Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
2016
MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DAN KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN KENDARI, SULAWESI TENGGARA Wahyu Budi Setyawan* Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta, 11048, Indonesia. * Email :
[email protected]
Abstrak - Perairan Kendari terletak di sisi timur lengan tenggara Pulau Sulawesi, dan merupakan bagian dari Laut Banda. Sungai Lasolo adalah sungai terbesar di kawasan tersebut bermuara ke perairan tersebut. Aktifitas pertambangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut menyebabkan banyaknya muatan sedimen yang masuk ke laut di perairan tersebut dalam bentuk muatan padat tersuspensi. Kandungan muatan padat tersuspensi merupakan salah satu parameter kualitas lingkungan yang penting dalam pengelolaan kawasan pesisir. Penelitian terhadap kualitas perairan tersebut telah dilakukan dengan menganalisa kandungan muatan padat tersuspensi di dalam sampel air permukaan laut yang diambil dari 21 stasiun. Sampel air laut diambil dengan Rossette Sampler yang dioperasikan dari Kapal Riset Baruna Jaya pada bulan Juli 2011. Penelitian ini mempelajari penyebaran muatan sedimen tersuspensi di perairan Kendari dan memberikan analisa kualitas lingkungan berdasarkan konsentrasi muatan sedimen tersuspensi itu. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang kualitas perairan Kendari berdasarkan kandungan muatan sedimen tersuspensi pada bulan Juli. Analisis kualitas lingkungan berdasarkan kandungan muatan padat tersuspensi tersebut dilakukan dengan pendekatan kualitas air untuk lingkungan terumbu karang dan berdasarkan hasil penelitian biodiversitas karang batu (Scleractina) yang dilaksanakan pada waktu dan lokasi yang sama yang telah dipublikasikan. Hasil analisis kualitas lingkungan menunjukkan secara umum perairan telah tidak lagi berada di dalam kondisi alamiahnya. Sementara itu, berdasarkan nilai tutupan karang hidup, secara umum kondisi perairan masih baik. Namun, perlu dicatat bahwa telah muncul indikasi terjadinya perubahan kondisi lingkungan terumbu karang sebagai respon atas tingginya kandungan muatan padat tersuspensi di dalam kolom air.. Kata kunci: perairan Kendari, Teluk Lasolo, muatan sedimen tersuspensi, terumbu karang, Laut Banda Abstract - Kendari waters are part of Banda Sea that situated at the east side of southeast arm of Sulawesi Island. Lasolo River is a largest river that discharges its water to the waters. Mining activities on its basin cause large suspended sediment load discharge into the sea. Suspended solids are an important environmental quality parameter in managing coastal waters. Studying sea water quality of Kendari waters were conducted by analyzing sea water surface samples from 21 sampling stations. The sea waters were sampled by using Rossette Sampler operated from board of RV Baruna Jaya VIII on July 2011. Distribution of suspended solids concentration distribution in Kendari waters were studied, and assessing environmental quality of the sea water were conducted based on sea water quality criteria for coral reef environments and published Scleractina biodiversity data of the study area. Results of the analysis indicated that the sea waters environment was no longer in pristine or natural condition. Meanwhile, based on percent live corals cover the sea water quality was assessed in good condition. However, it could be noted that there are some indication of coral reef environmental condition responses on the high suspended sediments concentration in the water columns. Keywords: Kendari waters, Lasolo Bay, suspended sediment load, coral reef, Banda Sea
I. PENDAHULUAN
Perairan Kendari terletak di sebelah timur lengan tenggara Pulau Sulawesi. Secara geografis kawasan perairan tersebut terletak di bagian barat laut perairan Laut Banda pada kedalaman kurang dari 1000 meter
(Gambar 1). Secara fisik, perairan ini terbuka dari arah utara dan timur, sedang daratan yang berupa perbukitan berada di sisi barat dan selatan. Sungai Lasolo adalah sungai utama yang bermuara bagian barat perairan ini di Teluk Lasolo. Sementara itu di bagian selatan terdapat Teluk Wawosungu.
495| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 0 ] - W a h y u B u d i S e t y a w a n , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
Pertambangan merupakan salah satu aktifitas menonjol di daratan Sulawesi Tenggara. Kerusakan lingkungan di darat karena aktifitas pertambangan telah terjadi di DAS Sungai Lasolo [1], dan telah mencemari kawasan pesisir Teluk Lasolo [2], sehingga ada kekhawatiran bahwa aktifitas tersebut akan menyebabkan terjadinya pencemaran di perairan Kendari yang masuk ke laut melalui aliran sungai. Situs resmi Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Juli 2011 menyebutkan bahwa perusahaan tambang di Sulawesu Tenggara belum dikelola dengan baik [3]. Sungai Lasolo adalah salah satu sungai besar di pulau Sulawesi Tenggara yang bermuara di bagian barat perairan Kendari. Banyak kegiatan pertambangan yang dilakukan di Daerah Aliran Sungai dari sungai tersebut sehingga timbul kekhawatiran akan masuknya bahan pencemar ke perairan Kendari melalui sungai tersebut yang salah satu diantaranya adalah muatan sedimen tersuspensi. Konsentrasi muatan sedimen tersuspensi yang tinggi di permukaan air laut dapat mempengaruhi penetrasi
2016
cahaya di dalam kolom air laut, yang dapat berakibat buruk bagi kehidupan organisme di laut, koral dan produktifitas fitoplankton [4], menyebabkan degradasi lingkungan terumbu karang dan organisme penghuni lingkungan terumbu karang menghilang [5]. Penelitian ini mempelajari penyebaran muatan sedimen tersuspensi di perairan Kendari dan memberikan analisa kualitas lingkungan berdasarkan konsentrasi muatan sedimen tersuspensi itu. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang kualitas perairan Kendari berdasarkan kandungan muatan sedimen tersuspensi pada bulan Juli. II. METODE PENELITIAN
Kegiatan lapangan penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 9-20 Juli 2011 dengan mempergunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII (KR-BJ VIII). Titik-titik lokasi pengambilan sampel air laut dan sedimen dasar laut tersebar di perairan di sebelah timur lengan tenggara Pulau Sulawesi (Gambar 1).
Gambar 1. Peta lokasi penelitian, menunjukkan titik-titik lokasi pengambilan sampel. 496| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 0 ] - W a h y u B u d i S e t y a w a n , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
Sampel air dari permukaan laut diambil dengan menggunakan Rossette sampler yang dioperasikan dari atas KR-BJ VIII. Volume air laut yang diambil untuk masing-masing sampel adalah satu liter. Kandungan muatan suspensi di dalam air laut dianalisa dengan cara menyaring air laut mempergunakan filter dengan bukaan saringan berukuran 0,45 mikron dengan bantuan vacum pump. Air laut yang disaring sebanyak 200 ml dari sampel 1 liter air laut. Kandungan muatan suspensi dianalisa dengan satuan berat per volume. Penimbangan
2016
dilakukan dalam keadaan kering dengan mempergunakan timbangan elektronik digital dengan tingkat ketelitian empat desimal di laboratorium di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI di Jakarta. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Penyebaran Muatan Sedimen Tersuspensi Hasil analisis muatan sedimen tersuspensi dan pola transportasinya disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Peta pengebaran dan pola transportasi kandungan muatan sedimen tersuspensi di perairan Kendari. Titik bulat dengan notasi angka hitam: titik-titik lokasi pengambilan sampel. Angka biru: nilai kandungan muatan sedimen tersuspensi dalam mg/l.
