Sosok Wanita Ideal dalam Cerpen L’Inutile Beauté Karya Guy de Maupassant
Nurissa Arviana Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat, Indonesia Email :
[email protected]
ABSTRAK Artikel ini berusaha mengungkapkan sosok wanita ideal yang ditampilkan melalui tokoh utama wanita dalam cerita pendek L’Inutile Beauté karya Guy de Maupassant. Cerita pendek yang mengisahkan tentang kalangan bangsawan tinggi ini ingin menmperlihatkan bahwa keutamaan seorang wanita dinilai bukan dari sekedar kecantikan paras belaka namun juga ditunjukkan dalam kecantikan sikap dan hati sebagai seorang wanita serta kesadaran akan kedudukan dan haknya di masyarakat. La Comtesse de Mascaret dalam cerita ini memiliki semua unsur yang dituntut sebagai wanita utama tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dari Roland Barthes. Kata kunci : wanita ideal, kecantikan, sikap, kesempurnaan ABSTRACT
This article tries to reveal the image of an ideal woman which is shown by the main woman character of Guy de Maupassant’s short story titled L’Inutile Beauté. This short story which tell us about the noblesse in French society aims to show that the beauty of a woman is not only matter of a physical appearance but also the beauty of her attitude, responsibility as a mother and wife, the heart as a true woman, and the awareness of her position and rights in society as well. La Comtesse de Mascaret in this story has all the elements that makes be an ideal woman in her era. This analyze uses the structural approach from Roland Barthes. Keyword : an ideal woman, beauty, attitude, perfection
1 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
Latar Belakang Henri René Albert Guy de Maupassant, yang lebih dikenal dengan nama, Guy de Maupassant lahir pada 5 Agustus 1850 di Château de Miromesniel, Seine-Inférieure, Prancis. Dia terlahir dari keluarga kalangan bourgeois Prancis dan merupakan anak pertama dari Laure Le Poittevin dan Gustave de Maupassant. Kedua orangtuanya kemudian bercerai ketika ia berumur sebelas tahun dan ia tinggal bersama dengan ibunya di Villa des Verguies, Étretat. Ibunya yang gemar membaca karya sastra klasik menularkan kecintaannya kepada Guy de Maupassant. (Campa, 2004 : 15) Di masa mudanya, Maupassant bertemu dengan Gustave Flaubert saat ia menempuh pendidikan di sekolah menengah pertama. Flaubert-lah yang mendorong Maupassant untuk menjadi seorang penulis. (http://www.kirjasto.sci.fi/maupassa.htm) Di bawah arahan Gustave Flaubert, Guy de Maupassant mulai mengenal karya-karya sastra. Ia juga aktif melakukan pelayanan militer untuk Prancis saat perang Prancis-Prusia dan di saat yang bersamaan ia bertemu dengan Zola. Maupassant membantu Zola dalam menyelesaikan kumpulan cerita pendek tentang perang Prusia berjudul Soirées de Médan. Maupassant menjadi pendukung penulis genre naturalis dan realis. Pada tahun 1880, Maupassant meluncurkan karya pertamanya Boule de Suif yang mendapat sukses besar. (Leclerc : 2002, 145-147) Guy de Maupassant telah menghasilkan tiga ratus buah cerpen, enam buah novel, dan tiga buah buku perjalanan semasa hidupnya. Dalam karya-karyanya, Maupassant seringkali menceritakan tentang kehidupan bourgeoisie yang sesuai dengan latar belakang Maupassant sendiri yang berasal dari kalangan tersebut. Ia dianggap menuliskan kembali pengalaman hidupnya yang sedikit dibumbui dengan berbagai intrik cerita. (Campa : 2004,11). Beberapa karya Maupassant banyak bercerita tentang kehidupan wanita di masanya. Beberapa karya Maupassant yang memunculkan wanita sebagai tokoh utama adalah La Parure, Le Horla, dan L’Inutile Beauté. Pada abad ke-19, wanita merupakah kaum yang menempati kelas kedua di masyarakat. Di masa itu wanita bertanggung jawab atas segala pekerjaan rumah tangga, melayani