perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STANDARDISASI NORMA TES ATLETIK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SRAGEN TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh : PRASETYO NUGROHO NIM. K 4606049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STANDARDISASI NORMA TES ATLETIK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SRAGEN TAHUN 2010
Oleh : PRASETYO NUGROHO NIM. K 4606049
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Prasetyo Nugroho. STANDARDISASI NORMA TES ATLETIK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SRAGEN TAHUN 2010, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari. 2011. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, (2) untuk menyusun standar / norma tes kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen. Penelitian ini menggunakan metode survey normatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40% dari jumlah siswa putra kelas VIII di masing-masing sekolah dari 6 SMP Negeri
se-Kecamatan Sragen
yang
berjumlah 230 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan teknik tes dan pengukuran. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan atletik yang meliputi : (a) Lari 100 meter dengan test dan re-test, (b) Tolak peluru dengan tiga kali tolakan, (c) Lempar lembing dengan tiga kali lemparan, (d) lompat jauh dengan tiga kali lompatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : (1) Hasil kemampuan atletik : (a) Lari 100 meter nilai tertinggi 13,07 detik, sedangkan nilai terendah 19,41 detik. Norma: Kategori baik; < 66, cukup; 58-65, sedang; 46-57, kurang; 30-45, kurang sekali; > 29. (b) Tolak peluru nilai tertinggi 6,95 meter, nilai terendah 2,48 meter. Norma: Kategori baik; < 72, cukup; 56-71, sedang; 4455, kurang; 34-43, kurang sekali; > 33. (c) Lempar lembing nilai tertinggi 30.19 meter, nilai terendah 8,42 meter. Norma: Kategori baik; < 73, cukup; 56-72, sedang; 45-55, kurang; 34-44, kurang sekali; > 33. (d) Lompat Jauh nilai tertinggi 5,54 meter, nilai terendah 2,73 meter. Norma: Kategori baik; < 68, cukup; 58-67, sedang; 44-57, kurang; 32-43, kurang sekali; > 31. (2) Norma kemampuan atletik dengan 5 kategori yaitu: kategori baik dengan nilai > 249, kategori cukup dengan nilai 214-248, kategori Sedang dengan nilai 187-213, kategori kurang dengan nilai 155-186 ,kategori kurang sekali dengan < 154. commitnilai to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Terjemahan Q.S. Al Mujadalah: 11)
Jadikan pengetahuan sebagai modal, ilmu sebagai senjata, sabar sebagai pakaian, zuhud sebagai kekuatan dan lemah lembut sebagai kebanggaan. ( Al-Hadist )
Aku bukanlah orang yang pandai, tapi aku punya kemauan untuk bisa. (Penulis)
Orang suskses bukanlah orang yang cerdas, melainkan orang yang bisa memanfaatkan peluang yang ada. (Penulis)
Tetesan air mampu melubangi bongkahan batu, begitu pula jika orang punya kemauan. (Penulis)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada: Bapak dan Ibu Tercinta yang selalu mendo’akanku Adik Tersayang Adinda RSD Tercinta KMS Menwa 905 UNS Rekan Prodi Penjaskesrek ’06 SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Dan Almamater
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan diucapakan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Aus Margono, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 3. Drs. H. Sunardi, M.Kes sebagai Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4.
Drs. Sarwono, M.S. sebagai pembimbing I
yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. Waluyo, S.Pd., M.Or. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 6. Kepala SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011, yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 8. Rekan POK ”06 yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat. Surakarta, Februari 2011 commit to user
viii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ................................................................................................................
i
PENGAJUAN .....................................................................................................
ii
PERSETUJUAN ................................................................................................ iii PENGESAHAN .................................................................................................. iv ABSTRAK .......................................................................................................
v
MOTTO .............................................................................................................. vi PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR . ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................................
4
C. Pembatasan Masalah .............................................................................
4
D. Rumusan Masalah .................................................................................
4
E. Tujuan Penelitian...................................................................................
5
F. Manfaat Hasil Penelitian .......................................................................
5
BAB II. LANDASAN TEORI ..........................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................
7
1. Pendidikan Jasmani ..........................................................................
7
2. Ruang lingkup Penjasorkes ..............................................................
7
3. Pengertian Atletik .............................................................................
8
4. Ruang Lingkup Penilaian Atletik .....................................................
9
a.Tolak Peluru....................................................................................
9
b.Lari 100 Meter................................................................................ 13 commit to user c.Lempar Lembing............................................................................ 16
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d.Lompat Jauh................................................................................... 19 5. Pengertian Tes, Pengukuran dan Evaluasi…………………………
26
a.Tes..................................................................................................
26
b.Pengukuran................................................................................ ....
29
c.Evaluasi..........................................................................................
30
6. Penyusunan norma penilaian ………………………………….......
33
B. Kerangka Pemikiran ..............................................................................
36
BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................
39
A. Jenis dan Rancangan penelitian.............................................................
39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................
39
C. Populasi dan Sampel ............................................................................
39
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
41
E. Teknik Analisis Data .............................................................................
41
BAB IV. HASIL PENELITIAN .......................................................................
44
A. Deskripsi Hasil Kemampuan Tes Atletik ..............................................
44
B. Hasil Norma Penilaian ..........................................................................
46
BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN...............................................................
51
A. Simpulan................................................................................................
51
B. Implikasi ................................................................................................
52
C. Saran .....................................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
53
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………............
55
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1
Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Atletik ............................................. 44
2
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data .......................................................... 45
3
Tabel Range Katagori Reliabilitas ................................................................ 45
4
Tabel Norma Kemampuan Lari 100 meter ................................................... 46
5
Tabel Norma Kemampuan Tolak Peluru ...................................................... 46
6
Tabel Norma Kemampuan Lempar Lembing ............................................... 47
7
Tabel Norma Kemampuan Lompat Jauh ...................................................... 48
8
Tabel Norma Kemampuan Atletik ................................................................ 48
9
Tabel Profil Kemampuan Lari 100 meter, Tolak Peluru, Lempar Lembing, LompatJauh………………………………………………………….... ........ 50
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Pelaksanaan Start Jongkok Lari Capat 100 meter............. ......................... 12 Gambar 2 Teknik Dasar Lari.......................... ............................................................ 16 Gambar 3 Cara Masuk finis ........................................................................................ 16 Gambar 4 Ilustrasi Awalan Lompat Jauh.................................................................... 22 Gambar 5 Tumpuan Dalam Lompat Jauh ................................................................... 23 Gambar 6 Sikap Melayang di udara............................................................................ 24 Gambar 7 Teknik Pendaratan Lompat Jauh ................................................................ 25 Gambar 8 Cara Memegang peluru .............................................................................. 50 Gambar 9 Cara Menolak Pelulu .................................................................................. 51 Gambar 10 Teknik Tolak Peluru ................................................................................... 51 Gambar 11 Pelaksanaan Start Jongkok ......................................................................... 52 Gambar 12 Cara Memegang Lembing .......................................................................... 53 Gambar 13 Cara Melempar Lembing ........................................................................... 53 Gambar 14 Gerakan Awal hingga Akir Lempar Lembing ........................................... 54 Gambar 15 Tumpuan Dalam Lompat Jauh ................................................................... 59 Gambar 16 Sikap Melayang di Udara ........................................................................... 59 Gambar 17 Teknik Pendaratan Lompat Jauh ................................................................ 59 Gambar 18 Pemanasan ................................................................................................. 125 Gambar 18 Pemanasan ................................................................................................. 126 Gambar 19 Pelaksanaan Tes Tolak peluru .................................................................... 127 Gambar 20 Pelaksanaan Tes Lopat jauh ....................................................................... 128 Gambar 21 Pelaksanaan Tes Lari 100 Meter ................................................................ 129 Gambar 22 Pelaksanaan Tes Lempar Lembing ............................................................ 130
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Lari 100 M,Tolak Peluru, Lompat Jauh, Lempar Lembing .....................................................................................
50
Lampiran 2 Tabulasi Data Hasil Penelitian ................................................................
56
Lampiran 3 Tabel Kerja Menghitung Reliabilitas ......................................................
61
Lampiran 4 Tabel Kerja Menghitung T-Score ...........................................................
89
Lampiran 5 Tabel Kerja Penyusunan Norma .............................................................
114
Lampiran 6
125
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian .....................................................
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Usia Sekolah Menengah Pertama merupakan masa-masa yang sangat menentukan di dalam kemungkinan pencapaian prestasi di kemudian hari, karena pada masa ini anak-anak masih mempunyai waktu yang cukup panjang. Pada usia ini para pendidik serta orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kematangan si anak didik. Namun kenyataannya di lapangan masih banyak para pendidik dan orang tua yang belum memperhatikan perkembangan prestasi yang dimiliki oleh anak. Indikatornya adalah belum adanya prestasi atletik yang diraih jika mengikuti POPDA misalkan, Sragen kurang maksimal dalam cabang atletik. Hal ini berdampak kurang baik bagi perkembangan olahraganya di kemudian hari. Kurikulum yang semula dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran, kemudian beralih makna menjadi semua kegiatan dan semua pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan
untuk
merancang
dan
menentukan
materi
ajar,
kegiatan
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Untuk itu, banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau silabusnya dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompentensi Lulusan yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan: 1). Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang commit to kemampuan user sederajat menekankan pentingnya dan kegemaran membaca
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
2).
