"Standar Metadata dan Protokol untuk Interoperabilitas dalam IndonesiaDLN" ("Metadata Standard and Protocol for Interoperability within IndonesiaDLN") Arif Rifai Dwiyanto Knowledge Management Research Group - ITB st 1 floor ITB Central Library, Jl. Ganesha 10 Bandung - INDONESIA [email protected] Abstrak Dengan semakin berkembangnya inisiatif perpustakaan digital di berbagai institusi, semakin dirasa kebutuhan interoperabilitas antar perpustakaan digital ini. Penelitian saat ini untuk interoperabilitas pada sebuah arsitektur perpustakaan digital menghasilkan tantangan untuk membuat suatu kerangka-kerja (framework) umum untuk akses informasi dan integrasi diantara perpustakaan digital. Salah satu usaha untuk melakukan interoperabilitas adalah menggunakan standar yang sama, diantaranya adalah pemilihan standar metadata. Diperlukan pemilihan metadata yang tepat, terutama yang sesuai untuk lingkungan digital. Metadata saja tidak dapat menyelesaikan masalah interoperabiitas diatas, tetapi memainkan peranan penting dalam mewujudkan interoperabilitas. Hasil akhir yang diharapkan dari usaha ini adalah memungkinkan komunitas yang berbeda-beda, yang memiliki tipe informasi dan teknologi yang berbeda, untuk mencapai tingkat yang sama untuk berbagi informasi. Artikel ini berisi beberapa isu teknis yang perlu diperhatikan untuk melakukan interoperabilitas antar perpustakaan digital yang ada dalam IndonesiaDLN. Terutama mengenai metadata dan protokol interoperability. Kata kunci: Interoperabilitas, standar metadata, protokol, IndonesiaDLN
1. Pendahuluan Perpustakaan digital dengan cepat diterima, bahkan dipilih, sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknik, rekayasa, pendidikan, bisnis, dan masih banyak lagi. Dapat diduga, pergeseran dari dokumen cetak ke bentuk dan pengiriman digital, tidak hanya tumbuh tetapi juga akan semakin cepat. Pada akhirnya perpustakaan digital akan menjadi infrastuktur yang penting untuk bangsa, bahkan untuk seluruh dunia. Isu yang paling fundamental dalam jaringan perpustakaan digital adalah interoperabilitas, yaitu kemampuan perpustakaan-perpustakaan digital untuk saling bertukar dan berbagi dokumen, pencarian, dan layanan. Dengan kata lain usaha interoperabilitas adalah usaha mencoba membuat satu pandangan untuk berbagai macam perpustakaan digital, tanpa harus mengorbankan otonomi pengelolaannya.
Dalam konteks ini, interoperabilitas didefinisikan sebagai kemampuan dari komponen atau layanan sebuah perpustakaan digital untuk saling-bertukar baik secara fungsional maupun logikal, melalui sekumpulan antarmuka yang tertata-rapih dan dikenal secara umum. Salah satu usaha untuk melakukan interoperabilitas adalah menggunakan standar, diantaranya adalah pemilihan standar metadata. Inisiatif Dublin Core adalah salah satu upaya untuk membuat metadata untuk keperluan resource digital. Upaya lain dilakukan oleh W3C dengan mengembangkan standar Resource Description Framework (RDF) yang memungkinkan adanya “penampung” untuk lebih dari satu metadata untuk sebuah resource. Artikel ini mencoba membahas masalah standar metadata ini dalam kaitannya dengan implementasi di IndonesiaDLN. Pembahasan dimulai dari format metadata (Dublin Core, RDF) dan contoh model interoperabilitas. Pada artikel ini juga dijelaskan sedikit mengenai interoperabilitas yang ada di jaringan Ganesha Digital Library - GDL. Pembahasan teknis dalam artikel ini bukanlah pembahasan komprehensif mengenai seluruh permasalahan interoperabilitas yang ada, melainkan hanya untuk memberikan wawasan dan pengetahuan awal untuk didalami lebih lanjut lagi
2. Metadata 2.1 Apa itu metadata? Metadata adalah “data tentang data”. Istilah untuk semua data yang digunakan untuk membantu pengidentifikasian, penjelasan, dan pencarian lokasi dari resources elektronik yang ada dalam jaringan. Resources sendiri didefiniskan sebagai “segala sesuatu yang mempunyai identitas” [RFC2396] Banyak sekali format metadata yang ada, beberapa sederhana dalam deskripsinya, yang lainnya cukup kompleks dan kaya penjelasan. Sebagai contoh, katalog perpustakaan adalah metadata, hal ini karena katalog tersebut menjelaskan sebuah publikasi. Dalam konteks ini, metadata adalah “data yang menjelaskan web resources”. Penyusunan format metadata akan terpecah dalam berbagai sudut pandang dan tujuan dari penjelasan data tersebut. Pada umumnya pencarian resource adalah tujuan utama inisiatif pembuatan metadata atau inisiatif-inisiatif lainnya yang melibatkan metadata.
