PEMULIHAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (BMT) PASKA BENCANA ALAM DI KABUPATEN KLATEN Sharia Microfinance Recovery after Disaster in Klaten Resisdency
Sri Murwanti (
[email protected]) Muhammad Sholahuddin (
[email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi BMT untuk pemulihan kondisi keuangan lembaga tersebut paska bencana gempa bumi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu analisis Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini adalah untuk memulihkan kondisi keuangan paska bencana alam gempa bumi, maka BMT menggunakan dua strategi. Untuk mengurangi Non Performing Finance (NPF) dan mendapatkan lembaga pendanaan social untuk bencana. Strategi pertama, BMT menggunakan cara penskedulan ulang, pengkodisian ulang dan restrukturisasi. Berbagai cara tersebut terbukti mampu mengurangi NPF. Sedangkan implementasi strategi kedua, BMT mencari pendanaan untuk mengurangi kerugian akibat bencana yang didapat dari anggaran pemerintah pusat dan daera, PKBL dan lembaga social kemasyarakatan seperti GTS dan bank syariah. Kata Kunci: BMT, kualitatif, rescheduling, rekondisi, restrukturisasi ABSTRACT The aim of this research is to analyze strategy of sharia microFinance (BMT) to recover their financial condition after earthquake. This research uses Qualitative method with Miles dan Huberman analysis. The result of the research is to recover the financial condition after earthquake, BMT uses two strategy: To alleviate Non Performing Finance and to search funding foundation. BMT implement rescheduling, reconditioning, dan restructuring to alleviate non performing financing. The second strategy is BMT searching of funding from government's budgeting, province's budgeting, PKBL (government's firm), foreign non government organization (NGO) i.e. GTZ and sharia banking. Key Words: microFinance, qualitative, rescheduling, reconditioning, restructuring
1
PENDAHULUAN
2011 mengalami kenaikan sebesar 0,55%,
1. Latar Belakang
kenaikan kredit macet ini diduga disebabkan oleh faktor bencana alam
Setidaknya ada dua bencana alam besar
yang terjadi
diwilayah sekitar Klaten.
yang terjadi di wilayah Kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah dalam sepuluh tahun
Pemulihan
ekonomi
paska
gempa
berbagai
pihak
dengan
terakhir ini, yaitu gempa bumi dan gunung
dilakukan
meletus. Pada tanggal 27 Mei 2006, gempa
mengoptimalkan potensi yang ada di daerah
bumi terjadi di tengah wilayah Indonesia dekat
gempa
kota sejarah, Yogyakarta. Gempa tersebut
pemberdayaan
berpusat di Samudra Hindia pada jarak sekitar
syariah
33 kilometer di selatan Kabupaten Bantul,
lembaga keuangan mikro syariah sendiri pun
gempa ini mencapai kekuatan 5,9 pada Skala
mengalami permasalahan keuangan karena
Richter dan berlangsung selama 52 detik.
banyak nasabahnya yang mengalami kredit
Catatan
macet karena menjadi korban gempa. Untuk
World
Bank
pada
Juni
2006
oleh
dan
untuk
sekitarnya, lembaga ekonomi
termasuk
keuangan mikro.
mikro Namun,
menyebutkan kerusakan dan kerugian yang
menyehatkan
disebabkan oleh bencana alam ini mencapai
lembaganya juga harus sehat terlebih dahulu.
nasabahnya,
tentunya
nilai lebih kurang Rp. 29 Triliun. Perkiraan awal mengisyaratkan bahwa produk domestik
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN
bruto daerah ini bisa jatuh 5% dengan
HIPOTESIS
penyusutan ekonomi 18% di kabupaten-
1. Lembaga Keuangan
kabupaten yang paling menderita dampaknya (http://www.aset_ &Jateng.com)
Secara umum lembaga keuangan
gempa_yogya
dapat dikelompokkan menjadi Lembaga
(World Bank, 2006).
Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga
Kabupaten klaten yang pernah terjadi kemandegan
Keuangan Bukan Bank (LKBB). Lembaga
pertumbuhan ekonomi kecil di daerah yang
keuangan dapat diartikan sebagai perantara
terkena gempa serta kredit macet di berbagai
bagi pihak kelebihan dana dan kekurangan
lembaga keuangan dengan nasabah para
dana. Dengan demikian peranan lembaga
korban gemba. Berdasarkan penelitian yang
keuangan merupakan perantara keuangan
dilakukan oleh Saraswati (2012), kredit macet
bagi masyarakat. Lebih jelas dan luasnya
bulan November 2010 ke bulan Desember
pengertian lembaga keuangan tertera dalam
2010 mengalami kenaikan sebesar 0,44%, dan
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
dari bulan Desember 2010 ke bulan Januari
pasal 1 ayat 3 yang menetapkan bahwa
gempa
mengakibatkan
2
salah satu bentuk usaha bank adalah
BMT, sesungguhnya sangat diperlukan
menyediakan
atau
untuk menjangkau dan mendukung para
berdasarkan
pengusaha mikro dan kecil di seluruh
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan
pelosok Indonesia yang belum dilayani
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
oleh perbankan yang ada saat ini. Sebagai
(Dendawijaya, 2003).
gambaran, usaha kecil mikro terdiri dari
melakukan
pembiayaan kegiatan
Perbedaan
dan
lain
antara
keduanya
sektor formal dan informal, yang menurut
hanyalah pada pola operasionalnya, yaitu
data Bappernas mencapai angka hampir 40
lembaga keuangan bukan bank tidak boleh
juta. Peluang pengembangan BMT di
menarik dana melalui giro, deposito,
Indonesia
maupun tabungan seperti yang dilakukan
mengingat usaha mikro dengan skala
oleh lembaga keuangan bank. Demikian
pembiayaan di bawah Rp.5 juta adalah
pula dengan operasional penyaluran dana,
segmen pasar yang dapat dilayani dengan
hanya
efektif oleh lembaga ini. Sementara di sisi
diperbolehkan
untuk
diberikan
sebagai kredit investasi jangka panjang.
sesungguhnya
sangat
besar,
lain, keberadaan perbankan yang mampu melayani segmen pasar ini sangat terbatas
2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Konsep dasar BMT telah ada sejak
jumlahnya.
zaman Nabi Muhammad SAW, tetapi
Secara legal formal BMT atau
belum berbentuk lembaga yang mandiri
padanan kata lain Balai Usaha Mandiri
(Rasidi, 2007). Baitul Maal baru berdiri
Terpadu adalah sebagai lembaga keuangan
sebagai lembaga ekonomi tersendiri pada
mikro berbentuk badan hukum koperasi
masa Khalifah Umar bin Khattab dan
(Rasidi,2007). Sistem operasional BMT
usulan ahli fikih, Walid bin Hisyam, sejak
mengadaptasi sistem perbankan syariah
itu
menjadikan
institusi
yang
Baitul
Maal
sebagai
yang menganut sistem bagi hasil. Baitul
penting
bagi
negara.
Maal dalam bahasa Indonesia artinya
Keberadaan BMT sebagai salah satu
rumah
perintis lembaga keuangan dengan prinsip
lembaga ini dapat mengelola dana yang
syariah di Indonesia, dimulai dari ide para
berasal dari zakat, infak, dan sedekah
aktivis Masjid Salman ITB Bandung yang
(ZIS).
mendirikan
Keahlian
keunggulan dari BMT dalam hubungannya
Teknosa pada 1980. Koperasi inilah yang
dengan pemberian pembiayaan kepada
menjadi cikal bakal BMT yang berdiri pada
pihak yang tidak memiliki persyaratan /
tahun 1984. Lenbaga keuangan semacam
jaminan yang cukup. BMT memiliki
Koperasi
Jasa
3
zakat.
Sebagai
Disinilah
rumah
sebenarnya
zakat,
letak
konsep pembiayaan kebijakan (qardhul
kehidupan ekonomi masyarakat terutama
hasan) yang diambil dari dana ZIS atau
masyarakat dengan usaha skala kecil
dana
(Rasidi, 2007).
sosial.
Dengan
adanya
model
pembiayaan ini, BMT tidak memiliki risiko
BMT mulanya diartikan sebagai
kerugian dari kredit macet yang mungkin
Balai
saja
BMT
singkatannya juga BMT. Baitul Maal Wat
memiliki semacam jaminan/ proteksi sosial
Tamwil adalah lembaga ekonomi atau
melalui pengelolaan dana baitul maal
keuangan syariah non perbankan yang
berupa dana ZIS ataupun kelompok yang
sifatnya informal. Disebut informal karena
berorientasi sosial. Proteksi sosial ini
didirikan
menjamin distribusi rasa kesejahteraan dari
Masyarakat (KSM) yanng berbeda dengan
masyarakat yang punya. Dengan demikian,
lembaga keuangan perbankan dan lembaga
terjadi komunikasi antara dua kelas yang
keuangan formal lainnya.
terjadi.
