Spatial Autoregressive Model... (Lailatul Syaadah) 1
SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014
Jurnal Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Oleh Lailatul Syaadah NIM 12305141013
PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
2
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
Spatial Autoregressive Model... (Lailatul Syaadah) 1
SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014 SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL AND SPATIAL WEIGT MATRIX OF ROOK CONTIGUITY TO MODELLING INDONESIAโS RATIO GINI AT 2014 Oleh: Lailatul Syaadah1), Endang Listyani, M.S.2) Program Studi Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY
[email protected]),
[email protected]) Abstrak Gini Ratio merupakan sebuah ukuran ketidak merataan distribusi pendapatan pada wilayah tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemodelan Gini Ratio di Indonesia tahun 2014 dengan Spatial Autoregressive Model dan matriks pembobot spasial Rook Contiguity. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah Gini Ratio (๐), Jumlah Penduduk (๐1 ), Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (๐2 ), Persentase penduduk miskin (๐3 ), Persentase penduduk lansia (๐4 ), Pertumbuhan produksi industri mikro (๐5 ) serta Indeks pembangunan manusia (๐6 ). Pemodelan Gini Ratio menggunakan Spatial Autoregressive Model karena pada uji Lagrange Multiplier diketahui bahwa model mengandung efek ketergantungan spasial pada variabel terikatnya. Sedangkan matriks pembobot yang digunakan adalah Rook Contiguity karena hampir seluruh wilayah di Indonesia saling bersinggungan sisi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu sebuah persamaan regresi spasial untuk pemodelan Gini Ratio di Indonesia tahun 2014 dengan Spatial Autoregressive Model dan matriks pembobot spasial Rook Contiguity dan faktor-faktor yang signifikan adalah Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (๐2 ), Persentase penduduk lansia (๐4 ) dan Indeka pembangunan manusia (๐6 ). Kata kunci: Spatial Autoregressive Model, Matriks Rook Contiguity, Gini Ratio Abstract Gini Ratio is a measure for mal income distribution population in a certain region. This study purpose to know how to get a model of gini ratio in Indonesia at 2014 with Spatial Autoregressive Model. Variables on this study are gini ratio (๐), a number of population (๐1 ), a rate percentage of percapita expenditure a month (๐2 ), percentage of pauper (๐3 ), percentage of elderly people (๐4 ), production development of micro industry (๐5 ) and human development index (๐6 ). Model of Gini Ratio using Spatial Autoregressive Model because the model contained spatial dependence effect of dependent variabel. Conclusion from this study is obtainabled a spatial regressionโs equation for gini ratio in Indonesia at 2014 with Spatial Autoregressive Model and Spatial Weight Contiguity Matrix of Rook Contiguity and Variables that having an affect on Indonesiaโs gini ratio at 2014 are a rate percentage of percapita expenditure a month (๐2 ), percentage of elderly people (๐4 ), and human development index (๐6 ). Keyword: Spatial Autoregressive Model, Rook Contiguity Matrix, Ratio Gini.
2
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
masalah
PENDAHULUAN Model
Regresi
adalah
persamaan
matematik yang dapat meramalkan nilai-nilai
tersebut
salah
satunya
dengan
mengidentifikasi fakto-faktor yang berpengaruh terhadap nilai gini ratio.
suatu variabel tak bebas dari nilai-nilai variabel
Penelitian yang telah dilakukan terkait
bebas (Walpole, 1982: 340). Regresi yang
dengan gini ratio maupun regresi spasial metode
memiliki
satu
Spatial Autoregressive Model yaitu penelitian
dinamakan regresi linear berganda. Sedangkan
tentang model Spatial Autoregressive untuk
regresi yang pada model terdapat pengaruh
pemodelan angka partisipasi murni jenjan SMA
spasial dinamakan regresi spasial. Regresi spasial
sederajat di Jawa Tengah oleh Restu Dewi, Hasbi
memiliki
yaitu Spatial
dan Sugianto (2011). Selanjutnya, penelitian yang
Autoregressive Model dan Spatial Error Model.
dilakukan oleh Sahar Mildino (2011) tentang
Spatial Autoregressive Model merupakan model
studi kasus pemodelan indeks rasio gini provinsi
regresi spasial yang terdapat pengaruh spasial
di Pulau Jawa. Kemudian, penelitian Ani Nurlaili
pada variabel terikatnya. Kemudian Spatial Error
(2016)
Model merupakan model regresi spasial yang
mempengaruhi
terdapat pengaruh spasial pada error model.
pendapatan di Pulau Jawa tahun 2007-2013.