suami, dan mengurus anak (http://www.uky.edu/~popkin/frenchworker/grear.htm). Kehidupan wanita seakan sudah digariskan untuk mengabdikan diri kepada suami dan keluarga. Wanita pada saat itu tidak mempunyai kuasa atau hak atas dirinya sendiri. Maupassant melalui karyanya menunjukkan rasa simpati dan pembelaannya terhadap kaum wanita yang dianggap lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki. Pembelaan Maupassant dalam membela kaum wanita ini dianggap sebagai perlawanan yang cukup radikal terhadap ideologi bourgeois di abad itu banyak wanita yang dipaksa menikah dengan orang kaya demi status sosial, dan menjadi obyek pria (Vallury, 2008 : 4-8). Pembelaan kaum wanita tersebut juga diungkapkan oleh Maupassant dalam salah satu cerpennya yang berjudul L’Inutile Beauté. Jika melihat dari judulnya, pembaca mungkin dapat salah memaknai isi cerita bahwa kecantikan seakan tidak dihargai.. Cerpen ini menyimpan makna yang lebih mendalam mengenai kecantikan wanita yang ingin disampaikan oleh Maupassant melalui tokoh utama nya, La Comtesse de Mascaret. Setelah membaca cerpen ini kesan yang timbul adalah bahwa La Comtesse de Mascaret merupakan sosok wanita ideal yang sukar ditemukan di kalangan kelas elite Prancis, bahkan di dunia. Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti cerpen ini.
2 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
Pembahasan L’Inutile Beauté menceritakan seorang wanita bernama La Comtesse de Mascaret yang merupakan istri dari Le Comte de Mascaret, seorang pria bangsawan yang kaya raya dan terkenal di Paris. Dengan desakan dari Le Comte de Mascaret, orangtuanya mengizinkannya untuk menikah di usia yang masih sangat muda. La Comtesse de Mascaret dikenal sebagai wanita yang sangat cantik jelita bahkan di usia tiga puluh enam tahun tahun, dan ia sudah mempunyai tujuh anak. Kecemburuan suaminya yang berlebihan terhadap semua laki-laki yang memandangnya, membuatnya menjadi sangat risih dan terkekang. Oleh karena itu, La Comtesse de Mascaret memutuskan untuk berbohong kepada suaminya. Ia mengatakan bahwa salah satu dari anak mereka bukanlah anak kandung Le Comte de Mascaret. Le Comte de Mascaret menjadi sangat gelisah dan sedih akan pernyataan istrinya tersebut. Ia terus menerus memaksa istrinya untuk mengatakan siapa dari ketujuh anak mereka yang bukan darah dagingnya. Melihat kesedihan suaminya, La Comtesse de Mascaret akhirnya tidak tega dan mengaku bahwa ia telah berbohong kepada Le Comte de Mascaret. Ia sengaja melakukan hal tersebut sebagai siasat agar Le Comte de Mascaret menyadari kesalahannya yang terlalu mengekang hidupnya dengan selalu ingin menambah anak. Di akhir cerita, Le Comte de Mascaret sadar bahwa istrinya tidak mungkin mengkhianati dirinya. Le Comte de Mascaret pun tersadar bahwa ia telah membuat hidup istrinya yang cantik jelita menjadi sulit. Dari pemilihan namanya, sudah terlihat dengan jelas bahwa La Comtesse de Mascaret merupakan seorang istri dari seorang bangsawan tinggi. Gelar Comte sendiri merupakan gelar bangsawan yang diberikan kepada seorang pegawai pemerintahan yang menjadi wakil raja di suatu kota (http://www.heraldica.org/topics/france/noblesse.htm).. Pembahasan mengenai sikap sopan santun kedua tokoh tersebut akan dilanjutkan pada bagian penokohan. Cerpen ini cerpen yang sangat sederhana dan tidak mempunyai tokoh yang banyak : La Comtesse de Mascaret dan Le Comte de Mascaret. Tokoh-tokoh lain dalam cerita seperti para pelayan, kusir kereta viktoria, dan dua pria di opera, hanya disebutkan secara sekilas saja. Inti dari cerita ini akan dijabarkan dalam skema aktan di bawah ini. Kebebasan dan Kebahagiaan La Comtesse keinginan untuk menjadi femme du monde (O) de Mascaret dan keluarga (P2) Le Comte de Mascaret (P1)
Kecemburuan berlebihan
