1
STATUS KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN BIRINGKASSI KABUPATEN PANGKEP DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA
THE STATUS OF WATER QUALITY ENVIRONMENT OF BIRINGKASSI IN PANGKEP DISTRICT AND ITS ENVIRONMENTAL MANAGEMENT Nur Indah Sari Arbit1, Ambo Tuwo2, Farid Samawi2 1
2
Universitas Cokroaminoto Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Nur Indah Sari Arbit Jl Perintis Kemerdekaan Km 9 (Komp Hartaco Jaya Blok A1/5 Makassar Sulawesi Selatan HP: 085299815119 Email:
[email protected]
2
ABSTRAK
Perairan Biringkassi mempunyai peran penting bagi masyarakat di sekitarnya. perairan ini mendukung kegiatan perekonomian sehingga penting untuk tetap menjaga kualitas perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kualitas lingkungan di perairan Biringkassi dan strategi pengelolaannya. Pengamatan dilakukan pada bulan September (musim kemarau) dan Februari (musim hujan) dengan stasiun penelitian berjumlah 7 stasiun. Metode penelitian untuk kualitas lingkungan perairan menggunakan parameter fisika (suhu, pH, Kecepatan arus dan tekstur dasar), kimia (DO, BOD, COD) dan biologi (komposisi dan kepadatan Makrozoobentos) dengan masing-masing tiga kali ulangan tiap stasiun. Strategi pengelolaannya menggunakan metode wawancara dan pemberian kuesioner. Analisis data untuk kualitas lingkungan menggunakan Indeks Pencemaran, Indeks Ekologi dan untuk Strategi Pengelolaan menggunakan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat). Hasil penelitian kualitas lingkungan menunjukkan indeks pencemaran berkisar 4.5472-9.6054 sehingga ini menunjukkan status lingkungan berada dalam keadaan tercemar ringan sampai sedang. Indeks ekologi makrozoobentos menunjukkan komposisi dan sebaran jenis yang mendominasi dari jenis Cerithidae cingulata kelas Gastropoda. Strategi pengelolaan yang dihasilkan adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai dampak pencemaran perairan, menurunkan limbah domestik dan pertambakan yang masuk ke perairan dan meningkatkan jumlah tumbuhan mangrove. Kata Kunci: Perairan Biringkassi, Parameter, Analisis SWOT, Pengelolaan.
ABSTRACT Waters biringkassi have an important role for the surrounding community. These waters support the activities of economy so important to keep the quality of these waters. Research is aimed to know the status of the quality of the environment in Biringkassi waters and strategies its management. The observation is made in september (dry season) and february (rainy season) to your station research 7 the station. A method of research to the environment waters quality use physical parameters (temperature, ph the speed of the current and the texture of basic), chemical, (DO. BOD, COD) and biologist (composition and density makrozoobentos) with each three times deut every station. Using methods interview its management strategy and the awarding of a questionnaire. Analysis of data to the environmental pollution, uses index the index of ecology to strategy and management training (strength, use analysis as well weakness, opportunity and threat). An research result of the environmental pollution show index 4.5472-9.6054 so this shows the status of the environment be in a state tainted light to moderate. Ecology makrozoobentos index showing composition and to scatter type who dominated of a kind of Cerithidae cingulata a class of Gastropoda. Management strategy that is produced is to increase knowledge of a community waters, concerning the impact of pollution lower domestic waste and embankment entering waters and increase the number of herbs mangrove. Key Words: Biringkassi, Water Parameters, SWOT Analysis, Management.
