Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Program PPM Sumber Dana Besar Anggaran Tim Pelaksana Fakultas Lokasi
KOMPETITIF DIPA Universitas Andalas Rp 5.000.000,My Syahrawati, Munzir Busniah, dan Novri Nelly Pertanian Kota Padang, Sumatera Barat
SOSIALISASI TEKNIK KONSERVASI MUSUH ALAMI WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens) PADA PETANI PEREMPUAN ABSTRAK Pengabdian tentang Sosialisasi Teknik Konservasi Musuh Alami Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) Pada Petani Perempuan telah dilaksanakan pada bulan Juni 2009 terhadap 28 orang petani perempuan di RW 8 Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Padang. Pengabdian disusun dalam dua tahap yaitu tahap sosialisasi dan identifikasi serangga di lapangan. Tahap sosialisasi didesain untuk meningkatkan pengetahuan petani terhadap musuh alami dan upaya konservasinya. Pada tahap pengamatan lapangan berhasil diidentifikasi walang sangit, wereng hijau, dan belalang sebagai hama. Ditemukan pula predator wereng dalam jumlah banyak yaitu Coccinella sp, Tetragnatha sp, Pardosa pseudoannulata, Paederus fuscipes Curt, dan Orthetrum cancellatum dan parasitoid yaitu Anagrus sp, tetapi tidak ditemukan wereng coklat yang merupakan target pengabdian. Tidak adanya wereng coklat diperkirakan karena kondisi iklim tidak mendukung. Pengendalian walang sangit dapat dilakukan dengan merode perangkap, wereng hijau dengan konservasi musuh alami, dan belalang dengan pestisida nabati daun sirsak. Service for Sosialization of Technique Conservating of Brownleafhopper (Nilaparvata lugens) Natural Enemies to Farmer Women was done on Juny, 2009 at RW 8 Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Padang. There were two stages of service, sosialization and insect identification. Sosialization designed to increase farmer knowledge about brownleafhopper natural enemies and how to conserve them. After observation to identify the insect found three kind of pest, they were Leptocorisa acuta, Nephotettix virescens, dan Valanga nigricornis and five kind of predators, they were Coccinella sp, Tetragnatha sp, Pardosa pseudoannulata, Paederus fuscipes Curt, dan Orthetrum cancellatum and one parasitoid was Anagrus sp, but we did not find brownleafhopper. That, may be caused by the climate did not suitable for brownleafhoppe life. Suggested to control Leptocorisa acuta with trap method, to control Nephotettix virescens with conservating of natural enemies, and to control Valanga nigricornis with natural pesticide. PENDAHULUAN Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) tergolong hama yang sangat berbahaya bagi usaha tani padi. Hama ini sulit sekali diberantas atau dikendalikan karena memiliki berbagai keunggulan. Meskipun serangan wereng coklat di Kota Padang tidak separah di pulau Jawa, namun setiap musim tanam selalu saja ada daerah pertanian yang diserang hama tersebut. Hal ini menunjukkan kemampuan wereng coklat untuk mempertahankan generasinya. Diantara beberapa cara pengendalian yang ada, pengendalian biologis dengan memanfaatkan musuh alami merupakan alternatif pengendalian yang paling aman dan sangat direkomendasikan. Meskipun dampaknya dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun akan mampu menjaga keseimbangan ekosistem. Banyak jenis predator yang memangsa wereng coklat, tetapi hanya beberapa yang mempunyai potensi menurunkan populasi yaitu Lycosa pseudoannulata (Araneida; Lycosidae), Paederus sp. (Coleoptera; Coccinellidae), Ophionea sp. (Coleoptera; Carabidae), Coccinella sp. (Coleoptera; Coccinellidae) dan Cyrtorhinus lividipennis (Hemiptera; Miridae) (Laba, 2001). Sedangkan parasitoid wereng coklat yang sering dijumpai di persawahan adalah Anagrus sp. (Hymenoptera; Mymaridae), Gonatocerus sp. (Hymenoptera; Mymaridae), dan Oligosita sp. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
1
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