Jadi,
sebenarnya
berbeda yang akan memberikan dampak
Mandiri
oleh
Terpadu
kelompok
yang
Swadaya
4. Status Dan Badan Hukum
positif kepada kehidupan sosial ekonomi
Menurut Muhammad (2000) secara
komunitas masyarakat sekitar.
prinsip BMT memiliki sistem operasi BPR Syariah. Namun ruang lingkup dan produk
3. Definisi BMT Penggunaan istilah BMT diambil dari kata-kata Tamwil,
Usaha
yang
Baitul Maal wa Baitul
yang
kemudian
dihasilkan
berbeda.
Berkenaan
dengan itu, badan hukum yang dapat
dalam
dipakai oleh BMT (berkembang sampai
perkembangannya menjadi Baitul Maal wa
sekarang) adalah sebagai berikut:
Tamwil yang disingkat menjadi BMT
a) Kelompok Swadaya
(Rasidi, 2007). Ada dua bagian dari BMT
(KSM)
yang
Bila BMT didirikan dalam bentuk
keduanya
memiliki
fungsi
dan
pengertian yang berbeda.
Masyarakat
KSM, maka BMT akan mendapat
Pertama, Baitul Maal merupakan
sertifikasi operasi dari Pusat Inkubasi
lembaga penerima zakat, infak, sadaqoh
Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) yang
(ZIS) dan sekaligus menjalankannya sesuai
mendapat
dengan
Indonesia
peraturan
dan
amanahnya.
pengakuan (BI)
dari
Bank
sebagai lembaga
Sedangkan Baitul Tamwil adalah lembaga
pengembangan swadaya masyarakat
keuangan yang berorientasi bisnis dengan
yang mendukung program hubungan
mengembangkan
produktif
bank dengan KSM. KSM juga dapat
dan investasi dalam meningkatkan kualitas
berfungsi sebagai prakoperasi dengan
usaha-usaha
4
tujuan mempersiapkan segala sesuatu
dimanfaatkan untuk mengefektifkan
supaya BMT bisa menjadi koperasi
penggunaan zakat, infak dan sadaqoh
BMT. Bila para pengurus siap untuk
bagi kesejahteraan orang banyak;
mengelola BMT dengan baik dengan
c) Ditumbuhkan
badan hukum koperasi, maka BMT
berlandaskan
dapat dikembangkan dengan badan
masyarakat disekitarnya;
hukum koperasi;
d) Milik bersama masyarakat kecil
b) Koperasi
bawah dan kecil dari lingkungan BMT
Bila pada awal pendirian telah ada
itu sendiri, bukan milik orang seorang
kesiapan,
maka
dari luar masyarakat itu;
didirikan
dengan
BMT Badan
langsung Hukum
e) Dalam
dari
pada
melakukan
bawah peran
dan serta
kegiatannya
Koperasi. Dalam hal ini ada dua
para pengelola BMT bertindak aktif,
alternatif (pilihan) yang bisa diambil :
dinamis, berpandangan proaktif, tidak
a. Sebagai koperasi serba Usaha untuk
menunggu tetapi menjemput nasabah,
perkotaan, b. Sebagai Koperasi Unit
baik sebagai penyetor dana maupun
Desa (KUD), c. Sebagai Koperasi
sebagai penerima pembiayaan usaha;
pondok Pesantren (KOPONTREN);
f) Melakukan
c) MUI, ICMI,BMI
wawasan dan pengamalan nilai-nilai
Dalam
hal
ini
LPSM
bernama
upaya
peningkatan
Islam kepada semua personil dan
PINBUK yang dalam kepengurusannya
nasabah
BMT. Biasanya dilakukan
mengikutsertakan unsur-unsur DMI,
dengan
pengajian-pengajian
IPHI, pejabat tinggi negara
diskusi-diskusi
yang
terkait, BUMN dan lain-lain.
dengan
atau
topik-topik
yang terencana; g) Manajemen BMT dikelola dan diselenggarakan secara profesional dan
5. Ciri-Ciri BMT Menurut
Muhammad
(2000)
lembaga
keuangan
informal,
sebagai
Islami;
BMT
h) Kantor dibuka dalam waktu tertentu
memiliki beberapa ciri.