La Comtesse de Mascaret La Comtesse de Mascaret (S) La Comtesse de Mascaret Le Comte de Mascaret (Pen) Le Comte de Mascaret (Pengh)
Terlihat dari skema aktan di atas bahwa tokoh utama adalah La Comtesse de Mascaret yang merupakan subjek cerita. Ia digambarkan sebagai wanita yang terkekang selama pernikahannya dengan Le Comte de Mascaret. Hal itu disebabkan oleh kecemburuan yang berlebihan sang suami karena pria-pria suka memandang dan mengagumi kecantikannya. Itulah yang menyebabkan La Comtesse de Mascaret sebagai subjek tergerak untuk
3 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
mendapatkan tujuannya yaitu kebebasan dan keinginan untuk menjadi femme du monde, yaitu wanita golongan atas yang tampil dan punya kedudukan di masyarakat. Dalam memperoleh tujuannya, La Comtesse de Mascaret mendapat halangan yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari pihak luar. Kenyataan bahwa selama sebelas tahun pernikahannyan dengan Le Comte de Mascaret, ia tidak pernah berani untuk mengungkapkan perasaannya yang tertekan dan aspirasinya sebagai wanita terpelajar, menunjukkan kelemahannya. Unsur lain yang menghambat subjek untuk mendapatkan objek adalah pikiran kolot Le Comte de Mascaret yang beranggapan bahwa La Comtesse de Mascaret hanya bertugas sebagai isri dan ibu bagi anak-anaknya saja tanpa memikirkan halhal yang sebenarnya diinginkan oleh La Comtesse de Mascaret yang sebenarnya La Comtesse de Mascaret inginkan dalam menjalani kehidupannya. Untuk mencapai tujuannya, La Comtesse de Mascaret murni berusaha sendiri dengan pemikirannya tentang kedudukan wanita. Le Comte de Mascaret berkemungkinan juga akhirnya mencoba untuk mengerti posisi istrinya yang dapat disimpulkan melalui perilakunya yang halus dan cintanya yang sangat besar kepada istrinya. Kesabaran dan pengertian Le Comte de Mascaret dianggap membantu mendapatkan objek, yaitu kebebasan dari La Comtesse de Mascaret. Tokoh-Tokoh Kalangan Atas 1. La Comtesse de Mascaret Berdasarkan namanya, kita dapat mengetahui bahwa La Comtesse de Mascaret adalah istri dari seorang pria yang termasuk dalam golongan bangsawan kelas atas. Kebangsawanan itu antara lain ditunjukkan oleh sikap Le Comte de Mascaret yang sangat santun kepada La Comtesse de Mascaret, dan sebaliknya, misalnya melalui penggunaan vous voyez dalam setiap percakapan dua tokoh tersebut. Penggunaan vous voyez dalam cerita ini menunjukkan bahwa nilai kesopanan masih sangat dijunjung tinggi oleh kaum bangsawan pada masa itu. Kesantunan semacam itu hanya didapatkan oleh kelompok bangsawan yang mengenyam pendidikan tinggi dan halus Ia merupakan istri dari Le Comte de Mascaret. La Comtesse de Mascaret sangat terkenal akan kecantikannya. Ia merupakan seorang wanita yang berwajah oval, mempunyai warna kulit putih gading, langsing, berambut hitam, dan memiliki mata abu-abu. Kecantikannya membuatnya terlihat awet muda walaupun usianya sudah tiga puluh enam tahun. “Elle était fort belle, svelte, distinguée avec sa longue figure ovale, son teint d'ivoire doré, ses grands yeux gris et ses cheveux noirs...” (6) “Ia sangat cantik, anggun, diperanggun dengan wajahnya yang oval, warna kulit putih gading, mata abu-abu tuanya yang besar, dan rambut hitamnya…” (6) Kecantikan paras La Comtesse de Mascaret selalu menjadi pusat perhatian orangorang yang berada di sekitarnya, terutama kaum pria. Hal ini terlihat dari percakapan dua orang pria yang berada di dalam gedung opera. Kedua orang pria tersebut tidak dapat memalingkan mata mereka dari La Comtesse de Mascaret. Kecantikan dan keanggunan La Comtesse de Mascaret membuat kedua pria tersebut membicarakan La Comtesse de Mascaret. Peristiwa itu membuktikan bahwa La Comtesse de Mascaret memang wanita yang cantik jelita dan anggun.
