitarnya. Sebagai sebuah organisasi, lembaga pendidikan berperan besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan merupakan fondasi kehidupan
bernegara sekaligus memiliki peran kunci dan strategis dalam memajukan suatu bangsa. Dari pendidikanlah sebuah bangsa bisa dibuat maju atau mundur kebelakang. Lembaga pendidikan turut serta dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sekolah Victory Plus merupakan salah satu penyelenggara pendidikan bertaraf internasional diantara beberapa sekolah lainnya yang ada di Kota Bekasi. Dengan menerapkan kurikulum IB (International Baccalaureate) dalam kegiatan belajarnya, namun digabungkan dengan Kurikulum Nasional. Sehingga, kurikulum SVP menjadi Nasional Plus. Sekolah Victory Plus yang berlokasi di Jl. Kemang Pratama Raya, didirikan pada tanggal 18 Mei 1998. Misi dari sekolah ini adalah menjadi sekolah bertaraf internasional untuk membimbing siswa mencapai potensi maksimal serta mampu menjadi pembelajar yang siap menghadapi globalisasi. Maka sekolah ini beserta siswa, pengajar maupun para stafnya sepakat untuk menciptakan atmosfer yang menjadikan siswa sebagai fokus pembelajaran sehingga akhirnya siswa memiliki profil pembelajar. Tak hanya itu, Sekolah Victory Plus pun selalu melibatkan orang tua sebagai mitra aktif dalam menciptakan atmosfer pembelajaran yang aktif dan bermakna. Sebagai lembaga pendidikan yang berwawasan global, Sekolah Victory Plus sudah dipastikan memiliki guru dan staf yang berjiwa pemimpin, bersikap professional dan siap memberikan pelayanan yang terbaik. Selain itu, sekolah ini juga dilengkapi dengan sarana pendidikan modern sehingga tercipta lingkungan belajar yang aman, nyaman yang dapat menciptakan pembelajar seumur hidup. Siswa juga dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang relevan, kemampuan praktis dan kecerdasan sosial dalam pemecahan masalah baik secara individu maupun berkelompok. Di sekolah ini, siswa diharapkan
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
36
mendapatkan pengalaman dan belajar seputar Area Interaksi (5 Areas of Interactions) antara lain Pendekatan Pembelajaran (Approaches to Learning), Lingkungan (Environment), Pelayanan masyarakat (Community Service), Kesehatan dan Pendidikan Sosial (Health and Social Education). Bahasa Inggris dan Mandarin, (Language) Geografi dan Sejarah (Humanities), Matematika, sains dan teknologi, (Teknologi Computer dan Teknologi Disain), Kesenian (Seni Kriya dan Seni Pertunjukan) dan Pshicys Education (PE). Selain kelompok mata pelajaran tersebut, siswa juga belajar PKn dan Agama. Dengan Prinsip learner profile dalam kegiatan belajar siswa, kegiatan belajar di SVP menjadi suatu aktivitas yang sangat menyenangkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kualitatif deskriptif, yaitu berusaha menggambarkan atau menjelaskan sejelas mungkin mengenai kebutuhan community yang mendukung kegiatan community relations dalam sebuah organisasi khususnya Sekolah Victory Plus serta bahasan sekilas mengenai strategi community relations dalam rangka mitigasi konflik dengan warga sekitar. Dengan observasi langsung ke lapangan melalui bantuan guide interview. Neuman dalam bukunya “social research methods (qualitative and quantitative approaches) mengungkapkan : “Descriptive research present a picture of the specific details of a situation social setting or relationship” penilitian deskriptif memberikan sebuah gambaran situasi, latar belakang sosial atau hubungan spesifik dan terpirinci”. (W. Laurence Neuman; 2006) Neuman selanjutnya mengatakan, dalam penilitian deskriptif peneliti memulai dengan sebuah subjek yang telah didefinisikan dengan baik dan mengadakan penelitian untuk mendeskripsikan subjek tersebut secara akurat. Ia juga mengemukakan bahwa hasil dari penelitian deskriptif adalah