dan ditunggu oleh sejumlah staf yang
a) Berorientasi bisnis, mencari laba
terbatas, karena sebagian besar staf
bersama, meningkatkan pemanfaatan
harus
ekonomi, paling banyak untuk anggota
mendapatkan nasabah penyetor dana,
dan lingkungannya;
memonitor dan mensupervisi usaha
b) Bukan lembaga sosial tetapi dapat
nasabah. 5
bergerak
dilapangan
untuk
penelitian
tentang
Analisis
Hubungan
Pemberian Pembiayaan Mudharabah BMT
6. Kajian Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini penulis ingin
UMS Terhadap Perkembangan Usaha Kecil
melampirkan hasil penelitian sebelumnya yang
Pasar Kleco Surakarta, menyimpulkan bahwa
berkaitan dengan analisis pengaruh pemberian
perkembangan usaha yang dilihat dari tingkat
pembiayaan
terhadap
penjualan dan tingkat keuntungan sebelum dan
peningkatan pendapatan pedagang kecil di
sesudah mendapat pembiayaan mudharabah
pasar Sukoharjo.
ada perbedaan yang signifikan.
mudharabah
Poncowati
BMT
melakukan
Samson Suwarsono (2011) menyimpulkan
penelitian dengan populasi sebanyak seratus
bahwa kredit macet selalu saja ada tiap tahun.
pedagang dengan judul “ Evaluasi Pengaruh
Faktor penyebab terjadinya kredit macet meliputi:
Kredit BMT Amanah Terhadap Peningkatan
karakter nasabah, maslah ekonomi nasabah dan
Keuntungan Pedagang Kecil Di Kecamatan
faktor bencana alam. Antisipasi yang dilakukan
Punggelan Kabupaten Banjarnegara “. Hasil
oleh pihak BMT Surya adalah melakukan analisis
menelitiannya menyimpulkan bahwa pengaruh
kelayakan
kredit
pengawasan terhadap pembiayaan yang telah
yang
peningkatan
(2002)
dilakukan
BMT
keuntungan
terhadap
pedagang
kecil
pembiayaan
dan
melakukan
dikeluarkan.
mempunyai pengaruh positif yang signifikan
Hal yang dilakukan oleh BMT Surya dalam
terhadap peningkatan keuntungan
menyelesaikan kredit macet antara lain adalah
Wijayanto (2003) melakukan penelitian
sebagai berikut:
tentang “Analisis Hubungan Kredit BMT Al-
a.
Pihak
BMT
Surya
melakukan
analisis
Fattah Terhadap Perkembangan Usaha Kecil
mengenai penyebab kredit tersebut menjadi
Di
macet.
Kecamatan
penelitian
Susukan
Salatiga”,
menyimpulkan
perkembangan usaha kecil
hasil bahwa
b.
Pihak BMT Surya memberikan bantuan
ditinjau dari
berupa masukan-masukan dalam menjalankan
penjualan sebelum dan sesudah mendapatkan
dana hasil pinjaman agar usaha dari si debitur
kredit tidak ada perbedaannya, penggunaan
bisa
kredit mempunyai hubungan yang kuat dan
membayar
positif
angsuran pinjaman pada BMT Surya.
terhadap
volume
penjualan
dan
keuntungan yang diperoleh, penggunaan kredit mempunyai
pengaruh
terhadap
c.
volume
berjalan
lancar
kewajiban
dan
debitur
untuk
membayar
Pihak BMT Surya mulai mengambil tindakan untuk menyelesaikan kredit macet
penjualan dan tingkat keuntungan
bisa
yang
terjadi pertama pihak BMT Surya melakukan
Suciningsih (2005) yang melakukan
pendekatan 6
pada
nasabah
untuk
bisa
menentukan tindakan apa saja yang akan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan
diambil,
cara tanya jawab langsung dengan
biasanya
pihak
BMT
Surya
melakukan negosiasi dengan nasabah tentang
responden
bagaimana
b. Observasi
kelanjutan
tanggung
jawab
debitur, bisa dilakukan dengan rescedulling
Yaitu teknik pengumpulan data dengan
dan atau penyitaan baran agunan.
cara
Hambatan yang sering dihadapi pihak
melakukan
pencatatan
pengamatan
dan
langsung
ke
secara
BMT Surya dalam menangani maslah kredit
perusahaan.
macet ini adalah nasabah sulit untuk ditemui ,
c. Dokumentasi
hal ini mengakibatkan komunikasi dengan
Yaitu suatu pengumpulan data dengan
nasabah secara kekeluargaan sulit untuk dijalin,
cara mempelajari dokumen-dokumen
sehingga mempersulit pihak BMT Surya untuk
yang diperlukan
dapat mengidentifikasi nasabah untuk dapat
perusahaan untuk mendukung validitas
menyelesaikan kredit macet yang dialami
data.
nasabah tersebut.
d. Studi Pustaka
yang ada dalam
Data yang dikumpulkan dari literatur buku
dan
mendukung diteliti.
ilmiah
masalah
yang
Data
literatur,
METODE PENELITIAN
karya
ini mencakup
jurnal dan karya
yang sedang buku ilmiah
lainnya.
