STABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
1
MASALAH STABILITAS DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK DALAM KEADAAN OPERASI YANG STABIL DARI SISTEM TENAGA LISTRIK, TERDAPAT KESEIMBANGAN ANTARA DAYA INPUT MEKANIS PADA PRIME MOVER DENGAN DAYA OUTPUT LISTRIK (BEBAN LISTRIK) PADA SISTEM. DALAM KEADAAN INI SEMUA GENERATOR BERPUTAR PADA KECEPATAN SINKRON.
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
2
☻ TERUTAMA JIKA TERJADI GANGGUAN, MAKA SESAAT AKAN TERJADI PERBEDAAN YANG BESAR ANTARA DAYA INPUT MEKANIS DAN DAYA OUTPUT LISTRIK DARI GENERATOR.
☻ KELEBIHAN DAYA MEKANIS TERHADAP DAYA LISTRIK MENGAKIBATKAN PERCEPATAN PADA PUTARAN ROTOR GENERATOR ATAU SEBALIKNYA.
☻ BILA GANGGUAN TIDAK DIHILANGKAN DENGAN SEGERA, MAKA PERCEPATAN / PERLAMBATAN PUTARAN ROTOR GENERATOR AKAN MENGAKIBATKAN HILANGNYA SINKRONISASI DALAM SISTEM. Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
3
STABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK KEMAMPUAN SUATU SISTEM TENAGA LISTRIK ATAU BAGIAN KOMPONENNYA UNTUK MEMPERTAHANKAN SINKRONISASI DAN KESEIMBANGAN DALAM SISTEM. BATAS STABILITAS SISTEM
DAYA MAKSIMUM YANG DAPAT MENGALIR MELALUI SUATU TITIK DALAM SISTEM TANPA MENYEBABKAN HILANGNYA STABILITAS. BERDASARKAN SIFAT DAN BESARNYA GANGGUAN, Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
4
GANGGUAN TERHADAP STABILITAS :
GANGGUAN KECIL : FLUKTUASI BEBAN GANGGUAN BESAR (BERSIFAT MENDADAK) : HUBUNG SINGKAT, PELEPASAN BEBAN MENDADAK, DSB. MASALAH STABILITAS DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK DIBEDAKAN ATAS: STABILITAS STEADY-STATE STABILITAS TRANSIENT STABILITAS DINAMIS
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
5
STABILITAS STEADY-STATE : KEMAMPUAN DARI SUATU SISTEM TENAGA MEMPERTAHANKAN SINKRONISASI ANTARA MESINMESIN DALAM SISTEM SETELAH MENGALAMI GANGGUAN KECIL.
STABILITAS TRANSIENT : KEMAMPUAN DARI SUATU SISTEM TENAGA MEMPERTAHANKAN SINKRONISASI SETELAH MENGALAMI GANGGUAN BESAR YANG BERSIFAT MENDADAK SELAMA SEKITAR SATU “SWING” (YANG PERTAMA) DENGAN ASUMSI BAHWA PENGATUR TEGANGAN OTOMATIS (AVR) DAN GOVERNOR BELUM BEKERJA.
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
6
STABILITAS DINAMIS : BILA SETELAH SWING PERTAMA (PERIODE STABILITAS TRANSIENT) SISTEM BELUM MAMPU MEMPERTAHANKAN SINKRONISASI SAMPAI SISTEM MENCAPAI KEADAAN SEIMBANG YANG BARU. (ADALAH STABILITAS TRANSIENT BILA AVR DAN GOVERNOR BEKERJA CEPAT DAN DIPERHITUNGKAN DALAM ANALISIS).
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
7
PENGERTIAN HILANGNYA SINKRONISASI KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA DAYA PEMBANGKIT DAN BEBAN MENIMBULKAN SUATU KEADAAN TRANSIENT YANG MENYEBABKAN ROTOR DARI MESIN SINKRON BERAYUN KARENA ADANYA TORSI YANG MENGAKIBATKAN PERCEPATAN ATAU PERLAMBATAN PADA ROTOR TERSEBUT.