Dari peta penyeberan kandungan muatan sedimen tersuspensi terlihat bahwa konsentrasi yang tinggi dijumpai di Stasiun 10, 11, 14 dan 16 yang terletak di depan muara Sungai Lasolo. Selain itu, konsentrasi
sedimen tersuspensi yang tinggi juga dijumpai di Teluk Wawosungu di Stasiun 2, 3, 4, 4A, 5 dan 6; dan di Selat Wawoni di sebelah utara Pulau Wawoni di Stasiun 1 dan 20. Sungai Lasolo yang bermuara di
497| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 0 ] - W a h y u B u d i S e t y a w a n , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
Teluk Lasolo adalah sungai yang terbesar di kawasan itu dan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar di kawasan pegunungan di lengan Sulawesi Tenggara yang terletak di sebelah barat Teluk Lasolo (Pegunungan di Kowane Utara). Sementara itu, Teluk Wawosungu berada di kawasan ujung lengan Sulawesi Tenggara. Tingginya kandungan muatan sedimen tersuspensi di Stasiun 10, 11, 14 dan 16 dapat dipastikan berkaitan dengan letak muara Sungai Lasolo yang berada di dekatnya. Hal ini dapat dipahami karena aliran sungai yang masuk ke laut adalah sumber muatan sedimen darat yang masuk ke laut [7] [8]. Dengan demikian tingginya kandungan muatan sedimen tersuspensi di empat stasiun itu menunjukkan tingginya muatan sedimen tersuspensi yang masuk ke perairan daerah penelitian ini melalui Sungai Lasolo. Tingginya tingkat kekeruhan di Teluk Lasolo dikonfirmasikan oleh [9] yang melakukan pengamatan visual di perairan tersebut pada waktu yang bersamaan dengan waktu pelaksanaan penelitian ini. Sementara itu, tingkat kandungan muatan suspensi yang tinggi di sekitar selat yang memisahkan Pulau Sulawesi dan Pulau Wawoni dikonfirmasikan juga oleh [9] dalam bentuk adanya tutupan sedimen pada permukaan karang lembaran di perairan barat laut Pulau Wawoni (Stasiun 3 pengamatan koral), dan tingginya persentasi endapan lumpur di pada jalur transek di Stasiun 3 dan 4 (bagian selatan Teluk Lasolo). Meningkatnya laju sedimentasi di lingkungan terumbu karang berkorelasi positif dengan tingginya kandungan muatan sedimen tersuspensi di dalam kolom air [10] dan [6]. Setelah muatan sedimen tersuspensi masuk ke perairan maka muatan sedimen tersebut tersebar di perairan. Distribusi muatan tersuspensi yang masuk ke laut ditentukan oleh pasang-surut, gelombang, besar debit aliran sungai dan tiupan angin [11] [12] [13] [14], juga arus sepanjang pantai [12] [15]. Makin jauh dari muara sungai, konsentrasi muatan sedimen makin rendah [16] [13] [17] [18]. Pada penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi sedimen tersuspensi yang tinggi dijumpai hingga bagian tengah perairan (Stasiun 16) yang berjarak sekitar 55 km dari Stasiun 10 (Gambar 2). Hal ini sangat mungkin terjadi karena pengaruh arus yang bergerak dari utara dan berbelok ke tenggara. Transportasi menyusuri pantai tersebut diperkirakan sebagian masuk ke perairan Teluk Wawosungu dan sebagian lainnya terus berlanjut ke arah Pulau Wawoni (Gambar 2). Transportasi muatan sedimen tersuspensi jarak jauh ini mirip dengan yang terjadi terhadap sedimen yang disemburkan ke laut oleh Sungai Yangtze [15] dan Sungai Kuning [12] di Laut Cina Timur.