sebuah gambaran yang rinci atau detail tentang subjek yang diteliti. untuk mendefinisikan pengertian studi kasus, penulis merujuk pada tiga ahli peneliti studi kasus yaitu Yin (1996, 2003), Gilham (2000), dan Berg (2004, 2007, & 2008). Pertama, Yin (2003:13) mendefinisikan “a case study is an empirical inquiry that investigate a contemporary phenomenon within its real life context, especially when the boundaries between phenomenon and context are not clearly evident”. Studi kasus dapat membantu para peneliti memahami fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata khususnya ketika batasan antara fenomena dan konteks tidak nampak jelas. Kedua, Gillham (2000:2) mendefinisikan studi kasus adalah suatu studi yang menginvestigasi sebuah kasus atau kasus-kasus untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan riset tertentu dan mencari jenis-jenis fakta yang berbeda (different kinds of evidence), fakta di sini tentunya dalam konteks kasus (the case setting), dan harus diabstraksikan dan diperiksa untuk mendapatkan jawabanjawaban yang mungkin terbaik bagi pertanyaan-pertanyaan riset tersebut. Dan ketiga, Berg (2004 & 2007) mendefinisikan studi kasus sebagai “a method involving systematically gathering enough information about a particular person, social setting, event, or group to permit the researcher to effectively understand how the subject operates or functions” (Berg, 2009:317). Sebagai sebuah metode, studi kasus dapat membantu peneliti secara efektif untuk memahami bagaimana subjek penelitian beroperasi atau berfungsi. Kemudian Berg (2008:317) merevisi definisi tersebut dengan definisi baru yaitu dimana studi kasus didefinisikan sebagai sebagai usaha yang secara sistematis menginvestigasi suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa terkait dengan maksud khusus untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena. Sumber data penelitian ini diperoleh
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
37
dari data-data dan wawancara dengan informan. Penentuan informan dalam memperoleh data atau informasi adalah berdasarkan hasil wawancara dengan informan sebelumnya, sehingga diperoleh data yang dibutuhkan oleh penulis. Proses penentuan ini disebut juga dengan istilah Snowballing. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian mengenai community relations merupakan salah satu kajian yang menjadi concern sebuah instutusi, khususnya public relations dalam aktivitasnya berinteraksi dengan masyarakat dimana organisasi berada. Adapun dalam perkembangannya, community relations SVP mengalami dinamisasi yang tentu saja perubahan yang terjadi adalah perubahan yang sangat positif. Meski keberadaan SVP pada awalnya kurang bisa diterima sebagian warga sekitar, khususnya warga di RT. 6 RW. 20, dengan berbagai alasan yang mereka yakini kebenarannya. Namun seiring dengan perkembangan SVP, sikap apatis dari masyarakat berubah terhadap keberadaan institusi pendidikan yang berpengantar Bahasa Inggris dalam kegiatannya. Melalui berbagai program yang dilakukan SVP, yang tidak hanya diperuntukan bagi orang tua siswa saja, tetapi memberikan kesempatan bagi semua masyarakat khususnya warga kemang pratama dan sekitarnya seperti program menanam sejuta pohon yang dicanangkan pemerintah bekasi, fun bike, maupun seminar parenting. Berkat berbagai program yang dilakukan oleh SVP, kini masyarakat sekitar yang berdomisili di sekitar SVP telah memiliki trust (kepercayaan) terhadap keberadaan SVP sebagai pilihan dalam memilih institusi yang menyelenggarakan pembelajaran berkualitas. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya minat orang tua dari masyarakat sekitar SVP yang menyekolahkan putrinya di institusi