BILA TORSI TERSEBUT CUKUP BESAR, MAKA SATU ATAU LEBIH DARI MESIN SINKRON TERSEBUT AKAN KEHILANGAN SINKRONISASINYA.
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
8
MISAL TERJADI KETIDAKSEIMBANGAN YANG DISEBABKAN OLEH ADANYA PEMBANGKITAN YANG BERLEBIHAN, MAKA SEBAGIAN BESAR DARI ENERGI YANG BERLEBIHAN AKAN DIUBAH MENJADI ENERGI KINETIK YANG MENGAKIBATKAN SUDUT ROTOR BERTAMBAH BESAR. WALAUPUN KECEPATAN ROTOR BERTAMBAH BESAR, TIDAK BERARTI BAHWA SINKRONISASI DARI MESIN TERSEBUT AKAN HILANG. FAKTOR YANG MENENTUKAN ADALAH PERBEDAAN SUDUT ROTOR / DAYA ANTARA MESIN-MESIN DALAM SISTEM, DIMANA SUDUT ROTOR / DAYA TERSEBUT DIUKUR TERHADAP REFERENSI PUTARAN 9 SINKRON.Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
PERHATIKAN GAMBAR DIBAWAH INI YANG MENUNJUKKAN SUDUT ROTOR/DAYA MESIN DALAM SISTEM 2 MESIN SEBAGAI FUNGSI WAKTU SELAMA KEADAAN TRANSIENT. Phase angle difference (fault cleared at 0.4s) 150
SEMUA SUDUT ROTOR MENINGKAT TETAPI PERBEDAAN SUDUT ROTOR DARI SEMUA MESIN KECIL DAN SUDUT-SUDUT TERSEBUT MENUJU POSISI YANG BARU.
Delta, degree
100
50
0
-50
-100
0
0.5
1
1.5
SISTEM STABIL
t, sec
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
10
Phase angle difference (fault cleared at 0.5s)
SEMUA MESIN TERPISAH MENJADI DUA KELOMPOK TANPA ADANYA KEMUNGKINAN BERTEMU PADA SUATU TITIK.
1400 1200
Delta, degree
1000 800 600 400 200 0 -200
0
0.5
1
1.5
SISTEM TAK STABIL
t, sec
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
11
P = fs (δ) DARI GENERATOR SEREMPAK DENGAN ROTOR BULAT (NON SALIENT POLE)
T
~
V
Xs
E
I
Infinite bus
E = V + j I Xs
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
12
E IXs
d f
IX s E sin(90 f ) sin d
E I cos f sin d Xs
V
P V I cos f
I
Daya yang dibangkitkan generator : P
VE P sin d Xs
Pm d
Pm= P mekanis turbin
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
13
P = fs (δ) DARI GENERATOR SEREMPAK DENGAN ROTOR KUTUB MENONJOL (SALIENT POLE)
E V I d ( jX d ) jI q ( jX q )
V jI d X d jI q jX q jI d X q jI d X q
V ( I d jI q )( jX q ) jI d ( X d X q ) E V jIX q jI d ( X d X q ) I I jI q L8 - Olof dimana Electric Powerd Systems Samuelsson
14
jI d X d X q
Iq
E Iq X q
d
f
jIX q V I
Id
jI d X q
I cos f ob oa ab
O
Iq
d
x
f a c b
y
Id
jI d X d
oa I q cos d ab ac cb x sin d y sin d x y sin d
I d sin d I cos f I cos d I15d sin d
IElectric Power VSystems L8 - Olof q Samuelsson
jI d X d X q
Iq
V cosδ
E Iq X q
d
f
V sinδ
jIX q
V Id
I jI d X q
Iq
V sin d Xq
Id
E V cos d Xd
V sin d I q X q
V cos d E I d X d
jI d X d