2016
3.2 Kualitas Perairan Kandungan muatan padat tersuspensi merupakan salah satu parameter kualitas perairan yang diperhitungkan di dalam melakukan analisa kualitas perairan untuk keperluan tertentu. Kementeian Negara Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Keputusan Menteri Nomor: 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Oleh karena itu, penilaian terhadap kualitas perairan dilakukan berdasarkan nilai ambang batas yang telah ditetapkan (Tabel 1). Menurut kriteria tersebut, maka secara keseluruhan kualitas perairan di daerah penelitian masih baik untuk lingkungan mangrove dan keperluan pelabuhan yang mensyaratkan nilai ambang 80 mg/l. Tabel 1. Nilai ambang muatan padat tersuspensi di dalam air laut untuk berbagai keperluan. Peruntukan
Nilai Ambang (mg/l)
Perairan Pelabuhan
80
Wisata Bahari
20
Biota Laut
Koral
20
Mangrove
80
Lamun
20
(Sumber: Keputusan Menteri Negara KLH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut) Sementara itu, untuk peruntukan yang lain seperti untuk wisata bahari, koral dan lamun, sebagian besar perairan di daerah penelitian kandungan muatan padatan tersuspensinya telah melewati nilai ambang, yaitu 20 mg/l. Beberapa lokasi yang masih berada dalam kondisi dengan nilai kandungan muatan padat tersuspensi < 20 mg/l yaitu di bagian selatan Teluk Lasolo (Stasiun 8 dan 9), perairan disekitar Pulau Manui (Stasiun 18 dan 19) (Gambar 2). Terumbu karang adalah salah satu ekosistem pesisir yang penting di kawasan pesisir dan sangat rentan terhadap kehadiran muatan padat tersuspensi di dalam kolom air. Kehadiran muatan sedimen tersuspensi itu di dalam kolom air dapat menyebabkan degradasi lingkungan terumbu karang karena berkurangnya sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesa [6]. Oleh karena itu, kondisi lingkungan terumbu karang dapat dinilai berdasarkan kandungan muatan sedimen tersuspensi yang ada di dalam kolom air. Kondisi lingkungan terumbu karang masih disebut “normal” atau “belum terganggu” bila konsentrasi muatan sedimen tersuspensi < 10 mg/l, dan laju pengendapan
498| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 0 ] - W a h y u B u d i S e t y a w a n , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
sekitar 10 mg/cm2/hari atau lebih kecil [5] [6]. Apabila mengacu pada kriteria kualitas lingkungan terumbu karang tersebut, maka kualitas perairan yang baik, berada dalam kondisi normal, hanya dijumpai di sisi selatan Pulau Manui (Stasiun 19) (Gambar 2). Sedang Stasiun 9, di bagian selatan Teluk Lasolo, sedikit diatas kondisi normal. Konfirmasi kondisi kualitas lingkungan perairan di daerah penelitian berdasarkan kondisi biodiversitas karang batu (Scleractina) diberikan oleh [9] yang melakukan penelitian di waktu yang sama dengan penelitian ini. Disebutkan bahwa pengaruh sedimentasi terlihat jelas, tetapi secara umum, berdasarkan nilai rata-rata tutupan karang hidup
2016
60,25%, kondisi karang di daerah penelitian disebutkan masih baik. Kandungan muatan sedimen tersuspensi ini diukur dari sampling yang dilakukan di bulan Juli 2011. Data curah hujan dari daerah Kota Kendari menunjukkan bahwa di bulan Juli angka curah hujan mulai menurun untuk kemudian naik lagi di bulan Desember dan mencapai angka tertinggi di bulan Maret sampai Mei setiap tahunnya (Gambar 3). Besarnya volume muatan sedimen dari darat yang masuk ke laut melalui aliran sungai berkorelasi positif dengan curah hujan [10] [19] [18]. Oleh karena itu ada kemungkinan angkaangka konsentrasi muatan sedimen tersuspensi akan lebih tinggi apabila pengambilan sampel dilakukan ketika musim hujan.
