SOYBEAN DEMAND ON TOFU INDUSTRY IN SUB DISTRICT OF SEWON DISTRICT OF BANTUL PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU DI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL Sulistiya*) Agribusiness Studies Program Faculty of Agriculture, University of Janabadra ABSTRACT Soybean is the raw material industry know. In Bantul district, know quite a developed industrial business. Know that high consumption in this region affect the demand for soybeans, especially in Sub District of Sewon. But not yet known how the demand for soybeans in the production know. The purpose of the study to determine factors that affect demand and production of soybean know and soybean on the price elasticity of demand for soybeans and tofu. The experiment was conducted in District Sewon, Bantul, with samples taken randomly by 40 craftsmen, using questionnaires and interviews. Model using linear regression analysis and the elasticity of demand. The results showed: production know affected by the amount of soy, acid, plastics, capital, work experience, fuel, labor, and dummy. Demand for soybean is influenced by the acid price, plastic, and production know, while the price of soybean, tofu, fuel, and labor does not affect the demand for soybeans. Soybean demand is elastic to the addition of tofu and soy prices, which means that changes in soybean prices and know very influential on soybean demand. Key words: soybean; demand; know. INTISARI Kedelai merupakan bahan baku industri tahu. Di Kabupaten Bantul, usaha industri tahu cukup berkembang. Konsumsi tahu yang tinggi di wilayah ini memengaruhi permintaan kedelai, khususnya di Kecamatan Sewon. Namun belum diketahui bagaimana permintaan kedelai dalam produksi tahu. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang memengaruhi permintaan kedelai dan produksi tahu serta elastisitas permintaan kedelai terhadap harga kedelai dan tahu. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, dengan sampel yang diambil secara acak sederhana sebanyak 40 pengrajin, memakai kuesioner dan wawancara. Model analisis memakai regresi linier dan elastisitas permintaan. Hasil penelitian menunjukkan: produksi tahu dipengaruhi oleh jumlah kedelai, kecutan, plastik, modal, pengalaman kerja, bahan bakar, tenaga kerja, dan dummy. Permintaan kedelai dipengaruhi oleh harga kecutan, plastik, dan produksi tahu, sedangkan harga kedelai, tahu, bahan bakar, dan tenaga kerja tidak memengaruhi permintaan kedelai. Permintaan kedelai bersifat elastis terhadap penambahan harga tahu dan kedelai, artinya perubahan harga kedelai dan tahu sangat berpengaruh terhadap permintaan kedelai. Kata kunci: kedelai; permintaan; tahu.
*)
Author’s address for correspondence: Sulistiya, Faculty of Agriculture, University of Janabadra, Tentara Rakyat Mataram Street 55-57 Yogyakarta 55321, Phone (0274) 51039, HP. 088216292676; email:
[email protected].
PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian Indonesia yang sangat dibutuhkan sebagai bahan baku industri tahu. Walaupun produksi kedelai di dalam negeri telah diupayakan peningkatannya, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi, namun produksi kedelai dalam negeri masih mengalami kekurangan dalam memenuhi permintaan industri yang berbahan baku kedelai. Akhir-akhir ini kekurangan produksi kedelai dalam negeri semakin banyak, bahkan terjadi kelangkaan persediaan kedelai di pasar. Hal tersebut telah mengakibatkan berkurangnya produksi dari berbagai industri dalam negeri yang menggunakan bahan baku kedelai, bahkan sejumlah industri mengalami kebangkrutan akibat melonjaknya harga kedelai di pasar. Sejalan dengan makin meningkatnya jumlah penduduk yang mengonsumsi tahu, makin meningkat pula permintaan kedelai pada industri tahu. Tahu telah dikonsumsi masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Bahan pangan ini telah dkembangkan jauh lebih dulu oleh Bangsa Cina sebelum mereka datang ke Indonesia (Nurbudiati 2004). Tahu yang berbahan dasar kedelai merupakan sumber pangan penting dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia, karena kaya akan protein. Kebutuhan protein tersebut makin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi, tetapi rendah kandungan lemak dan kolesterolnya. Tahu merupakan salah satu jenis sumber protein nabati yang rendah kandungan lemak dan kolesterolnya. Konsumsi hasil olahan kedelai semakin meningkat yang berakibat pada permintaan kedelai yang meningkat pula. Menurut Adisarwanto (1996), peningkatan