I cos f I q cos d I d sin d Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
16
V 2 ( X d xq ) VE sin d sin 2d Xd 2 X d xq
P VI cos f E sin d V X d X q V sin 2d 2X d X q X d
P
d
VE P sin d Xd
V
2
X
d
Xq
2X d X q
sin 2d
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
VE sin d Xd
V 2 (X d X q ) 2X d X q
17
Sin2d
CONTOH SOAL : Infinite Bus X gen
E1 Xe
GS Eg Eg’
E~ = 1.0 pu
Trafo Transmisi dll
SUATU ALTERNATOR TURBO 2 KUTUB TERHUBUNG SISTEM YANG BESAR DENGAN NAME PLATE DATA SEBAGAI BERIKUT: 100 MVA, 2 POLE, 50 HZ, 85%P.F., 13.2 kV (L-L) Xd = 100%, Xq = Xq’ = 96%, Xd’ = 20% Xe = 50%
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
18
UNTUK KEADAAN KERJA DIMANA ARUS YANG MENGALIR NOMINAL, DENGAN FAKTOR KERJA 1.0 PADA INFINITE BUS, TENTUKAN P vs d UNTUK KEADAAN STEADY STATE DAN TRANSIENT. STEADY STATE :
E 2 X d X e X q X e P sin d sin 2d Xd Xe 2 X d X e X q X e Eg E
TRANSIENT :
P
E g' E X Xe ' d
sin d
2X
X
E 2 X d' X e X q' X e ' d
Xe
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
' q
Xe
sin 2d
19
STEADY STATE :
Eg
Id(Xd- Xq)
IaXq
Iq
E1
Eg
1.811.0 1.0 2 1.0 0.96 P sin d sin 2d 1.5 21.51.46 P = 1.20 sin d + 0.0091 sin 2d
IaXe
δ
1.2 sin d
Ia = 1.0 pu E~ = 1.0 pu
Id =IaSinδ Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
20
TRANSIENT :
Eg’
Id(Xq’ - Xd’)
E’g
IaXq’ E1
Iq
IaXe
δ
1.151.0 1.0 2 0.20 0.96 P sin d sin 2d 0.20 0.50 20.701.46 P = 1.65 sin d - 0.372 sin 2d
Ia = 1.0 pu E~ = 1.0 pu
Id Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
21
Analisa Stabilitas yang ditunjukkan Oleh Kurva P Vs d 2.5
P = 1.65 sin d - 0.372 sin 2d
2
(transient)
1.65 sin d 1.5
P
P = 1.20 sin d
(steady-state)
1
0.5
- 0.372 sin 2d 0 Steadystate Transient -0.5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
d Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
22
TUGAS : KERJAKAN LAGI CONTOH SOAL BILA, a/ FAKTOR DAYA = 0.85 LAGGING b/ FAKTOR DAYA = 0.85 LEADING c/ ARUS Ia = 80% NOMINAL, FAKTOR DAYA 0.8
LAGGING
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
23
STABILITAS STEADY STATE Electrical
Power
P MAX
E1 E 2 sin d X Mechanical PE
Y-Axis
PE PM
Power PM
d d RotorDeclerates OperatingPo int PE PM
PM
PE PM
d d RotorAccelerates
d
90 o
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
180 o
d
24
TITIK KERJA STEADY STATE ADALAH SUATU KEADAAN DIMANA DAYA LISTRIK YANG DIBANGKITKAN GENERATOR (PE) SEIMBANG DENGAN DAYA MEKANIS DARI TURBIN (PM).
PERUBAHAN SUDUT TITIK KERJA TERSEBUT (d0) AKAN MENGAKIBATKAN KETIDAKSEIMBANGAN DAYA YANG AKAN MEMPERCEPAT / MEMPERLAMBAT KECEPATAN ROTOR KE TITIK KERJA YANG BARU.