pendidikan tersebut. Ataupun terjualnya dengan cepat beberapa hunian kosong yang berada di sekitar SVP atau sekedar disewakan dan ditempati oleh beberapa orang tua siswa SVP. Strategi Komunkasi Community Relations Sekolah Victory Plus Kemang Pratama Bekasi. Konsep strategi komunikasi community relations SVP merujuk pada model Laswell. Suatu kampanye PR yang ideal harus berdasarkan fakta, bukan asumsi. Karena bidang Public Relations adalah suatu studi yang menyangkut manusia, maka dibutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis serta data dan persiapan lain yang akurat. Aksi dan komunikasi merupakan salah satu dari empat empat langkah yang dikemukakan Cutlip dalam suatu program PR. Salah satunya adalah program community relations. Ada pepatah mengatakan, failing to plann is planning to fail, gagal membuat perencanaan adalah merencanakan kegagalan. Hal ini menegaskan bahwa menyusun rencana strategis menjadi hal yang sangat penting. Strategi komunikasi dalam suatu kampanye program PR hendaknya memperhatikan hal-hal di bawah ini, yakni komunikasi model Laswell. Yaitu: 1. Komunikatornya harus memiliki communication skill (kemampuan berkomunikasi) agar pesan yang disampaikan dapat memengaruhi opini publik. Dalam hal ini Direktur SVP maupun PRO menyampaikan pesan- pesannya melalui tokoh masyarakat, khususnya ketua RT. Maupun tokoh masyarakat yang berada di lingkungan SVP. 2. Pesan yang disampaikan sesuai dengan minat audiensnya serta menggunakan bahasa yang dimengerti komunitasnya. PRO Sekolah victory Plus dalam menyampaikan pesan –pesannya tentu saja memperhatikan latar belakang sosial komunitas yang dihadapannya. Hal tersebut dimaksudkan agar pesan
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
38
yang disampaikan sampai, dan dapat diterima dengan baik. 3. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak hendaknya mampu menjangkau audiensnya secara optimal. SPV menyadari akan pentingnya media dalam program-program kegiatan PR nya. Seperti yang dikemukakan Ibu CM selaku kepala divisi MPR berikut: “kami tidak pernah stop mengomunikasikan apa yang terjadi di dalam, yang menurut kita mempunyai nilai berita, di upload di social media yang kita miliki. Formulanya ya itu saja. Menurut komunitas yang saya sebutkan, ternyata yang paling efektif dalam membuka hubungan dengan khalayak, dan komunitas adalah social media. Selain karena biayanya relatif murah, dalam hal menciptakan opini publik, itu juga menjadi mudah bagi kami dalam menjangkau khalayak. Ternyata melalui social media pula sangat effective, dalam mensosialisasikan sebuah perusahaan. Kami juga secara rutin meng update semua kegiatan ke twitter dan social media lainnya yang diterima kalangan muda. Kalau di social media kan jadi banyak teman. Namun walau begitu, tetangga tedekat tetap sangat kami perhatikan. Kami juga menganggap hubungan media itu sangat penting, dengan base internet, kami juga cukup mudah mengirimkan foto-foto hasil kegiatan kepada pihak media untuk dimuat di majalah mereka. Kalau kita undang mereka, jarang ya mereka kirim wartawan untuk meliput kegiatan, mereka lebih senang dikirimkan pers release, foto, kemudian dimuatnya di akun twitter mereka. Kami memiliki hubungan baik dengan Majalah Gadis, salah satu majalah
remaja.” 4. Komunikan yang menjadi sasaran khalayak (target audience) program community relations harus diketahui dengan jelas dan rinci, baik pengalamannya, pengetahuannya maupun kebudayaannya. Hal ini dikemukakan oleh Ibu YRS dalam wawancara dengan penulis: “Ya kami merasa, program yang kami telah kami lakukan tepat sasaran dan saya berharap program tersebut sesuai dengan kebutuhan komunitas. Dan saya juga berharap dapat kami tingkatkan dari waktu ke waktu”. 5. Efek atau dampak yang dihasilkan dari keempat komponen berkolerasi dan terkait erat dan berjalan sesuai fungsinya. Efek dari strategi komunikasi community relations SVP baik dan berlangsung efektif, hal tersebut tergambar dari hasil wawancara yang penulis lakukan di lapangan, dengan salah seorang tokoh RT.03/01 Kelurahan Bojong Rawalumbu diperoleh informasi, bahwa selama ini, komunikasi dengan Sekolah Victory Plus baik. Seperti yang dikemukakan Bapak S, dalam wawancara dengan penulis pada tanggal 25 Februari 2014: “Saya atas nama warga, menurut saya bagus, ada perhatian, perhatiannya ke lingkungan bagus. Kalau ada kegiatan selalu ]membantu. Seperti kayak memeperingati Agustusan ke warga sangat perhatian. Saya nggak mengada-ngada, tapi memang itu kenyataannya.”.