permintaan kedelai tersebut disebabkan oleh: (1) meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gizi dan protein, sehingga konsumen tahu meningkat; (2) mahalnya harga lauk pauk yang berasal dari hewani; (3) penggunaan kecap yang meluas dan adanya ekspor kecap; dan (4) meningkatnya penggunaan bungkil kedelai sebagai pakan ternak. Industri tahu merupakan industri yang menggunakan bahan dasar kedelai yang diolah dengan skala industri kecil atau industri rumah tangga. Sifat industri yang demikian ini banyak menyerap tenaga kerja terutama di wilayah pedesaan. Ini menunjukkan bahwa industri tahu mempunyai sifat yang berbeda dengan industri lainnya, dilihat dari kaitannya dengan sifat kekeluargaan dan padat kerja dalam proses pembuatan dan pemasarannya. Astuti (1996) mengatakan bahwa karena teknologi produksi yang relatif sederhana dan mata rantai pemasaran yang pendek, membuat industri tahu dapat mendorong pemerataan kesempatan kerja dan berusaha yang dapat memeratakan pendapatan. Salah satu kendala industri tahu adalah masalah pemenuhan kebutuhan bahan baku tahu, yaitu kedelai. Dalam industri tahu, ada tiga pemasok kedelai, yaitu (1) Primkopti yang menyediakan kedelai impor; (2) petani yang menyediakan kedelai lokal; dan (3) pedagang yang menyediakan kedelai lokal maupun impor. Melalui ketiga pelaku pemasok kedelai inilah, para pembuat tahu mengandalkan pemenuhan permintaan kedelai untuk industrinya. Namun karena harga kedelai semakin meningkat, sedangkan harga jual tahu senantiasa rendah, menjadikan faktor harga kedelai merupakan faktor penting, selain kecilnya modal, tidak adanya manajemen yang baik,
dan tidak adanya pencatatan keuangan. Menurut Nurjanatun (1997), biasanya industri yang bermodal kecil mempunyai masalah dengan kualitas. Kualitas kedelai yang rendah juga merupakan masalah yang penting yang dihadapi pengusaha tahu. Kendala bahan baku sangat penting artinya bagi pengusaha tahu karena menurut hasil penelitian Nurjanatun (1997), persentase masing-masing biaya untuk pembuatan tahu adalah sebagai berikut. Bahan baku 78,31 persen, bahan penolong 10,55 persen, tenaga kerja 5,45 persen, pemasaran 4,59 persen, peralatan 0,74 persen, dan lain-lain 0,36 persen. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa biaya untuk bahan baku relatif besar. Di Kabupaten Bantul, usaha industri tahu cukup berkembang. Dari 17 kecamatan yang ada di kabupaten ini, Kecamatan Sewon merupakan salah satu sentra industri tahu. Sebagian besar penduduk di wilayah ini mengonsumsi tahu sebagai lauk makanan karena relatif murah dan mudah diperoleh. Konsumsi tahu yang tinggi di wilayah ini memengaruhi permintaan kedelai, khususnya di Kecamatan Sewon. Berbagai kendala di atas juga dihadapi oleh para pengusaha tahu di Kecamatan Sewon. Berdasarkan hal itu, melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui lebih jauh permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha tahu di Kecamatan Sewon, Bantul, menyangkut persediaan bahan baku tahu, modal, harga, kualitas bahan baku, dan faktor lain yang terkait dengan permintaan kedelai. Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini memiliki tiga tujuan pokok, yaitu: (1) mengetahui faktor yang memengaruhi permintaan kedelai pada industri tahu; (2) mengetahui faktor yang memengaruhi produksi tahu; dan (3) mengetahui respon permintaan kedelai pada
indstri tahu dengan adanya perubahan harga kedelai dan harga tahu. Dasar Teori. Fungsi produksi. Produksi adalah transformasi atau pengubahan faktor produksi menjadi barang produksi, atau proses masukan (input) diubah menjadi keluaran (output). Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi yang dihasilkan dalam proses produksi. Dalam bentuk umumnya, fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah barang tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi, yaitu suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat (dan kombinasi) penggunaan input (Boediono 2000). Setiap produsen dalam teori ekonomi dianggap mempunyai suatu fungsi produksi untuk usahanya: Q = f (X1 ,X2, ....., Xn). Di sini: Q= tingkat produksi (output); X1, X2, berbagai input yang digunakan (Boediono, 2000).