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
25
STABIL
TAK STABIL
Y-Axis
P MAX
PM
δ 1’ δ 1 δ 1”
90 o
δ2” δ2 δ2’180
BATAS STABILITAS STEADY Electric Power SystemsSTATE L8 - Olof Samuelsson
d
o
26
Xm
Ig
Im
vt
Eg
Xg
Eg
IgXE
dg
Em
dm
Ig
Em
P
E g Em X total
sin d g d m
Pmax
E g Em X total
UNTUK MENAIKKAN BATAS STABILITAS : 1. MEMPERBESAR Eg 2. MEMPERBESAR Em 3. MEMPERKECIL REAKTANSI TOTAL SISTEM ANTARA Eg& Em MENGGUNAKAN DUA SALURAN PARALEL. MENGGUNAKAN KAPASITOR SERI Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
27
ImXm
STABILITAS TRANSIENT P MAX 4
3
Turbine Power
Y-Axis
PDECEL
PM
Stable
1
Unstable Power
PACCEL 2
d
90 o
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
180 o
d 28
GAMBAR DIATAS MENUNJUKKAN PERILAKU SUATU GENERATOR DALAM KEADAAN GANGGUAN. 1. TITIK KERJA AWAL(SEBELUM TERJADI GANGGUAN) 2. TIMBUL GANGGUAN YANG MENGAKIBATKAN DAYA OUTPUT GENERATOR TURUN SECARA DRASTIS. SELISIH ANTARA DAYA OUTPUT LISTRIK TERSEBUT DAN DAYA MEKANIS TURBIN MENGAKIBATKAN ROTOR GENERATOR MENGALAMI PERCEPATAN, SEHINGGA SUDUT ROTOR / DAYA BERTAMBAH BESAR. 3. PADA SAAT GANGGUAN HILANG, DAYA OUTPUT GENERATOR PULIH KEMBALI PADA HARGA YANG SESUAI DENGAN KURVA P - d DI ATAS. 4. SETELAH GANGGUAN HILANG, DAYA OUTPUT GENERATOR MENJADI LEBIH BESAR DARIPADA DAYA MEKANIS TURBIN. HAL INI MENGAKIBATKAN PERLAMBATAN PADA ROTOR GENERATOR. Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
29
BILA TERDAPAT TORSI LAWAN YANG CUKUP SETELAH GANGGUAN HILANG UNTUK MENGIMBANGI PERCEPATAN YANG TERJADI SELAMA TERJADINYA GANGGUAN, GENERATOR AKAN STABIL SETELAH AYUNAN (SWING) YANG PERTAMA DAN KEMBALI KE TITIK KERJANYA DALAM WAKTU KIRA-KIRA 0.5 DETIK BILA KOPEL LAWAN TERSEBUT TIDAK CUKUP BESAR, SUDUT ROTOR / DAYA AKAN TERUS BERTAMBAH BESAR SAMPAI SINKRONISASI DENGAN SISTEM HILANG.
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
30
PERSAMAAN AYUNAN ROTOR (ROTOR SWING EQUATION) UNTUK GERAK ROTASI BERLAKU
Tshaft Load Turbin
Rotor Redaman TD.ω = TD.d
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
Tmaxsin δ
31
Hk. Newton :
ROTOR SWING EQ.
J .α = Σ T Jd = Tshaft – TD. d – Tmaxsin δ DIMANA :
J
: MOMEN INERSIA
α
: PERCEPATAN SUDUT
TD
: KOEFISIEN REDAMAN
Tmax sin δ
: ELECTROMAGNETIC TORQUE YANG DIBANGKITKAN
δ
: TORQUE/POWER/ROTOR ANGLE Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
32
BILA REDAMAN DIABAIKAN, MAKA PERSAMAAN DIATAS MENJADI, PERSAMAAN AYUNAN ROTOR : Jd + Tmax sin δ
= Tshaft
(Dinyatakan dlm Torque)
Md + Pmax sin δ
= Pshaft
(Dinyatakan dlm Power)
30
d
25 20 15 10
0
0.5
1
1.5 t, sec
2
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
2.5
3
33
HUBUNGAN ANTARA M (momentum sudut) DAN H (konstanta inertia) MegaJoules H Rating Generator ( MVA) MegaJoules g
(Tersedia)
Tenaga Kinetis Rotasi :
1 2 J MegaJoules 2 1 M MegaJoules 2
K .E
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
34
1 M gH MegaJoules 2
gH M 180 f H BIASA DIGUNAKAN DALAM PERSAMAAN AYUNAN ROTOR (SWING) YANG DINYATAKAN DALAM TORQUE (KOPEL) DENGAN SATUAN NEWTON – METERS. M BIASA DIGUNAKAN DALAM PERSAMAAN AYUNAN ROTOR (SWING) YANG DINYATAKAN DALAM P DENGAN SATUAN MEGA WATTS. Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
35
KRITERIA LUAS SAMA (EQUAL AREA CRITERION) PERSAMAAN AYUNAN ROTOR :
Md Pem Pshaft DIMANA,
