Makna Cerpen Le Père Karya Guy de Maupassant
Disusun oleh:
ANNISA DHEA ELLITA 1006663562
MAKALAH-NON SEMINAR UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR SEBAGAI SYARAT LULUS SARJANA S1
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia 2014
1 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
2 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
3 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
4 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
Makna Cerpen Le Père Karya Guy de Maupassant
Annisa Dhea Ellita Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesa, Depok, 16424, Indonesia
[email protected]
Abstrak Artikel ini berusaha untuk mengungkap makna yang terkandung dalam cerita pendek yang berjudul Le Père karya Guy de Maupassant dengan menggunakan pendekatan struktural dari Roland Barthes. Guy de Maupassant terkenal dengan ciri khas karyanya yang banyak menceritakan tentang rasa pesimis. Sama halnya dengan cerita pendek yang mengisahkan tentang seorang pria bernama François Tessier yang jatuh cinta kepada wanita bernama Louise ini, dalam cerita ini ia ingin menunjukkan bahwa penyesalan atas suatu kesalahan atau perbuatan buruk akan selalu datang terakhir dan terkadang, saat penyesalan itu datang, seseorang sudah terlalu terlambat untuk bisa memperbaiki semuanya. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi untuk menebus kesalahan yang telah dilakukan dan yang tersisa tinggallah penyesalan dan kehampaan yang akan terus menghantui kehidupan seseorang. Tokoh François Tessier dalam cerpen ini menunjukkan betapa menyiksa dan menderitanya seseorang apabila menjalani kehidupan yang selalu dibayangi oleh penyesalan akan masa lampau dan di waktu yang bersamaan ia tidak berdaya untuk berbuat apapun untuk keluar dari penderitaan tersebut. Kata kunci: cerita pendek; Guy de Maupassant; penyesalan
5 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
The Meaning of Guy de Maupassant’s Short Story: Le Père Abstract This article attempts to reveal the meaning behind Guy de Maupassant’s short story Le Père using Roland Barthes’s theory of structural approach. Guy de Maupassant is always known with his own characteristic in his works which often portray the pessimism as the main theme. The same goes with this short story which tells about a man named François Tessier who was deeply in love with a woman named Louise. This story wants to show us that the regret upon our past mistakes and bad behavior always come late and sometimes, when the regret comes, it is just too late to fix everything. Nothing can be done to make everything right and what left is only the regret and emptiness which will always haunt us. François Tessier’s character in this story pictures how suffocating and excruciating a life can be if someone is haunted by a lifetime remorse while at the same time he can do nothing to escape from the misery. Keywords: short story; Guy de Maupassant; regret
Latar Belakang Henry-René-Albert-Guy de Maupassant atau Guy de Maupassant lahir pada tanggal 5 Agustus 1850 di château de Miromesnil di Tourville-sur-Arque. Ia adalah anak dari Gustave de Maupassant dan Laure Le Poittevin yang berasal dari keluarga borjuis asal Lorraine namun tinggal dan menetap di Seine-Inférieure, Normandie. Orang tua Maupassant bercerai saat ia berusia 11 tahun. Kemudian, ia dibesarkan oleh ibunya di Étretat. Ibunya merupakan teman dari Gustave Flaubert, yang akan memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan Maupassant, terutama dalam karirnya sebagai seorang penulis. Maupassant melewati masa kanak-kanaknya di Les Verguies, Étretat. Pada usia 13 tahun ia mengikuti pendidikan agama di Yvetot atas permintaan ibunya. Akan tetapi, ia dikeluarkan karena ia mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan agama. Kemudian ia belajar di lycée de Rouen. Pada masa inilah, ia mulai menulis puisi dan banyak berpartisipasi dalam pembuatan naskah teater. Saat Maupassant berusia 20 tahun, ia mengajukan diri untuk menjadi tentara pada perang Prancis-Prussia. Setelah ia kembali ke Paris, ia bergabung dalam lingkungan sastrawan Gustave Flaubert dan di sinilah ia bertemu dengan Émile Zola. Maupassant menulis untuk beberapa surat kabar penting seperti Le Figaro, Gil Blas, Le Gaulois dan L’Écho de Paris. Di bawah bimbingan Flaubert, ia mulai mempersiapkan diri sebagai penulis. Flaubert mengajarinya untuk mengamati realitas sehari-hari yang terjadi dengan sudut pandang baru dan berusaha untuk menggali hal-hal orisinil yang belum pernah tersentuh sebelumnya (http://www.mes-biographies.com/Ecrivain/biographie_Maupassant.html). Sebagai 6 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
seorang penulis puisi, Maupassant mengeluarkan karya pertamanya Des Vers pada tahun 1880. Pada tahun yang sama, ia juga mengeluarkan Boule de Suif yang termasuk di dalam buku tentang perang antara Prancis dan Prusia karya Émile Zola yang berjudul Les Soirées de Medan. Maupassant adalah seorang penulis dengan aliran naturalisme dan realisme. Menurut Maupassant, sebuah karya sastra harus bisa membuat kita berpikir dan mengerti lebih dalam tentang maksud tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Guy de Maupassant dikenal sebagai pribadi yang tertutup, pesimis, dan penyendiri. Ia menganggap bahwa dunia penuh dengan kepalsuan dan kemunafikan (Bourget 17). Manusia adalah makhluk bodoh yang terpenjara dalam kesendirian dan ketidakpastian. Karya-karyanya banyak menceritakan tentang penderitaan, kesengsaraan, pesimisme, penyesalan dan kesedihan dalam kehidupan. Beberapa karya tersebut adalah Mademoiselle Fifi, La Petite Roque, Le Masque, Une Vie, Jean et Pierre. Dalam karya-karyanya diceritakan bahwa dalam kehidupan, kebahagiaan dapat berubah menjadi kesengsaraan dalam sekejap, orang-orang yang memiliki derajat dan kedudukan tinggi melakukan hal-hal yang keji dan memiliki egoisme yang tinggi, serta tempat di mana kesedihan, keputusasaan dan kebodohan akan selalu ada untuk menjatuhkan harapan, menghilangkan kebaikan dan membasmi kebijaksanaan (Bourget 6-7). Tema-tema tersebut juga terdapat dalam salah satu karya Maupassant yang masih jarang dibahas dan dibicarakan yaitu sebuah cerpen berjudul Le Père. Berdasarkan paparan di atas, muncullah inspirasi penulis untuk melakukan penelitian dan pengamatan lebih dalam untuk menemukan makna yang ingin disampaikan oleh Maupassant dalam cerpen Le Père. Karena cerpen ini juga masih jarang dibahas dan dibicarakan, maka dari itu penulis tertarik untuk memilih cerpen ini untuk dibahas dalam artikel ini.
Tinjauan Teoritis Metode yang digunakan adalah metode pendekatan struktural yang dikemukakan oleh Roland Barthes dalam Introduction à l’Analyse Structurale des Récits. Dalam metode ini, aspek sintagmatik digunakan untuk menganalisis pengaluran dan alur, sementara aspek semantik naratif digunakan untuk menganalisis tokoh serta latar ruang dan waktu. Analisis aspek sintagmatik dan semantik tersebut akan diaplikasikan ke dalam bentuk skema aktan untuk dapat menemukan makna cerita dari cerpen Le Père. 7 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang–oleh sejumlah individu atau beberapa kelompok orang—dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell 4). Dalam metode kualitatif, hal yang harus dilakukan adalah melakukan analisis tekstual dan interpretasi tema-tema (Creswell 24). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka metode kualitatif adalah metode yang paling sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini akan dilakukan analisis makna dalam cerpen Le Père.