.,Xn:
Pada umumnya, fungsi produksi yang digunakan untuk menjelaskan hubungan teknis antara input dan output adalah fungsi Cobb Douglas. Fungsi ini melibatkan dua atau lebih variabel, variabel dependent dan variabel independent (Soekartawi 1986). Secara matematis dapat ditulis: Y = ba ∏ xi ℮; Ln Y = ln bo + ∑ bi ln xi + u Di sini: Y= Produksi (output); bo = Intersep; b1......bn = Koefisien regresi atau elastisitas produksi; xi ..... xn = Faktor produksi; u= Disturbance term (faktor gangguan).
Produksi fisik total. Total Physical Product (TPP) merupakan tingkat produksi yang dipengaruhi oleh input yang digunakan. Bentuk persamaannya adalah TPP = Q = f (X1,X2,....,Xn).
Produksi fisik rata-rata. Dalam teori yang dikenal, Average Physical Product (APP) adalah hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input dengan persamaan: APP = TPP = Q = f(x) X X X Produk fisik marginal. Dalam fungsi produksi dari semua produksi, semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The law of deminishing return. Produk marginal adalah perubahan pendukung sebagai akibat perubahan satu unit input. Faktor produksi MPP (Marginal Physical Product) merupakan slope dari fungsi produksi yang fungsinya dapat ditulis sebagai berikut. MPP = ∆Q=∆TPP=df(X) ∆X ∆X DX Dalam hukum the law of deminishing return dikatakan bahwa bila suatu macam input lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input tadi mula-mula naik, tetapi kemudian menurun bila input terus ditambah. Dengan kata lain, produksi total akan terus bertambah tetapi dengan tambahan yang semakin kecil dan setelah suatu jumlah tertentu akan mencapai maksimum dan kemudian menurun. Permintaan input. Permintaan input timbul karena produsen ingin melakukan proses produksi tertentu. Produsen ingin berproduksi karena ada permintaan output hasil produksi tersebut. Di dalam perusahaan bisa dibedakan dua macam input, yaitu (Boediono 2000): (1) intermediate inputs, yaitu input yang digunakan oleh suatu perusahaan yang merupakan output dari perusahaan lain; (2) primary inputs, yaitu input yang bukan merupakan output perusahaan lain maupun dalam
perekonomian. Dalam golongan ini termasuk tenaga kerja, tanah, kapital, dan sejenisnya. Faktor yang memengaruhi permintaan input. Menurut Wijaya (1990), faktor yang memengaruhi permintaan input adalah: (1) pengaruh bentuk pemasaran terhadap perubahan input. Dalam hal ini, teori permintaan oleh perusahaan dapat disusun berdasarkan berbagai kasus menurut bentuk pasar yang dihadapi oleh perusahaan, baik di pasar sumber maupun di pasar produknya. Pada persaingan murni, baik di pasar sumber maupun di pasar produknya, perusahaan dapat menjual output pada harga pasar yang berlaku dan dapat membeli sumber berapapun juga pada harga yang berlaku. Permintaan suatu sumber atau input tergantung pada kapasitas input untuk memroduksi suatu barang. Dengan kata lain, sumber mempunyai kapasitas tinggi untuk memroduksi suatu barang yang harganya tinggi dan peminatnya banyak mempunyai permintaan input yang tinggi. Perusahaan yang mempunyai produktivitas tinggi untuk memroduksi suatu barang tetapi bila tidak ada peminatnya akan produknya maka tidak ada permintaan akan input tersebut. (2) Perubahan harga, teknologi, dan tenaga kerja. Dalam hal ini, setiap perubahan harga pada faktor produksi ataupun output akan memberikan tingkat penggunaan input yang baru. Adopsi teknologi baru pada umumnya akan menambah biaya produksi yang tinggi yang dapat meningkatkan produksi sehingga akan memengaruhi permintaan input. Faktor produksi tenaga kerja meliputi daya upaya manusia, baik jasmani maupun rohani, yang akan digunakan dalam proses produksi.