3).
dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi (Pasal 6 Ayat 6). Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2). Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20). Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak
yang seluas- luasnya untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasivariasi penyelengaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan. Adanya kebebasan sekolah untuk melaksanakan dan memodifikasi pembelajaran ini menjadikan perbedaan penilaian pembelajaran pendidikan jasmani. Penilaian ini dilakukan sebagai umpan balik untuk mengukur pencapaian program yang telah diajarkan, dan yang lebih penting adalah untuk dimanfaatkan bagi kepentingan anak, sekolah, guru dan orang tua untuk mendapatkan hasil yang optimal. Cara penilaian pada mata pelajaran pendidikan jasmani menggunakan acuan KTSP tahun 2006. Menurut Peraturan Menteri no 26 tahun 2006 bahwa cakupan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat, dengan standart kompetensi siswa mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan kompetensi dasarnya siswa mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar atletik serta nilai toleransi, percaya diri, keberanian, menjaga keselamatan diri dan orang lain, bersedia berbagi tempat dan peralatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Atletik adalah bagian dari pendidikan jasmani dan kesehatan, yaitu salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan disekolah. Pendidikan jasmani terdiri dari atletik, permainan dan senam. Masing – masing terbagi dalam standart kompetensi dan kompetensi dasar yang berbeda. Disini hanya akan dikemukakan tentang nomor-nomor atletik yang diajarkan di kelas VIII SMP sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP yaitu: (1) Lari cepat, (2) Lompat jauh, (3). Tolak peluru, (4). Lempar lembing. Proses penilaian pendidikan jasmani dalam menentukan nilai rapor di SMP adalah mengacu pada standar kompetensi yang tercantum dalam Peraturan Menteri no 23 tahun 2006 bahwa standart kelulusan bidang studi pendidikan jasmani di SMP meliputi 6 hal yaitu mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar permainan, olahraga serta atletik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, mempraktekkan senam lantai dan irama dengan alat dan tanpa alat, mempraktekkan teknik renang dengan gaya dada, gaya bebas, dan gaya punggung, mempraktekkan teknik kebugaran dengan jenis latihan beban menggunakan alat sederhana, mempraktekkan kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti melakukan perkemahan, penjelajahan alam sekitar dan piknik, memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan tubuh serta lingkungan, mengenal berbagai penyakit dan cara pencegahannya serta menjauhi narkoba. Kendala yang dihadapi oleh guru di SMP Negeri se-Kecamatan Sragen dalam melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran atletik pada siswa disebabkan belum adanya standar norma penilaian antar sesama guru olahraga, dan belum adanya standardisasi penilaian. Hal ini berakibat nilai sama atara SMP satu dengan SMP yang lainnya belum tentu menunjukkan prestasi yang sama dalam aktivitas pendidikan jasmani. Sehubungan dengan kendala tersebut maka perlu diadakan standardisasi norma penilaian terhadap kemampuan atletik siswa. Dengan diketahuinya tingkat kemampuan atletik siswa, maka akan memberikan petunjuk atau pedoman bagi para guru guru olahraga tentang kemampuan atletik siswa serta untuk mengambil langkah lebih lanjut dengan tepat. Untuk siswa yang berprestasi nantinya dapat to user olahraga antar sekolah di cabang dijadikan atlit di sekolahan apabilacommit ada kejuaraan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
atletik. Jika hasil dari tingkat kemampuan atletik diperoleh dibawah rata-rata, harus segera dilakukan perbaikan program pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan atletik. Dan jika ternyata kemampuan atletik yang dimiliki siswa cukup baik maka semestinya guru dapat mempertahankan program latihan atau pembelajaran yang diberikan untuk menjaga agar kemampuan atletik siswa tidak mengalami penurunan. Untuk itu penulis mengangkat judul “Standardisasi Norma Tes Atletik pada Siswa Putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen Tahun 2010.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Belum adanya norma penilaian cabang Atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen. 2. Masih ada guru olahraga yang kurang memperhatikan perkembangan atletik. 3. Kurangnya pencapaian prestasi yang maksimal dari cabang atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang lebih dikemukakan diatas dan agar dalam penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Kemampuan
Atletik siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan
Sragen 2. Penyusunan norma Atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri seKecamatan Sragen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri seKecamatan Sragen? 2. Bagaimana cara menyusun /norma tes kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri seKecamatan Sragen. 2. Menyusun standar /norma tes kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru Pendidikan Jasmani di SMP Negeri se-Kecamatan Sragen adalah sebagai berikut : a. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menambah wawasan bagi para guru olahraga SMP Negeri se-Kecamatan Sragen tentang hasil belajar atletik guna siswa yang berprestasi. b. Sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atletik siswa. 2. Bagi sekolah, dapat menjadi pedoman SMP Negeri se-Kecamatan Sragen commit kemampuan to user dalam memberikan penilaian tentang atletik siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
3. Bagi siswa, untuk menambah pengetahuan tentang norma atletik di SMP Negeri se-Kecamatan Sragen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistemik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak (Ateng, 1989 : 104). Dengan demikian dapat dikatakan disini bahwa pendidikan jasmani sekolah bukan semata-mata ditekankan pada pencapaian kesegaran fisik, pengembangan keterampilan, kemampuan motorik saja, namun menanamkan gemar hidup sehat sejak anak-anak. Seseorang yang memiliki pemahaman sejak usia dini tentang perencanaan program kesegaran, perilaku hidup sehat yang pada gilirannya akan mampu berpartisipasi aktif dalam segala aktivitas, termasuk aktivitas olahraga dalam masyarakat luas. Utuk itu oendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama hendaknya mampu mengembangkan keterampilan motorik, fitnes dan karakter secara bersamaan.
2. Ruang Lingkup Penjasorkes Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) untuk jenjang SMP / MTs
sesuai Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya b. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya c. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, commit to lantai, user serta aktivitas lainnya ketangkasan dengan alat, dan senam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
d. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya e. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya f. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
pengenalan
g. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. 3.
Pengertian Atletik
Atletik berasal dari bahasa Yunani, yaitu athlon atau atlum yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan. Sedangkan orang yang melakukan dinamakan athleta (atlit). Dengan demikian dapatlah dikemukakan, bahwa atletik adalah satu cabang olahraga yang dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi atas nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Di dalam perlombaan atletik, ada nomor-nomor yang dilakukan di lintasan (track) dan ada nomor-nomor yang dilakukan di lapangan (field). Oleh Karena itu atletik di Amerika dinamakan “Track and Field” (Aip Syarifuddin, 1992 : 2) Nomor-nomor Atletik Nomor-nomor yang terdapat dalam cabang atletik menurut Aip Syarifudin (1992:9) secara garis besar ada 3 bagian, yaitu: 1) Nomor jalan dan Lari, 2) Nomor Lompat, 3) Nomor Lempar.Nomor tersebut dapat diperinci sebagai berikut: 1) Nomor Jalan dan Lari a) Nomor Jalan Untuk Putri nomor yang diperlombakan adalah 5 km dan 10 km, sedangkan untuk putra 10 km dan 20 km. b) Nomor Lari (1) Lari Jarak Pendek (100 m,200 m dan 400 m) (2) Jarak Menengah ( 800 m, 1500 m, 3000 m) (3) Jarak Jauh (5.000 m,10.000 m dan maraton 42,195 km) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2) Nomor Lompat a) Lompat Jauh (Long Jump atau Broad Jump) b) Lompat Tinggi (HighJump) c) Lompat Jangkit atau Lompat Tiga (Hop Step and Jump) d) Lompat Tinggi Galah (Pole vault) 3) Nomor Lempar a) Tolak Peluru (Shot Put) b) Lempar Lembing (Javelin Throw) c) Lempar Cakram (Discus Throw) d) Lempar Martil (Hammer Throw) 4. Ruang Lingkup Penilaian Atletik di SMP/MTs Dalam pembelajaran Penjasorkes untuk jenjang SMP / MTs sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2006 salah satunya adalah Permainan dan olahraga yang meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. Penelitian ini hanya di cabang olahraga atletik dikarenakan kemampuan biaya serta waktu penelitian. Selain itu juga belum adanya standar penilaian yang baku di cabang olahraga atletik, karena KTSP guru diberikan keleluasaan dalam menentukan materi ajar maupun dalam penilaianya berdasar pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan BSNP. Untuk kelas VIII SMP/MTs cabang olahraga atletik didalamnya terdapat beberapa item, diantaranya tolak peluru, lari 100 meter, lempar lembing dan lompat jauh. Penelitian ini digunakan untuk membantu guru penjasorkes di SMP Negeri seKecamatan sragen guna memberikan penilaian dalam pembelajaran atletik. a. Tolak Peluru Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik. Berdasarkan peraturan yang berlaku, peluru harus didorong atau ditolak dari bahu dengan satu tangan. Dalam hal ini Aip Syarifudin (1992: 144) mengemukakan “Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
(peluru) yang dilakukan dengan bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh jauhnya”. Berat peluru yang digunakan atlet putra dengan atlet wanita adalah berbeda. Menurut Soegito ( 1992: 22 ) bahwa : Berat peluru yang digunakan dalam perlombaan- perlombaan resmi yang diselengarakan PASI atau cabang- cabangnya bagi peserta pria digunakan peluruseberat 7,25 kg dan bagi pesrta wanita 4 kg. Disekolah- sekolah menengah, bagi anak laki laki digunakan peluru seberat 5 kg dan untuk anak perempuan seberat 3 kg. Tolak peluru dilakukan dalam lapangan tertentu yang sesuai dengan ukuran- ukuran sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ukuran tolak peluru menurut Soegito ( 1992: 23 ) sebagai berikut : 1) Lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran dengan garis tengah 2,13 m. Peserta tolak peluru boleh mengambil awalan hanya seluas lingakran, tidak boleh menyaentuh garis lingkaran. 2) Sektor tolakan Sudut sektor tolakan : 40° Peluru yang ditolak harus jatuh didalam dua garis sektor. Bila saat peluru jatuh ditanah menyinggung garis sektor atau diluarnya, tolakan diangap gagal atau tidak sah. 3) Balok tolakan (stopboard) Dibusur bagian depan terdapat baluk tolakan, dengan ukuran : panjang 1,22 m, Lebar 115 mm, tebal 100 mm. Gunanya untuk menahan kaki si penolak. 4) Di samping kiri dan kanan lingkaran ada garis sepanjang 0,75 m, untuk tanda separuh lapangan. Gunanya : setiap peserta yang melakukan tolakan harus meninggalkan lingkaran lewat separoh bagian belakang (tidak boleh ke muka atau ke samping ) 1) Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tolak Peluru. Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam tolak peluru dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut U. Jonath, E. Haag & R. Krepel ( 1987: 44-45 ) faktorfaktor terpenting yang mempengaruhi tolak peluru ialah: a) b) c) d) e)