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
39
No.
Nama Kegiatan
1. Membina hubungan baik dengan warga maupun Tokoh Masyarakat sekitar SVP. 2. Menyelesaikan permasalahan warga sekitar, yakni membuat jalan yang dapat diakses dengan mudah oleh warga menuju perumahan Kemang Pratama . 3. Turut serta, dan mensupport kegiatan masyarakat, khususnya dalam perayaan-perayaan hari besar nasional maupun keagamaan. Seperti perayaan HUT RI 17 Agustus maupun memperingati Maulid Nabi SAW. 4. Memberikan bingkisan kepada masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri. 5 Menyerahkan Hewan Qurban kepada masyarakat sekitar, melalui mushalla terdekat, dalam memperingati Hari Raya Idul Adha. 6 Mensupport kegiatan bimbingan Bahasa Inggris bagi anak-anak di wilayah pemukiman warga sekitar SVP oleh siswa, dalam kegiatan Community Service. 7. Menginisiasi Rumah Pintar, dengan menyediakan buku-buku pengetahuandan lainnya yang bermanfaat bagi warga di perpustakaan RT. 8. Menyelenggarakan Fun Bike dalam rangka membangun relationship dengan komunitas masyarakat Bekasi umumnya, dan masyarakat Perumahan Kemang Pratama khususnya. 9. Mengikutsertakan komunitas dalam kegiatan-kegiatan SVP. 10. Menyediakan Akses WI Fi gratis di beberapa ruang terbuka publik, yang berdekatan dengan SVP. Diantanya Restoran Mie Kangkung dan Warung tenda Lapten di dalam perumahan Kemang Pratama. Tabel 1. Kegiatan dan program PR dalam implementasi Program Community Relations:
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
40
5.
KESIMPULAN Hubungan yang baik dengankomunitas, tidak dapat dibangun dalam waktu yang singkat. Opini yang buruk juga tidak dengan sendirinya dapat diubah. Oleh karenanya, seorang praktisi public relations harus membangun komunikasi maupun memelihara hubungan yang harmonis, serta memahami apa yang diharapkan oleh komunitasnya. Sehingga dengan hubungan timbal balik dan rasa memiliki, organisaasi akan mendapatkan dukungan dari masyarakat dan tercapainya hubungan yang menguntungkan bagi keduanya. Sesuai dengan yang penulis kemukakan pada bab.3, bahwa penelitian ini menggunakan paradigma post positivis. Maka temuan yang penulis dapatkan dalam penelitian ini bahwa keberadaan SVP tidak sesuai dengan temuan awal. Asumsi awal bahwa keberadaan SVP ditentang oleh masyarakat, ternyata setelah dilakukan penelitian, tidak demikian adanya. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dalam kurun waktu dua (2) bulan, yakni Bulan Februari hingga Bulan Maret 2014, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. SVP dalam memformulasikan/ mengimplementasikan kegiatan community relations sangat memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan komunitas dengan mempertimbangkan kondisi sosial kemasyarakatan komunitasnya. 2. Program Community relations yang telah SVP lakukan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan komunitas. Tujuan kegiatan community relations yang dilakukan SVP salah satunya adalah dalam usaha mengurangi atau mencegah kemungkinan timbulnya konflik dengan warga sekitar. Hal itu sangat efektif, sehingga keberadaan SVP sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. 3. Dalam melaksanankan strategi community relations, SVP