Pembahasan Makna dari cerpen Le Père dapat diketahui dengan melakukan analisis sintagmatik dan analisis semantik naratif. Analisis sintagmatik digunakan untuk menganalisis alur dengan membuat urutan satuan isi cerita yang kemudian akan diaplikasikan ke dalam skema aktan. Sedangkan, analisis semantik naratif digunakan untuk menganalisis tokoh, latar ruang dan waktu. Le Père menceritakan tentang seorang pria bernama François Tessier yang jatuh cinta pada seorang wanita muda bernama Louise. Louise pun merasakan perasaan yang sama terhadap François. Sampai pada akhirnya Louise hamil, François tidak bertanggung jawab dan pergi meninggalkan Louise. Setelah bertahun-tahun berlalu, François tua yang hidup sendiri dan kesepian melihat Louise sedang bermain dengan anak-anaknya. François yakin bahwa anak lakilaki Louise adalah anaknya dan seketika perasaan menyesal dan bersalah menyelimuti dirinya. Ia ingin memeluk dan mencium anaknya. Ia ingin merasakan kasih sayang yang terjalin antara hubungan ayah dan anak. Akan tetapi, François tahu semua sudah terlambat dan ia tidak akan bisa memperbaiki kesalahannya terhadap Louise dan anak laki-lakinya yang dulu ia tinggalkan. François yang terlanjur merasa bersalah dan menyesal akan perbuatannya terlalu pesimis dan tidak mencoba untuk memperbaiki semuanya. Ia hanya dengan pasrah menerima semua yang terjadi kepadanya. Pada akhirnya, ia membiarkan sisa kehidupannya dihantui oleh perasaan menyesal akan perbuatannya yang telah mencampakkan Louise dan anaknya. Cerita pendek ini merupakan cerita pendek yang sangat sederhana karena hanya memiliki dua tokoh utama yaitu, François Tessier dan Louise. Sedangkan, tokoh-tokoh lain dalam cerita seperti, ibu dari Louise, Monsieur Flamel dan kedua anak Louise hanya diceritakan sekilas saja. 8 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
Selain itu, latar dalam cerpen ini juga tidak terlalu banyak dan kebanyakan adegan terjadi di tempat yang sama. Skema aktan di bawah ini akan menjelaskan tentang inti cerita dari cerpen Le Père. Keinginan François untuk
Perasaan menyesal yang dirasakan François karena
bertemu dan memeluk anak laki-lakinya (O)
telah meninggalkan Louise (P1)
François Tessier Monsieur Flamel (Pen)
François Tessier (S)
Tindakan François meminta izin kepada Louise untuk bertemu anaknya (P2)
Louise (Pengh)
Dapat dilihat dari skema aktan di atas bahwa tokoh utama dalam cerita pendek ini adalah François Tessier yang merupakan subjek cerita. Ia diceritakan sebagai seorang pria yang menjalani kehidupannya dengan penuh penyesalan atas perbuatannya terdahulu yang telah meninggalkan Louise ketika wanita tersebut sedang mengandung anak dari hasil hubungan mereka. Penyesalan, rasa bersalah dan rindu muncul menyelimuti hati François secara bersamaan setelah melihat anak laki-lakinya. François merasa tersiksa karena rasa rindu yang tak tertahankan dan keinginan kuat untuk bertemu dan memeluk anaknya. Hal itulah yang mendorong François untuk menghubungi Louise kembali agar dapat bertemu dengan anak lakilakinya. Agar mencapai tujuannya, François berusaha untuk menulis surat sebanyak dua puluh kali kepada Louise agar ia dapat diizinkan untuk bertemu dengan anaknya. Akan tetapi, ia mendapat halangan karena Louise tidak pernah membalas satupun suratnya. François merasa sangat putus asa dan merana karena ia sangat ingin melihat dan memeluk anaknya namun Louise tidak mengizinkan hal tersebut terjadi. Untuk mencapai tujuannya, François yang pada saat itu sangat merana dan putus asa akhirnya memutuskan untuk mengirim surat kepada Monsieur Flamel, suami Louise, agar dapat diizinkan untuk bertemu dengan anak laki-lakinya. Kebijakan dan pengertian Monsieur Flamel yang mengizinkan François untuk bertemu anaknya dianggap membantu François Tessier
9 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
(subjek) untuk mendapatkan objek yaitu keinginan François untuk dapat bertemu dengan anak laki-lakinya.