Lintasan percepatan pelurunya. Tinggi berangkat dan sudut berangkat peluru. Putaran antara poros bahu dan poros pinggang. Percepatan peluru pada waktu mulai ditolak. Pengakhiran tolakan tenaga bagian secara bersama dan pada saat yang tepat, dan terutama koordinasi antara gerak lengan kaki. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Sedangkan persyaratan untuk menjadi seorang atlet tolak peluruyang baik menurut Aip Syarifudin ( 1992: 145 ) harus memiliki beberapa syarat antara lain : a)
Harus memiliki pemahaman dan penguasaan terhadap prosedur gerakan untuk melakukan tolak peluruserta konsep untuk melakukanya. b) Harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, daya tahan kelenturan dan koordinasi gerakan. c) Harus memiliki badan yang tinggi besar, serta lincah dalam melakukan gerakan. d) Harus memiliki semangat yang besar untuk selalu selalu melakukan latihan secara teratur dan terus menerus. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan, seorang atlet tolak peluru harus dapat memertimbangkan dan memprhitungkan hukum- hukum biomokanika. Selain itu juga harus memiliki bentuk tubuh yang ideal dan memiliki otot – otot yang kuat. 2) Gaya Tolak Peluru Gaya dalam tolak peluru merupakan rangkaian gerakan yang bertujuan untuk mendorong atau menolakkan peluru agar pelurur dapat terlontar sejauh – jauhnya. Menurut Tamsir Riyadi (1985 : 126 ) gaya dalam tolak peluru dibedakan menjadi empat macam yaitu : a). Gaya depan b). Gaya samping c). Gaya belakang d). Gaya putaran cakram. Dari keempat gaya tersebut diatas, gaya tolak peluru yang sering digunakan oleh atlet – atlet tolak peluru yaitu gaya samping dan gaya belakang. Untuk anak sekolah gaya tolak peluru yang sering digunakan yaitu gaya menyamping. Hal ini dikarenakan gaya menyamping lebih sederhana dibandingkan gaya membelakang. 3) Teknik Tolak Peluru Gaya Menyamping. Untuk dapat menolakkan peluru sejauh- jauhnya,seorang atlet harus dapat mengguasai teknik tolak peluru yang benar. Dalam hal ini Tamsir Riyadi ( 1985 : 121 ) menyatakan “bagaimana menolak peluru yang benar, hal ini perlu meninjau beberapa segi yang menyangkut teknik menolak peluru secara commit tomasalah user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
keseluruhan. Menurut Aip Syarifudin ( 1992: 145 ) teknik tolak peluru yaitu “(1) cara memegang peluru, (2) sikap badan pada waktu akan menolak peluru, (3) cara menolak peluru, (4) sikap badan setelah menolak peluru”. Berdasarkan pendapat diatas menunjukan, teknik tolak peluru ada empat bagian. Dari keempat teknik tersebut dalam pelaksanan gerakanya harus dirangkai secara baik dan harmonis untuk memperoleh tolakan yang semaksimal mungkin. Untuk lebih jelasnya teknik tolak peluru gaya menyamping diuraikan sebagai berikut : a) Cara Memegang Peluru Peluru diletakkan pada telapak bagian atas atau pada ujung telapak tangan, yang dekat dengan jari- jari tangan. Jari- jari tangan diregangakan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk untuk menahan dan memegang peluru bagian belakang. Sedangakan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang atau menahan peluru bagian samping, yaitu agar tidak tergelincir ke dalam atau ke luar. Ke dalam ditahan dengan ibu jari dan keluar deitahan dengan jari kelingking. Setelah peluru itu dipegang dengan baik, kemudian letakkan pada bahu (melekat) di leher. Siku diangkat kesamping agar tidak serong ke depan. Pada waktu memegang dan meletakkan pada bahu, usahakan agar keadaan seleruh badan dan tangan agar tidak kaku, tetapi harus dalam keadaan rileks. Tangan dan lengan yang lain membantu keseimbangan. b) Sikap Badan Pada Waktu Menolak Berdiri tegak menyamping kearah tolakan, kedua kaki dibuka lebar atau kangkang, kaki kiri lurus kedepan, kaki kanan dan lutut dibelokkan ke depan sedikit agar seromg kesamping kanan. Berat badan pada kaki kanan, badan agak condong kesamping kanan. Tangan kanan memegang peluru pada bahu atau pundak, tangan kiri dengan sedikit dibengkokkan berada di depan sedikit agak serong ke atas rileks. Tangan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan. Pandangan diarahkan ke arah tolakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
c) Cara Menolak Peluru Bersamaan dengan memutar ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang (ke arah samping kiri),pinggul dan pinggan serta perut didorong ke depan agak ke atas sehingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan. Pada saat seluruh badan (dada) menghadap tolakan, secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat- kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong ke depan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan jika dengan tangan kiri sebaliknya). d) Sikap Akhir Setelah Menolak Peluru Sikap akhir menolak peluru merupakan salah satu faktor yang menentukan syah tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Aip Syarifiddin (1992: 150) cara melakukan gerakan dan sikap akhir setelah menolak sebagai berikut : (1) Setelah peluru ditolakkan atau di dorong itu lepas dari tangan, secepatnya kaki yang digunakan untuk menolak itu diturunkan atau mendarat (kaki kanan) dengan lutut agak dibengkokkan. (2) Kaki kiri (kaki depan)diangakat kebelakang lurus dan rileks untuk membantu keseimbangan. (3) Badan condong ke depan, dagu diangkat, badan agak miring kesamping kiri,pandangan kearah jatuhnya peluru. (4) Tangan kanan dan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit agak kebawah badan, tangan atau lengan kiri rileks lurus kebelakang untuk membantu menjaga keseimbangan. b. Lari 100 Meter Lari cepat 100 M merupakan lari cepat yakni lari yang dilakukan mulai dari garis start hingga garis finish dengan kecepatan maksimal, proses Kegiatan pembelajaran olahraga yang di selenggarakan di SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, yang dilaksanakan satu kali tatap muka dengan siswa dalam satu minggu memang sangat menarik perhatian siswa di antara kegiatan – kegiatan yang lain, namun yang lebih menyenangkan adalah proses kegiatan pembelajaran olahraga Atletik khususnya lari cepat 100 M, merupakan salah satu nomor yang di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
perlombakan dalam cabang olahraga atletik yang aktifitasnya di awali dengan mengambil awalan start bersama-sama kemudian lari secepat-cepatnya dengan tujuan untuk memperoleh kecepatan yang paling cepat sampai garis finish, selanjutnya dikatakan pencapaian hasil kecepatan yang baik dapat di capai melalui pemantapan koordinasi gerakan dan teknik langkah serta ayunan tangan saat berlari, yang meliputi mulai dari awalan atau start, teknik saat berlari serta teknik saat memasuki garis finish. Selanjutnya untuk mencapai hasil yang baik dalam lari cepat 100 M, dapat dilalui dari berbagai pemantapan koordinasi gerak, teknik awalan / start, teknik saat berlari serta teknik memasuki garis finish, yang masing-masing dari teknik tersebut memiliki cara-cara tersendiri. Adapun teknik lari cepat 100 M ini memiliki tiga macam faktor pembelajaran antara lain 1. Start, 2. Teknik lari, 3. Teknik memasuki garis finis. 1) Langkah – langkah Pelaksanaan Lari 100 Meter a) Teknik start Tehnik start lari cepat 100 M, menggunakan start jongkok, dimana siswa pada saat melakukan tehnik stard untuk stard ada 4 fase yang harus dilakukan oleh siswa antara lain : posisi bersedia, posisi siap, gerak dorong lepas dari balok start dan gerak percepatan langkah dengan tubuh badan naik ke atas lebih sedikit. Posisi start yang standar, letak balok depan adalah dua panjang telapak kaki dibelakang garis – start, letak balok belakang 1,5 panjang telapak kaki dibelakang balok depan, atur balok depan lebih datar dari yang belakang letakkan kedua tangan di tanah selebar bahu kedua lengan menopang berat badan. Letakkan lutut belakang di tanah kedua lengan menopang berat badan, bahu diatas dan sedikit ke depan dari kedua tangan. Angkat pantat sampai lutut depan membentuk sudut 900 . (1) dan pantat diangkat sedikit lebih tinggi dari bahu (2). Gerak dorong depan dari kaki depan, angkat tangan dari tanah pada saat serentak, tariklah kaki kiri kedepan dengan cepat luruskan pinggang dan lutut sepenuhnya pada saat gerak dorong berakhir, dorong kedepan dengan cepat dan penuh kekuatan, dari tanah. Pertahankan posisi badan tegakkan togog badan dari sedikit ( IAAF ). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
(Pendidikan pelatihan. 1993). Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini.
Bersedia siap gerak dorong gerak percepatan Gambar 1. pelaksanaan start jongkok lari cepat 100 M (sumber IAAF Pedidikan Pelatihan, 1993) Perlu diketahui dari posisi start siswa diharapkan selalu dapat menempatkan posisi start dengan baik pandangan kedepan kira-kira berjarak 1 meter dari garis start sehingga pada saat bersedia badan condong kedepan berat badan berada di kedua tangan sehingga dapat melaksanakan gerakan untuk berlari dan saat itu perlu adanya power yang sangat besar untuk daya ledak pertama kali untuk menghasilakan awalan saat lari. b) Tehnik dasar lari cepat (1) gerakan kaki (a)
Kaki melangkah selebar dan secepat mungkin
(b)
Kaki belakang saat menolak dari tanah harus tertendang lurus dengan cepat serta lutut ditekuk secara wajar agar paha mudah terayun kedepan
(c)
Pendaratan kaki pada tanah menggunakan ujung telapak kaki dengan lutut agak menekuk
(2) gerakan ayunan lengan (a)
Lengan diayun kedepan atas sebatas hidung
(b)
Sikut ditekuk kurang lebih membentuk sudut 900
(3) sikap badan (a)
Saat lari rileks dengan kepala segaris punggung
(b)
Pandangan kedepan
(c)
Badan condong kedepan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Gambar 2. Teknik dasar (Sumber Roji. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. 2006:64.65) c) Teknik dasar masuk finish Perlu diketahui seorang pelari pada saat memasuki finish, ada beberapa teknik untuk menuju garis finish maka harus pandai-pandai untuk menjulurkan anggota badannya ke garis finish, anggota badan tersebut antara lain bisa kepala, dada dan pundak dengan cara menyamping,
Gambar 3. Cara masuk garis finish (Sumber Roji. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. 2006:64.65)
c.