Elastisitas permintaan input. Permintaan input dapat dilihat elastisitasnya dalam hubungan dengan faktor yang memengaruhi. Adapun faktor itu adalah (Wijaya 1990): (1) derajat penggantian sumber. Semakin banyak tersedia input substitusi, semakin besar pula elastisitas permintaan input tersebut; (2) elastisitas permintaan produk. Semakin besar elastisitas permintaan produk, semakin besar pula elastisitas permintaan inputnya; (3) nisbah biaya input dengan biaya total. Semakin besar bagian biaya produksi total yang dikeluarkan untuk suatu input, semakin besar pula elastisitas permintaan akan input tersebut. Permintaan input merupakan hubungan antara kuantitas faktor yang digunakan dan harga kuantitas yang diminta sebagai fungsi dari harganya sendiri dan harga produk. Taylor & Beattle (1994) menuliskan fungsi permintaan produksi: X = f\(r,p), dalam hal ini X adalah permintaan input; r adalah harga input; dan p adalah harga output. Kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran penelitian ini dituangkan dalam bentuk bagan sebagai berikut. Permntaan kedelai
Harga kedelai
Jumlah kedelai
Harga bahan Penolong
Upah tenaga kerja
Harga tahu Jumlah bahan penolong
Jumlah tenaga kerja
Produksi tahu
Skala usaha
Hipotesis. (a) Diduga faktor yang memengaruhi permintaan kedelai adalah produksi tahu, harga tahu, kedelai, bahan penolong, biaya tenaga kerja; (b) Diduga faktor yang memengaruhi produksi tahu adalah modal yang digunakan, jumlah kedelai, bahan penolong, dan tenaga kerja, kondisi sosial ekonomi (pendidikan pengusaha tahu, usia, pengalaman kerja, dan keikutsertaan dalam kelompok); (c) Diduga respon permintaan kedelai terhadap harga kedelai bersifat inelastis dan respon permintaan kedelai terhadap harga tahu bersifat inelastis. METODE PENELITIAN Metode Dasar. Metode dasar yang digunakan adalah analisis deskriptif. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis (Surachman 1985). Metode Pengambilan Sampel. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu penentuan daerah sampel berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun metode pengambilan sampel dengan simple random sampling. Sampel diambil dari pelaku industri rumah tangga tahu berjumlah 40 orang responden yang akan diwawancarai mengenai usaha industri tahu. Jenis Data dan Sumber Data. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan meliputi metode observasi dan wawancara. Pembatasan Masalah. Data yang digunakan terbatas pada data yang dikumpulkan saat penelitian, yaitu data tahun 2007.
Asumsi. (a) kapasitas produksi dianggap tetap selama penelitian; (b) teknologi yang digunakan dianggap tetap selama penelitian. Metode Analisis Data. (a) Untuk menguji hipotesis mengenai faktor yang memengaruhi produksi industri tahu menggunakan analisis fungsi linier dengan beberapa variabel sebagai berikut. Ln Y = Ln b0 + b1 Ln (K) + b2 Ln (k) + b3 Ln (p) + b4 Ln (TK) + b5 Ln (M) + b6 Ln (P) + b7 Ln (U) + b8 Ln (Pk) + b9 Log (Bk) + b10D10 + u Keterangan: Y = Produksi yang dihasilkan (kg/hari) K = Jumlah kedelai (kg/hari) k = Jumlah kecutan p = Jumlah plastik (kg/hari) Tk = Curahan tenaga kerja (Rp/JKO) M = Modal yang digunakan (Rp) P = Pendidikan perajin (th) U = Usia (th) Pk = Pengalaman kerja (th) Bk = Keikutsertaan dalam kelompok D = Dummy b1-b10 = Koefisien regresi bo = Intersep u = Penduga ragam.
(b) Untuk menguji hipotesis mengenai faktor yang memengaruhi permintaan kedelai pada industri tahu menggunakan analisis regresi linier berganda dengan beberapa variabel sebagai berikut. Ln P = Ln ao + a1Ln(HK) + a2Ln(HT) + a3Ln(HBk) + a4Ln(Hk) + a5Ln(Hp) + a6Ln(HTk) + b1D1 + u Keterangan: P = Jumlah kedelai yang dibeli (kg/hari) HK = Harga kedelai (Rp/kg) HT = Harga tahu (Rp/biji) HBk = Harga bahan bakar (Rp/ikat) Hk = Harga kecutan (Rp/l) Hp = Harga plastik (Rp/kg) HTk = Biaya tenaga kerja (Rp/JKO) D = Dummy ao = Intersep a1 –a7 = Koefisien regresi u = Penduga ragam.