Beberapa permasalahan yang mengandung efek
Penelitian tersebut menggunakan analisis regresi
spasial yaitu permasalahan tentang penyebaran
data
suatu penyakit, kriminalitas dan juga masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka topik
yang berkaitan dengan aspek ekonomi salah
penelitian yang diangkat oleh penulis adalah
satunya gini ratio.
spatial autoregressive model untuk pemodelan
variabel
bebas
lebih
dua model utama
dari
Gini ratio merupakan sebuah ukuran
tentang
panel
analisis
faktor-faktor
ketimpangan
dengan
fixed
effect
yang
distribusi
model.
gini ratio di Indonesia tahun 2014.
ketidak merataan atau ketimpangan pendapatan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
yang angkanya berkisar antara nol hingga sau
mengetahui bagaimana pemodelan gini ratio di
(Todaro, 2000: 159). Gini ratio menjadi hal yang
Indonesia
penting bagi suatu wilayah karena dapat
autoregressive model dan matriks pembobot
merepresentasikan
spasial rook contiguity.
bagaimana
keadaan
tahun
2014
dengan
spatial
masyarakat pada wilayah tersebut. Jika gini ratio pada suatu wilayah tinggi, maka menandakan
METODE PENELITIAN
bahwa distribusi pendapatan di wilayah tersebut
Sumber Data
sangat tidak merata dan jarak antara penduduk
Data yang dianalisis merupakan data
kaya dengan penduduk miskin sangat jauh. Badan
sekunder yaitu data yang bukan diusahakan
Pusat Statistik mencatat bahwa pada tahun 2014
sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Adapun
Indonesia memiliki gini ratio sebesar 0.41 dan
data yang diperoleh peneliti berasal dari publikasi
termasuk dalam ketimpangan sedang. Oleh sebab
Badan Pusat Statistik Indonesia berupa data sosial
itu perlu dilakukan upaya dalam mengatasi
maupun data ekonomi untuk tiap provinsi di
Spatial Autoregressive Model... (Lailatul Syaadah) 3
Indonesia tahun 2014 yang terdiri dari 33
Metode Analisis Data
provinsi. Data publikasi Badan Pusat Statistik
Data yang dianalisis dengan Spatial
dapat diambil pada website resmi milik Badan
Autoregressive Model dan matriks pembobot
Pusat Statistik yaitu www.bps.go.id maupun dari
spasial Rook Contiguity perlu. Adapun langkah-
booklet dengan judul Perkembangan Beberapa
langkah
Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia
pemodelan Gini Ratio tersebut adalah:
November 2014 serta booklet Pengeluaran untuk
1.
Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi
yang
dilakukan
untuk
melakukan
Melakukan pemodelan dengan regresi linear berganda.
September 2014.
2.
Melakukan analisis regresi linear berganda dan uji asumsi pada model. Uji asumsi yang dilakukan
Identifikasi Variabel Variabel
yang
digunakan
dalam
2.
uji
normalitas,
uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan
penelitian ini adalah: 1.
yaitu
uji autokorelasi.
Variabel Terikat
3.
Melakukan uji lanjut untuk mengetahui efek
Variabel terikat yang digunakan adalah
ketergantungan spasial yang terjadi dengan
Gini Ratio untuk tiap provinsi di Indonesia
uji Lagrange Multiplier agar dapat diketahui
pada tahun 2014.
model regresi spasial yang akan digunakan.
Variabel Bebas
4.
Variabel bebas yang digunakan pada
Membentuk matriks pembobot spasial Rook Contiguity untuk mengetahui hubungan antar
penelitian adalah:
wilayah amatan dilihat dari persinggungan
a. Jumlah penduduk pada tiap provinsi di
sisi.
Indonesia tahun 2014 (๐1 ).
5.