Lempar Lembing 1) Pengertian Lempar Lembing Melempar merupakan proses gerak seseorang melakukan gerakan
terhadap suatu benda agar benda tersebut dapat dipindahkan sejauh mungkin, sedangkan lembing merupakan suatu benda yang terdiri dari mata lembing, badan lembing, dan tali pegangan lembing. Mata lembing terbuat dari metal, badan commit to user lembing terbuat dari kayu atau metal atau bambu. Badan lembing yang terbuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
dari kayu atau metal dipergunakan dalam perlombaan internasional atau perlombaan resmi, sedang untuk pelajaran atau pendidikan digunakan dari bambu. Tali lembing terletak melilit pada titik pusat lembing. Unsur gerak dan tujuan dari proses gerakan menjadi bagian dari kegiatan melempar. Kedua hal tersebut merupakan kesatuan utuh dan berupa gerakan yang sering disebut teknik melemparkan lembing. Adapun ukuran lembing yang sesuai aturan dalam perlombaan menurut Aip Syarifuddin (1992: 159) adalah : a). Untuk Putra Beratnya 600 gram (atau dengan variasi berat antara 605 sampai 620 gram) dan panjangnya antara 2.20 sampai 2.30 meter. b). Untuk Putra Beratnya 800 gram(atau dengan variasi berat antara 805 sampai 825 gram) dan panjangnya antara 2.60 sampai 2.70 meter. Sedangkan teknik yang terdapat dalam lempar lembing, seperti yang dikemukakan oleh Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1991 : 204 – 209) adalah, “cara memegang lembing, cara membawa lembing, lempar lembing tanpa awalan dan lempar lembing dengan awalan.”
2) Cara Memegang Lembing Teknik memegang lembing menurut cara menempatkan jari-jari pada lembing, cara memegang lembing dibedakan menjadi tiga cara, yaitu : cara Amerika disebut juga pegangan telunjuk-ibu jari, karena ibu jari dan telunjuk dibelakang lilitan sedangkan jari tengah, jari manis dan kelingking terletak tepat pada lilitan. Cara Finlandia disebut juga pegangan jari tengah ibu jari. Jari manis dan kelingking tepat pada lilitan lembing dan cara menjepit atau disebut juga “pegangan Tang”, karena lembing diantara telunjuk dan jari tengah dan terletak dibelakang lilitan. Yang dimaksud dengan cara membawa lembing, adalah cara membawa lembing pada saat melakukan lari mengambil awalan. Setiap atlet di sampig harus menguasai cara memegang lembing, juga harus menguasai teknik atau cara membawa lembing sewaktu melakukan Ada tiga cara membawa commit to awalan.m user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
lembing, yaitu
: cara membawa lembing di bawah, tangan yang membawa
lembing lurus kebelakang serong ke bawah. Lembing dipegang di samping badan segaris dan menempel pada lengan, ujung lembing disamping dada. Cara membawa lembing diatas bahu, tangan yang membawa lembing dilipat 900 lembing dipegang setinggi telinga dan tepat diatas bahu. Posisi lembing dapat menuju serong atas atau serong bawah dan dapat pula lurus mendatar dan cara membawa lembing diatas kepala,seperti yang kedua, tetapi sikap tangan yang membawa lembing diangkat lebih tinggi lagi. Posisi lembing diatas kepala.
3) Lempar Lembing Tanpa Awalan Teknik melakukan lempar lembing tanpa awalan dijelaskan oleh Soegito dan A. Hamidsyah Noer (1994 : 67) sebagai berikut : a) b)
c)
Lembing siap dipegang dan dibawa dengan cara yang benar. Langkahkan kaki kanan ke belakang cukup lebar, disertai dengan memutar badan kekanan. Luruskan tangan kanan kebelakang serong bawah. Tekuk lutut kaki kanan sehingga berat badan pada kaki kanan , kaki kiri lurus telapak kaki menghadap serong kanan. Saat lembing akan lepas telapak kaki kiri menghadap serong kiri. Pandangan sebentar ke arah tangan kanan kemudian melihat kearah samping kiri serong atas. Tangan kiri di angkat setinggi bahu. Sikap ini dinamakan sikap lempar. Gerakan lempar Setelah mendapat sikap lempar dilanjutkan dengan gerakan melempar, sebagai berikut : (1). Tangan kanan yang lurus tadi segera ditekuk dengan disertai memutar badan kekiri sehingga sikap badan menghadap kedepan. Meskipun demikian posisi tangan tetap diangkat dan arah lembing menuju serong ke atas depan, serta lewat di atas bidang bahu. Pandangan tertuju ke arah sasaran. (2). Gerakan berikutnya adalah meluruskan kaki belakang (kanan) dan diteruskan meluruskan kaki kiri. Pada saat itu sikap tangan kanan sudah mulai lurus dan sat itu pula lembing segera dilepas dari genggaman. (3). Setelah lembing lepas dari genggaman, kaki kanan dilangkahkan kedepan menggantikan posisi kaki kiri yang berada di belakang. 4) Lempar Lembing Dengan Awalan. Dalam lempar lembing dengan awalan, ada dua macam gaya yang sangat
efisien, yaitu : gaya Finlandia atau gaya langkah silang, gaya hop step atau gaya langkah jingkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Dalam penelitian ini hanya akan dijelaskan teknik lempar lembing dengan awalan menggunakan gaya jingkat (hop step). Aip Syarifudin (1992 : 96 ) menjelaskan sebagai berikut : Cara melakukan awalan dengan gaya jingkat dan langkah dari tanda pertama sampai tanda yang kedua sama seperti pada gaya langkah silang di depan. Hanya sekarang dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Pada waktu kaki kanan menginjak atau sampai tanda yang kedua, kaki kanan tersebut langsung melakukan gerakan jingkat kedepan. Pada saat kaki kanan mendarat, lembing diturunkan di bawah ke belakang. b) Sambil melangkahkan kaki kiri jauh kedepan lurus, badan diputar kekanan, lutut kaki kanan dibengkokkan, kaki diputar keluar dan lengan semakin diluruskan kencang kebelakang, hingga badan miring ke samping kanan dan rendah. c) Bersamaan dengan kaki kiri menginjak tanah, badan diputar ke arah lemparan (ke kiri), tangan kanan (pergelangan tangan) diputar kedalam dan dengan membengkokkan siku lembing dibawa ke atas kepala. Pinggul, pinggang dan perut didorong ke depan serong keatas, siku kiri ditarik kebelakang hingga dada terbuka menghadap kearah lemparan. Pada saat itu pulalah lembing dilemparkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan, pandangan mengikuti arah jalannya lembing. d. Lompat Jauh Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang diawali dengan lari cepat, menolak, melayang dan mendarat. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Seperti dikemukakan Aip Syarifuddin ( 1992 : 90 ) bahwa, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang dudara) yang dilakukn dengan cepat dan dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. Lompat jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit down in thi air). Dikatakan gaya jongkok karena gerakan yang dilakukan pada saat melayang di udara membentuk sikap seperti orang jongkok atau duduk. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkuk badan dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, commit to user mendarat dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
menghindari kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhakan badan ke depan. Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan terutama pada anak-anak sekolah dan gaya yang paling mudah untuk dipelajari. Lompat jauh gaya jongkok dianggap mudah karena tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara, jika dibandingkan dengan gaya lainnya.
1) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh Keberhasilan untuk melopat sejauh-jauhnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi gaya ledak,
kecepatan,
kekuatan,
kelincahan,
kelentukan,
koordinasi
dan
keseimbangan”. Sedangkan Jonath U, Haag E, dan Krempel R. ( 1987 : 196 ) persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: “Faktor kondisi fisik yaitu, kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama. Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan pendaratan”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, untuk mencapai prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik. Ditinjau dari faktor kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh antara lain: daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan, tolakan, melayang diudara dan pendaratan. Prestasi yang tinggi dapat dicapai, jika unsur-unsur kondisi fisik yang terlibat dikerahkan dengan teknik yang benar.
2) Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan. pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik merupakan suatu commitsuatu to user proses gerakan dan pembuktian dalam cabang olahraga, atau dengan kata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latiahan atau perlombaan. Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan benar. Berkaitan dengan teknik lopmat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Tinjauan secara teknis pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu, cara melakukan awalan, tumpuan, melayang diudara dan cara melakukan pendaratan”. Menurut Jonath et al. ( 1987 : 197 ) bahwa, “Lompat jauh dapat dibagi ke dalam ancangancang, tumpuan, melayang dan mendarat”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, teknik lompat jauh terdiri dari empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Kempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih jelasnya keempat teknik lompat jauh gaya jongkok dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut: a) Awalan Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Jes Jerver ( 1999 : 34 ) menyatakan “Maksut berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take of “. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan tersebut antara 30-35 meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Jarak awalan tergantung dari masing-masing atlet. Bagi pelompat yang dalam jarak relatif pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat/pendek saja (sekitar 30-35 meter atau kurang dari itu). Sedangkan bagi atlet lain dalam jarak relatif jauh baru mencapai maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh sekitar 40-45 meter atau lebih jauh dari itu. Bagi pemula sudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancer-ancer tersebut. Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat individual tergantung dari masing-masing pelompat. Kecepatan awalan harus sudah dicapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum menumpu tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak dibalok tumpuan. Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau diperlebar untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Aip Syarifuddin ( 1992 : 91 ) bahwa, “Untuk menjaga kumingkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan memulai melakukan awalan dengan papan tolakan”. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pemberian tanda untuk membuat cherkmark untuk ketepatan tumpuan sebagai berikut :
Bak Pasir Tanda pertama
30-35 m
Tanda kedua
Papan tolak Gambar 4. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh (Aip Syarifuddin, 1992:91) b) Tumpuan Tumpuan merupakan perubahan gerak horisontal ke gerak vertikal yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk tolakan sekuat-kuatnya pada langkah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan dilakukan dengan menjejakan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke atas yang benar. Jes Jarver ( 1999 : 35 ) menyatakan, “Maksud dari take off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil memperahankan kecepatan horisontal badan ke depan membuat sudut lebih kurang 45 dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi horisontal. Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal dengan menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu ( melewati balok tumpuan ), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika penempatan kaki tumpu jauh berada balok tumpuan akan sangat merugikan terhadap pencapaian lompatan. Menurut Tamsir Riyadi ( 1985 : 96 ) teknik menumpu pada lompat jauh sebagai berikut: (1) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat. (2) Sesaat akan menumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik ( sekitar 45 ) (3) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan. (4) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta di ayunkan ke depan atas. Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah) (5) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi lutut ditekuk.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai berikut:
Gambar 5. Tumpuan dalam Lompat Jauh commitRiyadi, to user1985 : 98 ) (Tamsir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
c) Melayang di Udara Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan sipelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya penarik bumi”. Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut berat badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kirakira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak kebelakang. Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan kedua tangan kearah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al (1987 : 200) menyatakan, “Pada fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan”. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut :
Gambar 6. Sikap Melayang di Udara (Tamsir Riyadi, 1985 : 99 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
d) Pendaratan Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan hamper duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Soegito (1992 : 41) teknik pendaratan sebagai berikut : 1)
2)
Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut : a) Luruskan kedua kaki ke depan. b) Rapatkan kedua kaki sejajar. c) Bungkukkan badan ke depan. d) Ayunkan kedua tangan ke depan. e) Berat badan dibawa ke depan. Pada saat jatuh di pasir atau mendarat : a) Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar. b) Segera lipat kedua lutut. c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah belakang.