Gambar 3. Kondisi iklim Kota Kendari [22]. Untuk memperoleh gambaran tentang kualitas perairan tersebut, maka dilakukan pembandingan dengan kondisi muatan suspensi di perairan yang lain di Indonesia, seperti Laut Jawa. Laut Jawa adalah laut yang banyak mendapat suplai muatan sedimen dari aliran sungai yang berasal dari Pulau Jawa dan Kalimantan. Sebagai contoh, di perairan pesisir Jepara pada tahun 2005 kandungan muatan suspensi rata-rata berkisar dari 43,9–44,1 mg/l dengan kisaran tertinggi mendekati 100 mg/l [20]; di perairan Teluk Jakarta [21] juga dijumpai kondisi yang relatif sama dengan perairan Jepara. Perairan Jepara dan Teluk Jakarta
adalah perairan dangkal dekat pantai di Paparan Sunda. Dengan demikian, kandungan muatan suspensi di perairan daerah penelitian ini yang secara umum rendah yang menunjukkan kondisi relatif lebih rendahnya suplai muatan sedimen dalam bentuk suspensi dari daratan Pulau Sulawesi daripada Pulau Jawa. IV. KESIMPULAN
Data muatan sedimen tersuspensi yang dikumpulkan dari 21 titik pengambilan sampel di perairan Kendari menunjukkan bahwa secara garis
499| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 0 ] - W a h y u B u d i S e t y a w a n , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
besar kondisi lingkungan perairan tersebut telah tidak berada pada kondisi alamiah untuk lingkungan terumbu karang, dan berada di atas ambang batas kualitas air untuk biota yang ditetapkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam Kepmen Negara LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. UCAPAN TERIMA KASIH Makalah ini merupakan sebagian dari hasil kegiatan penelitian bersama antara Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI dan Kementerian Pendidikan Nasional tahun anggaran 2011. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sri Kusdi Rahayuningsih untuk bantuannya menganalisa sampel, dan para awak kapal Baruna Jaya VIII yang telah memberikan kerjasama yang baik selama kegiatan pengambilan sampel dan pemrosesan sampel di atas kapal. DAFTAR PUSTAKA [1] I. Junaidi. (2011). Di balik ingar-bingar pertambangan di Kolaka. Kendari Ekspres. [Online]. Available: http://kendariekspres.com/content/view/12414/63/. Akses: 02/11/2011. [2] A. Zanynu. (2011). Cemari pesisir, izin tambang terancam dicabut. Jurnal Celebes, Perkumpulan. [Online]. Available: http://www.jurnalcelebes.org/index.php?option=com_ content&view=article&id=128%3Acemari-pesisirizin-tambang-terancam-dicabut&catid=59%3 Areddnews&Itemid=1. Akses: 02/11/2011.
2016
formation of remote alongshore clinotherm. The Sedimentary Record 7(4): 4-9. 2009. [8] K.J. Curran, P.S. Hill, and T.G. Milligan. Fine-grained suspended sediment dynamic in the Eel River flood plume. Continental Shelf Research 22: 2537-2550. 2002. DOI: 10.1016/S0278-4343(02)00129-2. [9] R.M. Siringoringo, R.D. Palupi, and T.A. Hadi. Biodiversitas karang batu (Scleractina) di Perairan Kendari. Ilmu Kelautan 17(1): 23-30. 2012. [10] L.H.X. Daphne, H.D. Utomo and L.Z.H. Kenneth. Correlation between turbidity and total suspended solid in Singapore River, Journal of Water Sustainability 1(3): 313-322. 2011. [11] A. Misra, R.M. Murali, S. Sukumaran and P. Vethamony. Seasonal variation of total suspended matter (TSM) in the Gulf of Khambhat, west coast of India. Indian Journal of Marine Sciences 43(7). 2014. [12] Z.S. Yang and J.P. Liu. A unique Yellow Riverderived distal subaqueous delta in the Yellow Sea. Marine Geology 240: 169-176. 2007. DOI: 10.1016/j.margeo.2007.02.008. [13] S. Parry. Suspended sediment in Hong Kong waters. Geo Report No. 106. Geotechnical Engineering Office, Civil Engineering Department, the Government of the Hong Kong Special Administration Region, 1999’ 68 pp. [Online]. Available: http://www.cedd.gov.hk/ eng/publications/geo_reports/doc/er106.pdf. Accessed: 12 April 2016. [14] K. Dyer. Coastal and Estuarine Sediment Dynamics. John Wiley & Sons, Chichester, 1986, 342 pp.