Tokoh-Tokoh François Tessier Dalam cerpen ini hampir tidak ada gambaran fisik maupun umur dari tokoh utama pria, François Tessier. Ia hanya diceritakan bekerja di Kementrian Instruksi Publik dan tinggal di Batignolles. Comme il habitait les Batignolles, étant employé au ministère de l’instruction. (baris 1-2) Selain itu, rasa ketertarikan yang besar dan mendalam yang dirasakan oleh François Tessier terhadap Louise digambarkan dengan jelas dalam cerpen ini. François selalu memikirkan Louise di manapun dan kapanpun. Seakan-akan ia terjebak dan terhipnotis akan perasaan cintanya terhadap Louise. Kehadiran Louise seakan menjawab semua fantasi François tentang keintiman cinta dan semua obsesi yang tidak masuk akal tentang cinta. Perasaan yang dirasakan François terhadap Louise merupakan sejenis cinta dimana pria ingin memiliki wanita tersebut seutuhnya, ingin selalu memeluk dan menyentuhnya. …cette figure-là lui plaisait infiniment.(baris 13-14) …de ces femmes qu’on a envie de serrer éperdument dans ses bras. (baris 14-15) Elle repondait, cette jeune fille, à ses désirs intimes, à ses attentes secrètes, à cette sorte d’idéal d’amour qu’on porte… (baris 17-18) Il pensait à elle tout le reste du temps, la revoyait sans cesse pendant les longues séances du bureau, hanté, possédé, envahi par cette image flottante… (baris 29-31) …la possession entière de cette petite personne serait pour lui un bonheur fou, presque au-dessus des réalisations humaines. (baris 32-33) Akan tetapi, perasaan bosan yang François rasakan saat mengetahui bahwa Louise hamil mengalahkan semua rasa cinta yang dulu pernah ada dalam diri François terhadap Louise. Ia
10 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
tidak bertanggung jawab dan memilih untuk menjadi pengecut dengan pergi meninggalkan Louise. Dapat dilihat di sini bahwa François adalah seorang pria yang tidak memiliki rasa tanggung jawab dan pengecut karena ia tidak berani menanggung resiko atas perbuatannya. Il commençait à se lasser d’elle quand elle lui appris qu’elle était grosse. Alors il n’eut plus qu’une idée en tête : rompre à tout prix.(baris 163-165) … ne sachant s’y prendre, ne sachant que dire, affolé d’inquiétudes avec la peur de cet enfant qui grandissait, il prit un parti supreme. Il déménagea, une nuit, et disparut. (baris 166168) Setelah pergi meninggalkan Louise, François diceritakan hidup dalam kesendirian dan kesepian. Ia memiliki kehidupan yang monoton dan membosankan di kantornya, tanpa harapan ataupun penantian yang dapat membuatnya semangat menjalani kehidupan. Dia selalu melakukan aktivitas dan pekerjaan yang sama setiap harinya. Ia selalu merasa sendiri setiap waktu, di kantor di tengah-tengah teman sejawatnya, maupun di apartemen di tengah-tengah teman-temannya. François Tessier vieillissait sans qu’aucun changement se fit en sa vie. Il menait l’existence monotone et morne des bureaucrates, sans espoirs et sans attentes. (baris 172-174) Il était seule au monde, seul, le jour, au milieu de ses collégues indifférents, seul, la nuit, dans son logement de garçon.(baris 177-179) Setelah François melihat Louise di taman dengan kedua anaknya, yang salah satu di antaranya adalah anak François sendiri, muncul perasaan menyesal yang mendalam yang dirasakan François atas perbuatannya terdahulu yang meninggalkan Louise yang saat itu sedang mengandung anak mereka. Ia merasa bersalah dan ingin sekali memeluk anak laki-lakinya tersebut. Perasan kebapakan muncul dalam dirinya, karena akan tiba saatnya di mana semua pria memiliki panggilan sebagai seorang ayah. Ia ingin merasakan kasih sayang yang terjalin dalam hubungan antara ayah dan anak yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia meminta kepada Louise agar bisa bertemu dengan anaknya. Akan tetapi, Louise tidak pernah memberikan jawaban. Kehidupannya dihantui oleh bayang anak laki-lakinya yang dulu ia sia-siakan. Ia menderita dalam kehidupannya karena kehampaan dan penyesalan yang ia rasakan. Pada akhirnya François hanya bisa menerima kenyataan dan penyesalan bahwa ia tidak akan bisa 11 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