Berikut ini disajikan teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut :
Gambar 7. Teknik Pendaratan Lompat Jauh (Tamsir Riyadi, 1985 : 101 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
5. Pengertian Tes, Pengukuran dan Evaluasi Dalam melaksanakan Penelitian, kita tidak akan bisa lepas dari statistika, karena didalamnya terdapat hal-hal penting yang harus dipahami dalam melaksanakan penelitian. Disini akan di sajikan beberapa hal terpanting dalam melakukan penelitian,yaitu Tes dan Pengukuran. a.
Tes Menurut Mulyono B(2010:2)”Suatu tes adalh suatu instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang individua tau objekobjek”. Instrumen yang dipakai dalam tes dapat berupa wawancara, pengamatan tentang ujuk kerja fisik, pengamatan tingkah laku malalui checklist, ataupun catatan berupa anekdot. Yang manapun bentuk tes yang dipakai hendaknya memiliki karakteristik tertentu Menurut
Mulyono B. (2010: 25) beberapa
persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu tes meliputi unsur-unsur “(1) Validitas, (2) Reliabilitas, (3) Objektivitas, (4) Diskriminitas, (5) Praktikabilitas”. 1) Validitas Ada
beberapa
pengertian
Validitas
menurut
para
ahli,
Kirkendall(1987:53),”Validitas adalah seberapa baik sebuah tes mengukur apa yang ingin diukur”.Sedangkan Mulyono B(2010:26) “ Suatu tes atau instrumen pengukuran adalah valid apabila mengukur apa yang seharusnya diukur”.Rusli L&Adans S(2000:50),”Konsep inti validitas adalah kesesuaian fungsi dan kemampuan instrumen untuk memperoleh informasi atau mengukur atribut yang ingin diukur”. Ismaryati(2008:15-17) mengutarakan bahwa: Jenis-jenis validitas, validitas langsung atau validitas logis didasarkan atas pengertian seberapa jauh tes dapat dikatakan sesuai dengan putusan profesi dan proses análisis logis yang dituntut oleh suatu tes. Validitas logis dibedakan menjadi 2 macam yaitu validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (costruct validity), Validitas derivatif atau validitas empiris didasarkan atas bukti empiris dan statistik yang berhubungan dengan kriteria tes. Validitas empiris ini juga dibedakan menjadi 2, yaitu validitas konkuren (concurrent validity) dan validitas prediktif (predictive validity). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
2) Reliabilitas Reliabilitas merupakan syarat penting bagi suatu tes,oleh sebab itu suatu penelitian yang baik harus memiliki reliabilitas. Rusli L& Adang S(2000:56) “Reliabilitas menggambarkan konsistensi dari hasil pengukuran terhadap orang yang sama dengan alat ukur atau tes yang sama”.Ismaryati (2008:18)”Alat ukur dikatakan mantap apabila alat ukur tersebut dalam pengukuran yang berulang kali pada objek yang sama menghasilkan ukuran yang sama”. a) Reliabilitas Tes-Retes Istilah koefesien tes-retes dapat pula disebut koefesien stabilitas. Istilah stabilitas dimaksudkan untuk menunjukan bahwa seseorang dapat berubah dari waktu ke waktu. Hal itu bukan karena perubahan dalam tes, tapi fluktuasi dalam beberápa aspek dari karakteristik yang diukur. Variasi yang terjadi di dalam individu itu sendiri dan variasi antar individu yang diukur. Reliabilitas tes-retes diperoleh dengan cara melaksanakan pengetesan dua kali terhadap sekelompok subjek dengan memakai tes yang sama. Koefisian reliabilitas tes-retes lebih tinggi daripada koefisien daripada tes berbentuk pararel, karena dalam bentuk pararel mungkin saja isinya berbeda. Yang menjadi persoalan dalam pengujian reliabilitas tes-retes ialah berapa lama selang waktu antara tes pertama dan kedua. Kirkendal, dkk(1987) dalam Rusli L(2000:58) mengemukakan, “Selang waktunya sebaiknya cukup lama agar subjek yang bersangkutan tidak mengulang kesalahan, atau jangan terlalu lama sehingga yang bersangkutan ada kesempatan untuk berlatih selama selang waktu tes pertama dan kedua, termasuk lupa bagaiman cara melaksanakan atau menyelesaikan tes”. Baumgartner (1969) dalam Rusli L(2000:58) ”Perhitungan reliabilitas tes-retes yang dilaksanakan dihari yang sama cenderung menghasilkan koefisian reliabilitas tes yang terlampau tinggi, karena itu disarankan pengetesan dilaksanakan dihari yang sama”. b) Reliabilitas Tes Bentuk Paralel (Bentuk Kembar) Pendekatan tes berbentuk pararel (tes kembar) disukai sebagai metode untuk menafsirkan koefisien reliabilitas suatu tes. Koefisien tersebut diperoleh commit user dengan cara memberikan tes yang isinyatodianggap serupa. Bentuknya dianggap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
atau disebut paralel jika skor seseorang sama untuk kedua bentuk tes itu. Jika kesalahan standar dari pengukuran bentuk pertama sama dengan tes kedua. c) Reliabilitas Belah Dua (Split-Half) Untuk menghindari kelemahan pelaksanaan tes-retes atau penggunaan bentuk paralel, maka tes dapat dibagi menjadi dua bagian yang sama. Total skor dari butir-butir tes bernomor gasal dikorelasikan dengan total skor tes bernomor genap. Hasil korelasi tes yang dipecah menjadi dua ini, selanjutnya diramalkan dengan rumus Spearman-Brown, guna memperoleh reliabilitas keseluruhan tes:
Reliabilitas = Seluruh tes
2(reliabilitas 1/2 tes) 1 + (reliabilitas dari 1/2 tes)
3) Objektivitas Rusli L& Adang S(2000:63) mendevinisikan Objektivitas sebagai derajat kesepakatan diantara beberapa orang pengetes. Suatu tes dikatakan Objektiv, manakalaterdapat kesamaan skor yang diberikan oeh beberapa orang penilai. Istilah lain bagi objektivitas ialah reliabilitas penilai., yakni konsistensi skor yang diberikan
oleh
beberapa
penilai
terhadap
suatu
performan.
Ismaryati(2008:31)”Suatu tes dikatakan objektiv, bilamana dua orang pengetes atau lebih memberi nilai yang sama dan bebas dari faktor subjektif dalam sistem penilaian”. Dalam buku yang sama,Ismaryati menyatakan bahwa: Agar diperoleh objektivitas yang tinggi di dalam pengukuran,perlu diusahakan hal-hal sebagai berikut: a) Petunjuk atau prosedur pengukuran harus dirumuskan dengan katakata yang tepat dan terparinci. b) Prosedur pengukuran diusahakan agar mudah dikerjakan oleh pengetes dan yang dites. c) Bila dimungkinkan, dalam pengukuran perlu digunakan alat pengukur mekanik. d) Pengetes yang berpengalaman perlu dipilih agar terjamin hasil pengukuranya. e) Pengetes harus memelihara sikap ilmiah selama pengukuran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
4) Diskriminitas Soal di dalam ujian atau tes diberikan kepada siswa dengan maksud untuk membedakan mereka yang betul-betul belajar dengan mereka yang memang malas belajar
atau lebih tepat untuk membedakan mereka yang benar-benar
menguasai bahan pelajaran dengan mereka yang tidak menguasai bahan pengajaran. Mulyono
B(2010:52)”Tes
yang baik
harus
dapat
membedakan
kemampuan siswa sesuai dengan tingkat keterampilan dan kepandaian mereka”. Suatu tes yang sukar seningga siswa tidak bisa menjawab bukanlah tes yang baik, sebaliknya tes yang sangat mudah sehingga siswa bisa menjawab semua adalh kriteria tes yang baik. Sebab tes-tes yang demikian itu tidak memiliki kemampuan membandingkan antara yang berkemampuan sangat jelek, jelek, cukup, baik dan sangat baik. 5) Praktibilitas Walaupun kriteria validitas dan reliabilitas tes merupakan hal terpenting dari kriteria yang lainya, namun sejumlah pertimbangan yang bersifat praktis yang dapat mempengaruhi tes perlu dipertimbangkan pula. Pertimbangan-pertimbangan tersebut meliputi; waktu dan biaya, kemudian dalam pengadministrasiandan kemudahan penginterprestasian.
b. Pengukuran Menurut Mulyono B(2010:2), “Pengukuran adalah suatu proses pengumpulan informasi “. Kita biasanya berpikir tetentang pengukuran sebagai penentuan tujuan dari skor yang berupa angka yang didasarkan pada unjuk kerja. Melalui pengukuran ditentukan tingkat pencapaian atau status sekarang para peserta. Melakasanakan suatu tes adalah bagian dari proses pengukuran. Hasil dari suatu pengukuran perlu diangkakan sehubungan dengan waktu, jarak, kuantitas, atau jumlah tugas yang dibakukan dengan tepat. Akan tetapi sebagian besar dalam pengukuran pendidikan jasmani tidak terlalu murni atau mutlak. Sebagai contoh, sebagai pengganti mengatakan bahwa waktu yang dicatat untuk lari cepat 50 yard commitadalah to user lebih tepat menyatakan bahwa mengukur kecepatan seorang pelari,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
melaksanakan lari cepat 50 yard adalah suatu prosedur pengukuran yang memberi suatu skor tes yang menunjukan kecepatan seseorang. Tentu saja pengukuran waktu dalam lari cepat dapat dianggap suatu pengukuran yang lebih cocok dari padaberbagai sumber informasi lainya yang biasanya digunakan dalam pendidikan jasmani seperti penilaian subjektif. Tujuan akir kita adalah membuat pengukuran setepat atau semurni mungkin, biarpun demikian pengukuran yang kurang murni harus dikenali kemanfaatanya seperti juga keterbatasanya. c.