Pem Pmax sin d PENYELESAIAN DARI PERSAMAAN DIATAS MERUPAKAN BENTUK OSILASI (TEREDAM/DAMPED - UNTUK KEADAAN STABIL). Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
36
BILA UNTUK SUATU PERSAMAAN AYUNAN ROTOR DAPAT DITUNJUKKAN BAHWA NILAI DARI PADA δ MENCAPAI MAKSIMUM DAN KEMUDIAN BERKURANG (ATAU SEBALIKNYA) , MAKA DIKATAKAN SISTEM STABIL (MAMPU MEMPERTAHANKAN KESTABILANNYA). MAKA, AGAR SISTEM STABIL (PERSYARATAN UNTUK STABIL) HARUS DIPENUHI :
dd 0 dt UNTUK MAKSIMUM/MINIMUM YANG PERTAMA BILA PERSYARATAN STABIL DIATAS DIAPLIKASIKAN PADA PERSAMAAN AYUNAN ROTOR DARI SUATU SISTEM KRITERIA LUAS SAMA UNTUK MENENTUKAN SISTEM STABIL ATAU TIDAK STABIL Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
37
Md Pem Pshaft
d 2
Md Pshaft Pem x d
2 d 2 M
2 Mdd ( Pshaft Pem )d x M
2dd
2 ( Pshaft Pem )d M
d
d ( P
2 d M
d 2 2 dd d ( Pshaft Pem ) x dt dt M dt
dd 2
2 ( Pshaft Pem )dd K M shaft
Pem )dd
0
d
d ( P
shaft
Pem )dd
0
d 0 d
2 ( Pshaft Pem )dd M
d ( P
shaft
Pem )dd 0
0
d
d P
d
dd Pem dd
shaft
0
d0
LUASAN DIBAWAH Pshaft SAMA DENGAN LUASAN DIBAWAH Pem Electric L8 - Olof DENGAN BATAS DARI δ0 Power S/D Systems δ Samuelsson
38
Pem
: Luasan dibawah Pem
: Luasan dibawah Pshaft
Y-Axis
P MAX
PshaftP M
δ0
δ
90 o
180 o
d
Luasan dibawah Pshaft = Luasan dibawah Pem Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
39
Pem
P MAX
Y-Axis
Luasan diatas Pshaft
PshaftP M Luasan dibawah Pshaft
Berimpit
δ0
δ
90 o
180 o
Luasan diatas Pshaft = Luasan dibawah Pshaft Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
40
d
PENERAPAN KRITERIA LUAS SAMA
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
41
E’d
1
X12=0.3
2
Xt=0.2 Inf.
X’d=0.3
X12=0.3
V=1.0
Daya yang dibangkitkan generator pada Infinite bus : P = 0.6 pu. dengan pf. 0.8 lagging. Tegangan infinite bus 1.0 pu Tentukan : a. Daya input maksimum yang bisa diberikan pada generator dan tidak lepas sinkron (stabil) b. Sama dng (a), tetapi generator dlm keadaan beban nol (tegangan internal generator disumsikan tetap, Electric Power Systems L8 - Olof sama dengan yang telah ditentukan di (a))42 Samuelsson
Equal-area criterion applied to the sudden change in power
2
Power, per unit
1.5
1
0.5
0
0
20
40
60
80 100 120 Power angle, degree
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
140
160
180
43
Initial Power
=
Initial Power Angle
= 16.791 degree
Sudden Initial Power
=
1.084 pu
Total Power for Critical Stability
=
1.684 pu
Maximum Angle Swing
=125.840 degree
New Operating Angle
= 54.160 degree
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
0.600 pu
44
Equal-area criterion applied to the sudden change in power
2
Power, per unit
1.5
1
0.5
0
0
20
40
60
80 100 120 Power angle, degree
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
140
160
180
45
Initial Power
=
0.000 pu
Initial Power Angle
=
0.000 degree
Sudden Initial Power
=
1.505 pu
Total Power for Critical Stability
=
1.505 pu
Maximum Angle Swing
=133.563 degree
New Operating Angle
= 46.437 degree
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
46
E’g
E~ F
P NORMAL A3 A5
Psh
A1
A4
SELAMA GANGGUAN
A2
A6 d6
d1
d2
A1 + A2 = A 3
drcl
dm
d
STABIL
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
47
Exercise 1 • Sketch (dng Matlab) utk gangguan yang bersifat sementara, tapi TAK STABIL dan STABIL • Sketch (dng Matlab) utk gangguan permanen. Jelaskan apakah sistem STABIL atau TAK STABIL.