3
PENDAHULUAN Perairan Biringkassi mempunyai peran penting bagi masyarakat di sekitarnya karena sangat mendukung kegiatan perekonomian, sehingga tercipta kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri. Mengingat pentingnya Perairan Biringkassi maka sangat penting untuk tetap menjaga kualitas perairan tersebut, walaupun diindikasikan adanya pencemaran akibat kegitan pembangunan di perairan tersebut tetapi diharapkan masih bisa diasimilasikan dan dinetralisir oleh perairan tersebut sesuai KEPMEN LH No. Kep-51/MENLH/9/2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Hasil Kajian Widyasari (2007), Penilaian tingkat pencemaran berdasar struktur komunitas dengan metode ABC menunjukkan Stasiun hulu termasuk kategori tidak tercemar. Stasiun Tonasa II dan perkotaan diindikasikasikan mengalami gangguan atau tercemar ringan. Sedangkan di Stasiun muara sudah berada dalam kategori tercemar berat. Menurut Ulfah (2011), muara Sungai Sigeri, muara Sungai Kalukue dan muara Sungai Manjelling sudah tergolong tercemar ringan khususnya terhadap parameter TOC dan BOD, Menurut Basri (2010), menunjukkan tingginya konsentrasi fosfat pada perairan di sekitar muara sungai di Kabupaten Pangkep yaitu berkisar 0,41-0,74. Tingginya beban limbah organik yang masuk ke dalam badan sungai telah mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos dan menurut Jumiarti (2009), struktur komunitas makrozoobentos pada muara sungai Pangkajene di Kabupaten Pangkep tergolong tidak stabil yang diindikasikan oleh nilai indeks dominansi makrozoobentos yang ditemukan tergolong dalam kategori tinggi. Adanya spesies yang dominan pada suatu komunitas menandakan bahwa lingkungan yang ada tidak stabil sehingga hanya organisme oportunis yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang mampu bertahan (Odum, 1971). Permasalahan dan isu yang ditemukan saat ini di Perairan Biringkassi adalah limbah yang berada di perairan terbawa oleh arus dan kembali ke daratan tepatnya terakumulasi di daerah pesisir sehingga terjadi degradasi lingkungan pesisir, dan dapat menyebabkan biota di daerah pesisir terganggu. Berdasarkan uraian tersebut maka akan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui status kualitas lingkungan di perairan Biringkassi dan strategi pengelolaannya.
4
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rencana Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Perairan Biringkassi Kab. Pangkep yang di lakukan pada bulan September 2012-Februari 2013, dimana penetapan titik sampel sebanyak titik pengamatan. Penempatan titik sampel didasarkan atas perkiraan beban pencemar dan aktivitas yang terdapat disepanjang Periran Biringkassi seperti daerah pemukiman, pertambakan dan pelabuhan. Menentukan lokasi stasiun pengamatan dilakukan dengan memperhatikan keterwakilan dari lokasi penelitian secara keseluruhan, dan untuk stasiun G yang mewakili air laut 1 km dari ujung dermaga pelabuhan karena 1 km diindikasikan daerah yang tidak terlalu dipengaruhi aktivitas pembangunan. Adapun penentuan stasiunnya, Stasiun A, di daerah Muara Salo Pangkajene Terletak di Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro. Stasiun B, mewakili air tambak dekat PLTU Biringkassi. Stasiun C, mewakili daerah Saluran Pendingin PLTU Biringkassi. Stasiun D, mewakili daerah pemukiman penduduk/ Dermaga Biringkassi. Stasiun E, mewakili daerah sungai bagian hilir (dekat jembatan Leppangeng). Stasiun F, mewakili air laut pada bagian ujung dermaga pelabuhan khusus Biringkassi. Stasiun G, mewakili air laut 1 km dari ujung dermaga pelabuhan khusus Biringkassi. Pada setiap stasiun dilakukan 3 kali ulangan pengambilan sampel. Metode dan Pengumpulan Sampel Metode yang digunakan untuk analisis kualitas perairan yaitu menggunakan parameter fisika (suhu, pH, Kecepatan arus dan tekstur dasar), kimia (DO, BOD, COD) dan biologi (Makrozoobentos) dan untuk pengelolaannya menggunakan metode wawancara. Analisis Data Analisis parameter fisika-kimia menggunakan indeks pencemaran dimana Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (Pollution Index – PI). Formula penghitungan indeks pencemaran adalah: (
Pij=
/
)
(
)
Keterangan:(Ci/Lij)M =nilai maksimum dari Ci/Lij; (Ci/Lij)R = nilai rata-rata dari Ci/Lij
5
Analisis parameter biologi menggunakan struktur komunitas makrozoobentos yang meliputi komposisi sebaran jenis dan kepadatan makrozoobentos. Kepadatan dihitung berdasarkan Bengen et al. (2004), sebagai berikut:
Y
a
10000 b
Keterangan: Y = Kepadatan (ind m-2); a = Jumlah Makroxoobentos per jenis (ind); b = Luas bukaan grab (cm2) x Jumlah ulangan; 10.000 = Konversi dari cm2 ke m2 (Widyasari, 2007). Analisis untuk strategi pengelolaan menggunakan Analisis SWOT. Data yang diperoleh dari wawancara dan pemberian quisioner dianalisis meliputi aspek kependudukan, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan untuk memberikan gambaran tentang kondisi perairan Biringkassi dari kegiatan pertanian, pertambakan, pemukiman dan industri selanjutnya diklasifikasikan dalam data aktir eksternal dan data faktor internal sebagai dasar dalam penyusunan strategi pengelolaan melalui analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity dan Threat), dengan menggunakan matriks SWOT.