6.
bulan untuk tiap provinsi di Indonesia tahun 2014 (๐2 ). penduduk
pemodelan
dengan
Spatial
pada
Spatial
Autoregressive Model.
b. Rata-rata pengeluaran per kapita per
c. Persentase
Melakukan
Melakukan
uji
asumsi
Autoregressive Model, yaitu uji normalitas miskin
dan uji heterokedastisitas.
tiap
provinsi di Indonesia tahun 2014 (๐3 ).
7.
Melakukan interpretasi pada model regresi Spatial Autoregressive Model.
d. Persentase penduduk lansia tiap provinsi di Indonesia tahun 2014 (๐4 ).
Spatial Autoregressive Model
e. Pertumbuhan produksi industri mikro
Spatial Autoregressive Model (SAR)
tiap provinsi di Indonesia tahun 2014
adalah model regresi spasial yang terdapat
(๐5 ).
pengaruh spasial pada variabel terikat (Anselin,
f. Indeks pembangunan manusia untuk tiap
1999).
provinsi di Indonesia tahun 2014 (๐6 ). 3
4
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
Bentuk
persamaan
umum
pada
Spatial
Autoregressive Model tersebut menjadi (Lesage,
0 untuk wilayah yang tidak berdekatan dengan lokasi pengamatan.
1999: 63):
Secara umum terdapat tiga tipe interaksi ๐ = ๐๐พ๐ + ๐ฟ๐ท + ๐บ.
atau persinggungan batas wilayah (Lesage, 1999:
Dimana:
11), yaitu:
: vektor variabel terikat berukuran ๐ ร 1. : koefisien autokorelasi spasial pada variabel terikat. ๐พ : matriks pembobot spasial berukuran ๐ ร ๐. ๐ฟ : matriks variabel bebas berukuran ๐ ร (๐ + 1). ๐ท : vektor koefisien parameter regresi berukuran ๐ ร 1. ๐ : vektor error yang bebas autokorelasi berukuran ๐ ร 1. Sedangkan estimasi dari parameter ๐ท pada Spatial
1.
๐ ๐
Autoregressive Model yang diperoleh dengan menggunakan metode maksimum likelihood
Rook Contiguity Rook contiguity ialah persentuhan sisi
wilayah satu dengan sisi wilayah yang lain yang bertetangga. Adapun nilai dari tiap elemennya yaitu jika lokasi ๐ dan ๐ bersentuhan sisi maka ๐ค๐๐ = 1. Namun, jika lokasi ๐ dan ๐ tidak bersentuhan sisi maka ๐ค๐๐ = 0. 2.
Bishop Contiguity Bishop contiguity ialah persentuhan titik
sudut wilayah satu dengan wilayah lain yang bertetangga. Adapun nilai dari tiap elemennya yaitu jika lokasi ๐ dan ๐ bersentuhan titik sudut
adalah sebagai berikut:
maka ๐ค๐๐ = 1. Namun, jika lokasi ๐ dan ๐ tidak
ฬ = (๐ฟโฒ ๐ฟ)โ๐ ๐ฟโฒ (๐ โ ๐๐พ๐). ๐ท
bersentuhan titik sudut maka ๐ค๐๐ = 0. 3.
Matriks Pembobot Spasial
Queen Contiguity
Matriks pembobot spasial merupakan
Queen contiguity ialah persentuhan sisi
matriks yang menyatakan hubungan dari wilayah
maupun titik sudut wilayah satu dengan wilayah
dan
yang lain yaitu gabungan rook contiguity dan
disimbolkan dengan ๐พ. Adapun bentuk umum
bishop contiguity. Adapun nilai dari tiap
dari matriks pembobot spasial (๐พ) adalah: ๐ค11 ๐ค12 โฆ ๐ค1๐ ๐ค ๐ค22 โฆ ๐ค2๐ ๐พ = [ โฎ21 โฎ โฎ ]. โฑ ๐ค๐1 ๐ค๐2 โฆ ๐ค๐๐
elemennya yaitu jika lokasi ๐ dan ๐ bersentuhan
pengamatan
yang
berukuran
๐ร๐
sisi atau titik sudut maka ๐ค๐๐ = 1. Namun, jika lokasi ๐ dan ๐ tidak bersentuhan sisi ataupun titik sudut maka ๐ค๐๐ = 0.