1. Data dan Sumber Data Adapun data yang diperlukan dalam
3. Metode Analisis
penelitian ini adalah data primer dan
Penelitian
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui
ini
adalah
penelitian
kualitatif. Morse dan Field (1995)
sumber yang ada (Sekaran, 2006: 77). Data
mengenali empat proses-proses:
diperoleh dari BMT A, B, C dan D yang
a. Memahami
mengalami gempa.
Awal proses analitik, peneliti-peneliti kualitatif
2. Metode Pengumpulan Data
berusaha
untuk
bisa
mempertimbangkan data dan belajar
Pengumpulan data pada penelitian ini
mencari ” apa yang terjadi.” Bila
dilakukan dengan menggunakan metode:
pemahaman dicapai, peneliti bisa
a. Interview
menyiapkan cara deskripsi peristiwa, 7
dan data baru tidak ditambahkan
Metode Analisis kualitatif yang digunakan
dalam uraian. Dengan kata lain,
adalah analisis Miles dan Huberman, yaitu
pemahaman
data di lapangan direduksi, data disajikan
diselesaikan
bila
kejenuhan telah dicapai.
kemudian data diverifikasi.
b. Sintesis Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. `Pada langkah
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
ini, peneliti mendapatkan pengertian
Untuk melakukan pemulihan keuangan, lembaga
dari apa yang “khas” mengenai suatu peristiwa
dan
cakupannya. sintesis,
apa
Pada
peneliti
variasi
keuangan mikro menjalankan strategi pemulihan
dan
akhir
proses
dapat
mulai
nasabah yang mengalami kemacetan pembiayaan (kredit bermasalah) dan kekurangan dana talangan. 1. Strategi mengatasi Pembiayaan Macet
membuat pernyataan umum tentang
Strategi
peristiwa mengenai peserta studi.
sistem
Selama
proses
pemilihan teori,
lembaga
data.
Rescheduling
kembali)
yang diberikannya kepada sebitur. Cara ini
hemat
dilakukan
jika
ternyata
pihak
debitur
(berdasarkan penelitian dan perhitungan yang
d. Recontextualisasi
dilakukan account officer) tidak mampu untuk
Proses dari recontextualisasi meliputi
memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran
pengembangan teori lebih lanjut dan
kembali angsuran pokok maupun kewajiban
aplikabilitas untuk kelompok lain diselidiki.
(penjadwalan
keuangan mikro untuk menyelamatkan kredit
diperoleh.
yang
dapat
merupakan upaya pertama dari pihak lembaga
untuk
dikembangkan sampai yang terbaik paling
syariah
a. Rescheduling
apakah “cocok” dengan data. Proses
penjelasan
mikro
Restructuring , Kombinasi 3-R dan Eksekusi
penjelasan ini sampai menentukan
dan
keuangan
sebagai berikut: Rescheduling , Reconditioning ,
dari peristiwa dan kemudian menjaga
dilanjutkan
usaha
melakukan beberapa tindakan penyelamatan
peneliti
mengembangkan penjelasan alternatif
teoritis
Dalam
mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak
c. Teoritis Meliputi
pemulihan
Di
lainnya.
dalam
Rescheduling adalah penjadwalan kembali
pemeriksaan terakhir pengembangan
sebagian
teori, adalah teori harus generalisasi
atau
seluruh
kewajiban
debitur.
Misalnya, angsuran pokok pinjaman (pokok
dan sesuai konteks. 8
kredit) yang semula dijadwalkan akan selesai
masalah yang dihadapi oleh debitur dalam
dalam jangka waktu 4 tahun diubah jadwalnya
pelaksanaan proyek atau bisnisnya.
sedemikian rupa sehingga pelunasan kredit akan
1) Tingkat cost of capital yang equivalent
memakan
waktu
5
tahun.