mengubah dan memperbaiki segala kesalahan yang ia telah perbuat dahulu karena ia merasa semuanya sudah terlambat. Ia merasa pesimis akan semua yang ada dalam kehidupannya dan tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki semuanya. Ia pasrah atas apa yang telah terjadi dan iapun tidak berusaha untuk memperjuangkan anak laki-lakinya karena selain merasa malu, ia juga merasa tidak pantas. Il souffrait affreusement dans son isolement miserable de vieux garcon sans affections; il souffrait une torture atroce, déchiré par une tendresse paternelle faite de remords, d’envie, de jalousie, et de ce besoin d’aimer ses petits que la nature a mis aux entrailles des êtres. (baris 222-225) …mais il souffrait jour et nuit, rongé, dévoré par sa tendresse de père. Pour embrasser son fils, il serait mort, il aurait tué, il aurait accompli toutes les besognes, bravé tous les dangers, tenté toutes les audaces. (baris 233-236) Louise Tokoh Louise digambarkan sebagai sesosok wanita muda yang memiliki ciri-ciri fisik bertubuh kecil, memiliki rambut berwarna coklat keemasan, dengan bola mata yang berwarna sangat gelap dan warna kulit seperti gading. C’était une petite brunette, de ces brunes dont les yeux sont si noirs qu’ils ont de l’air de taches, et dont le teint à des reflets d’ivoire. (baris 5-7) Louise juga digambarkan sebagai seorang wanita muda yang polos. Saat Louise menemukan dirinya sedang dipandangi dengan intens oleh François, ia bukannya marah tetapi malah tersipu malu. Hal tersebut menandakan bahwa Louise masih sangat polos. Il la regardait obstinément, malgré lui. Gênée par cette contemplation, elle rougit.(baris 18-19) …et, quoiqu’elle baissât toujours les yeux sous son regard qu’elle sentait trop vif, elle ne semblait plus fâchée d’être contemplée ainsi. (baris 23-25) Kemudian, ia juga merupakan wanita yang cenderung berhati-hati karena ia tidak ingin melakukan kesalahan. Hal ini bisa dilihat saat Louise meminta François untuk berjanji agar tidak 12 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya apabila Louise menerima ajakannya. Hal tersebut menunjukkan sikap waspada dan hati-hati Louise terhadap François. Il ne faut pas que vous vous trompiez sur moi. Je suis une honnête fille, et je n’irai là-bas avec vous que si vous promettez, si vous me jurez de ne rien… de ne rien faire… qui soit… qui ne soit pas… convenable… (baris 47-49) Selanjutnya, saat Louise meminta agar François tidak menemuinya lagi setelah François melanggar janjinya dengan menciumnya. Tindakan Louise tersebut mencerminkan sikapnya yang tidak ingin membuat kesalahan. Ia tidak ingin hal tersebut terjadi kembali. Oleh karena itu, ia meminta François agar mereka tidak bertemu lagi. Parce que je ne peux pas. J’ai été coupable. Je ne le serais plus. (baris 151) Pada bagian akhir cerpen ini diceritakan bahwa Louise yang ditinggalkan oleh François merasa sangat kecewa dan terpukul. Ia bahkan enggan mencari dan menemukan François karena terlanjur sakit hati dan kecewa atas sikap pengecut dan tidak bertanggung jawab François yang meninggalkannya begitu saja. Louise merasa tidak ada gunanya mencari-cari orang yang telah menyia-nyiakannya. Di sini dapat terlihat sisi pesimis dari seorang Louise. Semua yang bisa ia lakukan adalah hanya menerima semua konsekuensinya sendiri. Penyesalan yang datang dalam dirinya atas perbuatannya yang menyebabkan dirinya hamil harus ia tanggung sendiri. Le coup fut si rude qu’elle ne chercha pas celui qui l’avait ainsi abandonee.(baris169170) Latar Ruang Tidak banyaknya latar ruang yang disebutkan dalam cerita ini menandakan bahwa tokoh utama, François Tessier memiliki kehidupan yang monoton dan itu-itu saja. Kehidupannya dipenuhi dengan rutinitas yang membosankan. Setiap hari ia melewati jalan yang sama, memasuki pintu yang sama, mendatangi kantor yang sama, duduk di kursi yang sama, berada di ruangan yang sama dan mengerjakan perkerjaan yang sama. Tidak ada hal yang menarik dalam kehidupannya dan ia pun tidak berusaha untuk mengubah rutinitas tersebut. Ia tetap melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun kehidupannya. Ia hanya bisa pasrah dan menerima apa yang terjadi dalam kehidupannya. 13 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