Elemen-elemen dari ๐พ diatas adalah ๐ค๐๐ dengan ๐ adalah baris pada elemen ๐พ dan ๐ adalah kolom
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pada elemen ๐พ dan merupakan wilayah di sekitar
Model Regresi Linear Berganda
lokasi pengamatan ๐. elemen ๐พ diatas dapat
Data yang telah diperoleh dari Badan
memiliki dua nilai yaitu nol dan satu. Dimana
Pusat Statistik Indonesia dianalisis terlebih
nilai ๐ค๐๐ = 1 untuk wilayah yang berdekatan
dahulu menggunakan regresi linear berganda.
dengan lokasi pengamatan, sedangkan nilai ๐ค๐๐ =
Spatial Autoregressive Model... (Lailatul Syaadah) 5
Hasil estimasi serta pengujian pada parameter
kehomogenan ragam pada error, serta kebebasan
ditunjukkan pada tabel di bawah.
pada error.
Tabel 1. Estimasi dan Pengujian Parameter Regresi Berganda Variabel Koefisien ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐
1.
Uji Kenormalan. Uji
kenormalan
pada
error
dapat
diperiksa menggunakan uji Kolmogorv-Smirnov.
Konstanta
0,483
0,018
๐1
0,0000002605
0,704
๐2
0,0000000958
0,037 *
๐3
0,001
0,375
๐4
0,008
0,074
๐5
0,0003
0,758
Kriteria keputusannya yaitu ๐ป0 ditolak apabila
๐6
-0,004
0,258
๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ < ๐ผ(0,05).
Model regresi dikatakan baik apabila error pada model tersebut berdistribusi normal. Adapun Hipotesis pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah: ๐ป0 : error berdistribusi normal. ๐ป1 : error tidak berdistribusi normal.
Pada uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh ๐ โ Dari Tabel 1 di atas, diperoleh persamaan regresi
๐ฃ๐๐๐ข๐ = 0,843 > ๐ผ(0,05), maka ๐ป0 diterima
linear berganda adalah sebagai berikut:
dan berarti bahwa error berdistribusi normal.
๐ฆฬ = 0,483 + 0,0000002605๐1 +
2.
0,0000000958๐2 + 0,001๐3 + 0,008๐4 +
Uji Multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan untuk
0,0003๐5 โ 0,004๐6.
mengetahui apakah terjadi korelasi antar variabel
Selanjutnya, pada uji parameter parsial (uji t)
bebas atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan
diperoleh bahwa variabel persentase rata-rata
melihat nilai dari ๐๐ผ๐น pada masing-masing
pengeluaran per kapita per bulan (๐2 ) memiliki
variabel bebas. Berdasarkan pada pengujian,
๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ = 0,037 < ๐ผ(0,05) maka ๐ป0 ditolak
diperoleh jika semua variabel bebas memiliki
untuk variabel tersebut dan berarti bahwa
nilai ๐๐ผ๐น kurang dari 10 sehingga dapat
persentase rata-rata pengeluaran per kapita per
disimpulkan jika model terbebas dari kasus
bulan berpengaruh secara signifikan terhadap gini
multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi antar
ratio di Indonesia pada tahun 2014.
variabel bebas.
Setelah diperoleh model regresi linear berganda
3.
Uji Heterokedastisitas.
pada data Gini Ratio di Indonesia, selanjutnya
Uji heterokedastisitas digunakan untuk
dilakukan uji asumsi pada model regresi tersebut.
menguji kehomogenan ragam pada error dan uji yang dapat dilakukan adalah dengan uji Breusch-
Uji Asumsi Regresi Linear Berganda
Pagan. Model regresi yang baik adalah model
Ada empat asumsi yang harus dipenuhi
yang terbebas dari heterokedastisitas atau ragam
yaitu error berdistribusi normal, tidak terdapat
pada error tersebut homogen. Adapun Hipotesis
multikolinearitas
dari uji tersebut yaitu:
antar
variabel
bebas, 5
6
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
๐ป0 : ragam error pada model homogen.
kemudian akan dijadikan dasar untuk melakukan
๐ป1 : ragam error pada model tidak homogen.
pembentukan model regresi spasial.
Kriteria keputusannya yaitu ๐ป0 ditolak apabila
Hipotesis yang digunakan pada uji Lagrange
๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ < ๐ผ(0,05).