4 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
Meskipun ia sangat cantik jelita dan selalu dikelilingi oleh banyak pria, ia tidak pernah berpikir untuk menyalahgunakan kecantikannya. Ia hanya ingin hidup layaknya wanita kaya yang bahagia karena bisa merasakan dunianya sendiri. “Et quand je reparaissais, fraîche et belle, indestructible, toujours séduisante et toujours entourée d'hommages, espérant enfin que j'allais vivre un peu comme une jeune femme riche qui appartient au monde...” (14) “Dan ketika aku tampil, segar, cantik, tidak diragukan lagi, selalu menawan, dan selalu dihormati oleh orang-orang di sekitarku, berharap akhirnya aku akan hidup seperti wanita muda kaya yang memiliki dunia …”(14) Ia mengaku telah berbohong di hadapan Tuhan dan atas nama anak-anaknya untuk kebaikannya sendiri namun ia tidak pernah sekalipun mengkhianati suaminya “J'ai menti devant Dieu, et j'ai menti, la main levée sur la tête de mes enfants, car je ne vous ai jamais trompé…” (46) “Saya telah berbohong di depan Tuhan dan bersumpah atas nama anak-anakku karena saya tidak mungkin mencurangi anda…” (46)
Ia menikah dengan Le Comte de Mascaret bukan karena rasa cinta atau keinginannya sendiri melainkan karena Le Comte de Mascaret mendesak orangtua La Comtesse de Mascaret agar ia mau menikah dengan Le Comte de Mascaret. Hal ini menunjukkan kepatuhannya kepada orangtuanya yang menyebabkan ia tidak berani untuk mengungkapkan perasaan terkekangnya selama sebelas tahun. “Vous m’avez épousée malgré moi, vous avez forcé mes parents qui étaient gênés à me donner à vous, parce que vous êtes très riche…” (15) “Anda menikahiku bukan karena keinginanku, anda seperti mendesak orangtuaku yang merasa tidak enak untuk memberikanku kepada anda, karena anda sangat kaya…” (15) Ia adalah ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya dengan sepenuh hatinya. Cintanya sebagai seorang ibu ia tampilkan melalui tutur kata yang lembut dan kasih sayang ketika berbicara kepada anak-anaknya. Hal itu ia tunjukkan dalam gaya bicaranya yang penuh kasih sayang. “elle eut pour tous ses enfants des paroles tendres, des gentiles, de ces douces gâteries de mère qui dilatent les petits coeurs…” (25) “Ia mempunyai perkataan yang lembut, baik hati, kelembutan seorang ibu yang membesarkan anak-anaknya…” (25) Ia adalah orang yang saleh dan taat beragama. Ia percaya kepada Tuhan. Bagi orang Kristiani, gereja seringkali menjadi simbol tubuh Kristus sehingga dianggap sebagai tempat yang sakral. Hal ini terlihat dalam percakapannya dengan Le Comte de Mascaret bahwa ia tidak bisa berbohong di gereja karena ia tidak seharusnya berbuat dosa di tempat suci “Que je pourrais mentir en vous faisant un serment devant un autel où est enfermé le corps du Christ ? (6)” “Apa saya dapat berbohong dengan membuat sumpah di depan altar yang tertutup tubuh Kristus?” (7)
5 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
Tokoh La Comtesse de Mascaret juga digambarkan sebagai wanita terpelajar. Ia menganggap dirinya adalah wanita yang beradab dan ia menolak menjadi perempuan sederhana yang hanya bertugas sebagai penghasil keturunan bagi suaminya. “Je suis, nous sommes des femmes du monde civilisé, monsieur. Nous ne sommes plus et nous refusons d'être de simples femelles qui repeuplent la terre." (47) “Aku, kami adalah wanita dunia yang beradab. Kami tidak lagi dan kami menolak menjadi wanita yang bertugas untuk menambah populasi dunia…” (47) Sikap La Comtesse