Chaque jour, il se levait à la même heure, suivait les mêmes rues, passait la même porte devant le même concierge, entrait dans le même bureau, s’asseyait dans sur le même siege, et accomplisait la même besogne. (baris 174-177) Kemudian, terdapat latar yang muncul di taman kota atau ruangan publik yang ramai oleh orang-orang khususnya pada hari Minggu. François memiliki kebiasaan untuk datang ke tempat tersebut setiap Minggu untuk mencari sedikit hiburan agar bisa mengisi hari-harinya yang sepi dan kosong. Ia sengaja memilih tempat yang ramai agar ia tidak merasa terlalu sendiri. Ia dapat melihat pemandangan dan mengamati orang banyak, terutama wanita-wanita cantik. Hal ini ia lakukan semata-mata karena ia tidak memiliki hal menarik lain dalam kehidupannya. François hidup dalam kesepian dan kesendirian, dan dengan datang ke taman kota, ia bisa merasa sedikit terhibur dengan keramaian yang ada. Chaque dimanche, il faisait un tour aux Champs-Élysées, afin de regarder passer le monde elegant, les equipages et les jolies femmes. (baris 180-181)
Kesimpulan Makna cerita pendek Le Père dapat diketahui dari inti cerita, skema aktan serta analisis tokoh dan latar dalam cerita. Jika dilihat dari analisis yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa cerita berpusat pada tokoh utama François Tessier yang merasakan penyesalan yang amat dalam atas perbuatannya terdahulu yang telah meninggalkan Louise yang sedang hamil. Perasaan bersalah dan penyesalan yang ada dalam dirinya akan terus menghantui seumur hidup. Ia telah menyia-nyiakan Louise dan anaknya, namun, keinginannya untuk memberikan kasih sayang kepada anaknya akan terus ada dalam hati François. Usaha yang dilakukan François untuk memperbaiki kesalahannya sangatlah minim. Ia tidak berusaha lebih keras lagi untuk mendapat maaf dari Louise atas kesalahannya di masa lalu karena ia menganggap semuanya telah terlambat dan percuma. Pada analisis tokoh semakin terlihat adanya penyesalan yang dirasakan oleh tokoh utama dalam cerita. Penyesalan yang datang menyelimuti François setelah melihat Louise dengan anak laki-lakinya semakin membuatnya menderita. Penyesalan yang dirasakan François akan kesalahan yang ia perbuat di masa lalu terus datang menghantui pikiran dan hatinya. Penyesalan 14 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
karena ia tidak bisa merawat, mencurahkan perhatian dan memberikan kasih sayang kepada anaknya akan terus menganggu hari-harinya. Akan tetapi, seberapapun besarnya penyesalan yang ia rasakan, ia tidak akan bisa memperbaiki semua perbuatannya yang terdahulu. Setidaknya, itulah yang François pikir karena ia sendiri tidak mencoba lebih jauh untuk memperbaiki kesalahannya dan memilih untuk pasrah menerima keadaan. Terdapat kaitan antara makna cerita dengan judul cerpen Le Père. Tokoh François yang pada awalnya meninggalkan Louise karena takut akan bayangan membesarkan anak, pada akhirnya ingin merasakan kasih sayang yang terjalin antara hubungan ayah dan anak yang tidak pernah ia rasakan. Ia ingin memeluk, mencium dan mendekap anaknya. Hal tersebut menandakan bahwa seorang pria pada akhirnya akan memiliki panggilan atau hasrat untuk menjadi seorang ayah. Menjadi seorang ayah yang mendidik dan memberikan perhatian serta kasih sayang kepada anaknya.
15 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014
Daftar Referensi Barthes, Roland. “Introduction à l’Analyse Structurale des Récits.” Persee (1966). 2 April 2013.
Bourget, Paul & Robert Arnot.Selected Writings by Guy de Maupassant; Short Stories of the Tragedy and Comedy of Life. Pennsylvania: The Pennsylvania State University. 2012. Digital File. Creswell, John W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode Campuran. (Terj. Dari Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Wafaid, Ahmad). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Liukkonen, Petri dan Pesonen, Ari.Guy de Maupassant (1850 – 1893) – in full Henry-René Albert-Guy de Maupassant.
2008.
28
April
2014.
Schmitt, M.P. dan A. Viala.Savoir Lire. Paris: Didier, 1982. http://www.mes-biographies.com/Ecrivain/biographie_Maupassant.html, diunduh pada 28 April 2014.
16 Makna cerpen…, Annisa Dhea Ellita, FIB UI, 2014