[3] Biro Humas Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara. (2011). Perusahaan tambang belum terkelola dengan baik. [Online]. Available: http://www.sulawesitenggaraprov.go.id/beritasultra/ruang-berita/167-perusahaan-tambang-belumterkelola-dengan-baik.html. Akses: 02/11/ 2011.
[15] J.P. Liu, A.C. Li, K.H. Xu, D.M. Velozzi, Z.S. Yang, J.D. Milliman, and D.J. DeMaster. Sedimentary features of the Yangtze River-derived along-shelf clinoform deposits in the East China Sea. Continental Shelf Research 26: 2141-2156. 2006. DOI: 10.1016/j/csr.2006.07.013.
[4] F.A. Buschman, A.J.F. Hoitnik, S.M. De Jong, P. Hoekstra, H. Hidayat, and M.G. Sassi. Suspended sediment load in the tidal zone of an Indonesian river. Hydrology and Earth System Sciences 16: 4191-4204. 2012. DOI: 10.5194/hess-16-4191-2012.
[16] J. Brodie, T. Schroeder, K. Rohde, J. Faitful, B. Master, A. Dekker, V. Brando and M. Maughan. Dispersal of suspended sediments and nutrients in the Great Barrier Reef lagoon during river-discharge events: conclusions from satellite remote sensing and concurrent flood-plume sampling. Marine and Freshwater Research 61: 651-664. 2010.
[5] P.L.A. Erftemeijer, B. Riege, B.W. Hoeksema, and P.A. Todd. Environmental impacts of dredging and other sediment disturbances on corals: A review. Marine Pollution Bulletin 64: 1737-1765. 2012. DOI: 10.1016/j.marpolbul.2012.05.008. [6] C.S. Rogers. Responses of coral reef and reef organism to sedimentation. Marine Ecology Progress Series 62: 185-202. 1990. [7] J.P. Liu, Z. Xue, K. Ross, H.J. Wang, Z.S. Yang, A.C. Li, and S. Gao. Fate of sediment delivered to the sea by Asian large rivers: Long-distance transport and
[17] S. Ouillon, N. Durand, P. Forget, A. Fiandrino and P. Fraunie. Remote sensing as a tool for suspended sediment transport modeling in coastal area. Third International Conference of Multiphase Flow, ACMF’98, Lyon, France, June 8-12, 1998. [Online]. Available: http://www.legos.obsmip.fr/ouillon/publications/Ouillon_et_al_Proc1998.p df?lang=en. Accessed: 12 April 2016. [18] R. Tsuda. Turbidity and suspended solids concentration in coastal area. Paper presented at
500| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 0 ] - W a h y u B u d i S e t y a w a n , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
annual meeting of the Oceanography Society of Japan, April, 1977, Tokyo. [19] J.P. Appleby and D.J., Scarratt. Physical effect of suspended solids on marine and estuarine fish and shellfish with special references to ocean dumping: A literature review. Canadian Technical Report of Fisheries and Aquatic Sciences 1681: v + 33p. 1989. [20] A. Erlina. Kualitas Perairan di Sekitar BBPBAP Jepara Ditinjau dari Aspek Produktivitas Primer sebagai Landasan Operasional Pengembangan Budidaya Udang dan Ikan. Tesis S-2 Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2006,
2016
189 h. [Online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/15363/1/Antik_Erlina.pdf. Akses: 29 September 2011. [21] Helfinalis. Penelitian Sumberdaya Laut Perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Laporan Akhir Penelitian Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, 2007, 112 h (tidak dipublikasikan). [22] ClimateData.org. (2016). [Online]. Available: http://id.climate-data.org/location/984253/. Accessed: 26 April 2016.
501| I l m u K e l a u t a n [ I K - 2 0 ] - W a h y u B u d i S e t y a w a n , d k k