(Hymenoptera; Trichogrammatidae (Atmaja dan Kartohardjono, 1990; Baehaki dan Iman, 1991). Beberapa jenis gulma bermanfaat bagi parasitoid dan predator, karena gulma dapat digunakan tempat berlindung serangga inang dan tempat bertelur bagi parasitoid dan predator. Tanaman padi di sawah yang mengandung tanaman azolla, disenangi oleh predator wereng coklat Microvelia douglasi atrolineata Bergroth (Veliidae), Paraplea sobrina Stal. (Pleidae), dan Lycosa pseudoannulata Boes et str. (Lycosidae). Parasitoid Anagrus sp. dan Gonatocerus sp. dapat berkembang biak pada rumput Leersia sp. (Kartohardjono, 1992). Selain rumput-rumputan tersebut diatas, Anagrus sp. dan Gonatocerus sp. juga dapat berkembang biak pada Paspalum vaginatum dan Digitaria sp (Laba, 2001). Konservasi musuh alami dan habitat pendukungnya berarti mencegah berkurangnya populasi dan potensi predator dan parasitoid, dengan cara mengembangbiakkan parasitoid dan predator secara alami serta meningkatkan perannya dalam mengendalikan hama. Sementara itu, gulma atau rumput-rumputan yang selama ini menjadi target untuk dibasmi dengan pestisida sintetik dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan, tempat berlindung dan berkembang biak oleh predator dan parasitoid. Pengetahuan tentang pengendalian dengan menggunakan musuh alami ini seperti itu sering terlambat diterima petani terutama petani perempuan karena berbagai faktor penghambat. Hampir tidak dapat dipungkiri bahwa petani perempuan seringkali tidak mendapat kesempatan yang proporsional untuk mengikuti pelatihan dan penambahan keterampilan berusaha tani. Seringkali dengan beban ganda yang dimiliki petani perempuan (domestik dan ekonomi), diperkuat oleh konstruksi sosial yang ada, mobilitas untuk beraktifitas menambah keterampilan atau mengikuti kegiatan kelompok tani menjadi terkendala. Kebutuhan tentang informasi usaha tani padi praktis hanya mereka dapatkan dari mulut ke mulut atau memperhatikan usaha tani tetangga. Petani perempuan, khususnya di lokasi pengabdian bertanggung jawab mulai dari pemilihan bibit sampai pada pemasaran usaha tani. Kegiatan itu mereka lakukan oleh karena berstatus janda, suami merantau, ataupun suami mempunyai usaha lain. Dengan kondisi tersebut, sebenarnya petani perempuan dituntut memiliki kemampuan manejerial usaha tani dan pengetahuan yang cukup untuk mengatasi berbagai kendala usaha tani mereka di lapangan, termasuk memikirkan dan mengaplikasikan langkah-langkah pengendaliannya pada saat tanaman padi diserang organisme penganggu tanaman seperti wereng cokelat. Temuan lapangan menunjukkan usaha tani padi sawah yang mereka usahakan sering diserang oleh hama wereng coklat. Akan tetapi karena keterbatasan modal dan keterbatasan pengetahuan, serangan hama wereng coklat tersebut mereka kendalikan dengan pestisida sintetik ala kadarnya, tanpa pemahaman yang jelas tentang konsentrasi semprot atau bahkan dengan terpaksa membiarkan sehingga mengakibatkan produksi turun mencapai 50%. Dengan kondisi tersebut, dipandang perlu mensosialisasikan teknik pengendalian hama wereng coklat yang tidak membutuhkan biaya, tapi terbukti cukup efektif yakni dengan menghentikan pemberian pestisida dan melakukan upaya konservasi musuh alami dan habitat pendukung dari musuh alami tersebut. Tanpa pestisida, biodiversitas ekosistem dapat ditingkatkan sehingga musuh alami yang ada di pertanaman dapat berperan maksimal dalam mengatur populasi hama. Adapun tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk: 1. Mensosialisasikan kepada petani tentang bahaya penggunaan input sintetik secara terus menerus terhadap serangga, hewan ternak, konsumen dan lingkungan 2. Meningkatkan pengetahuan petani perempuan terhadap pengendalian wereng coklat dengan biaya murah, dan dengan cara praktis 3. Meningkatkan pengetahuan petani perempuan terhadap beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh alami wereng coklat dan bermanfaat untuk menekan populasi hama tersebut 4. Meningkatkan pengetahuan petani perempuan terhadap jenis dan keberadaan gulma sebagai habitat pendukung kehidupan musuh alami Sosialisasi teknik konservasi musuh alami wereng coklat diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi petani perempuan, pemerintah, dinas terkait, dan konsumen. Manfaat bagi
2
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