Muliplier untuk Spatial Autoregressive Model
Berdasarkan perhitungan pada Geoda diperoleh
adalah:
jika nilai ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ = 0,926 > ๐ผ(0,05) maka
๐ป0 : ๐ = 0 (tidak terdapat autokorelasi spasial lag
๐ป0 diterima dan berarti bahwa ragam error pada
pada variabel terikat).
model homogen.
๐ป1 : ๐ โ 0 (terdapat autokorelasi spasial lag pada
4.
variabel terikat).
Uji Autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan yaitu
Sedangkan hipotesis yang digunakan pada uji
uji Moranโs I untuk mengetahui ada atau tidaknya
Lagrange Muliplier untuk Spatial Error Model
pengaruh spasial atau lokasi terhadap model.
adalah:
Hipotesis pada uji Moranโs I adalah:
๐ป0 : ๐ = 0 (tidak terdapat autokorelasi spasial
๐ป0 : tidak terdapat autokorelasi spasial pada
pada error).
model.
๐ป1 : ๐ โ 0
๐ป1 : terdapat autokorelasi spasial pada model.
error).
Kriteria keputusannya yaitu ๐ป0 ditolak apabila
Kriteria keputusannya yaitu ๐ป0 ditolak apabila
๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ < ๐ผ(0,05).
๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ < ๐ผ(0,05).
Berdasarkan
perhitungan
dengan
Geoda,
diperoleh jika nilai ๐ผ = 2,6781 maka data
(terdapat autokorelasi spasial pada
Adapun hasil dari uji Lagrange Multiplier dengan Geoda adalah sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Uji Lagrange Multiplier
membentuk pola cluster atau berkelompok. Serta pada uji Moranโs I diperoleh nilai dari ๐ โ
Uji
๐ฃ๐๐๐ข๐ = 0,0074 < ๐ผ(0,05), sehingga ๐ป0 ditolak
Lagrange Multiplier 9,8999
dan disimpulkan bahwa terdapat autokorelasi
(Lag)
spasial atau ada keterkaitan antar lokasi. Oleh
Lagrange Multiplier 3,3726
sebab itu, pemodelan harus dilanjutkan dengan
(error)
Nilai
๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ 0,00165
0,06629
analisis regresi spasial karena asumsi kebebasan Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa
error tidak dipenuhi.
pada uji LM untuk Spatial Autoregressive Model diperoleh ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ = 0,00165 dan karena ๐ โ
Uji Lagrange Multiplier Sebelum melakukan analisis regresi
๐ฃ๐๐๐ข๐ < ๐ผ(0,05) maka ๐ป0 ditolak dan berarti
spasial, dilakukan uji Lagrange Multiplier
bahwa terdapat ketergantungan spasial pada
terlebih
efek
variabel terikat, sehingga pemodelan harus
ketergantungan spasial. Hasil yang diperoleh
dilanjutkan dengan pembentukan model dengan
dahulu
untuk
menguji
Spatial Autoregressive Model. Sedangkan pada
Spatial Autoregressive Model... (Lailatul Syaadah) 7
uji LM untuk Spatial Error Model diperoleh ๐ โ
Autoregressive Model disajikan dalam tabel
๐ฃ๐๐๐ข๐ = 0,06629. Karena ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ > ๐ผ(0,05)
berikut.
maka ๐ป0 diterima dan berati tidak terdapat
Tabel 3. Hasil Estimasi dan Pengujian Parameter model Spatial Autoregressive Model Variabel Koefisien ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐
ketergantungan
spasial
error,
sehingga
pemodelan tidak perlu dilanjutkan dengan
Konstanta
0,5500657
0,00015
๐
0,124941
0,00044
๐1
-0,0000001624
0,75641
๐2
0,0000001358
0,00012*
๐3
0,001467354
0,15345
pembobot spasial Rook Contiguity. Alasan dipilih
๐4
0,01157505
0,00099*
matriks pembobot Rook Contiguity adalah karena
๐5
0,001529897
0,10159
provinsi-provinsi
๐6
-0,006356685
0,01692*
pembentukan model dengan Spatial Error Model.