2
Beberapa contoh metadata adalah: Dublin Core, MARC (USMARC, INDOMARC), Library of Congress audio/visual technical metadata. Masih banyak lagi Format metadata yang lain, terlebih dengan implementasi spesifik bidang ilmu tertentu, bahkan di software aplikasi tertentu, misalnya dokumen Ms Word atau Adobe PDF mempunyai format metadata tersendiri untuk dokumen elektroniknya. 2.2 Format record metadata untuk pencarian Kalau kita melihat fungsi metadata dari sisi pencarian data dan format record. Metadata dapat dibagi dalam beberapa spektrum. Spektrum paling sederhana adalah format yang digunakan oleh mesin-pencari seperti yahoo atau altavista, mereka hanya mendefinisikan sedikit sekali semantik dan tidak mendukung pencarian berdasarkan field. Spektrum tengah adalah data struktur yang memungkinkan pencarian berdasarkan field. Recordnya cukup sederhana untuk diisi oleh yang bukan spesialis, diantaranya adalah: • Dublin Core (NISO Z39.85) • IAFA Templates • RFC 1807 • Summary Object Interchange Format (SOIF) • LDIF Spektrum lengkap adalah format metadata yang menjelaskan resources secara penuh, dan memainkan peranan penting dalam dokumentasi objek. Format ini membutuhkan keahlian khusus untuk mengisinya. Contohnya: • Machine-readable cataloging (MARC) Standar-standar untuk representasi dan komunikasi dari informasi bibliografi dan informasi yang terkait lainnya dalam bentuk yang “terbaca-mesin”. • Encoded Archieval Description (EAD) 2.3 Format record metadata berdasarkan domain. Berdasarkan bidang (domain) yang dijelaskan format data bisa dibedakan menjadi: a. Generik/umum • Dublin Core (DC) • Encoding Archival Description (EAD) • MARC (dan variannya mis. INDOMARC) • EELS Metadata Format • EEVL • IAFA Templates • RFC 1807 • Summary Object Interchange Format (SOIF) b. Spesifik untuk bidang tertentu • Geografi (Federal Geographic Data Committee ) • Pemerintahan (Government Information Locator Service) • Ilmu sosial (ICPRSR CodeBook) • Bahan ajar (IMS Project) • Sejarah seni (Van Eyck Core Record, VRA Record)
2.4 Skema klasifikasi Klasifikasi dapat membantu pengambilan informasi dalam terutama lingkungan jaringan, dengan kemungkinan menjelajah (browsing) struktur. Secara umum klasifikasi dibagi menjadi: a. Generik/umum • Dewey Decimal Classification • Universal Decimal Classification (UDC) • Library of Congress Classification • CyberDewey b. Spesifik untuk bidang tertentu • Sejarah Seni - Categories for the Description of Work of Art (CDWA) - Iconclass - Van Eyck Core Record • Rekayasa - Engineering Information (Ei) Classification Codes • Matematika - Mathematics Classification Scheme • Komputer - Computing Classification Scheme • Farmasi - National Library of Medicine Classification 2.5 Framework untuk Metadata Ada banyak sekali format metadata yang dikembangkan. Untuk itu diperlukan framework atau arsitektur untuk menampung berbagai bentuk metadata tersebut. Framework menyediakan arsitektur umum untuk metadata. Beberapa framework metadata yang telah dikembangkan adalah: a. Warwick Framework Warwick Framework disebutkan sebagai 'arsitektur penampung untuk mengumpulkan objekobjek metadata untuk pertukaran (interchange).' Warwick Framework berawal dari Dublin Core tetapi kemudian terlepas dari pengembangan DC. b. Meta Content Framework (MCF) MCF menyediakan sistem untuk menampilkan cakupan luas informasi tentang content. MCF direpresentasikan dengan sintaks XML. c. Resource Description Framework (RDF) RDF didesain untuk menyediakan infrastuktur untuk mendukung aktitas metadata dalam Web. RDF dapat juga menggunakan sintaks XML. d. 