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
48
E’g
E~
F
P 2 SALURAN
A3
A2 Psh
A4
A5
A1
21SALURAN SALURAN SELAMA GANGGUAN
d1 d2 d i
drcl
A1 + A3 = A2 + A4
dm
dlimit
d
STABIL
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
49
Exercise 2 • Sketch (dng Mat lab) utk gangguan yang bersifat sementara, tapi TAK STABIL (dan STABIL) • Sketch (dng Matlab) utk gangguan permanen, tapi STABIL. • Sketch (dng Matlab) utk gangguan permanen, tapi TAK STABIL Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
50
SUDUT KRITIS (δC) dc
A1 Pch d c d1 r1Pm sin d dd
Pm sin d
d1
Psh d c d 1 r1 Pm cos d c cos d 1
A2
r2 Pm sin d
Psh
A1 r1 Pm sin d d1
dc
dm
d
dm
A1 r2 Pm sin d dd Psh (d m d c ) dc
r2 Pm cos d c cos d m Psh d m d c
A1 = A2 Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
51
Psh / Pm d m d 1 r2 cos d m r1 cos d 1 d c cos r2 r1 1
Psh Pm sin d1 Psh r2 Pm sin d m
d1 sin
1
d m sin 1
Psh Pm Psh R2 Pm
(Satuan RADIAN)
(Satuan RADIAN)
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
52
E’d
1
X12=0.3
2
Xt=0.2 Inf. X12=0.3
X’d=0.3
V=1.0
F Generator sinkron dng konstanta inertia H=5 MJ/MVA. Data pada diagram segaris mempunyai base sama. Daya yang dibangkitkan generator pada Infinite bus : P = 0.8 pu., Q = 0.074 pu. Tegangan infinite bus 1.0 pu
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
53
a. Hubung singkat 3 fasa temporer terjadi di F. Bila gangguan diamankan langsung dengan kedua CB dari dua saluran yang terhubung pada bus 1 terbuka/trip (tidak ada kurva P vs δ utk selama gangguan), tentukan sudut kritisnya (δc) – saat kedua CB reclose. b. Hubung singkat 3 fasa permanen terjadi pada pertengahan salah satu saluran. Gangguan diamankan dengan membuka CB-CB pada saluran yang mengalami gangguan. Tentukan sudut kritisnya (δc) – saat CB trip/membuka. Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
54
Application of equal area criterion to a critically cleared system Critical clearing angle = 84.7745 1.8 1.6
Power, per unit
1.4 1.2 1 Pm
0.8 0.6 0.4 0.2 0
0
20
CB trip
40
60
80 100 120 Power angle, degree
140
160
180
CB reclose Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
55
Application of equal area criterion to a critically cleared system Critical clearing angle = 98.8335 1.8
P = 1.80 sin d
1.6
Power, per unit
1.4
P = 1.46 sin d
1.2
r2 = 0.8
1 Pm
0.8
P = 0.65 sin d
0.6 0.4
r1=0.36
0.2 0
0
20
40
d1= 26.390
60
80 100 120 Power angle, degree
dc= 98.800
140
160
180
dm= 146.580
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
56
CONTOH SOAL
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
57
Contoh 1 :
Jika CB terbuka, tentukan : a. Sudut d1, d2 dan dm ( gambar P vs d di bawah ). b. Apakah sistem stabil atau tidak ? Jika stabil hitung d3 (gambar P vs d di bawah ).