petani perempuan dapat diukur dari meningkatnya pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap alternatif pengendalian wereng coklat dengan menggunakan musuh alami yang dapat dilaksanakan secara praktis dan tidak membutuhkan biaya besar seperti layaknya pemakaian pestisida sintetik. Sosialisasi ini akan membantu tugas pemerintah dalam program mengentaskan kemiskinan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan petani. Hasil akhir yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah terjadi peningkatan pemahaman dan pengetahuan dalam mengendalikan wereng coklat, sehingga petani perempuan mampu memproduksi padi dengan hasil yang lebih baik dan tidak berbahaya bagi lingkungan, serta para konsumen terlindungi dari efek bioakumulatif pestisida. METODE PENGABDIAN Pengabdian masyarakat ini telah dilakukan pada Bulan Juni 2009 dalam dua tahap pengabdian. Tahap pertama adalah sosialisasi teknik konservasi musuh alami wereng coklat yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 2009 di Mesjid Jihad Kampung Pagai RW. 08 Kel. Koto Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Kota Padang pada pukul 09.00-12.30 WIB. Sedangkan tahap kedua berupa pengamatan lapangan yang dilakukan langsung pada lahan petani yang dilaporkan terserang wereng coklat yakni areal persawahan milik Masni BR pada hari Minggu tanggal 28 Juni 2009 dari pukul 08.00-11.00 Wib. Khalayak sasaran dari sosialisasi teknik konservasi musuh alami wereng coklat ini sejumlah 33 orang. Sebanyak 28 orang khalayak sasaran adalah para perempuan petani di RW 8 Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Propinsi Sumatera Barat yang pada umumnya tidak tergabung dalam kelompok tani yang terlembaga dengan jelas, serta masing-masing 1 orang ketua kelompok tani terlembaga, ketua RW, PPL, lurah, dan KCD Pernakbunhut Koto Tangah. Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan selama pengabdian adalah laptop, infocus, kamera, materi pelatihan, insect net, plastik, botol film, alkohol 70%, buku praktis tentang konservasi musuh alami (disiapkan tim pengabdi), kantong plastik bening, dan alat tulis. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauhmana materi pelatihan yang diberikan dapat mencapai sasaran secara optimal. Evaluasi dilakukan sebelum sosialisasi dilakukan, saat dilakukan, dan setelah dilakukan. Kriteria yang dijadikan indikator keberhasilan sosialisasi ini adalah: Jumlah peserta sesuai rencana yakni sebanyak 25 orang, tingkat partisipasi peserta dari setiap tahapan kegiatan diatas 50%, adanya perubahan pemahaman terhadap pengendalian wereng coklat dengan teknik konservasi musuh alami wereng coklat . HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan sesi pengamatan lapangan dari rangkaian pengabdian yang dilakukan, diperoleh hasil berupa serangga-serangga yang berada di areal persawahan. Kelompok serangga hama yang ditemukan adalah walang sangit, wereng hijau dan belalang. Sedangkan serangga lain yang ditemukan dalam jumlah banyak merupakan kelompok predator yaitu Coccinella sp, Tetragnatha sp, Pardosa pseudoannulata, Paederus fuscipes Curt, dan Orthetrum cancellatum. Adapun parasitoid yang ditemukan yaitu Anagrus sp. Pada lahan pertanian tersebut tidak ditemukan wereng coklat yang merupakan hama target untuk pengabdian. Tidak ditemukannya wereng coklat diperkirakan karena pada saat pengabdian, tidak terdapat jumlah hari hujan yang banyak yang merupakan salah satu syarat perkembangbiakan hama tersebut. Hasil identifikasi serangga hasil pengamatan lapangan dapat dilihat pada tabel berikut:
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas
3
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Tabel. Hasil Identifikasi Serangga di Lapangan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Nama Lokal Walang sangit (Leptocorisa acuta) Wereng hijau (Nephotettix virescens) Belalang daun ( Valanga nigricornis)
Pardosa pseudoannulata Tetragnatha sp Paederus fuscipes Curt Coccinella sp Larva Coccinella sp Orthetrum cancellatum Diptera
Anagrus sp Hymenoptera Hemiptera1 Hemiptera2
Jumlah (ekor) 21 8 8 6 11 6 36 6 6 6 3 15 6 7
Kelompok Hama Hama Hama Predator Predator Predator Predator Predator Predator Hama/predator Parasitoid Parasitoid ? ?