Hal
tersebut
rate, misalnya dari sebesar 24% p.a.
disesuaikan dengan proyeksi arus kas (projected
diturunkan menjadi 20% p.a.
cash flow) yang bersumber dari kemampuan
2) Persyaratan
untuk
pencairan
kredit,
usaha debitur yang sedang mengalami kesulitan.
misalnya ditetapkan sebelum dilakukan
1) Jadwal angsuran per triwulan diubah
pencairan kredit (loan disbursement),
menjadi per semester atau jadwal angsuran
antara lain harus direkrut beberapa
bulanan
tenaga
diubah
menjadi
triwulanan sehingga
angsuran
ahli
asing
yang
akan
seluruh pelunasan
melaksanakan proyek, tetapi karena
pokok pinjaman menjadi lebih panjang
kondisi proyek serta pembiayaan tidak
waktunya.
memungkinkan, persyaratan tersebut
2) Besarnya
angsuran
diperkecil
dengan
pokok pinjaman jangka
tidak diperlukan atau bahkan ditiadakan
waktu
sama sekali.
angsuran yang sama sehingga pelunasan
3) Jaminan
kredit
(agunan),
pokok pinjaman secara keseluruhan
jaminan
menjadi lebih lama.
diberikan/diserahkan
yang
beberapa
semula
harus
debitur
kepada
3) Kombinasi dari perubahan jangka waktu
lembaga keuangan mikro terpaksa tidak
beserta besarnya tiap angsuran pokok
bisa terlaksana karena beberapa alasan,
yang pada akhirnya akan menyebabkan
misalnya tanah yang akan dijamin
perpanjangan waktu pelunasan pokok
rusak.
kredit.
4) Jenis serta besarnya beberapa fee yang harus dibayar debitur kepada bank,
a. Reconditioning Reconditioning
usaha
misalnya dalam kasus yang terjadi pada
pihak lembaga keuangan mikro untuk
kredit sindikasi (kredit yang diberikan
menyelamatkan
kepada satu debitur oleh beberapa
diberikannya
merupakan
pembiayaan dengan
cara
yang mengubah
lembaga
keuangan
mikro
secara
sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan)
bersama-sama dalam satu perjanjian
yang semula disepakati bersama pihak
pembiayaan).
debitur dan dituangkan dalam perjanjian
5) Manajemen proyek atau bisnis yang
kredit WK). Perubahan kondisi kredit
dibiayai
dibuat dengan memperhatikan masalah-
berdasarkan analisis yang dilakukan 9
lembaga
keuangan
mikro
lembaga maupun atas nasihat dari
Akan
konsultan
lembaga
apakah nasabah memiliki dana yang
keuangan mikro. Hal ini terpaksa
cukup untuk melaksanakan penambahan
dilakukan
equity tersebut.
yang
ditunjuk
untuk
jalannya persyaratan
mengamankan
proyek
dan
merupakan
baru
atau
persyaratan
masih
dipertanyakan
3) Equity ditambah sehingga DIE ratio berubah
menjadi
55%:45%.
tambahan yang diminta oleh bank yang
Penambahan equity tersebut berasal dari
harus dipenuhi debitur dalam rangka
modal nasabah, melainkan dari fresh
penyelamatkan proyek.
capital yang diberikan oleh bank.
6) Kombinasi dari beberapa perubahan
Dalam kasus ini, bank diperkenankan
tersebut diatas. b.
tetapi,
ikut menjadi pemegang saham dari
Restructuring Restructuring
perusahaan milik debitur karena dalam atau
restrukturisasi
rangka rescue program.
adalah usaha penyelamatan kredit yang
c. Kombinasi 3-R
terpaksa harus dilakukan bank dengan cara
Dalam rangka penyelamatan kredit
mengubah komposisi pembiayaan yang
bermasalah (rescue program), bila dianggap
mendasari pemberian kredit. Pembiayaan
perlu bank dapat melakukan berbagai
suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya
kombinasi
berasal dari modal (dana) sendiri, tetapi
reconditioning,
sebagian besar dibiayai dengan kredit yang
tersebut diatas, yakni: rescheduling dan
diperoleh dari bank.
reconditioning;
dari
tindakan dan
rescheduling, restruvtucturing
rescheduling
dan
restruvturing;
restructuring
dan
kesulitan nasabah tersebut adalah dengan
reconditioning;
serta
mengubah
reconditioning dan restructuring sekaligus.
Salah
satu
struktur
cara
menanggulangi
pembiayaan
bagi
rescheduling,
proyeknya. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa altenatif sebagai berikut: 1) Lembaga
keuangan
2. Sumber Bantuan Permodalan
memberikan
Bantuan
permodalan
untuk
lembaga
tambahan pembiayaan sehingga debt to
keuangan mikro syariah (BMT) yang digunakan
equity (DIE ratio) berubah menjadi 65%
untuk pemulihan ekonomi paska bencana alam
: 35%. Penambahan kredit ini tentunya
bisa didapat dari berbagai sumber. Anggaran
akan menambah beban bagi debitur.