Evaluasi Istilah evaluasi sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di
sekolah maupun di organisasi-organisasi. Evaluasi dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengoreksi dan memberikan penilaian terhadap suatu kegiatan yang dilakukan. Ismaryati (2006:1) “Evaluasi adalah proses penentuan nilai atau harga dari data yang terkumpul. Pngertian evaluasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli pda dasarnya hampir memiliki pengertian yang sama. Berdasarkan pengertian evaluasi dapat disimpulkan, evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses penentuan nilai atau harga dari data yang terkumpul dengan tujuan untuk menentukan sampai sejauh mana tujuan kegiatan yang dilakukan dapat dicapai. Rusli Lutan (1993:3) menyatakan, “Penilaian bertujuan untuk menilai kembali seberapa jauh tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai”. Konsep tentang evaluasi cukup luas, karena di dalamnya tercakup masalah tes dan pengukuran. Berkaitan dengan hal tersebut, Rusli Lutan (1993: 3) menyatakan, “Tes adalah alat untuk mengumpulkan informasi, sedangkan pengukuran adalah proses pengumpuklan informasi”. Menurut Rusli Lutan dkk (1992: 215) adalah “Suatu proses untuk memperoleh data secara objektif, kuantitatif dan hasilnya dapat diolah secara statistik”. Evaluasi merupakan proses memberikan nilai, yang di dalamnya terdapat proses pengumpulan data. Untuk mendapatkan data yang relevan sesuai dengan tujuan evaluasi diperlukan tindakan yang tepat dengan menggunakan instrumen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
yang sesuai. Dalam hal inilah unsur tes dan pengukuran diperlukan dalam proses evaluasi.
1) Fungsi Evaluasi Evaluasi mempunyai peranan yang penting terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Melalui evaluasi dapat diketahui sampai sejauh mana pencapaian tujuan yang dilaksanakan. Rusli Lutan (1993:4) menyatakan, “ Kegiatan penilaian bukan hanya sekedar pengecekan tujuan. Berdasarkan penilaian perlu ditelaah, apa kekurangan dan bahkan juga keunggulan yang ada. Hasil yang telah baik perlu dipertahankan dan kekurangan perlu diperbaiki”. Menurut Mulyono B (2001: 9-11) tujuan evaluasi antara lain: “(1) penentuan status, (2) klasifikasi ke dalam kelompok-kelompok, (3) memiliki sedikit dari yang banyak, (4) motivasi, (5) pemeliharaan standar, (6) memberikan pengalaman pendidikan, (7) mengadakan penelitian”. Pendapat lain dikemukakan Zainal Arifin (1991:5) fungsi dan tujuan evaluasi adalah: 1) Untuk mengetahui sejauh mana anak didik menguasai materi yang telah diberikan. 2) Untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan, keuletan dan kemampuan anak didik terhadap materi pelajaran. 3) Untuk mengetahui derajat efisiensi dan efektifitas strategi pengajaran yang telah digunakan, baik menyangkut metode maupun teknik belajar mengajar. Evaluasi pada prinsipnya memiliki fungsi untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dalam pendidikan. Dari hasil evaluasi yang dilakukan dapat digunakan dasar untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan yang telah dilakukan oleh guru. Selain itu, evaluasi dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki pola dan sistem pendidikan yang telah dilaksanakan. Dengan hal ini diharapkan pada latihan berikutnya diperoleh hasil yang lebih optimal. 2) Prinsip-Prinsip Pengukuran dan Evaluasi Suatu prinsip hendaknya dianggap sebagai suatu peraturan yang mempedomani tindakan. Menurut Rusli Lutan (2000: 9) prinsip pengukuran dan commit to user evaluasi adalah “Panduan atau tuntunan dalam penyelenggaraan pengukuran dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
evaluasi agar tercapai fungsi yang diharapkan”. Untuk menetapkan dan melaksanakan suatu program evaluasi harus mengetahui beberapa prinsip pengukuran dan evaluasi. Menurut Mulyono B. (2010: 18-22) prinsip-prinsip pengukuran dan evaluasi yaitu: 1) Suatu program pengukuran dan evaluasi seharusnya sesuai dengan filosofi hidup dan pendidikan penilainya. 2) Agar dan mengevaluasi secara efektif, semua pengukuran harus dilakukan sehubungan dengan tujuan-tujuan program. 3) Testing adalah bagian dari pengukuran, dan pengukuran hanyalah satu tahap dari evaluasi. 4) Pengukuran dan evaluasi harus dilaksanakan dan diawasi oleh ahli terlatih. 5) Hasil pengukuran dan evaluasi harus ditafsirkan sehubungan dengan hidup keseluruhan seseorang termasuk dimensi sosial, emosional, fisik dan psikologinya. 6) Pengukuran dan evaluasi adalah sarana pendidikan yang penting dan memainkan peranan utama dalam proses pendidikan secara keseluruhan. 7) Pengukuran dan evaluasi bertumpu pada dasar pemikiran, bahwa apapun yang ada merupakan suatu penjumlahan, oleh karenanya dapat diukur. 8) Tidak ada pengganti untuk pertimbangan dalam pengukuran dan evaluasi 9) Kemampuan awal para peserta harus diukur untuk mendapatkan pengetahuan tentang prestasi mereka dalam program pendidikan jasmani. Prinsip-prinsip pengukuran dan evaluasi ini sangat penting untuk dipahami bagi seseorang yang akan pengadakan pengukuran dan evaluasi. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut, kegiatan pengukuran dan evaluasi akan diperoleh hasil sesuai seperti yang diharapkan.
3) Kriteria Tes Aletik di SMP Pelaksanaan tes merupakan tahap yang paling penting dalam proses pengukuran dan evaluasi. Kualitas informasi yang diperoleh tergantung pada kualitas tes yang akan dipakai. Untuk itu perlu memahami apa kriteria yang dapat dipakai untuk memilih tes. Di standar kompetensi dan kompetensi dasar SMP terdapat cabang atletik, dan penjabaranya diserahkan kepada masing-masing guru commit to user penjasorkes di setiap sekolah. Dalam melaksanakan pembelajaran, masih ada guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
penjasorkes yang belum/ kurang memperhatikan cabang atletik. Dan itu berdampak pula dalam penilaian karena tes yang dilakukan belum maksimal. Ditambah lagi belum adanya standar penilaian yang baku di cabang atletik. Tes atletik yang baik mencangkup beberapa hal, antara sarana dan prasarana yang memadai, alat tes yang valid, adanya norma penilaian serta objektivitas dalam pemberian penilaian. Menurut Mulyono B. (2010: 25) beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu tes meliputi unsur-unsur “(1) Validitas, (2) Reliabilitas, (3) Objektivitas, (4) Diskriminitas, (5) Praktikabilitas”.
6. Penyusunan Norma Penilaian Menurut Mulyono B(2010:93), dalam berbagai bentuknya hasil-hasil pengukuran dapat dinyatakan dalam penggolongan (klasifikasi), urutan jenjang (rangking) atau dalam bentuk nilai (baik nilai dengan angka ataupun huruf). Untuk keperluan ini harus dilaksanakan suatu usaha dengan mempergunakan perhitungan-perhitungan statistik.
a.
Penerapan PAN(Penilaian Acuan Norma) Pada umumnya pendekatan PAN mendasarkan diri pada dua hal pokok
sebelum nilai akir pengikut ujian yang akan diluluskan dan penetapan batas lulus. Dalam hal ini ada guru yang mempunyai “kebiasaan” meluluskan muridnya dalam jumlah (persentase) tertentu, misalnya 80%. Bagaimana pun corak penyebaran angka mentah yang diperoleh pengikut ujian, diluluskan akan berjumlah 80%. Penetapan jumlah yang akan diluluskan ini sudah dengan sendirinya membawa akibat penetapan batas lulus tertentu. Dalam penyebaran angka mentah yang telah disusun dalam bentuk penyebaran frekuensi segera dapat diketahui sampai batas angka mentah berapakah tenaga pengajar itu akn sampai jika dia mengambil 80% jumlah murid dari mereka yang memperoleh angka mentah tertinggi berturut-turut ke bawah. Batas inilah yang menjadi batas lulus. Tenaga pengajar lain mungkin bertitik tolak dari batas lulus yang telah ditetapkannya terlebih dahulu. Batas lulustoini dikaitkan dengan data statistik yang commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
diperoleh dari penyebaran angka mentah, yaitu rata-rata (x) dan angka simpangan baku (s). Tenaga engajar tersebut akan memberi nilai akhir berdasarkan peyimpangan angka mentah terhadap angka rata-rata.
b. Penerapan PAP (Penilaian Acuan Patokan) Dalam pendekatan PAP penetapan batas lulus merupakan hal yang pokok.tenaga pengajar harus sudah menetapkan sejak sebelum pengajaran dimulai tentang batas kompetensi minimum yang diperlukan. Selanjutnya ketetapan ini diterapkan hubungan antara derajat penguasaan kompetensi yang dimaksud dengan nilai akhir yang akan diberikan misalnya sebagai berikut : Derajat Penguasaan
Nilai Akhir
90%-100%
A
80%-89%
B
65%-79%
C
55%-64%
D
Kurang dari 55%
E
Pemakaian pedoman ini amatlah mudah, perhitungan statistik tidak diperlukan. Jika kompetensi yang ingin dicapai telah diidentifikasi dengan tubtas, dan jika ujian yang akan dipakai memang benar-benar telah dapat mengukur taraf kemampuan penguasaan kompetensi yang dimaksud, maka angka mentah hasil ujian yang telah dihaluskan (dalam bentuk persentase) dapat langsung diterapkan dalam pedoman tersebut diatas.
c. Grading Menurut Kirkendall, Joseph J, & Robert (1987:371) ”Dalam sistem grading yang baik harus memenuhi tiga kriteria sebagai berikut: (1) Harus memiliki tujuan, (2) Harus adil untuk semua siswa, (3) Harus jelas dan dipahami”. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, guru akan dapat memberikan nilai commit to user secara objektif dan tepat kepada setiap siswanya. Maksud dan tujuan dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
memberikan nilai harus jelas, ada alasan mengapa guru memberikan nilai kepada siswanya. Hal itu akan menjadikan motivasi tersendiri bagi siswa apabila mendapatkan nilai yang memuaskan serta sebagai acuan guru apabila akan memberikan remidiasi jika dirasa kurang memuaskan.