(c) Untuk menguji hipotesis mengenai elastisitas permintaan produksi pada industri tahu secara metematis dapat ditulis sebagai berikut. ℮ = ∆Q x P ∆P Q Keterangan: ∆Q = Perubahan jumlah yang diminta ∆P = Perubahan harga P = rata-rata perubahan harga Q = rata-rata jumlah yang diminta
Pengujian ketepatan model hipotesis 1 dan 2 menggunakan koefisien determinasi (R2). Uji R2 digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang dipakai yang dinyatakan dengan persentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama. Model dianggap tetap bila nilai R2 sama atau mendekati satu. Nilai R2 dihitung dengan menggunakan persamaan: R2 = ESS TSS Keterangan: ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan TSS = jumlah kuadrat total
Untuk menguji hubungan keseluruhan parameter dan variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, digunakan uji-F, nilai F hitung didapatkan dengan persamaan: F = ESS/(k-1) RSS/(n-k) Keterangan: ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan TSS = jumlah kuadrat total
F tabel = {(α);(k-1;n-k)} Keterangan: ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan RSS = jumlah kuadrat residual n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas
Kriteria pengujiannya sebagai berikut. Ho ditolak jika F hitung > F tabel Ho diterima jka F hitung ≤ F tabel Apabila ditolak maka variabel bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dan apabila diterima maka variabel bebas tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama. Pengujian masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan uji-T. Nilai T hitung sebagai berikut. T hitung = bi Sbi T tabel = (α/2, n-k) Keterangan: Bi = koefisien regresi Sbi = standar error regresi
Jika : [T hitung] ≤ T tabel, Ho diterima dan artinya tidak ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. [T hitung] ≥ T tabel, Ho ditolak dan artinya bahwa ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Pengujian ketepatan model hipotesis 3 dengan kriteria sebagai berikut. E > 1 permintaan elastis E < 1 permintaan inelastis E = 1 elastis unit. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Tahu. Atas dasar analisis fungsi linier untuk produksi tahu diperoleh output persamaan sebagai berikut. Ln Y = 2,655 + 0,663 ln K + 0,089 ln k + 0,157 ln p - 0,040 ln Bk - 0,099 ln Tk + 0,185 ln M - 0,003 ln P - 0,05 ln U + 0,219 ln Pk + 0,056 D Keterangan: lnY = produksi tahu (bungkus/hari)) ln K = jumlah kedelai (kg/hr) ln k = jumlah kecutan (l/hari) ln p = jumlah plastik (bgks/hari) ln Bk = jumlah bahan bakar (ikat/hr) ln Tk = jumlah tenaga kerja (Rp/JKO) ln M = jumlah modal (Rp/hr) ln P = pendidikan (tahun) ln U = usia (tahun) ln Pk = pengalaman kerja (tahun) D = Dummy
Tabel 1. Koefisien regresi (anova) untuk produksi tahu Model
Jumlah kuadrat
Regresi Sisa
6,046 6,172E02 6,108
Jumlah
Derajad bebas 10 29
Kuadrat tengah
F
Sigfikansi
0,605 2,128E03
284, 086
0,000
39
Hasil analisis data menunjukkan bahwa besarnya nilai koefisien determinan R2 adalah 0,995, artinya variasi dalam variabel dependen (Y) yang timbul karena variasi varian independen secara bersama-sama sebesar 99,5 persen, sisanya sebesar 0,5 persen disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah kedelai, bahan bakar, tenaga kerja, modal, pendidikan, usia, pengalaman kerja secara bersama-sama terhadap produksi tahu pada industri tahu di Sewon. Pada tabel di atas terlihat hasil uji F untuk produksi tahu diperoleh F hitung sebesar 284,086 dengan tingkat signifikansi 0,000. Suatu variabel dikatakan sigfinikan bila nilai sg (α) sama dengan lima persen atau jauh lebih kecil dari 0,05, sedangkan nilai F tabel sebesar 2,18 sehingga diketahui nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, artinya Ho ditolak berarti seluruh faktor produksi secara bersama-sama memengaruhi produksi tahu. Seterusnya diuji dengan t-test untuk mengetahui pengaruh faktor produksi secara individu atau masing-masing. Dari tabel 2 diketahui t hitung masing-masing faktor produksi sebagai berikut. (a) Jumlah kedelai. Koefisien regresi untuk jumlah kedelai (b1) adalah 0,663 signifikan (0,000) dengan tingkat kepercayaan 99 persen, artinya dengan penambahan kedelai sejumlah 100 persen akan meningkatkan