Matriks Pembobot Spasial Rook Contiguity Pada tahap ini, akan dibentuk matriks berukuran 33 ร 33 yang menggunakan matriks
di
bersinggungan
sisi
Indonesia
saling
tak
yang
dan
ada
bersinggungan titik sudut. Sehingga matriks
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa
pembobot Rook Contiguity dinilai cocok dengan
variabel-variabel yang berpengarh signifikan
keadaan tersebut. Adapun matriks pembobot
terhadap gini ratio pada ๐ผ = 0,05 adalah variabel
spasial Rook Contiguity yang terbentuk adalah:
bebas yang memiliki p โ value > ฮฑ(0,05) yaitu
0 0 ๐พ= 0 0
0 0 0 0 โฎ โฎ [0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 โฎ โฎ 0 0
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (๐2 ),
โฏ 0 โฏ 0 โฏ 0. โฏ 0 โฑ โฎ โฏ 0]
persentase penduduk lansia (๐4 ), serta indeks pembangunan
manusia
(๐6 ).
Langkah
selanjutnya yaitu meregresikan kembali variabelvariabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap gini ratio di Indonesia pada tahun 2014.
Spatial Autoregressive Model telah
Adapun hasil estimasi parameter untuk
diketahui bahwa pemodelan yang akan digunakan
model Spatial Autoregressive Model dengan
dalam memodelkan Gin Ratio di Indonesia tahun
menggunakan variabel bebas yang berpengaruh
2014 adalah dengan menggunakan Spatial
signifikan adalah sebagai berikut.
Autoregressive Model. Sehingga hal pertama
Tabel 4. Hasil estimasi parameter model Spatial Autoregressive Model dengan variabel bebas yang signifikan Variabel Koefisien ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐
Pada
langkah
sebelumnya
yang dilakukan yaitu melakukan estimasi dan pengujian pada parameter untuk mengetahui parameter yang signifikan. Hasil estimasi dan
Konstanta
0,5929554
0,00000
pengujian pada parameter untuk model Spatial
๐
0,09359273
0,00588
๐2
0,000000121
0,00036
7
8
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
๐4
0,01029551
0,00260
0,0103๐4 โ 0,0062๐6.
๐6
-0,0062061
0,00758
dari persamaan model di atas dapat diketahui
Persamaan Spatial Autoregressive Model yang
bahwa persentase rata-rata pengeluaran per kapita
terbentuk adalah:
per bulan (๐2 ) memiliki hubungan positif
๐ฆฬ๐ = 0,593 + 0,0936๐๐ฆ + 0,000000121๐2 +
terhadap gini ratio di Indonesia pada tahun 2014.
0,0103๐4 โ 0,0062๐6.
Hal ini memberi makna jika rata-rata pengeluaran
Setelah terbentuk model di atas, langkah
per kapita per bulan naik sebesar 1 rupiah, maka
selanjutnya yaitu melakukan uji asumsi pada
akan mengakibatkan nilai gini ratio akan naik
Spatial Autoregressive Model.
sebesar
1. Uji Normalitas
persentase penduduk lansia (๐4 ) juga memberi
0,000000121
satuan.
Selanjutnya,
Uji normalitas dilakukan menggunakan uji
pengaruh positif terhadap nilai gini ratio di
Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini sama seperti
Indonesia pada tahun 2014. Hal ini berarti bahwa
pengujian
normalitas
linear
apabila persentase penduduk lansia naik sebesar 1
berganda.
Uji
Spatial
persen, maka gini ratio akan naik sebesar 0,0103
output
satuan. Sementara itu, indeks pembangunan
๐ป0
manusia memberikan pengaruh negatif terhadap
diterima karena ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ > ๐ผ(0,05) dan berarti
gini ratio di Indonesia pada tahun 2014. Sehingga
bahwa error berdistribusi normal.
jika nilai indeks pembangunan manusia naik
2. Uji Heterokedastisitas
sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan gini
Autoregressive bahwa
pada
normalitas Model
regresi pada
menghasilkan
๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ = 0,751.
Sehingga
Uji kehomogenan ragam error diuji dengan
ratio turun sebesar 0,0062 satuan.
menggunakan uji Breusch-Pagan. Langkahlangkah pengujian ini juga sama dengan uji
SIMPULAN DAN SARAN
Breusch-Pagan pada regresi linear berganda.