Pembahasan
Hama Walang sangit adalah hama yang aktif menyerang pada pagi dan sore hari, sedangkan di siang hari berlindung di bawah pohon yang lembab dan dingin. Hama ini menyerang dengan cara mengisap bulir padi pada fase masak susu, dan mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Walang sangit mengisap cairan padi dengan cara menusukkan styletnya. Nimfa lebih aktif daripada imago, tapi imago dapat merusak lebih banyak karena hidupnya lebih lama. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil. Dalam keadaan tidak ada bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras, sehingga pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari.
Leptocorisa acuta – Hemiptera: Alydidae Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan berbagai cara salah satu diantaranya dengan menggunakan perangkap. Walang sangit dapat tertarik pada bau-bau tertentu seperti bangkai dan kotoran binatang, beberapa jenis rumput seperti Ceratophyllum dermesum L., C. Submersum L., Lycopodium carinatum D., dan Limnophila spp. Pada awal fase generatif dianjurkan untuk menanggulangi walang sangit dengan perangkap dari tumbuhan rawa Limnophila sp., Ceratophyllum sp., Lycopodium sp. dan bangkai hewan: kodok, kepiting, udang dan sebagainya. Walang sangit yang sudah terpusat pada tanaman perangkap, selanjutnya dapat diberantas secara mekanik atau kimiawi (Natawigena, 1990). Selain itu dapat menggunakan parasit telur walang sangit yang utama yaitu Gryon nixoni dan Ooencyrtus malayensis (Baeheki, 1992). Sedangkan pestisida nabati untuk mengendalikan walang sangit dapat diperoleh dari ramuan daun mimba, daun mindi, daun sirsak, daun tembakau, cabai merah, umbi gadung racun, garam dapur, kapur, pupuk kandang, dan air. Patogen Beauveria bassiana dilaporkan pula dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangan hama ini. Wereng hijau dikenal karena tubuhnya berwarna hijau. Jenis wereng ini tidak terlalu berbahaya secara langsung, tapi disisi lain merupakan vektor atau penular virus tungro pada
4
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
tanaman padi. Adapun fase nimfa dan imago sama kemampuannya dalam menularkan virus. Hama ini menghisap cairan sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Perkembangan wereng hijau dari telur sampai dewasa melalui 3 stadia, yaitu telur, nimfa, dan dewasa dengan metamorfosis paurometabola. Satu siklus hidup dapat berkisar 50 hari. Pestisida nabati yang dapat digunakan untuk mengendalikan wereng hijau adalah berasal dari ramuan rumput paitan, dan garam dapur.
Nephotettix virescens: Cicadellidae, Homoptera Belalang Valanga nigricornis termasuk ke dalam famili Acrididae, merupakan belalang bersungut pendek dan memiliki kepala miring ke arah dalam. Famili ini mencakup belalang yang ada di padang rumput, dan di sisi jalan sepanjang musim panas. Sungut biasanya lebih pendek daripada tubuh. Kebanyakan mempunyai warna kelabu atau kecoklatan, sedangkan yang lain mempunyai warna yang cemerlang pada sayap belakang. Serangga hama ini seringkali sangat merusak.