beberapa hambatan , diantaranya adalah adanya keberatan seorang warga yang berkeberatan dengan kebijakan SVP. Namun SVP dapat menyelesaikannya. Adapun yang menjadi keberatan salah satu warga komunitas tersebut terhadap keberadaan Sekolah Victory Plus, adalah adanya fakta yang ia miliki, dimana mereka menyakini bahwa keberadaan SVP menyalahi dan melanggar site plan perumahan. Pendiriannya tidak disertai persetujuan warga sekitar saat akan membangun. Padahal, menurut ketua RT. 06 RW. 20, persetujuan warga ditandai dengan pembubuhan tandatangan warga sekitar, sebagai prasyarat dikeluarkannya IMB oleh Dinas Tata Kota. Selain itu, keberadaan SVP menurutnya telah merubah situasi lingkungan sosial perumahan, karena keadaan semakin ramai, tidak nyaman, dan kemacetan kerap kali sulit dihindari. Mengacu pada teori kebutuhan Abraham Maslow, rasa aman adalah salah satu kebutuhan dasar yang merupakan hak setiap individu. 4. Untuk menggambaran desain komunikasi krisis dan manajemen konflik dalam community relations, SVP mendisain komunikasi krisisnya dengan melakukan tindakan preventif. Krisis pada umumnya memberi sinyal peringatan. Maka sekecil apapun permasalahan yang muncul, maka divisi terkait akan dengan cepat menangani persoalan tersebut. Adapun hubungan SVP dengan lingkungan komunitas masyarakat belakang gedung, cukup baik. Hal itu dikemukakan warga sekitar yang merasakan hubungan yang baik telah dibina oleh SVP, khususnya warga RT. 03 RW. 01. Adapun dengan warga RT.06 RW. 20. Tidak seharmonis seperti dengan warga belakang SVP (RT.03 RW.01) Hal itu terjadi, dikarenakan adanya sekelompok kecil saja warga yang berkeberatan dengan keberadaan SVP. Bahkan kelompok ini
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
41
pula yang menempuh jalur hukum dalam permasalahan ini. Namun gugatan yang diajukan kalah di PTUN di Bandung. Namun demikian, komunikasi dengan warga di RT. 06 RW. 20 tetap dapat berjalan, meski tidak pada keseluruhan warganya. Hanya satu warga saja yang apatis dan belum dapat berkomunikasi dengan baik dengan SVP, yakni Ibu FS. Dalam hal ini SVP mengambil sikap hati-hati menghadapi permasalahan ini, selama tidak ada permasalahan berarti dan kontak fisik. Permasalahan ini perlu dicermati dan menjadi perhatian SVP, karena pendekatan hendaknya terus dilakukan, guna mitigasi terjadinya konflik berkepanjangan yang sewaktu-waktu dapat timbul kembali tanpa dapat diprediksi waktunya. Oleh karenanya penyelesaian konflik tersebut hendaknya terus diupayakan..
6.
Butterick, Keith (2011) Introduction Public Relation: Theory and Practic. London: SAGE Publication Daymon, Chistine & Immy Holloway. (2008) Qualitative Research Methods in Public Relations and marketing Communications. North Zeeb road, Ann Arbor, USA : Routledge. Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S. (2009). Handbook of Qualitative Research. Penerjemah; Dariyanto, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Fraser, Seitel P. (2011) The Practice Of Public Relations. New Jersey: Prentice- hall Upper saddle River. Haywood, Roger (1997), All London:McGraw-Hill, . Gillham,
about
PR,
Bill. (2000) Case Study Research Methods. London and New York; Continuum.