Pendapatan
2) Nasabah menambah porsi equity-nya
Belanja
Negara
Indonesia
dan
anggaran propinsi meskipun ada, namun jumlah
sehingga DIE ratio menjadi 55% : 45%.
pertahunnya 10
minim.
Sumber
dana
lainnya
berpotensi diraih dari PKBL (BUMN), lembaga
penghapusan
pembiayaan,
donor (GTZ), bank syariah, BPRS.
pengurangan
pokok
Dengan analisis Miles & Huberman ditemukan
penambahan
dan
faktor penyebab pembiayaan bermasalah antara
pembiayaan baru serta pendampingan
lain: karakter nasabah dan masalah ekonomi.
usaha.
dan
margin, pemberian
Antisipasi yang dilakukan oleh pihak BMT adalah
Adapun hambatan yang sering dihadapi
dengan melakukan analisis kelayakan pembiayaan
pihak BMT dalam menangani nasabah
dan
yang mengalami pembiayaan bermasalah
juga
melakukan
pengawasan
terhadap
pembiayaan yang dikeluarkan.
yang sebagian besar terkena bencara erupsi
Biasanya BMT menyelesaikan pembiayaan
Merapi adalah
bermasalah dengan beberapa cara. a.
b.
sangat tidak baik karena terkena dampak
BMT mencari informasi mengenai
dari erupsi Merapi, sulitnya mencari
penyebab
nasabah karena nasabah mengungsi ke
pembiayaan
tersebut
menjadi bermasalah.
pengungsian, selain itu transportasi yang
BMT memberikan bantuan berupa
sulit karena medan yang masih sulit untuk
saran-saran dalam menjalankan dana
dijangkau.
hasil pinjaman agar usaha bisa berjalan lancar
c.
kondisi geografis yang
dengan rasio likuiditas, rasio leverage,
kewajiban nasabah untuk membayar
dan rasio profitabilitas. Dapat diketahui
ansuran pinjaman.
bahwa
mulai
dapat
Dari hasil analisis laporan keuangan
melunasi
BMT
sehingga
1.
melakukan
kondisi
keuangan
BMT
tindakan
sebelum dan sesudah diterapkannya
penyelesaian pembiayaan bermasalah,
strategi adalah tidak baik. Sehingga
pertama
dapat dikatakan strategi yang dilakukan
pihak
pendekatan
BMT
pada
melakukan
nasabah
yang
masih kurang begitu berhasil.
mengalami pembiayaan bermasalah untuk mendapatkan informasi dan selanjutnya untuk mnentukan tindakan
SIMPULAN
apa yang harus diambil. Tindakan
Pemulihan keuangan lembaga keuangan
selanjutnya bisa dilakukan dengan reschedulling
atau
mikro dilakukan dengan menjalankan strategi
restructuring.
pemulihan nasabah yang mengalami kemacetan
Khusus untuk nasabah yang terkena
pembiayaan
bencana erupsi Merapi mendapatkan perlakuan
khusus
yaitu
(kredit
bermasalah)
dan
kekurangan dana talangan. BMT mengatasi
dengan
pembiayaan 11
yang
bermasalah
dengan
rescheduling, reconditioning, dan restructuring.
Dendawijaya,
Adapun penguatan permodalan paska gempa
Belanja
Negara
2003.
Manajemen
Lembaga Keuangan. Jakarta:Ghalia.
BMT berupaya mendapatkannya dari Anggaran Pendapatan
Lukman.
Departemen Koperasi
Indonesia,
dan Pengusaha
Menengah.
2002.
Petunjuk
anggaran propinsi, PKBL (BUMN), lembaga
Pemantauan
dan
donor (GTZ), bank syariah, BPRS.
Departemen Koperasi, Jakarta.
Analisa
Kecil Teknis
Keuangan.
Djarwanto. PS, 1993, “Statistik Non Parametrik”, KETERBATASAN PENELITIAN
Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
SARAN
Harahap, Sufyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas Adanya
keterbatasan
berbagai
dalam
kekurangan
penelitian
ini,
dan
Laporan Keuangan. Edisi Baru, PT. Raja
maka
Grafindo Persada. Jakarta.
penulis memberikan saran.