'Open eBook' Open eBook adalah spesifikasi untuk penerbitan elektronik, mempromosikan interoperability dengan mengadopsi standar Dublin Core untuk metadatanya. e. Framework yang spesifik terhadap domain Contoh untuk domain pendidikan: • Instructional Management System • ARIADNE • IEEE P11484 Learning Objects and Metadata Working Group
3
2.6 Hubungan antara metadata dan resource a. Terpisah dengan resource Elemen metadata dapat disimpan dalam catatan yang terpisah dengan objek yang dijelaskan, seperti pada kartu katalog pepustakaan, disimpan dalam file, atau basis data. b. Tergabung dengan resource Metadata dapat digabungkan dengan resource itu sendiri. Contohnya Cataloging in Publication-CIP yang dicetak pada bagian dalam buku, atau header pada text elektronik. Karena sangat luasnya cakupan materi mengenai metadata, artikel ini hanya akan sedikit menjelaskan mengenai Dublin Core untuk metadata dan RDF untuk framework.
3. Metadata Dublin Core Inisiatif Metadata Dublin Core adalah forum terbuka yang berusaha mengembangkan standar interoperabilitas metadata online, untuk mendukung berbagai tujuan dan model bisnis. Dublin Core (DC) dapat dilihat sebagai “bahasa sederhana untuk menjelaskan sebuah resources”. Himpunan elemen DC hanya mendefinisikan 15 elemen utama yang dapat dibagi dalam 3 kategori: Content Coverage Description Type Relation So0urce Subject Title
Intellectual Property Contributor Creator Publisher Rights
Instantiation Date Format Identifier Language
Tabel 1 Elemen DC
Semua elemen adalah optional (tidak wajib ada) dan boleh diulang (lebih dari satu kali kemunculan). Setiap elemen mempunyai sejumlah qualifier yang dibatasi. Qualifier digunakan untuk memperjelas (bukan memperluas) elemen. Dublin Core Metadata Initiative (DCMI) telah membuat standar terendiri untuk melakukan kualifikasi ini. Penjelasan yang diberikan elemen bisa disempurnakan dengan menambahkan “qualifier”. Ada dua kegunaan qualifier: • untuk memperjelas elemen Mis. Abstract dan TableOfContent untuk Description, Modified untuk Date, Alternative untuk Title • untuk skema pengkodean Mis. DDC dan LCSH untuk Subject; IMT untuk Format; URI untuk Relation; ISO 639-2 untuk Language Prinsip DC adalah “dumb-down” artinya interpretasi sebuah resource bisa mengabaikan qualifier dan memperlakukannya seperti tidak dikualifikasi. Hal ini bisa menyebakan kehilangan arti spesifik resource, tetapi nilai elemen (tanpa qualifier), secara umum, akan tepat. DC sendiri hanya menentukan himpunan elemen metadata, terlepas dari bagaimana cara penulisan dan penyimpanannya, misalnya contoh dalam penulisan