Rammers, Gage, and
Rummel dalam Kirkendall et.al (1987:374) mencatat tujuan grading / penilaian sebagai berikut: 1) Informasi untuk orang tua tentang status murid atau kemajuanya. 2) Promosi dan graduation. 3) Motivasi kerja sekolah. 4) Bimbingan belajar pribadi. 5) Perencanaan bimbingan pendidikan dan kejuruan. 6) Bimbingan pengembangan pribadi. 7) Kehormatan. 8) Banyaknya partisipasi dalam kegiatan sekolah. 9) Laporan dan rekomendasi ke perusahaan. 10) Data untuk studi kurikulum. 11) Laporan ke sekolah untuk kenaikan tingkat siswa. Dengan adanya maksud dan tujuan yang jelas, guru dapat memberikan nilai yang sesuai dengan kemampuan siswa maupun batas nilai ketuntasan yang akan diberikan.Pillips & Hornak.(1979:73), menerangkan bahwa ada beberapa jenis norma untuk pendidikan jasmani, yaitu:” (1) Age Norms, (2) Grade Norms, (3) Percentile Norms, (4) Standard Score Norms”. Kemudian dari beberapa janis norma penilaian yang ada diatas, Standar score norms lah yang sering digunakan. Standar score norms dapat dilakukan dengan beberapa cara, Pillips & Hornak (1979:84)yaitu:” z-score, percentile, Z-score, T-score,Hull score dan stanine score”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut : PENJASORKES
RUANG LINGKUP PJOK KLS VIII
KESEHATAN PENDIDIKAN LUAR KELAS AKTIVITAS AIR AKTIVITAS RITMIK AKTIVITAS SENAM
AKTIVITASPENGEMBANGAN
PERMAINAN & OLAHRAGA
ATLETIK
LARI 100 M
PERMAINAN BOLA BESAR PERMAINAN BOLA KECIL BELA DIRI ATLETIK
L. JAUH GAYA JONGKOK
L. LEMBING GAYA HOP
T. PELURU GAYA SAMPING
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SMP NEGERI SRAGEN PERLU ADANYA NORMA PENILAIAN ATLETIK PENGETAHUAN= METODOLOGI TES PENGUKURAN DAN EVALUASI STATISTIK SAMPLING
STANDARDISASI PENILAIAN
SURVEY NORMATIF
TES ATLETIK = SMP N 1 SRG,SMP N 2 SRG,SMP N 3 SRG,SMP N 4 SRG,SMP N 5 SRG,SMP N 6 SRG
POPULASI SISWA PUTRA =576 SISWA
PROPORSIONAL RANDOM SAMPLING
SAMPEL 40%=230 SISWA
TES DAN PENGUKURAN
PJOK=Penjasorkes SRG = Sragen
ADANYA NORMA ATLETIK
commit to user Gb. Skema Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Standardisasi Norma Tes Atletik Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. Penjasorkes merupakan mata pelajaran yang diajarkan di semua lapisan pendidikan formal,mulai dari SD ,SMP , SMA, dan bahkan sampai perguruan tinggi. Hal ini dilakukan untuk penenaman ketrampilan gerak dasar dari usia dini hingga gaya hidup sehat di lingkungan sekolah. Dengan demikian penjasorkes sangatlah penting guna mendukung keberhasilan siswa dalam meraih prestasi yang maksimal serta budaya hidup sehat. Atletik merupakan cabang olahraga yang menjadi induk cabang olahraga lain. Ini dikarenakan dalam cabang olahraga atletik mengandung semua unsur gerakan cabang olahraga lainya. Untuk meningkatkan kemampuan atletik perlu diadakan pembinaan sejak usia dini,hal ini dapat mendorong terbentuknya atletatlet berkualitas di cabang atletik. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) untuk jenjang SMP / MTs
sesuai Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a. Permainan dan olahraga. b. Aktivitas pengembangan. c. Aktivitas senam. d. Aktivitas ritmik. e. Aktivitas air. f. Pendidikan luar kelas. g. Kesehatan.
Dalam pembelajaran cabang olahraga atletik, guru penjasorkes perlu memperhatikan dan mengevaluasi secara kontinu kemampuan siswa. Ini dilakukan guna mengembangkan kemampuan siswa yang diatas rata-rata dan memotivasi jika ada siswa yang masih tertinggal. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar dalam cabang olahraga commit to user atletik, perlu dilakukan tes terhadap jenis olahraga yang telah diajarkan. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
melakukan penilaian yang tepat dan penyamaan persepsi dalam penilaian terhadap kemampuan atletik khususnya siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen. Terdapat 6 SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, yaitu : 1. SMP Negeri 1 Sragen 2. SMP Negeri 2 Sragen 3. SMP Negeri 3 Sragen 4. SMP Negeri 4 Sragen 5. SMP Negeri 5 Sragen 6. SMP Negeri 6 Sragen Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Proporsional RandomSampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 40 % dari keseluruhan jumlah siswa yang ada di SMP Negeri se-kecamatan Sragen yang berjumlah 576 siswa. Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan di capai maka penelitian ini mengunakan metode survey normatif. Adapun instruman yang di pakai adalah dengan tes dan pengukuran, dalam penelitian ini ada 4 item tes,yaitu lari 100 meter, lompat jauh, tolak peluru, dan lempar lembing. Tes ini dilakukan guna mengetahui kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri seKecamatan Sragen tahun 2010. Setelah itu dibuatlah penyusunan Norma atletik masing-masing item tes serta total kemampuan atletik dengan menggunakan tes dan pengukuran. Penyusunan norma penilaian harus dilakukan secara seksama, cermat dan teliti serta dapat mencerminkan pada keadaan yang sebenarnya. Analisis yang dilakukanpun juga harus cermat dan tepat supaya norma penilaian yang disusun dapat digunakan sebagai dasar dalam penilaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dapat diartikan sebagai prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai maka penelitian ini menggunakan metode survey normatif. Menurut Thomas, JR dan Nelson J.K, (1990: 278) mengemukakan bahwa metode survey normatif adalah “penelitian yang berpegang teguh pada norma atau aturan yang digambarkan dengan cara mengelompokkan sesuai dengan usia atau jenis kelamin meliputi penyusunan norma untuk kemampuan, penampilan, kepercayaan dan sikap.” Dalam penelitian ini disusun norma mengenai kemampuan atletik yang meliputi lari 100 meter, tolak peluru, lempar lembing dan lompat jauh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pengambilan data kemampuan atletik dalam penelitian ini dilaksanakan di Stadion Taruna Sragen.
2. Waktu Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada Selasa 14 Desember 2010. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti, atau keseluruhan subjek penelitian (Sugiarto et al,2001:200). Dalam R & D, Sukmadinata (2008:2) membedakan populasi menjadi 2 yaitu populasi terukur (accessible population) adalah populasi yang secara riil dijadikan dasar user dalam penentuan sampel dan commit secarato langsung menjadi lingkup sasaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
keberlakuan keseluruhan, sedangkan populasi target adalah populasi dengan alasan yang kuat (reasonable) memiliki kesamaan karakter dengan populasi terukur. Dalam penelitian ini populasi target adalah seluruh siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen tahun 2010 yang berjumlah 576 siswa dari 6 sekolahan, sedangkan populasi terukurnya adalah 40% dari siswa putra kelas VIII di masing-masing sekolah dari 6 SMP Negeri
se-Kecamatan Sragen
yang
berjumlah 230 siswa.
2. Sampel Untuk pengembangan stándar penilaian, sekurang-kurangnya 200 orang digunakan untuk menyusun norma (Lutan & Suherman, 2000:182). Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih(Suharsini Arikunto, 1993:134). Pengambilan Sampel dalam
penelitian ini adalah
proporsional random sampling. Sampel yang digunakan adalah 40% dari siswa putra kelas VIII di masing-masing sekolah dari 6 SMP Negeri se-Kecamatan Sragen yang berjumlah 230 siswa.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Nama Sekolah Jumlah Siswa Putra Jumlah Sampel SMP Negeri 1 Sragen
75 X 40%
30
SMP Negeri 2 Sragen
107 X 40%
43
SMP Negeri 3 Sragen
108 X 40%
43
SMP Negeri 4 Sragen
121 X 40%
48
SMP Negeri 5 Sragen
39 X 40%
16
SMP Negeri 6 Sragen
126 X 40%
50
Jumlah
commit to user
576
230
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melaksanakan tes kemampuan atletik. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan atletik yang meliputi :1). Lari 100 meter dengan test dan re-test, 2). Tolak peluru dengan tiga kali tolakan, 3). Lempar lembing dengan tiga kali lemparan, 4). Lompat jauh dengan tiga kali lompatan.
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan statistik deskriptif. Sebagai berikut : 1. Mencari Reliabilitas Tes Dalam análisis data ini mencari reliabilitas menggunakan program SPSS.