Tabel 2. Hasil analisis uji-t untuk produksi tahu model
Koefisien tak standar B
Koefisien standar Beta
T
Std Error 2,766 0,87 3,266 5,879E-02 0,032 0,075 2,563 0,663 0,088 0,575 7,514*** 9,57E-02 0,34 0,577 2,776** 0,137 0,86 0,122 2,065** -4,040E0,019 -0,072 -2,101** 02 0,047 -0,093 -2,111** -9,952E0,088 0,155 2,113** 02 0,036 -0,002 -0,088 0,185 0,054 0,026 0,932 -3,209E0,103 0,154 2,137 03 5,063E-02 0,219 ** : beda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (t tabel: 2,045) ***: beda nyata pada tingkat kepercayaan 99% (t tabel: 2,76). (Constant) Dummy ln K Ln k Ln p ln Bk ln Tk ln M ln P ln U ln Pk
Signifikansi
0,003 0,026 0,000 0,011 0,046 0,044 0,043 0,043 0,930 0,359 0,041
produksi tahu sebesar 66,3 persen. Pengaruh jumlah kedelai terhadap produksi tahu berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel. (b) Jumlah bahan bakar. Koefisien regresi untuk jumlah bahan bakar (b4) adalah -0,040 signifikan (0,044) pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya dengan penambahan jumlah bahan bakar 100 persen akan menurunkan produksi tahu 4,0 persen. Pengaruh jumlah bahan bakar terhadap produksi tahu berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel. (c) Jumlah tenaga kerja. Koefisien regresi untuk jumlah tenaga kerja (b5) adalah -0,099 signifikan (0,043) pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya dengan penambahan jumlah tenaga kerja 100 persen akan menurunkan produksi tahu 9,9 persen. Pengaruh jumlah tenaga kerja berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel. (d) Jumlah modal. Koefisien regresi untuk jumlah modal (b6) adalah 0,185 signifikan (0,043) pada tingkat kepercayaan 95 persen,
artinya dengan penambahan jumlah modal 100 persen akan meningkatkan produksi tahu 18,5 persen. Pengaruh jumlah modal berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel. (e) Pendidikan dan Usia. Koefisien regresi untuk jmlah tenaga kerja (b7) adalah -0,003 tidak signifikan (0,930), sedangkan usia (b8) adalah 0,051 tidak signifikan (0,359), artinya pengaruh pendidikan dan usia terhadap produksi tahu tidak berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih kecil daripada t tabel. (f) Pengalaman kerja. Koefisien regresi untuk pengalaman kerja (b9) adalah 0,219 signifikan (0,041) pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya dengan penambahan pengalaman kerja 100 persen akan menurunkan produksi tahu 21,9 persen. Pengaruh pengalaman kerja terhadap produksi tahu berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Permintaan Kedelai. Dari analisis permintaan kedelai didapat output persamaan dari model logaritma berganda sebagai berikut. Ln P = -4,516 + 0,046 ln Hk – 0,0014 ln HBk + 0,008 ln HT + 0,346 ln p + 0,043 ln k -0,002 ln HTK + 0,148 ln PT + 0,005 D Keterangan: Ln P : Permintaan kedelai (Rp/kg) Ln HK: harga kedelai (Rp/kg) Ln HBk: harga bahan bakar (Rp/ikat) Ln HT : harga tahu (Rp/bungkus) Ln p : harga plastik (Rp/bkgs) Ln k : harga kecutan (Rp/l) Ln HTK: harga tenaga kerja (Rp/HKO) Ln PT: produksi tahu (bungkus/hari) D : Dummy
Atas landasan uji anlysis of variance atau uji F didapatkan F hitung
sebesar 7.521,678 dan tingkat signifikansinya 0,000, sedangkan nilai F tabelnya sebesar 2,243, berarti F hitung lebih besar daripada F tabel, dengan kata lain Ho ditolak atau berarti harga kedelai, bahan bakar, tenaga kerja, dan produksi tahu secara bersama-sama memengaruhi permintaan kedelai pada industri tahu.