generik (Creator=”Ir. Soekarno”; Title= ”Indonesia Menggugat”). Contoh lain dalam XML, HTML, RDF/XML dapat dilihat pada lampiran A. 3.1 Kelebihan DC Karakteristik DC yang membuatnya lebih dari kandidat sistem penemuan resource lainnya adalah: a. Mudah dalam pembuatan dan pemeliharaan Elemen DC telah dijaga agar kecil dan sederhana sehingga memungkinkan bagi yang bukan-spesialis untuk membuat catatan deskriptif mengenai sebuah resource. Murah dalam hal menyediakan pengambilan informasi yang efektif dalam lingkungan jaringan, karena ukurannya yang kecil. b. Arti atau semantik yang dikenal secara umum Penggunaan himpunan deskripsi yang umum, membantu memungkinan interoperabilitas semantik antar disiplin. Contohnya Date, Title secara umum mudah diartikan. c. Cakupan internasional Pada awalnya DC dikembangkan dalam bahasa Inggris, pada perkembangannya dibuat versi untuk berbagai bahasa, dengan RDF hal ini dapat diwujudkan, sehingga kita dapat menggantikan “Title” dengan “Judul”. Meskipun internasionalisasi bukan tujuan utama pengembangan DC, keikutsertaan dari berbagai negara di seluruh dunia untuk merumuskan DC, memastikan standar yang dikembangkan memperhatikan perbedaan bahasa dan budaya. d. Kemungkinan untuk diperluas (Extensibility) Keseimbangan antara kebutuhan akan kesederhanaan dari penjelasan resource digital dengan kebutuhan pencarian yang tepat, menyebabkan pengembang DC mengetahui pentingnya untuk menyediakan mekanisme untuk memperluas set elemen DC untuk pencarian resource. Komunitas lainnya diharapkan untuk membuat dan mengatur tambahan elemen metadata tersebut. 3.2 Implementasi Dublin Core DC yang telah dikembangkan sejak tahun 1995 telah digunakan luas baik dalam bidang pendidikan maupun industri perangkat lunak. Dari 29 respon diketahui 33 implementasi DC dalam perpustakan. Implementasi terbesar dilakukan di US, Australia, dan Jerman. Kebanyakan respon berasal dari perpustakaan berbasiskan universitas. Responses by Country * United States Australia Germany France Sweden United Kingdom Canada Denmark South Africa
Qty/ 29 8 6 6 2 2 2 1 1 1
Responses by Library Type * University Library Other National Library State Library
Qty/ 29 14 9 4 2
Tabel 2 Ringkasan dari jawaban kuisioner DC-Libraries disiapkan oleh Carolyn Guinchard, April 2001
4
DC tidak hanya dapat digunakan untuk keperluan penjelasan dokumen, teatapi juga bisa digukanan untuk penjelasan objek selain dokumen.
http://purl.org/net/ard Pembuat
4. Resource Description Framework(RDF) Resource Description Framework (RDF) adalah pondasi untuk memproses metadata; RDF menyediakan interoperabilitas antar aplikasi dengan mempertukarkan informasi machine-understandable melalui web. Tujuan utama dari RDF adalah mendefinisikan sebuah mekanisme untuk menjelaskan resource tanpa memperhatikan domain aplikasi tertentu, dan arti sematiknya bagi aplikasi tertentu. Definisi tersebut harus netral, dan dapat mengakomodasi semua keperluan domain. RDF memungkinkan pemrosesan otomatis web resources, sehingga RDF dapat digunakan dalam berbagai area aplikasi, sebagai contoh: dalam hal pencarian resources, dengan menyediakan kemampuan yang lebih baik untuk search engine, dalam kataloging dengan menjelaskan resource dan hubungan antar resource. RDF memungkinkan beberapa metadata dapat disimpan dalam satu struktur. Secara sederhana definisi RDF adalah model untuk menjelaskan atribut dan nilai dari atribut.