Simpulan
Hasil uji Breusch-Pagan pada model Spatial
Langkah-langkah gini
ratio
dalam dengan
melakukan
Autoregressive Model yaitu ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ = 0,912
pemodelan
Spatial
sehingga keputusannya ๐ป0 diterima karena ๐ โ
Autoregressive Model dan matriks pembobot
๐ฃ๐๐๐ข๐ > ๐ผ(0,05) dan berarti bahwa ragam sisaan
spasial Rook Contiguity yaitu: Melakukan analisis
homogen.
regresi berganda terlebih dahulu. Kemudian apabila terdapat autokorelasi spasial maka model
Interpretasi
Model
Regresi
Spatial
dilanjutkan dengan melakukan analisis regresi spasial dengan menyusun matriks pembobot
Autoregressive Model telah
spasial Rook Contiguity pada langkah awal.
diperoleh model Spatial Autoregressive Model
Alasan pemilihan matriks Rook Contiguity yaitu
sebagai berikut.
karena hampir seluruh provinsi di Indonesia
๐ฆฬ๐ = 0,593 + 0,0936๐๐ฆ + 0,000000121๐2 +
saling berbatasan sisi dan tidak ada yang
Pada
langkah
sebelumnya
berbatasan titik sudut. Sehingga matriks Rook
Spatial Autoregressive Model... (Lailatul Syaadah) 9
Contiguity dirasa cocok dengan keadaan wilayah
Saran
indonesia tersebut. Pemodelan yang dilakukan
Pemerintah dapat mengatasi faktor-
adalah Spatial Autoregressive Model karena pada
faktor yang berpengaruh signifikan terhadap Gini
uji
tersebut
Ratio di Indonesia, yaitu rata-rata pengeluaran per
signifikan. Sehingga mengandung makna bahwa
kapita per bulan, persentase penduduk lansia serta
pada pemodelan gini ratio di Indonesia tahun
indeks
2014 terdapat pengaruh spasial pada variabel
diharapkan
terikat.
penurunan dan distribusi pendapatan tiap daerah
Lagrange
Multiplier
Persamaan
Spatial
model
Autoregressive
pembangunan nilai
Gini
manusia. Ratio
sehingga mengalami
bisa lebih merata dari sebelumnya.
Model yang diperoleh pada pemodelan gini ratio di
Indonesia tahun
DAFTAR PUSTAKA
2014 dengan matriks
pembobot spasial Rook Contiguity adalah:
Anselin, Luc. (1988). Spatial Econometrics: Methods and Models. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Anselin, Luc. (2005). Exploring Spatial Data with Geoda: A workbook. Urbana: University of Illinois Badan Pusat Stastistik. (2015). Pengeluaran untuk Konsumsi penduduk Indonesia per Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. (2014). Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Draper, N & Smith, H. (1992). Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua. Penerjemah: Bambang Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lesage, James P. (1999). The Theory and Practice of Spatial Econometric. United States: University of Toledo. Sunyoto, Danang. (2010). Uji Khi Kuadrat & Regresi untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Todaro, Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi Edisi Kelima. Penerjemah: Haris Munandar. Jakarta: Bumi Aksara. Walpole, Ronald E. (1988). Pengantar Statistika Edisi ke-3. (Alih bahasa: Ir. Bambang Sumantri). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
๐ฆฬ๐ = 0,593 + 0,0936๐๐ฆ + 0,000000121๐2 + 0,0103๐4 โ 0,0062๐6. Faktor yang signifikan mempengaruhi gini ratio yaitu rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (๐2 ), persentase penduduk lansia (๐4 ) serta indeks pembangunan manusia (๐6 ). Sehingga model dari persamaan regresi yang telah diperoleh dapat diinterpretasikan sebagai berikut: apabila faktor lain dianggap konstan, jika rata-rata pengeluaran per kapita per bulan pada suatu provinsi naik sebesar 1 rupiah maka gini ratio di provinsi tersebut akan naik sebesar 0,000000121 satuan. Kemudian apabila faktor lain dianggap konstan, jika persentase penduduk lansia di suatu provinsi naik sebesar 1 persen, maka gini ratio di provinsi amatan akan naik sebesar 0,0103 satuan. Selanjutnya, apabila faktor lain dianggap konstan, jika indeks pembangunan manusia di provinsi amatan naik sebesar 1 satuan maka akan mengkibatkan gini ratio di provinsi tersebut turun sebesar 0,0062 persen.
9