de Mascaret yang berani mengutarakan pemikirannya kepada suaminya, pada saat itu masih terbilang radikal dan sulit ditemukan, bahkan bagi wanita terpelajar di jaman itu. Sebagai wanita, ia mampu menyatakan pendapatnya yang mewakili pembelaannya terhadap kaum perempuan. Ia ingin dirinya dianggap sebagai femme du monde yang sebenarnya. Femme du monde sendiri secara harafiah mempunyai arti wanita yang hidup di kalangan atas dan mengenal adat kebiasaan (http://www.larousse.com/en/dictionaries/french/monde/52177/expression?q=femme+du+mo nde#182030). Ia berpendapat bahwa sudah merupakan haknya untuk dapat hidup sesuai dengan statusnya di masyarakat yang mempunyai hak untuk menjadi apapun yang dia inginkan. “Je veux vivre enfin en femme du monde, comme j’en ai le droit, comme toutes les femmes en ont le droit...” (2) “Saya ingin hidup sebagai wanita yang aktif di masyarakat karena saya mempunyai hak, seperti semua wanita juga mempunyai hak untuk itu…” (2) Terlihat dari beberapa kutipan di atas bahwa La Comtesse de Mascaret adalah seorang wanita yang cantik secara fisik, pikiran, dan perbuatan. Ia seorang saleh, ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya, dan setia kepada suaminya . Selain itu, ia juga wanita yang sabar dan bijaksana. Ia tahu bagaimana cara yang tepat untuk memberi pelajaran kepada suaminya. Dari gaya bicara dan pemikirannya dapat diketahui bahwa La Comtesse de Mascaret bukanlah wanita biasa, ia seorang yang sangat pintar, terpelajar, dan berani. Oleh karena itu, ia mampu menyuarakan pendapatnya bahwa wanita juga berhak di masyarakat.
2. Le Comte de Mascaret Ia merupakan bangsawan tinggi yang gagah, tinggi, memiliki janggut tebat, tampan, baik hati, serta sosok suami dan ayah yang sempurna. “C’était un homme de haute taille, àlarges épaules, à grande barbe rousse, un bel homme, un gentilhomme, un homme du monde qui passait pour un mari parfait et pour un père excellent” (10) “Ia adalah seorang laki-laki yang berperawakan tinggi besar, memiliki bahu yang lebar, janggut merah yang tebal, tampan, baik hati, gambaran suami dan ayah yang sempurna…” (10)
6 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
Ia adalah pria yang suka bersenang-senang namun setelah menikah menjadi seorang suami yang bertanggung jawab. “Mascaret est grand viveur aujourd'hui, après avoir été un parfait époux. Tant qu'il est resté bon mari..." (29) “Mascaret adalah orang yang suka bersenang-senang. Meskipun begitu, ia tetap menjadi suami yang baik…” (29) Ia adalah ayah yang sangat baik dan melindungi anak-anaknya sejak mereka berada dalam kandungan ibunya. Ia menghujani anak-anaknya dengan kasih sayang. “….vous vous êtes attaché à vos enfants de toute la sécurité qu'ils vous ont donnée pendant que je les portais dans ma taille. Vous avez fait de l'affection pour eux…” (15) “…anda terikat dengan anak-anak anda dengan segala perlindungan yang anda berikan saat aku mengandung mereka. Anda memberikan kasih sayang kepada mereka …” (15) Ia adalah seoarang suami yang bijaksana dan sabar karena ia tidak mau bertengkar dengan istrinya. Hal itu terlihat dari keputusannya untuk pergi sebentar meninggalkan keluarganya setelah mendengar pengakuan istrinya yang mengejutkan. Akan tetapi, meskipun ia meninggalkan rumah, ia tetap bertanggung jawab atas keluarganya dan tidak lupa untuk membiayai hidup keluarganya di rumah. “Il lui annonçait qu'il entreprendrait un voyage assez long, et la prévenait, en postscriptum, que son notaire lui fournirait les sommes nécessaires à toutes ses dépenses...”