diterjemahkan : “http://purl.org/net/ard dibuat oleh sesuatu, sesuatu itu bernama Arif Rifai Dwiyanto dan mempunyai email [email protected]”. Contoh lain yang melibatkan lebih dari satu resources adalah “Seseorang dengan NIM 13593038 mempunyai nama Arif Rifai Dwiyanto dan mempunyai email [email protected]. Resource http://purl.org/net/ard dibuat oleh orang tersebut.” http://purl.org/net/ard Pembuat
http://itb.ac.id/NIM/13593038
Nama
Email
Gambar 1. Triple RDF
Model RDF terdiri dari tiga triple: Subjek, Predikat dan Objek., dilambangkan dengan simbol seperti gambar diatas. Gambar tersebut dapat dibaca sebagai: - O adalah nilai dari P untuk S - S mempunyai atribut P dengan nilai O - P dari S adalah O Model RDF juga dapat dituliskan seperti: {predikat,subjek, objek} Contoh: “Arif Rifai adalah pembuat http://purl.org/net/ard”
http://purl.org/net/ard
Arif Rifai Pembuat
Gambar 2. Contoh RDF Model {Pembuat,[http://purl.org/net/ard],”Arif Rifai”}
Perhatikan kasus ketika kita ingin menjelaskan tentang karakteristik lebih detil tentang pembuat resource, seperti dalam kalimat berikut ini: “Seseorang bernama Arif Rifai Dwiyanto, dengan email [email protected] adalah pembuat http://purl.org/net/ard”, dimodelkan dalam RDF:
Selain itu RDF juga menspesifikasikan tiga jenis kontainer: 1. Bag; daftar resource yang tidak berurut. Contoh “Subjek buku ini a, b dan c” 2. Sequence; daftar resource yang berurut. Contoh: “Urutan filenya adalah a, b, c” 3. Alternative; daftar beberapa pilihan. Contoh “File ini bisa didownload dari a, b atau c” RDF dapat menjelaskan resource dengan berbagai kosa-kata (vocabulary). XML (eXtended Markup Language) telah diterima menjadi standar pertukaran data dalam WEB. XML memungkinkan pengarang untuk membuat markupnya sendiri (mis. ), yang lebih mempunyai arti bagi manusia. Hanya XML saja tidak dapat menjelaskan semantik yang dapat dimengerti oleh mesin, sehingga dibuat standar-standar XML khusus untuk kebutuhan tertentu. Pembuatan DTD dan Schema adalah salah satu usaha untuk mewujukan itu. Dengan melihat keunggulan XML, spesifikasi RDF menggunakan XML sebagai sintaknya secara formal disebut RDF/XML tetapi cukup disebut dengan RDF. Contoh untuk Model RDF gambar 2 diatas:
5
<s:Creator>Arif Rifai
Sejauh ini dapat kita simpulkan bahwa: XML = tata-bahasa (syntax) RDF = model metadata (semantic) DC = kosa-kata metadata (vocabulary) Contoh Metadata DC dalam RDF dengan sintaks XML dapat dilihat pada lampiran A.3. Tujuan awal RDF untuk memberikan penjelasan dari sebuah resource, secara tidak langsung telah memberi semantik pada resource yang dijelaskan. Hal ini disebut sebagai “semantic web”. Web yang memiliki arti/semantik ditambah dengan penformalan konsep atau pengetahuan, yang dikenal dengan “ontologi”, memungkinkan aplikasi web untuk untuk memahami resource itu sendiri. Dengan demikian aplikasi web yang akan kita hadapi mendatang akan jauh lebih “cerdas”. Masih banyak lagi hal lain mengenai RDF yang belum dijelaskan. Kami mencoba menjelaskan konsep RDF secara sederhana, dan menghindari hal yang teknis, untuk mempelajarinya lebih detil dapat dibaca rekomendasi W3C untuk RDF.
5. Interoperabilitas Metadata saja tidak dapat menyelesaikan masalah interoperabilitas, hal lain yang perlu dilakukan adalah membuat mekanisme atau protokol interoperabilitas. Interoperabilitas dapat dibuat dengan beberapa model. Model yang banyak diusulkan adalah menggunakan perantara (middleware) yang bertugas untuk melakukan koordinasi antar perpustakaan digital yang ada. Pada perantara ini terdapat basisdata yang berisi kumpulan seluruh metadata. Perantara ini dapat dihubungi langsung oleh klien. Permintaan layanan klien ini akan diteruskan ke masing-masing perpustakaan digital tergantung pada layanan yang disediakan oleh perpustakaan digital tersebut. Model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini: Client
C1
C2
Koordinator Perantara Metadata DB
Layananlayanan
Definisi Proses DLs Pengamb ilan Fitur
DLs Mesin Index
DLs Arsip Gambar
Gambar 5. Contoh model interoperabilitas
Beberapa pendekatan umum untuk mewujudkan interoperabilitas diantaranya: • Standardisasi (mis, metadata, definisi skema, model data, protokol), • Arsitektur permintaan objek terdistribusi (mis, CORBA), • Remote procedure calls, • Mediasi (mis, gateways, wrappers), • Mobile computing (mis, Java applets).