(c) Harga Tahu. Koefisien regresi harga tahu (b3) adalah 0,004, artinya dengan penambahan harga tahu 100 persen akan meningkatkan permintaan kedelai 0,4 persen. Pengaruh harga tahu terhadap permintaan kedelai tidak berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel.
Tabel 3. Koefisien regresi (anova) permntaan kedelai pada industri tahu
(d) Harga Tenaga Kerja. Koefisien regresi harga tenaga kerja (b4) adalah -0,453, artinya dengan penambahan harga tenaga kerja 100 persen akan menurunkan permintaan kedelai 45,3 persen. Pengaruh harga tenaga kerja terhadap permintaan kedelai tidak berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel
model Jumlah Derajad Kuadrat tengah F kuadrat bebas Regresi 4,545 8 0,578 7.521,678 sisa 2,211E-03 31 7,223E-05 jumlah 4,598 39 R2 : 0,999 *** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen (F tabel: 2,225).
sig 0,000
Besarnya koefisien determinan R2 adalah 0,999, artinya ada variasi dalam variabel dependen (P) yang disebabkan karena variasi varian independen secara bersama-sama sebesar 99,9 persen, sedangkan sisanya sebesar 0,1 persen disebabkan oleh variabel yang tidak diteliti. Berikutnya dilaksanakan uji t, pada Tabel 4 disajikan t hitung setiap faktor produksi sebagai berikut. (a) Harga Kedelai (HK). Koefisien regresi harga kedelai (b1) adalah 0,048, artinya dengan penambahan harga kedelai 100 persen akan meningkatkan permintaan kedelai. Pengaruh harga kedelai terhadap permintaan kedelai tidak berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel. (b) Harga Bahan bakar. Koefisien regresi harga bahan bakar (b2) adalah -0,005, artinya dengan penambahan harga bahan bakar 100 persen akan menurunkan permintaan kedelai 0,5 persen. Pengaruh harga bahan bakar terhadap permintaan kedelai tidak berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel.
(e) Produksi Tahu. Koefisien regresi produksi tahu (b5) adalah 0,148, artinya dengan penambahan produksi tahu 100 persen akan meningkatkan permintaan kedelai 14,8 persen. Pengaruh produksi tahu terhadap permintaan kedelai tidak berbeda nyata, hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel Tabel 4. Hasil analisis uji t untuk permintaan kedelai pada indstri tahu model
Koefisien tak standar B
Koefisien standar
T
Sig
Std Error
Ln HK 6,107E-03 0,033 0,044 1,435 Ln HBK 4,798E-02 0,009 -0,001 -0,057 Ln HT -5,170E-04 0,024 0,004 0,169 Ln HTK -3,768E-03 0,008 -0,004 -0,453 Ln PT 0,148 0,022 0,170 6,606*** *** : signisikan pada tingkat kepercayaan 99 persen (t tabel: 2,744).
Elastisitas Harga Terhadap Permintaan Kedelai Pada Industri Tahu. Elastisitas harga terhadap permintaan kedelai terhadap harga kedelai dan tahu mencerminkan besarnya perubahan permintaan kedelai akibat perubahan harga kedelai dan harga
tahu. Elastisitas permintaan terhadap harga kedelai 159,8, berarti bahwa permintaan kedelai bersifat elastis terhadap harga kedelai karena nilai elastisitas harganya lebih besar dari satu. Hal ini mengandung makna bahwa persentase perubahan permintaan kedelai relatif besar dibanding persentase perubahan harga kedelai atau dengan kalimat lain, perubahan harga kedelai sangat berpengaruh pada permintaan kedelai. Elastisitas harga tahu terhadap permintaan kedelai -20,3 artinya permintaan kedelai bersifat elastis terhadap harga tahu karena nilai elastisitas harganya lebih besar daripada satu. Hal ini mengandung makna bahwa persentase perubahan harga kedelai relatif besar dibanding persentase perubahan harga tahu atau dengan kalimat lain perubahan harga tahu sangat berpengaruh terhadap permintaan kedelai.