(26) “Ia memberitahukan bahwa ia akan berpergian cukup lama dan ditambahkan dalam suratnya bahwa pengacaranya akan menyediakan uang untuk seluruh kebutuhannya…” (26) Le Comte de Mascaret juga tergolong ayah dan suami model lama atau masa lalu yang ingin selalu menjaga anak istrinya. Sikapnya ini merupakan sikap ksatria dari seorang pria yang ingin selalu melindungi dan menjauhkan keluarganya dari marabahaya. Pria lain kemungkinan akan marah namun ia tidak menunjukkan emosinya. Hal itu sesuai dengan pengakuannya kepada La Comtesse de Mascaret bahwa ia mempunyai kelembutan hati untuk selalu mencintai dan melindungi anak dan istrinya. “J'ai pour mes enfants la seule tendresse de mon coeur ; vous le savez bien. Je suis pour eux un père des anciens temps, comme j'ai été pour vous le mari des anciennes familles…” (42) “Aku mempunyai kelembutan hati untuk anak-anakku ; Anda tahu itu. Saya adalah ayah yang kolot, seperti saya bagi anda adalah suami yang kuno…” (42) Ia adalah suami yang sangat pencemburu bahkan terhadap semua laki-laki yang berada di dekat istrinya. Kecemburuannya terhadap sang istri sering diiringi oleh sikap yang kasar dan intimidasi yang membuat istrinya terkekang. La Comtesse de Mascaret bahkan menggambarkan kecemburuan buta, une jalousie d’espion, Le Comte de Mascaret yang selalu mengawasi dirinya. Dari beberapa kutipan diatas, dapat diketahui bahwa Le Comte de Mascaret adalah seorang pria yang tampan dan terpandang karena berasal dari kaum bangsawan atas. Ia senang bersenang-senang namun ia tidak pernah lupa akan tanggung jawabnya sebagai 7 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
seorang suami dan ayah. Ia sangat bijaksana dan mempunyai sifat ksatria karena ingin selalu melindungi keluarganya namun dibalik kesempurnaannya ia adalah suami yang snagat pencemburu. Waktu, Ruang, dan Suasana L’Inutile Beauté Dalam cerpen ini tidak disebutkan oleh penulis tahun yang melatarbelakangi penceritaan. namun dapat disimpulkan bahwa latar waktu dalam cerpen ini adalah masa Belle Époque dilihat dari tahun penerbitan cerpen (1891) . Masa ini adalah masa yang sangat membanggakan bagi Prancis dengan rentang waktu antara tahun 1871-1914. Pada masa itulah muncul banyak perkembangan di bidang teknologi, seni, fashion, politik, dan ekonomi. Cerpen ini secara khusus menggambarkan tentang kehidupan kalangan bangsawan atas Prancis yang ditunjukkan melalui penggunaan Comte yang merupakan gelar bangsawan pada masa itu. Kehidupan kelas atas pada masa ini sangat monoton, terutama bagi bangsawan wanita. Hal itu terlihat di bagian awal cerita ketika La Comtesse de Mascaret sudah siap dengan kereta viktoria ingin pergi berjalan-jalan dan dengan mudahnya sang suami menebak bahwa istrinya akan pergi ke Bois du Bologne. Hal itu menunjukkan bahwa wanita tingkat atas terbiasa untuk pergi ke tempat yang sama setiap harinya. Pada sore hari mereka selalu berjalan-jalan dengan kereta kuda di Bois du Boulogne, menonton opera, melakukan pesta teh atau datang ke pameran seni setiap harinya sampai waktu makan malam tiba. Kehidupan yang terbilang membosankan pada jaman ini dapat menjadi salah satu latar belakang perlawanan La Comtesse de Mascaret kepada suaminya. Waktu dalam isi cerita ini terlihat dalam beberapa kutipan namun pada awal cerita latar waktu yang digunakan adalah sore hari yang cerah di akhir bulan Juni. “C'était à la fin de