6
HASIL Kondisi Perairan Berdasarkan Karakteristik Fisik Kimia Pengamatan pengukuran parameter fisika dan kimia yang dilakukan selama penelitian sebagai parameter pendukung kualitas air tersaji pada Tabel 1. Secara fisik- kimia di perairan Biringkassi memiliki suhu air berkisar 29-37 Co. Berdasar tabel 1 nilai rata-rata pada bulan september pH berkisar antara 7,02-7,21, hal ini menunjukkan pH yang relatif netral sedangkan pH pada bulan februari berkisar dari 5,09 – 6,26. Nilai rata-rata BOD pada bulan september berkisar 1,44-4,16 mg.l-1 sedangkan pada bulan februari berkisar antara 5,23 – 9,10 mg.l -1 . Nilai rata-rata COD pada bulan september berkisar 42-236 mg.l-1 sedangkan pada bulan februari nilai rata-rata COD berkisar 209-1044 mg.l-1 . Nilai Oksigen Terlarut (Tabel1) hasil pengukuran pada bulan september berkisar antara 4,04-5,05 sedangkan pada bulan Februari berkisar antara 3,98-5,66. Nilai rata-rata kekeruhan dari hasil penelitian berdasar tabel1 pada bulan september berkisar dari 2,04-30 NTU, sedangkan pada bulan februari berkisar 28,3-48,4 NTU, kekeruhan tertinggi berada pada stasiun D. Nilai rata-rata salinitas pada bulan september berkisar 32-33. Nilai salinitas tertinggi berada pada stasiun F-G, sedangkan pada bulan februari nilai rata-rata salinitas berkisar 27-29. Salinitas tertinggi berada pada stasiun F-G. Nilai rata-rata kecepatan arus setiap stasiun pada bulan september berkisar dari 0,06-0,13 m/s sedangkan pada bulan februari berkisar 0,080,32 m/s.. Tipe substrat dasar perairan yang diperoleh di setiap stasiun yaitu stasiun A-C-F-G yang berada di sekitar pelabuhan Biringkassi memiliki tipe substrat lempung berdebu sedangkan stasiun B-D-E yang daerah sekitar pemukiman masyarakat memiliki tipe substrat lempung liat berdebu. Indeks Pencemaran Kondisi perairan tiap parameter untuk semua stasiun memiliki hasil yang bervariasi sehingga untuk menarik kesimpulan secara umum digunakan Indeks Pencemaran yang berdasarkan pada kondisi fisik dan kimia perairan. Nilai Indeks Pencemaran yang diperoleh untuk setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Kondisi Perairan Berdasarkan Karakteristik Biologi Berdasarkan hasil identifikasi Makrozoobentos yang ditemukan di perairan Biringkassi Kabupaten pangkep diperoleh 9 Spesies yang berasal dari 4 Kelas dan 3 Filum. Pada bulan September dan Februari Komposisi terbesar dari kelas Gastropoda (Tabel 3). Komposisi tertinggi di stasiun C didominasi oleh jenis Ceritidae cingulata pada bulan September sebesar 87 % dan bulan Februari 78 %. Kepadatan tertinggi pada bulan September dan Februari berada di Stasiun C yaitu ada pada jenis Cerithidae cingulata yang termasuk ke dalam class Gastropoda. Strategi Pengelolaan Berdasarkan kondisi lingkungan yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada maka dapat dibuat matrik SWOT yang ditunjukkan pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan status lingkungan berada dalam keadan tercemar ringan sampai sedang dan strategi pengelolaan yang dihasilkan adalah Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai dampak pencemaran perairan, menurunkan limbah domestik, pertanian dan pertambakan masuk ke perairan dan meningkatkan jumlah tumbuhan mangrove. Berdasarkan parameter fisika kimia suhu tertinggi pada bulan september dan februari sebesar 37 C˚ berada pada stasiun C yang mewakili daerah Saluran Pendingin PLTU Biringkassi. Hal ini disebabkan air pendingin utama dalam hal ini air laut merupakan media pendingin untuk menyerap panas laten uap bekas dari turbin yang mengalir ke dalam kondensor. Menurut Hutabarat dan Evans (1985), suhu adalah merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan organisme tersebut. Nilai pH terendah berada di stasiun C, menurut Pescod (1973) pH suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain oleh suhu, salinitas, dan aktivitas fotosintensis.Nilai tertinggi BOD sebesar 4,16 mg.l-1 berada pada stasiun B, ini menunjukkan pada stasiun B yang mewakili tambak dekat PLTU Biringkassi menyumbang materi organik yang tinggi sehingga mempengaruhi BOD sedangkan pada bulan februari kandungan BOD tertinggi pada Stasiun D yang berada di Dermaga Biringkassi. Tingginya kadar BOD diindikasikan oleh besarnya masukan bahan organik dari lingkungan sekitarnya seperti air sungai dan kegiatan pertambakan. Aktifitas sehari-hari masyarakat (seperti kegiatan MCK) dan buangan domestik masyarakat diduga ikut mempengaruhi kandungan bahan organik.