Valanga nigricornis – Orthoptera: Acrididae Salah satu tanaman yang memiliki senyawa yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama belalang adalah daun sirsak. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti-feedent. Dalam hal ini, hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan hama serangga menemui ajalnya. Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya. Ekstrak buah mentah M. volkensii selalu berhasil dalam mengontrol pergerakan dan mengusir belalang (Locusta migratoria). Ultra-Low Volume (ULV) memformulasikan 1000 ppm ekstrak etanol buah M. volkensi. Dengan menggunakan perbandingan 10 liter per hektar hasilnya mampu menghambat perkembangan belalang. Hasil menarik lainnya adalah keikutsertaan ekstrak dalam fase formasi, yaitu mengusir belalang, menahan fase soliter dan menghambat pergerakan dalam fase berkelompok. Yang terpenting juga, insektisida alami ini tidak meracuni mamalia ataupun burung. Selain itu, untuk mengendalikan serangan belalang bisa pula dengan memanfaatkan burung predator. Caranya dengan menebar ampas kelapa ke atas tanaman padi yang diharapkan akan menarik perhatian burung predator untuk datang hinggap. Burung tidak akan memangsa ampas kelapa, tapi akan lebih tertarik pada keberadaan belalang dan memangsanya.
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas
5
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Musuh Alami Berdasarkan tabel hasil identifikasi serangga, dapat diketahui bahwa banyak sekali ditemukan serangga predator di areal persawahan dan satu jenis parasitoid. Keberadaan musuh alami tersebut secara jenis dan kuantitas sebenarnya memungkinkan bagi petani untuk tidak melakukan penyemprotan tanaman padi dengan pestisida sintetik untuk mengendalikan hama wereng karena semua jenis serangga tersebut merupakan musuh alami wereng hijau. Laba-laba serigala (Pardosa pseudoanulata) dapat mangsa wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, hama putih, hama putih palsu dan lalat bibit. Laba-laba ini aktif mencari dan memburu mangsanya. Mampu memangsa wereng hijau 1-4 ekor per hari, dan 20 ekor per hari jika mangsa diletakkan di dalam tabung.
Pardosa pseudoannulata Sedangkan laba-laba berahang empat (Tetragnatha spp.) dapat memangsa wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng hijau, wereng zigzag dan lalat padi. Laba-laba ini tidak begitu aktif menyerang mangsanya. Di siang hari laba-laba ini banyak diam dan di malam hari aktif membuat sarang dan mangsa yang terjerat oleh sarangnya baru ditangkap dan dimakan. Kebiasaan hidupnya adalah berada pada daun di mana laba-laba tersebut membentuk sarangnya.
Tetragnatha sp- Tetragnathidae Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes) merupakan predator yang aktif mencari mangsa pada malam hari dan dapat berenang di permukaan air atau pada bagian tanaman. Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung putih dan larva ulat bulu yang masih muda. Predator ini mempunyai ukuran 7 mm dengan ciri-ciri sayapnya hanya separuh tubuh, ujung abdomen berwarna biru, tubuh bergarisgaris dan alat mulutnya bertipe mengunyah. Rentang hidupnya 90 - 110 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina sebanyak 24 butir.
Paederus fuscipes Curt : Coleoptera : Staphylinidae Kumbang kubah (Coccinella sp) merupakan predator wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng hijau, wereng zig-zag, aphis, hama putih palsu dan penggerek batang
6
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
padi. Larva predator ini aktif memangsa secara berkelompok. Predator ini mempunyai ukuran tubuh 6-7 mm. Kumbang dewasa berbentuk bundar memanjang berwarna kuning, tubuh larva beruas-ruas dengan alat mulut mengunyah. Tempat hidupnya pada seluruh bagian tanaman. Rentang hidupnya 150 hari dengan jumlah telur yang diletakkan 45 butir/betina.
Coccinella spp – Coleoptera: Coccinellidae Capung merupakan predator wereng hijau, wereng coklat, wereng punggung putih dan hama putih palsu. Predator ini mempunyai panjang tubuh 30 mm dengan ciri-ciri tubuhnya ramping berwarna merah oranye atau abu-abu kebiru-biruan dan sayapnya mempunyai bentuk jaringan yang rumit. Rentang hidupnya 10-30 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 30 butir.