Hariadi, Bambang. 2002. Akuntansi Manajemen.
a) Bagi BMT di seluruh Kabupaten Klaten
Fakultas Ekonomi, Brawijaya, Yogyakarta.
diharapkan untuk lebih efisien dan efektif Koentoadji, Hernowo, Pemulihan BPR di Aceh
dalam mengelola permodalan, sumber daya
manusia
pasca
sehingga meningkatkan
bencana
alam,
buletin
hukum
perbankan dan kebanksentralan Volume 3,
kemampuan menghasilkan laba maupun
Nomor 2, Agustus 2005
menjamin hutang-hutang perusahaan.
Kuncoro, Mudrajat, Agenda Pemulihan UMKM
b) Pemerintah diharapkan menjaga stabilitas ekonomi negara dan mensupport dana
Pascagempa,
yang lebih mencukupi dalam rangka
http://www.kompas.com/kompas-
pemulihan keuangan lembaga keuangan
cetak/0708/06/ekonomi/3737767.htm,
mikro paska gempa.
Senin, 06 Agustus 2007, diakses tanggal 17 April 2010 jam: 02.00
c) Bagi penelitian selanjutnya diharapkan lebih
memperluas
penelitian
dengan
Muhammad. 2000. Atribut Proyek dan Mudharib
menambahkan sampel penelitian, sehingga
Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada
hasil penelitian lebih valid.
Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 21,
DAFTAR PUSTAKA
No.3, Juli. Hal. 221-235. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Mulyadi, (2001), Akuntansi Manajemen, Konsep,
Edisi Kedelapan: Fakultas Ekonomi, UGM,
Manfaat dan Rekayasa, Edisi Keempat,
Yogyakarta.
Salemba Jaya, Jakarta. 12
Munawir,
S.
2002.
Manajemen.
Akuntansi
Fakultas
Keuangan
Ekonomi
Suciningsih,
UGM,
Pasar Kleco Surakarta.FE UMS
Manajemen. Gramedia: Jakarta.
Sugiyono.
Amanah
Terhadap
Keuntungan
Pedagang
Kecamatan
Punggelan
Peningkatan Kecil
Di
Penelitian
Bisnis.
dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta : Grafiti
Kabupaten Teddy.
Rasidi, Agus. 2007. Mengenal Baitul Maal Wa
1996.
Ensiklopedi
Ekonomi
Bisnis.
Penentu
yang
Nasabah
Untik
Bandung.
Tamwil, (online: http://www. Geogle.com,
Teguh.
diakses 11 November 2008).
2001.
Atribut
Mempengaruhi
Sabarno,1995. Manajemen Skills dan Finansial.
Sikap
Menyimpan Dana DI BMT. Kajian Bisnis
Jakarta: Ghalia.
24:59-77
Sadeli, Lili M. 2002. Dasar-dasar Akuntansi.
Tjoekam, H Moh.
Bumi Aksara: Jakarta. 2000. Data
Profesional.
Metode
Syahdemi, Sutan Remy. 1999. Perbankan Islam
Banjarnegara.FE UMS.
Mengolah
1999.
Bandung : CV Alvabeta.
Poncowati, Alfah.2002. Evaluasi Pengaruh Kredit
Singgih.
Hubungan
UMS Terhadap Perkembangan Usaha Kecil
Pawitra .1992. Ensiklopedi Ekonomi Bisnis dan
Santoso,
Analisis
Pemberian Pembiayaan Mudharabah BMT
Yogyakarta.
BMT
Bekti.2005.
SE. Perkreditan Bisnis Inti
Bank Komersial, Jakarta. Gramedia,1999. SPSS
Versi
Statistik
Jakarta:
15,0
Wahyuningsih, Retno. 2006. Baitul Maal Wat
Secara
Tamwil BMT) Antara Harapan Ummat dan
Elexmedia
Kenyataan.
Komputindo.
Syirkah.
Vol.1,
No.2,
Desember. Hal. 179-189.
Sholahudin, Muhammad dan Lukman Hakim,
Wijayanto, Joko.2003. Analisis Hubungan Kredit
2008. Lembaga Ekonomi dan Keuangan
BMT Al-Fattah Terhadap Perkembangan
Syariah
Usaha Kecil Di Kecamatan Susukan
Kontemporer.
Muhammadiyah
University Press. Sholahudin,
Muhammad.
Salatiga.FE UMS. 2004.
Risiko
World Bank, Assessment Report on the Current
Pembiayaan dalam Perbankan Syariah.
State of Rehabilitation of Livelihoods and
Benefit, Vol.8, No.2, Desember. Hal. 130-
Possibilities for Further Improvement in
138.
the Aftermath of the Yogyakarta and Central Java Natural Disaster of May 2006, September 21, 2006 13
14