Pengrajin tahu akan mengurangi faktor produksi seperti bahan bakar karena faktor produksi tersebut bila bertambah akan menurunkan produksi tahu. Bagi kestabilan usaha tahunya, pengrajin harus menurunkan faktor produksi ini. Pengalaman kerja pengrajin tahu berpengaruh nyata karena makin lama usaha tahu itu pengrajin akan mengetahui bagaimana cara membuat tahu dengan mutu yang baik, sehingga produknya digemari oleh konsumen. Namun begitu, tak tertutup kemungkinan pengrajin yang baru memulai usaha mengetahui proses pembuatan tahu dengan mutu yang baik karena umumnya industri ini merupakan warisan. Pendidikan dan usia tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu karena umumnya pengrajin tahu merupakan usaha turun-temurun.
Pembahasan. Pengaruh faktor produksi terhadap produksi tahu. Usaha rumah tangga tahu merupakan industri skala kecil karena pengrajin tahu tetap memroduksi tahu untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga harga output maupun harga input tidak terlalu memengaruhi proses produksi. Dengan begitu hasil analisis ini dapat menunjukkan bahwa faktor produksi jumlah kedelai, modal, pengalaman kerja berpengaruh nyata terhadap produksi tahu. Produsen tahu akan meningkatkan faktor produksi bila faktor tersebut memberikan keuntungan terhadap produksi tahunya. Penggunaan kedelai dan modal berpengaruh nyata karena dengan penambahan faktor produksi tersebut akan meningkatkan hasil tahu. Demikian pula sebaliknya, jika faktor produksi berkurang akan menurunkan hasil tahu karena industri tahu termasuk dalam industri rumah tangga sehingga mereka memikirkan produksi tahu yang baik dan bermutu.
Pengaruh faktor produksi terhadap permintaan kedelai. Informasi yang disajikan sebelumnya menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi permintaan kedelai adalah produksi tahu. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan apabila faktor produksi tersebut dinaikkan maka akan meningkatkan permintaan kedelai. Hal demikian tentu akan memberi keuntungan produsen tahu yang bersangkutan. Oleh karena volume produksi pengrajin tahu relatif kecil, maka tidak akan memengaruhi permintaan kedelai. Namun demikian harga kedelai, bahan bakar, dan tahu serta biaya tenaga kerja merupakan faktor yang tidak memengaruhi permintaan kedelai. Oleh karenanya produsen tahu akan menurunkan faktor ini agar usahanya tetap stabil. Elastisitas harga tahu dan harga kedelai terhadap permintaan kedelai. Elastisitas harga tahu terhadap permintaan kedelai bersifat elastis, artinya perubahan harga
tahu berpengaruh terhadap permintaan kedelai. Elastisitas harga kedelai terhadap permintaan kedelai bersifat elastis, artinya perubahan harga kedelai berpengaruh terhadap permintaan kedelai. KESIMPULAN DAN SARAN
Boediono 2000. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta. Nurbudiati 2004. Permintaan Kedelai Pada Industri Tempe di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Yogyakarta. Skripsi Fakultas Pertanian Univsersitas Janabadra.
Kesimpulan. Produksi tahu di Kecamatan Sewon dipengaruhi oleh jumlah kedelai, modal, pengalaman kerja, jumlah bahan bakar, dan jumlah tenaga kerja. Permintaan kedelai dipengaruhi oleh produksi tahu. Permintaan kedelai tersebut bersifat elastis terhadap harga kedelai dan harga tahu.
Nurjanatun 1997. Studi Kooperatif Indonesia Rumah Tangga Tahu dan Tempe di Kabupaten Bantul. Jur. Sosial Ekonomi Pertanian. Univ. Gadjah Mada Yogyakarta.
Saran. Usaha rumah tangga tahu di Kecamatan Sewon memerlukan upaya efisiensi pengalokasian faktor produksi dan untuk itu diperlukan penyediaan kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tahu dengan tingkat harga yang relatif murah bagi mereka.
Surachman, W. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Metode dan Teknik. Tarsito. Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Astuti, M. 1996. Sejarah Pengembangan Tempe. Dalam: Sapuan dan Sutrisno (eds). Bunga Rampai Tempe Indonesia. Yayasan Tempe Indonesia. Jakarta.
Soekartawi 1986. Analisis Fungsi Cobb Douglas. Vemera, Malang.
Taylor, C.R. & Economic of Produksi, alih Josohardjono). Yogyakarta.
Beattle, B.R. 1994. The Production. (Ekonomi bahasa oleh Soeratno Gadjah Mada Univ.
Wijaya, F. M. 1990. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.