8
Nilai tertinggi COD berada di stasiun D yaitu daerah dermaga sehingga dapat diindikasikan banyak terdapat kandungan bahan organik dan bahan pencemar lainnya yang tidak dapat atau sulit terurai secara biologis oleh mikroorganisme. Nilai DO terendah berada pada Stasiun D yang mengindikasikan stasiun ini sudah dalam kategori sudah tercemar. Menurut Ulfah (2011) Stasiun pemukiman dan areal pertambakan memiliki nilai DO yang rendah berkisar antara 4.47 ppm sehingga stasiun ini sudah dalam kategori sudah tercemar. Kekeruhan tertinggi pada bulan September berada pada stasiun C hal ini diindikasikan adanya kegiatan pendingin PLTU dan berdampingan dengan aktivitas pertambakan sedangkan pada bulan februari kekeruhan tertinggi berada pada stasiun D hal ini diduga banyaknya masukan limbah domestik dari pemukiman penduduk, bahan-bahan tersuspensi, bahan organik makro (sampah) yang terbawa oleh air hujan dan masukan dari sungai. Nilai kekeruhan di stasiun E juga cukup tinggi karena dipengaruhi aliran air dari hulu sungai. Di stasiun B kekeruhan juga cukup tinggi karena dipengaruhi aliran air sungai dan aktivitas pertambakan. Nilai salinitas tertinggi berada pada stasiun F-G, tapi melihat dari nilai rata-rata salinitas di setiap stasiun tergolong tinggi, karena didindikasikan pada saat pasang banyak menerima pengaruh dari laut sedangkan pada bulan februari salinitas tertinggi berada pada stasiun F-G. Terlihat perbedaan salinitas pada bulan september, musim kemarau memiliki salinitas yang tinggi dibandingkan bulan februari, musim hujan. Nybakken (1992) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi sebaran salinitas di laut diantaranya yaitu pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran air tawar dari sungai. Kecepatan arus pada bulan februari (musim hujan) lebih tinggi dibandingkan kecepatan arus pada bulan september (musim kemarau). Kecepatan arus tertinggi berada di stasiun E karena pada saat pengambilan sampel distasiun tersebut dipengaruhi cuaca mendung dan tiupan angin yg kencang sehingga mempengaruhi kecepatan arus. Menurut Nontji (2002) Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut, atau disebabkan oleh gerakan gelombang. Pada sedimen liat berdebu biasanya kandungan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan substrat yang lebih kasar. Hal ini disebabkan karena pada sedimen yang ukuran partikelnya lebih halus tidak akan terdapat rongga-rongga yang akan memungkinkan terjadinya pertukaran air yang lebih intensif, pertukaran air ini akan mengakibatkan tidak terjadinya distribusi gas oksigen terlarut.