juin, vers cinq heures et demie...” (6) “Saat itu akhir bulan Juni, sekitar pukul 5.30 sore…” (6) Latar waktu juga terlihat saat pelayan rumah memberitahukan kepada La Comtesse de Mascaret bahwa waktu itu jam delapan malam bahwa makan malam sudah siap. Pada jaman itu hanya orang tertentu saja yang mampu untuk memiliki pelayan. Apalagi pelayan yang bersifat sopan makin memperkuat posisi keluarga La Comtesse de Mascaret. “Huit heures sonnèrent, et, presque tout de suite, deux coups furent frappés à la porte…” (20) “Jam delapan berdentang, dan seketika itu juga dua ketukan pintu terdengar…” (20) Latar ruang dalam cerita L’Inutile Beauté dibagi menjadi dua yaitu ruang pribadi dan ruang publik. Ruang pribadi dalam cerita ini ditunjukkan dari penggambaran rumah, kamar pribadi, dan kereta kuda. Rumah pribadi yang besar dan kereta kuda milik La Comtesse de Mascaret menunjukkan kelas sosialnya yang termasuk kaum elite dan bukti bahwa para pria bangsawan pada masa itu menghormati wanita dengan memberikan semua kebutuhan, mulai dari pembantu sampai kereta viktoria. Kereta viktoria adalah kereta kuda kuno beroda empat yang terbuka (http://www.larousse.com/en/dictionaries/french/victoria/81859?q=victoria#80889). Pada masa itu, tidak sembarang orang dapat memiliki kereta viktoria. Yang merupakan kereta kuda besar dan elegan yang digunakan sebagai kendaraan orang-orang kaya pada masa itu.
8 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
“La victoria fort élégante, attelée de deux superbes chevaux noirs, attendait devant le perron de l'hôtel.” (6) “Kereta viktoria yang elegan, dijalankan dengan dua kuda hitam yang besar, menunggu di depan rumah…” (6) Latar ruang berpindah dari halaman rumah ke dalam kereta kuda tempat La Comtesse de Mascaret. “Le cocher, inclinant un peu le cou, sans quitter ses chevaux des yeux, sembla tourner son oreille seule vers sa maîtresse…” (18) “Kusir, dengan sedikit membungkuk, tanpa memalingkan mata dari kuda-kudanya sepertu membalikkan telinganya kepada La Comtesse…”(18) Latar tempat ruang pribadi kemudian muncul di ruang makan dan di kamar pribadi Le Comte de Mascaret dan istrinya. Bagi kaum bangsawan waktu makan malam adalah waktu yang sangat penting karena pada waktu makan malam seluruh anggota keluarga berkumpul. Di ruang makan inilah biasanya suami yang bekerja dan istri yang menjalani rutinitas kebangsawanannya akhirnya dapat bertemu muka. “Oui, madame La comtesse. M. le comte est dans la sale à manger…” (20) “Iya, Nyonya. Tuan berada di ruang makan…” (20) La Comtesse de Mascaret dan Le Comte de Mascaret mempunyai kamarnya sendirisendiri. Hal ini merupakan hal yang lazim bagi pasangan suami istri bangsawan untuk mempunyai kamar yang terpisah. “…elle rentra seule dans sa chambre.” (25) “Ia masuk sendirian ke dalam kamarnya…” (25) Latar ruang yang termasuk dalam ruang publik hanya ditunjukkan oleh dua tempat saja, yaitu gereja dan gedung opera. Gereja selain merupakan tempat ibadat umat Kristiani juga digambarkan sebagai tempat yang suci. Gereja menggambarkan kemurnian dan pengampunan. Gereja menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh Madame La Comtesse de Mascaret. Ia datang tidak hanya di hari minggu saja namun di hari lain ketika ia ingin melakukan ibadah, seperti melakukan sumpah atau pengakuan dosa. "Allez à l'église Saint-Philippe-du-Roule…"(17) “Pergi ke gereja Saint-Phillipe-du Roule…” (17) Gedung opera dalam cerita ini menguatkan status sosial dari Le Comte de Mascaret dan La Comtesse de Mascaret karena hanya orang-orang kaya dan terpandang yang bisa menonton teater di gedung opera. “C'était à l'Opéra, pendant un entracte de Robert le Diable...” (26) “Ketika di Opera, saat pementasan Robert le Diable…” (26) Dari analisis latar ruang dan waktu, terlihat bahwa semua aspek ini mendukung keterangan bahwa keluarga Le Comte de Mascaret dan La Comtesse de Mascaret bukan