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
58
Kurva P vs d P
A1
sebelumgangguan gangguan sebelum PP1 = P P 1msin sindd
A2
1
1m
P sh gangguan terjadi ((CB CB terbuka) terbuka ) selama gangguan P2 sin dd =r r1.PP1msin sin dd P =P2m P sin 2
2m
2 1m
d d1
d2
d3
dm Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
59
Sebelum gangguan terjadi :
X eq1 j 0,2
P1
E g .V X eq1
j 0,4.( j 0,2 j 0,2) j 0,4 j 0,4 ( j 0,2 j 0,2)
sin d
1,2.1 sin d 3,0 sin d 0,4
P1 P1m sin d
1,5 3,0 sin d1
jika P1 = Psh,
d = d1, maka :
d1 sin 1 (0,5) 30 o
sin d1 Electric 0,5 Power Systems L8 - Olof Samuelsson
60
Gangguan terjadi (CB terbuka) :
X eq 2 j 0,2 j 0,4 j 0,6
V EEgg.V 11,,22..11,0 P12 sindd ,0 sin P sin sinsin d d 2,02sin d d XXeqeq22 0,06,6
P2 P2 m sin d
1,5 2,0 sin d
d 2 48,6 o
jika P2 = Psh, maka :
sin d 0,75 d sin 1 (0,75) 48,6 o atau 131,4 o o dan PowerdSystems 131 , 4 Electric L8 Olof 61 m Samuelsson
SISTEM STABIL, KARENA DAPAT DIPEROLEH LUASAN YANG SAMA DIATAS Psh DENGAN LUASAN DIBAWAH Psh.
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
62
Contoh 2 : (lihat diagram contoh 1) Jika terjadi Hubung Singkat 3 Fasa di F (permanen) Sebelum gangguan terjadi :
P1 P1m sin d 3,0 sin d
Selama gangguan terjadi (CB belum trip) :
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
63
P3
E g .V X eq 3
1,2.1 sin d sin d 1,2 sin d 1
P3 P3m sin d 1,2 sin d
P3m 1,2
Setelah gangguan terjadi (CB trip) :
P2 P2m sin d 2 sin d
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
P2 m 2
64
Bila CB trip pada δ=60o : P
Sebelum gangguan : A1 A
A2
1
A
sebelum gangguan
2
gangguan setelah P
s
P1 P1m sin d 3,0 sin d Selama gangguan :
h
P3 P3m sin d r2 .P1m sin d 1,2 sin d selama gangguan d d
d 1
0 δ=60
d
P3m . sin d 1,2 r2 P1m . sin d 3
Setelah gangguan :
P2 P2 m sin d 2,0 sin d P2 m . sin d 2 r1 Systems L8 - Olof P1m . sin d Electric 3 Power Samuelsson
65
d2
A1 Psh (d 2 d1 ) r2 .P1m . sin d dd d1
Psh (d 2 d1 ) r2 .P1m .(cos d 2 cos d1 ) 1,5(60 o 30 o )
1,2 3 (cos 60 o cos 30 o ) 3
0,7854 0,4392 0,3462
dm
A2 (r1 .P1m . sin d dd ) Psh (d m d 2 ) d2
r1 .P1m .(cos d 2 cos d m ) Psh (d m d 2 )
2 3 (cos 60 o cos 131,4 o ) 1,5(131,4 o 30 o ) 3
2,3226 1,8692 0,4534
Karena luas A2 ( 0,4534) lebih besar dari A1 ( 0,3462 ) maka sistem stabil. Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
66
Menghitung δkritis P P
A1 A
A2
1
A
gangguan d sebelum
2
setelah gangguan P
s
h
selama gangguan d d
d 1
δ1
δc
d
δm
δc = δkritis Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
67
Psh ( d d ) r cos d r cos d m 1 1 m 2 1 P 1 1m d c cos r r 1 2 2 1,2 1,5 o o o o ( 131 , 4 30 ) cos( 131 , 4 ) cos 30 1 3 3 3 d c cos 2 1 , 2 3 3
Diubah radian 1 1,5( 2,2934 0,5236) 2(-0,6613) 1,2(0,866) 1 d c cos cos (0,3659) 0,8
d c 68,54 o 1,1962rad
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
68
Bila CB terbuka pada δ=90o
sebelum gangguan setelah gangguan
selama gangguan
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
69
Gangguan Temporer, Sistem Tidak Stabil
sebelum gangguan
P sh
A2
A3
A1
setelah gangguan selama gangguan
do
d o df d o Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
d
70
Keterangan : Pada saat d1=30o terjadi gangguan hubung singkat ke tanah. Pada saat d2=105o CB-CB terbuka ( trip ) dan gangguan masih berlangsung, beban hanya disuplai melalui satu saluran, Pada saat d3=120o CB-CB menutup (recloser bekerja) dan gangguan hilang
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
71
Gangguan Temporer, Sistem Stabil
A3
P sh
sebelum gangguan
A2
A1
setelah gangguan selama gangguan
d = 30o
d= 90o d = 70o ds Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
d
72
Exercise 3 • Kerjakan lagi contoh 1 dan 2, sketch (dng Matlab) P vs δ -nya
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
73
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
74
CONTOH SOAL
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
75
Charles Gross, prob. 12.5 dan 12.7 c
b 0 ,3 0
Eg’=?