6. Metadata dan Interoperabilitas dalam IndonesiaDLN 6.1 Pertimbangan-pertimbangan Kebutuhan mendesak pemilihan metadata dalam IndonesiaDLN adalah untuk pertukaran antar perpustakaan digital. Untuk pencarian resources kebanyakan dilakukan dalam mesin-pencari pada masing-masing perpustakaan digital. Mesin-pencari tersebut melakukan pencarian langsung basis data. Misalnya pencarian di Ganesha Digital Library (GDL). Perlu digaris bawahi, bahwa saat ini anggota IndonesiaDLN lebih menfokuskan diri pada pembuatan perpustakaan digital, pendigitalan, pengumpulan, dan pendistribusian resources. Sehingga pertimbangan kemudahan implementasi dan fleksibilitas standar menjadi faktor yang sangat menentukan. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah infrastruktur Internet indonesia yang tidak sama untuk setiap daerah. Dapat dikatakan infrastruktur Internet di Indonesia masih banyak yang berupa pulau-pulau informasi yang belum terhubung satu dengan lainnya. Dalam usaha untuk melakukan interoperability kita harus melihat kondisi ini dan memikirkan cara untuk mengatasinya tanpa harus menunggu lebih lama lagi. 6.2 Pemilihan standar dan teknologi IndonesiaDLN 6.2.1 Adaptasi Dublin Core Metadata yang digunakan dalam IndonesiaDLN mengadaptasi DC metadata. Disebut adaptasi karena metadata yang digunakan di IndonesiaDLN mengunakan 15 elemen set DC dan beberapa qualifier-nya. Pada metadata IndonesiaDLN ditambahkan beberapa qualifier lain. Metadata yang dikodekan dalam format XML standar (lihat lampiran A.1) digunakan untuk pertukaran informasi. Dublin Core telah menjadi standar National Information Standards Organization (NISO) dan diusulkan ke ANSI untuk dijadikan standar nasional Amerika. Standar ini selain sederhana, dan diterima secara luas, juga aman terhadap perluasan ke depan (versi) dan ke samping (standar lainnya), juga memungkinkan semua pihak untuk mengembangkan aplikasinya masing-masing. Pada awal diskusi IndonesiaDLN terjadi diskusi mengenai apakah DC atau MARC yang akan digunakan dalam IndonesiaDLN. Meskipun ditetapkan DC sebagai standar, tidak menutup kemungkinan untuk digunakan juga metadata lainnya, khususnya untuk resource yang membutuhkan penjelasan lebih detail, dengan RDF hal ini menjadi sangat mungkin.
6
Selain itu, mengingat kondisi infrastruktur Internet Indonesia, IndonesiaDLN untuk saat ini menggunakan email untuk pengiriman metadata secara on-line, dan menggunakan CD-ROM untuk off-Line. 6.2.2 Protokol Interoperabilitas dalam GDL GDL, salah satu aplikasi yang tergabung dalam IndonesiaDLN, menggunakan protokol HTTP untuk interoperability dalam jaringan GDL. Interoperabilitas dilakukan dengan melakukan sinkronisasi metadata dan resource melalui protokol ini. Interoperabilitas dalam GDL dicapai dengan cara sentralisasi. Terdapat sebuah hub (middleware) yang akan menyimpan metadata dan/atau resources. Hub ini juga melayani permintaan download metadata dan/atau resources ke GDL server lainnya. Sebelum itu semua server GDL (publisher) harus terdaftar terlebih dahulu di hub, kemudian data publisher ini akan dikirimkan ke GDL server lainnya. Secara sederhana, interoperabilitas GDL dilakukan dengan menyebarkan metadata dan/atau resources ke seluruh server GDL lain, sehingga pencarian dan download dapat dilakukan di server yang terdekat, tanpa harus membebani hub dan memakan bandwidth, Dengan kata lain jaringan GDL mencoba membuat mekanisme “selective mirror” antar server. Solusi ini juga ideal untuk partner GDL yang tidak terhubung dengan Internet, mereka bisa melakukan pertukaran informasi dengan CD-ROM, baik untuk download dan upload data. Saat ini GDL belum mengimplementasikan RDF karena kebutuhan utamanya adalah interoperabilitas antar server GDL. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan pengkodean DC dalam XML standar tanpa harus menggunakan framework RDF. Penggunaan framework RDF saat ini, justru akan menambah kompleksitas untuk pengolahannya. Secara “de-facto” interoperabilitas yang ada dalam GDL merupakan pola yang satu-satunya ada saat ini dalam lingkup Indonesia, dan menjadi kandidat utama untuk diterapkan dalam IndonesiaDLN. 6.3 Implikasi bagi anggota IndonesiaDLN Dengan ditetapkannya standar yang digunakan dalam IndonesiaDLN diharapkan seluruh sistem yang dikembangkan anggota akan menggunakan standar yang disepakati bersama. Penggunaan format metadata yang seragam merupakan hal yang perlu ditindak lanjuti oleh setiap perpustakaan digital. Selain itu diharapkan keterlibatan yang lebih jauh untuk menentukan standar-standar lain. Selain itu diharapkan angota IndonesiaDLN terus menginformasikan pengembangan-pengembangan yang telah dilakukan. 6.3 Pengembangan lebih lanjut Forum IndonesiaDLN saat ini masih menekankan pada pemdirian perpustakaan digital, pengumpulan, dan penyebaran resources dengan teknologi yang murah dan sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia.