Orthetrum cancellatum – Odonata: Gomphidae Salah satu jenis parasitoid yang ditemukan di lapangan adalah Anagrus sp. Anagrus sp. adalah parasitoid telur wereng coklat dan wereng hijau. Anagrus sp. yang dominan di Indonesia adalah A. optabilis dan A. flaveolus. Perilaku parasitoid di lapangan sangat menentukan keefektifannya dalam menurunkan populasi wereng. Kemampuan Anagrus sp., memparasit telur wereng coklat mencapai 38 % pada tanaman padi dan 36-64 % pada rumput-rumput lainnya. Siklus hidup Anagrus sp. 11-13 hari.
Anagrus sp Gulma Selain itu, disekitar areal persawahan banyak ditemukan gulma-gulma yang diperkirakan disukai sebagai tempat hidup oleh musuh alami seperti Azolla sp, Paspalum vaginatum, dan Leersia sp. Gulma ini akan menjadi aset penting dalam konservasi musuh alami.
Pengamatan Tambahan Sewaktu dilakukan pengamatan, diketahui bahwa petani mengusahakan padi IR-42 yang memang terkenal rentan terhadap serangan wereng. Akan tetapi setelah dilakukan identifikasi dan analisis, tidak ditemukan adanya wereng coklat. Tanaman padi sudah berumur 2,5 bulan, belum mengeluarkan bulir, menguning, pendek, anakan banyak tapi kelihatan tidak
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas
7
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
sehat. Pupuk yang diberikan adalah Ponscha dan ZA tanpa pemberian KCL. Dua hari sebelum pengamatan, tanaman disemprot dengan menggunakan campuran Nopcin dan Ripcord (ada kalanya dicampur Matador).
Penyerahan Kenang-Kenangan Untuk menunjang peningkatan pemahaman para petani perempuan terhadap teknik konservasi musuh alami wereng coklat, maka Kami telah menyusun sebuah buku praktis yang dibagikan secara cuma-cuma. Buku praktis tersebut berisikan pengetahuan umum tentang wereng coklat, musuh alami wereng coklat, upaya konservasi musuh alami, persyaratan konservasi musuh alami, teknik pembuatan pupuk organik murah mengandung NPK, dan pestisida nabati untuk pengendalian wereng coklat. Buku tersebut juga dilengkapi dengan gambar-gambar berwarna. Selain itu untuk menghindari kebiasaan menerima ”amplop” setelah acara, maka alokasi uang lumpsump bagi peserta diganti dengan penyerahan 2 (dua) buah alat semprot knapsack sprayer yang diharapkan bisa dimanfaatkan oleh petani untuk aplikasi pupuk cair, dan pestisida nabati. Akan tetapi Kami memahami jika kemudian ada petani yang memanfaatkan untuk aplikasi pestisida sintetik karena sistem pertanian mereka pada dasarnya masih bersifat konvensional. Kami berpesan agar pemanfaatan pupuk sintetik, pestisida sintetik dan padi hibrida dibatasi (kalau belum bisa dihentikan). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tahapan pengabdian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengabdian masyarakat yang kami lakukan telah disambut antusias oleh petani perempuan. Mungkin dalam waktu dekat prinsip dasar yang disosialisasikan belum bisa sepenuhnya diterapkan tapi setidaknya telah membuka mata para petani tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam, dan dapat mengusahakan pengendalian serangan wereng coklat dengan cara yang lebih sehat, lebih aman, lebih ekonomis. Penyemprotan tanaman padi dengan pestisida tidak perlu dilakukan secara berkala karena keputusan menyemprot atau tidak haruslah didasarkan pada hasil pengamatan lapangan tentang jenis dan populasi serangga yang tersedia di lapangan. Jika ternyata memang serangan hama telah begitu menganggu, maka utamakan penggunaan pestisida nabati, yang diketahui lebih aman terhadap lingkungan, konsumen, serta lebih ekonomis. Berdasarkan pengamatan lapangan dapat disimpulkan bahwa: 1. Hama yang menyerang di lahan pertanian setelah diidentifikasi adalah walang sangit, belalang dan wereng hijau namun tidak ditemukan wereng coklat 2. Ditemukan serangga predator yaitu Coccinella sp, Tetragnatha sp, Pardosa pseudoannulata, Paederus fuscipes Curt, dan Orthetrum cancellatum dan parasitoid Anagrus sp. yang merupakan musuh alami dari wereng coklat dan wereng hijau 3. Hama walang sangit dapat dikendalikan dengan menggunakan perangkap, dan hama belalang dapat dikendalikan dengan pestisida nabati yang berasal dari daun sirsak. 4. Diperkirakan kerusakan pada tanaman padi kemungkinan besar tidak disebabkan oleh serangan hama. Kemungkinan oleh ketidaktepatan dalam proses pemupukan. DAFTAR PUSTAKA Baehaki, S.E. dan M. Iman. 1991. Status hama wereng pada tanaman padi dan pengendaliannya. hlm. 681-712. Dalam Soenarjo et al (red). Padi Buku 3, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Puslitbangtan, Bogor. Baehaki, S.E. 1989. Dinamika Populasi Wereng Batang Coklat. 1: 16-30. Balai Besar Penelitian Tan Padi. 2009. Pengendalian Terpadu Hama dan Penyakit Padi.