Gregory, Anne. (2000) The Art and Science of Public Relations, Public Relations in Practice Vol. 4. London: Kogan Page. Grunig,
REFERENSI
James E. (1992) Excellence in Public relations and Communication Management, London: Lawrence Elbaum Associates Publishers.
Alan, T. Belasen. (2008). The Theory and practice of Corporate communication. Thousand Oaks, California: SAGE Publications.
Imagine. (2002). Defining Corporate Community Involvment and Investment. Ottawa: Canadian Centre for Filantrophy
Argenti, Paul and Janis Forman (2002) The Power of Corporate communication. New York: McGraw-Hill.
Iriantara, Yosal (2010) Community Relations: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q. Anees. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Jefkins & Yadin, (2004) Public Relations, Edisi kelima, Jakarta: Erlangga. Kasali,
Baskin, Otis, Craig Arnoff & Dan Latimore,(1997) Public Relations: The Professions and The Practice, Brown & Benchmark Publishers : Dubuque. Berg,
Bruce Lawrence. (2007) Qualitative Research Methods for the Social Sciences, USA ; Pearson.
Bungin, Burhan (2011) Penelitian Kulalitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rhenald,(2003) Manajemen Public Relations, Cetakan keempat, Jakarta: Grafiti
Kriyantono, Rachmat. (2006) Public Relations Writing: Teknik Produksi Media Public Relations dan Publisitas Korporat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Lattimore, Dan dkk. (2010) Public Relations :Profesi dan Praktik Jakarta Salemba Humanika. Lesley,
Philip. (1978) Public Relations Handbook, Prentice-Hall Englewood
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
42
Cliffs, Newjersey. Lubis, S.B. Hari dan Martani Huseini, (1987) Teori Organisasi. Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Moleong, J. Lexy.(2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Mulyana, Deddy, Dr., MA. (2003) Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru ilmu Komunikasi dan ilmu Sosial lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
M. Cutlip, Scott. (2006) Effective Public Relations. Pearson Education Inc. Muhammad, Arni, Dr. (2009) Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi aksara. Morissan,
M.A. (2006) Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Professional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nova, Firsan. (2011) Crisis Public Relations: Strategi PR menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Newson, Doug.et al. (2011) This is PR: The Realities of Public relations. Calofornia: Wadsworth Publisher, Belmont.
Smith, Ronald D. (2004) Strategic Planning For Public Relations. New Jersey: Laurence Elbaum Wassesa, Silih Agung. (2010) Strategi Public Relations. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Yin, Robert K. (2003) Case Study Research: Design and Methods. Third Edition. Applied Social Research Methods Series, Volume 5. Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc.
http://poskota.co.id/megapolitan/2009/12/10/walik ota-bekasi-dicegat-wargarawalumbu Diakses pada: 2 Januari 2013, Pukul 19.50 WIB. http://regional.kompas.com/read/2012/02/15/19540 223/Penyegelan.Sekolah.Buah.Konflik.Pe makaian.Gedung.Yayasan Diakses pada 2 Februari 2013 Pukul 15.56 http://poskota.co.id/beritaterkini/2009/10/28/perseteruan-wargadan-saint-peter-scho Diakses pada: 2 Februari 2013 Pukul 19.15 WIB. http://www.parenting.co.id/article/artikel/ciriciri.m etode.sekolah.montessori/001/004/244 Diakses pada: 4 Juli 2014 Pukul 21.00 WIB.
Neuman, W. Lawrence (2006) Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Six Edition. Boston: Pearson Education, Inc. Peak, WJ (1991) Community Relations dalam Lesly’s Handbook of Public Relations and Communications. New York: AMACOM. Regester, Michael & Judy Larkin. (2008) Risk Issues and Crisis Management in Public Relations : A Casebook of Best Practice. London and Philadelphia: Kogan Page. Ruslan,
Rosadi (2013) Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Cetakan ke-7. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Ruslan,
Rosadi (2012) Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi;Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
43