Prioritas utama dalam area teknis IndonesiaDLN saat ini adalah “make this thing works”, setelah sistem yang ada berjalan dengan baik, kemungkinan penerapan teknologi yang lainnya masih terbuka lebar. Meskipun demikian, teknologi-teknologi yang berkembang di Internet akan terus dipantau oleh IndonesiaDLN terutama bagian technical area dan dipertimbangkan untuk diterapkan dalam IndonesiaDLN. Beberapa prioritas di sisi teknis yang dapat dibahas dan dilakukan adalah: • Implementasi protokol interoperabilitas GDL kedalam IndonesiaDLN • Pengujian dan penyempurnaan aplikasi yang telah ada (GDL, New Spektra) • Memperbanyak publikasi teknis • Support teknis untuk anggota • Penyempurnaan implementasi DC dalam IndonesiaDLN • Pertimbangan implementasi RDF dan metadata lainnya bersama DC dalam IndonesiaDLN. • Mengikuti perkembangan pembahasan yang terkait dengan perpustakaan digital dan Internet. Mempelajari, mencoba, serta memilih teknologi dan tahapan yang tepat untuk implementasinya dalam IndonesiaDLN.
7. Kesimpulan Forum IndonesiaDLN telah mencapai banyak kemajuan. Beberapa standar telah diimplementasikan dan beberapa anggota telah mengembangkan aplikasi perpustakaan digital, diantaranya GDL dan New Spektra. Selain itu telah ada model interoperability dalam jaringan GDL yang bisa diujicoba. Interoperabilitas menjadi isu utama dalam IndonesiaDLN, Interoperabilitas yang ada dalam GDL Network diusulkan untuk dijadikan pola interoperability dalam IndonesiaDLN. Penerapan teknologi dalam IndonesiaDLN harus memperhatikan kondisi yang memungkinkan teknologi tersebut dapat diimplementasikan. Artikel ini terlalu sempit untuk menjelaskan seluruh masalah teknis mengenai interoperabilitas dalam jaringan perpustakaan digital. Artikel ini diharapkan menjadi awal untuk pendalaman materi teknis lebih lanjut dalam forum IndonesiaDLN. (ard) Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]
KMRG, “Ganesha Digital Library Software Guide”, June 2001 Resource Description Framework (RDF) Model and Syntax Specification W3C Proposed Recommendation 05 January 1999 Dublin Core Reference 1.1 The IDLN Metadata for Final Reports, Theses, and Dissertations [5] CEN/ISSS Metadata Framework, Edited by Stewart Granger, June 1999 Summary of DC-Libraries Questionnaire Responses, Prepared by Carolyn Guinchard, April 2001 EU-NSF Digital Library Working Group on Interoperability between Digital Libraries, Position Paper D-Lib Magazine May 1999 Volume 5 Issue 5 ISSN 1082-9873 Interoperability for Digital Objects and Repositories The Cornell/CNRI Experiments DIGITAL LIBRARIES: Metadata Resources http://www.ifla.org/II/metadata.htm