9
Dari hasil perhitungan indeks pencemaran kondisi fisik dan kimia diperoleh bahwa Stasiun A, B, C, D, dan F sudah masuk dalam kategori tercemar sedang, dan stasiun E dan G termasuk dalam kategori tercemar ringan sesuai dengan TabelII Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 115 Tahun 2003 tentang penentuan status mutu air dengan Metoda indeks pencemaran dimana 1,0 < PIj ≤ 5,0 termasuk dalam golongan tercemar ringan dan 5,0 < PIj ≤ 10 termasuk dalam golongan tercemar sedang. Besarnya komposisi Gastropoda, ini disebabkan kondisi lingkungan sesuai dengan kehidupannya. Menurut Hutchinson (1993) dalam Suwarno (2000), Gastropoda merupakan hewan yang dapat hidup dan berkembang dengan baik pada berbagai jenis substrat yang memiliki kesediaan makanan dan kehidupannya selalu dipengaruhi oleh kondisi fisik kimia perairan seperti, suhu, pH maupun oksigen terlarut. Selain itu, gastropoda masih memiliki sedikit kemampuan bergerak dan dapat menempel pada substrat yang keras seperti bebatuan di sungai. jenis Cerithidae cingulata yang termasuk ke dalam class Gastropoda banyak ditemukan di empang dan stasiun C berada di Saluran Pendingin PLTU Biringkassi ini memiliki lokasi yang dekat dengan empang dengan penciri suhu yang tinggi sehingga suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme dan perkembangbiakan organisme tersebut. Stasiun A pada bulan Februari di temukan Capitella capitata dari kelas Polychaeta dan stasiun E di temukan jenis Corbula macgillivrayi dari kelas bivalvia dan dengan komposisi 100% ini disebabakan hanya ditemukan satu jenis di stasiun tersebut. Menurut Widyasari (2007) di Muara Sungai Pangkajene dan Muara sungai Boyong yaitu kelas polychaeta dicirikan oleh jenis Capitella capitata. Jenis ini mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup pada kondisi baik maupun kondisi yang ekstrim (DO rendah). Strategi pengelolaannya dampak pembangunan terhadap lingkungan di perairan Biringkassi Kabupaten Pangkep, antara lain (a) Meningkatkan produksi perikanan budidaya (b) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang budidaya ramah lingkungan (c) Mengupayakan penggunaan pupuk organik dalam budidaya perikanan (d) Meningkatkan produksi dengan sistem budidaya semiintensif (e) Meningkatkan jumlah tumbuhan mangrove (f) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dampak pencemaran (g) Mengelola limbah panas dari pembangkit listrik pelabuhan (h) Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai mitigasi bencana (i) Menurunkan limbah domestik masuk ke perairan (j) Menekan penggunaan kayu bakar dari mangrove.
10
KESIMPULAN DAN SARAN Status kualitas lingkungan menunjukkan status lingkungan berada dalam keadan tercemar ringan sampai sedang. Strategi pengelolaan yang dihasilkan adalah Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai dampak pencemaran perairan, menurunkan limbah domestik, pertanian dan pertambakan masuk ke perairan dan meningkatkan jumlah tumbuhan mangrove. Untuk melihat lebih jauh status kualitas perairan dan makrozoobentos, perlu menganalisis beberapa logam berat dan parameter lain terkait aktivitas pembangunan sepanjang perairan Biringkassi.
11
DAFTAR PUSTAKA Basri, H., 2010. Pola Sebaran Secara Horisontal Nitrat dan Fosfat Pada Perairan Sekitar Hutan Mangrove di Kecamatan Bungoro Kabupaten pangkep. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas. Bengen, D. G. (2004). Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor. Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. UI Press, Jakarta.Jumiarti, (2009). Struktur Komunitas Makrozoobentos pada Daerah Perlindungan Mangrove di Muara Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas. Nontji, A., (2002). Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta Nybakken, J W. 1992. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologis. M. Eideman, Koesbiono, dan DG Bengen, Penerjemah; Jakarta PT. Gramedia. Terjemahan dari: Marine Biological : An Ecological Approach. Odum,(1971). Fundamentals of Ecology. Philadelphia : W.B. Saunders Company Pescod, M.B., (1973). Investigation of ration effluent and stream of tropical countries. Bangkok. AIT. 59 hal Suwarno, L., (2000). Struktur Komunitas Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas Lingkungandi Hulu Sungai Cimanuk, Garut, Jawa Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, ITB. Ulfah, Y., (2011). Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran Lingkungan Pada Muara Sungai Di Kabupaten Pangkep. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Widyasari, (2007). Struktur Komunitas dan Persebaran Makrozoobentos sebagai Bioindikator degradasi Lingkungan Perairan Sungai Pangkajene, Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