a
G en era to r
d 0 ,0 5
X ' = X = 0. 1 5 d q
00,1 ,0 1
e
0 ,0 5
0 ,2 0
B1
B2
o 1 ,0 0 d=In fi n i te bu s
S=1+j0.2 pu
Tentukan :
P=Psh
a. Eg’ b. Sudut kritis, bila gangguan hubung singkat 3 fasa terjadi pada bus e, dan gangguan diisolasi dengan terbuka/trip Electric nya CB : B1 dan B2 Power Systems L8 - Olof 76 Samuelsson
Q
PREFAULT b j0,15
a
c
j0,30
j0,05
j0,05 j0,10
e
d
j0,20
1,0
E'q
j X j0,15 j0,05 I (conjugate)
j0.30 j0,20 j0,10 j0,05 j0,15 j0,05 j0,15 j0,05 j0,4 j0.30 j0,20 j0,10
S 1,0 j0,2 1,0 j0,2 I 1.0 j0,2 1,0198 11,310 V 1 j0
E 'q V I j x 1 1,0198 11,310
0,4 90 1 j0 0,0799 j0,4 0
1,0799 j0,4 1,1516 20,32 0 Jadi E 1,1516 pu dan d 0 20,320
Pe
E 'q V X
o 0
, 11516 1 sin d 2,88 sin d sin d Electric Power Systems L8 - Olof 0,4 Samuelsson
77
FAULTED b j0,15
a
c
j0,30
j0,05
j0,05
2
1
j0,20
j0,10 3
E'q
d
1,0
Transformasi ; Z1 Z2 Z3
j 0,3 j 0,1
0,03 j 0,05 j 0,3 j 0,2 j 0,1 j 0,6
j 0,3 j 0,2
0,06 j 0,1 j 0,3 j 0,2 j 0,1 j 0,6
j 0,1 j 0,2
0,02 j 0,0333 j 0,3 j 0,2 j 0,1 j 0,6 Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
78
o 0
j0,2
j0,05
j0,1
j0,05
j0,0333 0o
1,0
E'q
jX j0,2
j0,05
j0,1
j0,05
j0,0333 1,0
E'q
Transformasi jX
;
j 0,25 j 0,0333 j 0,25 j 0,15 j 0,15 j 0,0333
j 0,25 j 0,15
j 0,0333
j 0,25 j 0,15
j 15261 , j 0Electric ,0333 Power Systems L8 - Olof Samuelsson
79
o 0
j1,5261
jX
1,0
E'q
Pe
E 'q V jX
sin d
1152 1 , 15261 ,
sin d 0,7549 sin d
Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
80
o 0
POSTFAULT b j0,15
a
c
j0,30
j0,05
j0,05
d
1, 0
E'q
j X j0,15 j0,05 + j0,30 j0,05 j0,55 E 'q V
sin d
, 11516 1 sin d 2,0945
Pe
Pe
Pm 1 2,0945 sin d
d
28,520
X
0,55
Sin d
sin d
1 2,0945
d sin1 0,4774
dan d 180 0 28,520 151,480 Electric Power Systems L8 - Olof Samuelsson
81
0
o