9 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
orang biasa. Mereka adalah orang terpandang yang mempunyai rumah besar, kereta kuda pribadi, dan mampu untuk menonton opera.. Kesimpulan Cerpen L’Inutile Beauté karya Guy de Maupassant ini mengisyaratkan sosok wanita ideal yang dapat dilihat dari inti cerita, skema aktan dan penokohan tokoh utama, La Comtesse de Mascaret. La Comtesse de Mascaret merupakan gambaran wanita pada abad ke-19pada umumnya yang hanya mengurus rumah tangga. Kondisi wanita pada abad ini jauh dari kondisi wanita jaman sekarang yang sudah terbilang ideal. Wanita ideal adalah wanita yang bebas dan mampu memilih jalan hidupnya sendiri tanpa adanya kekangan dari pihak lakilaki, mampu hidup dalam masyarakat, dan mampu mengimbangi hak dan kewajibannya dalam setiap peran dalam hidupnya. Posisi wanita pada abad itu sangat terkekang karena tanggung jawab yang ia miliki terhadap urusan rumah tangga, suami, anak, bahkan orangtua mereka. Wanita diwajibkan untuk mampu mengurus rumah, memasak, dan mengurus anak yang mengakibatkan posisinya menjadi pihak yang lebih inferior. Di masa ini juga sering terjadi pernikahan dianggap sebagai sebuah kepentingan belaka untuk menaikkan status sosial-ekonomi. Hal ini sesuai dengan penggambaran La Comtesse de Mascaret yang menikah karena desakan dan setelah menikah harus mengurus ketujuh anaknya. Ia menginginkan adanya perubahan dalam hidupnya. Penggambaran tokoh La Comtesse de Mascaret yang muncul dalam pembahasan, skema aktan, dan penokohan membuktikan bahwa dirinya merupakan sosok wanita ideal. Ia tidak hanya cantik fisik namun cantik dalam perbuatan, tutur kata, bahkan pemikirannya. Ia adalah seorang wanita berpenampilan menawan, rendah hati, setia, menyayangi anakanaknya, saleh, dan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai seorang wanita tingkat atas. Hal itulah yang membuatnya menjadi seorang wanita yang ideal. Daftar Pustaka Ardeasari, Nissa. "Pengungkapan Sikap Patriotik di dalam Cerita Pendek Boile de Suif, Mademoiselle Fifi dan Le Lit 29 Karya Guy de Maupassant". Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010. Campa, Cosimo. Panorama d’un Auteur: Maupassant. Paris: Studyrama, 2004. Grear, Kelly. Nineteenth Century French Working Women: Love, Marriage, and Children. 2002. 28 Januari 2014. < http://www.uky.edu/~popkin/frenchworker/grear.htm> Leclerc, Yvan, et al. ,ed. Flaubert-Le Poittevin-Maupassant Une Affaire de Famille Littérraire. Paris : Publication de l’université de Rouen. Liukkonen, Petri dan Pesonen, Ari. Guy de Maupassant (1850 – 1893) – in full Henry-RenéAlbert-Guy de Maupassant. 2008. 12 Desember 2012. < http://www.kirjasto.sci.fi/maupassa.htm> Schmitt, M.P., dan Viala, A. Savoir-lire. Paris: Didier, 1982. Vallury, Rajeshwari S. Surfacing the Politics of Desire : Literature, Feminism, and Myth. Toronto: University of Toronto, 2008.
10 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
11 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014
12 Sosok wanita ..., Nurissa Arviana, FIB UI, 2014