12
Tabel 1. Parameter fisika dan kimia PA RAMETE R I. FISIKA Suhu Kekeruhan Salinitas Kecepatan Arus Tekstur dasar
II. KIMIA pH DO BOD COD
A
B
29 30 32 0,1 1 LE MP UN G BE RD EB U
29 2,04 34 0,12
7,0 2 4,4 4 1,6 8 220
SEPTEMBER C D E
F
G
A
B
30 28,3 27 0,15
32 47,4 27 0,13
FEBRUARI C D E
37 43,9 27 0,08
F
G
BAKU MUTU
KETERANGAN
28-30 >5 33-34
Kepmen LH 2004 Kepmen LH 2004 Kepmen LH 2004
37 41 33 0,06
29 14,63 34 0,09
30 17,26 32 0,13
30 10,18 33 0,10
31 7,07 33 0,08
29 48,4 27 0,08
32 47,36 28,0 0,32
32 40,83 29,00 0,24
32 40,83 29,00 0,13
LE LE MP MP UN UN G G LIA BER T DEB BER U DEB U
LEM PUN G LIAT BER DEB U
LEM PUN G LIAT BER DEB U
LEM PUN G BER DEB U
LE LE LE LE LE MP MP MP MP MP UN UN UN UN UN G G G G G BER BER LIA BER LIA DEB DEB T DEB T U U BER U BER DEB DEB U U
LEM PUN G LIAT BER DEB U
LEM PUN G BER DEB U
LEM PUN G BER DEB U
7,18
7,16
7,03
7,14
7,16
7,21
5,45
5,21
5,09
5,75
6,25
6,26
6,26
7-8,5
Kepmen LH 2004
4,08
4,04
4,04
4,6
5,04
4,52
4,35
4,12
4,01
3,98
4,59
5,23
5,66
>5
Kepmen LH 2004
4,16
1,44
3,28
3,2
3,44
1,68
9,02
7,71
8,32
9,1
6,32
5,23
5,45
20
Kepmen LH 2004
141
215
236
70
85
42
374
642
505
1044
209
268
252
25,00
PP 82 Tahun 2001
13
Tabel 2. Indeks Pencemaran pada semua stasiun pengamatan STASIUN A B C D E F G
INDEKS PENCAMARAN 7.2363 6.6971 9.0311 9.6054 4.8567 5.2356 4.5472
STATUS Tercemar sedang Tercemar sedang Tercemar sedang Tercemar sedang Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar ringan
Tabel 3. Komposisi Makrozoobentos
Jenis Organisme A Polychaeta Capitella capitata Bivalvia Dosinia contusa Corbula macgillivrayi Balanus sp Anadara sp Gastropoda Nerita sp Ceritidae cingulata Melanoides granifera Malacostraca Pagurus sp
KOMPOSIS JENIS (%) STASIUN SEPTEMBER FEBRUARI B C D E F G A B C D E
33 33
0
0
0
0
33 33 33 0 0 0 0 0
0 0 4 0
0 0 0 0 0 0 0 0 50 33 50 0 33 0 0 50
0 0 0
0 0 0
2 87 8
0 0 0
0 0 0 0 67 50
0
33
0
17
0
0
50 100
0
F
G
0
50
0
0
0
0 0 0 0
50 0 0 0 0 13 0 0
0 0 0 0
0 100 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
8 50 78 0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0
0
50
3
0
0
0
0
Tabel 4. Matrik SWOT strategi pengelolaan perairan Biringkassi. KONDISI LINGKUNGAN
KEKUATAN (S) 1. Luasnya hasan budidaya tambak (66,07%) 2. Tingginya keinginan masyarakat untuk menjaga lingkungannya (72,14%)
PELUANG (O) STRATEGI S-O 1. Meningkatnya kebutuhan hasil perikanan 1. Meningkatkan produksi perikanan (65%) budidaya 2. Meningkatnya permintaan produk 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat perikanan berkualitas (78,57%) tentang budidaya ramah lingkungan. ANCAMAN (T) STRATEGI S-T 1. Banjir (72,86%) 1. Meningkatkan jumlah tumbuhan 2. Pencemaran lingkungan perairan oleh mangrove. pelabuhan dan pertambakan(69,46%) 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat 3. Kerusakan ekosistem mangrove (68,21%) tentang dampak pencemaran. 3. Mengelola limbah panas dari pembangkit listrik pelabuhan
KELEMAHAN (W) 1. Meningkatnya jumlah penduduk di daerah pesisir (68,74%) 2. Penggunaan pupuk anorganik pada budidaya tambak (70,71%) 3. Tingkat pendidikan rendah (78,57%) 4. Pengetahuan penduduk mengenai lingkungan rendah (70%) 5. Budidaya tambak menggunakan sistem tradisional (65%) 6. Masyarakat menggunakan kayu bakau untuk kayu bakar (69%)
1. 2.
1. 2. 3.
STRATEGI W-O Mengupayakan penggunaan pupuk organik dalam budidaya perikanan. Meningkatkan produksi dengan sistem budidaya semiintensif. STRATEGI W-T Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai mitigasi bencana Menurunkan limbah domestik masuk ke perairan. Menekan penggunaan kayu bakar dari mangrove.
14