8
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Chancellor. 1998. Chancellor, F. 1998. Gender Sensitive Issues in Irrigation. International Water and Sanitation Centre. www.Irc.nl. Diani, D., W.R. Atmadja, D. Kusdiaman dan Supriyadi. 1992. Komposisi parasitoid pada telur wereng (Nilaparvata lugens Stal.). Makalah disampaikan pada Kongres Entomologi IV. Yogyakarta, 28-30 Januari 1992. 10 hlm Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang. 2009. http://www.padang.go.id/v2/content/category/27/130/229/ Distanhut Bogor. 2009. Teknologi Pengendalian Wereng Cokelat. Hudijono, A. 2003. Dinginnya Air dan Panasnya Konflik Sumberawan. www. Kompas.com. Kartohardjono, A. 1988. Kemampuan beberapa predator (laba-laba, Paederus sp., Ophionea sp., Cyrtorhinus sp., dan Coccinella sp.) dalam mengurangi kepadatan wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) pada tanaman padi. Penelitian Pertanian 8(1): 25-31 Kartoharjono, A. 1990. Hubungan antara wereng batang coklat dan predatornya pada tanaman padi varietas Simeru di Jawa Tengah. Di dalam: Padi dan Palawija. Bogor: Bogor: Seminar Balittan. Laba, I.W. 2001. Keanekaragaman hayati Arthropoda dan Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi pada Ekosistem Sawah. Laba, I.W. dan D. Kilin. 1994. Biologi Paederus fuscifes Curt. dan kemampuannya memangsa wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) (4): 240-245. Dalam Machmud et al. (eds). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Bogor Laba, I.W. 1998. Intrinsic rate of natural increase of Verenia lineata Thumb, (Coleoptera; Coccinallidae) as a predator of green leafhopper, Nephotettix virescens Distant (Homoptera; Ciccadellidae). Makalah disampaikan pada Kongres Biologi XII dan Seminar XVI pada tanggal 27 Juli 2000. 10 pp. Marheni. 2004. Kemampuan Beberapa Predator Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.). Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Faperta, Universitas Sumatera Utara, Medan. Mehra, R and S. Esim. 1999. Apa yang dapat Dikontribusikan Analisis Gender terhadap Penelitian & Pelaksanaan Irigasi di Negara-Negara Sedang Berkembang. Terjemahan. dalam Visi (17):73-106 Suenaga, H. 1963. Analytical studies on the ecology of two species of planthopper, the whitebacked planthopper (Sogotella furcifera Horvath) with special refference to their outbreak, Bull. Kyushu. Agric. Exp. Stu. 8(1): 1-152 Van Koppen, B. 2003. Indikator Kinerja Gender untuk Irigasi (IKGI): Penerapannya. Terjemahan. dalam Visi (23):109-171.
Konsep, Alat &
Warintek Bantul. 2009. Budidaya Pertanian: Padi (Oryza sativa). Internet.
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas
9