2. Mencari T-score T Score = 50 10
X x s
Mulyono B (1990 : 104) Keterangan : X
: angka kasar
x
: nilai rata-rata
s
: simpangan baku
+
: + digunakan kalau angka kasar semakin besar, prestasi semakin tinggi (misalnya lompat jauh) - dipergunakan kalau angka kasar semakin kecil, prestasi semakin tinggi (prestasi lari) Skala T-score disusun sesuai hasil penghitungan T-score yang telah
disusun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
3. Menyusun Norma Penilaian Norma yang disusun dalam penelitian ini adalah normal T-score seluruh item tes. Norma yang disusun dalam penelitian ini terdiri dari : a. Norma masing-masing item tes. b. Norma total T-Score seluruh item tes. Adapun langkah-langkah menyusun norma penilaian menurut Mulyono B (2010:107) adalah : Dalam menentukan norma, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut 1. Mencari angka tertinggi (AT); 2. Mencari angka terrendah (AR); 3. Menghitung range (R), dengan rumus: R = AT - AR 4. Menentukan kelas interval (ki); 5. Mencari Interval (i) dengan rumus: i
R ; ki
6. Menentukan angka pertama (Ic), dengan rumus: Ic
AR ; i
7. Menyusun tabel kerja;
8. Tetapkan norma hasil P masing-masing. Disusun norma dengan 5 kategori, maka jaraknya: 6 SD 5
= 1,2 SD
9. Tetapkan persen untuk masing-masing klasifikasi. Gambarkan persentase untuk masing-masing klasifikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
10. Mencari nilai P yang ditentukan dengan rumus: x Yb Px Bt i Ya Yb
11. Membuat tabel kategori norma.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Kemampuan Tes Atletik Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian. Penyajian penelitian ini adalah berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 6 (enam) SMP yaitu SMP N 1 Sragen, SMP N 2 Sragen, SMP N 3 Sragen, SMP N 4 Sragen, SMP N 5 Sragen dan SMP N 6 Sragen. Tes kemampuan atletik yang dilakukan terdiri dari 4 item yaitu lari 100 meter, tolak peluru, lempar lembing, dan lompat jauh. Tabel Validitas Tes : Item Tes
Validitas
Lari 100 meter
0.552001
Tolak peluru
0.513013
Lempar lembing
0.663932
Lompat jauh
0.620713
Data yang diperoleh dari penelitian dikelompokkan dan dianalisis dengan stetistik, seperti terlihat dalam lampiran. Adapun deskripsi data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut. Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Atletik Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. Nilai Nilai Item N Satuan Tertinggi Terendah Lari 100 meter
230
Detik
13,07
19,41
Tolak peluru
230
Meter
6,95
2,48
Lempar lembing
230
Meter
30,19
8,42
Lompat jauh
230
Meter 5,54 commit to user
2,73
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan reliabilitas dan hasil tes, dengan maksud untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes yang diperoleh. Adapun hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap hasil tes kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data: ANOVA Tes Lari 100 meter Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
5.095
1
5.095
Within Groups
909.375
458
1.986
Total
914.470
459
F 2.566
Sig. .110
ANOVA Tes Tolak Peluru Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
1.189
2
.595
Within Groups
526.504
687
.766
Total
527.693
689
F
Sig. .776
.461
ANOVA Tes Lompat jauh Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
.151
2
.076
Within Groups
181.784
687
.265
Total
181.935
689
commit to user
F
Sig. .286
.751
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
ANOVA Tes Lempar Lembing Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
F
1.967
2
.984
Within Groups
10480.446
687
15.255
Total
10482.414
689
Sig. .064
.938
B. Hasil Norma Penilaian. Dalam analisis data hasil tes kemampuan atletik ini, tiap variabel diubah ke dalam T-Score. Kemudian hasil tes yang diperoleh tiap sampel diberikan penilaian sesuai dengan T-Score yang telah disusun. Selanjutnya melakukan analisis dengan menyususn norma klasifikasi tingkat kemampuan atletik. Dalam hal ini penyusun norma penilaian dilakukan terhadap tiap item tes kemampuan atletik dan selanjutnya penyusunan terhadap norma penilaian total kemampuan atletik. Adapun hasil pengklasifikasian dan penyusunan norma penilaian terhadap tiap item tes dan nilai total kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010 yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Tabel 4. Norma Kemampuan Lari 100 meter Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. No Nilai Kategori Jumlah Jumlah (%) 1
≥ 66
Baik
6
2,61
2
58 - 65
Cukup
56
24,35
3
46 - 57
Sedang
99
43,04
4
30 - 45
Kurang
60
26,09
5
≤ 29
Kurang Sekali
9
3,91
230
100
TOTAL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Tabel 5. Standar Waktu lari 100 meter yang disarankan: Interval Kategori ≤15,07 Baik Sekali 15,08 - 16,18 Baik 16,19 - 17,11 Cukup 17,12 - 17,98 Sedang 17,99 - 18,68 Kurang ≥18,69 Kurang Sekali Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa norma kemampuan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010 kecenderungannya adalah Sedang.
Tabel 6. Norma kemampuan Tolak Peluru siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. No
Nilai
Kategori
Jumlah
Jumlah (%)
1
≥ 72
Baik
7
3,04
2
56-71
Cukup
54
23,48
3
44-55
Sedang
109
47,39
4
34-43
Kurang
51
22,17
5
≤ 33
Kurang Sekali
9
3,91
230
100
TOTAL
Tabel 7. Standar jarak tolak peluru yang disarankan: Interval ≥6,36 5,37 - 6,35 4,48 - 5,36 3,77 - 4,47 3,11 - 3,76 ≤3,10
Kategori Baik Sekali Baik Cukup Sedang Kurang Kurang Sekali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa norma kemampuan tolak peluru pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010 kecenderungannya adalah Sedang.
Tabel 8. Norma Kemampuan Lempar Lembing Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. No
Nilai
Kategori
Jumlah
Jumlah (%)
1
≥ 73
Baik
7
3,04
2
56-72
Cukup
53
23,04
3
45-55
Sedang
105
45,65
4
34-44
Kurang
56
24,35
5
≤ 33
Kurang Sekali
9
3,91
230
100
TOTAL
Tabel 9. Standar Jarak lempar lembing yang disarankan:
Interval ≥25,26 21,03 - 25,25 17,52 - 21,02 14,03 - 17,51 10,45 - 14,02 ≤10,44
Kategori Baik Sekali Baik Cukup Sedang Kurang Kurang Sekali
Dari hasil tersebet dapat diambil kesimpulan bahwa norma kemampuan lempar lembing pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010 kecenderungannya adalah Sedang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Tabel 10.Norma Kemampuan Lompat Jauh Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. No Nilai Kategori Jumlah Jumlah (%) 1
≥ 68
Baik
5
2,17
2
58-67
Cukup
46
20,00
3
44-57
Sedang
120
52,17
4
32-43
Kurang
53
23,04
5
≤ 31
Kurang Sekali
6
2,61
230
100
TOTAL
Tabel 11. Standar jarak lompat jauh yang disarankan: Interval ≥4,67 4,23 - 4,66 3,74 - 4,22 3,24 - 3,73 2,85 - 3,23 ≤2,84
Kategori Baik Sekali Baik Cukup Sedang Kurang Kurang Sekali
Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa norma kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010 kecenderungannya adalah Sedang.
Tabel 12.Norma Kemampuan Atletik Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri SeKecamatan Sragen Tahun 2010. No
Nilai
Kategori
Jumlah
Jumlah (%)
1 2 3 4 5
≥ 249 214-248 187-213 155-186 ≤ 154 TOTAL
Baik Cukup Sedang Kurang Kurang Sekali
7 51 110 55 7 230
3,04 22,17 47,83 23,91 3,04 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa norma kemampuan Atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010 kecenderungannya adalah Sedang Dalam proses belajar mengajar selalu diperlukan evaluasi atau penilaian, dengan adanya hal tersebut akan diperoleh informasi mengenai tingkat kemajuan yang dicapai dalam proses belajar mangajar. Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya dan norma penilaian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan penilaian terhadap keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh simpulan bahwa kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se- Kecamatan Sragen Tahun 2010 dapat dinilai sebagai berikut :
Tabel 13. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Atletik Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010. Nilai
Nilai
Tertinggi
Terendah
Detik
13,07
19,41
230
Meter
6,95
2,48
Lempar lembing
230
Meter
30,19
8,42
Lompat jauh
230
Meter
5,54
2,73
Item
N
Satuan
Lari 100 meter
230
Tolak peluru
Tabel 14. Norma Kemampuan Atletik Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri SeKecamatan Sragen Tahun 2010. No
Nilai
Kategori
Jumlah
Jumlah (%)
1 2 3 4 5
≥ 249 214-248 187-213 155-186 ≤ 154 TOTAL
Baik Cukup Sedang Kurang Kurang Sekali
7 51 110 55 7 230
3,04 22,17 47,83 23,91 3,04 100
Tabel Profil Kemampuan Lari 100 meter, Tolak Peluru, Lempar Lembing, Lompat Jauh dan Nilai Total T-Score Kemampuan Atletik Pada Siswa commit to user Putra Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen Tahun 2010.
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Total
Lari 100
Tolak
Lempar
Lompat
Meter
Peluru
Lembing
Jauh
Baik
6
7
7
5
7
Cukup
56
54
53
46
51
Sedang
99
109
105
120
110
Kurang
60
51
56
53
55
Kurang Sekali
9
9
9
6
7
TOTAL
230
230
230
230
230
Kategori
Kemampuan Atletik
B. Implikasi Dari hasil penelitian ini dapat disusun norma penilaian kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri Se- Kecamatan Sragen Tahun 2010, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa di sekolah yang bersangkutan. Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa dalam memberikan penilaian terhadap tingkat kemampuan atletik siswa guru di SMP Negeri Se-Kecamatan Sragen dapat menggunakan pedoman yang sesuai. Dalam hal ini guru di SMP Negeri Se- Kecamatan Sragen dapat melihat norma yang ada, yaitu yang telah dilakukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
C. Saran Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dari implikasi yang ditimbulkan, maka kepada para pengajar SMP Negeri Se- Kecamatan sragen, disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Guru hendaknya selalu melakukan evaluasi program dan penilaian terhadap tingkat kemampuan atltik yang dicapai siswanya dalam melakukan proses belajar mengajar. 2. Guru
dalam
menentukan
status
kemampuan
siswanya,
hendaknya
menggunakan norma yang standar. Dalam hal ini dapat guru menggunakan penelitian ini sebagai acuan.
commit to user